• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU T.A 1443/2022 Oleh: Arya Rizaldi 11830114595 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JURUSAN ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU T.A 1443/2022 Oleh: Arya Rizaldi 11830114595 SKRIPSI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI HADIS TENTANG METODE TALAQQI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN

ASH-HABUL QURAN RIAU (kajian Living Hadis)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh:

Arya Rizaldi 11830114595

Pembimbing I Dr. H. Nixson, Lc., M.Ag

Pembimbing II

Afriadi Putra, S.Th.I., M.Hum

JURUSAN ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 1443/2022

Agama (S.Ag) Pada Program Studi Ilmu Hadis Nomor Skripsi

044/ILHA-U/SU-S1/2023

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji hanya kepunyaan dan akan kembali kepada Allah yang telah memancarkan cahaya petunjuk di tengah kegelapan malam, yang telah meneteskan air untuk menggetarkan hiruk pikuknya bumi, yang telah memberikan jalan yang lurus kepada orang yang berharap perjumpaan dengaNya. Allah yang telah menyatukan kata demi kata, kalimat demi kalimat, lembar demi lembar, sehingga dengan taufiq dan hidayahNya yang memudahkan tersusunnya skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Prodi Ilmu Hadis. Kemudian shalawat beserta salam sudah selayaknya selalu dihaturkan kepada mausia yang tetap terseyum bahkan dalam keadaan terdesak, manusia yang memberikan keharuman terhadap tangan yag mencoba menghancurkannya, manusia yang alam semesta bergembira menyambut kelahirannya, nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Semoga kita akan mendapat naungan syafaatnya pada hari dimana tak ada pelindung selain pertolongan Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.

Dengan segenap kerendahan hati dan sadar akan banyaknya kekurangan, penulis bersyukur kepada Allah atas selesainya penulisan dan penyusunan skripsi yang berjudul “Hadis Nabi Dan Implementasi Metode Talaqqi Dalam Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau”

sebagai tugas akhir akademis pada Prodi ilmu hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penulis menyadari di dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini terdapat pula bantuan, bimbingan, dan dukungan berbagai pihak.

Tidak lupa pula penulis mengucakan terimakasih sebesar-besarnya kepada Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag. beserta jajarannya di Rektorat, yang telah memberi kesempatan penulis untuk menimba ilmu di universitas ini, kepada Ayahanda Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. H. Jamaluddin, M.Us, kepada ibunda Wakil Dekan I Dr. Rina Rehayati, M.Ag, Wakil Dekan II, kepada ayahanda Dr. Afrizal Nur, S. Wakil Dekan III, kepada ayahanda Dr.

Ridwan Hasbi, LC. MA, yang telah memfasilitasi penulis selama menempuh

(8)

ii

pendidikan sampai penyelesaian skripsi di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, kepada ayahanda Dr. H. Nixson, Lc., M.Ag dan ustad Afriadi Putra, S.Th.I., M.Hum selaku dosen Pembimbing skripsi yang banyak memberikan arahan, ilmu serta bimbingan, motivasi dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dan kepada ayahanda Dr.

Adynata, M.A selaku ketua Prodi Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Terimakasih untuk yang tercinta dan teristimewa kedua orang tua penulis, bapak alm. Amrizal dan ibu Irawati yang telah mendidik dan membesarkan anak- anaknya dengan sangat luar biasa, doa-doa yang selalu diucapkan membuat jalan hidup kami menjadi berkah dan mudah. Perjuangan ayah dan ibu yang menjadi faktor terbesar terselesaikannya skripsi ini tepat waktu, dan saudara penulis yang tersayang Nasrizal Ferdian yang telah memberikan bantuan berupa doa dan semangat sejak awal melaksanakan studi sampai selesai penulisan skripsi ini.

Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Ushuluddin yang penuh keikhlasan dan kerendahan hati dalam pengabdiannya telah banyak memberikan pengetahuan dan pelayanan baik akademik maupun administratif, sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini, kepada teman-teman Ilmu Hadis angkatan 2018, terkusus kelas B tanpa terkecuali yang telah banyak membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Tidak lupa ucapan terimakasih kepada keluarga besar Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau khususnya ustad Ari Joni Arianto, S.Ud, Ma selaku ketua Yayasan Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau dan ustad Al Hazar, S.Pd.I selaku kepala sekolah yang telah memberi izin, mempermudah, dan membantu dalam penelitian skripsi ini. Dan juga alumni Karantina Tahfidz Hamasah yang selalu memberikan semangat, dorongan, tasyjik gonam, dan dukungan moral.

Pekanbaru, 09 Desember 2022

Penulis, ARYA RIZALDI NIM. 11830114595

(9)

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide to Arabic Tranliterastion), INIS Fellow 1992.

A. Konsonan

Huruf Huruf

Arab Latin Arab Latin

ء = ض = d /d

ب = B ط = t / t

ت = T ظ = z / z

ث = Ts ع =

ج = J غ = Gh

ح = h / h ف = F

خ = Kh ق = Q

د = D ك = K

ذ = Dz ل = L

ر = R م = M

ز = Z ن = N

س = S ه = H

ش = Sy و = W

ص = s/s ي = Y

Vokal Vokal Panjang Contoh

_ = a اـَــ = ā رُثاَكَت = takātsur ‒ = i ىـِـ = ī ُُجْيِهَي = yahīj ‒ = u ُْوــُــ = ū َُنْوُمَلْعَـت = ta‟lamūn

ُْوــَـــ = aw َُفْوَس =sawf

(10)

iv

ُْيـَــــ = ay َُْيَع =„ayn B. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:

Vokal (a) panjang = Â misalnya لاق menjadi qâla Vokal (i) panjang = Î misalnya ليق menjadi qîla Vokal (u) panjang = Û misalnya نود menjadi dûna

Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contooh berikut:

Diftong (aw) = وى misalnya لوق menjadi qawlan

Diftong (ay) = يىى misalnya يرخ menjadi khayrun C. Ta’ Marbuthah

Ta‟ marbûthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila Ta‟ marbhûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya ةسردمللُ ةلسرلا menjadi al- risalat li al-mudarrisah, atau atau apabila di tengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya ُللهاُةحمرُفى menjadi fi rahmatillah.

D. Kata Sandang dan Lafdh al-Jalâlah

Kata sandang berupa “al” (لا) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadzh jalalah yang berada di tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh-contoh berikut:

1. Al-Imam al-Bukhariy mengatakan....

(11)

v

2. Al-Bukhariy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan...

3. Masyâ‟ Allah kaana wa maa lam yasya‟ lam yakun.

(12)

vi DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iii

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

ديرجتلا ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 5

C. Identifikasi Masalah... 7

D. Batasan Masalah ... 8

E. Rumusan Masalah ... 8

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 9

BAB II ... 13

KERANGKA TEORITES ... 13

A. Landasan Teori... 13

1. Talaqqi ... 13

a. Pengertian Talaqqi ... 13

b. Adab Metode Talaqqi ... 15

c. Ziyadah dalam Metode Talaqqi ... 15

2. Metode ... 17

d. Unsur-Unsur Metode Talaqqi ... 20

3.Living Hadis ... 20

B. Tinjauan Pustaka ... 22

BAB III ... 26

METODE PENELITIAN ... 26

(13)

vii

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 26

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 26

C. Sumber Data Penelitian ... 27

4. Data Primer ... 27

5. Data Sekunder ... 27

D. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV ... 31

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA ... 31

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, Kel. Lembah Damai, Kec. Rumbai ... 31

