• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA METRO NO.4 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA METRO NO.4 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA

METRO NO.4 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

(Jurnal)

Oleh :

Satya Wiratamas Priyangga

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA NO.4 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Oleh

Satya Wiratamas Priyangga, Maroni, Dona Raisa Monica

(Email: Satya_Wira10@yahoo.com)

Pemerintah Kota Metro menetapkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat serta untuk melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok. Permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Metro dan apakah factor penghambat aparat penegak hokum dalam penerapan sanksi pidana terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Kota Metro. Penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris dengan pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan. Sedangkan sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian bersifat deskriftif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok belum dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Masyarakat masih bebas merokok dikarenakan upaya penerapan sanksi pidana tidak terlaksana. Faktor penghambat penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah factor sarana atau fasilitas. Pemerintah Kota Metro dalam hal ini sebagai pembuat Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok belum mengoptimalkan biaya operasional bagi aparat penegak hokum dalam melakukan pelaksanaan sidak bagi pelanggar serta menyediakan Kawasan Merokok. Saran pemerintah Kota Metro agar dapat member dukungan sarana dan fasilitas area khusus merokok dan menganggarkan dana operasional pelaksanaan sidak kepada tim penegak hokum Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Metro serta perlunya kesadaran masyakarat untuk dapat mentaati peraturan tersebut.

(3)

ABSTRACT

APPLICATION OF CRIMINAL SANSCTIONS IN REGIONAL REGULATION NO. 4 OF 2014 ON NON SMOKING AREAS

By

Satya Wiratamas Priyangga, Maroni, Dona Raisa Monica (Email: Satya_Wira10@yahoo.com)

The Metro City Government stipulates that Metro City Regulation No. 4 of 2014 on Non-Smoking Areas aims to provide effective protection against the hazards of cigarette smoke, to provide clean and healthy spaces and environments for the community and to protect public health in general from the adverse effects of smoking. Problems in this paper is how the application of criminal sanctions against the City Regional Regulation No. 4 of 2014 Metro No Smoking Area in Metro City and whether the factors impeding law enforcement officials in the application of criminal sanctions against Non-Smoking Area in Metro City. This research uses empirical research method with fact approach and approach of legislation. While the nature of the research used is descriptive research. Based on the result of the research, it is concluded that the application of criminal sanction in the Regional Regulation of Metro City No.4 Year 2014 on Non-Smoking Area has not been implemented based on the prevailing regulations. The community is still smoke-free because the implementation of criminal sanctions is not implemented. Factors inhibiting the application of criminal sanctions in the City Regional Regulation Metro No.4 of 2014 on Non-Cigarette Areas is a factor of facilities or facilities. Metro City Government in this case as the makers of City Regulation Metro No.4 No.4 of 2014 on Non-Smoking Area has not optimize operational costs for law enforcement officers in conducting the implementation of inspection for offenders and provide Smoking Regions. Suggestion of Metro City government in order to give support of facility and facility of special area of smoking and budgeting operational fund of implementation to law enforcement team of Metro City Regulation Number 4 Year 2014 about Non Smoking Area in Metro City and the need of public awareness to be able to comply with the regulation.

(4)

I. PENDAHULUAN

Merokok merupakan kegiatan yang

sudah membudaya di kalangan

masyarakat Indonesia, selain sebagai alat atau sarana pergaulan , merokok telah menjadi kebutuhan bagi mereka

yang sudah kecanduan rokok.

Menghirup asap rokok orang lain lebih

berbahaya dibandingkan menghisap

rokok sendiri karena 85,4% perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam keselamatan kesehatan lingkungan.1

Asap rokok bukan hanya berdampak bagi perokok saja,tetapi juga berdampak kepada perokok pasif, perokok pasif merupakan seorang penghirup asap rokok dari orang yang sedang merokok.

Akibatnya lebih berbahaya

dibandingkan perokok aktif.Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli

Kesehatan Masyarakat Indonesia

mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.2

Dua pertiga penduduk Indonesia

terpapar asap rokok secara pasif. Sasaran penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diatur dalam Surat Keputasan Kementerian Dalam Negeri, untuk tujuan melindungi terutama perokok yang pasif ini. Saat ini sementara sudah 28 provinsi di mana terdapat 103 kabupaten/kota di dalam

cakupannya yang memiliki

1Hufron Sofianto,Mengenai Budaya Merokok Bagi

Kesehatan,Bogor,Horizon,2010.hlm.3. 2https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok diakses pada tanggal 3 November 2016 pukul 19.00 WIB.

perda/pergub/perwali/surat edaran

tentang kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Daerah lain juga terus didorong untuk menerapkan kebijakan tersebut.

