• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TIMBULNYA ACNE VULGARIS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2014-2017 OLEH : NAMA: RICHARD WINARDI NIM: C11114337 Pembimbing: Dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(1)SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TIMBULNYA ACNE VULGARIS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2014-2017 OLEH : NAMA: RICHARD WINARDI NIM: C11114337 Pembimbing: Dr"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TIMBULNYA ACNE VULGARIS PADA

MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2014-2017

OLEH :

NAMA: RICHARD WINARDI NIM: C11114337

Pembimbing:

Dr. dr. H. SISWANTO WAHAB, Sp.KK (K)

DIBAWAKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN PENYELESAIAN PENDIDIKAN SARJANA (S1) KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)

iii

(3)

iv

(4)

v

(5)

vi

(6)

vii

(7)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin Angkatan 2014-2017” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran.

Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik dari segi materi maupun yang nonmateri. Ucapan terima kasih pada Dr. dr. H. Siswanto Wahab, Sp.KK (K) selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas waktu, tenaga, pikiran, semangat, dan dorongan serta bimbingan yang diberikan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, permohonan maaf, kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagaimana mestinya. Amin.

Makassar, 10 Desember 2017

Penulis

(9)

x

SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Richard Winardi

Dr. dr. H. Siswanto Wahab, Sp.KK (K)

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin Angkatan 2014-2017

ABSTRAK

Pendahuluan : Jerawat adalah adanya peradangan dari kelenjar unit pilosebaseus disertai dengan adanya sumbatan keratin kulit. Masalah jerawat dapat memberikan kesan psikologis yang buruk pada penderitanya. Kecemasan merupakan reaksi terhadap stres yang dialami sehari-hari. Penelitian di AS tahun 2006: 43% mahasiswa kedokteran mengalami kecemasan (Dyrbye, 2006) dan di Indonesia (Airlangga): 45%. Berdasarkan data tersebut, penulis ingin meneliti apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris yang terjadi pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2017”.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik yaitu bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2017. Desain yang digunakan peneliti menggunakan pendekatan cross sectional yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja.

Hasil : Karakteristik sampel berdasarkan umur terbanyak pada kelompok perempuan. Berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat, terbanyak ditemukan pada kelompok yang tidak melakukan pengobatan.

Berdasarkan derajat acnenya, paling banyak pada kelompok dengan derajat acne 1. Berdasarkan tingkat kecemasannya, paling banyak pada kelompok dengan tingkat kecemasan cemas ringan Dari uji chi-square, didapatkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris, dengan diperolehnya p=0,00 (p<0.05)

Kesimpulan : Ada hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris dengan nilai p=0,00.

Kata Kunci : Kecemasan, Acne Vulgaris

(10)

xi

THESIS FACULTY OF MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Richard Winardi

Dr. dr. H. Siswanto Wahab, Sp.KK (K)

Correlation Between Anxiety Level and Incidence of Acne Vulgaris in Medical Students of Hasanuddin University 2014-2017

Introduction: Acne is an inflammation of the pilosebaseus unit glands accompanied by the presence of keratin blockage on the skin. Acne problems could give a bad psychological impression on the sufferer. Anxiety is a reaction to daily stress. Research in the US in 2006: 43% of medical students experience anxiety (Dyrbye, 2006) and in Indonesia (Airlangga): 45%. Based on these data, the authors want to examine whether there is an anxiety level relationship with the incidence of acne vulgaris case that occurs in medical students of Hasanuddin University 2014-2017 ".

Method: This research uses analytic observational research method that aims to see the causal relationship between the anxiety level with the incidence of acne vulgaris in medical students of Hasanuddin University 2014-2017. The design use by the researcher is cross sectional approach which is a study conducted in one time only.

Results: Characteristics of the sample by age most in the women group. Based on whether or not to take acne treatment, most found in groups that do not perform treatment. Based on the degree of acnenya, most in the group with acne degree 1.

