• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

DI MTs

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

HANIFATUL RAHMI 1202093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

(3)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

(4)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Hanifatul Rahmi, (2014). “Penerapan Model Quantum Teaching dalam

Menurunkan Tingkat Kecemasan Matematika dan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa di MTs (Studi Kuasi

Eksperimen pada Siswa Kelas VIII MTs. Negeri Kasomalang Subang)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah penurunan tingkat kecemasan matematika siswa dan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang ditinjau dari gaya belajar visual, auditori dan kinestetik melalui pembelajaran Quantum Teaching. Jenis penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran model Quantum Teaching dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Negeri Kasomalang Subang. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII A dan VIII B dengan jumlah siswa 78 orang. Instrumen yang digunakan adalah tes skala kecemasan matematika dan kemampuan berpikir kritis matematis. Analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata dan Mann-Whitney, Anova Satu Jalur dan Uji pasca Anova Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penurunan tingkat kecemasan matematika siswa yang belajar dengan model Quantum Teaching lebih rendah daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran matematika konvensional; 2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan antara siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik pada kelas Quantum Teaching; 3) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran matematika secara konvensional; 4) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik pada siswa yang belajar dengan model Quantum Teaching; 5) Terdapat korelasi antara penuruan tingkat kecemasan matematika dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching.

(5)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kecemasan Matematika ... 10

B. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 14

C. Model Quantum Teaching ... 21

D. Kerangka Berpikir Matematis ... 51

E. Penelitian yang relevan ... 55

F. Hipotesis Penelitian ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 60

C. Definisi Operasional ... 60

D. Instrumen Penelitian ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data ... 76

F. Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 84

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 127

(6)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Saran ... 129

(7)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Bagan Kerangka Berpikir ... 54

3.1 Prosedur Penelitian... 75

4.1. Rata-Rata Skor Tes Skala Kecemasan Matematika Siswa ... 86

4.2. Rata-Rata Skala Kecemasan Matematika Berdasarkan Gaya Belajar Setelah Belajar dengan model Quantum Teaching ... 87

4.3. Rerata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 89

4.4. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 89

4.5. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan Gaya Belajar Setelah Belajar dengan model Quantum Teaching ... 90

4.6. Aktivitas Siswa pada Tahapan Tumbuhkan ... 114

4.7. Hasil Aktivitas Siswa pada Tahapan Tumbuhkan ... 115

4.8. Aktivitas Siswa pada Tahapan Alami dan Namai ... 116

4.9. Jawaban siswa pada LKS di tahapan Alami ... 117

4.10. Jawaban siswa pada LKS di tahapan Namai ... 118

4.11. Aktivitas Guru Membantu Siswa pada Tahapan Alami dan Namai ... 119

4.12. Hasil Pekerjaan Simulasi Siswa pada Tahap Alami ... 120

4.13. Aktivitas Guru pada Tahapan Demonstrasi ... 120

4.14. Aktivitas Siswa pada Tahapan Demonstrasi... 121

4.15. Aktivitas Guru pada Tahapan Ulangi ... 121

4.16. Aktivitas Siswa Merangkum Materi Di Buku Catatan pada Tahapan Ulangi ... 122

4.17. Salah Satu Jawaban Siswa No. 1 ... 123

(8)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

[image:8.595.110.510.189.504.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Pencapaian Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 4

2.1. Indikator Kecemasan Matematika ... 14

2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 17

2.3. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis, Kecemasan Matematika dan Tahapan Quantum Teaching ... 50

3.1. Indikator Kecemasan Matematika ... 62

3.2. Kriteria Koefisien Korelasi ... 63

3.3. Klasifikasi Koefisien Validitas Skala Kecemasan Matematika... 64

3.4. Klasifikasi Derajat Reliabilitas ... 65

3.5. Uji Reliabilitas Skala Kecemasan Matematika... 65

3.6. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 66

3.7. Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 68

3.8. Kriteria Koefisien Korelasi ... 69

3.9. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 69

3.10. Klasifikasi Derajat Reliabilitas ... 70

3.11. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 70

3.12. Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 71

3.13. Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 71

3.14. Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 72

3.15. Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 73

3.16. Kategori Skor Gain Ternormalisasi ... 74

(9)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2. Deskripsi Hasil Proporsi Penurunan Skala Kecemasan Matematika