B. Pemahaman Hadis Tentang Metode Talaqqi Dalam Menghafal Al-Qur‟an36 C. Pelaksanaan Metode Talaqqi di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau46 D. Pengaruh Metode Talaqqi Dalam Kehidupan Santri Pondok Pesantren Ash- Habul Quran Riau ... 54

BAB V ... 57

PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 59

(14)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “Hadis Nabi Dan Implementasi Metode Talaqqi Dalam Menghafal Al-Qur‟an Di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran (Kajian Living Hadis).” Maraknya fenomena santri yang ingin menjadi para penghafal al-Qur'an menyebabkan banyak metode menghafal al-Qur‟an yang beredar di seluruh Indonesia ini, salah satunya metode talaqqi. Mengingat banyaknya para penghafal al-Qur‟an yang menggunakan metode talaqqi, maka kajian tentang pemahaman hadis-hadis nabi tentang metode talaqqi perlu dikaji, pertama, bagaimana mengimplementasikanya di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, kedua, apa pengaruhnya terhadap para penghafal al-Qur‟an, dan ketiga, pelaksanaan dalam menggunakan metode talaqqi serta pengaruh dalam kehidupan santri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan dua cara penelitian dalam memperoleh data, yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Penelitian ini juga menggunakan metode living hadis. Data metode talaqqi yang diambil dari penelitian ini bersumber dari kitab Imam Muslim dalam kitab iman bab awal wahyu jilid 1 halaman 97 nomor hadis 160. Data lapangan diperoleh dari para informan, yang terdiri dari ketua Yayasan Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, kepala sekolah, asatidz, guru, dan santri-santri serta melalui pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama 1 bulan. Temuan skripsi ini adalah metode talaqqi itu telah diajarkan oleh Rasulullah, seperti Rasullulah mengumpulkan para sahabat ketika turun wahyu lalu Rasulullah membacakan ayat kepada seluruh sahabat, dan ketika itu sahabat menghafalnya. Metode talaqqi ini di terapkan oleh santri-santri di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Faktor-faktor pendukung penerapan metode talaqqi ini adalah banyaknya saung kecil di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, motivasi dan nasihat. Penerapan ini berdampak pada kehidupan para santri seperti, dengan banyaknya saung kecil dan motivasi serta nasehat maka para santri di beri bimbingan yang eksklusif dalam mengamalkan metode talaqqi.

Kata kunci: Metode Talaqqi, Menghafal al-Qur‟an, Living Hadis

(15)

ix ABSTRACT

This thesis is entitled: "Hadith of the Prophet and Implementation of the Talaqqi Method in Memorizing the Qur'an at the Ash-Habul Quran Islamic Boarding School (Study of Living Hadith)." The rise of the phenomenon of students who want to become memorizers of the Qur'an has caused many methods of memorizing the Qur'an that circulate throughout Indonesia, one of which is the talaqqi method. Given the large number of qur'an memorizers who use the talaqqi method, the study of the understanding of the prophet's hadiths about the talaqqi method needs to be studied, first, how to implement it at the Ash-Habul Quran Riau Islamic Boarding School, secondly, what effect it has on the memorizers of the Qur'an, and third, implementation in using the talaqqi method and influence in the lives of students. This research is qualitative research, which uses two research methods in obtaining data, namely literature research and field research . This research also uses the method of living hadith. The talaqqi method data taken from this study is sourced from the book of Imam Muslim in the book of faith the initial chapter of revelation volume 1 page 97 hadith number 160. Field data was obtained from informants, consisting of the head of the Ash-Habul Quran Riau Islamic Boarding School Foundation, school principals , asatidz, teachers, and students and through observations made by researchers for 1 month.

The finding of this thesis is that the talaqqi method has been taught by the Messenger of Allah, just as the Messenger of Allah gathered the companions when it came down to revelation and then the Messenger of Allah read the verse to all the companions, and at that time the companions memorized it. This talaqqi method is applied by students at the Ash-Habul Quran Riau Islamic Boarding School, both in the classroom and outside the classroom .The supporting factors for the application of this talaqqi method are the large number of small huts at the Ash-Habul Quran Riau Islamic Boarding School, motivationad advice. This application has an impact on the lives of students such as, with the number of small huts and motivation and advice, the students are given exclusive guidance in practicing the talaqqi method.

Keywords : Talaqqi Method, Memorizing the Qur'an, Living Hadith

(16)

x

ديرجتلا

ُ:ناونعبُةحورطلأاُهذى

ُلبلحاُةسردمُفيُنآرقلاُظفحُفيُيقلاطلاُجهنمُقيبطتوُيوبنلاُثيدلحا"

ُ.")يلحاُثيدلحاُةسارد(ُةيملاسلإاُةيلخادلاُيمركلاُنآرقلل

ُنيذلاُ بلاطلاُ ةرىاظُ روهظُ ببست

ُءانحأُ عيجمُ فيُ رشتنتُ تيلاُ نآرقلاُ ظفحُ قرطُ نمُ ديدعلاُ فيُ نآرقللُ ةظفحُ اوحبصيُ نأُ نوديري نودنإ ددعللُارظنُ.قلاطلاُةقيرطُاهنيبُنموُ،ُايسي

ُ

ُةقيرطُنومدختسيُنيذلاُنآرقلاُةظفحُنمُيربكلا

ةساردُبيجُ،ُقلاطلا

ُ مهف

ُ ثيداحلأا

ُ ةيوبنلا

ُ لوح

ُ

،ُقلاطلاُةقيرط لاوأ ُ

ُ ةيفيكُ،

ُ

ُةسردمُفيُاىذيفنت

ُ،ُةيلخادلاُةيملاسلإاُوايرُنآرقللُلبلحا ايناثو

ُ ةظفحُىلعُاىيرثأتُوىُامُ،

ُ

ُ،ُنآرقلا

،ُاثلاثو

ُ

ُذيفنتلا

مدختسيُ،ُيعونُثبحُوىُثحبلاُاذىُ.بلاطلاُةايحُفيُيرثأتلاوُيقلاطلاُبولسأُمادختساُفي

ُ

يتقيرط

ُ يتيثبح

ُ ىلعُلوصلحاُفي

ُ

،ُتانايبلا

ُ ثحبلاُاهمو

ُ ثحبلاوُبيدلأا

ُ نياديلما

ُ مدختسيُ.

ُ اذى

ُ

ثحبلا

ُ اضيأ شيعُةقيرط ُ

ُ ثيدلحا .

ُ

ُُاىردصمُةساردلاُهذىُنمُةذوخألماُقلاطلاُةقيرطُتانايب

ُدللمجاُ،يحولاُنمُلولأاُلصفلاُنايملإاُباتكُفيُملسمُماملإاُباتك 1

ُ

ُةحفص 97

ُ

ُمقرُثيدلحا

161

ُةسردمُةسسؤمُسيئرُنمُنوفلأتيُنيذلاُ،نيبرخلماُنمُةيناديلماُتانايبلاُىلعُلوصلحاُثم

ُ،سرادلماُيريدموُ،ةيلخادلاُةيملاسلإاُوايرُيمركلاُنآرقلا ذيتاسلأاو

ُ

ُنموُبلاطلاوُ،يملعلماوُ،

ُةدلمُنوثحابلاُابهُلىدأُتيلاُتاظحلالماُللاخ 1

ُ .رهش يىُةحورطلأاُهذىُنمُةجيتنلاو

ُ

ُةقيرطُنأ

اهملعُدقُيقلاطلا

ُ امكُاماتمُ،ُللهاُلوسر

ُ

ُثمُيحولاُلىإُرملأاُلصوُامدنعُةباحصلاُللهاُلوسرُعجم

،ُةباحصلاُعيجمُىلعُةيلآاُللهاُلوسرُأرق

ُ قيبطتُمتيُ.ةباحصلاُاهظفحُتقولاُكلذُفيو

ُ

ُةقيرط

لبقُنمُهذىُيقلاطلا

ُ بلاطلا

ُ

،ُةيلخادلاُةيملاسلإاُوايرُنآرقللُلبلحاُةسردمُفي

ُ ءاوس

ُ في

ُ

ُلصفلا

وأُيساردلا

ُ جراخ

ُ يساردلاُلصفلا

ُ لماوعلاُ.

