BAB III
IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1. Sejarah Kampung Batik Laweyan
Kampung Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh R.T.
Mlayadipuro desa Laweyan (kini Kampoeng Laweyan) sudah ada sebelum munculnya kerajaan Pajang. Sejarah Laweyan barulah berarti setelah Kyai Ageng Hanis bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546 M, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati) dan membelakangi jalan yang menghubungkan antara Mentaok dengan desa Sala (sekarang jalan Dr. Rajiman). Kyai Ageng Henis adalah putra dari Kyai Ageng Sela yang merupakan keturunan raja Brawijaya V.
Setelah Kyai Ageng Henis meninggal dan dimakamkan di pasarean Laweyan (tempat tetirah Sunan Kalijaga sewaktu berkunjung di desa Laweyan), rumah tempat tinggal Kyai Ageng Henis ditempati oleh cucunya yang bernama Bagus Danang atau Mas Ngabehi Sutowijaya. Sewaktu Pajang di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) pada tahun 1568 M Sutowijoyo lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar (Pasar Laweyan). Kemudian Sutowijaya pindah ke Mataram (Kota Gede) dan menjadi raja pertama Dinasti Mataram Islam dengan sebutan Panembahan Senopati yang kemudian menurunkan raja – raja Mataram.
Masih menurut RT. Mlayadipuro Pasar Laweyan dulunya merupakan
saat itu banyak dihasilkan dari desa Pedan, Juwiring, dan Gawok yang masih termasuk daerah Kerajaan Pajang.
Adapun lokasi pasar Laweyan terdapat di desa Laweyan (sekarang terletak diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar Mati serta di sebelah timur kampung Setono). Di selatan pasar Laweyan di tepi sungai Kabanaran terdapat sebuah bandar besar yaitu bandar Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut pasar Laweyan terhubung ke bandar besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.
Pada jaman sebelum kemerdekaan kampung Laweyan pernah memegang peranan penting dalam kehidupan politik terutama pada masa pertumbuhan pergerakan nasional. Sekitar tahun 1911 Serikat Dagang Islam (SDI) berdiri di kampung Laweyan dengan Kyai Haji Samanhudi sebagai pendirinya.
Dalam bidang ekonomi para saudagar batik Laweyan juga merupakan perintis pergerakan koperasi dengan didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta” pada tahun 1935.
Setelah sempat turun dan terbengkalai pada September 2004, muncul wacana untuk membangkitkan dan mengembangkan kampung Laweyan dan mengembalikan kejayaannya sebagai salah satu pusat pengrajin batik tulis dan cap, dengan branding nama Kampung Batik Laweyan. Kemudian pada tahun 2005 laweyan ditetapkan sebagai kampung batik dan biasa disebut sebagai kluster batik dan wisata. Saat ini pun Laweyan sudah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Solo.
2. Keunikan Kampung Batik Laweyan A. Batik Laweyan
Batik Laweyan sudah berkembang sebelum abad 15M semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) di Keraton Pajang. Saat itu para pengrajin batik laweyan mengembangkan industri batik tulis dengan pewarna alami sehingga desa laweyan menjadi kawasan penghasil batik tertua di Indonesia.
Seiring dengan pengembangan teknik batik tulis ke teknik batik cap, industri batik laweyan mengalami masa puncak kejayaan pada era 1900 an semasa pergerakan Sarikat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin oleh KH Samanhudi. Dibandingkan dengan batik tulis proses pembuatan batik cap relatif lebih mudah, lebih cepat dan lebih ekonomis sehingga harga jualnya lebih bisa diterima masyarakat pada umumnya. Pada masa itu muncullah nama Tjokrosoemarto, seorang tokoh juragan batik yang fenomenal, beliau memiliki industri batik terbesar di laweyan, jumlah omzetnya luar biasa yang didukung oleh pengrajin-pengrajin batik dari berbagai daerah di pulau Jawa.