Based on the level of anxiety, most in the group with mild anxiety. From chi- square test, researcher found the relationship between the anxiety level with the incidence of acne vulgaris, with p = 0.00 (p <0.05)

Conclusion: There is a significant relationship between anxiety level with the incidence of acne vulgaris with p value = 0,00.

Keywords: Anxiety, Acne Vulgaris

(11)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISM………..viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL……….xvi

DAFTAR LAMPIRAN………xvii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan ... 4

2.2 Acne vulgaris ... 9

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori... 18

3.2 Kerangka Konsep ... 19

3.3 Definisi Operasional... 19

3.3.1 Kecemasan ... 18

3.3.2 Acne vulgaris ... 18

(12)

xiii

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ... 20

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 20

4.2.1 Waktu Penelitian ... 20

4.2.2 Lokasi Penelitian ... 20

4.3 Populasi dan Sampel ... 20

4.3.1 Populasi ... 20

4.3.2 Sampel ... 21

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 21

4.4 Kriteria Sampel ... 21

4.4.1 Kriteria inklusi ... 21

4.4.2 Kriteria eksklusi ... 22

4.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 22

4.5.1 Jenis Data Penelitian ... 22

4.5.2 Instrumen Penelitian ... 22

4.6 Alur Penelitian ... 22

4.6.1 Pengumpulan Data ... 22

4.6.2 Pengolahan Data ... 22

4.6.3 Penyajian Data ... 23

4.7 Etika Penelitian ... 23

BAB 5. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.2. Analisis Hasil Penelitian ... 24

(13)

xiv

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 31 6.2. Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA ... 33

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Diagram 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016………..25

Diagram 5.2 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016….….26

Diagram 5.3 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016….….27

Diagram 5.4 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016……..29

(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016………..24

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016……….26

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan kejadian acne vulgaris di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016………..27

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan tingkat kecemasan di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016………..28

Tabel 5.5 Uji Chi Square……….………30

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Data Diri Peneliti………35

(17)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Jerawat adalah adanya peradangan dari kelenjar unit pilosebaseus disertai dengan adanya sumbatan keratin kulit. Unit pilosebaseus merupakan kesatuan unit folikel rambut, kelenjar sebaseus, dan otot rambut penyerta. Sedangkan yang dimaksud keratin adalah lapisan paling luar dari ari (Dewi, 2009)

Masalah jerawat dapat memberikan kesan psikologis yang buruk pada penderitanya. Pada tahap ini faktor percaya diri serta aktivitas pergaulan sosial menjadi amat penting. Walaupun masalah ini dianggap ringan dan bisa diobati sendiri, namun jerawat juga menimbulkan kesan fisikal dan emosi yang sering kali berkaitan dengan masalah harga diri, keyakinan terhadap diri sendiri dan pergaulan sosial.

Jerawat yang timbul bisa ringan hingga parah yang menyebabkan kista atau nodul. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi folikel rambut pada kulit, penyumbatan keratin, serta minyak. Dalam hal ini bakteri yang hidup di kulit juga bisa turut berperan (Adhy, 2012).

Kecemasan merupakan reaksi terhadap stres yang dialami sehari-hari.

Prevalensi cemas pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 63,8%, sedangkan prevalensi depresinya adalah 6 – 66,5% (Abdulghani, 2011). Penelitian di Amerika Serikat dan Kanada tahun 2006 menunjukkan 43% mahasiswa kedokteran mengalami kecemasan (Dyrbye, 2006) dan di Indonesia yaitu pada penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga didapatkan sebesar 45%

(18)

2 (Ismiyati, 2010). Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi cemas dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran relatif lebih tinggi daripada mahasiswa fakultas lain.

Melihat fenomena di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin” dengan sampel diambil dari angkatan 2014-2017

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2017”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2017

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran prevalensi mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin yang terkena acne vulgaris

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin

(19)

3 3. Untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan akne vulgaris, dalam hal

harga diri atau kepercayaan diri penderita

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Universitas Hasanuddin

Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi almamater dan dapat dijadikan sebagai dibahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian sejenis.

1.4.3 Bagi Peserta

Memberikan informasi tentang hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya jerawat.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan.