ُ قيبطتلُةمعادلا

ُ ةقيرط

ُ يىُهذىُيقلاطلا

ُ

ُددعلا

،ُةيلخادلاُةيملاسلإاُوايرُنآرقللُلبلحاُةسردمُفيُةيرغصلاُخاوكلأاُنمُيربكلا

ُ ةروشلماوُزيفحتلاو

ُ

ُ.

زيفحتلاوُةيرغصلاُخاوكلأاُددعُعمُ،ُلثمُبلاطلاُةايحُىلعُيرثأتُولُقيبطتلاُاذى

ُ

،ُةروشلماو

ُ

ُمتي

بلاطلاُءاطعإ

ُ ةقيرطُةسراممُفيُةيرصحُتاداشرإ

ُ .قلاطلا

ُ

ُ

ُُ

تاملكلا

ُ

ُ:ةيحاتفلما يلحاُثيدلحاُ،نآرقلاُظفحُ،يقلاتلاُجهنم

ُ

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menghafal al-Qur‟an merupakan salah satu bentuk interaksi umat Islam, dengan al-Qur‟an yang telah berlangsung secara turun-menurun sejak al-Qur‟an pertama kali di turunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril AS. Hingga sekarang dan bahkan masa yang akan datang. Allah SWT telah memudahkan al-Qur‟an untuk dihafalkan, baik oleh umat Islam yang berasal dari arab maupun selain arab yang tidak mengerti arti kata-kata dalam al-Qur‟an yang menggunakan bahasa Arab.1 sesuai dengan firman Allah SWT di dalam surah al-Qomar Ayat ke 17 :

ٍرِكَّدُّم ْنِم ْلَهَ ف ِرْكِّذلِل َنٰاْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو

“Dan sungguh, kami mudahkan Al-Qur‟an untuk peringatan, maka adakah yang mau mengambil pelajaran”. (Q.s Al-Qomar : 17).

Sejatinya penghafal Al-Qur‟an ialah orang yang di pilih oleh Allah SWT secara langsung untuk menjaga kemurnian kalam-nya. Sebab, para penghafal al-Qur‟an hatinya telah di bimbing oleh Allah SWT untuk mau menjaga kalam-nya. Para penghafal al-Qur‟an sangat mulia di mata Allah SWT dan nabi Muhamad SAW apalagi dikalangan makhluknya, dikarenakan jika masuk bagian dari seorang yang penghafal al-Qur‟an begitu tinggi derajat yang di naikkan oleh Allah SWT dikalangan orang yang haus akan duniawi dan bahkan diakui sebagai hamba yang di pilih oleh Allah SWT, sesuai firman Allah SWT di dalam Surah Fatir Ayat Ke 32 :

Artinya : “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar”. (Q.s fatir : 32)

1 Abdul Jalil,”metode menghafal al-Qur‟an (Yogyakarta : YUPI dan penerbit PD Pontren Kemenag RI, 2021), hlm. 150.

(18)

Tidak bisa dilelakkan lagi bahwa dalam sejarah al-Qur‟an terjaga kemurniannya bukan hanya karena memang sudah ditulis sejak al-Qur‟an diwahyukan, akan tetapi juga karena partisipasi dari para penghafal al- Qur‟an. Al-Qur‟an ketika akan dibukukan, dikumpulkan dalam bentuk benda –benda yang memungkinkan al-Qur‟an di tulis pada zaman nabi, misalnya pelepah kurma, kepingan tulang, dan lempengan batu. Lembaran al-Qur‟an itu tidak di terima, kecuali setelah di persaksikan oleh dua orang saksi yang menyaksikan bahwa ayat al-Qur‟an yang tertuliS dalam lembaran tersebut benar ditulis dihadapan nabi Muhammad SAW. Selain itu, al- qur‟an terus di hafal oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW.2

Pada masa nabi muhammad SAW, setiap kali al-Qur‟an turun, beliau menerimanya, mengafalnya, dan menyampaikannya secara tartil dengan talaqqi kepada sahabat baik laki-laki maupun perempuan. Setelah para sahabat menghafalnya, maka mereka mengamalkannya serta meyampaikan dan menyebarkan apa yang di hafal dari Nabi Muhammad SAW kepada pasangannya, anak-anak, sahabat yang lain yang tidak dapat hadir pada saat itu. Dengan demikian, pasca beberapa hari ayat al-Qur‟an yang turun telah di hafal oleh sebagian besar sahabat. Di kitab karya Abd- al-Rab Nawab al- Din dalam „Kayfa Tahfadz al-Qur‟an al-Kariim‟ menjelaskan Nabi Muhammad SAW saat mendapat wahyu melalui malaikat jibril berupa firman Allah SWT, terbiasa menerima bagian. Sedangkan untuk para sahabat Nabi Muhammad SAW menghafal ayat yang baru turun dengan metode talaaqi dan tidak di perkenannkan lanjut ke bagian berikutnya sebelum betul-betul menguasai hafalan yang lama.

Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab iman bab awal wahyu jilid 1 halaman 97 nomor hadis 160, bahwa Aisyah Ummul Mukminin menceritakan:

2 Nur Efendi dan Muhammad Fathurrohman, studi al-Quran:memahami wahyu Allah SWT secara lebih integral dan Komprehensif (Yogyakarta, Teras, 2014),hlm. 103.

(19)

3

، ٍبْىَو ُنْبا اَنَرَ بْخَأ ، ٍحْرَس ِنْب وِرْمَع ِنْب ِوَّللا ِدْبَع ِنْب وِرْمَع ُنْب ُدَمْحَأ ِرِىاَّطلا وُبَأ يِنَثَّدَح َةَشِئاَع َّنَأ ، ِرْيَ بُّزلا ُنْب ُةَوْرُع يِنَثَّدَح : َلاَق ، ٍباَهِش ِنْبا ِنَع ، ُسُنوُي يِنَرَ بْخَأ : َلاَق

لا ُلوُسَر ِوِب َئِدُب اَم ُلَّوَأ َناَك : ْتَلاَق اَهَّ نَأ ،ُوْتَرَ بْخَأ َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِّيِبَّنلا َجْوَز ِوَّل

َّللا ىَّلَص ْتَءاَج َّلَِإ اَيْؤُر ىَرَ ي َلَ َناَكَف ،ِمْوَّ نلا يِف َةَقِداَّصلا اَيْؤُّرلا ِيْحَوْلا َنِم َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُو

ِويِف ُثَّنَحَتَ ي ٍءاَرِح ِراَغِب وُلْخَي َناَكَف ،ُء َلََخْلا ِوْيَلِإ َبِّبُح َّمُث ، ِحْبُّصلا ِقَلَ ف َلْثِم َوُىَو -

