• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK MELALUI AKTIVITAS PROJEK KEARIFAN LOKAL PADA KURIKULUM MERDEKA KELAS I DI MIN 2 KOTA PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK MELALUI AKTIVITAS PROJEK KEARIFAN LOKAL PADA KURIKULUM MERDEKA KELAS I DI MIN 2 KOTA PALEMBANG"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MERDEKA KELAS I DI MIN 2 KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Monica Amelia Putri NIM 1930201113

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan anak dapat kita lihat dalam lima ranah, yaitu (1) Perkembangan jasmani, (2) Perkembangan Sosial, (3) Perkembangan Emosional, (4) Perkembangan Bahasa, perkembangan bahasa anak dapat diukur dengan perolehan kosa kata yang dicapai, dan (5) Perkembangan Kognitif. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang pesat saat anak masih dikelas rendah. Kemampuan tersebut dipelajari dan secara alamiah diperoleh anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai media bersosialisasi, bahasa adalah suatu cara untuk merespon orang lain.1

Berbicara adalah salah satu aspek berbahasa, dan praktik berbicara pada anak itu menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Penguasaan bahasa anak berkaitan erat dengan daya kognisinya. Perkembangan berbicara anak pada kelas rendah masih jauh dari sempurna, akan tetapi potensinya dapat dipancing dengan komunikasi yang aktif dengan berbicara yang baik dan benar. Kualitas berbicara yang anak dengarkan dari orang sekitar juga akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara.

Menurut Nurgiyantoro, berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.2 Berdasarkan kalimat yang didengar, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya menjadi terampil dalam berbicara. Seseorang

1 Dhieni, Nurbiana, dkk. Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta : Universitas terbuka : 2007).

Hal 39

2 Nurgiyantoro Burhan, Penilaian Pembelajaran Bahasa, Yogyakarta: BPFE,2001), hal 276

(3)

yang memiliki kemampuan berbicara akan menjadi lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain begitupun juga sebaliknya.3

Kemampuan berbicara adalah kemampuan dan kecekatan dalam menggunakan bahasa yang meliputi mendengar dan berbicara. Kemampuan berbicara adalah kemampuan yang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yaitu baik dalam hal menyampaikan informasi, pikiran maupun menyatakan gagasan dari pembicara kepada pendengar. Kemampuan berbicara yang memiliki fungsi untuk mengucapkan kata-kata sehingga dapat diekspresikan.4

Kemampuan berbicara digunakan saat berkomunikasi ataupun saat bercerita. Adapun juga dengan setiap anak memiliki kemampuan berbicara yang berbeda-beda, seperti siswa yang grogi untuk berbicara karena takut melakukan kesalahan, takut untuk dikritik oleh teman dan gurunya, dan malu untuk berbicara didepan teman dan gurunya. Hal ini merupakan factor yang mempengaruhi kemampuan berbicara pada anak. Tetapi untuk mengatasi ataupun meningkatkan kemampuan berbicara pada anak tentunya seorang guru memiliki solusi untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak terutama pada siswa dikelas rendah.

Peningkatan kemampuan berbicara pada anak dapat dilakukan dengan melalui aktivitas projek kearifan lokal. Kearifan lokal adalah salah satu sumber belajar yang perlu digunakan untuk mewujudkan pembelajaran konstektual, yang menggunakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu dan mampu

3 Sadhono, Kundaru dan St. Y. Slamet, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 52

4 Tarigan, Henry Guntur, Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008) hal. 3

(4)

bertahan dalam menghadapi arus globalisasi. Kearifan lokal memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang berbeda dengan daerah lainnya, seperti didaerah Palembang yang terkenal dengan makanan khasnya yaitu tekwan, pempek, srikaya, celimpungan, model, dan sebagainya. Sebagai materi yang akan dikaitkan dalam pembelajaran, agar siswa lebih mengenal dan memahami kearifan lokal yang ada didaerahnya dan disekitarnya. Terkhusus seperti yang ada di aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud.

Kurikulum merdeka belajar dirancang sebagai bagian dari upaya kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama dihadapi, dan menjadi semakin parah akibat pandemic covid-19. Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar seperti membaca, menulis, dan berbicara. Untuk pemulihan sistem pendidikan dari krisisnya belajar tidak bisa hanya diwujudkan melalui kurikulum, tetapi kurikulum juga memiliki peranan yang penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam penerapan kurikulum merdeka menekankan bahwa pada kurikulum tersebut harus menerapkan pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning untuk menguatkan pencapaian profil pelajar pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

(5)

Pada kurikulum merdeka tersebut diterapkan 7 tema project based learning yaitu (1) Bangunlah jiwa dan raganya, (2) Berekayasa dan

berteknologi untuk membangun NKRI, (3) Bhinneka Tunggal Ika, (4) Gaya hidup berkelanjutan, (5) Kearifan lokal, (6) Kewirausahaan, dan (7) Suara demokrasi.5 Kegiatan pembelajaran project based learning dimaksudkan untuk menguatkan karakteristik belajar pancasila yaitu (1) Holistik, yaitu mendorong siswa untuk menelaah tema secara utuh dan menyeluruh, sehingga proyek dijalankan sebagai tempat untuk meleburkan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu, (2) Konstektual, yaitu kegiatan belajar sesuai dengan pengalaman yang nyata dihadapi pada keseharian. Prinsip ini mendorong guru dan siswa untuk menjadikan lingkungan sekitar sebagai bahan utama materi kegiatan belajar, (3) Berpusat pada siswa, untuk menjadikan siswa sebagai subjek yang aktif mengelola proses belajar secara mandiri, dan (4) Eksploratif, yaitu semangat dalam membuka ruang bagi proses inkuiri serta pengembangan diri.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di MIN 2 Kota Palembang bahwasanya guru telah berupaya meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka yang diterapkan sejak bulan agustus 2022 semester ganjil. Upaya tersebut dilakukan untuk siswa kelas rendah karena terdapat beberapa anak yang malu untuk berbicara, ada beberapa anak yang mampu untuk berbicara tetapi malu untuk berbicara di depan teman dan gurunya. Selain itu beberapa anak yang belum bisa membaca tetapi sudah ada kemauan untuk berbicara di depan kelas. Oleh

5 Rizki Satria, dkk, Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, (Jakarta:

Pusat Kurikulum Pembelajaran, 2022) Hal.23

(6)

karena itu, peneliti memandang penting untuk melakukan penelitian peningkatan kemampuan berbicara pada anak sebagai solusi alternatif memecahkan masalah melalui penelitian peningkatan dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Berbicara Pada Anak Melalui Aktivitas Projek Kearifan Lokal Pada Kurikulum Merdeka Kelas I DI MIN 2 Kota Palembang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Ada beberapa siswa yang masih malu untuk berbicara dan ada juga beberapa siswa yang masih belum bisa membaca tetapi sudah mau untuk berkeinginan tampil.