(20)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cemas

2.1.1 Definisi

Adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suratno, 2005). Kecemasan (anxiety) sebetulnya merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan fobia (phobia), karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun (Jenny, 2012).

2.1.2 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang

diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe) (Tawi, 2012).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian clinical trial. Skala HARS telah dibuktikan

(21)

5 memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian clinical trial yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel.

Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi: (Tawi, 2012).

a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.

b. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pemapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

(22)

6 k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan

muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, rambut kulit berdiri, pusing, atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat (Tawi, 2012).

2.1.3 Penilaian Tingkat Kecemasan

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: (Tawi, 2012)

0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:

1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

(23)

7 3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat (Tawi, 2012).

2.1.4 Tingkat Kecemasan

Tingkat Kecemasan menurut Peplou terbagi atas : (Suratno, 2005) a. Kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Kecemasan Sedang

1. Individu berfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

2. Pasutri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi.

3. Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.

c. Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

(24)

8 d. Panik

Individu kehilangan kendali diri, tidak melakukan apapun meskipun dengan perintah.

Berkurangnya kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional (Suratno, 2005).

2.1.5 Faktor Predisposisi Kecemasan a. Teori Psikoanalitik

1. Konflik emosinal terjadi antara 2 elemen kepribadian : id dan super ego.

2. Id : mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang.

3. Superego: mencerminkan hati nurani seseorang dan dikenalkan oleh norma budaya seseorang .

4. Ego : menengahi tuntutan dari 2 elemen yang bertentangan.

5. Fungsi ansietas atau cemas: mengingatkan ego bahwa ada bahaya (Suratno, 2005).

b. Teori interpersonal

1. Menurut “Sullivan”, cemas tibul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.

2. Orang dengan harga diri rendah, mudah mengalami kecemasan yang berat.

c. Teori Perilaku

(25)

9 1. Kecemasan merupakan hasil dari frustasi akibat berbagai hal, yang mempegaruhi

individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan, lebih sering menunjukan kecemasan pada kehidupan selanjutnya (Suratno, 2005).

d. Teori Keluarga

Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.

e. Teori Biologik

1. Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepine, reseptor tersebut berfungsi mengatur kecemasan. Hal ini berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter gamma amino butyric acid (gamma), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang bertujuan menghasilkan kecemasan.

2. Individu yang sering mengalami kecemasan, mempunyai masalah dengan proses neurotransmitter ini (Suratno, 2005).

2.2 Acne vulgaris (Jerawat) 2.2.1. Definisi Acne vulgaris

Acne merupakan inflamasi yang paling sering terjadi pada kelenjar pilosebaceous yang dikarakteristikkan dengan produksi berlebihan sebum dan keberadaan komedo, papul, pustul, dan kista (Rycroft et al. 2010). Inflamasi kronis

(26)

10 acne vulgaris berpengaruh pada daerah seborrhoic, terutama pada dada (15%), wajah (99%), dan punggung (60%). Lesi yang muncul ditandai dengan keberadaan komedo, erupsi papular, erupsi pustular, kista purulen, dan skar (Bergler-Czop et al.2013;Layton 2010).

2.2.2 Epidemiologi Acne

Acne vulgaris adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh masyarakat. Prevalensi Acne vulgaris yang terjadi di berbagai negara umumnya terjadi pada remaja dengan persentase lebih dari 80% (Rzany 2006; Bergler-Czop et al.2013; Jankovic 2012).

Sementara kejadian acne pada usia yang lebih tua justru menunjukkan penderita perempuan lebih tinggi daripada laki-laki (Adityan 2009). Berdasarkan American Academy of Dermatology Classification, ada 25,2% pasien dengan acne ringan, 50,5% dengan acne sedang/moderat, dan 24,3% dengan acne berat (Behnam 2013).

2.2.3. Faktor Predisposisi Acne Vulgaris

Acne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifactor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya acne adalah:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita acne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa acne terdapat pada 45%

(27)

11 remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne, dan hanya 8% bila kedua orang tuanya tidak menderita acne.