ُدُّبَعَّ تلا - ىَلِإ ُعِجْرَ ي َّمُث ،َكِلَذِل ُدَّوَزَ تَ يَو ،ِوِلْىَأ ىَلِإ َعِجْرَ ي ْنَأ َلْبَ ق ِدَدَعْلا ِت َلَوُأ َيِلاَيَّل لا

: َلاَقَ ف ،ُكَلَمْلا ُهَءاَجَف ،ٍءاَرِح ِراَغ يِف َوُىَو ،ُّقَحْلا ُوَئِجَف ىَّتَح اَهِلْثِمِل ُدَّوَزَ تَيَ ف َةَجيِدَخ َأ اَم " : َلاَق ،ْأَرْ قا َّمُث ،َدْهَجْلا يِّنِم َغَلَ ب ىَّتَح يِنَّطَغَ ف ،يِنَذَخَأَف " : َلاَق ." ٍئِراَقِب اَن

يِنَّطَغَ ف ،يِنَذَخَأَف " : َلاَق ." ٍئِراَقِب اَنَأ اَم : ُتْلُ ق " : َلاَق .ْأَرْ قا : َلاَقَ ف ." يِنَلَسْرَأ َسْرَأ َّمُث ،َدْهَجْلا يِّنِم َغَلَ ب ىَّتَح َةَيِناَّثلا ،ٍئِراَقِب اَنَأ اَم " : ُتْلُقَ ف .ْأَرْ قا : َلاَقَ ف ." يِنَل

َكِّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا { : َلاَقَ ف ." يِنَلَسْرَأ َّمُث ،َدْهَجْلا يِّنِم َغَلَ ب ىَّتَح َةَثِلاَّثلا يِنَّطَغَ ف ،يِنَذَخَأَف ُّبَرَو ْأَرْ قا { } ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ { } َقَلَخ يِذَّلا } ُمَرْكَْلأا َك

ِمَلَقْلاِب َمَّلَع يِذَّلا {

مَلْعَ ي ْمَل اَم َناَسْنِْلْا َمَّلَع { } .

Artinya: Pertama kali wahyu yang datang kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri.”

“Lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali.”

“Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datanglah Al-Haq saat Beliau berada di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata : “Bacalah!”

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca” Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam menjelaskan (padaku) Lalu Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!” Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca” Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!” Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi : (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah

(20)

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).” (HR. Muslim).3

Ada pula diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah Shallallaahu „Alaihi Wasallam bersabda:

يِنَءاَج يِذَّلا ُكَلَملا اَذِإَف ،يِرَصَب ُتْعَ فَرَ ف ،ِءاَمَّسلا َنِم اًتْوَص ُتْعِمَس ْذِإ يِشْمَأ اَنَأ اَنْ يَ ب َّسلا َنْيَ ب ٍّيِسْرُك ىَلَع ٌسِلاَج ٍءاَرِحِب يِنوُلِّمَز :ُتْلُقَ ف ُتْعَجَرَ ف ،ُوْنِم ُتْبِعُرَ ف ،ِضْرَلأاَو ِءاَم

يِنوُلِّمَز :رثدملا[ }ْرِذْنَأَف ْمُق .ُرِّ ثَّدُملا اَهُّ يَأ اَي{ :ىَلاَعَ ت ُوَّللا َلَزْ نَأَف

ىَلِإ ] 2 - [ 8 ] -

:رثدملا[ }ْرُجْىاَف َزْجُّرلاَو{ ِوِلْوَ ق َباَتَ تَو ُيْحَولا َيِمَحَف .] 5

،َفُسوُي ُنْب ِوَّللا ُدْبَع ُوَعَ باَت َع

ُهُرِداَوَ ب ٌرَمْعَمَو ،ُسُنوُي َلاَقَو ،ِّيِرْىُّزلا ِنَع ،ٍداَّدَر ُنْب ُلَلَِى ُوَعَ باَتَو ،ٍحِلاَص وُبَأَو

Artinya: “Suatu ketika, saat aku sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, ia duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: “Selimuti aku.

Selimuti aku”.

“Maka Allah Ta‟ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) sampai ayat (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.”( HR. Bukhori)

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata serta Ma‟mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri. Al-Qur‟an diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung oleh Jibril AS.

Al-Qur‟an tidak di turunkan dalam wujud mushaf sebagaimana yang kita pegang saat sekarang ini. Justru, Al-Qur‟an diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara talaqqi. Hal ini menunjukkan bahwa ashlut talaqqi adalah cara asli belajar Al-Qur‟an yaitu dengan menghafalkannya di hadapan guru.

Hal ini, penerapan metode talaqqi ini juga terjadi pada pondok pesantren Ash-Habul Quran Riau Jl. Erba Kel. Lembah damai Kec. Rumbai.

Dimana santri pondok Ash-habul Quran melaksanakan setoran hafalan menggunakan sistem metode talaqqi, dimana pondok ini telah berjalan lebih kurang 4 tahun dan sudah memiliki alumni yang menghafal al-Qur‟an 30

3 Kitab shohih muslim, jilid I, kitab iman, bab awal wahyu, no hadits 160, hlm. 97.

(21)

5

juz. Dalam metode talaqqi santri dibiasakan terus oleh muhaffidz untuk selalu mengulang bacaan yang telah muhafidz praktekkan kepada santri sampai kiranya betul-betul hafal. Ketika sudah hafal melalui bacaan muhafidz tadi sebanyak satu halaman, maka santri di haruskan menyetor hafalan yang sudah dihafalkan tersebut, dan hadis tersebut tercantum dalam kitab mu‟jam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab iman bab awal wahyu jilid 1 halaman 97 nomor hadis 160.

Yang jadi persoalan ialah apakah penerapan hadis tentang metode talaqqi tersebut sesuai dengan metode yang Nabi ajarkan kepada para sahabat? Apakah santri tersebut benar benar mengikuti penerapan hadis tersebut atau ngikut ngikut metode zaman sekarang saja? Apakah ketika seselai hafal 30 juz dalam metode talaqqi tersebut di terapkan selanjutnya dalam menghafal? Mengapa pondok pesantren tersebut menggunakan metode talaqqi tersebut? Bagaimana pula penerapan metode menghafal al- Qur‟an dalam metode talaqqi tersebut sesuai dengan syarah hadis para ulama yang kemudian bisa di terapkan pada zaman sekarang ini? Dari uraian dan persoalan di atas, maka Peneliti memilih lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau sebagai tempat penelitian dikarenakan adanya keselarasan antara hadis yang diteleti dengan metode menghafal yang di gunakan pada lembaga pendidikan Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan penerangan istilah-istilah sebagai berikut :

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau penerapan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci . implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah di anggap sempurna.

Menurut Nurdin Usman, Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar

(22)

aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 4

2. Metode

Secara etimologi, kata “metode” dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah “method” yang berarti a way of doing something (jalan atau cara melakukan sesuatu). Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut H.M. Arifin kata metode berasal dari dua perkataan “meta” berarti melalui “hodos” berarti jalan atau cara. Secara terminologi, menurut prof. Dr. Athiyah Al-Abrasyi metode adalah jalan yang diikuti dalam memahamkan murid tentang segala macam pelajaran dalam segala mata pelajaran.5

3. Talaqqi

Talaqqi adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab dari kata “laqia”

artinya berjumpa atau bertemu adapun “talaqqi” artinya pertemuan, menemui atau menjumpai yang juga bermakna saling bertemu. Maksudnya ialah belajar secara langsung berhadapan dengan guru yang mengajar.

