• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menanamkan Nilai-Nilai Sejarah Purbakala Di Situs Goa Pawon Dan Upaya Pelestariannya Bagi Siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Menanamkan Nilai-Nilai Sejarah Purbakala Di Situs Goa Pawon Dan Upaya Pelestariannya Bagi Siswa Sekolah Dasar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: 10.31949/jee.v5i2.4181

62 11

Menanamkan Nilai-Nilai Sejarah Purbakala Di Situs Goa Pawon Dan Upaya Pelestariannya Bagi Siswa Sekolah Dasar

Sri Rohartati1, Bunyamin Maftuh2, Sapriya3

1 Universitas Langlangbuana, Bandung, Indonesia

2 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

3 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

*Corresponding author: sriemultazam@gmail.com ABSTRACT

This study aims to determine the historical values contained in at the Pawon Cave site for elementary school students and efforts to preserve them for elementary school students. Pawon Cave, located in Gunung Masigit Village, Cipatat District, West Bandung Regency, is an ancient site in which ancient human skeletons from prehistoric times were found. This study uses historical research methods. Historical research is research on an event in the past. This study uses heuristic, interpretation, and historiography work procedures. From the various heritage objects that exist at the Pawon Cave site, it can be seen that culture in ancient times can be said to be the basis of Indonesian culture. Historical values in ancient times in Indonesia for elementary school students include Mutual Cooperation Values, Creative and Innovative Values, Deliberation Values, Religious Values, and Agricultural and Maritime Values. Efforts to preserve historical values at the Pawon Cave Site for Elementary Schools consist of two ways, namely the Education route and the Mass Media route. Through the Education Path, the historical values of Pawon Cave can be taught with Tourism Literacy and Through Learning Sangkuriang Fairy Tales. Furthermore, with mass media channels such as newspapers, radio or television, matters relating to the ancient Pawon Cave and the importance of historical values from the heritage of their ancestors around the Pawon Cave site can be presented.

Keywords: Historical Values, Pawon Cave, Preservation Efforts

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai sejarah yang terkandung didalam situs Gua Pawon bagi siswa-siswa Sekolah Dasar dan Upaya Pelestariannya bagi siswa di Sekolah Dasar. Gua Pawon yang terletak di Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Gua Pawon merupakan sebuah situs purbakala yang di dalamnya ditemukan kerangka manusia purbakala yang berasal dari zaman prasejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian sejarah merupakan penelitian tentang suatu peristiwa di masa lampau. Penelitian ini menggunakan prosedur kerja yaitu heuristik, interprestasi.dan historiografi. Dari berbagai benda peninggalan pubakala yang ada di situs Gua Pawon dapat diketahui bahwa kebudayaan pada masa dahulu kala dapat dikatakan sebagai dasar kebudayaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai sejarah pada masa purbakala di Indonesia bagi siswa-siswa Sekolah Dasar diantaranya Nilai Gotong Royong, Nilai Kreatif dan Inovatif, Nilai Musyawarah, Nilai Religius, dan Nilai Agraris dan Maritim. Dalam Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Sejarah di Situs Gua Pawon Bagi Sekolah Dasar terdiri dari 2 cara yaitu jalur Pendidikan dan jalur Media Massa. Melalui Jalur Pendidikan bisa diajarkan nilai-nilai sejarah Gua Pawon dengan Literasi Wisata dan Melalui Pembelajaran Dongeng Sangkuriang. Selanjutnya dengan Jalur media massa seperti surat kabar, radio, ataupun televisi dapat disajikan atau ditayangkan hal-hal yang berhubungan dengan purbakala Gua Pawon serta arti pentingnya nilai-nilai sejarah dari warisan nenek moyang mereka yang ada disekitar Situs Gua Pawon.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Sejarah, Gua Pawon, Upaya Pelestarian

Pendahuluan

Indonesia terbagi menjadi beberapa pulau-pulau dan memiliki berbagai keanekaragaman dimana kebudayaan nasional dan kebudayaan lokal berada, maupun kebudayaan asal asing

