• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus aPalabuhanratu, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus aPalabuhanratu, Jawa Barat."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KESESUAIAN WISATA ARUNG GELOMBANG DI

PANTAI CITEPUS PALABUHANRATU, JAWA BARAT

PARDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Kajian Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus Palabuhanratu, Jawa Barat” adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing Agustinus M Samosir dan Nyoman M.N. Natih serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

PARDI. Kajian Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUSTINUS M. SAMOSIR dan I NYOMAN M.N. NATIH.

Wisata Arung Gelombang atau sea rafting merupakan salah satu kegiatan wisata pantai yang unik, menantang dan ditemukan di Pantai Citepus. Berbeda dengan arung jeram yang dilakukan di sungai, arung gelombang dilakukan di laut dengan mengarungi gelombang pantai. Hasil menunjukkan bahwa faktor utama untuk kesesuaian wisata arung gelombang meliputi faktor gelombang, arus, angin, bangunan pantai dan biota berbahaya. Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus memiliki nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) sebesar 60% yang termasuk dalam kategori S2 atau sesuai. Berdasarkan luas wilayah pantai sebesar 3,8 ha maka Daya Dukung arung gelombang sebesar 20 orang perhari. Faktor bahaya dalam arung gelombang meliputi Gelombang, Arus, Angin, Biota dan Peralatan Arung Gelombang. Berdasarkan faktor-faktor diatas tingkat resiko arung gelombang di Pantai Citepus bervariasi, dari resiko rendah hingga sedang; sehingga menghasilkan opsi manajemen yang berupa menerima dan mengurangi resiko. Pengurangan resiko dapat dilakukan antara lain dengan rencana tapak yang aman dan pengelolaan keselamatan.

Kata Kunci: Arung Gelombang, Bahaya, Pantai Citepus, Resiko, Wisata

ABSTRACT

PARDI. Study of Suitability Sea Rafting Tourism in Citepus Beach Palabuhanratu, West Java. Supervised by AGUSTINUS M. SAMOSIR and I NYOMAN M.N. NATIH.

Arung Gelombang or sea rafting is one of coastal tourism that unique, challenging and found in Citepus Beach. Different with rafting conducted in rivers,Arung Gelombang done at sea by wading waves shore. Arung Gelombang still new in Indonesia and there only view one of them in Citepus Beach. Result, show the main indicators for the suitability of Arung Gelombang tourisms are currents, waves, wind, beach structure and dangerous biota. Based on the Index Calculation Arung Gelombang in Citepus has 60% value. This is categorize S2, suitable. Based on coastal landmass 3,8 ha, so carrying capacity in Arung Gelombang is 20 people per day. Factor potential danger in Arung Gelombang are wave, current, wind, dangerous biota and equipment of Arung Gelombang. Level of risks in Arung Gelombang activity in Citepus has varied from low to middle risk;being that produces management option, accept tolerable to reduce risk. This imply management measure of safety site plan and safety management.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

PARDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus

aPalabuhanratu, Jawa Barat. Nama : Pardi

NIM : C24080013

Disetujui oleh

Tanggal Lulus: 5 Juli 2013

Dr Ir Nyoman M.N. Natih, M Si Pembimbing 2

Ir Agustinus M. Samosir, M Phil Pembimbing 1

Diketahui oleh

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Kajian Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus Palabuhanratu, Jawa Barat” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT, atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

2. Bapak Ir Agustinus M. Samosir, M Phil dan Bapak Dr Ir Nyoman M.N. Natih, M Si selaku pembimbing skripsi penulis.

3. Bapak Dr Ir Luky Adrianto, M Sc selaku dosen penguji.

4. Ibu Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber daya Perairan.

5. Tourism Information Centre, TP3TP, BALAWISTA, FK KOMPEPAR dan Hotel Augusta Palabuhanratu, Bapak Hedi Firmansyah, Asep Rusmana, Yanyan Nuryanto, Budi Wahyudi, Ibu Risda, Bapak Dadang Hendar, Mas Erik, Mas Agus.

6. Kantor Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Sukabumi, Dinas Kepariwisataan Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi, Bapak Asep Yadi dan DKP Cimaja Bapak Deden atas moril dan materil selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan. 9. Ratih Purnamasari atas dukungan dan motivasinya selama perkuliahan,

pengambilan data penelitian hingga penulisan skripsinya.

10.Teman-teman bermain di MSP 45 (Ibad,Ojan,Uul,Pion,Hariyanto, Tafrani,Aang,Gentha) serta seluruh teman-teman MSP.

11.Teman-teman Kontrakan Dramaga Regency D15 (Bayu, Bocil, Aji, Cimol, Beler, Samsu dan Busrol)

12.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Semua bentuk saran, masukan dan kritik atas skripsi ini sangat diharapkan oleh penulis demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

LATAR BELAKANG ... 1

PERUMUSAN MASALAH ... 1

TUJUAN PENELITIAN ... 3

METODE PENELITIAN ... 3

LOKASI PENELITIAN ... 3

ALAT DAN BAHAN ... 4

JENIS DATA DAN INFORMASI ... 4

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA ... 5

ANALISIS DATA ... 6

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ... 6

Daya Dukung Kawasan (DDK)... 7

Resiko Potensi Bahaya ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

KONDISI LINGKUNGAN DAN SOSIAL ... 10

PENGEMBANGAN INDIKATOR KESESUAIAN ... 12

Karakteristik Arung Gelombang ... 12

Indikator Kesesuaian ... 13

EVALUASI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG ... 18

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ... 18

Daya Dukung Kawasan (DDK)... 18

Analisis Gabungan Kesesuaian secara Temporal... 19

ANALISIS RESIKO DAN MANAJEMEN KESELAMATAN ... 20

Analisis Resiko ... 20

Rekomendasi Tindakan Keselamatan Wisatawan... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

KESIMPULAN ... 27

SARAN ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

1. Komponen, Jenis, dan Teknik Pengambilan Data ... 4

2. Penilaian peluang potensi bahaya ... 8

3. Penilaian keparahan potensi bahaya... 8

4. Matriks level resiko ... 9

5. Faktor kesesuaian wisata Arung Gelombang ... 13

6. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Arung Gelombang ... 18

7. Daya dukung ekologis kawasan Pantai Citepus ... 19

8. Analisis Kesesuaian Arung Gelombang secara Temporal ... 19

9. Potensi bahaya Arung Gelombang di Pantai Citepus ... 20

10.Tingkat keparahan potensi bahaya gelombang di Pantai Citepus ... 21

11.Tingkat peluang potensi bahaya gelombang di Pantai Citepus ... 22

12.Penilaian potensi resiko bahaya arung gelombang ... 22

13.Evaluasi resiko berdasarkan jenis bahaya ... 23

14.Matriks evaluasi resiko arung gelombang ... 23

15.Teknis Keselamatan Wisatawan ... 24

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram perumusan masalah ... 2

2. Lokasi penelitian ... 3

3. Manajemen pengurangan resiko bahaya ... 9

4. Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Sarana dan Prasarana ... 10