2. Faktor ras.

Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita acne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan acne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.

3. Hormonal.

Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi acne. Pada wanita, 60-70% acne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.

4. Diet.

Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan acne bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.

5. Iklim.

(28)

12 Cuaca yang panas dan lembab memperburuk acne. Hidrasi pada stratum korneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk acne.

6. Lingkungan.

Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres.

Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional.

Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008).

2.2.4. Gejala Klinis Acne Vulgaris

Acne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, punggung atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak

(29)

13 rambut (acne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999). Acne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika.

Komedo adalah gejala patognomonik bagi acne berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo).

Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (Wasitaatmadja, 2007).

2.2.5. Klasifikasi Acne vulgaris

Klasifikasi Acne vulgaris dibagi berdasarkan tingkat keparahannya. Tingkat keparahan ini sendiri ditentukan berdasarkan sistem skor (scoring system) pada tahun 1956, Pillsburry, Shelley, dan Kligman membagi tingkat keparahan Acne berdasarkan (Adityan 2009):

 Grade 1: Komedo dan kista kecil pada wajah

 Grade 2: Komedo dengan pustul dan kista kecil pada wajah

 Grade 3: Banyak komedo, papul dan pustul inflamatory kecil maupun besar yang ekstensif, tetapi hanya mengenai wajah

 Grade 4: Komedo yang banyak dan lesi yang dalam bergabung dan membentuk kanal, dan melibatkan wajah serta bagian atas batang tubuh.

(30)

14 2.2.6. Patogenesis Acne vulgaris

Akne memiliki patogenesis yang multifaktorial, tetapi secara umum dapat diidentifikasikan ke dalam empat faktor, yaitu (1) hiperproliferasi epidermis folikular, (2) produksi sebum yang berlebihan, (3) aktivitas Propionibacterium acnes, dan (4) inflamasi. Hiperproliferasi epidermis folikular menyebabkan pembentukan lesi primer akne, yaitu mikrokomedo yang membuat penyumbatan folikel. Terjadinya hiperproliferasi epidermis folikular dipengaruhi oleh penurunan asam linoleat kulit dan adanya peningkatan aktivitas IL-1, sehingga menyebabkan infundibulum atau folikel rambut bagian atas menjadi hiperkeratotik dan bertambahnya kohesi keratinosit sehingga menyumbat muara folikel rambut.Kemudian, folikel rambut berdilatasi akibat adanya akumulasi keratin, sebum, dan bakteri sehingga membentuk mikrokomedo yang makin membesar dan ruptur dinding folikel.Respon tubuh terhadap ini adalah inflamasi. Tipe sel predominan yang berperan dalam 24 jam pertama rupturnya komedo ini adalah limfosit. Limfosit CD4+ ditemukan di unit pilosebaseus, sedangkan limfosit CD8+

ditemukan di perivaskuler. Satu hingga dua hari setelah komedo ruptur, netrofil menjadi sel predominan yang mengelilingi mikrokomedo. Hormon androgen juga berperan pada folikel keratinosit untuk menstimulasi hiperproliferasi melalui dihidrotestosteron (DHT) sebagai poten androgen serta bekerja pada aktivitas sebosit yang berlebih.

Patogenesis yang kedua ialah kelebihan produksi sebum yang berasal dari kelenjar sebacea. Salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida berperan dalam

(31)

15 patogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas oleh P. acnes sebagai flora normal unit pilosebacea. Asam lemak bebas ini mempengaruhi kolonisasi P. acnes, mendorong terjadinya inflamasi, dan proses komedogenik.

Aktivitas P. acnes juga dapat menyebabkan proses inflamasi. P. acnes merupakan bakteri gram positif dan anaerob yang ditemukan di folikel sebasea. Dinding sel P.

acnes terdiri dari antigen karbohidrat yang menstimulasi perkembangan antibodi.