Talaqqi bisa disebut juga dengan musyafahah yang merupakan metode al- Qur‟an yang menerapkan perjumpaan secara langsung antara murid dan guru. Talaqqi juga menerapkan gerak mulut murid harus mengikuti gerak mulut yang di contohkan guru.6

4. Menghafal

Menghafal menurut Kamus Bahasa Indonesia bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me menjadi menghafal yang

4 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, ( Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 70.

5 Mohammad Salik, Ilmu Pendidikan Islam, (surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014), hlm. 89.

6 Ahsin W al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an.(Jakarta : Amzah, 2008), hlm. 288.

(23)

7

artinya adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.7 Selain itu menghafal dapat juga diartikan dari kata memory yang artinya ingatan, daya ingatan, juga mengucapkan diluar kepala.8

5. Living Hadis

Living Hadis terdiri dari dua kata yakni living dan hadis. Living secara etimologi berasal dari bahasa inggris yang memiliki dua makna, yakni “yang hidup” dan “menghidupkan”. Sehingga terdapat dua tema yang mungkin ada, yakni the living hadis yang artinya hadis yang hidup dan living the hadis yang bermakna menghidupkan hadis.9

Adapun kata hadis sendiri menurut bahasa ialah al-jadid (baru), bentuk jamaknya adalah ahaadits bertentang dengan qiyas. Menurut istilah ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, Taqrir(diamnya) maupun sifatnya.10

Jadi, living hadis dapat dimaknai sebagai kajian yang melihat gejala yang nampak di masyarakat berupa pola-pola perilaku kemudian dikaitkan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Pola-pola perilaku disini merupakan bagian dari respon umat Islam dalam interaksi mereka dengan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.11

C. Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis ajukan dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :

1. Penerapan metode talaqqi yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat sesuai dengan metode talaqqi

2. Sistem penerapan metode talaqqi mempengaruhi anak cepat dalam menghafal.

7 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed III, (Jakarta : Balai Pustama, 2003), hlm.

381.

8 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Ingris Indonesia An English Indonesian Dictionary, (jakarta : Gramedia, 1992), hlm. 378.

9 Ahmad „Ubaydi Habillah, Ilmu Living Qur‟an Hadits : Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi, (Tangerang Selatan : Darus-Sunnah, 2019), hlm. 20.

10 Mahmud Thahan, Ilmu Musthalah Hadits, Terj. Abu Fuad, (Bogor : Pustaka Thoriqul Izzah, 2010), hlm. 13.

11 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (TH Press : Yogyakarta, 2005), hlm. 107.

(24)

3. Implementasi menghafal al-Qur‟an dengan metode talaqqi merupakan salah satu metode yang efektif bagi santri.

4. Metode talaqqi salah satu metode yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada sahabat.

5. Implementasi metode Talaqqi, perlu adanya sebuah gagasan, petunjuk, dan arahan dari hadis nabi bagi para santri penghafal al-Qur‟an.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah, maka penulis memberi batasan masalah dalam membahas permasalahan ini yaitu penerapan metode Talaqqi sangat membantu anak-anak dalam menghafal al- Qur‟an, dikarenakan metode ini digunakan oleh Nabi muhammad SAW dalam menerapkan sahabat untuk menghafal al-Qur‟an. Teruntuk hadis yang di gunakan, penulis fokus pada hadis yang berkaitan dengan metode talaqqi.

Untuk mengetahui hal itu, penulis mengkutip hadis kitab Imam Muslim dalam kitab iman bab awal wahyu jilid 1 halaman 97 nomor hadis 160.

Kemudian implementasinya di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau serta pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari santri.

E. Rumusan Masalah

Untuk permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Gambaran Umum Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau?

2. Bagaimana pemahaman hadis tentang metode talaqqi santri Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau?

3. Bagaimana pelaksanaan metode talaqqi santri di pondok pesantren Ash-Habul Quran Riau?

4. Bagaimana pengaruhnya dikehidupan santri Pondok Pesantren Ash- Habul Quran Riau?

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(25)

9

a. Untuk mengetahui pemahaman hadis dalam penerapan metode talaqqi

b. Untuk mengetahui pelaksanaan metode talaqqi di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau

c. Untuk mengetahui pengaruh metode talaqqi dikehidupan santri Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca selain di jadikan khazanah kepustakaan khususnya di prodi ilmu hadis.

b. Sebagai tambahan pengetahuan atau wacana bagi umat Islam tentang implementasi hadis metode talaqqi supaya timbul anak- anak untuk mau dalam menghafal al-Qur‟an dan menjadi generasi yang Qur‟ani.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk mempermudah para pembaca dalam menelaah isi kandungan di dalamnya. Skripsi ini tersusun atas lima bab. Adapun sistematikanya, sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, memberikan penjelasan dalil hadis yang digunakan untuk menjelaskan singkat dari objek penelitian, mengapa peneltian ini perlu dilakukan dan di lanjutkan dengan Penegasan Istilah, dalam sub bab ini mengembangkan makna dari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini seperti kata implementasi, metode, talaqqi, living hadis, Identifikasi Masalah, sub bab ini menjelaskan permasalahan dalam menggunakan metode talaqqi di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, Batasan Masalah, sub bab ini menjelaskan tentang hadis yang di gunakan, penulis fokus pada hadis yang berkaitan dengan metode talaqqi. Untuk mengetahui hal itu, penulis mengkutip hadis kitab Imam Muslim dalam kitab iman bab awal wahyu jilid 1 halaman 97 nomor hadis 160. Kemudian implementasinya di Pondok

(26)

Pesantren Ash-Habul Quran Riau serta pengaruh terhadap kehidupan sehari- hari santri. Rumusan Masalah, dalam sub bab ini menjelaskan tentang permasalahan dalam penelitian yaitu bagaimana pemahaman hadis tentang Metode Talaqqi, bagaimana pelaksanaan serta pengaruhnya di kehidupan santri Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau. Tujuan dan Manfaat Penelitian, dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman serta mengetahui pelaksanaan dan pengaruh metode talaqqi yang digunakan untuk memberi manfaat penambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca dan Sistematika penulisan, di bab ini berisi tentang inti dari setiap bab yang di teliti oleh penulis.

BAB II : Kerangka Teoritis

Dalam bab ini berisi landasan teori dan tinjauan pustaka (penelitian yang relevan). Landasan teori terdari dari penjelasan Talaqqi, talaqqi adalah Talaqqi adalah suatu metode pengajaran Al-Qur‟an secara langsung, artinya pengajaran Al-Qur‟an itu diterima dari generasi ke generasi, dari seorang guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut ke mulut kepada muridnya. Adab Metode Talaqqi, dalam hal ini menggunakan kitab At Tibyan Fii Aadaab Hamalatil Qur‟an. Ziyadah Dalam Metode Talaqqi yaitu pengertian ziyadah secara istilah adalah menambah hafalan atau menghafal ayat baru. Dasar Metode Talaqqi, yaitu Dasar Penggunaan Metode Talaqqi ini seperti yang disampaikan oleh Ahsin W. Al Hafidz bahwa istilah Talaqqi adalah metode yang diajarkan oleh malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW, Talaqqi adalah suatu metode pengajaran Al-Qur‟an secara langsung, artinya pengajaran Al-Qur‟an itu diterima dari generasi ke generasi, dari seorang guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut ke mulut kepada muridnya. Bentuk Metode Talaqqi, yaitu berbentuk tasmi‟, „aradh, qiraat fii ash-sholah, dan. Kemudian penulis juga memuat tinjauan kepustakaan, yang dimaksudkan penulis mendapatkan literatur yang berkaitan dengen penelitian penulis yang berupa jurnal dan tesis. untuk menjelaskan dimana posisi penulis dalam melakukan penelitian, dan terhindarnya adanya plagiasi.