5. Persepsi Wisatawan Mengenai Keselamatan Arung Gelombang ... 11

6. Arung Gelombang ... 12

7. Grafik fluktuasi tinggi gelombang dalam satu tahun ... 14

8. Grafik fluktuasi kecepatan angin dalam satu tahun ... 15

9. Grafik fluktuasi kecepatan arus dalam satu tahun... 15

10.Aurelia aurita ... 16

11.Bangunan Pantai di Pantai Citepus ... 17

12.Rencana Tapak Arung Gelombang di Pantai Citepus ... 26

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner wawancara ... 29

2. Analisis Kekurangan Peralatan Keselamatan di Pantai Citepus ... 33

(11)
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Terletak diantara ekosistem perairan dan daratan, kawasan pesisir bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti pemukiman, tempat mencari ikan dan tempat untuk berekreasi. Kegiatan manusia untuk berekreasi di alam dikenal sebagai wisata alam. Menurut Scheyvens (1999) wisata alam dapat melibatkan budaya dan lingkungan wisata, dan memberikan keuntungan serta menjadi bagian untuk masyarakat sekitar

Salah satu kawasan wisata yang terletak di Kabupaten Sukabumi adalah Pantai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu yang terletak lebih kurang 3 km dari pusat kota Palabuhanratu. Disini dapat ditingkatkan kegiatan wisata pantai yang unik, yaitu Arung Gelombang. Tidak berbeda jauh dengan arung jeram yang dilakukan di sungai, arung gelombang dilakukan di laut dengan mengarungi gelombang pantai. Wisata Arung Gelombang masih tergolong baru dijalankan, bermula dari kekeringan yang melanda Sungai Citarik pada tahun 2001 yang menyebabkan sepinya pengunjung untuk berarung jeram. Hal ini menyebabkan timbulnya ide untuk melaksanakan kegiatan yang sama namun mengambil lokasi di pantai dengan mengarungi gelombang dan memiliki tantangan tersendiri.

Perumusan Masalah

Pantai Citepus memiliki potensi sumber daya alam pesisir yang indah dan selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara yang mencari kehangatan Ombak Laut Selatan. Pada saat-saat tertentu, penduduk setempat melakukan penangkapan ikan-ikan kecil untuk diternakkan di sungai yang ada di sekitar desa. Pantai Citepus menjadi tempat utama untuk menikmati suasana alam yang indah, banyaknya pasir putih kecoklatan yang menghampar luas serta pemandangan pegunungan yang menjadi daya tarik wisatawan.

(13)

Permasalahan lain yang timbul adalah belum adanya penelitian yang mengkaji mengenai persyaratan perairan Pantai Citepus untuk pengembangan wisata Arung Gelombang. Dan hal ini akan berdampak terhadap kelestarian daerah wisata dan terkait dengan kondisi daya dukung kawasan, dan perlu adanya rencana pengelolaan yang tepat untuk pengembangan wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus.

Permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

a) Bagaimana persyaratan perairan yang sesuai untuk pengembangan wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus?

b) Apakah Pantai Citepus sesuai untuk dijadikan sebagai kawasan wisata Arung Gelombang dan bagaimana dengan kondisi daya dukung kawasan tersebut? c) Rumusan rencana pengelolaan yang tepat untuk pengembangan wisata Arung

Gelombang di Pantai Citepus?

Diversifikasi Wisata Bahari

Arung Gelombang

Identifikasi Persyaratan

Evaluasi Kesesuaian Pantai Untuk Wisata Arung Gelombang

Penentuan Daya Dukung Kawasan Wisata

(14)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi indikator dan evaluasi kesesuaian wisata Arung Gelombang, menganalisis manajemen resiko dalam wisata Arung Gelombang serta merumuskan rencana aksi pengelolaan wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pantai Citepus Palabuhanratu, Provinsi Jawa Barat. Wilayah yang diamati mencakup keseluruhan wilayah pantai. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan serta pengambilan data primer dan sekunder. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Mei 2012 yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan pengambilan data di lapang. Penelitian untuk pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan November 2012 – Januari 2013.

(15)

Kabupaten Sukabumi terletak pada koordinat 106⁰ 49’‐107⁰ 00’ BT dan 6⁰ 57’‐7⁰25’ LS dengan luas wilayah ± 3.934,47 km, merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dan beribukota di Palabuhanratu. Secara administratif Kabupaten Sukabumi memiliki batasan-batasan wilayah yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Sebelah Selatan Samudera Indonesia, Sebelah Timur Kabupaten Cianjur dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Provinsi Banten) dan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki kawasan laut, pantai dan pesisir yang cukup luas. Dengan garis pantai sepanjang 117 km, wilayah kelautan yang merupakan fishing ground di Kabupaten Sukabumi, mencapai 702 km2. Selain merupakan kawasan yang potensial bagi pengembangan perikanan, kawasan pantai selatan Kabupaten Sukabumi juga sangat potensial bagi pengembangan kepariwisataan (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat 2007)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kamera digital, tape recorder, plastik, papan alas, papan skala, GPS (Global Positioning System) dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian.

Jenis data dan Informasi

Jenis data dan informasi yang diperlukan adalah data teks dan data gambar. Tabel 1 menjelaskan mengenai komponen, jenis dan teknik pengambilan data selama penelitian arung gelombang di Pantai Citepus.

Tabel 1 Komponen, Jenis, dan Teknik Pengambilan Data

No Komponen Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengambilan Data

1 2 3 4 5

1 Kecepatan Arus Sekunder Laporan Data BMKG Studi Pustaka 2 Bentuk Pantai Primer Lapangan Observasi Lapang 3 Tinggi Gelombang Sekunder Laporan Data BMKG

Studi Pustaka 4 Kecepatan Angin Sekunder Laporan Studi Pustaka Data BMKG 5 Biota Berbahaya Primer Lapangan Observasi Lapang

(16)

1 2 3 4 5

6 Bangunan Pantai Primer Lapangan Observasi Lapang Sekunder Laporan Studi Pustaka 7 Kemiringan Pantai Primer Lapangan Observasi Lapang 8 Jenis Substrat Primer Lapangan Observasi Lapang 9

Penutupan Lahan

Pantai Primer Lapangan Observasi Lapang 10 Kedalaman Perairan Primer Lapangan Observasi Lapang

Studi Pustaka

Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)

Catatan: Penambahan 5 faktor Arung Gelombang dengan 5 parameter Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)

Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data primer

Metode yang digunakan untuk pengambilan dan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi lapang.

a. Wawancara

Tujuannya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kawasan penelitian. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar, pengelola kawasan, dinas yang terkait dengan pengelolaan di wilayah penelitian (Dinas Pariwisata) serta wisatawan.

Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yang terdiri dari penduduk sekitar, pengelola kawasan wisata, dan pegawai dalam kawasan wisata. Penentuan responden wisatawan dilakukan dengan metode accidental sampling. Responden yang diambil masing-masing sebanyak 30 orang yang berasal dari masyarakat sekitar Pantai Citepus dan wisatawan yang pernah berarung gelombang.

b. Observasi lapang

Merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati dan melakukan pengukuran pada parameter lingkungan yang mempengaruhi Arung Gelombang berupa tinggi gelombang, kecepatan arus, kecepatan angin, bangunan pantai dan biota berbahaya.

