• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENGANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENGANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENGANALISIS KEMAMPUAN

MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN

Oleh

WUNY NOVIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENGANALISIS KEMAMPUAN

MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN

Oleh

WUNY NOVIYANTI

(3)

sangat baik, hampir separuh berkriteria baik, dan sebagian kecil berkriteria cukup. Pada kelompok sedang, sebagian kecil berkriteria sangat baik, hampir separuh berkriteria baik dan hampir separuh berkriteria cukup. Pada kelompok rendah, hampir separuh berkriteria baik dan sebagian besar berkriteria cukup.

(4)
(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Keterampilan Berpikir Kritis ... 8

C. Model Pembelajaran Learning Cycle 3E ... 11

D. Kemampuan Kognitif... 14

E. Konsep ... 15

F. Kerangka Pemikiran ... 20

G. Anggapan Dasar ... 21

H. Hipotesis Umum ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

(6)

vi

B. Metode dan Desain Penelitian... 22

C. Data Penelitian ... 23

D. Instrumen Penelitian ... 23

E. Validasi Instrumen Penelitian ... 24

F. Prosedur Penelitian ... 25

G. Teknik Pengelompokan Siswa ... 27

H. Teknik Analisis Data ... 29

1. Pengolahan Data Tes Tertulis ... 29

2. Pengolahan Data Kuesioner (Angket) ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 31

B. Pembahasan ... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK / KD ... 48

2. Silabus ... 51

3. RPP ... 59

4. Lembar Kerja Siswa 1 ... 77

5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 85

6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 97

(7)

vii

8. Kisi-Kisi Soal Posttest ... 114

9. Rubrik Jawaban Soal Posttest ... 124

10. Kuesioner (Angket) ... 136

11. Penentuan Kelompok Siswa Berdasarkan Kemampuan Kognitif ... 137

12. Nilai Rata-rata Setiap Kelompok ... 139

13. Persentase Siswa setiap Kriteria Tingkat Kemampuan dalam Kelompok ... 141 14. Hasil Pengolahan Data Kuesioner ... 143

15. Surat Keterangan Penelitian ... 145

16. Lembar Penilaian Afektif ... 146

17. Lembar Penilaian Psikomotor ... 156

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BNSP, 2006). Proses berpikir siswa da-lam pelajaran IPA dilatih dengan menumbuhkan sikap ilmiah. Salah satu disiplin ilmu dalam IPA adalah pelajaran kimia.

Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang struk-tur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Pembelajaran kimia di SMA dan MA memiliki tujuan dan fungsi tertentu, di antaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis ter-hadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesai-kan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang dapat dilakumenyelesai-kan untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut adalah dengan menerapkan pola pikir berpikir kritis.

(10)

nya. Menurut Liliasari dalam Saputra (2012) berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, teta-pi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyi-kapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan ter-baik dengan menggunakan berbagai kriteria.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran kimia siswa di sekolah cen-derung hanya menghadirkan konsep, hukum-hukum, dan teori saja, tanpa menyu-guhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum-hukum, dan teori terse-but sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang diang-gap penting. Rendahnya keterlibatan siswa dalam aktifitas belajar di kelas menyebabkan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kete-rampilan berpikir kritisnya.

(11)

Materi asam-basa merupakan salah satu materi dalam pembelajaran kimia. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) pada materi asam-basa ini adalah mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larut-an. Pada KD ini terdapat teori dan konsep kimia yang dapat ditemukan oleh siswa melalui analisis hasil praktikum. Oleh karena itu, siswa perlu dilatihkan keteram-pilan berpikir kritisnya saat menganalisis hasil praktikum tersebut. Keterampilan berpikir kritis yang dapat dilatihkan pada KD ini antara lain kemampuan membe-rikan alasan, menginterpretasi suatu pernyataan, menyimpulkan, dan menerapkan prinsip yang dapat diterima. Pada penelitian ini yang diukur hanya dua sub indi-kator keterampilan berpikir kritis yaitu kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan. Hal ini dikarenakan kemampuan siswa pada kedua kemampuan ini lebih rendah dibandingkan kemampuan yang lain.

(12)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meiliyana (2007) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle (LC) untuk Meningkatkan

Ke-mampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I pada Materi Pokok Reaksi Redoks”, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pembelajar-an kimia dengpembelajar-an model LC3Edapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan tingkat keterampilan berpikir kritis siswa khususnya di SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada materi asam-basa dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3E pada Materi Asam-Basa dalam Menganalisis Kemampuan Memberikan Alasan dan Menginterpretasi suatu Pernyataan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan memberikan alasan pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran LC3E pada siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah?