(2)

71

Gambar 2. Gua Pawon Terlihat dari Luar Kearah Gua Pawon

yang telah ada di Indonesia. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, terdapat peninggalan sejarah yang menjadi chiri khas masyarakat Kabupaten Bandung Barat wilayah yang memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan, salah satunya situs Gua Pawon yang terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat tepatnya di Desa Gunung Masigit. Gua Pawon merupakan sebuah situs purbakala yang di dalamnya ditemukan kerangka manusia yang berasal dari zaman prasejarah. Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya dapat dikatakan bahwa hal itu sangat tegas dinyatakan sebagai kawasan yang harus dilindungi dari segala bentuk pengrusakan yang pada akhirnya akan menghilangkan data-data yang dikandung oleh situs tersebut. Begitu juga dengan peraturan lain diluar kebudayaan yaitu Keputusan Menteri Pertambangan RI Nomor 1456 K/20/Men/2000 tentang pedoman pengelolaan kawasan karst, dimana kawasan Gua Pawon atau Gunung Pawon sangat memenuhi persyaratan sebagai wilayah konservasi dan masuk kedalam klasifikasi kars kelas I. Dalam hal ini Pawon dari segi peraturan hukum di tingkat Nasional tidak hanya harus dilindungi secara arkeologi tetapi juga geologi. Selain memiliki fungsi dalam Pendidikan khususnya Sekolah Dasar, kawasan Goa Pawon juga memiliki peranan sebagai daerah resapan air (pengatur sistem hidrologi) yang keluar sebagai sumber mata air melalui rekahan-rekahan batuan gampingnya.

Gambar 1. Pemandangan Gunung

Bagi masyarakat Kabupaten Bandung Barat, Gua Pawon ini sudah tidak asing lagi, walaupun sebagian besar siswa-siswa Sekolah Dasar tidak mengetahui atau jarang yang pernah mengunjungi tempat tersebut. Bagi siswa-siswa Sekolah Dasar disekitar Gua Pawon banyak yang belum mengetahui bahwa Gua Pawon adalah salah satu tempat bersejarah nenk moyang orang sunda, itu terbukti telah ditemukan kerangka manusia purba yang konon adalah nenek moyang orang Sunda. Siswa-siswa Sekolah Dasar belum banyak mengetahui bahwa di Gua Pawon terdapat fosil-fosil atau artefak manusia purba yang perlu dilestarikan.

Kurangnya ketertarikan siswa-siswa Sekolah Dasar akan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada disekitar tempat tinggal mereka, membuat siswa-siswa sekolah dasar kurang memahami arti penting dari nilai-nilai sejarah purbakala khususnya peninggalan sejarah yang ada di Gua Pawon. Gua Pawon hanyalah sekedar gua yang telah ada sejak dahulu dan tidak

(3)

71

terlalu banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Memang, walapun Gua Pawon merupakan gua gamping yang paling dekat dengan kota Bandung dan tidak terlalu sulit untuk didatangi, namun karena keadaan Gua yang tandus dan mengeluarkan bau yang tidak sedap dari kotoran kelelawar, maka tempat tersebut tidak menjadi prioritas kunjungan bagi wisatawan khususnya Siswa-siswa Sekolah Dasar. Tidaklah mengherankan kalau banyak orang yang tidak peduli terhadap keberadaan Gua Pawon, yang sekarang berada diambang kehancuran akibat penambangan batu gamping dan pengerukan fosfat secara berlebihan didaerah tersebut. Di balik semua itu, Gua Pawon merupakan tempat yang mempunyai potensi besar untuk menjadi tujuan utama bagi para wisatawan, siswa sekolah, dan mahasiswa maupun para ilmuan dari berbagai bidang ilmu. Betapa tidak, karena Gua Pawon selain menjadi satu-satunya gua gamping yang paling besar disekitar Bandung, juga tempatnya masih alami dengan pemandangan yang menawan, jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian sejarah merupakan penelitian tentang suatu peristiwa di masa lampau. Penelitian ini menggunakan prosedur kerja yaitu; Pertama, heuristik, Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya memperoleh (Abdurrahman 2007: 64). Menurut Amminudin (1991: 11) menyatakan heuristik adalah proses mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Dari kedua pendapat diatas heuristik adalah tekhnik yang bisa membantu peneliti untuk memperoleh sumber yang dibutuhkan dalam penelitian. Data penelitian ini diperoleh melalui telah pustaka dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Data yang diperoleh melalui telaah pustaka itu tidak hanya dapat disimpan dalam ingatan semata, tetapi dengan membuat catatan-catatan dari sumber-sumber yang ditelaah tersebut. Sesuai dengan jenis penelitian ini yakni analisis dokumen/analisis isi yang lebih bersifat kepustakaan murni, maka sumber data yang digunakan adalah sumber primer dan sumber sekunder. Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini dilakukan uji keabsahan sumber (auntentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibelitas) yang diselusuri melalui kritik intern (Abdurahman, 2007 : 68).