Data sekunder

(17)

Klimatologi dan Geofisika mengenai data kecepatan angin, tinggi gelombang, kecepatan arus serta yang berkaitan dengan keadaan wisata di Pantai Citepus.

Analisis data

Indeks Kesesuaian Wisata

Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah analisis untuk mengetahui kecocokan dan kemampuan kawasan menyangga segala macam aktivitas wisata. Analisis ini sangat diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata yaitu untuk melakukan pengendalian, memperkirakan dampak lingkungan, dan pembatasan pengelolaan sehingga tujuan wisata menjadi selaras. Menentukan kesesuaian wilayah merupakan pola pikir yang mengarah pada pertimbangan bahwa berapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi wisata, secara ekologis tetap memiliki keterbatasan sehingga jumlah dan frekuensi kunjungan dalam satu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaidah yang berlaku.

Adapun parameter faktor Arung Gelombang meliputi tinggi gelombang, kecepatan arus, kecepatan angin, bangunan pantai dan biota berbahaya. Rumus yang digunakan adalah rumus untuk kesesuaian wisata pantai (modifikasi Yulianda 2007)

Keterangan :

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata ( %)

Ni = Nilai Parameter Faktor Arung Gelombang ke-i (bobot x skor)

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

(18)

Kelas S3 : kawasan ini memiliki pembatas-pembatas yang serius (sesuai bersyarat) untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkat perlakuan yang diperlukan dan memiliki nilai 17- <50%

Kelas TS : kawasan ini mempunyai pembatas permanen (tidak sesuai) sehingga menghambat segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut dan memiliki nilai <17%

Daya Dukung Kawasan (DDK)

Analisa daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan

Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan wisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). Daya Dukung Kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda 2007) :

DDK = Daya dukung Kawasan

K = potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = panjang area yang dapat dimanfaatkan (m) Lt = unit area untuk kategori tertentu

Wt = waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam) Wp = waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam)

Daya dukung kawasan disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukkan. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya. Kegiatan Arung Gelombang diasumsikan dengan kegiatan wisata pantai dan olahraga air, dimana setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 25 m, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas, seperti berjemur, berjalan-jalan dan lain-lain.

(19)

Resiko Potensi Bahaya

Analisis data dilakukan dengan penilaian terhadap resiko potensi bahaya fisik dan biologi. Kegiatan ini dilakukan setelah data mengenai potensi bahaya fisik dan biologi yang berasal dari observasi lapangan dan wawancara yang telah diperoleh. Setiap potensi bahaya yang diperoleh diberi bobot peluang (likelihood) dan tingkat keparahan (severity). Pembobotan peluang dan keparahan mengacu pada panduan yang dibuat UNEP (2008).

Alokasi angka-angka kemungkinan dan keparahan bahaya dari resiko yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Penilaian peluang potensi bahaya

Peluang Nilai Keterangan

Sangat Sering 5 Selalu muncul pada setiap keadaan Sering 4 Muncul pada sebagian besar waktu Cukup Sering 3 Sering muncul pada saat tertentu Agak Sering 2 Terkadang muncul pada saat tertentu

Jarang 1 Hanya muncul pada keadaan yang sangat ekstrim

Sumber: UNEP (2008)

Tabel 3 Penilaian keparahan potensi bahaya

Keparahan Nilai Keterangan

Sangat parah 16 Gangguan pasti menimbulkan kematian

Parah 8 Gangguan kadang-kadang menimbulkan kematian Cukup parah 4 Gangguan menyebabkan luka serius (permanen) Agak parah 2 Ada gangguan kecil

Tidak parah 1 Tidak ada gangguan berarti Sumber: UNEP (2008)

Kriteria peluang dan keparahan didapat dari wawancara kepada masing-masing 30 responden wisatawan dan 30 responden masyarakat sekitar. Kriteria peluang dan keparahan yang dipilih adalah hasil dari responden terbanyak yang menjawab masing-masing potensi bahaya. Pemaparan potensi bahaya yang paling menimbulkan resiko kemudian dihitung menurut fungsi dari kemungkinan peluang (likelihood) dan keparahan (severity), yaitu:

Resiko = f (peluang,keparahan)

Kemudian, berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan penilaian resiko (risk assessment) dengan menghitung antara nilai peluang dan keparahan sebagai berikut:

Resiko (risk) = Peluang (likelihood) x Keparahan (severity)

(20)

FR

E

K

U

E

N

SI

Tabel 4 Matriks level resiko

Resiko= Keparahan

Peluang x Severity Rendah Sedang Tinggi

Rendah Tingkat Bahaya tingkat bahaya Tingkat bahaya

Nilai ≤ 16 sangat Rendah rendah sedang

Sedang Tingkat Bahaya tingkat bahaya Tingkat bahaya

16 < Nilai ≤ 51 rendah sedang tinggi

Tinggi Tingkat Bahaya Tingkat bahaya Tingkat bahaya

51 < Nilai ≤ 70 sedang tinggi sangat tinggi

Berdasarkan tingkat resiko kemudian dibuat manajemen pengurangan resiko bahaya yang tepat. Opsi manajemen pengurangan bahaya mengacu pada evaluasi resiko (UNEP 2008)

Kurangi Hindari

Resiko Resiko

Terima Pindahkan

Resiko Resiko

Gambar 3 Manajemen pengurangan resiko bahaya

KEPARAHAN TINGGI

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan dan Sosial

Pantai Citepus merupakan kawasan yang secara administratif berada di Desa Citepus Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, yang memiliki luas sebesar 3,8 ha serta terletak pada posisi koordinat 106°30’25’’ BT - 106°31’59,2’’ BT dan 06°57’46,4’’ LS - 06°58’53,2’’ LS. Pantai Citepus dikelola oleh Pemerintah Desa Citepus dan berjarak 3 km dari Ibu Kota Kabupaten dengan daya tempuh 15-30 menit perjalanan normal menggunakan kendaraan. Pantai Citepus termasuk kedalam Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) dan merupakan salah satu bagian dari Kawasan Andalan Kabupaten Sukabumi. Luas Desa Citepus mencapai 1.351,487 ha. Jumlah penduduk di Desa Citepus mencapai 10.826 jiwa dengan 2.680 Kepala Keluarga yang mayoritas sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan karyawan swasta dengan kepadatan penduduk mencapai 801 jiwa/km2 (BPS Sukabumi 2012).

