BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah upaya menemukan fakta terhadap fenomena yang ada di masyarakat atau kelompok tertentu dan peneliti akan menggunakan cara pandang/filosofi dalam mencari kebenaran tersebut. Paradigma juga berisi pegangan cara berfikir peneliti selama penelitian (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1995, p. 49).
Paradigma penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah fenomenologi.
Fenomenologi adalah paradigma yang berusaha mempelajari prilaku manusia dari kerangka berpikir hingga tindakan-tindakan yang dilakukan orang tersebut.
Melalui paradigma penelitian ini, peneliti mencoba mencari data berupa pengalaman dari pihak-pihak yang terkait pada tradisi Petekan berupa proses komunikasi ritual tradisi Petekan sebagai simbol kearifan pandangan seks bebas terhadap wanita Tengger pada Desa Ngadas.
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan penelitian kualitatif. Peneliti ingin mencari tau wujud dan tindakan manusia melalui analisis kualitatif. Adapun pendekatan kualitatif yang dimaksudkan adalah dilakukannya penelitian untuk mempelajari mengenai apa yang dirasakan dan dijalani oleh subjek selaku pihak yang mengikuti fenomena tersebut secara mendalam serta dideskripsikan oleh peneliti dalam bentuk narasi dengan berbagai metode ilmiah yang berlaku (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007)
Kualitatif dipilih peneliti agar dapat mengamati dan meneliti fenomena yang terjadi dimasyarakat guna mencari data atau informasi guna mencapai tujuan dari peneliti. Melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan subjek dan informan Tradisi Petekan akan diperoleh data dan informasi penting. Sehingga pendekatan ini agar peneliti dapat mengerti bagaimana proses Komunikasi Ritual Tradisi Petekan sebagai
simbol kearifan pandangan seks bebas terhadap wanita Tengger bisa lebih mendalam dan bermakna.
3.3 Tipe dan Dasar Penelitian
Adapun tipe pendekatan penelitian ini adalah interpretatif. Menurut Sugiono, tipe pendekatan interpretatif menfokuskan kepada upaya mempelajari kerangka berfikir dari objek yang dipelajari dan dari pemikiran sosial.
Maksudnya adalah melibatkan perspektif manusia mengenai kenyataan yang terjadi dan kenyataaan yang nyata apa adanya sehingga terciptanya objektifitas.
Melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain, manusia akan selalu membuat realitas sosial secara berkelanjutan. Tujuan interpretatif adalah menganalisis realita sosial dan bagaimana realita sosial tersebut terbentuk. Tipe interpretative berasumsi bahwa kontruksi sosial adalah akses menuju realitas.
Kontruksi sosial adalah berupa metafora dan semua pengertiannya
Dasar pada penelitian yang digunakan adalah metode Etnografi komunikasi yang dikemukaan oleh Prof. Dr Engkus Kuswarno, M.S. Adapun fokus kajian dari Etnografi Komunikasi adalah prilaku-prilaku komunikatif suatu masyarakat yang pada kenyataannya banyak dipengaruhi oleh aspek-aspek sosiokultural, seperti kaidah-kaidah interaksi dan kebudayaan. Disimpulkan bahwa prilaku komunikasi memiliki sebuah kekhasan. Etnografi juga menyebutkan apabila adanya perbedaan struktur pembicaraan dan budaya yang dianut kelompok masyarakat maka akan membuat seluruh komunikasi yang terjadi juga berbeda.
Menurut Seville – Troike, yang menjadi fokus dari kajian Etnografi Komunikasi adalah masyarakat tutur (Speech Community), yang didalamnya mencakup ( (Kuswarno, 2008):
A. Cara-cara bagaimana komunikasi itu dipola dan diorganisasikan sebagai sebuah sistem dari peristiwa komunikasi.
B. Cara-cara bagaimana pola komunikasi itu hidup dalam interaksi dengan sistem komponen budaya lain.
Sehingga mengumpulkan data deskriptif (menggambarkan dari aspek narasi) dan dilakukannya analisis seputar bagaimana makna-makna sosial diaplikasikan dalam konteks berkomunikasi (Kuswarno, 2008).
Observasi langsung dimana peneliti akan turut serta dalam berkehidupan masyarakat baik sebagai pengamat dan peserta, melakukan wawancara dan studi dokumentasi merupakan cara-cara peneliti dalam memperoleh data (Machmud, 2018).