Berdasarkan Gaya Belajar Setelah Belajar dengan Model Quantum

Teaching ... 86

4.3. Deskripsi Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ... 88

4.4. Deskripsi Hasil Rerata N-Gaiin Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Setelah Belajar dengan Model Quantum Teaching ... 90

4.5. Uji Normalitas Skor Skala Tingkat Kecemasan Matematika ... 93

4.6. Uji Normalitas Skor Penuruan Skala Tingkat Kecemasan Matematika

Setelah Belajar dengan Quantum Teaching ... 94

4.7. Uji Homogenitas Skor Skala Tingkat Kecemasan Matematika ... 96

4.8. Rekapitulasi Uji Kesamaan Rata-Rata Hasil Skala Awal Tingkat Kecemasan

Matematika Siswa ... 97

4.9. Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Hasil Skala Penurunan

Tingkat Kecemasan Matematika Siswa ... 99

4.10. Pengujian Penurunan Skala Tingkat Kecemasan

... 10

0

4.11. Test Statistics Penurunan Skala Tingkat Kecemasan Matematika ... 102

4.12. Uji Normalitas Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 103

4.13. Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Berdasarkan Gaya Belajar ... 105

4.14. Uji Homogenitas Varians Skor Postes/N-Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Siswa ... 106

4.15. Hasil Rekapitulasi Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Skor Pretes

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 108

4.16. Hasil Rekapitulasi Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Skor N-Gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 109

4.17. Anova Satu Jalur Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

(10)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.18. Hasil Uji Korelasi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Penurunan Kecemasan Matematika Siswa Kelas Quantum Teaching ... 106

(11)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berpikir kritis matematis menjadi tema pada kurikulum 2006

dan kurikulum 2013. Tema ini tertuang dalam tujuan pembelajaran matematika

dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 (Depdiknas, 2009) yaitu:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan

tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006, Pengembangan cara

kemampuan berpikir kritis juga tertuang dalam kompetensi masa depan yang

harus dicapai (Kemendikbud, 2013) sebagai berikut:

a. Kemampuan berkomunikasi.

b. Kemampuan berpikir jernih dan kritis.

c. Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan.

d. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab.

e. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan

(12)

2

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal.

g. Memiliki minat luas dalam kehidupan.

h. Memiliki kesiapan untuk bekerja.

i. Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya.

j. Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan

Berdasarkan tujuan belajar matematika dan kompetensi masa depan di

atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar bukan merupakan tujuan utama dalam

pembelajaran matematika, melainkan peningkatan kemampuan berpikir dari siswa

tersebut. Salah satu kemampuan berpikir yang diharapkan adalah kemampuan

berpikir kritis.

Costa dan Ennis (Suryadi, 2012) mendefinisikan berpikir kritis adalah

suatu proses penggunaan kemampuan secara efektif yang dapat membantu

seseorang membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang

diyakini. Kurfiss (Sutane, 2011) mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan

suatu penyelidikan yang tujuannya adalah mengeksplorasi suatu situasi peristiwa,

pernyataan atau permasalahan sehingga sampai pada suatu hipotesis atau

kesimpulan tentang hal tersebut yang menghubungkan semua informasi yang

tersedia. Berpikir kritis dapat melatih peserta didik untuk mengelola,

mengevaluasi, menyimpulkan dan mengambil keputusan dari suatu situasi.

Wilson (Muhfahroyin, 2009) mengemukakan beberapa alasan perlunya

mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:

1. Budaya berpikir kritis mencegah pengetahuan yang didasarkan pada

hafalan dimana individu tidak dapat menyimpan ilmu pengetahuan dalam

ingatan mereka untuk penggunaan yang akan datang.