Gambar 4 Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang baik merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh wisatawan apabila berkunjung ke suatu kawasan wisata (Tuwo 2011). Sarana dan prasarana yang memadai di Pantai Citepus akan membuat nyaman wisatawan dan mendukung adanya wisata Arung Gelombang. Salah satu bentuk pendekatan dalam pengembangan wisata alam adalah pendekatan pengembangan

0 5 10 15 20 25

Ju

m

lah

Sarana dan Prasarana Sangat

Baik

Cukup

Kurang

(22)

infrastruktur dasar yang meliputi jalan, jembatan, air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik serta pemeliharaan lingkungan (Sastrayuda 2010). Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar Pantai Citepus, sarana prasarana yang terdiri dari sumber air bersih, air bersih, transportasi, kios makanan dan tempat ibadah yang termasuk kategori baik, sedangkan penginapan dan fasilitas listrik termasuk cukup dikarenakan jumlah yang terbatas di sekitar pantai dan kendala pemadaman listrik. Akses jalan menuju wisata Arung Gelombang termasuk kurang hal ini dikarenakan kondisi jalan yang rusak, berlubang dan sempit dan menjadi jalur pengangkutan truk pengangkut batubara.

Manajemen Keselamatan di Pantai Citepus termasuk sangat penting karena dapat mengurangi tingkat resiko akibat kecelakaan disaat kegiatan wisata Arung Gelombang dilaksanakan. Untuk tingkat keselamatan termasuk kategori baik, peralatan keselamatan yang digunakan selama berarung Gelombang seperti life jacket (pelampung) dan dayung termasuk kategori baik, hal ini dikarenakan kondisi yang baik dan dapat difungsikan tanpa adanya kendala ketika berarung gelombang. Untuk tingkat keamanan, wisatawan lebih memilih arung gelombang yang memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan resiko kecelakaan yang rendah, hal ini dikarenakan wilayah untuk berarung gelombang merupakan wilayah yang aman dan jauh dari batu-batuan. Untuk sarana perahu masuk kedalam sarana cukup dan rencana tapak penting bagi wisata Arung Gelombang, hal ini berkaitan dengan pemanfaatan wilayah yang tepat dan pengembangan Arung Gelombang ke tahap selanjutnya.

(23)

Pengembangan Indikator Kesesuaian

Karakteristik Arung Gelombang

Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola di Pantai Citepus, arung gelombang memiliki empat aspek :

1. Aspek kompetisi, dimana kegiatan Arung Gelombang dapat dijadikan perlombaan yang dapat memacu adrenalin dan membangun kerjasama tim dalam memecahkan permasalahan dalam mengarungi ombak yang menantang.

2. Aspek rekreasi, kegiatan arung gelombang dapat menghilangkan kejenuhan, wisatawan dapat merasakan relaksasi dan menemukan ketenangan ketika berenang di tengah laut dengan tingkat pengamanan yang ketat.

3. Aspek adventure, wisatawan akan diajak dalam dunia berpetualang mengarungi sensasi Ombak Pantai Selatan yang menantang.

4. Aspek olahraga, merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan karena dapat mengasah otak dalam mengambil keputusan selama menghadapi rintangan alam yang nyata, dan kadang tidak dapat diduga dan datangnya tiba-tiba.

Gambar 6 Arung Gelombang

(24)

Pantai BALAWISTA (lifeguard). Untuk peserta pemula (beginner) ketika berarung gelombang, daya tampung isi kapal sebesar 7 orang yang terdiri dari 2 orang lifeguard yang bertugas mengawasi dan mendamping wisatawan diposisi depan dan belakang kapal, serta 5 peserta pemula (beginner) yamg terletak di bagian kiri dan kanan kapal, selain itu 2 orang lifeguard menggunakan Malibu (papan selancar) mendampingi proses jalannya Arung Gelombang. Dan untuk peserta yang mahir (advanced) maka dapat menggunakan satu perahu tanpa adanya pengawasan dari lifeguard.

Indikator Kesesuaian

Berdasarkan hasil wawancara di lapang, didapatkan 5 faktor yang dianggap mempengaruhi kesesuaian wisata arung gelombang, seperti disajikan dalam tabel berikut

Tabel 5 Faktor kesesuaian wisata Arung Gelombang

Indikator Pemilih Total Persentase

Masyarakat Wisatawan

Gelombang 24 27 51 60

Arus 9 6 15 18

Angin 12 2 14 16

Bangunan Pantai 3 0 3 4

Biota Berbahaya 1 1 2 2

Bentuk Pantai 0 0 0 0

Kemiringan pantai 0 0 0 0

Jenis Substrat 0 0 0 0

Penutupan Lahan Pantai 0 0 0 0

Kedalaman Perairan 0 0 0 0

Total 85 100

(25)

Gelombang

Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2012), didapatkan data tinggi gelombang yang sesuai untuk wisata Arung Gelombang berkisar antara 1.5-3 m. Tinggi gelombang maksimum terjadi pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli dan Agustus yang memiliki rentang 2.5-3 m yang merupakan waktu yang tepat untuk berarung gelombang bagi peserta yang mahir (advanced) sedangkan tinggi gelombang minimum terjadi di bulan Februari, April, Juni dan Bulan September hingga bulan Desember yang mencapai 1.5 meter yang merupakan waktu yang tepat untuk berarung gelombang bagi peserta pemula (beginner).

Gambar 7 Grafik fluktuasi tinggi gelombang dalam satu tahun

Arus

Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2012), didapatkan data kecepatan arus yang sesuai untuk wisata Arung Gelombang berkisar antara 5-70 cm/detik. Kecepatan arus maksimum terjadi di bulan April, Mei-Desember yang mencapai rentang 35-70 cm/detik sedangkan kecepatan arus minimum terjadi di bulan Januari - Maret yang mencapai rentang 5–35 cm/detik.

0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

(26)

Angin

Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2012), didapatkan data kecepatan angin yang sesuai untuk wisata Arung Gelombang berkisar antara 5-15 knot. Kecepatan Angin maksimum terjadi di bulan Januari, Maret, Mei hingga November yang mencapai 15 knot, sedangkan kecepatan angin minimum terjadi di bulan Februari, April dan Desember yang mencapai rentang 7 knot.

Gambar 9 Grafik fluktuasi kecepatan angin dalam satu tahun

0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

K

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

K

(27)

Menurut Hutabarat dan Evans (2008) angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak tertentu tergantung kepada bermacam sifat seperti tinggi, periode di daerah terbentuknya gelombang. Sifat-sifat gelombang dipengaruhi oleh tiga bentuk angin yaitu kecepatan angin, umumnya makin kencang angin yang bertiup makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar, waktu dimana angin sedang bertiup.

Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup dan jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch), pentingnya fetch dapat digambarkan dengan membandingkan gelombang yang terbentuk pada kolom air yang relatif kecil seperti danau di daratan dengan yang terbentuk di lautan bebas.

Bahaya biologi

Ubur-ubur merupakan salah satu potensi biota berbahaya yang ditemukan di kawasan Pantai Citepus, termasuk potensi bahaya karena memiliki potensi menyengat yang dapat menimbulkan resiko mulai dari menyebabkan gatal-gatal, demam, sampai dapat menyerang jantung dan mematikan korban yang tersengat (Barnes in Ulpah 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola setempat, jenis ubur-ubur yang ditemukan adalah jenis Aurelia aurita, memiliki karakteristik berwarna putih bening, memiliki resiko bahaya ringan sampai sedang dan menyebabkan gatal-gatal hingga demam (Tillah in Ulpah 2012).