Tahap kedua adalah interprestasi. Setelah peneliti mengumpulkan sumber, kemudian memverifikasi atau melakukan keritik sumber, maka langkah selanjutnya yakni melakukan interpretasi (analisis) terhadap sumber yang telah dianalisis tersebut. Interprestasi sejarah sering disebut juga dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis.. Keduanya dipandang sebagai metode utama didalam interprestasi (Kuntowijoyo, 1995 : 100). Jadi interprestasi adalah hasil pemikiran berupa panafsiran, pengertian, pemahaman.

Terakhir yaitu, historiografi. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Seperti laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal sampai dengan akhir. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula, akan dapat dinilai apakah penelitian itu berlangsung sesuai dengan prosedur yang dipergunakan atau tidak, apakah sumber atau data yang mendukung penarikan kesimpulan

(4)

71

memiliki validitas dan realibilitas yang memadai ataukah tidak, jadi dengan penulisan itu akan dapat ditentukan mutu penelitian sejarah itu sendiri.

Hasil dan Pembahasan

Nilai-nilai Sejarah dalam Peninggalan Situs Gua Pawon

Dari berbagai benda peninggalan pubakala yang ada di situs Gua Pawon dapat diketahui bahwa kebudayaan pada masa dahulu kala dapat dikatakan sebagai dasar kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya penemuan. Gua Pawon ini sebagai tempat hunian manusia prasejarah pada era mesolitik di sekitar Kawasan. Gua pawon di anggap sebagai satu lokasi tempat bermain anak-anak, namun siapa sangka gua pawon ini didalamnya menyimpan misteri kehidupan masa lalu, dalam gua ini ditemukan 20.250 tulang berulang dan 4.050 serpihan batu yang di perkirakan 10.000 tahun. Gua pawon ini juga menjadi buah bibir ketika peneliti menemukan fosil kerangka manusia purba berusia 7.300 hingga 9.500 tahun silam. Fosil kerangka dari manusia purba dengan posisi meringkuk bisa disaksikan di bagian tengah gua. Fosil dari kerangka manusia ini ada di ruang yang agak menjorok ke dalam, dan dibatasi oleh pagar besi. Penemuan yang sangat besar ini sangat menggemparkan masyarat jawa barat khusunya, ini diharapkan akan menguak sejarah dari peradaban manusia sunda dahulunya, apalagi selama ini daerah bandung dan sekitarnya amat miskin dari semua penemuan-penemuan arkeolongi nya khusunya penemuan peradaban yang bersangkut paut dengan peradaban manusia sehingga kemudian dijuluki ahistoris. Temuan tulang belulang ini dengan serpihannya, diyakini mengindikasikan adanya kehidupan manusia-manusia purba yang ada dikawasan gua pawon. Oleh karena dari hasil temuan sebelumnya belum ada temuan budaya yang didukung oleh kehidupan yang memanfaatkan Gua Pawon sebagai tempat hunian di kawasan Gunung Masigit. Kemampuan dalam penyeleksian dan pengadaptasian kebudayaan dari luar sering disebut dengan loval genius atau kemampuan nenek moyang untuk menyeleksi dan mengadaptasikan budaya yang datang dan mempengaruhi budaya asli ini bisa pula kita sebut dengan nilai budaya terbuka selektif (Widodo, 1992:34).

