• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Developing Conceptual Design of Slab Structure Parametric Variations Shophouses using Value Engineering Concept

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Developing Conceptual Design of Slab Structure Parametric Variations Shophouses using Value Engineering Concept"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JCEBT, Vol 7 (No 1) Maret 2023 ISSN 2549-6379 (Print) ISSN 2549-6387 (Online)

JCEBT

(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation)

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jcebt

Developing Conceptual Design of Slab Structure Parametric Variations Shophouses using Value Engineering Concept

Nadia Diandra1)*, Adianto Wicaksono2) Stephen Valentino3)

Universitas Pradita1,2,3

Koresponden*, Email: [email protected]

Abstract

Along with the development of technology, the decision in choosing the implementation method is the main key in construction projects. This is because the implementation method will affect the elements of construction, namely cost, time and quality or what is known as the triple constraint theory. Therefore, the development of construction projects is required to realize construction methods that are economical in terms of cost and efficient in terms of work. This research was carried out by structural analysis to obtain the design or planning of various variations of the optimal structure. Next, calculate the cost of floor slab work using the components of the work volume and the unit price of the work. Time analysis was carried out to determine the duration of the overall implementation of each construction method using the PDM (Precedence Diagram Method) scheduling method with Microsoft Excel tools. From the results of the analysis, it was found that the cheapest floor slab cost was a variation of three types of bondek slabs with an efficiency of 14% compared to variations of one type of conventional slab. Meanwhile, the fastest floor slab work execution time is a variation of three types of hollow core slabs with an efficiency of 31%

compared to variations of one type of conventional slab.

Keywords: Conventional Slab; Bondek; Hollow Core Slab; Cost Efficiency; Time Efficiency

Abstrak

Seiring dengan berkembangnya teknologi, keputusan dalam pemilihan metode pelaksanaan menjadi kunci utama dalam proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan metode pelaksanaan akan mempengaruhi elemen konstruksi yaitu biaya, waktu dan mutu atau yang dikenal dengan teori triple constrain. Maka dari itu perkembangan proyek konstruksi dituntut untuk mewujudkan pembangunan yang ekonomis dari segi biaya dan efisien dari segi metode kerja. Penelitian ini dilakukan dengan analisis struktur untuk mendapatkan desain atau perencanaan dari berbagai variasi struktur yang optimal. Selanjutnya, menghitung biaya pekerjaan pelat lantai menggunakan komponen volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan. Analisis waktu dilakukan untuk mengetahui durasi pelaksanaan secara keseluruhan pada masing-masing metode konstruksi digunakan metode penjadwalan PDM (Precedence Diagram Method) dengan alat bantu Microsoft Excel. Dari hasil analisis diperoleh biaya pelat lantai paling murah yaitu variasi tiga jenis pelat bondek dengan efisiensi 14% dibandingkan dengan variasi satu jenis pelat konvensional. Sedangkan, waktu pelaksanaan pekerjaan pelat lantai paling cepat yaitu variasi tiga jenis pelat hollow core dengan efisiensi 31% dibandingkan dengan variasi satu jenis pelat konvensional.

Kata Kunci: Pelat Konvensional; Bondek; Hollow Core Slab; Efisiensi Biaya; Efisiensi Waktu

PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya ilmu konstruksi akan mempengaruhi desain, material dan metode kerja dalam pembangunan.

Perubahan desain, material dan metode kerja dalam pembangunan proyek konstruksi akan berpengaruh pada biaya dan waktu. Maka dari itu, perkembangan ilmu konstruksi dituntut untuk

(2)

mewujudkan pembangunan yang ekonomis dari segi biaya dan efisien dari segi metode kerja dan waktu pelaksanaanya. Metode pelaksanaan kerja pada bangunan struktur pelat lantai yang saat ini biasa digunakan adalah metode konvensional (cast in situ) dimana fabrikasi dan instalasi komponen- komponen dilakukan bersama di proyek.

Selain metode konvensional ada juga inovasi pada pekerjaan pelat lantai yaitu metode komposit dan metode pracetak (precast). Metode pracetak merupakan metode dimana fabrikasi komponen- komponen dilakukan terlebih dahulu di dalam maupun di luar proyek sedangkan metode komposit merupakan bentuk sederhana dari metode precast dimana Sebagian komponen pelat lantai sudah dirakit terlebih dahulu. Seiring dengan berkembangnya teknologi, keputusan dalam pemilihan metode pelaksanaan menjadi kunci utama dalam proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan metode pelaksanaan akan mempengaruhi elemen konstruksi yaitu biaya, waktu dan mutu atau yang dikenal dengan teori triple constrain. Value Engineering (VE) merupakan sebuah pendekatan yang teroganisir dan sasarannya adalah untuk pengoptimalan biaya dan kinerja dari sebuah fasilitas atau system, namun tetap konsisten dengan ketentuan untuk penampilan, kualitas dan pemeliharaan dari proyek tersebut tanpa mengurangi mutu serta mengutamakan keselamatan.