Berdasarkan pengamatan, beberapa pengunjung yang menjadi korban sengatan ubur-ubur belum ada yang sampai meninggal dunia. Ubur-ubur memiliki tingkat peluang kemunculan jarang, hanya muncul ketika Pantai Citepus mengalami pasang. Hal ini dikarenakan ubur-ubur merupakan hewan lunak dan mudah terbawa ketika air laut pasang hingga ke pinggir pantai.

(28)

Ubur-ubur merupakan pemakan zooplankton dan muncul ketika musim kemarau pada bulan Juni hingga September, pada musim kemarau intensitas cahaya cenderung tinggi hal ini dibutuhkan untuk proses fotosintesis fitoplankton. Ketersediaan fitoplankton tinggi, maka ketersediaan zooplankton juga tinggi, sehingga keberadaan ubur-ubur melimpah (Heriawan 1994).

Bangunan pantai

Menurut Hidayat (2006), bangunan pantai yang dibangun dapat digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Terdapat menara pengawas yang digunakan oleh Balawista untuk berpatroli mengamankan keadaan di Pantai Citepus. Selain itu terdapat breakwater yang terletak di Pantai Citepus. Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai yang akan mempengaruhi tingkat besarnya gelombang terhadap wisata arung gelombang.

Gambar 11 Bangunan Pantai di Pantai Citepus (a) breakwater (b) menara pengawas

(29)

Evaluasi Kesesuaian dan Daya Dukung

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)

Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah analisis untuk mengetahui kecocokan dan kemampuan kawasan menyangga segala macam aktivitas wisata. Kawasan wisata merupakan bagian dari wisata alam sehingga perlu diketahui informasi tentang kesesuaian suatu wilayah untuk wisata. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi diperlukan untuk mengetahui kesesuaian wilayah pantai untuk kegiatan wisata berdasarkan faktor yang mempunyai nilai penting terhadap pengelolaannya. Nilai indeks kesesuaian wisata Arung Gelombang dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 6 Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Arung Gelombang Lokasi Pengamatan Total Skor IKW

(%)

Tingkat Kesesuaian

Stasiun Istiqomah 27 60 S2

Diperoleh Nilai Indeks Kesesuaian Wisata bagi kegiatan wisata Arung Gelombang Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata Arung Gelombang di Stasiun Istiqomah sebesar 60%. Dapat disimpulkan bahwa Pantai Citepus termasuk dalam kategori S2, sehingga kawasan tersebut termasuk kriteria Sesuai untuk kegiatan wisata Arung Gelombang. Penentuan nilai IKW hanya pada satu stasiun, hal ini disebabkan sebagai evaluasi pengelolaan kegiatan Arung Gelombang yang sejak awal diperkenalkan sejak tahun 2002 sudah dilakukan hanya di Stasiun Istiqomah.

Daya Dukung Kawasan (DDK)

(30)

Tabel 7 Daya dukung ekologis kawasan Pantai Citepus

Lokasi Jenis Panjang Garis DDK

Kegiatan Pantai (Lt)

Stasiun Arung

500 m 20 orang

Istiqomah Gelombang

Total 20 orang

Sumber: Data primer

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai Daya Dukung Kawasan di Pantai Citepus untuk kegiatan Arung Gelombang adalah sebesar 20 orang per hari dengan panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan sebesar 500 meter. Pantai Citepus memiliki Daya Dukung Kawasan (DDK) sebesar 20 orang per hari untuk kegiatan Arung Gelombang, yang berarti bahwa jumlah pengunjung yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus sebesar 20 orang. Pembatasan kuota wisatawan bertujuan agar kondisi Pantai Citepus tetap asri dan terjaga dari dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh wisatawan.

Analisis Gabungan Kesesuaian secara Temporal

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kesesuaian Arung Gelombang, dapat dikembangkan analisis gabungan kesesuaian secara temporal sebagai berikut:

AG = f (G,Ar,An,BB)

Kesesuaian arung gelombang dapat disesuaikan dengan kondisi potensial yang terdiri dari tinggi gelombang (G), kecepatan arus (Ar), kecepatan angin (An), dan keberadaan biota berbahaya (BB) yang disajikan oleh tabel berikut:

Tabel 8 Analisis Kesesuaian Arung Gelombang secara Temporal

Parameter Kondisi Potensial Bulan Kesesuaian Gelombang ++ Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus Januari

Arus ++ April - Desember Desember

Angin + Februari, April, Desember Desember

Biota Berbahaya - Desember - Maret Desember

(31)

Gelombang yang tinggi merupakan kondisi potensial untuk arung gelombang yang terjadi pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli dan Agustus dengan waktu gelombang yang sesuai pada bulan Januari. Arus yang tinggi merupakan bagian dari faktor kesesuaian arung gelombang, yang terjadi pada bulan April hingga Desember dengan waktu arus yang sesuai terjadi pada bulan Desember. Angin yang rendah diperlukan, agar tidak membahayakn keselamatan peserta, yang terjadi pada bulan Februari, April dan Desember dengan waktu yang sesuai terjadi pada bulan Desember. Ketidakberadaan biota berbahaya diharapkan, dikarenakan tidak menimbulkan potensi resiko bahaya berupa sengatan. Pada bulan Desember hingga Maret merupakan waktu yang sesuai, hal ini dikarenakan merupakan musim hujan dengan waktu yang sesuai pada bulan Desember. Bulan Desember dan Januari merupakan bulan yang sesuai dikarenakan kondisi perairan yang cocok untuk wisata arung gelombang.

Analisis Resiko dan Manajemen Keselamatan

Analisis Resiko

Penilaian terhadap resiko potensi bahaya dilakukan untuk mengetahui kemungkinan resiko yang dapat ditimbulkan dari masing-masing potensi bahaya berdasarkan nilai peluang dan keparahan terjadinya bahaya tersebut. Dari penilaian ini akan diperoleh tingkat resiko yang akan menentukan apa dan bagaimana menangani resiko bahaya melalui bentuk bentuk pengelolaan keselamatan yang akan direkomendasikan bagi wisata arung gelombang di Pantai Citepus. Dalam pengukuran ini diperlukan parameter tingkat keparahan (severity) dari suatu bahaya yang akan dikalikan dengan tingkat keseringan (peluang) terjadinya suatu bahaya. Hasil wawancara kepada responden pengunjung dan masyarakat diperoleh beberapa potensi bahaya terkait dengan wisata arung gelombang di Pantai Citepus diantaranya gelombang, pasang surut (arus), angin, ubur-ubur dan peralatan arung gelombang disaat perahu terbalik diterjang gelombang (dayung,perahu).

Tabel 9 Potensi bahaya Arung Gelombang di Pantai Citepus

No Potensi bahaya Wisatawan Masyarakat

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Gelombang 26 77% 27 90%

2 Arus 4 13% 8 27%

3 Biota 4 13% 1 3%

4 Angin 2 7% 11 37%

5 Peralatan 2 7% 0 0

(32)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden wisatawan dan masyarakat mengenai potensi bahaya Arung Gelombang di Pantai Citepus, diperoleh bahwa sebanyak 77% wisatawan dan 90% masyarakat sekitar menjawab Gelombang merupakan potensi bahaya terbesar ketika berarung gelombang di Pantai Citepus, hal ini dikarenakan lokasi Pantai Citepus yang berhadapan langsung dengan samudera Hindia yang memiliki karakteristik ombak besar, batimetri laut dalam dan gelombang yang tinggi.