2. Siswa masih dimotivasi guru untuk berani tampil ke depan dalam mempresentasikan hasil makanan khas Palembang.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan agar permasalahan jelas dan fokus atas permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi fokus atas permasalahan yang diteliti yaitu pada projek kearifan lokal “Makanan Tradisional khas Palembang TEKWAN” pada kelas I A di MIN 2 Kota Palembang.

(7)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang peneliti paparkan di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbicara pada anak melalui aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka kelas I di MIN 2 Kota Palembang?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara pada anak melalui aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka kelas I di MIN 2 Kota Palembang?

3. Apa saja kesulitan yang dialami guru dalam menerapkan projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka kelas I di MIN 2 Kota Palembang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan berbicara pada anak melalui aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka kelas I di MIN 2 Kota Palembang.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara pada anak melalui aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka kelas I di MIN 2 Kota Palembang.

3. Untuk mengetahui kesulitan yang dialami guru dalam menerapkan projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka kelas I di MIN 2 Kota Palembang.

(8)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Anak Melalui Aktivitas Projek Kearifan Lokal Pada Kurikulum Merdeka Kelas I di MIN 2 Kota Palembang. Penelitian diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan referensi pembelajaran agar siswa dapat memahami secara luas dan lebih aktif dalam mengkontruksikan pengetahuan yang diperoleh lingkungan tempat tinggalnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan siswa sebagai motivasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara terutama dalam aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka yang diterapkan di MIN 2 Kota Palembang.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelas I melalui aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka yang diterapkan di MIN 2 Kota Palembang.

c. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan berbicara pada anak kelas I melalui

(9)

aktivitas projek kearifan lokal pada kurikulum merdeka yang diterapkan di MIN 2 Kota Palembang.

G. Tinjauan Pustaka

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Skripsi Nadila

Ulandari berjudul

“Pengembangan Modul Berbasis Kearifan Lokal Pagaralam Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 3 Pekerjaan Orang Tuaku Kelas IV SD/MI”.

Sama-sama

meneliti tentang kearifan lokal.

a. Jika penelitian sebelumnya penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

Research and

Development (R&D) sedangkan didalam penelitian yang saya teliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.

b. Jika penelitian sebelumnya meneliti tentang modul berbasis kearifan lokal yang ada

di pagaralam

sedangkan saya

meneliti tentang aktivitas projek kearifan lokal di MIN

(10)

2 Palembang.

2 Skripsi Desti

Mayasari berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Buku Saku Kearifan Lokal Pada Tema 7 Indahnya Keragaman Negeriku Kelas IV di SDN1 Donomulyo

Lampung”.

Sama-sama

meneliti tentang kearifan lokal.

a. Jika penelitian sebelumnya penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

Research and

Development (R&D) sedangkan didalam penelitian yang saya teliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.

b. Jika penelitian sebelumnya meneliti tentang bahan ajar tematik berbasis buku saku kearifan lokal

sedangkan saya

meneliti tentang aktivitas projek kearifan lokal di MIN 2 Palembang.

3 Jurnal Astuti

Ambarwati dan Luluk Asmawati

Sama-sama

meneliti tentang kearifan lokal dan

Jika penelitian

sebelumnya terfokus menggunakan media

(11)

berjudul

“Peningkatan

Kemampuan Literasi dan Penguasaan Kosakata Melalui Media Buku Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal Banten Pada Anak Usia Dini”.

sama-sama

menggunakan jenis penelitian

kualitatif.

buku cerita anak berbasis kearifan lokal sedangkan saya meneliti terfokus pada aktivitas projek kearifan lokal yang dilakukan di MIN 2 Kota Palembang.

4 Jurnal Khoiriyah dan Angraeny Unidia Rachman berjudul

“Bercakap-cakap sebagai Metode Peningkatan

Kemampuan Berbicara Anak”.

Sama-sama

meneliti tentang kemampuan

berbicara anak.

Jika penelitian

sebelumnya penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Research and Development (R&D) sedangkan didalam penelitian yang saya teliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.

5 Jurnal Nurlayli

Hasanah dkk

berjudul

“Meningkatkan Kemampuan

Sama-sama

meneliti tentang kemampuan

berbicara anak.

Jika penelitian

sebelumnya penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Kuantitatif sedangkan

(12)

Berbicara Melalui Kegiatan Bercerita Berbantu Media Finger Puppet pada Anak TK Kelompok B”.

didalam penelitian yang saya teliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.

(13)

BAB II PEMBAHASAN A. Kemampuan Berbicara

1. Definisi Kemampuan Berbicara

Pada hakikatnya kemampuan adalah suatu ilmu yang diberikan kepada manusia, kemampuan manusia dalam mengembangkan kemampuan berbicara yang dimiliki memang tidak mudah terlebih lagi untuk anak yang masih dikelas rendah perlu mempelajari, perlu menggali agar dapat terampil. Kemampuan merupakan ilmu yang secara lahiriah ada didalam diri manusia dan perlunya dipelajari secara mendalam dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

Kemampuan dapat menunjukkan pada aksi yang khusus yang ditampilkan atau pada sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan yang dianggap sebagai suatu kemampuan, terdiri dari beberapa kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola perilaku yang diperluas disebut dengan kemampuan.

Menurut Soeparno, kemampuan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian secara luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu, dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan.6 Sedangkan Menurut Nadler,

6 Soepomo, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: UTB, 2001) Hal 27

(14)

pengertian kemampuan adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.7

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa kemampuan adalah suatu keterampilan yang ada pada setiap individu dalam menguasai suatu hal yang bisa didapatkan dengan cara terus mengasah diri hingga terus menjadi lebih baik lagi. Adapun untuk mencapai suatu tingkat kemampuan yang baik, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: pertama, faktor individu yaitu kemauan serta keseriusan dari individu itu sendiri dapat berupa motivasi yang besar untuk menguasai kemampuan yang diajarkan. Kedua, faktor proses belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana kondisi belajar dapat disesuaikan dengan potensi individu, dan lingkungan yang sangat berperan penting dalam penguasaan kemampuan. Ketiga, faktor situasional menunjuk pada metode ataupun teknik dari latihan atau praktek yang dilakukan.