Peneliti bertekad kuat untuk mempelajari, menjelaskan dan meninterpretasikan pola-pola komunikasi, nilai dan kepercayaan begitu juga dengan bahasa yang ada di masyarakat Suku Tengger pada Tradisi Petekan.
Itulah alasan kuat mengapa peneltii memilih Etnografi Komunikasi sebagai dasar metode penelitian peneliti pada skripsi kali ini.
3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian
I. Penelitian akan dilaksanakan di Desa Ngadas Kidul Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Pemilihan Desa Ngadas Kidul karena Desa Ngadas kidul merupakan salah satu desa asal Suku Tengger dan satu- satunya desa yang masih meneruskan tradisi Petekan.
II. Waktu yang digunakan penelitian yakni sejak dikeluarkannya ijin untuk penelitian dalam waktu 1 (satu) bulan, sekaligus upaya memperoleh data dan mengolahnya. Karena, metode penelitian etnografi adalah menginterpretasikan perilaku dan membutuhkan waktu yang lebih untuk observasi pada masyarakat Suku Tengger agar mendapatkan data yang maksimal.
3.5 Sumber Data
Subjek penelitian merupakan sumber data yang di mintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Subjek disini merupakan seseorang yang berpartisipasi dalam ritual adat tersebut. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh (Arikunto, 2002).Menurut Websters New Collegiate Dictionary, seorang subjek ialah
seseorang pembicara asli yang mampu bercakap dengan kata, frasa dana kalimat dalam bahasa kebudayaannya sebagai sumber informasi dari peneliti. Oleh peneliti, subjek diminta untuk berbicara dalam bahasanya sendiri, memberi model untuk dicontoh oleh peneliti, dan menjabarkan pengalaman dan makna budaya kepada peneliti. Secara harfiah, subjek menjadi guru bagi peneliti.
Adapun kriteria-kriteria subjek yang dicari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pihak yang berenkulturasi penuh atau mengetahui kebudayaan Tengger secara utuh.
2. Pihak memiliki keterlibatan langsung kepada budaya Tengger.
3. Pihak yang bersedia mengajari peneliti mulai dari bahasa, perspektif, kepercayaan dan nilai-nilai budaya Tengger.
Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi pada tradisi, pelaksanaan tradisi, manfaat dari tradisi dan faktor yang mempengaruhi tradisi dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat mengungkap hal diatas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Ngadas. Lalu dalam upaya mencari subjek penelitian yang dibutuhkan, peneliti akan mengaplikasikan teknik Snow ball sampling, teknik tersebut adalah cara dalam menentukan subjek lain dengan rekomendasi subjek sebelumnya dan hal ini dilakukan beriringan dengan penelitian tersebut, hingga tercapainya jumlah subjek yang dirasai telah menggambarkan data yang dibutuhkan (Machmud, 2018).
Kemudian, peneliti juga mencari informan untuk menambah informasi yang diperlukan. Informan merupakan seseorang yang dapat memberikan informasi tentang kenyataan dan kondisi background yang diteliti (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007). Cara peneliti mendapatkan informan pun juga menggunakan teknik Snow ball sampling, dimana peneliti akan menanyakan kepada subjek, pihak-pihak yang seharusnya ditemui lagi guna memperoleh informasi yang mendukung penelitian. Informan disini boleh pihak yang tidak
terlibat langsung dalam prosesi ritual tapi cukup mengetahui mendalam dengan ritual yang diteliti dengan pengalaman dan tinggal didaerah ritual.
Selain itu ada pula pendekatan secara personal juga akan dilakukan oleh peneliti kepada subjek dan informan agar dalam pencarian data, subjek dan informan akan bekerja sama.Pendekatan yang dilakukan secara bebas dengan suasana yang nyaman, sehingga tercipta hubungan yang cukup “dekat dan hangat” sehingga narasumber tidak terlalu tertekan dan data yang diperoleh juga luas dan mendalam tetapi tetap memperhatikan unsur terpimpin oleh peneliti untuk topik pembicaraannya.