Menurut wisatawan, gelombang besar berpengaruh pada perahu yang digunakan ketika berarung gelombang. Sebanyak 13% wisatawan dan 27% masyarakat sekitar menjawab pasang surut merupakan potensi bahaya yang dapat mengakibatkan banjir rob dan dapat mengakibatkan kerusakan pada pemukiman penduduk sekitar. Sebanyak 7% wisatawan dan 37% masyarakat sekitar menjawab angin yang besar mempengaruhi kegiatan arung gelombang, angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit gelombang. Sebanyak 13% wisatawan dan 3% masyarakat sekitar menjawab bahwa biota dari jenis ubur-ubur Aurelia aurita memiliki potensi bahaya yang mengganggu selama kegiatan arung gelombang. Sebanyak 7% wisatawan dan 0% masyarakat sekitar menyatakan peralatan selama berarung gelombang seperti perahu dan dayung dapat menimbulkan potensi bahaya akibat terbaliknya perahu akibat terjangan gelombang.

Penilaian resiko bahaya gelombang

Berdasarkan data yang diperoleh, responden wisatawan dan masyarakat paling banyak menjawab gelombang sebagai kriteria yang agak parah. Berdasarkan indeks keparahan, potensi bahaya tersebut diasumsikan sebagai bahaya yang agak parah di Pantai Citepus. Berdasarkan pembobotan UNEP (2008), kriteria keparahan bahaya yang tergolong agak parah diberi bobot 2.

Tabel 10 Tingkat keparahan potensi bahaya gelombang di Pantai Citepus

No Tingkat Jumlah Responden

keparahan wisatawan masyarakat

1 Sangat parah 5 1

2 Parah 4 7

3 Cukup parah 7 9

4 Agak parah 13 11

5 Tidak parah 1 2

n = 60

(33)

Tabel 11 Tingkat peluang potensi bahaya gelombang di Pantai Citepus

No Peluang Jumlah Responden

wisatawan masyarakat

1 Sangat sering 6 5

Berdasarkan data yang diperoleh, responden wisatawan dan masyarakat paling banyak menjawab peluang terjadinya gelombang besar sebagai kriteria yang sering. Berdasarkan penilaian peluang, potensi bahaya tersebut diasumsikan sebagai bahaya yang tergolong sering terjadi di Pantai Citepus. Berdasarkan pembobotan UNEP (2008), kriteria keparahan bahaya yang tergolong sering diberi bobot 4 (tabel 2). Hasil perhitungan berdasarkan tingkat peluang dan keparahan, didapatkan resiko bahaya gelombang sebesar 8, digolongkan pada kriteria tingkat resiko moderate risk (tabel 14).

Moderate risk merupakan potensi bahaya dengan tingkat resiko sedang karena walaupun tergolong kriteria keparahan dengan tingkat agak parah, namun dilihat dari peluang terjadinya, potensi bahaya tersebut sering terjadi di kawasan. Selanjutnya penilaian potensi resiko bahaya untuk faktor lainnya akan disajikan berdasarkan tabel penilaian potensi bahaya arung gelombang, yang akan disajikan sebagai berikut: Tabel 12 Penilaian potensi resiko bahaya arung gelombang

J1 J2 J3 J4 J5

P1

P2 Ubur-ubur Peralatan Angin Gelombang

(34)

Manajemen Pengurangan Resiko Bahaya

Manajemen Pengurangan Resiko Bahaya merupakan strategi untuk mengurangi Resiko bahaya ketika pelaksanaan kegiatan wisata. Manajemen pengurangan resiko dilakukan dengan mengevaluasi setiap resiko bahaya yang terdapat pada kawasan dan membuat rekomendasi pilihan (opsi) manajemen yang harus dilakukan. Berdasarkan opsi manajemen pengurangan resiko bahaya yang dipilih untuk potensi bahaya gelombang yaitu dengan cara mengurangi resiko (reduce risk), dengan menyesuaikan pada potensi bahaya gelombang yang memiliki tingkat keparahan rendah tetapi tingkat frekuensi yang tinggi. Pengurangan resiko dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam mengurangi potensi bahaya, serta membangun perencanaan fisik kawasan dan pengembangan zonasi pada lokasi pantai yang lebih aman dan sesuai dengan rencana tapak.

Tabel 13 Evaluasi resiko berdasarkan jenis bahaya

No Jenis bahaya Tingkat Tingkat Nilai Tingkat

Tabel 14 Matriks evaluasi resiko arung gelombang

(35)

jarang. Opsi manajemen yang dapat dilakukan yaitu dengan menerima resiko atau mentolerir resiko yang ada, dengan tetap melakukan pengawasan dari pengelola keselamatan pengunjung. Pengelola harus mementingkan aspek keselamatan wisatawan dengan cara mensosialisasikan mengenai resiko dari potensi bahaya, sehingga wisatawan dapat lebih berhati-hati.

Rekomendasi Tindakan Keselamatan Wisatawan

Teknis keselamatan wisatawan yang dapat direkomendasikan untuk kawasan wisata Pantai Citepus saat berarung gelombang, dapat disesuaikan dengan tingkat resiko masing-masing potensi bahaya. Namun pada umumnya teknis keselamatan pengunjung tersebut dapat dilakukan setelah kejadian kecelakaan pengunjung yang disebabkan oleh potensi bahaya. Teknis keselamatan wisatawan yang perlu diterapkan di Pantai Citepus saat berarung gelombang.

Tabel 15 Teknis Keselamatan Wisatawan No Potensi Bahaya Opsi Manajemen

Resiko dan patroli kawasan pantai

(36)

No Potensi Bahaya Opsi Manajemen

Perencanaan tapak dapat mengoptimasi pemanfaatan sumberdaya alam dengan pelestarian lingkungan dan sangat diperlukan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan (Kwanda et al., 2002). Konsep dasar dari perencanaan tapak dalam wisata Arung Gelombang ini adalah menciptakan kawasan rekreasi Pantai Citepus dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pesisir. Aktivitas yang dikembangkan pada tapak adalah aktivitas yang sesuai dengan kondisi biofisik tapak dan perlu direncanakan fasilitas rekreasi yang memiliki konsep alami, aman dan nyaman (Ariani 2000). Manajemen tapak yang terdapat pada wisata Arung Gelombang, ketika perjalanan Arung Gelombang terdiri dari jalur normal dan jalur kompetisi. Pada jalur kompetisi, perahu akan melewati terjangan gelombang yang besar. Hal ini akan membuat sensasi tersendiri terhadap wisata ini. Jalur sepanjang 150 meter tersebut akan dibatasi oleh bendera pelampung yang menunjukan batas pengarungan wilayah, di masing-masing titik wilayah terdapat life guard yang siap menolong keselamatan peserta jika terjadi halangan.