Gambar 3. Fosil-fosil atau Artefak manusia purba yang ada di Gua Pawon

Kehidupan manusia purba pada masa purbakala yang berlangsung selama ratusan ribu tahun menyimpan banyak nilai-nilai sejarah yang masih relevan hingga masa kini. Kita sebagai manusia modern, dapat mengambil nilai-nilai tersebut sebagai bahan refleksi diri demi menjadi manusia yang lebih baik. Berikut merupakan nilai-nilai sejarah pada masa purbakala di Indonesia bagi siswa-siswa Sekolah Dasar:

(5)

71 1. Gotong Royong

Dalam buku Sejarah Indonesia masa Praaksara (2015) karya Herimanto, manusia purba hidup secara berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan alam.

Dalam pola hidup berkelompok, manusia purba selalu menerapkan budaya gotong royong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Budaya gotong royong manusia purba terlihat dari cara mereka berburu dan meramu makanan. Sejak zaman Paleolithikum, manusia purba telah melakukan pembagian tugas dalam tingkat sederhana ketika berburu dan meramu makanan.

Dari nilai gotong royong ini diharapkan siswa-siswa Sekolah Dasar dapat memahami arti dan manfaat dari gotong royong. Dapat dikatakan manfaat gotong royong bagi siswa: pekerjaan sekolah selesai dengan cepat, membangun persaudaraan dengan anggota sekolah, keamanan lingkungan sekolah semakin terjamin, adanya ketentraman & kedamaian.

2. Kreatif dan Inovatif

Manusia purba menciptakan berbagai macam alat kebudayaan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Dalam menciptakan alat kebudayaan, manusia purba selalu menerapkan prinsip kreativitas dan inovasi. Mereka berhasil memberikan inovasi pada alat kebudayaan seperti batu, tulang hingga logam. Selain itu, manusia purba juga mampu memberi variasi terhadap alat kebudayaan dalam segi bentuk dan fungsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia purba memiliki kreativitas dalam menciptakan alat kebudayaan. Adapun manfaat dari nilai kreatif dan Inovatif bagi siswa sekolah dasar yaitu : membuat hidup lebih indah, meningkatkan apresiasi terhadap ide orang lain., meningkatkan motivasi dan semangat hidup, dan meningkatkan kualitas dan taraf hidup siswa.

3. Musyawarah

Pengambilan keputusan manusia purba pada masa purbakala telah dilakukan melalui musyawarah, meskipun masih dalam tingkat yang sederhana. Manusia purba pada zaman neolithikum hingga zaman logam telah menggunakan budaya musyawarah untuk memilih pemimpin dan menyelesaikan berbagai masalah kolektif. Dengan adanya nilai sejarah musyawarah, diharpakan siswa-siswa Sekolah Dasar dapat: melatih mengemukakan pendapat, masalah bisa cepat terpecahkan, hasil keputusan menguntungkan semua pihak, hasil keputusan memiliki nilai keadilan, menyatukan pendapat yang berbeda, mengambil kesimpulan yang benar, mencegah kekeliruan.

4. Religius

Nilai-nilai religius pada masa purbakala didominasi oleh kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme. Dalam menjalankan kehidupan, manusia purba selalu berpedoman untuk melakukan hal-hal kebaikan sesuai dengan nilai spiritualitas yang mereka anut. Dalam buku Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 (1973) karya R. Soekmono, pada masa Neolithikum, manusia purba telah memercayai adanya alam kehidupan setelah kematian. Pada masa Neolithikum, manusia purba juga mampu menciptakan kebudayaan Megalithikum sebagai bentuk spritualitas mereka. Minimnya Religius Pendidikan agama di Sekolah Dasar menjadi salah satu penyebab seseorang dapat terjerat kedalam kasus-kasus yang tidak di inginkan, sehingga menjadikan kualitas siswa menjadi buruk. Jika siswa di ajarkan Pendidikan Agama sejak dini pada saat Sekolah siswa dengan pendidikan agama sejak dini dapat menjadikan seorang anak tetap kokoh pada pendiriannya dan tidak mudah goyah terhadap segala godaan perbuatan negatif. Dengan pengetahuan keagamaan yang dimiliki, anak dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk.