Adapun berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara perlahan dipelajari.8 Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain.9

7 Nadler, Keterampilan Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1986) hal 73

8 Tarigan, Henry Guntur, Menyimak sebagai suatu keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008), hal 3

9 Sadhono, Kundaru dan St. Y. Slamet, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014). Hal 53

(15)

Menurut Nurgiyantoro, berbicara adalah suatu aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.10 Berdasarkan bunyi yang seringkali terdengar pembicaraan orang lain, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil untuk berbicara. Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan lebih mudah menyampaikan gagasan kepada orang lain begitupun sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan dalam berbahasa, dimana pada aspek berbicara ini seseorang akan menghasilkan suatu pesan yang disampaikan melalui bunyi atau secara lisan. Seseorang yang berbicara maka ia sedang menyampaikan pesan ataupun cerita kepada penerima pesan ataupun lawan bercerita sehingga akan terjadi suatu proses komunikasi. Keberhasilan dalam sebuah pembelajaran berbicara dapat diketahui hasilnya melalui penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran.

Sedangkan kemampuan berbicara merupakan terampil dalam menguasai kemampuan berbicara, yaitu kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang didapat dari mendengar ataupun menyimak dan berbicara. Kemampuan berbicara adalah salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan suatu komunikasi, di dalam dunia pendidikan kemampuan berbicara pada siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadi faktor pendukung keberhasilan siswa dalam belajar.

10 Nurgiyantoro Burhan, Penilaian Pembelajaran Bahasa, (Yogyakarta: BPFE, 2001), Hal 276

(16)

Kemampuan berbicara merupakan salah satu pengajaran bahasa Indonesia yang mengharapkan siswa mampu atau terampil dalam berbicara sehingga siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta etika yang sesuai dengan nilai-nilai religius dan tidak bertentangan dengan falsafah hidup Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam kemampuan berbicara untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Dalam pembelajaran, kemampuan berbicara harus mendapatkan perhatian lebih agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.

Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk terampil dalam berbicara agar mampu untuk mengekspresikan dirinya. Tetapi, pada kenyataannya masih terdapat siswa yang belum terampil dalam berbicara. Adapun permasalahan dalam kemampuan berbicara pada anak adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan pertama adalah kepercayaan diri siswa yang masih rendah. Ketika guru menyampaikan pertanyaan, hanya sebagian kecil siswa yang menjawab. Bahkan hanya diam saja ketika guru bertanya mengenai pelajaran atau materi yang belum dikuasai. Demikian pula ketika siswa diharapkan untuk berbicara di depan kelas, mereka masih belum berani.

b. Permasalahan yang kedua adalah kemampuan berbicara siswa masih terdapat siswa yang ketika berbicara tidak memperhatikan ketepatan gaya bahasa, struktur kata, intonasi, dan pilihan kata. Hal ini yang membuat siswa ragu untuk berbicara, kurang lancar atau terbata-bata saat berbicara, bahkan mengucapkan kata secara berulang-ulang karena

(17)

keterbatasan kosakata tersebut. Hal ini yang menyebabkan pendengar kurang memahami yang disampaikan oleh pembicara. Masih banyak siswa yang ketika berbicara gerak dan mimiknya kurang tepat, pandangan matanya masih tidak terarah, sikapnya masih kaku, suaranya tidak lantang cenderung seperti orang yang sedang berbisik, dan belum menguasai topik yang sedang dibicarakan.

c. Permasalahan yang ketiga adalah guru masih mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramahnya. Siswa terbiasa dengan pembelajaran yang bersifat penjelasan yang diakhiri dengan menyelesaikan tugas. Guru kurang mengaktifkan siswa sehingga tidak terlatih untuk terampil berbicara. Tentunya hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mampu berbicara. Metode-metode pengajaran yang diterapkan oleh guru belum bervariatif, hanya sekadar Tanya jawab, berdialog, dan bercerita. Proses pembelajaran akan lebih mudah jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, termasuk berbicara untuk menyalurkan ide, pikiran, gagasan, dan atau sarannya. Untuk memecahkan suatu permasalahan pada kemampuan berbicara siswa, guru harus lebih kreatif dalam memilih metode pengajaran yang akan sangat memengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan menciptakan suasana belajar yang sesuai harapan siswa sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dalam menerima pembelajaran dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif.

(18)

2. Jenis-jenis Kemampuan Berbicara

Jenis Berbicara terbagi menjadi tiga yaitu berdasarkan situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan. Berdasarkan situasi dibagi menjadi dua yaitu berbicara formal dan berbicara nonformal. Berdasarkan keterlibatan pelaku dibagi menjadi dua yaitu berbicara individual dan berbicara kelompok. Berdasarkan alur pembicaraan dibagi menjadi dua yaitu berbicara monologis dan berbicara dialogis.11

a. Berdasarkan situasi

Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan baik tata krama maupun kebahasaan Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan, berlangsung secara spontan, dan tanpa perencanaan.

b. Berdasarkan situasi berbicara

Berbicara individual yaitu berbicara dilakukan seorang pelaku, misalnya dalam pidato. Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya diskusi dan debat.

c. Berdasarkan alur pembicaraan

Berbicara monologis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah, dilakukan oleh diri sendiri. Berbicara dialogis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan dua arah.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara

Seseorang berbicara di depan orang lain belum tentu lancar seperti yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik seorang

11 Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan, Terknik PengajaranBerbahasa. (Bandung:

Angkasa,2008). Hal.24-25

(19)

pembicara selain harus memberikan kesan bahwa dia menguasai masalah yang dibicarakan, pembicara juga harus memperhatikan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat.

Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan perlu diajarkan kepada siswa mempunyai kemampuan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.

Faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara diklafisikasikan sebagai berikut:12

a. Faktor-faktor kebahasaan sebagai pengaruh kemampuan berbicara yaitu:

1. Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar.

2. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai

Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara bahkan kadang-kadang merupakan factor penentu.

3. Pemilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran.

Pemilihan kata harus kita sesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara.

12 Maidar dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. (Jakarta:

Erlangga,2005) Hal.17

(20)

4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat efektif kalimat yang mengenai sasaran sehingga mampu meninggalkan kesan menimbulkan pengaruh atau menimbulkan akibat.

b. Faktor-faktor non kebahasaan sebagai pengaruh kemampuan berbicara yaitu:

1. Sikap yang wajar, Tenang, dan Tidak kaku

Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Sebaiknya latihan sikap ini ditanamkan lebih awal karena sikap ini merupakan modal utama untuk kesuksesan berbicara.

2. Pandangan Harus Diarahkan Kepada Lawan Bicara

Dengan sikap ini pembicra melibatkan pada semua pendengar, pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar kurang diperhatikan.

3. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, mau menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru.