(37)

Gambar 12 Rencana Tapak Arung Gelombang di Pantai Citepus

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Indikator Utama untuk kesesuaian wisata Arung Gelombang meliputi faktor gelombang, arus, angin, bangunan pantai dan biota berbahaya. Wisata Arung Gelombang memiliki nilai Indeks Kesesuaian Wisata sebesar 60% yang termasuk dalam kategori Sesuai dengan daya dukung sebesar 20 orang perhari . Faktor Potensi Bahaya yang terdapat dalam wisata Arung Gelombang meliputi gelombang, arus, angin, biota dan peralatan Arung Gelombang. Tingkat Resiko yang terdapat dalam wisata Arung Gelombang terdiri dari resiko rendah hingga resiko sedang yang menghasilkan Opsi Manajemen berupa menerima (accept tolerable risk) hingga mengurangi resiko (reduce risk).

Saran

Dalam wisata Arung Gelombang, diperlukan pemanfaatan SDA secara optimal dan menyesuaikan berdasarkan nilai IKW dan DDK, selain itu diperlukan perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan wisata serta meningkatkan promosi wisata Arung Gelombang yang tergolong baru melalui media informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani L. 2000. Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Pantai Widarapayung di Cilacap Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Monthly Analysis Wind, Wave, Current 2011-2012. Jakarta: Stasiun Meteorologi Maritim.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2012. Sukabumi dalam Angka. Kabupaten Sukabumi: BPS Kabupaten Sukabumi.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, 2007. Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu, DISPARBUD Jawa Barat.

(39)

Hidayat, N. 2006. Konstruksi Bangunan Laut Dan Pantai Sebagai Alternatif Perlindungan Daerah Pantai. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Tadulako Palu. Jurnal SMARTek Vol 4:10-16

Hutabarat S, Evans S.M. 2008. Pengantar Oseanografi . Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Kwanda T, H.P. Chandra, S.V. Wijaya. 2002. Studi Tentang Perencanaan Tapak dan Analisis Pengaruh Lebar Jalan Terhadap Luas dan Harga Jual Kapling Pada Beberapa Perumahan Di Surabaya. Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra. Dimensi Teknik Arsitektur Vol 30: 27-38

Miandi F, Arifin Hadi S. 2007. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap Kawasan Obyek Wisata Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Jurnal Lanskap Indonesia. Vol 3 No 1.

Paramitha, F . 2012. Sarana Keselamatan Pengunjung Wisata Pantai (Studi Kasus Pantai Indah Ancol dan Pantai Jakat Bengkulu) tahun 2011. Skripsi . Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Saleh F, Karwacki J. 1996. Revisiting the Ecotourist: the Case of Grasslands National Park. Journal of Sustainable Tourism 4: 61-66.

Sastrayuda, G.S. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata.

Scheyvens, R. 1999. Ecotourism and the empowerment of local communities. TOURISM MANAGEMENT Vol 20: 245-249.

Tillah M. 2006. Uji Pengaruh Toksisitas Venom Ubur-ubur Cyanes sp. pada Suhu yang berbeda terhadap Daphnia sp. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautam. Institut Pertanian Bogor.

Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian Internasional.

Ulpah, M. 2012. Identifikasi Potensi Bahaya bagi Keselamatan Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[UNEP] United Nation Environment Programme. 2008. Disaster Risk Management For Coastal Tourism Destinations Responding to Climate Change. A Practical Guide for Decisions Makers. France: UNEP.

(40)

LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner wawancara

Kuisioner untuk Wisatawan

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Pekerjaan : Mahasiswa Wirawasta

Pegawai negeri/Swasta Lainnya……. Jumlah tanggungan : ……….. orang

B. Informasi Arung Gelombang

1. Apakah anda mengetahui mengenai Arung Gelombang

Ya, Mengetahui Tidak Mengetahui Pernah Mencoba 2. Darimana anda mendapat informasi tentang Arung Gelombang:

Pameran Pariwisata Media Elektronik Internet Media Cetak Lainnya...

3. Faktor Utama yang memberikan kepuasan tertinggi dalam Arung Gelombang?

Kerja Sama team Menerjang Gelombang Berenang di Tengah Laut

Lainnya,…….

4. Apakah Gelombang di Pantai Citepus cocok untuk kegiatan wisata Arung Gelombang?

Ya Tidak Tidak tahu

C. Analisis Resiko

1. Menurut Anda, Faktor Lingkungan yang Paling Mempengaruhi Dalam Wisata Arung Gelombang:

Angin Bentuk Pantai

Kemiringan Pantai Gelombang

Jenis Substrat Arus

Penutupan Lahan Pantai Biota Berbahaya

Bangunan Pantai Kedalaman Perairan

(41)

3. Seberapa sering potensi bahaya itu muncul?

Sangat Sering ( selalu muncul pada setiap keadaan ) Sering ( muncul pada sebagian besar waktu ) Cukup sering ( sering muncul pada saat tertentu )

Agak Sering ( terkadang muncul pada saat tertentu ) Jarang (hanya muncul pada keadaan sangat ekstrim )

4. Seberapa parah potensi bahaya itu?

Sangat Parah ( gangguan pasti menimbulkan kematian ) Parah ( gangguan kadang-kadang menimbulkan kematian ) Cukup parah ( Gangguan menimbulkan luka serius ) Agak parah ( Gangguan kecil )

Tidak parah ( tidak ada gangguan berarti )

D. Manajemen Keselamatan dan Rencana Tapak

1. Menurut Anda, Manajemen Keselamatan penting bagi Arung Gelombang? a. Kurang Penting d. Sangat Penting

b. Cukup Penting e. Tidak Tahu c. Penting

2. Tingkat Keselamatan selama Berarung Gelombang: a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

3. Ketersediaan dan Kondisi Life Jacket: a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

4. Ketersediaan dan Kondisi Dayung:

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

5. Ketersediaan dan Kondisi Perahu:

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

(42)

Kuisioner untuk Masyarakat Sekitar Pantai Citepus Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

1. Apakah anda mengetahui mengenai Arung Gelombang

Ya, Mengetahui Tidak Mengetahui Pernah Mencoba 2. Darimana anda mendapat informasi tentang Arung Gelombang:

Pameran Pariwisata Media Elektronik Internet Media Cetak Lainnya...

3. Faktor Utama yang memberikan kepuasan tertinggi dalam Arung Gelombang?

Kerja Sama team Menerjang Gelombang Berenang di Tengah Laut

Lainnya,…….