(6)

71 5. Agraris dan Maritim

Pada masa praaksara, corak kehidupan manusia purba identik dengan nilai budaya agraris dan maritim. Dalam budaya agraris, manusia purba telah berhasil mengembangkan kemampuan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Sedangkan dalam budaya maritim, manusia purba mampu melakukan pelayaran untuk menemukan daerah- daerah potensial yang cocok ditinggali. Hal ini dibuktikan dari persebaran bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu dari wilayah Indocina menuju ke kepulauan Indonesia. Nilai sejarah yang terakhir adalah Agraria dan Maritim, diharapkan siswa Sekolah Dasar mengetahui bahwasannya negara Indosneia adalah negara Agraria dan Maritim dari sejak zaman purbakala, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara agraris dan maritim, karena memiliki 17.508 pulau dengan luas wilayah perairan sekitar 3.257.357 kilometer persegi dan luas daratannya sekitar 1.905.000 kilometer persegi. Indonesia juga memiliki hasil pertanian seperti, kelapa sawit, beras, jagung, dan bermacam-macam lainnya yang diekspor ke berbagai negara. Jadi, itu dia alasan mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris dan maritime.

Dari kelima nilai-nilai sejarah manusia purbakala diatas, kita dapat menanamkannya kepada siswa-siswa Sekolah Dasar dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa-siswa Sekolah Dasar bisa hidup lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Manfaat siswa-siswa Sekolah Dasar mempelajari sejarah manusia purba yaitu siswa-siswa dapat mengetahui bagaimana kehidupan zaman dahulu, dapat mengetahui daerah yang sangat bersejarah, dapat mengetahui tentang apa itu manusia purba, dapat mengetahui peninggalan-peninggalan zaman prasejarah, dan dengan mempelajari manusia purbakala kita dapat menambah wawasan lebih luas tentang sejarah zaman dahulu. Dengan mempelajari dan mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah, siswa Sekolah Dasar dapat mengambil makna dari nilai- nilai sejarah yang sudah ada dari zaman purbakala dan diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Sejarah di Situs Gua Pawon Bagi Sekolah Dasar

Pengertian pelestarian dalam pembahasan ini dimaksudkan sebagai usaha untuk tetap mengabadikan nilai-nilai sejarah yang terdapat dalam benda peninggalan purbakala yang ada di Situs Gua Pawon agar memantapkan kepribadian kita guna menghadapi budaya luar pada saat ini dan masa yang akan datang. Benda-benda peninggalan purbakala yang ada di Situs Gua Pawon adalah salah satu warisan budaya bangsa yang masih bertahan hingga kini, walaupun sebagian besar keadaannya sudah tidak utuh lagi. Keadaan itu akan menjadi semakin parah oleh karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab serta tidak mempunyai rasa memiliki warisan budaya tersebut. Pencurian benda-benda kuna untuk kepentingan pribadipribadi sering terjadi, bentuk-bentuk perusakan berupa corat-coret di obyek-obyek purbakala masih juga sering dilakukan. Di samping itu juga adanya pemugaran liar, Nilai-nilai Budaya dalam arti tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pemugaran bangunan kuno. Semua itu akan mengakibatkan rusak/hilangnya nilai-nilai sejarah kehidupan bangsa kita di masa lampau, sehingga akan mengaburkan upaya-upaya pelacakan nilai-nilai budaya yang merupakan kepribadian bangsa. Guna mengantisipasi keadaan yang makin parah dari benda-benda peninggalan purbakala tersebut upaya-upayapun telah dilakukan yaitu dengan pelestarian warisan budaya. Pelestarian warisan budaya ini meliputi inventarisasi, pemeliharaan, pemugaran, pengamanan, serta pendokumentasian. Kegiatan tersebut