4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Sikap ini dapat menunjang keefektifan berbicara selain itu dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku.

(21)

5. Kenyaringan suara juga sangat menentukan

Tingkat kenyaringan suara ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat dan jumlah pendengar. Dengan kenyaringan suara, pendengar dapat mendengarkan dengan jelas isi pembicaraan.

6. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Sebaliknya pembiara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya. Oleh karena itu, pembicara diharapkan dapat mengatur tempo kata-kata atau kalimat.

7. Relevansi atau Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis, hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat. Hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

8. Penguasaan Topik

Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

4. Indikator Kemampuan berbicara

Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan berbicara apabila memiliki kemampuan mikro yang dapat menjadi indikator kemampuan dalam berbicara yaitu sebagai berikut:13

13 Yeti Mulyati, Keterampilan Berbahasa, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,2014), Hal 1-2

(22)

1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.

2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang ucapkan pembicara.

3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.

4. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar.

5. Berupaya agar kalimat kalimat utama jelas bagi pendengar.

6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.

7. Berupaya agar wacana perpaduan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

B. Aktivitas Projek 1. Definisi Aktivitas

Aktivitas merupakan suatu keaktifan maupun suatu kegiatan.

Menurut Nasution, aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.14 Menurut Zakiah Darajat, aktivitas adalah melakukan sesuatu dibawa ke arah perkembangan jasmani dan rohaninya.15 Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non- fisik, merupakan suatu aktifitas.

14 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 89.

15 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.

138.

(23)

Dalam filsafat, aktivitas adalah suatu hubungan khusus manusia dengan dunia, suatu proses yang dalam perjalanannya manusia menghasilkan kembali dan mengalihwujudkan alam, karena membuat dirinya sendiri subyek aktivitas dan gejala-gejala alam objek aktivitas.

Dalam psikologi, aktivitas adalah sebuah konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam interaksinya dengan sekitarnya.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan maupun keaktifan seseorang baik dalam bentuk sikap dan pikiran untuk melakukan sesuatu baik yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani dalam interaksinya dengan sekitarnya. Adapun jenis-jenis dari aktivitas adalah sebagai berikut:16

1. Kegiatan-kegiatan visual membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

16 Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001). Hal.99

(24)

4. Kegiatan-kegiatan menulis seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. Kegiatan-kegiatan metrik seperti melakukan percobaan, memilih alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

6. Kegiatan-kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan- hubungan, dan membuat keputusan.

7. Kegiatan-kegiatan emosional minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

2. Definisi Projek (Project Based Learning)

Project based learning adalah model pembelajaran yang

mengorganisasi kelas dalam sebuah projek.17 Menurut Goodman dan Stivers, Project Based Learning merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi siswa yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.18

Menurut Afriana, pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman

17 Thomas, A Review of Research on Project Based Learning, (California: The Autodesk Foundation,2000) Hal 1

18 Goodman, Brandon and Stivers, J. Project-Based Learning. (Educational Psychology: ESPY 505, 2010). Hal.23

(25)

belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.19

Menurut Grant, project based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.20

Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning adalah model pembelajaran yang terpusat pada

siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari projek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri. Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya merupakan tujuan dari Project Based Learning.

Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran.

Pembelajaran berbasis projek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan

19 Afriana, Jaka. Project Based Learning (PjBL). Makalah untuk Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA Terpadu. Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana. (Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung, 2015) Hal.5

20 Grant, M.M. Getting A Grip of Project Based Learning : Theory, Cases and Recomandation.

(North Carolina: Meredian A Middle School Computer Technologies Journal Vol. 5, 2002) Hal.9

(26)

memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah projek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.

Project Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang

sebuah topic dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa.21 Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa dengan menggunakan projek sebagai media pembelajarannya. Dalam projek tersebut tidak hanya berfokus pada hasil, tetapi juga menekankan pada proses untuk memecahkan masalah dan akhirnya menghasilkan sebuah produk. Penerapan Project Based Learning memiliki beberapa tujuan yang harus diperhatikan yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbasis projek.

2. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

3. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil produk yang nyata.

4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan kerjasama antar siswa.

Selain tujuan terdapat juga Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Project Based Learning, langkah-langkah dalam Pembelajaran Project Based Learning , dan kelebihan serta kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut:

21 Kemendikbud, Materi Pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun ajaran 2014/2015:

Mata pelajaran IPA SMP/Mts, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) Hal 33

(27)

a. Prinsip Model Pembelajaran Projek Based Learning.22 1. Berawal dari Sebuah Masalah atau Pertanyaan.

Pembelajaran berbasis project bersumber dari sebuah pertanyaan ataupun masalah. Permasalahan yang harus dipecahkan harus disesuaikan dengan tingkat kesulitan siswa.

2. Otentik dan Relevan

Projek yang dikerjakan oleh siswa harus mencakup pertanyaan- pertanyaan dalam dunia nyata dan relevan dengan pengalaman siswa.

Dengan hal ini, siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh saat pembelajaran dengan kegunaannya di dunia nyata.

3. Kebebasan Memilih

Model pembelajaran berbasis project memberikan kebebasan bagi siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau project.

contohnya, kebebasan bagi siswa untuk menentukan produk yang akan dihasilkan, strategi pemecahan masalah, serta bagaimana cara untuk menghasilkan produk tersebut.

4. Self-reflection

Selama proses pengerjaan project, siswa diharapkan mampu merefleksikan pengalaman yang diperoleh selama proses pengerjaan project. Kemudian, siswa dapat menyimpulkan berbagai macam pelajaran dan pengalaman berharga yang bisa diperoleh selama proses pengerjaan project.

5. Feedback

22 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. (Jakarta: Bumi Aksara,2014)Hal.114

(28)

Model pembelajaran berbasis project mengajarkan siswa untuk mampu memberi dan menerima masukan selama proses pengerjaan project. Dengan begitu, mereka tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga belajar dari teman sebaya.

6. Presentasi

Pada akhir proses pembelajaran, siswa dituntut untuk mampu mempresentasikan produk atau penemuannya di depan umum.

b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Projek Based Learning.23 1. Langkah dalam perencanaan:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran projek based learning.

b. Menganalisis karkteristik siswa.

c. Merumuskan strategi pembelajaran.

d. Membuat lembar kerja.

e. Merancang kebutuhan sumber belajar.

f. Merancang alat evaluasi.