Rekayasa nilai, menurut Suharto (1995), adalah bisnis yang terorganisir secara sistematis yang menggunakan teknik yang diakui, yaitu teknik yang mengidentifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan untuk memenuhi fungsi yang dibutuhkan dengan harga termurah (ekonomis).

Secara teoritis, konsep VE dapat diterapkan di semua fase selama siklus hidup proyek, dari awal konstruksi hingga akhir. Penghematan maksimal dicapai dengan menerapkan perencanaan VE dari awal hingga akhir. Tahap desain memiliki

dampak yang sangat besar pada keseluruhan proyek, selain itu, terdapat fleksibilitas maksimum untuk melakukan perubahan tanpa membayar biaya tambahan yang terkait dengan redesign.

Penggunaan VE telah terbukti menganalisis fungsi sistem untuk menghasilkan hasil yang optimal untuk proyek dalam hal kualitas (Fong & Shen, 2000; Woodhead & Berawi, 2007) dan penggunaan teknologi baru (berawi, 2004;

Yang et al., 2021), serta peningkatan efisiensi (Berawi et al., 2014) dan kreasi inovatif (chen et al., 2010). Pelat lantai konvensional memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya seperti memerlukan bekisting dan membutuhkan banyak pekerja. Pelat lantai konvensional membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pelat lantai komposit dan precast. Seiring dengan berkembangnya teknologi konstruksi berpengaruh dalam metode pelaksanaan pelat lantai. Pelat lantai bondek dan Hollow core slab (HCS) merupakan inovasi yang berkembang saat ini. Keunggulannya daripada metode konvensional yaitu tidak membutuhkan bekisting dan waktu pengerjaan menjadi lebih cepat. Sehingga diperoleh rumusan masalah yaitu metode mana yang lebih efisien diantara metode konvensional, bondek, dan hollow core ditinjau dari segi biaya dan waktu. Untuk mendapatkan nilai penghematan biaya yang maksimal, penelitian ini akan menggunakan pendekatan Value Engineering (VE).

METODE

Objek penelitian pada penelitian dini pada proyek ruko M di Kabupaten Tangerang.

Sebanyak 46 unit ruko dibangun pada awal tahun 2022 dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2022. Pada penelitian ini menggunakan jenis tipe standard 2 lantai sebagai basis data berupa gambar kerja yang digunakan sebagai dasar perencanaan. Penelitian ini menggunakan

(3)

pelat lantai dua dengan metode konvensional yang akan dikembangkan menjadi pelat lantai bondek dan hollow core slab. Perbandingan tersebut akan dibagi menjadi beberapa variasi dimana faktor desain dan metode kerja menjadi pokok perencanaan pelat lantai.

Perbandingan ini yang akan menjadi dasar aplikasi konsep value engineering pada konseptual design. Berikut kerangka penelitian tertera pada gambar

Gambar 1. Kerangka Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preliminary Design

Perencanaan pelat lantai dibagi menjadi tiga jenis yaitu pelat beton konvensional, pelat bondek dan hollow core slab.

Penentuan ketebalan pelat lantai minimum dibedakan menjadi dua jenis dalam

perhitungannya yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua arah (two way slab).

Gambar 2. Variasi 1 Pelat Lantai

Gambar 3. Variasi 2 Pelat Lantai

Gambar 4. Variasi 3 Pelat Lantai

(4)

Tabel 1. Jenis Pelat Lantai

No Parameter Bentang Ly/L

x Ket.

Ly (mm) Lx(mm) 1 Variasi

Satu 5000 2300 2,17 Satu

Arah 2 Variasi

Dua 5000 1534 3,26 Satu

Arah 3 Variasi

Tiga 5000 4600 1,09 Dua

Arah

Berdasarkan tabel diatas dari ketiga variasi struktur pada variasi 1 dan variasi 2 merupakan pelat satu arah karena nilai Lx/Ly lebih dari 2. Variasi 3 merupakan pelat dua arah karena nilai Lx/Ly kurang dari 2. Pada variasi 1diasumsikan kondisi pelat lantai kedua ujungnya menerus sehingga didapatkan nilai koefisien ketebalan minimum sebesar 100 mm.