Wilayah pemasarannya tak hanya di dalam negeri, Tjokrosoemarto juga memasarkan batik ke manca negara, Beliau merupakan seorang eksportir batik pertamakali dari Indonesia. Selain Tjokrosoemarto ada banyak juragan batik yang sukses dan sekarang meninggalkan sisa-sisa kejayaannya berupa bangunan-bangunan rumah kuno artistik yang berasitektur jawa dan eropa di berbagai sudut Kampoeng Batik Laweyan.
B. Arsitektur Rumah Laweyan
Masyarakat Laweyan bukanlah keturunan bangsawan, tetapi karena mempunyai hubungan yang erat dengan kraton melalui perdagangan batik serta didukung dengan kekayaan yang ada, maka corak pemukiman khususnya milik para saudagar batik banyak dipengaruhi oleh corak pemukiman bangsawan Jawa. Bangunan rumah saudagar biasanya terdiri dari pendopo, ndalem, sentong, gandok, paviliun, pabrik, beteng, regol, halaman depan rumah yang cukup luas dengan orientasi bangunan menghadap utara- selatan. Atap bangunan kebanyakan menggunakan atap limasan bukan joglo
karena bukan keturunan bangsawan. (Sumber :
https://kampoengbatiklaweyan.org/arsitektur-rumah-laweyan. Diakses pada tanggal 22 April 2020 pukul 20.00 WIB)
Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak bangunan di Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indisch (Jawa – Eropa) dengan fagade sederhana berorientasi ke dalam, fleksibel, berpagar tinggi, lengkap dengan lantai yang bermotif karpet khas Timur Tengah.
Keberadaan “beteng” tinggi yang banyak memunculkan gang – gang sempit dan merupakan ciri khas Laweyan selain untuk keamanan juga merupakan salah satu usaha para saudagar untuk menjaga privacy dan memperoleh daerah “kekuasaan” di lingkungan komunitasnya.
(https://kampoengbatiklaweyan.org/arsitektur-rumah-laweyan. Diakses pada tanggal 22 April 2020 pukul 20.00 WIB)
C. Sosial Budaya Laweyan
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Alpha Fabela Priyatmo Ketua Pengusaha Batik Laweyan, dulu terdapat pengelompokan sosial dalam kehidupan masyarakat Laweyan, yaitu kelompok wong saudagar (pedagang), wong cilik (orang kebanyakan), wong mutihan (Islam atau alim ulama) dan wong priyayi (bangsawan atau pejabat). Selain itu dikenal pula golongan saudagar atau juragan batik dengan pihak wanita sebagai pemegang peranan penting dalam menjalankan roda perdagangan batik yang biasa disebut dengan istilah mbok mase atau nyah nganten. Sedang untuk suami disebut mas nganten sebagai pelengkap utuhnya keluarga.
Sebagian masyarakat Laweyan masih tampak aktif nguri – uri (melestarikan) kesenian tradisional seperti musik keroncong dan karawitan yang biasanya ditampilkan (dimainkan) sebagai pengisi acara hajatan seperti mantenan, sunatan, tetakan, dan kelahiran bayi.
Dalam bidang keagamaan, sebagian besar penduduk Laweyan beragama Islam terlihat aktif menyelenggarakan kegiatan – kegiatan keagamaan, seperti pengajian, tadarusan, semakan dan aktivitas – aktivitas keagamaan lainnya, baik secara terjadwal maupun insidental.
3. Visi dan Misi Kampung Batik Laweyan Dari Forum Kampung Batik Laweyan
a. Visi
Menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya yang dikembangkan dengan konsep kepariwisataan melalui pembangunan yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.
b. Misi
a. Mengembangkan kawasan berbasis industri batik dan non batik yang ramah lingkungan.
b. Memelihara situs-situs bersejarah, arsitektur khas Laweyan dan tradisi budaya lokal.
c. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai kawasan edukatif.
d. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai Daerah Tujuan Wisata Kreatif di tingkat Nasional dan Internasional.
e. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Batik .
f. Mewujudkan kawasan Sapta Pesona Pariwisata
B. Data Wisatawan Kampung Batik Laweyan Surakarta Tahun 2019
C. Target Market
Pemilihan dan segmentasi target market disesuaikan dengan tujuan perancangan yaitu sebagai berikut.