3.5.1 Data Primer
Sumber data asli adalah data utama. Dalam upaya memperoleh data dan informasi peneliti akan melakukan observasi partisipan di lokasi Desa Ngadas Kidul dan melakukan wawancara etnografi dengan subjek kriterianya sesuai dengan masyarakat desa tersebut. Dan juga peneliti tetap berupaya mendapatkan informasi dari informan jika informasi tersebut bisa membantu melengkapi data peneliti. Peneliti akan membuat catatan kecil (catatan lapangan etnografis) untuk menulis sumber data primer maupun perekam suara.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari gambar atau foto, buku, majalah, artikel atau penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Burhan Bungin (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah
“dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”. Ditambah lagi, Suharsimi Arikunto (Arikunto, 2002) berpendapat bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Dalam upaya mengumpulkan data, Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data Etnografi dari James P. Spreadley
(Spradley, 2007) yang juga selaras dengan 3 teknik pengumpulan data Etnografi Komunikasi dari Creswell. Dimana peneliti akan mengaplikasikan penelitian 12 alur maju bertahap. Dimana peneliti akan berupaya melakukan wawancara etnografis kepada informan, observasi partisipan, dan studi dokumentasi.
3.6.1 Metode Wawancara
Wawancara merupakan upaya mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan, berhadapan muka dan dengan arah pembicaraan dan tujuan yang telah ditetapkan Definisi lain juga menyebutkan aktivitas tanya jawab merupakan upaya peneliti untuk menemukan permasalahan yang hendak diteliti, juga guna mengetahui hal-hal mendalam dari narasumber (Sugiyono, 2007:137). Anas Sudijono (1996: 82) adapun kelebihan dari wawancara adalah peneliti dapat melakukan interaksi atau kontak secara langsung dengan narasumber, sehingga bisa mengungkapkan isi hati secara luas, bisa melakukan pengulangan apabila ada ketidakjelasan, dan pewawancara bisa mengarahkan pembicaraan sehingga data lebih mendalam dan lebih bermakna.
Dalam melakukan wawancara, peneliti akan berupaya meningkatkan keterampilan menyimak dengan baik serta kemampuan baik dalam mengkurasi informasi sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan berupaya mencari data yang memenuhi kebutuhan informasi. Dalam menerapkan teknik-teknik wawancara juga diharuskan peneliti untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan yang berguna, meski wawancara tidak langsung dapat menarik kesimpulan, sehingga wawancara membutuhkan ketekukanan untuk dilakukan. Lalu tidak lupa juga peneliti akan membuat note atau catatan, peneliti juga perlu menyiapkan alat perekam suara dan alat perekam gambar bila perlu untuk melakukan rekaman data. Peneliti lalu akan melakukan pengumpulan data dan membuat beberapa klasifikasi data yang diperoleh. Wawancara ini juga akan dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan secara terbuka guna mendapatkan data yang akurat.
Treatment yang peneliti lakukan adalah wawancara etnografis, dimana pada prakteknya peneliti mewawancarai subjek dan informan dengan cara sekedar
melakukan percakapan biasa, tetapi di dalam percakapan tersebut peneliti memasukkan beberapa pertanyaan etnografis:
1. Pertanyaan Deskriptif. Pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan menjabaran lebih luas dari subjek terhadap fenomena budaya yang diteliti.
2. Pertanyaan Struktural. Pertanyaan yang meminta narasumber untuk menyebutkan unsur unsur domain dalam kebudayaan.
3. Pertanyaan Kontras. Pertanyaan ini memungkinkan pewawancara mendapatkan dimensi makna dari subjek dalam membedakan bermacam- macam objek dan peristiwa pada dunia subjek.
3.6.2 Metode Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data berbentuk pengamatan yang memungkinkan peneliti untuk dapat mengamati objek secara cermat dan detail.
Marshal menyebutkan bahwa “trough observation, the researcher learns about behavior and the meaning attached to those behavior”. Dengan dilakukannya observasi maka peneliti akan mempelajari sikap dan arti pendekataan dari sikap-sikap tersebut (Sugiono, 2007).
Dalam observasi, peneliti akan berupaya melakukan pengamatan untuk diperolehnya data terhadap kegiatan yang sedang berjalan. Peneliti akan langsung mengamati kondisi dilapangan, kondisi fisik dan tindakan yang terjadi dalam masyarakat selama penelitian guna mendapatkan data keadaan tempat dan tingkah laku subjek penelitian.
Menurut Kuswarno (Kuswarno, 2008) memasuki komunitas atau kelompok yang diteliti merupakan media tradisional yang digunakan peneliti dalam mencari data disebut observasi partisipan. Dengan begitu, peneliti akan mendapatkan beberapa peran yang digunakan anggota masyarakat guna untuk merasakan kedekatan nilai-nilai dan pola-pola komunitas yang ada.
Macam observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah Observasi Partisipan. Observasi ini bersifat eksploratif sehingga memungkinkan peneliti menjadi bagian dalam kehidupan bermasyarakat yang diobservasi. Sebagai tambahan, selama observasi dilakukan maka peneliti akan sebisa mungkin
membuat memo atau note (catatan kecil berupa catatan anekdot, catatan berkala, daftar pengamatan) mengenai buah pemikiran peneliti terhadap pengamatan yang diamati sebagai informasi yang dapat membantu.