Antibodi anti-propionibakterium menambah respon inflamasi dengan mengaktivasi komplemen yang menginisiasi pro-inflamasi. Propionibacterium acnes juga menyebabkan respon inflamasi dengan mengeluarkan respon hipersensitivitas yang lambat dan dengan memproduksi lipase, protease, hialuronidase, dan faktor kemotaktis.

2.2.7.Pengobatan Acne Vulgaris

Pengobatan acne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.

a) Pengobatan topikal.

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel acne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.

(32)

16 b) Pengobatan sistemik.

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.

c) Bedah kulit.

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut akibat acne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).

2.2.8. Pencegahan Acne Vulgaris

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran.

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya;

(33)

17 menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).

(34)

18 BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Keadaan Cemas

HPA

(Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis) Hormon Androgen ↑

Testosteron Androgen → Dihidrotestosteron

Produksi sebum ↑

Proliferasi dan diferensiasi sebosit

Aktivasi Propinobacterium acne

Inflamasi

Kerusakan folikel sebasea

Acne vulgaris

Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan:

Hereditas Faktor resiko yang

dapat dikendalikan:

1. Kosmetik 2. Obat

kortikosteroid 3. Hormone 4. Diet

5. Kebersihan

(35)

19 3.2 Kerangka Konsep

3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur

Skala ukur

Kategori Tingkat

kecemasa n

Hal-hal yang perlu di ukur untuk tingkat kecemasan antara lain:

perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic, gejala sensorik, gejala kardiovaskular, gejala pernafasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenitalia, gejala otonom, dan perasaan

Memberi- kan angket dengan cara memberi kuesioner

Kuesi oner

Ordinal  <6 (tidak cemas)

 7-14 (cemas ringan)

 15-27 (sedang)

 >27 (berat)

Acne vulgaris

Hal-hal perlu diukur mengenai jerawat.

Memberi- kan angket dengan cara membagi kuesioner

Kuesi oner

Ordinal Tidak acne:

Grade 0 Acne vulgaris:

 Grade 1

 Grade 2

 Grade 3

 Grade 4

Tingkat kecemasan Acne vulgaris

= Variabel dependen Keterangan :

= Variabel independen (

-

(36)

20 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik yaitu bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2017. Desain yang digunakan peneliti menggunakan pendekatan cross sectional yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2018.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin

(37)

21 4.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan yaitu mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin angkatan 2014-2017. Estimasi besar sampel yang diperlukan yaitu sebesar 150 sampel, dengan jumlah sampel untuk setiap angkatannya yaitu 37-38 orang.

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ini dengan cara stratified random sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti.

Sampel diambil dari mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling, artinya semua subyek yang memenuhi syarat kriteria inklusi akan diikutsertakan dalam penelitian ini dan sampel diambil dari 4 kelompok yaitu mahasiswa angkatan 2014, 2015, 2016, dan 2017 yang kiranya mewakili tiap kelompok tersebut. Pemilihan menggunakan cara stratified random sampling adalah dengan pertimbangan bahwa cara tersebut secara teknis lebih sesuai dengan penelitian ini. Banyaknya subyek yang diambil sesuai dengan besar sampel yang telah dihitung sebelumnya.

4.4 Kriteria Sampel 4.4.1 Kriteria inklusi

 Mahasiswa pendidikan dokter angkatan 2014-2017.

(38)

22

 Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani

informed consent 4.4.2 Kriteria eksklusi

 Mahasiswa yang meminum obat-obatan hormonal

 Tidak mengisi kuisioner secara lengkap

 Tidak mengembalikan lembar kuisioner

4.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian 4.5.1 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara mandiri oleh peneliti

4.5.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pnelitian ini adalah kertas kuisioner yang digunakan untuk mencatat informasi dari responden

4.6 Alur Penelitian

4.6.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti menggunakan perangkat kuisioner sesuai standar yang dibagikan kepada responden.

4.6.2 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data dan dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel.