Pengendalian dalam konsumsi rokok, banyak daerah – daerah di Indonesia

melakukan inisiatif pengembangan

Kawasan Tanpa Rokok sebagai salah satu upaya efektif dalam pengendalian

konsumsi rokok dan melindungi

perokok pasif dari bahaya asap rokok, seperti DKI Jakarta, Bali, Bandung dan

lainya . Merokok ditempat yang

termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan sebuah tindak pidana ringan, yaitu tindak pidana yang bersifat ringan atau tidak berbahaya,sehingga hanya perlu dijatuhi sanksi pidana kurungan dan denda. Terdapat dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II Pasal 10, Pidana terdiri atas :

a. Pidana pokok :

1. Pidana mati

2. Pidana penjara

3. Pidana kurungan

4. Pidana denda

5. Pidana tutupan

b. Pidana Tambahan :

1. Pencabutan hak-hak tertentu 2. Perampasan barang – barang

3. Pengumuman putusan hakim

Kota Metro adalah salah satu Kota yang mengimplementasikan adanya sanksi pidana didalam Peraturan Daerah adalah Kota Metro.Hal ini, termuat pada Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Tentunya didalam Peraturan Daerah ini menjelaskan daerah mana yang disebut Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Pasal 7 ayat (2) yaitu :

Kawasan Tanpa Rokok antara lain: 1. tempat sarana kesehatan; 2. tempat proses belajar mengajar;

(5)

4. tempat ibadah;

5. angkutan umum;

6. tempat kerja;

7. tempat umum;

8. tempat sarana olah raga; 9. tempat laiinya yang ditetapkan.

Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 memuat adanya sanksi pidana yang terdapat pada Pasal 28 ayat (1) yaitu3 :

A. Setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 5 diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) hari atau denda paling banyak Rp. 200.000,-(

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,Penulis tertarik untuk mengangkat

judul skripsi dengan judul “Penerapan

Sanksi Pidana Dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok”.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka

ada beberapa permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah Penerapan

Sanksi Pidana dalam Peraturan Daerah No.4 Tahun 2014 Kota

Metro tentang Kawasan tanpa

Rokok?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah No.4 tahun 2014 Kota Metro tentang Kawasan Tanpa Rokok?

Penelitian ini dititik beratkan pada penelitian yang bersifat normatif namun itu didukung dengan data empiris yaitu adalah kebijakan legislatif yang dalam

memformulasikan ketentuan pidana

yang ada di dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok. Lingkup

penelitian dibatasi pada daerah

Lampung khususnya Kota Metro.

3Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa rokok pasal 7 ayat (2).

II. HASIL PEMBAHASAN

A. Penerapan Sanksi Pidana dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Ketentuan Penerapan yang dimaksud dalam hal ini tentang Sanksi Pidana didalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib.

Sanksi Pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku perbuatan pidana

atau tindak pidana yang dapat

menggangu atau yang membahayakan kepentingan hukum.Sanksi pidana pada dasarnya merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri. Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja

dibebankan kepada orang yang

melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-syarat tertentu. 4

Kota Metro adalah salah satu kota di Provinsi Lampung. Kota ini juga merupakan kota yang memiliki tingkat kemacetan dan kriminalitas paling rendah di Provinsi Lampung. Berjarak 52 km dari Kota Bandar Lampung (ibukota provinsi),serta merupakan kota

(6)

terbesar kedua di provinsi Lampung. Kota Metro masuk dalam Daftar 10 kota di Indonesia dengan biaya hidup terendah ke-9 di Indonesia serta urutan kedua di Pulau Sumatera berdasarkan Survey BPS tahun 2017.

Kota Metro juga saat ini sedang dalam proses pencanangan Kota Sehat sebagai wujud upaya meningkatkan kesadaran

masyarakat tentangpentingnya

Kesehatan mendukung Kota Metro yang

selama ini dijuluki Kota

Pendidikan.Sebagai salah satu bentuk langkah konkrit yang dilakukan oleh

pemerintah adalah dibentuknya

Peraturan daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok salah satu wujud implementasi menuju Kota Metro sebagai Kota Sehat.

