PENGUKURAN DAN RALAT
LAPORAN PRAKTIKUM
MATERI PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Oleh:
Nama/NIM : Siti Fatimah/221810201075 Fakultas/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok : 8
Asisten : Iffani De Seftiani Koordinator Asisten : Andin Dwi Pertiwi
Tanggal Praktikum : 21 September 2022/14.20-17.00
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu fisika merupakan salah satu ilmu yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Ilmu fisika akan berguna bagi manusia apabila sudah diwujudkan dalam bentuk hasil teknologi. Dengan ilmu fisika semua pekerjaan menjadi ringan karena adanya penerapan ilmu fisika yang di implikasikan dalam teknologi yang canggih. Beberapa konsep fisika dapat tergabung dalam satu bentuk peralatan sebagai hasil teknologi. Dalam arti ada peralatan yang hanya menggunakan satu konsep fisika dan ada yang lebih dari satu konsep fisika. Ilmu fisika akan mendasari perkembangan peralatan yang digunakan manusia.
Penemuan-penemuan terbaru dalam bidang fisika akan memperbaiki teknologi yang sudah ada, baik disadari maupun tidak pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan teknologi agar dapat menjalani kehidupan secara harmonis. Dimana perkembangan teknologi tentu merupakan implikasi dari ilmu fisika yang telah dipelajari oleh pakar yang ahli di bidangnya. Memepelajari fisika mempunyai banyak manfaat. Tanpa adanya ilmu fisika semua peralatan canggih yang meringankan pekerjaan manusia tidak dapat terwujud (Harefa, 2019).
Dalam ilmu bidang fisika, pengukuran merupakan dasar materi yang harus dipahami terlebih dahulu. Mengukur dapat diartikan sebagai pengamatan kualitas atau jumlah. Pengukuran berarti suatu metode atau cara yang digunakan untuk menyatakan sifat fisis dalam bentuk bilangan sebagai hasil perbandingan dengan sebuah besaran baku sebagai satuan. Membandingkan keadaan yang diukur dengan instrument pengukur yang ditetapkan skalanya untuk melakukan pengukuran pada setiap besaran.
Keakuratan pada hasil pengukuran sangat diperlukan dalam melakukan suatu pengukuran sangat diperlukan dalam melakukan suatu pengukuran, namun pada kenyataannya tidak ada satupun pengukuran yang benar-benar tepat. Kurang tepatnya pengukuran tersebut menimbulkan adanya ketidak pastian.
Ketidakpastian berasal dari perbedaan sumber, alat pengukuran yang dipakai maupun ketelitian yang kurang ketika membaca skala membaca pada alat ukur.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu dilakukan hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berpengaruh terhadap keakuratan atau tingkat ketelitian suatu perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat ukur yang digunakan. Pengukuran sangat penting, baik dalam ilmu fisika maupun
dalam kehidupan seharu-hari. Oleh karena itu kita melakukan percobaan yang berhubungan dengan pengukuran dasar. Percobaan ini diperlukan sebagai suatu rujukan terhadap kita untuk lebih mengenal dan memahami pengukuran dalam fisika.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum pengukuran dan ralat kali ini adalah:
1. Bagaimana cara menggunakan alat ukur dasar ?
2. Bagaimana cara menentukan nilai skala terkecil (nst) dari alat ukur ? 3. Bagaimana melakukan pengukuran langsung sebanyak satu kali dan menghitung ketidakpastian hasil pengukuran menggunakan ralat nst ? 4. Bagaimana cara melakukan pengukuran langsung secara berulang dan menghitung ketidakpastian hasil pengukuran menggunakan ralat standart deviasi ?
5. Bagaimana cara menentukan pengukuran tidak langsung dengan satu kali pengukuran dan menentukan ralat nst ?
6. Bagaimana cara menentukan pengukuran tidak langsung dengan pengukuran secara berulang dan menggunakan ralat standart deviasi ?
7. Bagaimana cara menentukan pengukuran tidak langsung secara gabungan yaitu pengukuran secara berulanag menggunakan ralat standart deviasi dan satu kali pengukuran menggunakan ralat nst ?