(39)

23 4.6.3 Penyajian data

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram menurut variabel sesuai dengan tujuan disertai penjelasan

4.7 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika dengan penelitian dalam penelitian ini adalah 1. Sebelum melakukan penelitian maka penliti akan meminta izin pada

berbagai instansi terkait,

2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

(40)

24 BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan September hingga Desember 2017 di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris pada mahasiswa pendidikan dokter. Hasil penelitian berupa data primer yang didapatkan dari kuesioner dengan metode stratified random sampling dengan total sampel 150 orang.

Data sampel yang telah diambil kemudian dikelompokkan dan diolah berdasarkan jenis kelamin, umur, penggunaan produk kosmetik, masalah menstruasi, kejadian acne, dan tingkat kecemasan, sehingga diketahui distribusi karakteristik dari responden berdasarkan hal tersebut.

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk tabel dan diagram.

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Berikut distribusi karakteristik sampel yang diambil di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

(41)

25 Jenis Kelamin (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 56 37.3

Perempuan 94 62.7

Total 150 100

Diagram 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Laki-laki Perempuan

FREKUENSI

JENIS KELAMIN

Berdasarkan tabel dan diagram 5.1 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang diperoleh, distribusi terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah pada kelompok perempuan sebanyak 94 orang (62.7%), kemudian pada kelompok laki-laki sebanyak 56 orang (37.3%),

(42)

26 Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

Pengobatan jerawat Frekuensi (n) Persentase (%) Ya, menggunakan obat oral ataupun topikal 23 15.3 Ya, menggunakan produk yang dijual di pasaran 43 28.7

Tidak 84 56

Total 150 100

Diagram 5.2 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Obat oral atau topikal dokter

Obat pasaran Tidak

FREKUENSI

PERNAH TIDAKNYA MELAKUKAN PENGOBATAN

Berdasarkan tabel dan diagram 5.2 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang diperoleh, distribusi terbanyak berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan

(43)

27 jerawat adalah pada kelompok yang tidak melakukan pengobatan sebanyak 84 orang (56%), di urutan kedua berada pada kelompok yang melakukan pengobatan jerawat menggunakan obat-obat yang dijual di pasaran sebanyak 43 orang (28.7%), dan yang paling sedikit pada kelompok yang melakukan pengobatan jerawat menggunakan obat oral topical dokter sebanyak 23 orang (15.3%).

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan kejadian acne vulgaris di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

Acne Frekuensi (n) Persentase (%)

0 12 8

1 76 50.7

2 48 32

3 9 6

4 5 3.3

Total 150 100

Diagram 5.3 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

(44)

28

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 1 2 3 4

FREKUENSI

DERAJAT ACNE

Berdasarkan tabel dan diagram 5.3 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang diperoleh, distribusi terbanyak berdasarkan kejadian acne vulgaris adalah pada kelompok acne derajat 1 sebanyak 76 orang (50.7%), di urutan kedua berada pada kelompok acne derajat 2 sebanyak 48 orang (32%), di urutan ketiga berada pada kelompok acne derajat 0 sebanyak 12 orang (8%), di urutan keempat berada pada kelompok acne derajat 3 sebanyak 9 orang (6%), dan yang paling sedikit pada kelompok acne derajat 4 sebanyak 5 orang (3.3%).

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan tingkat kecemasan di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

Tingkat kecemasan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak cemas 33 22

Cemas ringan 64 42.7

Cemas sedang 39 26

Cemas berat 14 9.3

(45)

29

Total 150 100

Diagram 5.4 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat pada sampel di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September – Desember 2016

0 10 20 30 40 50 60 70

Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat

FREKUENSI

Tingkat Kecemasan

Berdasarkan tabel dan diagram 5.4 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang diperoleh, distribusi terbanyak berdasarkan tingkat kecemasan adalah pada kelompok cemas ringan sebanyak 64 orang (42.7%), di urutan kedua berada pada kelompok cemas sedang sebanyak 39 orang (26%), di urutan ketiga berada pada kelompok tidak cemas sebanyak 33 orang (22%), dan yang paling sedikit adalah kelompok pada cemas berat sebanyak 14 orang (9.3%).