Asumsi kondisi pelat lantai variasi 2 sama seperti variasi 1 yaiut kedua ujungnya menerus sehingga ketebalan minimum menjadi 90 mm. Pembulatan ketebalan pelat menjadi 90 mm dikarenakan pertimbangan lendutan yang terjadi akan terlalu besar jika pelat lantai terlalu tipis.

Rasio volume besi terhadap tulangan

terhadap volume beton menjadi tidak efektif. Perencanaan pelat lantai harus mempertimbangkan aspek efisiensi sehingga biaya yang dihasilkan menjadi optimal.

Analisis Pembebanan

Penentuan pembebanan mati material bangunan berdasarkan SKBI 1.3.53.1987 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.

Beban hidup yang dipakai mengacu pada SNI 1727 Tahun 2020 tentang Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain.

Tabel 2. Pembebanan Pelat Lantai Beban Mati Pelat Lantai (DL)

No Nama Berat Jenis (kN/m3)

1 Pelat Lantai Beton 24

Beban Mati Tambahan Pelat Lantai (SDL)

No Nama Berat Jenis (kN/m3)

1 Adukan semen 0,63 2 Penutup lantai 0,48 3 Plafond dan

rangka 0,11

4 MEP 0,28

5 Partisi ruangan 2,50 Total 2,50 Beban Hidup Pelat Lantai (LL)

No Nama Beban (kN/m2)

1 Toko 3,59

Berdasarkan tabel diatas beban pelat lantai beton dihitung menggunakan nilai berat jenis beton bertulang dengan ketebalan pelat lantai

yang digunakan akan menghasilkan beban dalam satuan kN/m2.

Tabel 3. Beban Layan Pada Pelat Lantai No Tipe DL

(kN/m2) SDL

(kN/m2) LL

(kN/m2) Beban Layan (kN/m2)

(5)

1 V1 5000 2300 2,17 1,4DL 6,86 1,2DL +

1,6 LL 11,62

2 V2 5000 1534 3,26 1,4DL 6,52

1,2DL +

1,6 LL 11,34

3 V3 5000 4600 1,09 1,4DL 7,70

1,2DL +

1,6 LL 12,34 Beban layan variasi 1 sebesar 11,62 kN/m2.

Beban layan variasi 2 sebesar 11,34 kN/m2 lebih kecil daripada variasi 1 karena tebal pelat lantainya lebih tipis. Beban layan variasi 3 sebesar 12,34 kN/m2 paling besar dibandingkan kedua variasi lainnya.

Desain Pelat Lantai

Perhitungan kebutuhan tulangan pada pelat lantai beton konvensional dilakukan berdasarkan SNI 2847-2019. kebutuhan tulangan menggunakan tulangan D8 didapatkan pada area tumpuan maupun lapangan D8 dengan spasi 250 mm. Hal tersebut terjadi karena nilai momen pada area tersebut tidak berbeda jauh. Momen yang terjadi pada area kantilever lebih besar dibandingkan dengan area lainnya.

Oleh karena itu, area kantilever memerlukan jarak spasi yang lebih rapat sehingga dipakai tulangan D8 dengan spasi 250 mm ditambah tulangan D8 dengan spasi 150 mm. Kebutuhan tulangan diatas hanya tulangan arah x karena pelat tersebut pelat satu arah. Standar SNI 2847- 2019 mensyaratkan bahwa untuk pelat satu arah diperlukan tulangan

pembagi/susut yang berfungsi melawan penyusutan beton dan dipasang tegak lurus terhadap tulangan pokok.

Analisis Biaya

Analisis biaya mencakup Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) dan Rencana Anggran Biaya (RAB). AHSP yang digunakan mengikuti standar yang terbaru yaitu Permen Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Analisis harga satuan pekerjaan memerlukan komponen harga material dan harga upah pekerja berdasarkan jurnal bahan 2022 edisi 41.

Pelat Beton Konvensional

Komponen biaya pelat beton konvensional meliputi item pekerjaan seperti beton, pembesian bekisting dan perancah. Biaya pekerjaan pelat lantai konvensional ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya Pelat Beton Konvensional No Jenis

Pekerjaan Jumlah Harga (Rp.)

Variasi 1 Variasi 1 Variasi 3 1 Balok

a Beton 1.854.446 2.157.460 1.551.432

b Pembesian 4.335.522 5.059.978 3.611.066 c Bekisting 4.185.911 5.016.102 3.355.720 d Perancah 3.154.790 3.780.479 2.529.101 Sub Total 13.530.669 16.014.019 11.047.319 Harga per m2 588.290 696.262 480.318

a Beton 1.858.486 1.589.006 2.439.263

b Pembesian 2.593.101 2.593.101 4.050.489 c Bekisting 1.583.663 1.504.480 1.662.847 d Perancah 2.452.622 2.329.991 2.575.254

Sub Total 8.487.873 8.016.578 10.727.853

(6)

No Jenis

Pekerjaan Jumlah Harga (Rp.)