Langkah dalam pelaksanaan:

a. Mempersiapkan segala sumber belajar yang diperlukan.

b. Menjelaskan tugas projek dan gambar kerja.

c. Mengelompokkan siswa dengan tugas masing-masing.

d. Mengerjakan projek.

c. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Projek Based Learning.24

23 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. (Jakarta: Bumi Aksara,2014) Hal.108-118

24 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. (Jakarta: Bumi Aksara,2014) Hal.145

(29)

Terdapat beberapa kelebihan dalam menerapkan model pembelajaran berbasis project adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi.

2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3. Meningkatkan kolaborasi.

4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

Tidak menutup kemungkinan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis project memiliki kekurangan. Berikut adalah beberapa kekurangan dari model pembelajaran berbasis project:

1. Kondisi kelas sedikit sulit dikondisikan dan menjadi tidak kondusif saat pelaksanaan projek karena adanya kebebasan siswa sehingga siswa menjadikan hal tersebut sebagai peluang untuk rebut serta diperlukan kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.

2. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

3. Adanya kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

3. Macam-macam Aktivitas Projek

Pada kurikulum merdeka terdapat beberapa tema project based learning yaitu:

a. Bangunlah jiwa dan raganya

b. Berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI c. Bhinneka Tunggal Ika.

d. Gaya hidup berkelanjutan.

(30)

e. Kearifan lokal.

f. Kewirausahaan g. Suara demokrasi25.

Kegiatan pembelajaran project based learning dimaksudkan untuk menguatkan karakteristik belajar pancasila yaitu:26

a. Holistik, yaitu mendorong siswa untuk menelaah tema secara utuh dan menyeluruh, sehingga proyek dijalankan sebagai tempat untuk meleburkan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu.

b. Konstektual, yaitu kegiatan belajar sesuai dengan pengalaman yang nyata dihadapi pada keseharian. Prinsip ini mendorong guru dan siswa untuk menjadikan lingkungan sekitar sebagai bahan utama materi kegiatan belajar.

c. Berpusat pada siswa, untuk menjadikan siswa sebagai subjek yang aktif mengelola proses belajar secara mandiri.

d. Eksploratif, yaitu semangat dalam membuka ruang bagi proses inkuiri serta pengembangan diri.

25 Fathurrohman, M. Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif desain Pembelajaran yang Menyenangkan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2016). Hal.25

26 Saefudin, A & Berdiati, I. Pembelajaran Efektif. (Bandung: PT Remaja Roskadarya,2014). Hal.11- 12

(31)

C. Kearifan Lokal

1. Definisi Kearifan Lokal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kearifan berarti kebijaksanaan, kecendekiaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam berinteraksi. Sedangkan kata lokal berarti tempat atau pada suatu tempat, suatu ciri khas yang berbeda dengan tempat lainnya. Kearifan lokal adalah suatu ciri khas dari suatu daerah berupa pandangan atau gagasan lokal dari suatu komunitas yang bersifat bijaksana, arif, dan bernilai baik yang tertanam dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang digunakan dalam mengelola lingkungan sehingga memberikan daya tahan dan daya tumbuh dalam suatu wilayah dimana komunitas itu berasal.

Menurut Rahyono Kearifan Lokal adalah kecerdasan manusia yang dimiliki oleh suatu etnis tertentu yang didapat dari pengalaman masyarakat artinya kearifan lokal adalah hasil pemikiran berdasarkan pengalaman- pengalaman yang telah dilalui oleh masyarakat terdahulu yang kemudian dilakukan secara turun temurun dan belum tentu dimiliki oleh kelompok masyarakat didaerah lain.27

Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya yang menyatu dengan system kepercayaan, norma, hukum, budaya, dan diekspresikan didalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu

27 Fajrini, Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter, UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta:

Sosio Didaktika: vol. 1, no.2 Desember 2014 hal.2

(32)

yang cukup lama. Secara umum, kearifan lokal memiliki ciri dan fungsi adalah sebagai berikut:28

1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.

2. Sebagai elemen perekat kohesi social.

3. Sebagai unsur budaya yang tumbuh dari bawah, eksis dan berkembang dalam masyarakat bukan merupakan sebuah unsur yang dipaksakan dari atas.

4. Berfungsi memberikan warna kebersamaan bagi komunitas tertentu.

5. Dapat mengubahpola piker dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya diatas common ground.

6. Mampu mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi dan mekanisme bersama untuk mempertahankan diri dari kemungkinan terjadinya gangguan atau perusak solidaritas kelompok sebagai komunitas yang utuh dan terintegrasi.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa sebagai identitas yang khas dan unik di suatu daerah atau tempat tertentu, kearifan lokal juga menjadi suatu daerah atau tempat tertentu, kearifan lokal juga menjadi sebuah kekuatan khusus dalam mempertahankan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Berdasarkan uraian tersebut juga dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan kekayaan suatu daerah ataupun wilayah dapat berupa pengetahuan, kepercayaan, norma, adat istiadat, kebudayaan, makanan khas, dan wawasan yang merupakan warisan dan harus dipertahankan sebagai sebuah identitas dan pedoman

28 Sumarni dan Amirudin, Pengelolaan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal, (Malang: Aditya Median Publishing, 2014), hal. 10

(33)

dalam suatu masyarakat untuk mengajarkan kita agar dapat bertindak secara tepat dan bijak dalam kehidupan yang mana telah dilakukan oleh orang yang dahulu.

2. Macam-macam Bentuk Kearifan Lokal

Bentuk–bentuk kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat ialah nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum, adat, serta aturan–

aturan khusus yang berlaku di masyarakat dengan fungsi yang bermacam.29 Kearifan lokal Sumatera Selatan mempunyai keanekaragaman yang dapat menarik minat warga asing untuk mengetahui secara luas kearifan lokal yang dimiliki Sumatera Selatan.

Tradisi dan kearifan lokal Palembang jauh lebih menarik minat warga asing daripada sisi modernitas Kota Palembang. Masih banyak potensi tradisi serta adat istiadat Palembang, yang belum dikenal luas di masyarakat dan harus dilestarikan.

Kebudayaan provinsi Sumatera Selatan sebagian besar terpengaruh oleh budaya Melayu. Selain itu, ada beberapa kebudayaan yang terpengaruh oleh Islam, dan ada pula yang dipengaruhi oleh kebesaran dari kerajaan Sriwijaya. Adapun kekayaan budaya Sumatera Selatan yaitu sebagai berikut:

1. Rumah Adat

29 Suryono, Agus. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. (Malang: UB Press, 2010).

Hal.239

(34)

Di Sumatera Selatan, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, terdapat karya seni arsitektur yaitu Rumah Limas dan masih bisa kita temukan sebagai rumah hunian di daerah Palembang. Rumah Limas Palembang telah diakui sebagai Rumah Adat Tradisional Sumatera Selatan.