(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kemampuan memberikan alasan pada materi asam-basa me-lalui penerapan model pembelajaran LC3E pada siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

2. Mendeskripsikan kemampuan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran LC3E pada siswa kelom-pok tinggi, sedang, dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Melalui penerapan model pembelajaran LC3E guru dapat memberikan penga-laman belajar secara langsung kepada siswa dalam melatihkan kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam-basa.

(14)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar permasalahan yang telah dipaparkan dalam penelitian ini menjadi terarah dan menghindari kajian penelitian yang meluas, maka ruang lingkup masalah yang diteliti yaitu:

1. Model pembelajaran LC3Eadalah salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase yaitu (1) fase eksplorasi

(exploration); (2) fase penjelasan konsep (explaination); (3) fase penerapan konsep (elaboration).

2. Materi kimia yang diteliti adalah materi asam-basa dengan sub pokok bahas-an teori asam-basa Arrhenius.

3. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah. 4. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah indikator kemampuan

mem-pertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak yang berfokus pada sub indikator memberikan alasan, dan indikator mendeduksi dan mempertim-bangkan hasil deduksi yang berfokus pada sub indikator menginterpretasi suatu pernyataan.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya di-perluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2009).

Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa: “Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat

pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil

kons-truksi (bentukan) kita sendiri”. Konstruktivisme memahami hakikat belajar

seba-gai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya (Baharuddin, 2008).

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan

(16)

Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-alaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe-ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.

B. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengeta-huan. Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetapengeta-huan. Kete-rampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985).

Presseisen dalam Saputra (2012) mengatakan bahwa:

berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawa-san terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalar-an ypenalar-ang kohesif dpenalar-an logis, memahami asumsi ypenalar-ang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.

(17)

inginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, 4) sikap dari ke-terbukaan pikiran, 5) kecenderung-an untuk tidak mengeluarkan pendapat (me-nyatakan penilaian), 6) menghargai pendapat orang lain, 7) toleran terhadap ke-ambiguan.

Ennis (1989) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir.

Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan

a.Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

b.Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria jawaban yang mungkin

c.Menjaga kondisi berpikir

terhadap situasi yang sedang dihadapi

Menganalisis argumen

a.Mengidentifikasi kesimpulan

b.Mengidentifikasi

kalimat-kalimat pertanyaan

c.Mengidentifikasi

kalimat-kalimat bukan pertanyaan

d.Mencari persamaan dan

perbedaan

e.Mengidentifikasi dan menangani

ketidaktepatan

f. Mencari struktur dari argumen

Meringkas

Bertanya dan menjawab pertanyaan

a.Menyebutkan contoh

b.Memberikan penjelasan

sederhana ( Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....? )

(18)

Tabel 1 (lanjutan)

No Kelompok Indikator Sub Indikator

2 Membangun

kemampuan dasar

Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a.Mempertimbangkan keahlian

b.Mempertimbangkan

kemenarikan konflik

c.Mempertimbangkan kesesuaian

sumber

d.Mempertimbangkan reputasi

e.Mempertimbangkan penggunaan

prosedur yang tepat

f. Mempertimbangkan resiko untuk

reputasi

g.Kemampuan memberikan

alasan.

h.Kebiasaan berhati-hati

Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

a.Melibatkan sedikit dugaan

b.Menggunakan waktu yang

singkat antara observasi dan laporan.

c.Melaporkan hasil observasi

d.Merekam hasil observasi

e.Menggunakan bukti-bukti yang

benar

f. Menggunakan akses yang baik

g.Menggunakan teknologi

h.Mempertanggungjawaban hasil

observasi

3 Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a.Siklus logika-Euler

b.Mengkondisikan logika

c.Menginterpretasi suatu

pernyataan Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a.Mengemukakan hal yang umum

b.Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis Membuat dan

menentukan hasil pertimbangan

a.Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta

b.Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan berdasarkan akibat

c.Menerapkan konsep yang dapat

diterima

d.Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

(19)

Tabel 1 (lanjutan)

No Kelompok Indikator Sub Indikator

4 Membuat penjelasan lanjut

Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan suatu definisi

a.Membuat bentuk

definisi(sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b.Strategi membuat definisi

c.Membuat isi definisi

Mengidentifikasi asumsi-asumsi

a.Penjelasan bukan pernyataan

b.Mengkonstruksi argumen

5 Mengatur

strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

a.Mengungkap masalah b.Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c.Merumuskan solusi alternatif d.Menentukan tindakan

sementara

e.Mengulang kembali

f. Mengamati penerapannya

Berinteraksi dengan orang lain

a.Menggunakan argumen b.Menggunakan strategi logika c.Menggunakan strategi

retorika

d.Menunjukkan posisi, orasi, atau

tulisan

Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kritis yang dianalisis adalah :

1. Membangun kemampuan dasar dengan indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, sub indikator memberikan alasan.