Variasi 1 Variasi 1 Variasi 3 Harga per m2 369.038 348.547 466.428

TOTAL 22.018.542 24.030.597 21.775.172 Harga per m2 957.328 1.044.809 946.747

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa biaya pekerjaan balok pada variasi 1 dan variasi 2 memiliki persentase sebesar 61%. Biaya pekerjaan pembesian memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan komponen pekerjaan yang lain. Hal tersebut dikarenakan harga pekerjaam pembesian terhadap beton lebih mahal.

Oleh karena itu, perhitungan kebutuhan tulangan harus memperhatikan rasio volume besi tulangan terhadap volume beton untuk mendapatkan desain yang optimal. Melihat variasi 1 memiliki sebanyak 4 balok induk dan 1 balok maka persentase biaya balok juga lebih besar terhadap pelat lantai. Variasi 3 menunjukkan bahwa biaya pekerjaan balok memiliki persentase sebesar 51%.

Pada pekerjaan pembesian memiliki

persentase lebih besar dibandingkan dengan komponen pekerjaan yang lain, ini dikarenakan rasio besi terhadap beton besar. Maka dari itu, dalam perhitungan kebutuhan tulangan perlu memperhatikan rasio volume besi tulangan terhadap volume beton untuk mendapatkan desain yang optimal. Mengingat variasi 3 memiliki perimeter balok sebanyak 4 balok induk maka persentase biaya balok lebih kecil terhadap pelat lantai.

Pelat Bondek

Komponen biaya pelat beton konvensional meliputi item pekerjaan seperti beton, pembesian bekisting dan peranca. Biaya pekerjaan pelat bondek ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 5. Rencana Anggaran Biaya Pelat Beton Bondek No Jenis

Pekerjaan Jumlah Harga (Rp.)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 1 Balok

a Beton 1.854.446 2.157.460 1.551.432 b Pembesian 4.335.522 5.059.978 3.611.066 c Bekisting 4.185.911 5.016.102 3.355.720 d Perancah 3.154.790 3.780.479 2.529.101

Sub Total 13.530.669 16.014.01

9 11.047.31 9 Harga per m2 588.290 696.262 480.318 a Beton 1.393.865 1.147.615 1.951.411

b Pembesian 779.122 779.122 779.122

c Bekisting 5.219.596 5.219.596 5.219.596 Sub Total 7.3932.583 7.146.334 7.950.129 Harga per m2 321.417 310.710 345.658

TOTAL 20.923.252 23.160.35

3 18.997.44 8 Harga per m2 909.707 1.006.972 825.976

Berdasarkan tabel diatas didapatkan biaya pekerjaan pelat beton bondek. Biaya untuk variasi 1 sebesar Rp. 20.923.252 dengan harga per m2 sebesar Rp. 909.707. Biaya untuk variasi 2 sebesar Rp. 23.160.353 dengan harga per m2 sebesar Rp.

1.006.972. Biaya untuk variasi tiga sebesar

Rp. 18.997.448 dengan harga per m2 sebesar Rp. 825.976. Variasi 3 memiliki biaya paling murah diantara dua variasi lainnya.

Pelat Hollow Core Slab

(7)

Komponen biaya pelat beton konvensional meliputi item pekerjaan seperti beton, pembesian bekisting dan perancah. Biaya

pekerjaan pelat bondek ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 6. Rencana Anggaran Biaya Hollow Core Slab

No Jenis Pekerjaan Jumlah Harga (Rp.)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 1 Balok

a Beton 1.854.446 2.157.460 1.551.432

b Pembesian 4.335.522 5.059.978 3.611.066

c Bekisting 4.185.911 5.016.102 3.355.720

d Perancah 3.154.790 3.780.479 2.529.101

Sub Total 13.530.669 16.014.019 11.047.319 Harga per m2 588.290 696.262 480.318 2 Hollow Core Slab

Sub Total 11.065.287 11.065.287 11.065.287 Harga per m2 481.099 481.099 481.099 TOTAL 24.595.956 27.079.306 22.112.606 Harga per m2 1.069.389 1.177.361 961.418

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa biaya pekerjaan balok pada variasi 1 dan variasi 2 memiliki persentase sebesar 55%-59%. Biaya pekerjaan pembesian memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan komponen pekerjaan yang lain. Hal tersebut dikarenakan harga pekerjaam pembesian terhadap beton lebih mahal. Oleh karena itu, perhitungan kebutuhan tulangan harus memperhatikan rasio volume besi tulangan terhadap volume beton untuk mendapatkan desain yang optimal. Melihat variasi 1 memiliki sebanyak 4 balok induk dan 1 balok maka persentase biaya balok juga lebih besar terhadap pelat lantai.