(7)

71

diharapkan dapat mampu menyelamatkan benda-benda warisan budaya dari keadaan yang lebih parah. Namun kerja yang mulia ini akan sia-sia apabila tak diimbangi oleh kesadaran masyarakat akan makna serta rasa memiliki warisan budaya tersebut. Oleh karena itu di sini perlu ditekankan upaya menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih memahami serta mempunyai rasa memiliki warisan budaya bangsanya (Widodo, 1992:38). Untuk menggugah kesadaran arti pentingnya peninggalan peninggalan purbakala situs Gua Pawon bagi peserta didik Sekolah Dasar dapat ditempuh melalui 2 cara yaitu jalur

pendidikan maupun media massa.

Jalur Pendidikan

Penyadaran siswa-siswa Sekolah Dasar akan nilai-nilai budaya benda peninggalan purbakala di Situs Gua Pawon dapat dilakukan melalui jalur Pendidikan. Melalui pendidikan formal dapat dilakukan melalui sekolah-sekolah Dasar yang ada di Sekitar Padalarang, Rajamandala dan sektarnya. Siswa-siswa Sekolah Dasar perlu diberikan ajaran tentang rasa kecintaan terhadap benda-benda peninggalan purbakala yang ada di situs Gua Pawon. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengunjungi obyek-obyek Situs Gua Pawon yang terletak di Desa Gunung Masigit Kec Padalarang yaitu dengan Wisata Literasi. Wisata literasi secara umum adalah sebuah wisata mengunjungi suatu lokasi dan menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan berkaitan dengan literasi, seperti mengunjungi objek Gua Pawon Bersama-sama teman sekolah dan guru, disana nanti siswa-siswa dapat mencatat dan mengambil beberpa foto peninggalan sejarah yang ada di Gua Pawon, serta meananmkan nilai-nilai sejarah kebudayaan Gua Pawon dengan mengaitkannya dengan Dongeng Legenda

“Sangkuriang”.

Gambar 4. Anak-anak SD Ke Gua Pawon Gambar 5. Cerita Sangkuriang Konon Situs Gua Pawon memiliki kaitan erat dengan Legenda Sangkuriang. Mayarakat setempat yang sudah sepuh menceritakan bahwa kemarahan Sangkuriang terjadi tidak hanya karena tipu daya Dayangsumbi yang membuat fajar lebih cepat tiba, namun karena ia juag Sudah menyiapkan dapur untuk memasak makanan saat menikah kelak, yaitu Gua Pawon. Ia juga sudah menciptakan taman untuk resepsi pernikahannya, yaitu Stone Garden. Menurut Hendi, cucu kuncen Gua Pawon Abah Saha, dari sisi legenda Gua Pawon memiliki kaitan dengan Sangkuriang, sebuah legenda terbentuknya gunung Tangkuban Parahu. Konon penamaan penamaan tempat di sekitar lokasi Gua Pawon merupakan lokasi-lokasi yang menggambarkan legenda Sangkuriang. Gua Pawon ini dahulunya akan dijadikan dapur masak Sangkuriang andaikan jadi menikah dengan Dayang Sumbi. Selendang Dayang Sumbi

(8)

71

yang dipergunakan untuk mengelabui ayam agar berkokok terbang ke arah Barat hingga ada daerah yang bernama Salendang Mayang. Gunung Masigit yang masih berada di area itu akan dipergunakan untuk acara ijab qabul mereka, dan Karang Panganten adalah tempat resepsinya. Namun karena Sangkuriang tidak dapat memenuhi keinginan Dayang Sumbi untuk membuat perahu dalam semalam, dia marah dan menendang perahu itu hingga terbalik yang menjadi legenda terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu.