3.6.3 Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (Arikunto, 2002) metode dokumentasi adalah upaya mengumpulkan data dari catatan tertulis yang pernah ada sebelumnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti bisa berbentuk buku, majalah, tabloid, transkip, catatan notulen dalam rapat dan lain-lain. Hadari Nawawi (Nawawi, 2005) menyebutkan pengumpulan data dari catatan tertulis seperti arsip-asip yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dokumentasi adalah data historis yang meliputi data berupa fakta dokumenter atau yang telah dibuat seseorang sebelumnya. Peneliti akan berupa mendapatkan data baik berupa gambar atau video atau dokumen penting yang terkait dengan tindakan komunikasi masyarakat Desa Ngadas. Salah satu buku yang akan jadi literatur tambahan untuk semakin mengerti tentang tradisi Petekan dan masyarakat Ngadas adalah buku berjudul “Tradisi Petekan: Test Keperawanan dari Negeri Kayangan” yang ditulis oleh Bapak Rendra Kresna selaku Bupati Malang yang mengantarkan beliau meraih gelar doktor dengan predikat cumlaude. Peneliti juga akan menonton video dokumenter yang telah dibuat di Desa Ngadas oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM 2018 yang berjudul “Petekan”.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data ialah proses pengumpulan data dan disusun secara sistemastis sehingga data tersebut dapat dipahami dan hasilnya dapat dibagikan kepada orang lain. Upaya mengelompokkan data, memjelaskan secara merinci dan berpola, sehingga penting dan dapat dipelajari lalu disebarkan kepada orang lain (Sugiono, 2007).
Adapun teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis data etnografi Komunikasi menurut Cresswell (Kuswarno, 2008):
A. Deskripsi
Upaya menggambarkan secara detail objek penelitiannya. Dijelaskan secara kronologis dan layaknya narator dimana diceritakan secara urut dengan cerita yang lengkap didalamnya. Contohnya dengan menjelaskan fenomena yang terjadi, lalu menganalisisnya dengan tema tertentu lalu diberikan opini peneliti.
B. Analisis
Dimana peneliti mengungkapkan beberapa data akurat tentang objek yang diteliti, bisa dengan tabel, grafik, diagram maupun model. Penjelasan pola tersebut dari perilaku objek. Adapun analisis-analisis Etnografi menurut James P. Spradley (Spradley, 2007):
1. Analisis Domain
Analisis domain merupakan upaya memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian dengan cara membaca naskah data secara menyeluruh hingga memperoleh domain yang ada pada data. Peneliti hanya perlu memperoleh domain sehingga mencari data secara detail. Hasil analisis domain masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual berupa hal-hal penting dari kata, frase, atau bahkan kalimat. Hasil yang diperoleh merupakan kumpulan jenis domain atau kategori konseptual beserta simbol yang dirangkum.
Analisis ini bertujuan memperoleh gambaran utuh dari informan, tanpa harus merinci unsur-unsurnya secara mendetail. Dalam ilmu sosial terdapat ratusan bahkan ribuan kategori. Domain merupakan kategori budaya yang terdiri atas tiga elemen, cover terms (nama domain budaya), included terms (nama kategori atau rincian domain), dan semantic relationship (hubungan semantik). Hasilnya masih berupa pengetahuan atau pengertian pada level permukaan tentang berbagai domain atau kategori-kategori konseptual. Domain atau kategori simbolis memiliki makna atau pengertian yang lebih luas dari kategori atau simbol yang dirangkum.
2. Analisis Taksonomi
Peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam dan membaginya menjadi sub-domain yang kemudian dirinci menjadi bagian-bagian yang lebih khusus hingga tidak ada yang tersisa. Pada tahap penelitian ini peneliti dapat mendalami domain dan subdomain yang penting dengan menggunakan teori-teori atau referensi yang relevan guna memperoleh pemahaman yang lebih dalam. Analisis ini bukan penjelajahan umum, melainkan analisis yang memusatkan perhatian pada domain tertentu yang sangat berguna untuk menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi.
Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak. Analisis taksonomi ialah analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Hasilnya dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak, garis dan simpul untuk menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci agar mengetahui struktur internalnya.
