1 BAB I Pendahuan BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasyarakatan merupakan salah satu bagian sistem peradilan pidana, tidak hanya dibagian akhir namun juga dibagian awal dari sistem tersebut, hal ini terlihat dari peran Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan yang menangani pelanggar hukum sebelum divonis oleh Hakim. Rutan menurut Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1983 Pasal 1 Ayat 2 tentang pelaksanaan KUHAP adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan.
Lapas Kelas II B Martapura terletak di Jln. Merdeka No. 03 Martapura, Kelurahan Pasar Martapura, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan. Lapas Kelas II B Martapura merupakan gedung peninggalan pada jaman penjajahan Belanda dan menjadi hak milik Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor Sertifikat: AA.232591.04.08.06.09.4.00001. Lapas Kelas II B Martapura memiliki kapasitas hunian awal sebanyak 193 orang.
Lapas Kelas II B Martapura adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana laki-laki, wanita dan anak-anak. Keadaan gedung yang terdiri dari sel-sel penghuni dan ruang perkantoran dengan semangat pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan, kamar sel di fungsikan menjadi antara lain sebagai tempat ibadah, poliklinik, ruang serba guna, bengkel kerja dan perpustakaan. Berdasarkan Undang-Undang No 12 tahun 1995. Bekerja keras, ikhlas dan cerdas mendorong kreatifitas mencari inovasi dan menjaga integritas serta komitmen. Pada intinya Lapas Klas II B Martapura medukung semangat reformasi birokrasi sebagai pelayan masyarakat menuju Good Governance.
Dasar hukum keberadaan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 pasal 1 ayat 3 yang tertulis
“Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan”. Tentunya di dalam
BAB I Pendahuan perjalanan sehari-hari dalam perjalanan keberadaan Lembaga Pemasyarakatan, sudah pasti memiliki aturan tentang tata cara pelaksanaan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan tersebut. Hal tersebut dinamakan Sistem Pemasyarakatan yang tertuang dalam UU Nomor 12 Tahun 1995 pasal 1 angka 2 yang tertulis “Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Dalam proses pembinaan ini, tentunya pemerintah harus juga memperhatikan pemenuhan hak-hak narapidana sebagaimana diatur dalam Undang -Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Pada Pasal 14 ditentukan bahwa Narapidana berhak: Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani, Mendapatkan pendidikan dan pengajaran, Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, Mendapatkan pembebasan bersyarat, Menerima kunjungan keluarga, atau orang tertentu lainnya, Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) dan mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Khusus hak warga binaan pemasyarakatan menerima kunjungan dari keluarga merupakan suatu hal yang terkait erat dengan pemulihan atau rehabilitasi kondisi psikologis narapidana dari pemidanaan yang narapidana alami. Dalam mewujudkan lingkungan pembinaan yang menggambarkan nilai-nilai masyarakat ke dalam lembaga pemasyarakatan, tercemin dari upaya untuk menciptakan interaksi yang harmonis antara narapidana dan masyarakat melalui pelaksanaan kunjungan keluarga.
Sesuai dengan UU No.12 Tahun 1995 pasal 14 ayat (1) butir h narapidana memiliki hak untuk dikunjungi, adanya peran penting keluarga sebagai bagian dalam proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sehingga walaupun terpenjara bukan berarti hak-hak mereka terabaikan. Bertemu dan bertatap muka dengan orang terkasih bisa menjadi motivasi tersendiri bagi WBP
BAB I Pendahuan dalam menjalani proses pembinaan sebelum kembali lagi ke masyarakat. Secara umum bentuk permohonan kunjungan bagi warga binaan, yaitu secara manual, langsung datang ke Lapas yang dituju dengan menunjukkan identitas diri seperti KTP, SIM, Paspor.
Pada saat ini sistem permohonan kunjungan warga binaan di Lapas kelas IIB Martapura masih dilakukan secara manual, sistem ini tidak efisien karena prosesnya memakan waktu yang cukup lama terlebih lagi pada hari-hari besar jumlah pengunjung akan meningkat. Pencatatan data pengunjung di Lapas Kelas II B Martapura juga masih dilakukan secara manual dan di arsipkan dalam bentuk buku daftar pengunjung, sehingga masih rentan akan resiko kerusakan atau kehilangan data yang diarsipkan.