Variasi 3 menunjukkan bahwa biaya pekerjaan balok memiliki persentase sebesar 50%. Pada pekerjaan pembesian memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan komponen pekerjaan yang lain, ini dikarenakan rasio besi terhadap beton besar. Maka dari itu, dalam perhitungan kebutuhan tulangan perlu memperhatikan rasio volume besi tulangan terhadap volume beton untuk mendapatkan desain yang optimal.

Mengingat variasi 3 memiliki perimeter balok sebanyak 4 balok induk maka persentase biaya balok lebih kecil terhadap pelat lantai.

Perbandingan Biaya Pelat Lantai

Kunci displin dalam value engineering, ketika pengurangan biaya adalah tujuannya maka konsep ini dapat mencapai penghematan yang jauh dibandingkan dengan teknik pengurangan biaya secara tradisonal (Del L Youngker, 2003, p.33). Dalam fase konseptual design diterapkan konsep value engineering yang berfungsi dalam penghematan biaya dari berbagai metode yang ada pada pekerjaan pelat lantai. Berdasarkan RAB yang telah didapatkan pada masing-masing komponen biaya yang diperlukan pada pekerjaan pelat lantai di masing-masing variasi pelat, maka didapatkan hasil perbandingan biaya dari pekerjaan pelat lantai yang signifikan

Gambar 4. Grafik Perbandingan Biaya Pelat Lantai

(8)

Terlihat pada grafik, menunjukkan bahwa pelat lantai bondek pada variasi 3 memiliki biaya paling murah terhadap jenis variasi pelat lantai lainnya dengan biaya sebesar Rp. 18.997.448. Harga per m2 pelat lantai sebesar Rp. 825.976. Hal ini dikarenakan sistem struktur variasi 3 lebih efisien dibandingkan dengan variasi lainnya. Pada struktur variasi 3 tidak memerlukan banyak balok anak tambahan serta jenis pelat bondek tidak memerlukan komponen tambahan yaitu bekisting.

Sehingga dapat mereduksi biaya pekerjaan pada pelat lantai.

Analisis Waktu

Analisis waktu pelaksanaan dari setiap kegiatan pekerjaan didapatkan berdasarkan koefisien AHSP Permen Nomor 1 Tahun 2022 sehinga nilai produktivitas pekerja dapat diperoleh.

Kemudian, untuk mengetahui durasi pelaksanaan secara keseluruhan pada masing-masing metode konstruksi dengan menggunakan metode Prcedence Diagram Method.

Pelat Lantai Konvensional

Komponen pelat lantai konvensional yaitu beton dan besi tulangan serta komponen pendukung yaitu bekisting secara konvensional maupun bekisting secara sistem dan perancah. Kombinasi beton dan besi tulangan membentuk ikatan yang dapat menahan gaya tarik dan tekan pada struktur pelat lantai. Metode pengerjaan pada pelat lantai konvensional terdiri dari beberapa tahapan sehingga memiliki durasi pada masing-masing item pekerjaannya. Berikut tabel durasi pada pekerjaan pelat beton konvensional

Tabel 7 Durasi Pekerjaan Pelat Beton Konvensional No Activity Predecessor Durasi (Hari)

V1K V2K V3K 1 Perancah

Balok - 2,40 2,87 1,92

2 Perancah Pelat - 1,56 1,49 1,64 3 Bekisting

Balok Perancah

Balok 2,16 2,58 1,73

No Activity Predecessor Durasi (Hari) V1K V2K V3K 4 Bekisting Pelat Perancah

Pelat 0,92 0,87 0,97 5 Pembesian

Balok Bekisting

Balok,Pelat 0,14 0,16 0,12 6 Pembesian

Pelat Bekisting

Balok,Pelat 0,64 0,64 0,99 7 Pengecoran

Balok - 0,18 0,21 0,15

8 Pengecoran

Pelat - 0,18 0,16 0,24 9 Waktu Tunggu

Cor Pengecoran

Balok, Pelat 7,00 7,00 7,00

Berdasarkan tabel diatas didapatkan durasi setiap item pekerjaan pada pelat beton konvensional. Durasi masing-masing item pekerjaan belum menunjukkan waktu yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pelat lanate sehingga perlu dibuat penjadwalan menggunakan metode Precedence Diagram Method, berikut grafik penjadwalan pelaksanaan pekerjaan pelat beton konvensional.