2. Informasi menyebar luas sangat cepat, individu membutuhkan kemampuan

berpikir kritis untuk mengenali permasalahan dalam konteks yang berbeda

pada waktu yang berbeda pula.

3. Masyarakat modern membutuhkan individu yang dapat menggabungkan

(13)

3

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anderson (2004) mengungkapkan bahwa bila kemampuan berpikir kritis

dikembangkan maka seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir

terbuka, dan toleran terhadap ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan

baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu dan dewasa dalam berpikir.

Secara khusus Soedjadi (Lambertus, 2009) menyatakan bahwa kemampuan

berpikir kritis dalam pembelajaran matematika memberikan penekanan pada

penataan penalaran dan pembentukan pribadi peserta didik. Berdasarkan uraian di

atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan hal penting

yang harus dikembangkan khususnya dalam pembelajaran matematika.

Selain itu, yang menjadi alasan kemampuan berpikir kritis penting untuk

diteliti dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IX di MTs Negeri Kasomalang

Kabupaten Subang yang berjumlah 30 orang. Siswa diberikan 12 soal kemampuan

berpikir kritis yang mencakup 5 indikator yang terbagi atas 12 sub indikator

(Ennis, 1985) yaitu:

1. Memfokuskan pertanyaan.

2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan

sederhana.

4. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber.

5. Melakukan dan mempertimbangkan observasi.

6. Melakukan dan mempertimbangkan deduksi.

7. Melakukan dan mempertimbangkan induksi.

8. Membuat dan mempertimbangkan nilai pertimbangan.

9. Mendefenisikan istilah dan mempertimbangkan defenisi.

10.Mengidentifikasi asumsi.

11.Memutuskan suatu tindakan.

12.Berinteraksi dengan orang lain.

Sub indikator di atas dituangkan dalam 12 butir soal dengan materi bangun

(14)

4

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengkonsultasikan soal-soal tersebut kepada dosen pembimbing kemudian

diujicobakan. Dari hasil jawaban siswa diperoleh persentase rata-rata kemampuan

[image:14.595.107.513.214.424.2]

berpikir kritis matematis siswa adalah 38,4% dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.1. Pencapaian Sub indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No. Sub Indikator Pencapaian

1. Memfokuskan pertanyaan. 29,2%

2. Menganalisis argumen. 36,7%

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan

penjelasan sederhana. 79,2%

4. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber. 33,3%

5. Melakukan dan mempertimbangkan observasi. 37,5%

6. Melakukan dan mempertimbangkan deduksi 24,2%

7. Melakukan dan mempertimbangkan induksi. 30%

8. Membuat dan mempertimbangkan nilai pertimbangan. 22,5%

9. Mendefenisikan istilah dan mempertimbangkan defenisi. 38,5%

10. Mengidentifikasi asumsi. 28,3%

11. Memutuskan suatu tindakan. 5,8%

12. Berinteraksi dengan orang lain. 95,8%

Berdasarkan rincian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan

berpikir kritis matematis masih rendah di sepuluh kemampuan, yaitu: 1)

Memfokuskan pertanyaan; 2) Menganalisis Argumen; 3) Mempertimbangkan

kredibilitas suatu sumber; 4) Melakukan dan mempertimbangkan observasi.; 5)

Melakukan dan mempertimbangkan deduksi; 6) Melakukan dan

mempertimbangkan induksi; 7) Membuat dan mempertimbangkan nilai

pertimbangan; 8) Mendefenisikan istilah dan mempertimbangkan defenisi. 9)

Mengidentifikasi asumsi; 10) Memutuskan suatu tindakan.

Faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia

menurut Lambertus (2009) adalah model pembelajaran kurang mendorong siswa

untuk berinteraksi dengan siswa lainnya sehingga pembelajaran berpusat kepada

guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki keleluasaan membangun

pengetahuannya sendiri, berdiskusi dengan teman, bebas mengajukan pendapat,

(15)

5

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih, karena situasi seperti

menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada

dalam situasi ataupun masalah belum muncul dalam pembelajaran. Sejalan

dengan itu, hasil studi yang dilakukan oleh Shimizu dan Yamada (Suryadi, 2012)

menunjukkan bahwa guru memiliki peran sangat penting dalam proses belajar

siswa melalui pengungkapan, pemberian dorongan, serta mengembangkan proses

berpikir matematis siswa.

Rendahnya kemampuan berpikir matematis siswa khususnya kemampuan

berpikir kritis dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kecemasan

matematika. Luo, Wang & Lou (2009) menjelaskan “Mathematics anxiety refers

to such unhealthy mood responses which occur when some students come upon

mathematics problems and manifest”. Kecemasan matematika mengacu pada

perasaan yang tidak menyenangkan berkaitan dengan ketika siswa dihadapkan

dengan masalah matematika yang menganalisis, dan mengevaluasi argumen,

mengklaim kebenaran, pencarian elemen untuk menarik kesimpulan, dan

kemampuan untuk menjelaskan penalaran dalam situasi tertentu. Selain itu,

Kecemasan yang dialami oleh siswa pada saat proses pembelajaran secara terus

menerus akan berpengaruh pada kemampuan siswa dalam belajar matematika.

Jadi, terdapat hubungan antara kemampuan matematis dalam hal ini adalah

kemampuan berpikir kritis matematis terhadap tingkat kecemasan matematika.

Selain faktor tingkat kecemasan, terdapat faktor lain yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis yaitu gaya belajar. Gaya

belajar siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak selalu sama. Perbedaaan

gaya belajar ini dikarenakan setiap siswa memiliki pola pikir tersendiri dalam

merespon hal-hal yang baru. Ketika siswa belajar pada kondisi yang sesuai

dengan gaya belajar yang dimilikinya, maka siswa akan terintegrasi pada proses

pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan berhasil dalam

belajar (Briggs, 2011). Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan siswa

memahami apa dan bagaimana materi pelajaran yang sedang dipelajari. Hal ini

(16)

6

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini bagian dari proses pembelajaran seorang individu menghasilkan pengetahuan

yang secara konstan berubah dan bertambah tanpa bantuan dari orang lain.

Gilakjani (2012) mengungkapkan bahwa seorang pembelajar yang mendapatkan

rangsangan yang sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya dapat mengurangi

frustasi dan dapat menjadi seorang pemecah masalah yang baik. Seorang pemecah

masalah yang baik harus memiliki kemampuan berpikir secara kritis dalam

pengambilan keputusan dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan hal-hal di atas,

kemampuan berpikir kritis matematis siswa diduga dapat berkembang apabila

siswa diberikan rangsangan yang sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya.

Oleh karena itu hendaknya guru menciptakan suasana belajar yang sesuai dengan

gaya belajar siswa.

Penciptaan suasana belajar yang sesuai dengan gaya belajar dapat

difasilitasi oleh model pembelajaran Quantum Teaching melalui tahapan

pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR. Tahapan TANDUR

memiliki makna yaitu Tumbuhkan (tumbuhkan minat dan sikap positif dengan

pertanyaan “Apa manfaatnya bagiku”); Alami (ciptakan atau datangkan

pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar); Namai (sediakan kata

kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”); Demostrasi (sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu); Ulangi (tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan); Rayakan

(pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan

ilmu pengetahuan). Pada tahapan alami dan namai siswa bekerja sama dalam

kelompok dengan cara berdiskusi. Dengan cara ini siswa yang memiliki gaya

belajar auditori dapat membangun pengetahuan dari berbagai informasi yang

diperoleh. Namun, tidak hanya siswa yang bergaya auditori saja yang terfasilitasi,

siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik juga terfasilitasi pada tahapan alami

dan demonstrasi karena siswa melakukan simulasi dan menyajikan penyelesaian

terhadap permasalahan yang disajikan. Sedangkan siswa yang memiliki gaya

belajar visual, pada tahapan alami dan namai siswa memperoleh berbagai

(17)