1. Segmentasi Demografis
a. Usia : 15-35 tahun
b. Pendidikan : Pelajar/mahasiswa, karyawan, dan masyarakat umum
c. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan d. Kelas Sosial : Segmen A, B, dan C 2. Segmentasi Geografis
Sub Urban, cakupan dari media promosi ini secara umum adalah Remaja, Mahasiswa, dan Wisatawan di Indonesia, sementara secara khusus target promosi ditujukan untuk daerah Karesidenan Surakarta dan di Luar Karesidenan Surakarta sesuai dengan cakupan kasus yang diteliti.
3. Segmentasi Psikografis
a. Wisatawan yang memiliki ketertarikan untuk melakukan wisata b. Menjadi tujuan utama wisatawan dalam memilih tempat wisata
Kampung Batik Laweyan di Surakarta.
c. Membantu wisatawan untuk menghilangkan kebingungan ketika mencari tempat wisata budaya.
D. Komparasi 1. Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta
a. Deskripsi Umum
Giriloyo adalah sebuah dusun di bawah kaki perbukitan Imogiri.
Suatu bukit yang terkenal di daerah kawasan selatan Yogyakarta karena di sanalah raja-raja kerajaan Mataram Islam dimakamkan.
Daerah Giriloyo ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta (jaraknya hanya sekitar 15 km/ kira-kira 40 menit). Namun karena daerah ini terpencil dan berada di kaki bukit. Suasana khas pedesaan yang sepi dan sunyi namun penuh dengan kebersamaan dan kedamaian sangat mewarnai daerah tersebut.
Giriloyo dengan kesunyiannya sebenarnya menyimpan warisan budaya yang luar biasa, selain Gurah tradisional yang sangat terkenal itu (pengobatan tradisional dengan akar untuk berbagai penyakit saluran pernafasan), Giriloyo juga merupakan sentra dari pengrajin batik di Yogyakarta. Di desa ini anda dapat berburu batik, ataupun mungkin ingin belajar tentang proses batik asli langsung dari para pengrajinnya.
Pengunjung juga dapat memanjakan lidah anda menikmati menu makanan khas daerah ini yang sangat menggoda lidah seperti pecel kembang turi, wedang uwuh, rempeyek super gede dan menu khas lainnya. Apabila anda ingin wisata kuliner lain ,”sate klathak” yang
banyak warung yang menjajakannya. Tak pelak, Giriloyo kini menjadi desa andalan berwisata ataupun belajar batik yang mendunia.
2. Kampung Batik Kauman Surakarta a. Deskripsi Umum
Kota Solo memiliki daya tarik yang khas sebagai kota tujuan wisata di Jawa Tengah Indonesia. Antara lain, sebuah kampung bernama Kauman yang berisi aset-aset warisan yang diakui dunia, yaitu batik. Di Kampung Batik Kauman, tak jauh dari Pasar Klewer, ini terdapat produksi batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi (tulis dan cap) khas Solo. Kampung ini terletak di Kauman, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah.
Kauman dijadikan kampung wisata batik di Solo sejak 2006 lalu.
Sebagai kampung wisata, kampung ini juga menyediakan berbagai tempat yang dapat dikunjungi wisatawan, meliputi: rumah batik, showroom batik, tempat pelatihan batik, penelitian dan pengembangan produk batik, serta museum koleksi batik. Menurut sejarah Kampung Batik Kauman dulunya adalah pemukiman kaum abdi dalem Keraton Kasunanan dengan mempertahankan tradisi dengan cara membatik.