Gambar 5. Grafik Durasi Pekerjaan Pelat Beton Konvensional

Berdasarkan grafik diatas, ketiga variasi memiliki durasi pekerjaan yang sama.

Durasi tersebut belum termasuk waktu tunggu balok yang sudah mencapai umur dalam pembongkaran bekisting.

Dikarenakan waktu tunggu dalam pembongkaran bekisting dibutuhkan 7 hari.

Pelat Bondek

Bondek terbuat dari baja dengan mutu tinggi hingga tekanan lelehnya mencapai 560 MPa. Metode kerja pelat bondek bersamaan dengan penggunaan dari

(9)

wiremesh yang merupakan jaring kawat yang terbuat dari baja. Pelat bondek juga memiliki waktu pemasangan yang lebih cepat dibandingkan dengan pelat konvensional. Durasi setiap item pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Durasi Pekerjaan Pelat Bondek

No Activity Predecessor Durasi (Hari) V1K V2K V3K 1 Perancah

Balok - 2,40 2,87 1,92

3 Bekisting

Balok Perancah

Balok 2,16 2,58 1,73 5 Pembesian

Balok Bekisting

Balok 0,14 0,16 0,12 7 Pengecoran

Balok Pembesian

Balok 0,18 0,21 0,15 Waktu Tunggu

1 Pengecoran

Balok 7,00 7,00 7,00 Bondek Balok 0,46 0,46 0,46 8 Pengecoran Pelat Wiremesh 0,14 0,11 0,19 9 Waktu Tunggu

2 Pengecoran

Pelat 7,00 7,00 7,00

Tabel diatas di dapatkan durasi setiap item pekerjaan pada pelat bondek. Durasi pada masing-masing item pekerjaan belum menunjukkan waktu yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pelat lantai. Dalam mendapatkan waktu yang dibutuhkan pada penjadwalan digunakan metode Prcedence Diagram Method sehingga dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 6. Grafik Durasi Pekerjaan Pelat Beton Bondek

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan perbandingan durasi pekerjaan untuk pelat lantai. Terdapat perbedaan antara variasi 1,2 terhadap variasi 3. Variasi 1 dan 2 memiliki durasi pekerjaan 17 hari,

sedangkan variasi 3 memiliki durasi pekerjaan 16 hari. Variasi 3 memiliki durasi lebih cepat satu hari karena memiliki struktur balok yang lebih sedikit.

Hollow core slab

Hollow core slab merupakan pelat lantai dengan system pracetak. Hollow core slab memiliki banyak keuntungan seperti memiliki waktu pemasangan yang lebih cepat, kualitas yang terjamin, dan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja.

Durasi setiap item pekerjaan diurutkan berdasarkan metode pekerjaan. Durasi setiap item pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 9. Durasi Perkerjaan HCS

No Activity Predecessor Durasi (Hari) V1K V2K V3K 1 Perancah

Balok - 2,40 2,87 1,92

2 Bekisting

Balok Perancah

Balok 2,16 2,58 1,73 3 Pembesian Balok Bekisting

Balok,Pelat 0,14 0,16 0,12 4 Pengecoran

Balok Pembesian

Balok 0,18 0,21 0,15 5 Waktu Tunggu

Cor Pengecoran

Balok 7,00 7,00 7,00 6 HCS Balok 0,27 0,27 0,27

Tabel diatas di dapatkan durasi setiap item pekerjaan pada pelat bondek. Durasi pada masing-masing item pekerjaan belum menunjukkan waktu yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pelat lantai. Dalam mendapatkan waktu yang dibutuhkan pada penjadwalan digunakan metode Prcedence Diagram Method sehingga dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 7. Grafik Durasi Pekerjaan Hollow Core Slab

(10)

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan perbandingan durasi pekerjaan untuk pelat lantai. Variasi 1 dan 2 memiliki durasi pekerjaan 10 hari, sedangkan variasi 3 memiliki durasi pekerjaan 9 hari.

Variasi 3 memiliki durasi lebih cepat satu hari karena memiliki struktur balok yang lebih sedikit.

Perbandingan Durasi Pekerjaan Pelat Lantai

Hasil analisis yang dilakukan menggunakan metode PDM (Precedence Diagram Method) diperoleh durasi pekerjaan dari berbagai variasi kemudian dilakukan perbandingan untuk mengetahui jenis variasi dengan durasi paling cepat.