Kota Metro merupakan bagian dari Provinsi Lampung yang penggagas

pertama kali pembentukan Perda

Kawasan Tanpa Rokok (KTR).Kegiatan tersebut dilaksanakan dari tahun 2013 s.d 2015. Adapun langkah langkah dalam Pembentukan Perda Nomor 4 Tahun 2014 sampai terbentuknya Tim Penegak adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Walikota Metro Nomor 05 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok

2. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

3. Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2014 tentang Tatalaksana Perda Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

4. Keputusan Walikota Kota Metro Nomor 236/KPTS/D2/2015 Tentang Tim Penegak Perda Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

termuat pada Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang

Kawasan Tanpa Rokok. Tentunya

didalam Peraturan Daerah ini

menjelaskan daerah mana yang disebut Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Pasal 7 ayat (2) yaitu :

Kawasan Tanpa Rokok antara lain: 1. tempat sarana kesehatan; 2. tempat proses belajar mengajar;

3. tempat kegiatan anak-anak;

4. tempat ibadah;

5. angkutan umum;

6. tempat kerja;

7. tempat umum;

8. tempat sarana olah raga; 9. tempat laiinya yang ditetapkan.

Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 memuat adanya sanksi pidana yang terdapat pada Pasal 28 ayat (1) yaitu :

(1) setiap orang yang

melanggar ketentuan pasal 5

diancam dengan pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) hari atau denda paling banyak Rp. 200.000,-(dua ratus ribu rupiah).

Indonesia merupakan negara hukum dimana negara hukum adalah negara atau pemerintah yang berdasarkan hukum . Sejalan dengan hal tersebut, secara yuridis peraturan terkait dengan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Metro

diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Badung Nomor 2014 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa

Rokok.Peraturan Daerah Kabupaten

Badung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini dibentuk

bertujuan untuk memberikan

perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok, serta untuk melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Firmansyah menyatakan bahwa pemberlakuan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok ini disambut

baik oleh para pihak-pihak

(7)

rangka penertiban lingkungan wilayah Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.5

Selanjutnya Firmansyah menambahkan sanksi pidana yang diterapkan didalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok termasuk dalam kategori Tindak

Pidana Ringan. Dengan demikian

pelaksanaannya melibatkan unsur

terkait seperti Polisi Pamong Praja, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Penyidikan Pegawai Negeri Sipil serta Dinas Kesehatan Kota Metro.Langkah pengawasan menurut Firmansyah telah

dilakukan agar masyarakat tidak

merokok sembarangan tempat namun juga selain itu pelaksanaan sidang tindak pidana ringan perlu dilakukan untuk memberikan efek jera kepada warga

masyarakat serta mengantisipasi

perokok pemula. Sesuai dengan

ketentuan pidana di dalam Peraturan Daerah Kota Metro tersebut. 6

Firmansyah menambahkan, sidang

tindak pidana ringan sengaja dilakukan di tempat terbuka agar dapat langsung diselesaikan secara jelas dan cepat akibat dari pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok tersebut.Guna menyosialisasikan

kepada warga masyarakat umum

sehingga bisa tahu. Sebelumnya telah dilaksanakan sosialisasi oleh tim terpadu yang memberikan sosialisasi, informasi serta pemasangan tanda Kawasan Tanpa Rokok. Informasi bahwa sesungguhnya warga sangat menyambut baik adanya Peraturan Daerah ini.7

Dasar Hukum Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan:

a..Dasar hukum diatur dalam bab keenam paragraph 1 pasal 205-210 KUHAP.

b..Bagian kesatu (Panggilan dan

dakwaan), Bagian kedua (memutus

5Wawancara dengan bapak Firmansyah selaku Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Perda Polisi Pamong Praja Kota Metro 6Ibid.

7Ibid.

sengketa wewenang mengadili), dan bagian ketiga (acara pemeriksaan biasa) Bab XVI sepanjang tidak bertentangan dengan paragraph 1 diatas.

c.Pasal-pasal KUHP yang memuat ancaman pidana penjara atau kurungan palin lama 3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya RP.7500.Pasal 2015 ayat (1) KUHP.

d.Peraturan daerah atau peraturan

perundang-undangan lainnya yang

termasuk dalam wewenang tipiring berdasarkan KUHAP jo SEMA No 18 Tahun 1983;

Firmansyah menambahkan Pelaksanaan

penindakan bagi pelanggar dalam

Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok sulit dilaksanakan di Kota Metro dengan mekanisme sidang tindak

pidana ringan yang sebelumnya

dilakukan koordinasi terlebih dahulu pelaksanaan oleh pihak terkait terutama pemerintah.Namun,pada kenyataannya

keseriusan koordinasi itu belum

terlaksana.Bahkan,penerapan tersebut telah ia saksikan dan terjun langsung melalui studi banding di Kota Bogor.8