Secara umum arsitektur Rumah Limas Palembang, pada atapnya berbentuk menyerupai piramida terpenggal (limasan). Keunikan rumah Limas lainnya yaitu dari bentuknya yang bertingkat-tingkat (kijing).

Dindingnya berupa kayu merawan yang berbentuk papan. Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang atau cagak.

2. Seni Tari

a. Tari Gending Sriwijaya

Tari Gending Sriwijaya merupakan tarian khas Sumatera Selatan. Gending Sriwijaya merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup populer dari kota Palembang Sumatera Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.

b. Tari Tanggai

Tari Tanggai merupakan tarian tradisional dari Sumatera Selatan yang juga dipersembahkan untuk menyambut tamu kehormatan. Berbeda dengan tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah

(35)

seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga.

c. Tari Mejeng Basuko

Tarian mejeng basuko adalah tarian khas muda mudi Sumatera Selatan (Sumsel). Tarian ini menggambarkan muda mudi yang berkumpul dan bersenda gurau untuk menarik hati lawan jenisnya. Tak jarang ada yang sampai jatuh hati dan mendapatkan jodoh dari pertemuan tersebut.

d. Tari Rodat Cempako

Tarian Rodat Cempako adalah tarian khas masyarakat Sumsel yang dipengaruhi oleh gerakan dari Timur Tengah. Tarian Rodat Cempako ini merupakan tarian masyarakat Sumsel yang bernafaskan Islam.

e. Tari Tenun Songket

Tarian Tenun Songket dari Sumatera Selatan ini menggambarkan masyarkat Sumsel khususnya kaum wanita yang memanfaatkan waktu luangnya untuk menenun kain songket dan kerajinan tangan. Selain itu ada juga Tari Madik atau Nindai yang menggambarkan proses pemilihan calon menantu.30

3. Pakaian Adat

Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya

30 Thecolourofindonesia.com. Budaya Sumatera Selatan.

https://www.thecolourofindonesia.com/2015/09/budaya-sumatera-selatan.html (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2022, pukul 09:15)

(36)

terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut.

Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatera Selatan.

Aessan Gede dan Aesan Paksangko Pakaian adat Suamatera Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan.

Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.Pembeda antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut: gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya.31

4. Senjata Tradisonal

Senjata Tradisional Sumatera Selatan yang beribuka di Palembang memiliki banyak kesamaan dengan senjata tradisional provinsi lainnya di Pulau Sumatera dan Kepulauan Riau. Namun, ada satu senjata yang memang khas Palembang. Senjata tersebut adalah

31 Thecolourofindonesia.com. Budaya Sumatera Selatan.

https://www.thecolourofindonesia.com/2015/09/budaya-sumatera-selatan.html (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2022, pukul 09:15)

(37)

Tombak Trisula. Seperti halnya rencong dari aceh, kujang dari sunda, atau mandau dari Kalimantan, tombak trisula memang sudah dikenal berasal dari Palembang. Namun, belum diketahui secara pasti sejak kapan trisula ini menjadi senjata tradisional di Palembang.

Walaupun senjata tombak trisula ini juga dipergunakan oleh banyak negara, akan tetapi yang khas dari trisula palembang adalah kedua sisi tombak tersebut dapat dipergunakan sebagai senjata. Satu sisi tombak berbentuk trisula sedangkan sisi lainnya merupakan mata tombak biasa.32

5. Lagu Daerah

Sumatera Selatan memiliki banyak lagu daerah dari berbagai bahasa daerah yang ada disetiap kabupaten kota di Sumatera Selatan, yaitu: (1) Pempek Lenjer, (2) Kabile Bile, (3) Dirut, (4) Dek Sangke, (5) Kapal Selam, (6) Cup Mak Ilang, (7) Petang-Petang, (8) Palembang Bari, (9) Palembang Di waktu Malam, (10) Gending Sriwjaya, (11) Ribu-Ribu dan lain-lain.

6. Bahasa

Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu, Persia, Cina, Portugis, Inggris, dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa

32 Thecolourofindonesia.com. Budaya Sumatera Selatan.

https://www.thecolourofindonesia.com/2015/09/budaya-sumatera-selatan.html (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2022, pukul 09:15)

(38)

Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab (Arab Melayu) atau tulusan Arab berbahasa Melayu (Arab Gundul/Pegon).

Bahasa Palembang terdiri dari dua tingkatan, pertama merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan hampir oleh setiap orang di kota ini atau disebut juga bahasa pasaran. Kedua, bahasa halus (Bebaso) yang digunakan oleh kalangan terbatas, (Bahasa resmi Kesultanan).

7. Suku

Suku Kubu merupakan suku asli pedalaman yang menempati wilayah Sumatera Selatan dan Jambi selain tu terdapat 12 Suku Besar yang ada di Sunmatera Selatan. Adapun beberapa suku yang terdapat di Sumatera Selatan yaitu:

a. Suku Komering

Komering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatra Selatan, yang berada di sepanjang aliran Sungai Komering.

Seperti halnya suku-suku di Sumatra Selatan, karakter suku ini adalah penjelajah sehingga penyebaran suku ini cukup luas hingga ke Lampung.

Suku Komering terbagi atas dua kelompok besar: Komering Ilir yang tinggal di sekitar Kayu Agung dan Komering Ulu yang tinggal di sekitar kota Baturaja. Suku Komering terbagi beberapa marga, di antaranya marga Paku Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan marga Semendawai.

b. Suku Palembang

(39)

Suku Palembang dibagi dalam dua kelompok: Wong Jeroo merupakan keturunan bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana dari kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo adalah rakyat biasa.

Seorang yang ahli tentang asal usul orang Palembang yang juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang merupakan hasil dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok- kelompok suku lainnya di Indonesia. suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa, yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-Sari.

c. Suku Gumai

Suku Gumai adalah salah satu suku yang mendiami daerah di Kabupaten Lahat. Sebelum adanya Kota Lahat, Gumai merupakan satu kesatuan dari teritorial GUMAI, yaitu Marga Gumai Lembak, Marga Gumai Ulu dan Marga Gumai Talang. Setelah adanya kota Lahat, maka Gumai menjadi terpisah dimana Gumai Lembak dan Gumai Ulu menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Pinang sedangkan Gumai Talang menjadi bagian dari Kecamatan Kota Lahat.

d. Suku Semendo

Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarahnya, suku Semendo berasal dari keturunan suku Banten yang pada beberapa abad silam pergi merantau dari Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di daerah Semendo. Hampir

(40)

seluruh penduduk Semendo hidup dari hasil pertanian, yang masih diolah dengan cara tradisional. tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam. Bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo. Setiap kata pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e".

e. Suku Lintang

Kawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan merupakan tempat tinggal suku Lintang, diapit oleh suku Pasemah dan Rejang. Suku Lintang merupakan salah satu suku Melayu yang tinggal di sepanjang tepi sungai Musi di Propinsi Sumatera Selatan.