2. Menyimpulkan dengan indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, sub indikator menginterpretasi suatu pernyataan.

C. Model Pembelajaran Learning Cycle3E

(20)

merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:

a. Eksplorasi (Eksploration)

b. Pengenalan konsep (Concept Introduction), dan c. Penerapan Konsep (Concept Application)

Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharuskan siswa membangun sen-diri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing oleh guru. Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eks-plorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan prakti-kum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

(21)

Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inde-ranya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, mendisku-sikan fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharap-kan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive

dis-equilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang meng-arah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanya-an-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk me-nempuh fase pengenalan konsep (explaination).

Pada fase penjelasan konsep (explaination), diharapkan terjadi proses menuju ke-setimbangan antara konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan per-cobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari (Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna, 2007).

(22)

Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan me-ningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

D. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).

Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, mene-ngah, dan rendah. Menurut Anderson dan Pearson, Nasution, dan Usman dalam Winarni (2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka keterampilan berpikir kritis akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena keterampilan berpikir kritis berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

(23)

baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan siswa ber-kemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan rendah.

E. Konsep

Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyedia-kan skema-skema terorganisasi untuk menentumenyedia-kan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

(24)

Tabel 2. Analisis konsep materi asam-basa.

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh

Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Larutan asam

Larutan yang di dalam air

melepaskan ion H+

menurut teori Arrhenius, dimana jumlah

konsentrasi ion H+

menunjukan kekuatan asam suatu larutan yang dinyatakan dengan suatu derajat keasaman (pH), spesi yang mendonorkan proton menurut teori Bronsted-Lowry, dan menerima pasangan elektron menurut teori Lewis. Konsep Abstrak Larutan asam kekuatan asam derajat keasaman (pH) Larutan asam Konsentrasi ion H+

Larutan Larutan

elektrolit Larutan non elektrolit kekuatan asam derajat keasaman (pH) Larutan HCl Larutan CH3COOH

Larutan C6H12O6

(25)

Tabel 2 (lanjutan)

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh

Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Larutan basa

Larutan yang di dalam air melepaskan ion OH – menurut teori Arrhenius, dimana larutan asam basa tersebut dapat diidentifikasi sifatnya dengan menggunakan indikator asam basa, spesi yang menerima proton menurut Bronsted-Lowry, dan melepaskan pasangan elektron menurut Lewis. Konsep Abstrak Larutan basa Indikator asam basa Larutan basa Konsentrasi ion OH

-Larutan Larutan

elektrolit Larutan non elektrolit Indikator asam-basa Larutan NaOH Larutan NH4OH

Larutan NaCl

(26)

Tabel 2 (lanjutan)

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Kekuatan asam

Kemampuan spesi asam untuk menghasilkan ion H+ dalam air yang bergantung pada derajat keasaman (pH) Konsep Abstrak Kekuatan asam basa Derajat keasaman

Konsentrasi ion H+

Larutan Asam Larutan basa Konsep pH,pOH dan pKw Derajat ionisasi Tetapan ionisasi asam (Ka) Tetapan ionisasi basa (Kb)

Asam kuat = HCl

Asam kuat= CH3COOH

Kekuatan basa

Kemampuan spesi basa untuk

menghasilkan ion OH- dalam air yang bergantung pada derajat kebasaan (pOH) Konsep abstrak Kekuatan asam basa Derajat keasaman Konsentrasi ion OH

-Larutan Asam Larutan basa Konsep pH,pOH dan pKw Derajat ionisasi Tetapan ionisasi asam (Ka) Tetapan ionisasi basa (Kb)

Basa kuat = NaOH

Basa kuat = NH4OH

pH Derajat keasaman suatu larutan yang bergantung pada konsentrasi ion H+ Konsep abstrak contoh konkrit Derajat keasaman (pH) Konsentrasi ion H+

Asam basa Arrhenius

pOH

pKw

pH HCl 1 M = 1

pH HCl 1 M = 12

(27)

Tabel 2 (lanjutan)

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh

Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Indikator asam basa

Suatu spesi yang digunakan untuk mengetahui sifat asam atau basa dari suatu larutan berdasarkan trayek pH pada indikator yang digunakan

Konsep konkrit

indikator asam basa trayek pH

larutan yang diuji

asam basa Arrhenius

pH larutan metil orange

PP

Metil merah

NaOH

(28)

F. Kerangka Pemikiran

Tingkat kemampuan siswa dalam memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan berkaitan dengan tingkat kemampuan kognitif siswa. Tingkat kemampuan kognitif siswa dipengaruhi oleh perencanaan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.