8. Bagaimana cara menentukan angka penting/berarti dan menjelaskan arti fisik dan statistic ?
1.3 Tujuan
Tujuan pada praktikum pengukuran dan ralat kali ini adalah : 1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar.
2. Mampu menentukan nilai skala terkecil (nst) dari alat ukur.
3. Mampu melakukan pengukuran langsung sebanyak satu kali dan menghitung ketidakpastian hasil pengukuran menggunakan ralat nst.
4. Mampu melakukan pengukuran langsung secara berulang dan menghitung ketidakpastian hasil pengukuran menggunakan ralat standart deviasi.
5. Mampu menentukan pengukuran tidak langsng dengan satu kali pengukuran dan menentukan ralat nst.
6. Mampu menentukan pengukuran tidak langsung dengan pengukuran secara berulang dan menggunakan ralat standart deviasi.
7. Mampu menentukan pengukuran tidak langsung secara gabungan yaitu pengukuran secara berulang menggunakan ralat standart deviasi dan satu kali pengukuran menggunakan ralat nst.
8. Mampu menentukan angka penting/berarti dan menjelaskan arti fisik dan statisknya.
1.4 Manfaat
Manfaat pada praktikum pengukuran dan ralat kali ini yaitu untuk mengetahui macam-macam alat ukur dan cara menggunakannya. Serta untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan pengukuran. Manfaat lain adalah dapat menentukan alat ukur untuk mengukur suatu benda yang berbeda, dan mampu melakukan pengukuran langsung sebnayak satu kali maupun
berulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah proses untuk memperoleh informasi suatu besaran fisis tertentu, misalnya seperti tekanan (p), suhu (T), tegangan (V), arus listrik (I), dan lain sebagainya. Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka (kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang merupakan sebuah simpulan
(kualitatif). Untuk memperoleh informasi tersebut, maka kita memerlukan alat ukur, misalnya untuk mengetahui tegangan V, arus I, hambatan R kita dapat menggunakan alat multimeter.
1. Data Pengukuran
Informasi yang diperoleh melalui pengukuran disebut data. Tergantung pada jenis pengukurannya, data dapat dibagi menjadi dua jenis: data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif memungkinkan Anda untuk mengumpulkan informasi apa pun dalam bentuk pernyataan definitif. Misalnya, “Tembaga dapat bergerak dalam reaksi kimia dengan kimia besi klorida.” Misalnya, data
kuantitatif adalah informasi yang diperoleh dari pengukuran dalam bentuk nilai atau angka, sedangkan pengukuran tegangan. Selanjutnya, data kuantitatif dapat dibagi menjadi dua jenis data: data empiris dan data olahan. Data empiris adalah data yang diperoleh secara langsung pada saat mengukur atau membaca suatu alat ukur. Data empiris sering disebut data mentah karena belum diolah lebih lanjut.
Misalnya, pembacaan tegangan pada voltmeter berisi data empiris. Data olahan adalah data yang telah mengalami proses tertentu, seperti perhitungan. Misalnya untuk tegangan terukur V dan arus I, hambatan R = V/I dan hasil setelah
perhitungan disebut data olahan. Jenis data ini biasanya berasal dari proses reduksi data.
2.Reduksi Data
Untuk data di atas, setelah mengumpulkan data dari hasil pengukuran, kami melakukan pemrosesan matematis dan mengatur data. Operasi atau proses ini disebut reduksi data atau pemrosesan data (Pandiangan, 2018).