(27)

11

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yang akan digunakan dengan maksud untuk menentukan cara dalam penelitian, yang meliputi jenis penelitian, Jenis penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian lapangan (field reseacrh). Penulis terjun langsung ke lapangan atau obyek penelitian untuk mengetahui secara jelas terhadap kondisi di lapangan, dalam hal ini Implementasi Hadis Nabi Tentang Metode Talaqqi untuk kemudian dideskripsikan secara alami melalui pemahaman hadis Nabi SAW. Subjek dan objek penelitian, dalam sub bab ini subjek tertuju kepada kepala yayasan Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, kepala sekolah, asatiz dan guru serta santri dan objek penelitiannya adalah Impelementasi hadis nabi tentang metode talaqqi di pondok pesantren Ash-Habul Quran Riau. sumber data, Teknik pengumpulan data, yaitu dengan interview, observasi dan dokumentasi dan Teknik analisis data, yaitu Dalam rangka menganalisis data yang peneliti peroleh selama proses pengumpulan data, peneliti melakukan tiga tahapan. Pertama, tahap reduksi data, kedua, display data atau penyajian data dan ketiga, proses verifikasi.

BAB IV : Pembahasan dan Analisis Data

Dalam bab ini dijelaskan tentang pembahasan dan analisis data yang berisi tentang pertama, gambaran umum Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau. Dalam sub bab ini menjelaskan tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, visi-misi, filsofi logo, jumlah santri, profil pondok, serta struktur Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau. Kedua, pemahaman hadis nabi tentang metode talaqqi menghafal al- Qur‟an, dalam sub bab ini menjelaskan tentang pemahaman santri pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau dengan sistem metode talaqqi yang digunakan. Ketiga, pelaksanaan nilai-nilai hadis metode talaqqi di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau, dalam sub bab ini cara pelaksanaannya menurut observasi penulis yaitu terdapat pelaksanaan di luar kelas dan di dalam kelas. Keempat, bagaimana pengaruhnya bagi kehidupan dan pendidikan santri di Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau serta

(28)

pengaruh terhadap masyarakat. Dalam sub bab ini menjelaskan tentang santri jadi mudah menghafal , disiplin dan bermanfaat bagi masyarakat.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan yaitu pemahaman hadis metode talaqqi, pelaksanaan metode talaqqi, pengaruh metode talaqqi bagi kehidupan santri Pondok Pesantren Ash-Habul Quran Riau. Saran yaitu berisi saran untuk penulis.

(29)

13 BAB II

KERANGKA TEORITIS A. Landasan Teori

1. Talaqqi

a. Pengertian Talaqqi

Talaqqi menurut bahasa berasal dari kata talaqqa-yatalaqqa asal dari fi‟il laqiya-yalqa-liqa‟an yang berarti bertemu, berhadapan, mengambil, menerima, Sedangkan menurut istilah Talaqqi adalah metode yang diajarkan oleh malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW, Talaqqi adalah suatu metode pengajaran Al-Qur‟an secara langsung, artinya pengajaran Al- Qur‟an itu diterima dari generasi ke generasi, dari seorang guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut ke mulut kepada muridnya. Dengan cara ini maka rangkaian sanad (silsilah guru) akan menjadi jelas bersambung sehingga sampai kepada Rasulullah SAW.12

Masih dari segi bahasa Talaqqi yaitu belajar secara berhadapan dengan guru. Lebih sering disebut dengan kata Musyafahah, yang bermakna dari mulut ke mulut (seorang murid yang belajar Al-Qur‟an dengan cara memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan pengucapan makhraj dan shifat huruf secara tepat).13 Maka dari itu hal ini menunjukkan bahwa mempelajari Al-Qur‟an harus dengan cara talaqqi, ilmu Al-Qur‟an diambil langsung dari lisan atau mulut seorang guru, sehingga menjadi sambung dengan nabi Muhammad SAW. Menurut Sa‟dulloh, talaqqi adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru. Guru tersebut haruslah seorang hafidz Al-Qur‟an, telah mantap agama dan ma‟rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya.14 Kemudian menurut Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam menjelaskan makna talaqqi adalah belajar secara langsung kepada seseorang yang ahli dalam membaca al-Qur‟an.

12 Ahsan W al Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an. (Jakarta : Amzah , 2008), hlm. 288.

13 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi Al-Lu‟Lu Wal Marjan : Kumpulan Hadits Shohih Bukhori Muslim, Solo : Insan Kamil, Cetakan ke-23, Februari 2020/Rajab 1441 H), hlm. 679-680.

14 Sa‟dullah, 9 cara cepat menghafal al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), hlm. 54.

(30)

Sedangkan menurut Imana Y. Talaqqi adalah cara guru menyampaikan bacaan Al-Qur‟an secara musyafahah (murid melihat gerak bibir guru secara tepat) yaitu berhadapan langsung dengan murid dalam posisi duduk dengan tenang dan nyaman, Kemudian guru menginstruksikan kepada para murid untuk mengulang ulang membaca dan mendengarkan ayat ayat Al-Qur‟an sampai anak tersebut hafal sepenuhnya, maka cara ini disebut dengan

“talaqqi”. Cara ini dianggap salah satu cara paling efektif untuk menyampaikan materi dari hafalan Alquran kepada anak kecil/usia dini, dan dianggap cocok untuk perkembangan usia anak.15 Hal tersebut senada dengan yang juga disampaikan oleh Abdul Majid Khon dalam bukunya bahwa musyafahah artinya berhadapan langsung antara murid dengan guru.16

Masih pada jurnal yang sama yang dikutip oleh Cucu Susianti menyebutkan bahwa menurut Husaini F. metode Talaqqi merupakan cara yang lebih sering di pakai orang untuk menghafal Al-Qur‟an, karena metode ini mencakup dua faktor yang sangat menentukan yaitu adanya kerjasama yang maksimal antara guru dan murid.17

Jadi dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa Metode Talaqqi merupakan metode yang wajib dilakukan oleh seorang yang belajar Al- Qur‟an dengan beberapa kegiatan mulai dari mendengarkan, menyimak, menirukan apa yang disampaikan oleh lisan seorang guru dan kemudian mempraktekan atau memperdengarkan kembali apa yang sudah disimak tadi juga kepada guru tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayyid bahwa metode talaqqi merupakan metode menghafal dengan membacakan ayat- ayat yang akan dihafalkan secara berulang-ulang kepada anak.18

15 Cucu Susianti, Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur‟an Anak Usia Dini, (Jurnal Tunas Siliwangi, Vol 2, no 1 April 2016), hlm. 12-13.

16 Abdul Majid Khon, Pratikum Qiroat :Keanehan Bacaan Al-Qur‟an Qiraat Ashim dan Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), hlm. 35.

17 Ibid 12-13

18 Dina Y. Sulaiman, Mukjizat Abad 20 : Doctor Cilik Hafal dan Paham Al-Qur‟an , (Depok : Pustaka Iman, 2007), hlm. 23.

(31)

15

b. Adab Metode Talaqqi

Menurut Imam An-Nawawi menuliskan dalam dalam kitabnya At Tibyan Fii Aadaab Hamalatil Qur‟an. bahwa Adab-adab yang berkaitan dengan menghafal Al-Qur‟an beliau menambahkan adanya “rasa hormat kepada guru” berikut urutanya yaitu :

a. Ikhlas

b. Harus berakhlaq mulia c. Harus hormat kepada guru,

d. Harus sabar menghadapi sikap keras gurunya.19 c. Ziyadah dalam Metode Talaqqi

Ziyadah secara bahasa atau etimologi, arti ziyadah dalam bahasa arab adalah menambah, berasal dari kata zaada-yaziidu ziyaadah (ziyaadatan) yang artinya bertambah. Sedangkan pengertian ziyadah secara istilah adalah menambah hafalan atau menghafal ayat baru.