Pembelajaran melalui penerapan model Learning Cycle 3E yang dilakukan secara bertahap dimulai dari eksplorasi, eksplanasi dan elaborasi akan menjadi lebih bermakna karena memilikibeberapa keunggulan antara lain, dapat meningkatkan semangat belajar siswa karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa lebih mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki, membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga tidak hanya penguasaan konsep yang ditingkatkan namun kemampuan siswa dalam mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan mereka

menggabungkan pengetahuan lama dan baru, dimana akhirnya meningkatkan semangat guru dan siswa untuk belajar.

(29)

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4SMAN 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian mempunyai ke-mampuan kognitif yang heterogen.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

a. Semakin tinggi kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tingi pula kemam-puan siswa dalam memberikan alasan.

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang siswanya memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dalam pengambilan subyek digunakan teknik purposive sampling. Dibantu guru mitra, dipilih siswa kelas XI IPA4 SMAN 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 40 siswa sebagai subyek penelitian.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain penelitian one-shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan ke-mudian diobservasi. Menurut Creswell (1997), penelitian dengan desain ini di-gambarkan sebagai berikut ini:

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan O = Posttest

(31)

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data hasil tes setelah pembelajaran (posttest), data kinerja guru, data aktivitas siswa dan data keterlaksanaan proses pembelajaran asam-basa melalui penerapan model LC3E.

2. Data sekunder yaitu nilai ulangan mata pelajaran kimia yang telah dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus dan RPP

Pada materi Asam-Basa pada sub materi teori asam-basa Arrhenius. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pada penelitian ini menggunakan 3 Lembar Kerja Siswa (LKS), yaitu LKS 1 membahas tentang teori asam-basa Arrhenius, LKS 2 membahas tentang dera-jat keasaman (pH), dan LKS 3 membahas tentang kekuatan asam-basa. 3. Tes Tertulis

Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini berupa posttest materi Asam-Basa Arrhenius yang terdiri dari 6 soal dalam bentuk uraian yang sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang meliputi kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan.

4. Lembar Observasi

(32)

guru pada proses pembelajaran. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda check list pada kolom yang telah disediakan.

5. Kuesioner (Angket)

Kuesioner yang digunakan berupa kuesioner tertutup. Pada penelitian ini, kuesioner diberikan kepada siswa secara langsung yang berjumlah 7 pertanya-an untuk memperoleh informasi mengenai keterlakspertanya-anapertanya-an proses pembelajarpertanya-an yang menerapkan model pembelajaran LC3E untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam kuesioner ini, jawaban pertanyaan yang disediakan untuk semua pertanyaan adalah “ Ya atau Tidak”.

E. Validasi Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan de-ngan mede-nganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indika-tor, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

(33)

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 12 Bandar Lampung untuk me-laksanakan penelitian dan menyampaikan sirat izin penelitian yang telah ditandatangani oleh Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung. b. Mengadakan observasi ke SMA Negeri 12 Bandar Lampung untuk

men-dapatkan informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian. c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi

pokok asam-basa berdasarkan keterampilan berpikir kritis yang ingin di-kembangkan.

d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Tahap persiapan penelitian

1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengum-pulkan data mengenai keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran LC3E.

(34)

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar materi asam-basa dengan menggunakan model pembelajaran LC3E.

2) Memberikan postest kepada siswa.

3) Memberikan kuesioner (angket) kepada siswa. c. Tahap analisis data penelitian

1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban kuesioner (angket) untuk memperoleh informasi mengenai keterampil-an berfikir kritis siswa.

(35)

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Gambar 1. Bagan alur prosedur penelitian

G. Teknik Pengelompokan Siswa

Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelom-pok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelomkelom-pok ini berdasarkan hasil

Membuat instrumen penelitian Menentukan subyek penelitian

Kesimpulan Posttest

Pembelajaran LC3E

Analisis data

Pembahasan

Validasi instrumen penelitian Observasi pendahuluan

(36)

ulangan mata pelajaran kimia yang telah dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia.

Untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang. b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:

Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n n = banyak data

c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval. d. Menentukan mean menggunakan rumus:

Keterangan: Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

= Jumlah frekuensi siswa

e. Menentukan Standar Deviasi menggunakan rumus:

Keterangan:

SDx = Standar Deviasi = Jumlah siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

(37)

g. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).

Berikut ini kriteria pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya menurut Sudijono (2008), Lampiran 11 halaman 137.

Tabel 3. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan kognitif

Kriteria pengelompokan Kriteria Kelompok Kognitif

Jumlah Siswa

Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 72,6 Tinggi 10

Mean –SD ≤ nilai < mean + SD 63,9 ≤ nilai < 72, 6 Sedang 19 Nilai < mean – SD Nilai < 63,9 Rendah 11

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu data dari tes tertulis keterampilan berfikir kritis dan kuesioner (angket). Data-data tersebut kemudian diolah lebih lanjut. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data hasil penelitian:

1. Pengolahan Data Tes Tertulis

Pengolahan data dari tes tertulis berupa soal uraian (posttest), dilakukan dengan cara:

a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian berdasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa sesuai dengan indikator ke-mampuan memberikan alasan dan menginterpretasi pernyataan.

(38)

d. Menghitung nilai rata-rata setiap kelompok kognitif pada kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan menggunakan persamaan:

e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata setiap ke-lompok kognitif pada kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan yang telah diperoleh berdasarkan Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria tingkat kemampuan siswa

Nilai Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

Arikunto (2010)

f. Menghitung jumlah siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

g. Menghitung persentase jumlah siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah menggunakan persamaan:

h. Menafsirkan persentase jumlah siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada

(39)

Tabel 5. Hubungan antara nilai presentase siswa dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Koentjaraningrat (1990)

2. Pengolahan Data Kuesioner (Angket)

Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan.

c. Menghitung persentase jawaban dari skor yang diperoleh pada setiap perta-nyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002).

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban siswa

∑S = Jumlah siswa yang menjawab ya

Smaks = Jumlah total siswa

(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian penerapan model LC3E pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan memberikan alasan pada kelompok tinggi: hampir seluruhnya berkriteria sangat baik dan sebagian kecil berkriteria baik. Pada kelompok sedang, hampir separuhnya berkriteria sangat baik dan sebagian besar berkri-teria baik. Pada kelompok rendah, hampir seluruhnya berkriberkri-teria baik dan sebagian kecil berkriteria cukup.

(41)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian yang sejenis agar membuat soal pretest dan memberikan pretest kepada siswa sebelum melaku-kan pengelompomelaku-kan agar memperoleh kemampuan kognitif siswa yang sebe-narnya.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi 5). Bumi Aksara. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking. Midwest Publications. California Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning

cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Gustini, N. 2010. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Pengaruh Ion Senama dan pH Terhadap

Kelarutan dengan Siklus Belajar Hipotesis Deduktif. Skripsi. Diakses tanggal 2 Oktober 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0451_0606857.pdf

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Meiliyana, V. S. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I Pada Materi Pokok Reaksi Redoks. Skripsi. Diakses tanggal 21 Desember 2012 dari

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/ 34067.html Nickerson, R.S. 1985. The Theaching of Thinking. Lawrence Erlbaum Associates

(43)

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan. Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT. Tarsito. Bandung. Tim Penyusun Kamus. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta

Trianto. 2009. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis
Tabel 2.  Analisis konsep materi asam-basa.
Gambar 1. Bagan alur prosedur penelitian
Tabel 4. Kriteria tingkat kemampuan siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan adalah : (1) untuk mencapai tujuan penelitian pertama, langkahnya adalah menyajikan perhitungan harga pokok produk per unit menurut

[r]

Senada dengan ini, Novan Ardy Wiyani mengemukakan beberapa pendapat kebanyakan orang yang mengkritisi PAI di sekolah, yaitu, a) Hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dari tabel yang dibuatnya, Andi mengetahui bahwa jarak yang ditempuh dan banyak pertamax yang dibutuhkan adalah perbandingan senilai... Andi telah mengetahui bahwa perbandingan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintahan, dan good governance berpengaruh terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional, lingkungan kerja, motivasi dan budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan koperasi

PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK GO

itu,menurut beliau sebaiknya sanksi pidana itu dikaji kembali atau diganti dengan sanksi administrasi karena pada intinya tujuan adanya Peraturan Daerah tersebut