Gambar 8 Grafik Perbandingan Durasi Pekerjaan Pelat

Perbandingan durasi pekerjaan pelat menujukkan bahwa variasi 3 pada pelat hollow core memiliki durasi paling cepat diantara jenis variasi lainnya dengan durasi pekerjaan 9 hari. Sistem struktur variasi tiga lebih efisien karena tidak memerlukan banyak balok anak tambahan sehingga durasi pekerjaan balok lebih cepat. Metode pelaksanaan pada pelat hollow core yang systemnya pracetak sehingga pekerjaan dilapangan hanya pemasangan komponen pracetak saja.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Dasar pembanding (benchmark) digunakan variasi satu pelat konvensional.

Tabel 10. Perbandingan Efisiensi Biaya Pelat Rank Variasi Efisiensi Keterangan

1 V3 Pelat Bondek 14% Efisien 2 V1 Pelat Bondek 5% Efisien 3 V3 Pelat

Konvensional 1% Efisien 4 V1 Pelat

Konvensional 0% Acuan

5 V3 Pelat Hollow

Core -1% Inefisien

6 V2 Pelat Bondek -5% Inefisien 7 V2 Pelat

Konvensional -9% Inefisien 8 V1 Pelat Hollow

Core -12% Inefisien

9 V2 Pelat Hollow

Core -23% Inefisien

Perbandingan biaya pada semua variasi pelat lantai didapatkan biaya pelat lantai yang paling murah yaitu variasi 3 jenis pelat bondek dibandingkan dengan variasi 1 jenis pelat konvensional. Hal tersebut dikarenakan variasi tiga memerlukan lebih sedikit balok anak dan pelat bondek tidak memerlukan komponen perancah dan bekisting pelat. Sedangkan, biaya pelat lantai paling mahal yaitu variasi tiga jenis pelat hollow core dibandingkan dengan variasi satu jenis pelat konvensional. Hal tersebut dikarenakan variasi dua memerlukan lebih banyak balok anak.

2. Dasar pembanding (benchmark) digunakan variasi satu pelat konvensional.

Tabel 11 Perbandingan Efisiensi Waktu Pelat Rank Variasi Efisiensi Keterangan

1 V3 Pelat Bondek 31% Efisien 2 V1 Pelat Bondek 23% Efisien 3 V3 Pelat

Konvensional 23% Efisien 4 V1 Pelat

Konvensional 0% Acuan

5 V3 Pelat Hollow

Core 0% Inefisien

6 V2 Pelat Bondek 0% Inefisien 7 V2 Pelat

Konvensional -23% Inefisien 8 V1 Pelat Hollow

Core -31% Inefisien

9 V2 Pelat Hollow

Core -31% Inefisien

(11)

Perbandingan waktu antara semua variasi pelat didapatkan waktu pelaksanaan pekerjaan pelat lantai paling cepat yaitu variasi tiga jenis pelat hollow core dibandingkan dengan variasi satu jenis pelat konvensional dengan jumlah tenaga kerja untuk pekerjaan balok sebanyak 28 orang dan pekerjaan pelat sebanyak 8 orang. Hal tersebut dikarenakan variasi tiga memerlukan lebih sedikit balok anak dan pelat hollow core perakitan komponennya di pabrik sehingga di lapangan hanya pemasangannya saja.

Sedangkan, waktu pelaksanaan pekerjaan pelat lantai paling lama yaitu variasi dua jenis pelat bondek dibandingkan dengan variasi satu jenis pelat konvensional dengan jumlah tenaga kerja untuk pekerjaan balok sebanyak 28 orang dan pekerjaan pelat sebanyak 29 orang. Hal tersebut dikarenakan variasi dua memerlukan lebih banyak balok anak dan pelat bondek memerlukan waktu tunggu beton mengeras 7 hari pada balok dan 7 hari pada pelat.

DAFTAR PUSTAKA

Adityo, E., Katni, D., & Nursandah, A. (2020). Kajian Metode Struktur Pelat Konvensional Terhadap Pelat Pracetak Segmental Dan Pelat Bondek Ditinjau Dari Segi Waktu, Biaya Dan Struktur.

Jurnal Agregat Vol. 5, No. 1, 387-395.

Afriyono, H. (2019). Efisiensi Pelat Beton dengan Bekisting dan Tulangan Konvensional menjadi Floordeck dan Tulangan Wiremesh. Buletin Profesi Insinyur, 40.

American Concrete Institute. (2019). Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318- 19). Farmington Hills: American Concrete Institute.