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sanusi bahwa Mengenai pidana denda oleh pembuat undang-undang tidak ditentukan suatu batas maksimum yang umum.Pidana denda diancamkan dan seringkali sebagai alternatif dengan pidana kurungan terhadap hampir semua

“pelanggaran” (overtredingen) yang tercantum dalam buku III KUHP. Terhadap semua kejahatan ringan,pidana denda itu diancamkan sebagai alternatif dengan pidana penjara. Demikian juga terhadap bagian terbesar kejahatan-kejahatan yang tidak dilakukan dengan sengaja.Tindak pidana ringan didalam Peraturan Daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok memang memuat sanksi pidana denda dengan alasan yang sangat realistis sebagai tujuan pemberian efek jera bagi para pelanggar dan juga

(8)

mengikuti prosedur pelaksanaan tindak pidana ringan. 9

Tiap-tiap pasal dalam KUHP yang bersangkutan ditentukan olehbatas yang maksimum (yang khusus) pidana denda yang dapat terus ditetapkan oleh hakim.Karena jumlah-jumlah pidana denda baik dalam KUHP maupun dalam

ketentuan-ketentuan pidana

lainnya.Selanjutnya perkembangan

pidana denda ini di dorong pula oleh perkembangan delik-delik khusus dalam

masyarakat dibidang perekonomian

yang erat, yang dapat menghasilkan keuntungan materiil dalam jumlah yang

besar. Apabila si pelaku hanya

dikenakan pidana penjara, maka ia masih mempunyai kemungkinan untuk menikmati hasil kejahatan tersebut.

dalam hal inilah pidana dapat

didayagunakan untuk mengejar

kekayaan hasil dari tindak pidana yang dilakukan terpidana.

Mekanisme pemberian sanksi pidana didalam sebuah Peraturan Daerah Kota Metro tentang Kawasan Tanpa Rokok menurut Sanusi masih bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan, dalam peraturan yang lebih tinggi tidak ada istilah yang mengatakan bahwa merokok itu adalah

sebuah tindak pidana.Maka dari

itu,menurut beliau sebaiknya sanksi pidana itu dikaji kembali atau diganti dengan sanksi administrasi karena pada intinya tujuan adanya Peraturan Daerah tersebut untuk menciptakan ketertiban dan keharmonis untuk saling menjaga dan melindungi bagi para perokok dan tidak perokok. Sementara, Apabila adanya pemidanaan namun tidak tercipta adanya tujuan pemidanaan itu sama saja Pemerintah Daerah Kota Metro hanya membuat peraturan yang sifatnya basi-basi dan tidak efektif. 10

9Wawancara dengan bapak Sanusi Husin selaku Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung.

10Ibid.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Yohanis Kepolisian Resort Metro siap melakukan kerjasama secara optimal mendukung penerapan sanksi bagi setiap pelanggar Peraturan Daerah Kota Metro tentang Kawasan Tanpa Rokok.Apalagi rokok adalah salah satu cara awal

masyarakat untuk mencoba

narkoba.Dengan adanya Kawasan Tanpa Rokok memberikan manfaat agar Anak-anak atau Remaja untuk terbebas dari asap rokok dan terbebas dari seringnya mereka melihat masyarakat merokok secara sembarangan.Untuk menegakan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa

Rokok dilakukan dengan upaya

preventif dan upaya represif. 11

Selanjutnya bapak Yohanis menjelaskan upaya preventif pencegahan pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok dengan kegiatan berupa sebuah sosialisasi, koordinasi, pembinaan dan pemberian pedoman, serta monitoring dan evaluasi.Bentuk Upaya represif pencegahan berdasarkan yang dapat dilakukan dengan melakukan sidak ditempat dan pengenaan sanksi

bagi yang melanggar melalui

mekanisme sidang tindak pidana ringan.

Selanjutnya Yohanis menambahkan

bahwa belum ada satupun kasus pelanggaran yang ditangani pihak

kepolisian dan pihak

terkait.Padahal,sebenarnya pelanggaran itu pasti sering dilakukan dan bahkan dilakukan tidak hanya satu atau dua orang melainkan banyak orang.Untuk kasus pelanggaran terhadap Peraturan