Dibandingkan dengan Laweyan, Batik Kauman lebih menampilkan motif batik klasik yang didasarkan pada pakem atau standar keraton. Bisa dikatakan motif batik Kauman lebih
Terdapat lebih dari 30 industri batik di Kampung Batik Kauman sehingga Anda memiliki banyak pilihan untuk membeli batik Solo di tempat ini.
Keunikan yang ditawarkan di Kampung Batik Kauman adalah pengunjung dan penjual batik bisa berinteraksi dan bertransaksi langsung dengan mengunjungi rumah industri batik mereka dan melihat proses produksi batik serta belajar membatik. Harganya, mulai dari puluhan ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Selain batik, kampung wisata ini juga didukung berbagai toko seperti toko busana Muslim, toko kerajinan tangan, dan toko buku.
B. Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threat (ancaman) dari lingkungan luar perusahaan.
SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi (Jogiyanto, 2005:46). Berikut analisa SWOT mengenai Kampung Batik Laweyan:
SWOT Strength (Kekuatan)
1. Kampung Batik Laweyan merupakan kampung batik yang paling awal dan paling lama di Indonesia.
2. Di Laweyan tidak hanya terkenal dengan Batiknya tetapi juga banyak keunikan yang lain seperti
arsitektur bangunan, kebudayaan, juga makanannya.
3. Adanya komunitas batik terbesar di Indonesia.
4. Merupakan cagar budaya Surakarta yang dilindungi.
5. Bangunan lawas dan arsitektur
1. Kampung Batik Kauman
menampilkan motif Batik dengan standar Keraton Kasunanan Solo.
2. Adanya interaksi secara langsung oleh penjual dan pembeli serta pembuat batik, jadi masyarakat bisa melihat proses secara langsung.
3. Sudah menjadi cagar budaya atau sentra Batik di Solo.
1. Merupakan salah satu sentra batik di Yogyakarta yang sudah cukup terkenal.
2. Daerahnya di kaki perbukitan imogiri membuat kampung batik ini
merupakan destinasi budaya yang cukup nyaman dan indah dengan pemandangan alamnya.
3. Selain dengan batiknya daerah ini juga terdapat wisata kulinernya salah satunya Sate Klathak.
perubahan pada bangunan sehingga membuat Kampung Laweyan masih hangat dengan sejarahnya.
6. Masyarakat dapat melihat langsung proses batik yang sedang
dikerjakan atau dibuat.
Weaknesses (Kelemahan)
1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengoptimalkan dan menjaga budaya serta wisata yang ada di Laweyan.
2. Kurangnya support dari pemerintah untuk Kampung Laweyan.
3. Yang ditonjolkan hanya wisata batiknya saja padahal banyak hal lain yang bisa lebih dikulik dan
1. Kurangnya support dari pemerintah untuk Kampung Kauman.
2. Tidak adanya promosi yang cukup banyak untuk Kampung Kauman.
1. Cukup jauh dari kota Yogyakarta.
2. Lumayan susah akses untuk menuju ke Kampung Giriloyo.
Opportunities (Peluang)
1. Tidak ada kampung batik lain yang memiliki arsitektur yang masih terawat seperti Laweyan.
2. Arsitektur bangunan, makanan, dan sosial budaya yang unik dari
kampung batik ini yang bisa dijadikan potensi wisata.
1. Kampung batik yang mempunyai standar khusus yaitu standar
Keraton Kasunanan Solo yang tidak dimiliki oleh kampung batik
lainnya.
2. Berada di tengah kota.
1. Karena dekat dengan daerah
perbukitan membuat kampung batik ini mempunyai wisata alam yang cukup menarik wisatawan.