Asroni, A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang.

Surakarta: Graha Ilmu.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan Pekerjaan Persiapan. Bandung: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2017). SNI-2052-2017 Tentang Baja Tulangan Beton. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2020). SNI 1727 Tahun 2020 tentang Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Bangunan, Direktorat Penyelidikan Masalah. (1971).

Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung:

Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Begum, M., Salekin, M. S., Khan, N. T., & Ahmed, W.

(2013). Cost analysis of steel concrete composite structures in Bangladesh. Asian Journal Of Civil Engineering (BHRC) Vol. 14, No.

6, 938.

Berawi, M.A, Bambang, Perdana M, Abdur R, Herwati Z, Gunawan, Albert H. (2014). Enchanching Value for Money of Mega Infrastructur Projects Developmen Using Value Engineering Method.

Procedia Technology Vol. 16, 1037-1046.

DeL L Youngker, (2003). Value Engineering Analysis and Methodology. Penerbit Marcel Dekker.

Departemen Pekerjaan Umum. (1987). Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Dewi, S. U., & Kusmila, W. (2018). Analisis Struktur Pelat Lantai Beton Konvensional Dan Pelat Lantai Bondek (Gedung Kuliah Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Raden Intan Lampung). TAPAK Vol. 8, No. 1, 120-129.

Direktorat Jenderal Cipta Karya. (1971). Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Bandung:

Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Ferreira, F. P., Tsavdaridis, K. D., Martins, C. H., &

Nardin, S. D. (2021). Steel-Concrete Composite Beams with Precast Hollow-Core Slabs: A Sustainable Solution. Sustainability, 3-4.

Gursal, A. A., Tjakra, J., & Mangare, J. B. (2018). Analisis Efisiensi Biaya Dan Waktu Pelat Lantai Beton Bertulang Konvensional Terhadap Pelat Lantai Bondek. Jurnal Tekno, Vol. 16, No. 70, 77-82.

Handayani, A., & Elvan, M. (2020). Comparison Of Conventional Slab And Metal Deck Composite Slab Method To Time And Cost In Transpark Cibubur Project. Neutron Vol. 20, Number 01, 56-62.

(12)

Kembuan, P., Wallah, S. E., & Dapas, S. O. (2018). Desain Praktis Pelat Konvensional Dua Arah Beton Bertulang. Jurnal Sipil Statik Vol. 6, No, 9, 705- 714.

Kementrian PUPR. (2022). Permen No. 1 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi. Jakarta: Kementrian PUPR.

Kurama, Y. C., Sritharan, S., Fleischman, R. B., Restrepo, J. I., Henry, R. S., Cleland, N. M., . . . Bonelli, P.

(2018). Seismic-Resistant Precast Concrete Structures: State of the Art. Journal of Structural Engineering Vol. 144, Issue 4, 1-18.

McCormac, J. C. (2003). Desain Beton Bertulang.

Penerbit Erlangga.

Mustakim, A. (2018). Metode Bekisting Sistem PERI.

Retrieved from Scribd.

National Precast Concrete Association Australia.

(2003). Hollow Core Flooring Technical Manual.

Laverton: NPCAA.

PCI Manual For The Design Of Hollow Core Slabs 3rd Edition. (2015). Chicago: Precast Concrete Institute.

Pratama, H. S., Anggraeni, R. K., Hidayat, A., & Khasani, R. R. (2017). Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Konvensional, Semi Sistem, Dan Sistem (Peri) Pada Kolom Gedung Bertingkat.

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL,Vol. 6, No. 1, 303- 313.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah opini audit, pergantian manajemen, kesuiltan keuangan, ukuran perusahaan klien, perubahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulisan tugas akhir ini mengambil judul “ PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF MELALUI KEGIATAN PUBLIC VISIT

disebut dengan rapat rutin guna untuk membahas tentang keadaan kerukunan umat beragama, setiap pengurus yang terwakilkan dari masing-masing Agama saling memberi informasi

Pembuata web informasi PC ini menggunakan bahasa pemrogaman PHP dan software yang digunakan untuk membangun web server adalah Apache yang dapat berjalan di platform Windows 98, 2000,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997

konteks perancangan sistem informasi pengolahan data survei ini ditunjukkan pada Gbr. Diagram ini menggunakan dua entitas luar yaitu pengguna dan administrator, serta satu

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan fenomena yang ada, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk meneliti pengaruh realisasi belanja pemerintah,

Melalui gambar 2.2 pfd diatas yang lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran A bahwa untuk memproduksi produk STPP diperlukan Spray Dryer untuk membentuk OrthoPhos