3. Analisis Komponensial
Pada analisis taksonomi, mengorganisasi atau menghimpun elemen yang sama dalam suatu domain. Sedangkan pada analisis komponensial yang diorganisasikan lebih terfokus mencari perbedaan diantara domain-domain yang diperoleh. Tentu setiap domain memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dirinya dengan yang lain.
Kemudian dicatat secara rinci pada lembar kerja.
Peneliti akan melakukan pencaharian kontras-kontras dari data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada suatu domain.
4. Analisis Tema Budaya
Analisis tema budaya akan berbentuk “corong asap”, permukaan lebar pada bagian tengahnya sempit dan pucuknya lebar. Diawali dari
analisis domain, lingkupnya melebar karena menggali seluruh domain yang menjadi fokus penelitian agar menggambarkan secara umum dan menyeluruh. Kemudian analisis taksonomi dan komponensial berfokus pada beberapa domain guna melacak lebih detail (proses menyempit).
Terakhir, analisis tema dimana dilakukan kembali pelebaran lagi guna menemukan tema-tema yang yang bisa dijabarkan secara luas keterkaitan dari keseluruhan domain. Analisis tema budaya adalah upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.
Gagasan analisis tema bertumpu pada asumsi bahwa keseluruhan lebih dari sekedar jumlah bagian. Situasi sosial dan budaya apa yang diteliti bukan hanya jumlah pecarahan aktivitas, perilaku, tempat dan fasilitas yang ada, tetapi merupakan kesatuan yang berpola dalam keseluruhan.
C. Interpretasi
Langkah dimana peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
3.8 Uji Keabsahan Data
Validasi atau keabsahan data ialah upaya mempertanggung jawabkan data oleh peneliti dengan menampilkan data yang diperoleh dengan realitas yang ada. Pada dasarnya keabsahan data dilakukan selain untuk menolak apa yang di nilai tidak alamiah dari penelitian kualitatif tetapi juga sebagai upaya yang tidak dapat dipisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007)
Uji keabsahaan data dilakukan agar data yang diperoleh dari penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan sebagai penelitian ilmiah. Menurut Moleong (2007:326), adapun teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut:
1) Perpanjangan Keikutsertaan
Upaya membangun kedekatan dan kepercayaan peneliti sendiri dengan subjek penelitian. Peneliti akan menetap hingga terjadi kejenuhan data.
2) Ketekunan Pengamatan
Upaya untuk terus konsisten dalam melakukan interpretasi agar terus relevan dengan persoalan yang diteliti.
3) Triangulasi
Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Wiliam Wiersma menyebutkan upaya untuk diperolehnya kreadibilitas sehingga diperlukan pengecekan data dari bermacam-macam sumber dan waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi sumber, tringulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiono, 2007).
i) Trangulasi Sumber
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007)Data yang telah didapat akan di cek oleh peneliti untuk membuat suatu kesimpulan lalu akan dibuatkan kesepakatan (member check) dengan sumber lain (Sugiono, 2007)
Menurut Sugiyono (Sugiono, 2007) tringulasi sumber dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda agar terujinya kreadibilitas data. Adapun cara-cara dalam melakukan tringulasi sumber adalah: (a) dilakukannya perbandingan data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, (b) dilakukan perbandingan hasil wawancara dari berbagai tempat seperti apa yang dibicarakan dihadapan orang banyak dengan apa yang telah dibicarakan secara sendirian, (c) dilakukan perbandingan apa yang dikatakan dan dilakukan orang tentang situasi penelitian, dengan realitanya, (d) dilakukan perbandingan keadaan dan perspektif seseorang terkait pendapat dan pandangannya dengan orang lain, (e) tidak lupa dilakukan juga
perbandingan dari hasil wawancara dengan isi dari dokumen (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007).
Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan menggunakan teknik triangulasi sumber yakni teknik pemeriksaan data dimana peneliti akan mengecek data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian akan menggunakan triangulasi sumber data untuk mengkaji proses komunikasi ritual yang dilakukan oleh Suku Tengger pada Ritual Petekan di Desa Ngadas. Seperti yang telah peneliti sebutkan diatas, pengumpulan data akan dilakukan dengan cara mewawancarai, melakukan observasi, dan dokumentasi. Menurut Machmud (Machmud, 2018) menyebutkan tringulasi sumber data ialah upaya menggali kebenaran informasi tertentu dengan membandingan metode dan sumber data yang berbeda. Misalnya selain melalui observasi, dan wawancara, namun juga dokumentasi tertulis, foto atau gambar, catatan dan tulisan pribadi.