7

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan gambar-gambar pada Lembar Kerja Siswa. Selain itu, siswa visual membuat

kesimpulan berupa cacatan dalam bentuk peta konsep yang dilakukan pada

tahapan Ulangi. Dengan demikian model Quantum Teaching sebagai suatu proses

pembelajaran yang menekankan penciptaan suasana belajar berdasarkan gaya

belajar dapat mengoptimalkan siswa menyerap pelajaran dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berkaitan dengan pengoptimalisasian pengolahan informasi yang diterima

siswa dalam pembelajaran matematika untuk menurunkan kecemasan yang

dirasakannya pada proses pembelajaran. Dengan terjadinya penurunan kecemasan

siswa tersebut diharapkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa akan meningkat, sehingga penelitian yang akan dilakukan berjudul “Penerapan Quantum Teaching untuk menurunkan kecemasan matematika dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang ditinjau dari gaya belajar siswa

di Madrasyah Tsanawiyah”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

adalah “Apakah dengan penerapan model Quantum Teaching dapat menurunkan

tingkat kecemasan matematika siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir

kritis matematis ditinjau dari gaya belajar siswa di MTs?”.

Untuk selanjutnya, permasalahan di atas diuraikan menjadi beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah penurunan tingkat kecemasan matematika siswa yang belajar

dengan model Quantum Teaching lebih baik daripada siswa yang belajar

dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan penurunan tingkat kecemasan matematika antara

siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik setelah

(18)

8

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

belajar dengan model Quantum Teaching lebih baik daripada siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis antara siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori, dan

kinestetik setelah belajar dengan model Quantum Teaching?

5. Apakah terdapat hubungan negatif antara penurunan kecemasan matematika

siswa dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis terhadap model

pembelajaran Quantum Teaching?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka tujuan dari

penelitian ini untuk menelaah:

1. Penurunan tingkat kecemasan matematika siswa yang memperoleh model

Quantum Teaching lebih baik daripada siswa yang belajar dengan

pembelajaran konvensional.

2. Perbedaan penurunan tingkat kecemasan matematika antara siswa yang

memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik setelah belajar dengan

model Quantum Teaching.

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh

model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional.

4. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa

yang memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik setelah belajar

dengan model Quantum Teaching.

5. Hubungan negatif antara penurunan tingkat kecemasan matematika siswa

dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang

belajar dengan model Quantum Teaching.

(19)

9

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis. Adapun manfaat teoritis penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran dan

proses kemampuan berpikir kritis matematis.

2. Sumbangan gagasan untuk dipertimbangkan sebagai acuan bagi guru dan

pengelola pendidikan, untuk menciptakan pembelajaran yang dapat

menurunkan tingkat kecemasan matematika dan meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematis berdasarkan gaya belajar yang dimiliki siswa.

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran bagi guru tentang efektifitas dan efisiensi model

pembelajaran Quantum Teaching yang berorientasi pada gaya belajar siswa,

sehingga guru dapat mengembangkan proses pembelajaran yang menarik,

menyenangkan dan memperhatikan modalitas yang dipunyai siswa agar

proses penyerapan informasi siswa lebih baik.

2. Masalah yang berkaitan dengan kecemasan pembelajaran matematika siswa

(20)

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta temuan-temuan yang

diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Penurunan kecemasan matematika siswa yang belajar dengan model

Quantum Teaching lebih rendah daripada siswa yang belajar dengan

pembelajaran matematika secara konvensional.

2. Tidak terdapat perbedaan penurunan tingkat kecemasan antara siswa yang

memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik pada kelas Quantum

Teaching.

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar

dengan pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada siswa yang

belajar dengan pembelajaran matematika secara konvensional.

4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

antara siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik pada

siswa yang belajar dengan model Quantum Teaching.