Threat (Ancaman)
1. Mulai banyaknya kampung batik modern yang bermunculan.
2. Mudahnya akses teknologi dan digital membuat banyak yang lebih memilih untuk wisata belanja online.
1. Mulai berkurang bangunan bersejarah atau bangunan kuno yang ada di Kampung Batik Kauman.
2. Mudahnya akses digital membuat banyak yang lebih memilih untuk wisata belanja online.
1. Mulai berkurangnya antusias masyarakat untuk mengunjungi Kampung Batik Giriloyo karena banyaknya wisata batik yang bermunculan di Yogyakarta..
Tabel 1 Analisis SWOT
Jadi dari Analisis SWOT Kampung Batik Laweyan bisa disimpulkan Kampung Batik Laweyan mempunyai keunggulan yang lain selain didalam Batiknya. Keunggulan yang dapat dijadikan peluang adalah melalui budaya, pengalaman wisatawan saat berbelanja, sejarah Kampung Batik Laweyan, dan juga bangunannya yang masih autentik. Dan setelah menganalisis SWOT langkah selanjutnya adalah memaksimalkan kekuatan yang dimiliki Kampung Batik Laweyan, menuntupi kelemahan, memanfaatkan peluang, dan menangkal ancaman dari luar.
C. USP (Unique Selling Point)
Unique selling prepotition atau juga disebut daya tarik unik penjualan. Salah satu keunikan dari “Kampung Batik Laweyan” ini dibanding kampung batik yang ada antara lain adalah karena “Kampung Batik Laweyan” adalah kampung batik yang tidak hanya sekedar menjual produk tetapi juga memberikan pengalaman kepada wisatawan dengan cara menyajikan proses produksi yang dapat dilihat langsung oleh wisatawan dan wisatawan juga dapat melakukan workshop mengenai Batik sehingga wisatawan dapat membuat Batik mereka sendiri. Karena tidak semua kampung batik menyediakan fasilitas tersebut.
Kebanyakan kampung batik yang ada hanya melakukan jual beli saja. Di Laweyan wisatawan juga dapat menikmati fasilitas tour guide yang menjelaskan sejarah “Kampung Batik Laweyan” itu sendiri, karena selain sebagai tempat perbelanjaan “Kampung Batik Laweyan”
juga mempunyai budaya yang sangat kuat dan merupakan salah satu sebagai tempat bersejarah di Kota Surakarta
Keunikan yang lain adalah di bangunannya, dimana “Kampung Batik Laweyan” ini masih mempunyai keunikan didalam setiap bangunan dan rumah yang ada di setiap sudutnya, karena “Kampung Batik Laweyan” masih sangat menjaga bangunan yang ada sejak jaman
merasakan sensasi yang berbeda dengan kampung batik lainnya.
Selain Batik dan Bangunannya, “Kampung Batik Laweyan” juga memiliki makanannya khas sendiri yaitu Ledre. Ledre merupakan makanan ringan yang terbuat dari campuran tepung ketan, parutan kelapa muda, air, gula, garam, dan pisang yang merupakan komposisi utama camilan ini. Pisang yang digunakan untuk membuat ledre juga bukan sembarang pisang. Produsen biasa menggunakan pisang raja yang telah masak. (Sumber:
www.surabaya.tribunnews.com/2014/04/26/si-renyah-ledre-pisang Diakses pada tanggal 16 April 2020 pukul 20.00 WIB)
D. Positioning
Positioning merupakan penempatan image dibenak konsumen, biasanya positioning
lebih memilih benefit dari suatu produk agar audient dapat menangkap citra dari produk tersebut.
Positioning sebagai dasar strategi pemasaran, menjadi dasar dalam pengembangan
strategi kreatif. Gagasan umum positioning adalah menempatkan sebuah produk untuk mendapat posisi yang baik dalam benak konsumen. Brand yang memiliki posisi mapan dalam benak konsumen menjadi faktor yang berpengaruh kuat pada saat konsumen memerlukan solusi.
Maka positioning konsep perancangan ini adalah menempatkan “Kampung Batik Laweyan” sebagai tempat wisata belanja dan budaya yang masih memegang teguh budaya Jawa.