Nabi Muhammad SAW menambah hafalannya ketika wahyu turun.

Sedangkan para sahabat ketika wahyu sudah turun, maka nabi Muhammad SAW menyuruh para sahabat menhafalnya dengan metode talaqqi. Setelah hafal para sahabat akan mencoba memahami makna ayat dan tafsirannya.

Setelah itu, mereka akan mengamalkan isi dari ayat tersebut. Para sahabat tidak akan pindah mempelajari ayat Al-Qur‟an yang lain sampai semua proses ini lengkap mereka lalui. Ini menjadi salah satu cara para sahabat agar cepat hafal Al-Qur‟an.

Lalu bagaimana cara menghafal Al-Qur‟an yang dilakukan oleh para sahabat, inilah cara para sahabat Nabi dalam belajar Al-Qur‟an:

1. Para sahabat belajar Al-Qur‟an tiap 10 ayat dan di ulang ulang sebanyak 5x.

2. Para sahabat menghafal Al-Quran yang telah di sampaikan oleh nabi Muhammad SAW

3. Kemudian para sahabat mempelajari makna (tafsir) Al-Quran

19 Ahsin Wijaya. Alhafidz, Bimbingan praktis menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), hlm. 4.

(32)

4. Kemudian mereka mengamalkan ayat yang telah mereka hafal dan pelajaran tafsirnya

5. Mereka tidak pindah mempelajari ayat Al-Quran yang ke-11 sebelum proses itu selesai.20

Itulah 5 metode belajar Al-Qur‟an para sahabat Nabi yang dikabarkan oleh Abu Abdurrahman „Abdullah ibn Abid ibn Rabiah al-Sulami (Abdurrahman as-Sulami) wafat pada tahun 73 H (692/694) di Kufah.

seorang perawi hadis buta dan qari‟ yang lahir pada masa nabi Muhammad SAW dan salah satu murid Ustman bin Affan.21

Disamping ziyadah, penting juga dalam memuraja‟ah hafalan yang sudah disetorkan. Muraja‟ah adalah kegiatan mengulang kembali pelajaran, hafalan dan lain sebagainya. Dari segi bahasa, Muroja‟ah ini berasal dari kata “rojaayarji‟u” dan “muroja‟atan” yang artinya adalah kembali. Dari artian harfiah kembali tersebut kemudian Muroja‟ah banyak digunakan khususnya dalam pendidikan Islam utamanya pesantren. Istilah Muroja‟ah ini ditujukan pada kegiatan mengulang pelajaran sebelum ujian, hapalan- hapalan ayat-ayat Al-Qur‟an dan lain sebagainya.

Nabi dan para sahabat dalam memurajaah hafalan-nya yakni susuai dengan hadis nabi yang artinya :

Dari Ibnu Umar radhiallahu‟anhu, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda “ jika seorang shohibul Qur‟an membaca al-Qur‟an dimalam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya”. (Muslim no hadis 789).

Sahabat memuraja‟ah hafalannya setiap hari sampai betul-betul kuat dan tidak mau menambah sebelum hafalan-nya kuat. Bahkan nabi mendorong sahabat untuk mengikat hafalan al-Qur‟an dan mempelajari serta ancaman dari melalaikan-nya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membaca-nya.

20 https://umma.id/article/share/id/7/16806

21 Mattson, Ingrid, Kisah A-Qur‟an: Sejarah dan Tempatnya dalam kehidupan Muslim, hlm. 103-105.

(33)

17

Ketika hafalan betul-betul sudah lancar maka nabi mengisyaratkan kepada padara sahabat konsisten dalam menjaga hafalan tersebut. Konsisten memelihara Al-Qur‟an sudah dicontohkan mulai sejak Nabi Muhammad SAW, karena jaminan Allah atas kekuatan hafalan nabi dengan sebutan atau istilah “Ummi”. Hal itu juga dilakukan oleh para sahabat, kekuatan hafalan para sahabat sangat kuat bukan hanya hafal akan lafadz namun tulisan beserta makna juga dihafal dan dipahami oleh para sahabat nabi.

Istilah yang disandang oleh para sahabat adalah dhobit, menghafal dan juga menjaga, maksunya menghafal bisa dilakukan oleh semua sampai- sampai dicontokan orang munafiq juga bisa kalau hanya disuruh menghafal, namun yang berbeda dengan yang lain adalah kualitas hafalanya.22

2. Metode

a. Pengertian Metode

Metode adalah Secara etimologis, kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang tersusun dari kata “meta” dan “hodos“. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah. Sedangkan hodos berarti jalan, cara, atau arah.

Kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi kata

“method” yang berarti suatu bentuk prosedur tertentu untuk mencapai atau mendekati suatu tujuan, terutama cara yang sistematis.

Dari penjelasan tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian metode adalah suatu cara atau proses sistematis yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dengan kata lain, metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan, atau bagaimana cara untuk melakukan/ membuat sesuatu.

Suatu metode dijadikan sebagai acuan kegiatan karena di dalamnya terdapat urutan langkah-langkah yang teratur sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih efisien. Dalam kaitannya dengan upaya ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

22 https://tebuireng.online/keistemewaan-menjaga-al-quran-masa-sahabat/amp/

(34)

b. Dasar Metode Talaqqi

Dasar Penggunaan Metode Talaqqi ini seperti yang disampaikan oleh Ahsin W. Al Hafidz bahwa istilah Talaqqi adalah metode yang diajarkan oleh malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW, Talaqqi adalah suatu metode pengajaran Al-Qur‟an secara langsung, artinya pengajaran Al- Qur‟an itu diterima dari generasi ke generasi, dari seorang guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut ke mulut kepada muridnya. Dengan cara ini maka rangkaian sanad (silsilah guru) akan menjadi jelas bersambung sehingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW.23 Hal tersebut dikarenakan belajar Al-Qur‟an berbeda dengan belajar ilmu ilmu yang lain, belajar Al-Qur‟an haruslah kepada seorang atau guru yang ahli dan mumpuni dalam ilmu Al-Qur‟an, ditambah lagi bertemunya seorang murid dengan guru secara langsung ketika belajar Al-Qur‟an merupakan syarat wajib dalam belajar Al-Qur‟an hal ini juga disampaikan oleh bahwa bertemu langsung dengan seorang guru (talaqqi) merupakan bentuk pengajaran Al- Qur‟an yang bersifat wajib.24

Selain itu, memang sejak zaman Nabi Muhammad SAW sebenarnya para sahabat yang mulia menghafalkan Al-Qur‟an dengan cara menggunakan Metode Talaqqi Syafahi ini sudah sangat masyhur sekali untuk dikerjakan atau diamalkan, mereka mengecek kan langsung hafalan Al-Qur‟an mereka kepada Nabi Muhammad SAW.25 Hal ini menunjukan bahwa Metode Talaqqi memang sudah menjadi hal yang sepantasnya dilakukan oleh orang yang sedang belajar maupun mengajarkan Al-Qur‟an agar bacaan Al-Qur‟an tersebut tetap terjaga dari segi kemurnian dan kualitasnya. Hal ini dikuatkan oleh Sa‟dulloh yang menyatakan bahwa menghafal Al-Qur‟an sangat tidak diperbolehkan dilakukan secara mandiri tanpa dengan adanya seorang guru karena di dalam Al-Qur‟an itu banyak

23 Ahsan W al Hafidz, Kamus Ilmu al-Qur‟an, (Jakarta : Amzah, 2008), hlm. 288.

24 Abdullah Muqbil Al-Majidi, Bagiamana Rasullah Mengajarkan Al-Qur‟an kepada Para Sahabat, (Jakarta : Darul Falah, 2008), hlm. 112.