Suku Melayu Lintang hidup dari bercocok tanam yang menghasilkan: kopi, beras, kemiri, karet, dan sayur-sayuran. Mereka juga beternak kambing, kerbau, ayam, itik, bebek, dan lainnya.

Mereka tidak mencari nafkah di sektor perikanan walaupun tinggal di tepi sungai.

8. Makanan Khas

Kota Palembang mempunyai makanan yang menjadi ciri khas dari Kota Palembang yaitu Pempek. Pempek merupakan makanan tradisional yang berasal dari kota Palembang. Pempek tidak hanya menjadi makanan favorit masyarakat Palembang, melainkan makanan yang terbuat dari tepung sagu dan ikan ini telah menjadi kegemaran masyarakat di luar Palembang. Pempek disajikan bersama mie telur, irisan timun dan siraman cuko (campuran air gula merah, asam jawa, bawang putih, ebi, dan cabe rawit yang dimasak bersama).

(41)

Awalnya pempek dikenal dengan nama 'Kelesan' yang tidak lain merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan daging ikan berbentuk cembung dengan semacam kuping di sisi yang berhadapan.

Kemudian, nama pempek populer di Palembang karena diyakini dulunya pempek dijual oleh 'Apek', sebutan untuk laki-laki tua keturanan Cina. Pempek mulai dijual sejak zaman kolonial. Cerita yang berkembang di masyarakat, Apek menjajakan makanan tradisional ini.

Kemudian, masyarakat akan memanggilnya dengan 'Pek, empek, mampir sini.

Dalam bahasa Hokkian, paman disebut "empeg" atau "apeq".

Sekitar tahun 1916, pempek mulai dijajakan di kawasan keraton (sekitar Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang). Awalnya, pembuatan pempek menggunakan ikan belida, namun karena ikan semakin langka dan harnya mahal. Para penjual pempek mengganti dengan berbahai jenis ikan yang lebih murah.33

Adapun berbagai makanan khas Palembang selain Pempek dan terkadang hanya bisa ditemukan di Palembang. Terutama di pasar- pasar tradisional di Palembang atau pada saat acara tertentu.34 Adapun beberapa makanan khas yang ada di Palembang yaitu:

a. Tekwan35

33 Tuti Soenardi, Selayang Pandang Kuliner Indonesia Peran Media Cetak & Lembaga Kuliner.

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2020) Hal.160

34 Pempekyoss.com. Mengenal 25 Makanan Khas Palembang Selain Pempek.

http://www.pempekyoss.com/mengenal-25-makanan-khas-palembang-selain-pempek/ (Diaskes tanggal 21 Oktober 2022, pukul 13:21)

35 Tuti Soenardi, Selayang Pandang Kuliner Indonesia Peran Media Cetak & Lembaga Kuliner.

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2020) Hal.166

(42)

Tekwan merupakan makanan yang rata-rata hampir digemari semua orang dan semua umur. Karena rasanya yang enak dan gurih.

Sebutan makanan tekwan ini ternyata memiliki sejarah, tekwan merupakan kuliner hasil akulturasi budaya Palembang dan Tionghoa.

Banyak orang Tionghoa yang menetap di Palembang dan mengenalkan makanan dengan bahan dasar ikan. Makanan tersebut dimodifikasi oleh masyarakat Palembang agar sesuai dengan cita rasa lidah orang Palembang. Selain itu, makanan ini juga dimodifikasi dengan penambahan kuah kaldu dan bumbu khas daerah setempat.

b. Model

Model pada dasarnya dibuat dari adonan yang sama dengan pempek kapal selam. Bedanya, model diisi dengan tahu dan digoreng sebelum disaji. Pada waktu dihidangkan, model di campur dengan kuah model yang terbuat dari kaldu udang. Selain dicampur dengan bihun, biasanya dicampur dengan timun dan ebi.

c. Kemplang

Kemplang sendiri ada dua jenis, yaitu kemplang ikan dan kemplang sagu. Kemplang ikan biasanya bertekstur lebih padat dibandingkan dengan kemplang sagu. Banyak orang yang salah mengartikan kemplang dan kerupuk. Perbedaan kemplang dan kerupuk yaitu pada proses pembuatannya. Kerupuk melalui proses penggorengan. Sedangkan kemplang dibakar. Biasanya kemplang dinikmati dengan saos cabe merah.

(43)

d. Pindang

Pindang adalah makanan khas Palembang selain pempek yang sangat terkenal. Di Palembang sendiri, ada pindang ikan patin dan pindang tulang. Rasanya yang sangat khas membuat kita ketagihan menyantapnya.

e. Mie Celor

Mie Celor disajikan dengan kuah kental, ditambah dengan daging, udang, kecambah, daun bawang, dan bawang goreng.

Biasanya ditambah dengan potongan telur ayam rebus. Rasanya khas sekali.

f. Kue Delapan Jam

Dinamakan kue delapan jam karena proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam dalam arti yang sesungguhnya.

Dengan komposisi yang hampir sama dengan Maksuba, yang membedakan kue delapan jam ini adalah proses pembuatannya. Kue delapan jam dibuat dengan cara dikukus selama delapan jam. Bukan dipanggang seperti maksuba dan kojo.

g. Burgo

Burgo terbuat dari tepung beras. Sebenarnya jika irisannya lebih kecil, burgo menjelma menjadi kwetiau. Hanya saja burgo ini dinikmati bersama dengan kuah santan pedas. Sangat cocok jika dinikmati dengan Laksan dan ditambah telur ayam rebus.

(44)
(45)

D. Aktivitas Projek Kearifan Lokal

1. Aktivitas Projek Kearifan Lokal di MIN 2 Kota Palembang

Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.

Kota dengan luas wilayah 400,61 km² ini dihuni oleh lebih dari 1,6 juta.

Palembang adalah salah satu daerah di Indonesia yang dikenal memiliki kuliner bercita rasa enak dan khas salah satunya adalah tekwan. Tekwan merupakan makanan yang rata-rata hampir digemari semua orang dan semua umur. Karena rasanya yang enak dan gurih. Makanan ini berasal dari Ibu Kota Sumatera Selatan (Palembang).

Palembang adalah kota BARI itu sebutan masyarakat untuk kota ini. BARI adalah Bersih, Aman, Rapi, dan Indah. Selain pesona lingkungan yang BARI, Palembang pun tak kalah dengan pesona makanannya. Nama makanan tersebut terdengar sangat unik, sehingga menimbulkan keinginan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai asal usul pemberian nama tersebut.