2.2 Ralat (Ketidakpastian) Pada Pengukuran
Kesenjangan atau perbedaan antara hasil yang diukur dan hasil yang sebenarnya disebut ralat (eror). Pada titik ini, konsep kesalahan tidak berarti bahwa pengukuran itu salah, tetapi lebih merupakan penyimpangan pembacaan meter dari nilai yang benar dari kuantitas fisik yang diukur, yang menyebabkan ketidaktahuan akan nilai yang benar. apa yang ingin Anda ukur. Namun, beberapa buku menyebut istilah kesalahan karena berasal dari istilah kesalahan, jadi tidak perlu bingung. Karena kita tidak mengetahui nilai sebenarnya, hasil pengukuran yang dihasilkan harus dinyatakan dalam interval hasil pengukuran. Dengan pengertian ini, misalnya ketika mengukur tegangan, hasilnya dinyatakan sebagai 1,5 V 1,6 volt atau V = (1,4 0,1) volt. Nilai pengukuran yang sebenarnya tentu saja berada dalam ruang lingkup hasil pengukuran ini. Konsep kesalahan sering tidak dibedakan dari konsep ketidakpastian untuk menunjukkan penyimpangan pengukuran dari nilai sebenarnya, karena serangkaian pengukuran secara bersamaan mengungkapkan ketidakpastian hasil pengukuran (Arkundato, 2018).
2.3 Literatur Eksperimen 2.3.1 Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong pertama kali ditemukan pada tahun 1631 oleh seorang
Perancis bernama Pierre Vernier. (Laboratorium Fisik Level 1, 2). Jangka sorong adalah alat ukur panjang dengan batas ukur maksimum 10 cm dengan ketelitian 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong berkisar dari 100 mm hingga 3000 mm (dari 4 inci 120 inci). Jangka sorong, yang dapat digunakan untuk mengukur ruang internal dan area objek, terdiri dari tepi atau bilah utama dibagi dengan mm dan bilah kecil dibagi dengan 100. 100 baris bilah bantu sesuai dengan 49 mm.
Tempatkan pada bilah utama sehingga setiap baris = mm. Saat barisan bilah bantu tumpang tindih Jika diberi tanda skala utama, maka yang terbaca adalah angka skala yang dihitung dari angka 0 x 0,02 mm. Jangka sorong dapat digunakan tidak hanya untuk mengukur panjang, tetapi juga untuk mengukur diameter cincin, diameter bagian dalam pipa, kedalaman benda, dan luas benda(Chusni, 2019).
2.3.2 Penjelasan Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur dengan ketelitian (akurasi) yang tinggi.
Digunakan untuk benda kerja dengan jarak ukur tertentu yaitu 0-25mm, 25- 50mm, 50-75mm, dan ketelitian 0,01mm. Mikrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang atau tebal suatu benda, kedalaman celah pada lubang, dan diameter lubang. Akurasi mikrometer adalah 0,005 mm. Mikrometer digunakan untuk mengukur benda yang sangat tipis seperti: B. Ketebalan kain, kawat, kertas dan bahkan rambut(Chusni, 2019). Mikrometer memiliki prinsip kerja yang hampir sama/mirip dengan mur dan baut. Pada Gambar 2.3.2 Anda
dapat melihat bahwa satu putaran sekrup menggerakkannya di dalam ulir. Jika ulir bergerak 1 mm, sekrup bergerak 2 mm. Ini adalah prinsip pengukuran mikrometer (Chusni, 2019).
Gambar 2.3.2. Prinsip Kerja Mikroskop
2.3.3 Pengertian Stopwatch
Stopwatch merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur interval waktu suatu kejadian dari mulai dihidupkan hingga di hentikan. Pada umumnya stopwatch digunakan untuk mereka yang terbiasa menggunakan kecepatan pada suatu perkerjaannya. Setiap stopwatch terdiri dari 4 (empat) elemen yaitu sumber daya, time base, counter dan sebuah layar penunjukkan atau display. Pada
umumnya, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1 s atau 0,2 s. Sedangkah stopwatch digital memiliki ketetlitian hingga 0,01 s (Chusni, 2019).
2.3.4 Pengertian Mistar/Penggaris panjang
Mistar/penggaris merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan sudah lumrah dikenal orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Sedangkan panjang mistar metrik 30 sentimeter dengan skala pengukuran terkecil 1 milimeter dan ketelitiannya setengah dari skala terkecil tersebut yaitu 0,5 milimeter, atau l (Sutowo, 2020).