Dari permasalahan tersebut maka penulis bermaksud membangun aplikasi pendaftaran kunjungan tahanan berbasis website, yang diharapkan akan memudahkan petugas Lapas Kelas II B Martapura dalam melakukan pendataan pengunjung karena data akan tersimpan dalam aplikasi yang akan dibangun dan mempermudah proses pendaftaran.
Dalam mewujudkan solusi tersebut, penulis bermaksud ingin membangun sebuah Aplikasi yang akan dijadikan sebuah Laporan Akhir dengan judul
“Aplikasi Pendaftaran Kunjungan Tahanan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Martapura Berbasis Website.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa masalah yang dapat dirumuskan yaitu:
1. Belum adanya aplikasi berbasis website untuk mempermudah proses pendaftaran kunjungan pada Lapas Kelas II B Martapura.
2. Proses pendataan dan pengolahan data laporan kunjungan tahanan belum dilakukan secara efektif karena masih dilakukan secara manual.
1.3 Batasan Masalah
Penulisan Laporan Akhir ini agar lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka penulis membatasi pokok permasalahan yaitu:
1. Sistem yang digunakan petugas adalah Aplikasi berbasis website.
BAB I Pendahuan 2. Aplikasi ini hanya berfokus untuk mengelola data kunjungan tahanan
pada Lapas Kelas II B Martapura 1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan aplikasi pendaftaran kunjungan pada Lapas Kelas II B Martapura adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan Aplikasi Pendaftaran Kunjungan Tahanan pada Lapas Kelas II B Martapura berbasis website.
2. Untuk membantu dan Mempermudah petugas dalam mengelola data kunjungan tahanan pada Lapas Kelas II B Martapura.
1.4.2 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah petugas dalam mengelola data pengunjung pada Lapas Kelas II B Martapura.
2. Mempermudah proses pendaftaran kunjungan pada Lapas Kelas II B Martapura.
1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Lokasi Pengumpulan Data
Lokasi Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Martapura Jl. Merdeka No.3, Ps. Martapura, Kec. Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Dalman (2013:56) “Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari informasi dari kepustakaan mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul tulisan. Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat pada kartu informasi. Di samping pencarian informasi dari kepustakaan, penyusun juga dapat memulai terjun ke lapangan. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan)”.
Ada 2 jenis teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam pembuatan Laporan Kerja praktik ini yaitu :
BAB I Pendahuan 1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dan diolah sendiri oleh suatu perusahaan.
a. Observasi Partisipatif
Yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Disini penulis mengamati bagaimana proses pendataran kunjungan tahanan pada Lapas kelas II B Martapura.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian penulis melakukan interview kepada petugas Lapas Kelas II B Martapura terhadap proses yang dilakukan, dikelola, dihasilkan dan dilaporkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya berupa sumber informasi seperti buku dan internet. Dari mengumpulkan data dan informasi diperlukan dengan menggunakan literal-literal kepustakaan meliputi laporan magang dari alumni, browsing internet, meminjam buku hingga mengumpulkan data-data dari petugas Lapas Kelas II B Martapura.
BAB I Pendahuan 1.6 Sistematika Penulisan
Agar mendapatkan gambaran yang jelas terhadap penyusunan Laporan Akhir ini, maka laporan ini dibagi menjadi lima bab. Secara garis besar sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini isinya adalah menjelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan sebagai dasar pembahasan pada Laporan ini.
Secara garis besar tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai pengertian yang berkaitan dengan teori umum, teori judul, dan teori program yang berkaitan dengan aplikasi yang akan dibuat.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Martapura, visi dan misi, struktur organisasi, serta hal lain yag berhubungan dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Martapura.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini isinya adalah pembahasan mengenai Aplikasi Pendaftaran Kunjungan Tahanan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Martapura secara terperinci.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini isinya adalah bab penutup yang di dalamnya berisi poin-poin dari berbagai hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya menjadi sebuah kesimpulan. Selain itu pada bab ini juga memiliki beberapa saran dari penulis terkait dengan isi laporan