5. Terdapat korelasi negatif antara penuruan tingkat kecemasan matematika

dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas Quantum

Teaching.

B. Implikasi

Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang telah diungkapkan di

atas, implikasi dari hasil-hasil tersebut sebagai berikut:

Implikasi Teoritis:

1. Guru lebih berorientasi pada siswa selama proses pembelajaran di kelas,

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna

sehingga dalam membangun suatu konsep siswa diberikan waktu untuk

(21)

128

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menemukan pengetahuan matematika melalui proses interaksi diri siswa

dengan bahan ajar, teman diskusi dan guru.

2. Guru mampu memberikan penguatan materi jika pemahaman konsep yang

telah dibangun oleh siswa sudah tepat, mampu mengetahui jika siswa

mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan dapat membenarkan

pemahaman konsep yang telah dibangun oleh siswa.

Implikasi Praktis:

1. Guru dapat membantu siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan

menggunakan alat/media pembelajaran yang menarik perhatian siswa

visual seperti penggunaan Mind Mapping yang menarik dan mengajarkan

cara membuat catatan rangkuman yang baik.

2. Guru dapat membantu siswa yang memiliki gaya belajar auditori dengan

menggunakan intonasi yang jelas dan bahasa yang baik dalam menjelaskan

materi yang akan disampaikan. Guru dapat meminta siswa menjelaskan

atau membacakan rangkuman materi yang telah dirangkumnya.

3. Guru dapat membantu siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik untuk

lebih aktif memperagakan alat/ media belajar yang telah disediakan dan

mendemonstrasikan hasil diskusi kepada kelompok yang lainnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian diajukan beberapa saran

sebagai berikut:

Saran teoritis:

1. Aspek kognitif yang diteliti adalah kemampuan berpikir kritis. Dengan

penerapan model Quantum Teaching dalam pembelajaran matematika dapat

meningkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Oleh karena itu

hendaknya penelitian selanjutnya meneliti tentang kemampuan matematis

yang lainnya seperti kemampuan berpikir kreatif, kemampuan komunikasi,

(22)

129

Hanifatul Rahmi, 2014

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI MTs

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Aspek psikologi yang diukur dalam penelitian ini hanya kecemasan

matematika ditinjau dari gaya belajar yang dimiliki siswa. Selain gaya

belajar, faktor yang mempengaruhi kecemasan lainnya adalah gender.

Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti kecemasan matematika ditinjau

berdasarkan gender.

Saran Praktis:

1. Penerapan Quantum Teaching dalam pembelajaran matematika pada

tahapan demonstrasi memiliki dampak positif terhadap rasa percaya diri

yang dimiliki oleh siswa. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian penerapan Quantum Teaching dengan melihat rasa percaya diri

atau self confidence dan self efficacy.

2. Guru hendaknya memperhitungkan waktu yang tersedia pada setiap

kegiatan yang dilakukan pada tahapan dari Quantum Teaching.

3. Perlu diadakan sosialisasi tentang pentingnya penurunan kecemasan

matematika yang dirasakan siswa serta strategi-strategi yang dapat

Gambar

Tabel  1.1  Pencapaian Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis...........  4
Tabel 1.1. Pencapaian Sub indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Referensi

Dokumen terkait

Program studi D3 harus dapat diselesaikan dalam waktu paling lama 1½ jumlah semester dalam satu program pendidikan yang telah ditentukan, terhitung mulai

Tabel 4.10 Alasan Siswa terhadap Penggunaan Teknik dalam Pembelajaran … 70 Tabel 4.11 Kesan Siswa Mengenai Penggunaan Teknik Majelis ……… 70. Tabel 4.12 Pendapat Siswa

(5) Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang dimaksud dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya,

Berdasarkan situasi di atas, rancang satu eksperimen makmal untuk menyiasat kesan kepekatan larutan natrium klorida terhadap hasil yang terbentuk di anod

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Anggaran Pelatihan Dan Anggaran Pengembangan Terhadap Laba

[r]

[r]