Jalur Media Massa

Penyadaran makna nilai-nilai sejarah kepada siswa-siswa Sekolah Dasar terhadap peninggalan purbakala Situs Gua Pawon melalui jalur media massa seperti surat kabar, radio, ataupun televisi dapat disajikan atau ditayangkan hal-hal yang berhubungan dengan purbakala Gua Pawon serta arti pentingnya nilai-nilai sejarah dari warisan nenek moyang mereka yang ada disekitar Situs Gua Pawon. Selain itu diupayakan pula penerbitan- penerbitan buku-buku ataupun brosur-brosur yang berisi pengetahuan tentang kepurbakalaan situs Gua Pawon, serta pameran kepurbakalaan oleh instansi yang berkompeten yaitu pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bandung Barat dalam memperkenalkan situs Gua Pawo agar tidak punah. Serta peran masyarakt dalam melestarikan Gua Pawon agar bisa terzwat dan terjaga keasriannya dari tangan-tangan jail yang dapat merusak situs peninggalan sejarah manusia purbakala yang ada di Gua Pawon.

Upaya ini hanyalah sebagian kecil dari upaya penyadaran masyarakat akan arti pentingnya warisan budaya bangsa yang ada di Gua Pawon.

Gambar 7. Media Massa seperti Siaran TV, Pamplet dan Buku Mengenai Situs Gua Pawon Berdasarkan pengumpulan data berupa jurnal ilmiah yang sesuai dengan variabel- variabel yang terdapat pada judul penelitian yaitu Startegi Rotating Trio Exchange Terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Terdapat identitas rujukan kajian studi kepustakaan yaitu jurnal nasional yang dipublikasikan selama 10 tahun terakhir, sehingga diperoleh hasil bahan kajian sebanyak 9 jurnal. Kemudian jurnal sebut ditelaah sehingga mendapatkan data keseluruhan yang dituangkan di dalam pembahasan.

Kesimpulan

Berdasarkan pemahaman akan nilai-nilai sejarah yang terdapat di dalam peninggalan purbakala situs Gua Pawon ternyata dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang bisa kita tanamkan kepada siswa-siswa Sekolah Dasar diantaranya : Nilai Gotong Royong, Nilai Kreatif

(9)

71

dan Inovatif, Nilai Musyawarah, Nilai Religius, dan Nilai Agraris dan Maritim. Dalam Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Sejarah di Situs Gua Pawon Bagi Sekolah Dasar terdiri dari 2 cara yaitu jalur Pendidikan dan jalur Media Massa. Melalui Jalur Pendidikan bisa diajarkan nilai-nilai sejarah Gua Pawon dengan Literasi Wisata dan Melalui Pembelajaran Dongeng Sangkuriang.

Selanjutnya dengan Jalur media massa seperti surat kabar, radio, ataupun televisi dapat disajikan atau ditayangkan hal-hal yang berhubungan dengan purbakala Gua Pawon serta arti pentingnya nilai-nilai sejarah dari warisan nenek moyang mereka yang ada disekitar Situs Gua Pawon.

Daftar Pustaka

Al Afryand, S Sapriya. 2018. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pusat Pancasila Sebagai Upaya Penguatan Ideologi Bangsa Bagi Generasi Muda. Untirta Civic Education Journal. Volume 3. Nomor 2. Hal 158-167. File : https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/UCEJ/article/viewFile/4523/3246

Aminuddin Kasdi. 1993. Pengantar Ilmu Sejarah. Surabaya: Universitas Press IKIP.

B Maftuh. 2008. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Educationist, Volume 2, Nomor 2, hal 134-144. File : http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._II_No._2-

Juli_2008/7_Bunyamin_Maftuh_rev.pdf

Billawal Agung Muhamad. (2017). Potensi Pemanfaatan Kawasan Kars Citatah Sebagai Sumber Belajar Geografi Di Kabupaten Bandung Barat. repository.upi.edu. Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/32272/4/S_GEO _1307168_Chapter1.pdf.

Brahmantyo B. 2008. Menyelamatkan Gua Pawon dan Perbukitan Karst Citatah Rajamandala, Bahan Audensi di Kabupaten Bandung Barat 7 Agustus 2022, Bandung

Dudung Abdurrahman. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Ar-Ruzzmedia.