Daerah pihaknya menjelaskan

kepolisian sifatnya membantu dan

bekerjasama dengan para pihak

terkait.Kurangnya keseriusan

pemerintah Kota Metro menjadikan

kendala dalam hal koordinasi

pelaksanaan sidang tindak pidana ringan

bagi setiap pelanggar.Kurangnya

ketersedian area khusus merokok juga

(9)

salah satu masih belum maksimalnya Peraturan Daerah ini. 12

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Wahyuningsih banyak harapan berbagai masyarakat khususnya yang sangat konsen dengan masalah pendidikan serta kesehatan berharap Peraturan Daerah ini dapat dilakukan penegakan hukumnya secara tegas dan konsisten karena angka kematian terhadap rokok di Indoonesia termasuk 5 penyakit dengan jumlah

terbanyak.Apalagi dalam hal

ini,pembuatan Peraturan Daerah ini semata - mata bertujuan secara positif

untuk mengimplementasikan pola

budaya baik di lingkungan Kota Metro serta mewujudkan Kota Metro sebagai

Kota Sehat.Keberhasilan adanya

peraturan dearah itu tidak terlepas dari masyarakat yang harus sadar, tanggap, dan juga memahami dimana tempat merokok, atau jika sudah disediakan tempat untuk merokok maka merokok pada tempatnya serta bagaimana pihak terkait sekali lagi memahami akan pentingnya sebuah kebijakan dibuat dan

perlu sungguh-sungguh

diimplementasikan penegakan

hukumnya. 13

Wahyuningsih juga dalam hal

iniSelanjutnya menjelaskan bahwa

sebelum berlaku Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok ini di Kota

Metro mengalami banyak

pertentangan.Dimana lembaga legislatif

sebelumnya tidak menyetujui

pemberlakuan Peraturan Daerah

tersebut.Namun,dengan mencari pihak-pihak dan tokoh masyarakat terutama kaum wanita di legislatif maka pada akhirnya disahkan.Sehingga diharapkan dengan berlaku Peraturan Daerah ini dapat menjadi solusi dan kebijakan

terbaik untuk melindungi para

masyarakat yang tidak merokok terpapar asap rokok serta bahayanya.

12Ibid

13Wawancara dengan Ibu Wahyuningsih selaku Tokoh Masyarakat Peduli Kesehatan Kota Metro

Wahyuningsih menambahkan fakta

menunjukkan Peraturan Daerah ini

belum pernah terlaksana secara

tegas.Apalagi,yang menyangkut pada

pelaksanaan sidak ditempat dan

melakukan mekanisme sesuai dengan adanya sanksi pidana tersebut.Dalam kenyataannya hanya berupa teguran saja yang dilakukan dilingkungan Dinas atau instansi di Kota Metro.Padahal,Untuk mendapatkan salah satu gelar sebagai Kota Sehat mutlak bahwa pelaksanaan sidak bagi pelanggar Kawasan Tanpa Rokok harus dilakukan sesuai yang

tertera pada Peraturan Daerah

tersebut.Diperlukannya Dukungan

penuh oleh pemerintah Kota Metro dalam hal ini melaksanakan peraturan yang dibuat semata-mata sebagai sarana pelindung segala hak dan kewajiban masyarakat Kota Metro.Karena dalam

hal ini kebijakan harus perlu

dilaksanakan secara efektif mungkin.

B.Faktor Penghambat Penegakan Hukum dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Tingkat keberhasilan Penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota

Metro No.4 tahun 2014 tentang

Kawasan Tanpa Rokok sangat

bergantung pada banyak faktor, artinya berhasil tidaknya penegakan hukum daerah tersebut tidak semata-mata bergantung pada maksud dibuatnya Peraturan Daerah tersebut, melainkan bergantung pula pada faktor lain agar

tujuan penegakan hukum bagi

pelanggar Peraturan Daerah tentang

Kawasan Tanpa Rokok dapat

terwujud.Dalam realitanya,semenjak sudah hampir 3 Tahun berlakunya Peraturan Daerah tersebut belum ada satupun kasus yang dilaksanakan dan dilakukan mekanisme sidang tindak pidana ringan ditempat.Bukan karena tidak ada yang melanggar atau tidak adanya yang ingin menindak,melainkan masih belum adanya kesadaran oleh

(10)

melaksanakan penegakan hukum Peraturan Daerah ini.Faktor-faktor

penghambat dalam pelaksanaan

penegakan hukum sampai sekarang belum dicarikan solusi yang tepat dan serius.

a) Faktor Perundang-Undangan

Firmansyah menyatakan sebenarnya

didalam ketentuan pidana itu dalam

Peraturan Daerah tersebut tidak

relevan.Hal ini dikarenakan,pelaksanaan

pidana kurungan sangat sulit

dilaksanakan serta tidak dapat

diterapkan secara efektif.Perlunya kajian ulang dan mengacu pada undang-undang yang lebih tinggi serta dibarengi dengan hal yang efektif jika ingin diterapkan.14

Selanjutnya menurut Sanusi salah satu kendala didalam Perundang -Undangan ini adalah tidak adanya pernyataan di Peraturan Perundang Undangan yang lebih tinggi menyatakan bahwa merokok

adalah tindakan kriminal atau

pidana.Hal ini, menyulitkan tercapainya tujuan pemidanaan didalam penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah15.