(46)

30 Tabel 5.5 Uji Chi Square

Kecemasan

Total p-value tidak cemas cemas ringan cemas sedang cemas berat

Acne

Grade 0 3 7 2 0 12

0,000

Grade 1 24 42 9 1 76

Grade 2 6 15 23 5 48

Grade 3 0 1 4 4 9

Grade 4 0 0 1 4 5

Total 33 65 38 14 149

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris dengan didapatkannya p = 0,00 (p<0.05).

Hubungan tingkat kecemasan dan acne vulgaris berbanding lurus di mana semakin tinggi tingkat kecemasannya, semakin tinggi pula derajat acnenya.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Yosipovitch et.al pada siswa di Singapura disebutkan bahwa kecemasan dapat menimbulkan eksaserbasi akne vulgaris dan juga peningkatan asam lemak bebas dalam wajah (Yosipovitch, at.al, 2007). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Ika dari Universitas Muhammadiyah Surakarta pada siswa SMPN 4 Ngawi disebutkan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan angka kejadian akne vulgaris dengan nilai p=0,044 (p<0,05) (Ika, 2015). Dengan demikian penelitian ini adalah salah satu penelitian yang memperkuat dan membuktikan bahwa kecemasan merupakan salah satu penyebab timbulnya jerawat.

(47)

31 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris di lingkungan Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September-Desember 2016.

didapatkan sampel sebanyak 150 orang (stratified random sampling), maka dapat disimpulkan beberapa hal yakni :

1. Karakteristik sampel berdasarkan umur terbanyak pada kelompok perempuan.

2. Berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan jerawat, terbanyak ditemukan pada kelompok yang tidak melakukan pengobatan.

3. Berdasarkan derajat acnenya, paling banyak pada kelompok dengan derajat acne 1.

4. Berdasarkan tingkat kecemasannya, paling banyak pada kelompok dengan tingkat kecemasan cemas ringan

5. Dari uji chi-square, didapatkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris, dengan diperolehnya p=0,00 (p<0.05)

6.2 Saran

Setelah melakukan penelitian ini di lingkungan prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode September-Desember 2016, dapat diberikan saran berupa:

(48)

32 1. Bagi mahasiswa, diharapkan agar dapat mencari tahu lebih banyak tentang acne

vulgaris dan melakukan pengobatan yang tepat pada acne

2. Bagi instansi pendidik, diharapkan agar dapat memberikan informasi penting terkait acne dan membuat program-program yang dapat mengurangi tingkat kecemasan mahasiswa.

3.

Bagi penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menggunakan lebih banyak sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai harapan.

(49)

33 DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani, M. 2008. Aspek psikis dan Akne Vulgaris .Ilmu Penyakit Kulit Psikologis. Jakarta.

Adhy S. 2008. Kejadian dan faktor resiko akne vulgaris. Media Med Indones. 37-43 Adhy, I.A. 2003. Knowledge, beliefs and perception of youth toward acne vulgaris, Saudi Med Journal. Available from

Dyrbye, R. M., Sameer, M. K. dan Ganaraja, B. 2011. Eustress in Education:

Analysis of the Perceived Stress Score (PSS) and Blood Pressure (BP) during Examinations in Medical Students. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 5(7), 331-1335.

Jenny, S. 2007. Analisis Data Penelitian Deskriptif. Dalam: Arikunto, S., ed.

Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 262-296.

Brown, G.R. and Burns, T. 2005. Akne, Erupsi, Akneiformis, dan Rosasea. Lecture Notes : Dermatology . Ed8. Jakarta : Erlangga, pp: 55-65

Cordain, L., Hurtado, M., Eaton, S.B., 2002. Acne vulgaris: A disease of Western Draelos JD. 2009. Skin care maintenance product. Dalam Atlas of cosmetic dermatology, Churcill Livingston. 77-82

Dewi, D., Hamzah, M., Aisyah, S. 2005. Akne vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi 5, Jakarta

Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris..

El-Masry, R., Ghreiz, S. M., Helal, R. M., Audeh, A. M. dan Shams, T. 2013.