2.3.5 Pengertian Neraca
Massa biasanya di ukur dengan berapa berat sesuatu. Di Mesir kuno dan Yunani, potongan biji digunakan sebagai salah satu unit (alat) pengukuran paling awal. 200 butir jelai jagung setara dengan 1 beqa. Barang lainnya bisa di ukur pada skala keseimbangan dengan butir di sisi lain. Manfaat Neraca yaitu: Neraca Ohaus yaitu untuk mengukur massa suatu benda (logam) pada praktek di
laboratorium. Kapasitas bebannya 311 gram, batas ketelitian neraca ohaus 0,1
gram. Neraca analitik yaitu neraca yang biasa digunakan di laboratorium, bisa juga digunakan untuk menimbang dari 0,1 mg sampai maksimum 200 gram.
Dengan media berupa bakteri, jamur atau media tanam kultul jaringan dan mikro biologi dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi (Chusni, 2019).
2.3.6 Pengertian Termometer
Termometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), dan perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa latin thermo yang berarti suhu dan meter yang berarti mengukur. Suhu adalah sifat yang menentukan apakah sistem setimbang termal dengan sistem lain atau tidak bila dua sistem atau lebih dalam setimbang termal dengan sistem lain atau tidak, bila dua sitem atau lebih dalam setimbang termal maka sistem ini dikatakan mempunyai suhu yang sama. Suhu menunjukan derajat panas suatu benda.
Mudahnya, semakin tinggi suatu benda, semakin panas benda tersebut, sebaliknya semakin rendah suatu benda semakin dingin benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suhu benda masing – masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan ditempat berupa getaran. Konsep suhu (termperature) berasal dari ide dan kualitatif panas dan dingin yang berdasarkan pada indera sentuhan kita. Suatu benda yang terasa pannas umumnya memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada benda serupa yang lebih dingin. Hal ini tidak cukup jelas, dan indra dapat dikelabui. Tetapi banyak sifat benda yang dapat diukur tergantung kepada suhu.
Maka dari itu alat untuk mengukur suhu adalah thermometer (Chusni, 2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Jangka sorong 2. Mikrometer 3. Stop watch
4. Mistar/penggaris panjang 5. Neraca
6. Termometer 7. Balok logam 8. Bola besi kecil
3.2 Metode Kerja
a. Menentukan Nilai Skala terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
1. Jangka sorong diambil dan ditentukan nst-nya. Catat juga apabila skalanya tidak menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum digunakan.
2. Mikrometer diambil dan ditentukan nst-nya. Catat juga apabila skalanya tidak menunjukkan titik nol saat mikrometer belum digunakan.
3. Termometer diambil dan ditentukan nst-nya.
4. Neraca pegas (spring balance) diambil dan ditentukan nst-nya. Catat juga apabila skalanya tidak menunjukkan titik nol saat pegas belum terbebani.
5. Stopwatch diambil dan tentuksn nst-nya.
6. Mistar/penggaris diambil dan tentukan nst-nya.
7. Neraca/timbangan diambil dan tentukan nst-nya.
b. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil Catatan: percobaan dilakukan hanya satu kali
1. Cincin diukur diameter dalam dan diameter luarnya dengan menggunakan jangka sorong.
2. Besi diukur diameter luarnya dengan menggunakan mikrometer.
3. Berilah beban pada neraca dan catat nilai skalanya.
4. Balok diukur bagian Panjang (l), lebar (b), dan tinggi (t) dengan menggunakan mistar Panjang.
5. Berjalanlah dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, dan hitung waktunya dengan menggunakan stopwatch.
c. Pengukuran Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi Catatan:percobaan hanya dilakukan sebanyak 3 kali
1. Cincin diukur diameter dalam dan diameter luarnya dengan menggunakan jangka sorong.
2. Besi diukur diameter luarnya dengan menggunakan mikrometer.
3. Berilah beban pada neraca dan catat nilai skalanya.
4. Balok diukur bagian Panjang (l), lebar (b), dan tinggi (t) dengan menggunakan mistar Panjang.
5. Berjalanlah dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, dan hitung waktunya dengan menggunakan stopwatch.
d. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil Catatan:percobaan ini dilakukan hanya satu kali
1. Lakukan kembali langkah pada point b no.4 dengan menggunakan balok yang sama, Kemudian timbang massa balok tersebut.
2. Lakukan langkah yang sama pada pint b no.5, ulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter, catat masing-masing waktunya.
e. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi Catatan:lakukan percobaan ini seperti point d sebanyak 3 kali
1. Lakukan kembali langkah pada point b no.4 dengan menggunakan balok yang sama, Kemudian timbang massa balok tersebut.
2. Lakukan langkah yang sama pada pint b no.5, ulangi untuk jarak 2,5meter, 3 meter, catat masing-masing waktunya.
f. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil dan Standart Deviasi
1. Lakukan kembali langkah pada point c no.4 dengan balok yang sama, ukur Panjang (l), lebar (b) dan tinggi (t) menggunakan standart deviasi, kemudian penimbangan massa balok menggunakan nst.
2. Lakukan langkah yang sama pada point d no.2 dengan pengukuran jarak menggunakan nst dan perhitungan waktu menggunakan standart deviasi.
3.3 Metode Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan untuk menganalisa data hasil praktikum antara lain:
3.3.1 Tabel
Tabel 3.1 Tabel hasil Nst dengan pengukuran langsung dengan nst No
.
Alat nst x Δx I K AP x ± Δx
Tabel 3.2 Tabel hasil pengukuran langsung dengan standart devias No
.
Alat x X0 I K AP x ± Δx Δx
Tabel 3.3 Pengukuran tidak langsung dengan nst No
.
Balok X0 Δx I K A
P
x ± Δx
Tabel 3.4 Pengukuran tidak langsung menggunakan nst No
.
Gerak t (waktu) E Δx I K AP t ± Δx
Tabel 3.5 Tabel hasil tidak langsung dengan standart deviasi, pengulangan 3 kali
No
. Bahan x X0 v Δv I K P v ± Δv
Tabel 3.6 Tabel hasil tidak langsung dengan standart deviasi, pengulangan 3
No .
Gerak t e v Δv I K P V ± ΔV
Tabel 3.7 Tabel hasil pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart deviasi
No
. Bahan p l t v massa p Δp I K AP p ± Δp
Tabel 3.8 Tabel hasil pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart deviasi
No .
Jarak t (waktu) v Δv I K AP v ± Δv
3.3.2 Ralat
a. Cara penulisan pengukuran yang benar x= x0 ± Δx satuan
dimana x0 = hasil ukur Δx = ralat
Atau x = x0 satuan ± Δx % Dengan Δx % = Δx/x*100%
b. Nilai Skala Terkecil Δx=1/2 nst
Pengukuran sebanyak n kali, maka Δx dicari dengan menggunakan standart
deviasi.
- Jika n < 10 =
Δx = sqrt E(x1-x)^2/n(n-1) - Jika n > 10 =
Δx = sqrt E(x1-x)^2/n c. Ralat relatif
I = (Δx/x) x 100 % d Kesamaan
K = 100 %-1 e. Jumlah angka penting AP = 1-log( Δx/x)
f. Ralat yang digunakan pada pengukuran langsung dengan standart deviasi g. x0 = x1+x2+x3+…..+xn
Δx sqrt e(x1-x)^2/n(n-1)
g. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi
V = pxlxt
Δv = sqrt (av/ap)^2 | Δp|^2+(av/al)^2| Δl|^2+(av/at)^2| Δt|^2 V = s/t
Δv = sqrt (av/as)^2| Δs|^2+(av/at)^2| Δt|^2
h. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart deviasi
p = m/v
Δp = sqrt (ap/am)^2| Δm|^2+(av/at)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil yang di peroleh dari praktikum pengukuran dasar antara lain sebagai berikut :
A. Menentukan Nilai Skala terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
Jenis Alat nst Kesalahan Titik Nol
Jangka Sorong 0,01 mm 0
Mikrometer 0,01 mm 0
Termometer 0°C 0
Neraca Pegas 0,1 N 0
Stopwatch 0,1 s 0
Mistar 0,5 mm 0
Neraca Lengan 0,01 gr 0
Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil No
.