Sebutan makanan tekwan ini ternyata memiliki sejarah, tekwan merupakan kuliner hasil akulturasi budaya Palembang dan Tionghoa.

Banyak orang Tionghoa yang menetap di Palembang dan mengenalkan makanan dengan bahan dasar ikan. Makanan tersebut dimodifikasi oleh masyarakat Palembang agar sesuai dengan cita rasa lidah orang Palembang.

Selain itu, makanan ini juga dimodifikasi dengan penambahan kuah kaldu dan bumbu khas daerah setempat.

Asal nama tekwan merupakan singkatan dari “bekotek samo kawan”

yang berarti mengobrol bersama teman. Nama ini dipilih karena orang

(46)

Palembang menyukai kegiatan makan bersama teman-teman sembari berbincang. Tetapi ada juga yang berpendapat kalau tekwan ini akronim dari Bahasa Inggris “Take One” yang berarti diambil satu-satu yang memang tekwan disantap satu per satu.36 Adapun bahan dan cara pembuatan tekwan yaitu sebagai berikut:37

a. Bahan tekwan

1. 500 gram ikan tenggiri 2. 250 gram es batu halus

3. 50 gram putih telur (sekitar 1 butir ukuran besar) 4. 15 gram garam

5. 1 sdt kaldu bubuk 6. ½ sdt merica bubuk 7. 350 gram tepung tapioka b. Kuah kaldu

1. 8 butir bawang merah, cincang halus 2. 5 siung bawang putih, cincang halus 3. 125 gram udang, kupas, cincang 4. 2,5 liter kaldu udang/air

5. 125 gram bengkoang, potong korek api 6. 25 gram jamur kuping, iris

7. Minyak untuk menumis c. Bumbu

1. 2 sdt garam

36 Tuti Soenardi, Selayang Pandang Kuliner Indonesia Peran Media Cetak & Lembaga Kuliner.

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2020) Hal.166

37 Restu Utami Dewi, Let’s go kitchen, (Jakarta: PT. KAWAHmedia, 2020). Hal.76

(47)

2. 2 sdt kaldu bubuk 3. 1 sdt merica bubuk 4. 1 sdt gula pasir 1 sdm kecap ikan d. Pelengkap

1. Soun rebus

2. Sambal cabai rawit 3. Jeruk nipis

4. Irisan daun bawang 5. Bawang Goreng e. Cara membuat

1. Pembuatan tekwan: siapkan food processor, masukkan ikan tenggiri dan semua bahan kecuali tepung tapioka, giling sampai halus dan lembut, lalu pindahkan adonan ke dalam wadah. Masukkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai rata. Tutup dengan plastic wrap, simpan di freezer selama 15 menit.

2. Didihkan air, beri sedikit minyak sayur. Ambil adonan tekwan lalu masukkan ke air mendidih. Setelah mengapung, angkat, tiriskan.

Lakukan sampai adonan habis.

3. Cara pembuatan kuah: tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum. Masukkan udang, masak sampai udah berubah warna.

Tuang kaldu udang/air, masukkan bengkoang, jamur kuping, dan bumbu lainnya. Rebus sampai mendidih dan matang.

(48)

4. Masukkan tekwan ke dalam kuah, atau bisa juga tata tekwan ke dalam mangkuk, lalu siram kuah dan beri tambahan bahan pelengkap.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Aktivitas Projek

Adapun pelaksanaan aktivitas projek yang dilakukan di MIN 2 Kota Palembang yaitu sebagai berikut:

1. Semua anak disuruh menghafal teks makanan khas kota Palembang yaitu tekwan.

2. Anak diajarkan Menghafal dengan cara mengikuti atau menirukan bacaan guru.

3. Anak disuruh menonton video sejarah singkat tentang tekwan.

4. Anak menghafal teks bacaan tentang tekwan menggunakan media karton (bertuliskan kata kata penting seperti Tionghoa, ikan Tenggiri, terigu, bawang goring, dan seledri).

5. Merekam dan foto.

E. Kurikulum Merdeka

1. Definisi Kurikulum Merdeka

Terjadi perbedaan oleh ahli kurikulum termasuk dalam hal para guru dalam memberikan definisi istilah kurikulum. Para guru memandang bahwa yang disebut dengan kurikulum adalah sejumlah daftar mata pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Sementara yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah seluruh materi pelajaran secara utuh. Pendapat yang hampir sama adalah menganggap kurikulum

(49)

sebagai sekumpulan pengalaman belajar terencana yang akan ditawarkan oleh para guru sebagai siswa.38

Pentingnya pedoman bagi guru sebagai acuan untuk menyampaikan pembelajaran di sekolah maka dibutuhkan kurikulum agar tercapainya tujuan pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.39

Menurut sanjaya kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa, strategi, dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.40

Menurut Sukmadinata kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk memperoleh ijazah.

Kurikulum merupakan instrumen penting yang berkontribusi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif. Inklusif tidak hanya tentang

38 Murry Print, Curriculum Development and Design. Second Edition, (New South Wales Australia:

Allen & Unwin, 1993), hal 25-32

39 Dakir. Perencanaan & Pengembangan Kurikulum. (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hal.

40 Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013. (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.6

(50)

menerima siswa dengan kebutuhan khusus. Tetapi, inklusif artinya satuan pendidikan mampu menyelenggarakan iklim pembelajaran yang menerima dan menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial, budaya, agama, dan suku bangsa.

Pembelajaran yang menerima bagaimanapun fisik, agama, dan identitas para siswanya. Dalam kurikulum merdeka, inklusi dapat tercermin melalui penerapan profil pelajar Pancasila, misalnya dari dimensi kebinekaan global dan akhlak kepada sesama serta dari pembelajaran berbasis projek (project based learning). Pembelajaran berbasis projek ini nantinya akan otomatis memfasilitasi tumbuhnya toleransi sehingga terwujudlah inklusi.

Kurikulum merdeka belajar dirancang sebagai bagian dari upaya kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama dihadapi, dan menjadi semakin parah akibat pandemic covid-19. Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar siswa, bahkan dalam hal yang mendasar seperti membaca, menulis, dan berbicara. Untuk pemulihan sistem pendidikan dari krisisnya belajar tidak bisa hanya diwujudkan melalui kurikulum, tetapi kurikulum juga memiliki peranan yang penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar siswa memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam penerapan kurikulum merdeka menekankan bahwa pada kurikulum tersebut harus menerapkan pembelajaran berbasis proyek

Referensi

Dokumen terkait