Hendriawan, Erry., & Ernandia Pandikar. (2021). Optimalisasi Peran Pemerintah Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Terhadap Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Gua Pawon). Jurnal Sandhyakala, Volume 2, Nomor 1, 104-123.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/414-Article%20Text-1135-1-10-2021020.

Diunggah 04 Oktober 2022.

Herimanto. 2017.Sejarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Kabupaten Bandung Barat. Peraturan Bupati Bandung Barat No: 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya.

Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 1456 K/20/MEM/2000 tentang Pengelolaan Karst di Indonesia.

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. http://downloads.ziddu.com/downloadfile /6011141/karstcitatah.pdf.html

Lutfi Yondri. 2021. Situs Gua Pawon: Kontribusinya Untuk Pengetahuan dan Penelitian.

Borobudurwrites.id. Online ( https://borobudurwriters.id/situs/situs-gua-pawon- kontribusinya-untuk-pengetahuan-dan-penelitian/) Diunggah 31 Oktober 2022.

(10)

71

Prabowo,Gama. 2020. Nilai Budaya Pada Masa Prasksara di Indonesia. Kompas.com. Online.

( diakses pada :

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/25/182701269/nilai-budaya-pada- masa-praaksara-di-indonesia?page=all )

Rahman. 2016. Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Sumedang : Alqaprint Jatinnagor.

R Ramadhan, B Maftuh. 2016. Nilai-Nilai Sosial Budaya Masyarakat Rantau Etnis Minangkabau Sebagai Pedagang di Pasar Al-Wathoniyah Cakung Jakarta Timur.

Jurnal Sosietas, Volume 6, Nomor 1. File :

https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/2873/1906

Samodra H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius.

Surahman, A.F. 2011. Identifikasi Masalah dan Strategi Konservasi Kawasan Gua Pawon.

Kawasan Kart Citatah, Kabupaten Bandung Barat : Bogor

Susanti, LR Retno. 2017. Nilai-Nilai Budaya Yang Terdapat Pada Benda-Benda Peninggalan Purbakala Dan Upaya Pelestariannya. Fajar Historia Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan. Vol 1, No 2 (2017). Hal 85-92. https://e- journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/fhs/article/view/585

Wibowo, A. D. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widja, I.G. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wisnumurti. 2010. Satu Tinjuan Empiris Sosiologis dikases. Mengelola Nilai Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama.

Referensi

Dokumen terkait

optimalisasi daya dukung lahan dalam penyediaan pakan ternak, menanami lahan- lahan kosong dengan tanaman makanan ternak, pengolahan / pengawetan hijauan makanan

Agar interior kita tidak terkesan biasa karena memilih pencahayaan yang biasa-biasa saja, RUMAH KITA akan membagikan tips kece soal jenis lampu dan penataan

Oleh karena itu rencana selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan pembelajaran melalui sosialisasi terhadap Undang-Undang No.38 tahun 2014, dengan tujuan

Lebih dari 90% dari semua mata uang berhubungan dengan dollar ,mata uang yang paling likuid dalam perdagangan valuta asing adalah EUR/USD, USD/JPY, GBP/USD, USD/CHF.. Mata

Dari analisa hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni hasil analisa nilai kandungan logam berat Cu pada makrozoobentos yang ditemukan

Konsep interpretasi al-Quran, hermeneutika tidak dengan mudah dapat diterima. Setidak ada beberapa alasan penolakan Hermeneutika untuk diterapkan dalam penafsiran al-Quran:

Data hasil perhitungan menggunakan skala likert bahwa rerata skor pernyataan sangat tidak setuju dengan peraturan pemerintah untuk menerapkan isu lingkungan dalam aktivitas usaha

1. Energi yang diperlukan untuk melepaskan electron terluar dari atom Sr sebesar 548 kJ/mol, untuk melepaskan electron kedua memerlukan energi hamper dua kali yaitu sebesar