4. Apakah Gelombang di Pantai Citepus cocok untuk kegiatan wisata Arung Gelombang?

Ya Tidak Tidak tahu

C. Analisis Resiko

1. Menurut Anda, Faktor Lingkungan yang Paling Mempengaruhi Dalam Wisata Arung Gelombang:

Angin Bentuk Pantai

Kemiringan Pantai Gelombang

Jenis Substrat Arus

Penutupan Lahan Pantai Biota Berbahaya

Bangunan Pantai Kedalaman Perairan

2. Bahaya apa saja yang diketahui dan pernah terjadi di kawasan ini? 3. Seberapa sering potensi bahaya itu muncul?

Sangat Sering ( selalu muncul pada setiap keadaan ) Sering ( muncul pada sebagian besar waktu ) Cukup sering ( sering muncul pada saat tertentu )

Agak Sering ( terkadang muncul pada saat tertentu ) Jarang (hanya muncul pada keadaan sangat ekstrim )

(43)

Sangat Parah ( gangguan pasti menimbulkan kematian )

1. Penginapan di sekitar Pantai Citepus

a. Kurang d. Sangat Baik

3. Air Bersih (Air tawar)

a. Kurang d. Sangat Baik

5. Kios Makanan dan minuman:

a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

6. Akses/Jalan Menuju Ekowisata Arung Gelombang: a. Kurang d. Sangat Baik b. Cukup e. Tidak Tahu c. Baik

7. Listrik:

a. Kurang Penting d. Sangat Penting b. Cukup Penting e. Tidak Tahu c. Penting

Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Arung Gelombang Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

(44)

Persepsi Instansi mengenai pengembangan wisata Arung Gelombang di Pantai Citepus

………

Persepsi Instansi mengenai pengelolaan keselamatan wisata arung gelombang

………

Apakah terdapat lembaga lokal/aturan lokal yang mengatur tentang wisata di Pantai Citepus

………

Legalitas aturan lokal beserta pelaksanaannya:  Apakah aturan lokal itu tertulis atau tidak?

 Peran masyarakat terhadap hukum adat/tradisi tersebut?

 Apa peran instansi apabila terjadi kerusakan di wilayah Pantai Citepus?

 Aturan lokal seperti apa yang mendukung pengembangan wisata yang berkembang di masyarakat?

 Isu-isu yang berkembang di kawasan Pantai Citepus terkait dengan wisata Arung Gelombang?

 Kebijakan pengelolaan yang dilakukan di Pantai Citepus terkait dengan Arung Gelombang?

Lampiran 2 Analisis Kekurangan Peralatan Keselamatan di Pantai Citepus

No Peralatan Jumlah Gap Fungsi

Tersedia Diperlukan (kekurangan)

1 Menara Pengawas 1 unit 1 unit 0

Pos untuk melakukan pengawasan terhadap wisatawan

2 Perlengkapan PPPK 1 set 3 set 2 set Pertolongan pertama kepada korban kecelakaan 3 Rescue Board 2 unit 15 unit 13 unit Membawa korban yang tenggelam ke tepi pantai 4 Torpedo Bouy 5 unit 15 unit 10 unit Menyelamatkan korban tenggelam

5 Teropong 3 buah 10 buah 7 buah Melakukan pengamatan kondisi laut dan pengawasan 6 Megaphone 2 unit 3 unit 1 unit Alat Komunikasi saat berpatroli

7 Papan Peringatan 4 buah 10 buah 6 unit Memberikan Peringatan mengenai zona berbahaya 8 Bendera Peringatan 10 set 10 unit 0 Memberikan Peringatan mengenai zona berbahaya 9 Pluit Rafting 8 buah 10 buah 2 buah Alat Komunikasi saat berpatroli

10 Boogy Board 15 unit 15 unit 5 unit Menyelamatkan korban tenggelam

11 Pakaian Patroli/kaos 16 stell 20 stell 4 stell Seragam yang digunakan oleh BALAWISTA 12 Sepeda Motor Patroli 1 unit 3 unit 2 unit Kendaraan untuk berpatroli di sekitar pantai. 13 Tali Penolong 0 3 unit 3 unit Menarik korban yang terbawa arus

14 Tandu 0 2 buah 2 buah Mengevakuasi korban yang celaka

15 Two Way Radio 0 5 buah 5 buah Alat Komunikasi saat berpatroli

16 ATV 0 3 buah 3 buah Kendaraan untuk berpatroli di sekitar pantai.

17 Ambulance 0 1 buah 1 buah Mengevakuasi korban ke rumah sakit

18 Kantor 0 1 unit 1 unit Tempat urusan administrasi kecelakaan laut

(45)

Lampiran 3 Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata Arung Gelombang

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 13 Januari 1990, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Apendi (alm) dan Ibu Saripah. Pendidikan formal diawali di SDN Pondok-Pinang 10 Pagi Jakarta Selatan (1996-2002), SMPN 87 Pondok Pinang Jakarta Selatan (2002-2005), SMAN 47 Kebayoran Lama Jakarta (2005-2008). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan mendapat kesempatan belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), diterima sebagai mahasiswa S1 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan. Dalam bidang organisasi penulis menjadi anggota Organisasi Ikatan Alumni SMAN 47 (ILUNI) tahun 2008, Human Resources Development Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) periode 2009-2010, Himpunan Profesi HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) Divisi Sosial Lingkungan periode 2010-2011, Ketua Komunitas Duta Lingkungan Hidup IPB tahun 2011, Anggota Pemuda Peduli Iklim Nasional tahun 2011-sekarang, Sahabat Organis Aliansi Organis Indonesia (AOI) periode 2011-sekarang, Youth for Climate Change di bawah Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) periode 2011-sekarang dan Jakarta Model United Nations (2012).

Penulis pernah menjadi Staff BEM FPIK terbaik (2010), Duta Lingkungan Hidup Tingkat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2010), Duta Lingkungan Terfavorit Tingkat Institut Pertanian Bogor (2010), Lolos didanai DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Kewirausahaan dan Pengabdian Masyarakat (2010 dan 2011), Juara 1 Jambore Antar Fakultas TPB (JAFT) LAWALATA (2011), Juara II Tingkat Nasional Kompetisi Kompas-Tupperware Green Living n Youth Creativity (2012) dan Mahasiswa Berprestasi IPB bidang ekstrakurikuler periode Mei-Agustus (2012). Penulis aktif terlibat sebagai presenter dan kepanitiaan di berbagai event lingkungan tingkat kampus hingga international. Selama menempuh akademik di IPB, penulis mendapatkan beasiswa dari Eka Tjipta Foundation Bangun Desa (2008), Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (2009-2010) dan Beasiswa Karya Salemba Empat (2011-2012)

Gambar

Gambar 1 Diagram perumusan masalah
Gambar 2 Lokasi penelitian
Tabel 1 Komponen, Jenis, dan Teknik Pengambilan Data
Gambar 3 Manajemen pengurangan resiko bahaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan eksternal IKM Mebel Ekspor Jepara yang dapat diamati di lapangan adalah kelangkaan bahan baku khususnya kayu jati, efektivitas interaksi kelembagaan dan pola

Transmigrasi merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan menggunakan program perpindahan penduduk dari daerah

Berdasarkan dari hasil penelitian, analisis, perancangan sistem dan pembuatan simulator pengenalan karakter orang berdasarkan fitur spasi tulisan tangan dengan

[r]

Kesimpulan, infusa kulit buah rambutan berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi dan berat feses, tetapi tidak memperbaiki konsistensi feses.. Kata

Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, penerbit

Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sosiologi Kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017,

(2) Hasil pengukuran setelah menggunakan vitamin baterai vitta-Q pada lead acid battery tipe liquid vented 12V 5Ah dengan digital load tester.. menghasilkan Load Test