Wahyuningsih menambahkan ketentuan

pidana didalam Peraturan Daerah

tersebut sejati sudah sesuai dan apabila dilaksanakan dapat menimbulkan efek jera.Namun,karena tidak secara jelas disebutkan didalam Peraturan Daerah tersebut tentang bagaimana peran pihak terkait untu melaksanakannya maka pekaksanaannya masih terbentur oleh masalah koordinasi. 16

14Wawancara dengan bapak Firmansyah selaku Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Perda Polisi Pamong Praja Kota Metro 15Wawancara dengan bapak Sanusi Husin selaku Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung.

16Wawancara dengan Ibu Wahyuningsih selaku Tokoh Masyarakat Peduli Kesehatan Kota Metro

Penulis sependapat dengan para

pendapat narasumber terebut.Dapat

disimpulkan bahwa secara tegas

menyertakan sanksi pidana bagi para

pelanggar Kawasan Tanpa Rokok

mengacu pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Namun, dalam hal ini pelaksanaan bagi pelanggar saja belum terlaksana dan terkendala dengan berbagai macam alasan.

a) Faktor Aparatur Penegak

Hukum.

Seperti kita ketahui pelaksanaan penegakan hukum Peraturan Daerah

tentang Kawasan Tanpa Rokok

melibatkan pihak-pihak terkait.Adapun pihak-pihak tersebut adalah Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kota Metro,Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro,Kepolisian Resort Metro,Kejaksaan dan Unsur dari pihak pengadilan.

Sanusi mengatakan Adanya anggapan

aparat penegak hukum bahwa

pelanggaran Peraturan Daerah hanya dianggap sebagai pelanggaran ringan. Perbuatan yang dilakukan oleh para pelanggar itu pun menurut aparat (hakim) lebih diorong oleh karena adanya unsur ketidaksengajaan bukan didasarkan atas adanya motif jahat yang ada pada pelaku.Bertolak dari adanya persepsi yang demikian tersebut, kebijakan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah yang lebih mengedapkan pidana kurungan dan pidana denda maksimum dipandang oleh aparat penegak hukum terlalu berat diterapkan terhadap pelaku

setiappelanggaran Peraturan

Daerah.Akibatnya pidana kurungan dan pidana denda selama ini hanya menjadi pajangan dan hanya untuk menakut-nakuti saja. 17

(11)

Wahyuningsih juga menambahkan Kurangnya Pemerintah Daerah dalam hal ini yang memberikan fasilitas pelaksanaan terhadap penegakan hukum Peraturan Daerah tentang Kawasan

Tanpa Rokok dikarenakan bahwa

sebenarnya para pihak penegak hukum pulalah yang juga ikut melanggar

Kawasan Tanpa Rokok.berbagai

pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok oknum di tubuh aparat menyebabkan hambatan yang berarti bagi penegakan hukum Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. 18

Penulis sependapat dengan yang

disampaikan oleh para

narasumber.Karena enggannya para

penegak hukum untuk melaksanakan koordinasi secara intens ditambah para pandangan aparat penegak hukum yang menganggap sepele penerapan sanksi pidana dan hanya berkesan sebagai sarana menakut nakuti saja.

b) Faktor Sarana dan Fasilitas

Firmansyah mengatakan hambatan dari faktor sarana atau fasilitas pendukung adalah anggaran/alokasi dana masih

sangat terbatas untuk melakukan

kegiatan dalam rangka menunjang penegakan hukum terhadap Kawasan Tanpa Rokok dan terbatasnya tempat

khusus merokok ataupun penanda

Kawasan Tanpa Rokok. Tanpa disadari, segala sesuatu membutuhkan dana tanpa

adanya dana maka pelaksanaan

penegakan hukum tidak akan

terklaksana serta tidak akan memberikan efek jera bagi pelanggar Kawasan Tanpa Rokok. 19

Sanusi juga mengatakan bahwa faktor sarana atau fasilitas adalah salah hal

18Wawancara dengan Ibu Wahyuningsih selaku Tokoh Masyarakat Peduli Kesehatan Kota Metro.