Perceived Stress and Burnout among Medical Students during the Clinical Period of Their Education. Ibnosina J Med BS 2013,5(4), 179-188.

Folkman, L., et al. 2001. Psyhososial impact of acne vulgaris. evaluation of therelation between a change in clinical acne severity and psychosocial state.

Dermatology.2001: 203(2):124-30.

(50)

34 Gunawan ,B . 2007.Stres dan Sistem Imun Tubuh : Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi . Cermin DuniaKedokteran. 154 : 13-16.

Harahap, M.2000. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta : Hipocrates. Hal 35-45

Ismiyati. 2009. Hubungan Tingkat stres dan Keberssihan Diri dengan Akne Vulgaris.

Lili. 2010. Perawatan Kulit pada Akne. Medicinal Jurnal Kedokteran Indonesia.

17 – 19.

Murti Bhisma.2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi,edisi kedua jilid Pertama. Penerbit Gajah Mada University Press.;226-246.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi2;

perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan, Jakarta.

Siregar , R. S. 2001. Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed.

Carolin wijaya & Peter Anugrerah, Cetakan III, EGC, Jakarta. Sulastomo E. 2013.

Kulit Cantik dan Sehat, Mengenal dan Merawat Kulit. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 3 – 62

Suratno, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan : Rineka Cipta.Nursalam, Jakarta.

Tawi.P, Aliyah.M .2002. Aspek Psikiatri Acne Vulgaris, Syamsulhadi., ed.Simposium Acne Tinjauan Klinis dan Psikologis Sertapenatalaksanaannya.

Surabaya Jakarta.

Wasitaadmadja Syarif M.2008. Akne vulgaris, Rosasea, Rinofima. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit UI, Hal 231-365

Wasitaatmadja, S., 2002, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofema, Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin, Ed. Adhi Djuanda, Edisi ke-3, Cetak Ulang 2002 dengan perbaikan, FKUI.

(51)

35 DATA DIRI PENELITI

Nama Lengkap : Richard Winardi

Nama Panggilan : Richard

NIM : C11114337

Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 24 November 1997

Agama : Buddha

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jurusan / Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran Nama Orang Tua : Ayah: Wijoyo Suwono

Ibu: Suherlin Chow

Anak ke : 3 (tiga)

Alamat : Jalan Yos Sudarso No. 300/3B, Makassar

Telepon : 082189562763

Email : richardwinardi@yahoo.com

(52)

36 Riwayat Pendidikan :

1. SD Santo Joseph (2003-2009) 2. SMP Katolik Rajawali (2009-2011) 3. SMA Katolik Rajawali (2011-2014)

4. Fakultas Kedokteran Unhas (2014-sekarang)

Pengalaman Organisasi : 1. MYRC FK UNHAS

2. Ikatan Mahasiswa Kedokteran Buddhis (IMKIS) 3. Medical English Conversation Society (MECS)

Referensi

Dokumen terkait

(2019) ‘Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Stressor pada Mahasiswa Kedokteran Tahun Pertama Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian mahasiswa tingkat akhir (angkatan 2012) program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang,

Komunikasi antar pengguna jasa dan sopir taksi online mengunakan aplikasi yang sudah disediakan hingga percakapan apapun bisa di sampaikan melalui hal tersebut, dari

pendidikan musik UPI dan sejak tahun 2004 belum pula kurikulum yang dipakai belum mengalami perubahan sampai saat ini. Pada dasarnya, mempelajari alat musik Flute

Program pendidikan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin menjadi pusat pendidikan

Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin menjadi salah satu institusi pendidikan dokter spesialis

Artinya, unsur Dewan Guru sebagai Komite Sekolah sudah menganggap bahwa peran Komite Sekolah dalam mendukung kelancaran pembelajaran sudah berjalan dengan baik,

- Mengetahui kondisi stok terkini (standing stok) di WPP NRI-PD 433 (DAS Citarum, Banten) - Mengetahui Potensi Produksi Perikanan di WPP NRI-PD 433 (DAS Citarum, Banten) -