Alat Ukur Objek Hasil
Pengukuran
X ΔX I (%) K(%) AP
1 Jangka sorong Cicin Dalam = 1,7 cm
1,7 0,005 0,00294117 6
99,9970588 2
3,53147 9 Luar = 1,86 cm 1,8
6
0,005 0,00268817 2
99,9973118 3
3,57054 3
2 Mikrometer Bola Pejal 8,39 mm 8,3
9 0C,005 0,00059594
8 99,9994040
5 4,22479
2
3 Neraca Balok Besi 63,6 gr 63,
6
0,005 7,8616 99,9999213
8
5,10448 7 4 Stopwatch Sejauh
20m
27 s 27 0,05 0,00185185
2
99,9981481 5
3,73239 4
5 Mistar Balok Besi p = 6,6 cm 6,6 0,25 0,03787878
8
99,9621212 1
2,24160 4
l =3,5 cm 3,5 0,25 0,07142857
1
99,9285714 3
2,14612 8
t = 1,6 cm 1,6 0,25 0,15625 99,84375 1,80618
6 Termometer Suhu
Ruang 34° 34 0 0 100 #NUM!
Pengukuran Tidak langsung Dengan Menggunakan Standard Deviasi Massa Jenis Balok
Percobaan p (cm )
l (cm)
t (cm)
V M ρ Δ ρ I (%) K (%) AP
P1 6,7 3,4 23 523,94 128,4 0,2381
9 521
0,0007 9 592
0,33414 678
99,6658 532
3,47606272
P2 6,7 3,4 22,9 521,66 124,8 0,2392
3 537
0,33269 397
99,6673 06
3,47795507
P3 6,7 3,4 22,8
5 520,52
3 124,8 0,2397
5 886
0,33196
756 99,66,80
324 3,47890435
Kecepatan Perjalanan
Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I(%) K(%) AP
P1 P2 P3
2,5 4,6 3,6 4,2 0,67159 0,06612489 9,84601951 90,1539805 2,0067393
1
3 4,6 4,4 3,8 0,800725 8,25813063 91,7418694 2,0831182
5
3,5 4,6 4 4 0,76087 8,69069938 91,3093006 2,0609452
7
4.2 Pembahasan
Dalam kegiatan praktikum selalu butuh dengan alat-alat praktikum yang berbeda-beda. Untuk setiap alat ukur memiliki cara pengoperasian yang berbeda pula. Dalam praktikum Fisika Dasar terdapat beberapa unit percobaaan yang setiap unit menggunakan alat ukur yang berbeda-beda. kegiatan praktikum, praktikan harus mampu mengoperasikan semua alat ukur yang digunakan untuk mempermudah dalam pengambilan data praktikum. Kemampuan mengoperasikan alat-alat ukur dilihat dari cara menggunakan alat ukur tersebut mulai dari
penetapan NST setiap alat ukur sampai pada pembacaan skala pada saat
pengukuran. Kemampuan menggunakan alat ukur dapat dilihat juga dari data hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum apakah akurat atau tidak
(Riskawati & Andriani, 2018).
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah jangka sorong, mikrometer, penggaris atau mistar, neraca atau timbangan, dan gelas ukur. Jangka sorong merupakan alat yang digunakan untuk menentukan dimensi dalam,luar,dan kedalaman dari benda uji serta memiliki tingkat ketelitian 0,1 mm. Mikrometer merupakan alat dengan fungsi yang sama seperti jangka sorong, namun memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi dari jangka sorong yakni 0,01 mm. Penggaris atau mistar merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besaran Panjang dan memiliki tingkat ketelitian 0,5 mm. Neraca yang digunakan dalam percobaan merupakan neraca ohauss yang digunakan untuk mengukur massa benda dengan tingkat ketelitian 0,01 gram. Gelas ukur merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur volume benda tak beraturan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan memiliki fungsi masing-masing yakni untuk diukur
Panjang,volume,dan massa.
Alat dan bahan yangdigunakan dalam percobaan memiliki perlakuan yang berbeda. Seperti jangka sorong bias digunakan untuk mengukur diameter silinder, yakni dengan cara dijepit kemudian dibaca nilai skala utama dan noniusnya.Perlakuan yang sama dilakukan kebola dengan alat ukur berupa mikrometer.Neraca ohauss bias digunakan untuk mengukur massa
bola,silinder,dan juga batu. Mistar atau penggaris digunakan untuk mengukur Panjang silinder,dengan cara disandingkan kemudian membaca skala mistar.
Sedangkan untuk gelas ukur isa digunakan untuk mengukur volume batu, dengan cara gelas ukur diisi air sesuai kebutuhan, kemudian memasukkan batu,
selanjutnya menghitung selisih antara skala volume awal air dengan skala air setelah batu dimasukkan (Sani, 2012).
Banyaknya digit yang masih dapat dipercaya disebut dengan angka penting (significant figure). Berapa jumlah angka penting dalam setiap
pengukuran? Jawabnya adalah tergantung pada presisi dari sebuah alat ukur.
Makin tinggi ketepatan hasil pengukuran, maka makin banyak pula jumlah angka penting yang dapat dituliskan dalam melaporkan hasil ukur. Dalam menuliskan hasil ukur x , maka angka yang dilaporkan seharusnya merupakan angka penting, sedang angka yang bukan angka penting perlu kiranya untuk dibuang. Berkaitan dengan konsep angka penting (Sani, 2012), maka ada aturan-aturan yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Banyaknya angka penting dihitung dari kiri sampai angka paling kanan dengan mengabaikan tanda desimal.
2. Angka penting mencakup angka yang diketahui dengan pasti maupun satu angka pertama yang paling meragukan atau tidak pasti. Angka selanjutnya yang meragukan tidak perlu disertakan lagi dalam menuliskan hasil ukur.
3. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
4. Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol pertama paling kiri tidak termasuk angka penting.
5. Angka nol di antara angka bukan nol adalah termasuk angka penting.
6. Angka di ujung kanan dari suatu bilangan namun di kanan tanda koma adalah angka penting.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengukuran dasar kali ini diantaranya adalah:
1. Nilai skala terkecil (nst) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera pada alat ukur tersebut.
2. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar.
3. Pengukuran tidak berulang menggunakan ralat nst dan pengukuran berulangmenggunakan ralat standart deviasi.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum pengukuran dasar yaitu, sebelum melakukan percobaan praktikan harus memahami dan mengetahui hal yang akan
dilakukan.Mengetahui fungsi dari setiap alat ukur juga harus diperhatikan oleh setiap praktikan. Praktikan juga harus memperhatikan intruksi dari asisten agar praktikum berjalan dengan lancar dan sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Chusni, M. M. (2019). Handout Perkuliahan Pengenalan Alat Ukur. Handout Perkuliahan, 1, 4–16
Diangan, P. (2018). Ketidakpastian dan Pengukuran. Praktikum IPA, 1–35.
Harefa, A. R. (2019). Peran ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal Warta, 60(April), 1–10
Riskawati, & Andriani, A. A. (2018). Analisis Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Fisika Dasar I dengan Menggunakan Scientific Approach pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Unismuh Makassar. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas, 6, 79–91
Sani, R. A. (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Pengembangan Laboratorium Fisika, 1–97
Sutowo, C. (2020). TANGERANG SELATAN TRAINING THE USE OF TWO- DIMENSIONAL MEASURING TOOLS FOR STUDENT ( SANTRI ) OF PONDOK PESANTREN DAN PANTI ASUHAN Cahya Sutowo , 2 Sulanjari , 3 Joko Setiyono , 4 Mohamad Sjahmanto , 5 Arie Sebastian Pangemanan. Pengabdian Kepada Masyarakat, 1
Kundato, A. (2018). Pengukuran dan Ketidakpastian. 1. Modul Fisika, 3(1), 1–35.