19Wawancara dengan bapak Firmansyah selaku Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Perda Polisi Pamong Praja Kota Metro.

yang utama didalam setiap pembuatan

sebuah Peraturan Daerah.Terutama

apabila didalam Peraturan Daerah tersebut menerapkan sebuah hukuman sanksi pidana maka sebaiknya sarana atau fasilitas adalah kebutuhan nomor satu dalam masalah pelaksanaannya. Tanpa dukungan sarana atau fasilitas

oleh pemerintah maka akan

menghambat para penegak hukum.

Yohanis juga mengungkapkan bahwa selama ini Kepolisian Resort Kota

Metro siap membantu

pelaksanaan.Dikarenakan melihat

kurangnya saran atau fasilitas dari pemerintah Kota Metro untuk inisiatif melaksanakan sidak bagi pelanggar

Kawasan Tanpa Rokok maka

pelaksanaan penegak hukum bagi

pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok belum berjalan. Hal itu diperkuat dengan belum adanya kasus yang ditindak sesuai dengan mekanisme sidang tindak pidana ringan dan melibatkan pihak kepolisian.

Wahyuningsih menambahkan bahwa

kenyataannya memang pemerintah

belum serius untuk benar-benar

melaksanakan Peraturan Daerah

tersebut. Tidak dan belum

dianggarkannya biaya operasional yang diharapkan aparat penegak hukum menjadi faktor utama para aparat untuk melaksanakan sidak ditempat bagi setiap pelanggar Kawasan Tanpa Rokok. Serta masih minimnya ruang khusus untuk merokok yamg disediakan pemerintah

dalam rangka upaya perwujudan

penerapan sanksi pidana dalam

Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. 20

Penulis sependapat oleh para

narasumber dikarenakan dalam

Pelaksanaan Pearaturan Daerah faktor utamanya adalah ketersedian sarana atau

(12)

fasilitas.Belum adanya biaya operasional bagi para aparat penegak hukum dalam

melakukan sidak serta kurangnya

fasilitas tempat khusus merokok

menyebabkan terkendalanya Peraturan Daerah tersebut.

c) Faktor Masyarakat

Menurut Firmansyah Faktor Masyarakat

menjadi salah satu penghambat

pelaksanaan Penegakan Hukum. Hal ini dikarenakan, lingkungan menjadi salah satu dari indikator utama sebuah

keberhasilan penegakan hukum

tersebut.Masih banyaknya pelanggaran mengenai Kawasan Tanpa Rokok dinilai melalui pola prilaku di limgkungan masyarakat Kota Metro yang masih cenderung mengabaikan adanya sanksi

pidana dalam Peraturan Dearah

Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Hal itu,

didukungoleh anggapan masyarakat

yang beralasan apabila ia merokok ditempat Kawasan Tanpa Rokok mereka tidak sendirian melainkan banyak orang yang melakukan yang sama seperti

mereka. Ditambah masih tersedia

penjualan rokok secara bebas di berbagai lingkungan lokasi yang dekat dengan Area Kawasan Tanpa Rokok mempengaruhi masyarakat cenderung mengabaikan hal tersebut.

Sanusi mengatakan bahwa masyarakat berperan penting dalam hal pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut. Adanya dukungan masyarakat serta peran aktif masyarakat mensosialisasikan adalah salah satu wujud nyata kerjasama dari segala pihak.Namun,pada kenyataan masih banyak masyarakat yang acuh dan tidak peduli. Serta budaya merokok yang tidak dapat dipisahkan dari budaya kebiasaan masyarakat. 21

Menurut Yohanis Masyarakat saat ini Di

Kota Metro belum sepenuhnya

mengetahui adanya Peraturan Daerah

21Wawancara dengan bapak Sanusi Husin selaku Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung.

tentang Kawasan Tanpa

Rokok.Sehingga Masyarakat rentan

terjadinya pelanggaran di Kawasan

Tanpa Rokok.Ditambah anggapan

masyarakat yang menyepelekn

Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok karena belum adanya penindakan secara tegas ditempat. 22

Penulis sependapat dari pernyataan para

narasumber pelaksanaan penegakan

hukum dapat terlaksana berasal dari dukungan masyarakat.Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka

masyarakat dapat mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Adanya

dukungan dari masyarakat dalam

pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Metro yaitu dapat dilakukan dengan masyarakat dapat turut andil mentaati dan mematuhi Peraturan tersebut serta

memberikan edukasi,informasi dan

sosialisasi ke sekitar lingkungan mereka agar dapat tercipta tujuan adanya Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

d) Faktor Budaya Hukum

Pengertian budaya hukum dalam

konteks penulisan ini, diartikan sebagai budaya dari sikap dan pola perilaku pada aparatur penegak hukum, khususnya Pemerintah Daerah dalam hal ini dalam pelaksana tugas serta wewenangnya.

Berdasarkan pemaparan dari narasumber dan studi pustaka di atas penulis melihat bahwa dalam Penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tidak menciptakan ada tujuan

pemidanaan berdasarkan Teori

pemidanaan itu sendiri. Dikarenakan, pelaksanaan penegakan hukum yang belum berjalan dengan baik dan terkesan Peraturan Daerah ini dibuat sebagai hal yang bersifat formalitas. faktor yang

(13)

menjadi hambatan dari penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah faktor sarana dan fasilitas

III. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik Simpulan sebagai berikut :

1.Penerapan Sanksi Pidana Dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok belum berdasarkan ketentuan yang berlaku.Hal ini,Berdasarkan kenyataan yang terjadi dilapangan bahwa masyarakat masih bebas merokok di Kawasan Tanpa Rokok

dikarenakan upaya penegakan

hukumnya tidak terlaksana serta terkesan hanya akan disepelekan keberlakuannya. Sanksi pidana yang termuat didalam Peraturan Daerah tersebut belum optimal dan sunggh-sungguh diterapkan sebagai cara

efek jera bagi setiap

pelanggar.Hanya berupa teguran yang penah dilakukan oleh aparat penegak hukum yang tidak efektif

untuk mencegah

pelanggaran.Padahal, dengan

adanya Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok sangat

efektif dalam melindungi

masyarakat dari paparan asap rokok

dan menjaga kesehatan

lingkungan.Serta demikian maka teori tujuan pemidanaan itu sendiri belum dapat diterapkan dengan baik.

2.Faktor penghambat penerapan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota Metro No.4 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah faktor sarana atau fasilitas. Para aparat penegak hukum sepakat bahwa Pemerintah Kota Metro dalam hal ini sebagai pembuat

Peraturan Daerah Kota Metro No.4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa

Rokok belum mengoptimalkan

biaya operasional bagi aparat penegak hukum dalam melakukan sidak bagi pelanggar Kawasan

Tanpa Rokok serta sarana

pertemuan terkait koordinasi

pelaksanaannya tidak pernah

dilakukan secara serius dan

cenderung pasif.

B. Saran

1.Pemerintah Kota Metro agar dapat memberi dukungan sarana dan fasilitas Area khusus merokok dan melalui dana operasional kepada tim penegak hukum Peraturan Daerah Kota Metro No. 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2.Masyarakat untuk sadar dan mentaati untuk tidak dengan sengaja merokok di Kawasan Tanpa Rokok serta masyarakat berperan turut aktif untuk mensosialisasikan

dan memberikan informasi

mengenai Peraturan Daerah Kota Metro No. 4 Tahun 2014 tentang

Indonesia. Bandar Lampung: Unila.

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa yang sama, mereka harus terdidik dengan nilai integrity yang baik agar korupsi dalam negara tidak akan lahir, yang mana korupsi ini adalah antara penyebab utama

I’d been fucking her for months with this borrowed thing in my chest, but when she said ouch, I wanted to more than fuck her.. I wanted to tear

Jadi Bank membuat permohonan bahwa nasabah ini mengajukan restruktur dari yang awalnya angsurannya sekian menjadi sekian, dengan catatan itu tidak mengubah proyeksi bagi hasil

prinsip pengaturan distribusi kekayaan dalam sistem kekayaan dalam sistem kehidupan islam. Kekayaan harus di bagi kesemua golongan masyarakat dan seharusnya tidak menjadi komditi di

Sumbangan efektif yang dapat diberikan dari hubungan an tara varia bel duktmgan so sial rekan kerja dengan penerimaan diri pada gr~v sebesar 15,92°:o.

Step cost adalah biaya yang bersifat tetap pada rentang volume yang kecil, tetapi variabel pada rentang volume yang besar.. Klasifikasi Biaya

Kontribusi jumlah mahasiswa yang beraktivitas di kampus FP Unud juga berasal dari mahasiswa prodi Ilmu Komputer (Ilkom) FMIPA Unud semester I-VIII yang menggunakan beberapa

Kawasan bekas rawa merupakan zona dengan indeks kerentanan seismik tinggi, yang juga merupakan zona dengan kerusakan terparah akibat peristiwa gempabumi.. 3 Huang