25 Salafuddin AS, Ngaji Metal (Metode Talqin), (Jakarta Selatan : Wali Pustaka, Mei 2018), hlm. 80.

(35)

19

bacaan bacaan sulit/asing (musykil) yang tidak bisa atau tidak cukup hanya dipelajari dengan teorinya saja. Bacaan sulit/asing (musykil) tersebut hanya bisa dipelajari secara langsung dengan cara melihat guru mempraktekan bacaan Al-Qur‟an tersebut.26

c. Bentuk Metode Talaqqi

Pada Metode Talaqqi ini setidaknya ada tiga bentuk ataupun model dalam praktek-nya sesuai dengan uraian dibawah ini :

a. Tasmi’

tasmi‟ artinya memperdengarkan, tasmi‟ adalah bentuk masdar dari kata sami‟a-yasmau‟ yang artinya memperdengarkan bacaan Al-Qur‟an.

Metode ini cara kerjanya adalah seorang guru memperdengarkan bacaan Al- Qur‟an untuk dihafal atau didengar oleh murid/orang lain.27 Metode ini biasanya seorang guru membacakan Al-Qur‟an dengan hafalan atau dengan cara melihat mushaf, kemudian murid mendengarkan bacaan tersebut dimajlis atau luar majlis, bisa juga mendengar bacaan teman yang menghafal Al-Qur‟an. Metode ini sangat efektif bagi para penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama tunanetra dan anak-anak di bawah umur yang belum mengenal baca tulis.28

b. ’Aradh

„Aradh yang artinya adalah menyampaikan, mengajukan dan mendemonstrasikan.29 Metode ini cara kerjanya adalah membacakan atau menyetorkan hafalan kepada seorang guru. Seorang guru bisa membetulkan bacaan yang keliru atau salah dari seorang pembaca. hal ini didasari sesuai dengan yang dilakukan rasulullah membacakan Al-Qur‟an dihadapan malaikat Jibril.30

c. Qiraat Fi Ash-Sholah

26 Ibid, hlm. 32.

27 Ahsin W Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: amzah, 2008), hlm. 64.

28 Ibid, hlm. 64-65.

29 Atabik Ali Dan Ahmad Zudi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Ibid, hlm.1281.

30 Abdussalam Muqbil Al-Majidi, Bagaimana Rasulullah Mengajarkan Al-Qur‟an Kepada Para Sahaba, Ibid, hlm. 124.

(36)

Sesuai dengan maknanya qira‟at fi ashsholah adalah membacakan ayat-ayat Al-Qur‟an ketika sholat. hal ini didasari sesuai yang dilakukan nabi Muhammad SAW bahwa nabi kadang memperdengarkan para sahabat beberapa ayat dalam sholat sirriyyah (dzhuhur dan „ashar). dan para sahabat memperhatikan surah yang dibacakan oleh Rasulullah pada sholat jahriyah (maghrib, isya‟ dan shubuh).31

d. Unsur-Unsur Metode Talaqqi

Dalam metode Talaqqi ada unsur unsur yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan, salafuddin AS dalam bukunya menerangkan unsur unsur Metode Talaqqi yang harus dipenuhui yaitu pertama, pentalqin atau disebut juga mulaqqin bertugas sebagai guru yang mencontohkan bacaan Al-Qur‟an kepada muridnya sekaligus sebagai korektor bagi muridnya jika didapati dalam bacaannya terdapat kesalahan, kedua, orang yang di-talqin (mulaqqan) atau bisa juga disebut dengan mutalaqqin artinya adalah orang yang belajar Al-Qur‟an melalui cara Talqin ini bertugas sebagai murid yang mendengarkan, menyimak, menirukan serta mempraktekan apa yang ditalqinkan oleh mulaqqin tadi, yang ketiga, ayat Al-Qur‟an yang akan dihafalkan,32 hal ini penting sekali dipersiapkan ayat yang akan dihafal tersebut karena secara tidak langsung akan menambah rasa semangat bagi yang di-talqin.

3. Living Hadis

d. Pengertian Living Hadis

Living hadis adalah pendekatan baru dalam penelitian hadis yang berusaha menemukan nilai yang hidup di masyarakat berdasarkan nilai-nilai hadis. Living Hadis terdiri dari dua kata yakni living dan hadis. Living secara etimologi berasal dari bahasa inggris yang memiliki dua makna, yakni “yang hidup” dan “menghidupkan”. Sehingga terdapat dua tema yang

31 Atabik Ali dan Ahmad Zudi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Ibid, hlm.

175.

32 Salafuddin AS, Ngaji Metal (Metode Talqin), Ibid, hlm. 156.

(37)

21

mungkin ada, yakni the living hadis yang artinya hadis yang hidup dan living the hadis yang bermakna menghidupkan hadis.33

Adapun kata hadis sendiri menurut bahasa ialah al-jadid (baru), bentuk jamaknya adalah ahaadits bertentang dengan qiyas. Menurut istilah ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, Taqrir(diamnya) maupun sifatnya.34

Jadi, living hadis dapat dimaknai sebagai kajian yang melihat gejala yang nampak di masyarakat berupa pola-pola perilaku kemudian dikaitkan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Pola-pola perilaku disini merupakan bagian dari respon umat Islam dalam interaksi mereka dengan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.35

e. Signifikan Living Hadis

Pada dasarnya kajian living hadis memfokuskan pada berbagai respon masyarakat terhadap hadis berupa resepsi mereka terhadap teks hadis tertentu, hasil pemahaman dan praktik yang dilakukannya. 36 Resepsi sosial terhadap hadis misalnya, dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti hadis tentang shalawat yang kerap dijadikan landasan dalam tradisi shalawat pada acara atau seremoni sosial keagamaaan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Studi tentang tarian spiritual yang dilakukan oleh komunitas Joged Shalawat Mataram di Yogyakarta menjadi contoh nyata fenomena living hadis. Tradisi tersebut didasarkan pada sejumlah teks hadis yang memerintahkan untuk bershalawat atas nabi dan meneladaninya.37

Kajian living hadis sebagaimana kajian ilmu-ilmu sosial tentu saja memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Muhammad

33 Ahmad „Ubaydi Habillah, Ilmu Living Qur‟an Hadits : Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi, (Tangerang Selatan : Darus-Sunnah, 2019), hlm. 20.

34 Mahmud Thahan, Ilmu Musthalah Hadits, Terj. Abu Fuad, (Bogor : Pustaka Thoriqul Izzah, 2010), hlm. 13.

35 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (TH Press : Yogyakarta, 2005), hlm. 107.

36M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Living Qur"an dan Hadis, (TERAS:

Yogyakarta, 2007), hlm. 107.

37Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Mafhum al-Salawat „inda Majmu‟at Joged Shalawat

“, (Mataram: Dirasah fii al-Hadith al-Hayy, Studia Islamika), Vol. 21, No. 3, 2014, hlm. 555-557.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait