• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menginformasikan kasus pertama Covid-19 pada awal bulan Maret 2020.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menginformasikan kasus pertama Covid-19 pada awal bulan Maret 2020."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia menginformasikan kasus pertama Covid-19 pada awal bulan Maret 2020.

Sejak semester kedua tahun 2020, dampak dari pandemi Covid-19 dirasakan di hampir seluruh sektor. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan pemerintah untuk menangani pandemi ini memengaruhi kegiatan, penghasilan, serta keberlangsungan hidup usaha khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) (www.industry.co.id, 2021).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia (UU RI Nomor 8 Tahun 1997). Dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dinyatakan bahwa dunia usaha terdiri dari Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia (UU RI Nomor 20 Tahun 2008).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, mendefinisikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

(2)

2 merupakan anak atau cabang perusahaan, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang tersebut dinyatakan Usaha Besar merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional miliki negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia (UU RI Nomor 20 Tahun 2008). Akan tetapi, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021, kriteria UMKM diklasifikasikan menurut kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan yang mana modal usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman untuk melakukan aktivitas usaha. Usaha Menengah memiliki modal usaha lebih dari lima miliar rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (PP RI Nomor 7 Tahun 2021).

Berdasarkan perkembangan data yang terakhir diunggah sampai dengan tahun 2019 oleh Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Indonesia memiliki jumlah unit usaha atau pangsa UMKM sebesar 99,99%, sedangkan untuk Usaha Besar hanya sebesar 0,01% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia (www.kemenkopukm.go.id, 2021). Data berikut ini merupakan tabel perkembangan data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia sejak tahun 2017-2019 menurut Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia:

(3)

3 Tabel 1. 1

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia 2017-2019

Unit Usaha

2017 2018 2019 Persentase Total Pangsa Unit Usaha Tahun 2019 UMKM 62.922.617 64.194.057 65.465.497 99,99%

- UMi 62.106.900 63.350.222 64.601.352 98,67%

- UK 757.090 783.132 798.679 1,22%

- UM 58.627 60.702 65.465 0,10

UB 5.460 5.550 5.637 0,01%

Total 62.928.077 64.199.606 65.471.134 100%

Sumber: www.kemenkopukm.go.id (2021)

Dari tabel perkembangan data UMKM dan Usaha Besar di Indonesia tahun 2017- 2019 menunjukkan kontribusi UMKM yang terbesar bagi unit usaha di Indonesia.

Selain itu, UMKM memberikan efek terbesar kepada Produk Domestik Bruto yang menjadi indikator penting untuk mengukur perekonomian nasional (www.kemenkopukm.go.id, 2021).

Terganggunya UMKM pada masa pandemi ini menyebabkan terganggunya perekonomian nasional. Oleh karena itu, unit usaha, baik UMKM maupun Usaha Besar perlu memperhatikan informasi keuangan dengan melakukan pencatatan transaksi pada unit usahanya. Hal tersebut bertujuan menyeimbangkan keuangan unit bisnis untuk mengontrol informasi secara efisien dan efektif (www.industry.co.id, 2021). Perlakuan tersebut umumnya dilakukan oleh divisi accounting, baik di dalam maupun di luar perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

(4)

4 Akuntansi terdiri dari tiga proses aktivitas dasar, yaitu identifikasi, pencatatan, dan pelaporan peristiwa ekonomi organisasi kepada pihak yang berkepentingan.

Proses aktivitas akuntansi dimulai dari mengidentifikasi peristiwa transaksi ekonomi perusahaan yang relevan untuk dilakukan pencatatan. Aktivitas pencatatan dilakukan untuk memberikan riwayat aktivitas keuangan secara sistematik, kronologis, dan terukur dalam satuan moneter, selain itu perusahaan mengklasifikasikan dan meringkas peristiwa ekonomi tersebut. Aktivitas terakhir, yaitu melaporkan informasi yang telah terkumpul kepada pihak berkepentingan melalui laporan akuntansi yang disebut sebagai laporan keuangan (Weygandt et al, 2019).

Hal terpenting di dalam aktivitas pelaporan adalah kemampuan seorang akuntan untuk dapat menganalisis dan menginterpretasi informasi yang dilaporkan kepada pengguna. Analisis melibatkan penggunaan rasio, persentase, grafik, dan charts untuk memperlihatkan tren serta hubungan keuangan yang signifikan, sedangkan interpretasi melibatkan penjelasan penggunaan, makna, dan keterbatasan data yang dilaporkan. Pengguna dari data akuntansi yang merupakan laporan keuangan digunakan oleh pihak internal dan eksternal berdasarkan kebutuhan masing-masing pengguna (Weygandt, et al, 2019).

Pengguna internal informasi akuntansi, yaitu manajer yang melakukan perencanaan, pengaturan, dan menjalankan bisnis terdiri dari manajer pemasaran, pengawas produksi, finance directors, dan petugas perusahaan. Bagian finance menggunakan informasi akuntansi untuk mengatur atau mengelola uang kas suatu perusahaan, divisi pemasaran menggunakan informasi akuntansi untuk menentukan

(5)

5 biaya yang sesuai sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang paling maksimal, divisi human resources bertujuan untuk menentukan besaran biaya untuk membayar gaji karyawan, dan bagian manajemen menggunakan informasi akuntansi untuk menentukan produk yang paling menguntungkan dari operasi yang dilakukan dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Akuntansi manajemen menyediakan laporan internal untuk membantu pengguna membuat keputusan bagi perusahaannya (Weygandt, et al, 2019).

Pengguna laporan keuangan eksternal merupakan individu atau organisasi di luar perusahaan yang menginginkan informasi keuangan perusahaan. Pengguna eksternal biasanya merupakan investor dan kreditur. Investor menggunakan informasi akuntansi untuk membuat keputusan membeli, memegang, dan menjual saham kepemilikan pada perusahaan tersebut. Kreditur, seperti supplier dan bank menggunakan informasi akuntansi untuk mengevaluasi risiko pemberian kredit atau peminjaman uang (Weygandt et al., 2019).

Pelaporan informasi akuntansi berupa laporan keuangan disusun dengan beberapa langkah yang biasanya disebut sebagai siklus akuntansi. Siklus akuntansi atau accounting cycle terdiri dari 9 langkah. Berikut merupakan gambar dari siklus akuntansi: (Weygandt et al., 2019)

(6)

6 Gambar 1. 1

Siklus Akuntansi

Sumber: Weygandt et al. (2019)

Penjelasan dari gambar siklus akuntansi di atas dijelaskan sebagai berikut:

1. Analyze business transactions

Pada siklus akuntansi yang pertama, yaitu melakukan analisis transaksi dan menyeleksi peristiwa ekonomi lainnya untuk penentuan transaksi yang perlu dilakukan pencatatan. Transaksi dapat berasal dari eksternal dan internal perusahaan. Transaksi eksternal melibatkan peristiwa ekonomi antara perusahaan dan beberapa perusahaan luar, sedangkan transaksi internal adalah peristiwa ekonomi yang terjadi di dalam perusahaan (Weygandt et al., 2019).

Item yang sekiranya memberikan manfaat bagi pengguna harus diakui dalam pencatatannya sehingga nantinya dapat muncul di dalam laporan keuangan.

Pengakuan atas item tersebut merupakan informasi yang relevan dan

(7)

7 menunjukkan pernyataan sebenarnya mengenai asset, liability, income, expenses, serta perubahan ekuitas (Kieso et al., 2018).

2. Journalize the transactions

Siklus yang kedua ini menjurnal transaksi dari yang telah ditentukan sebelumnya.

Bertujuan memiliki catatan lengkap atas setiap transaksi dan peristiwa ekonomi lainnya, perusahaan membuat jurnal atau disebut juga sebagai the book of original entry. Jurnal transaksi terdiri dari bentuk jurnal umum dan jurnal khusus yang dapat digunakan perusahaan. Jurnal umum merupakan bentuk paling sederhana yang secara kronologis mencantumkan transaksi dan peristiwa lainnya dalam akun debit dan kredit. Setiap entri jurnal umum terdiri dari empat bagian, yaitu tanggal, akun dan jumlah yang di debitkan, akun dan jumlah yang harus di kreditkan, terakhir bagian penjelasan (Kieso et al., 2018).

Jurnal khusus atau special journals merupakan pencatatan jenis transaksi yang serupa. Ketika suatu transaksi tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus, perusahaan melakukan pencatatan atas transaksi tersebut pada jurnal umum.

Berikut macam-macam special journals: (Weygandt et al., 2019)

a. Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat semua penjualan barang secara kredit.

b. Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat segala transaksi atas penerimaan kas, baik penerimaan kas atas pembayaran piutang ataupun kas yang diterima dari penjualan secara tunai.

c. Jurnal pembelian merupakan jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat semua pembelian barang secara kredit.

(8)

8 d. Jurnal pengeluaran kas merupakan jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat segala kas yang dikeluarkan, baik pembelian secara tunai ataupun pembayaran utang.

3. Post to ledger accounts

Pada siklus ini melakukan posting jurnal transaksi ke buku besar (general ledger). Buku besar terdiri dari buku besar umum (general ledger) dan buku besar khusus (subsidiary ledger). Subsidiary ledger adalah sekelompok akun dengan karakteristik yang sama, contohnya buku besar khusus piutang dengan tujuan mengumpulkan data transaksi konsumen dan buku besar khusus utang dengan tujuan mengumpulkan data transaksi utang (Weygandt et al., 2019).

4. Prepare a trial balance

Siklus yang keempat tentang menyiapkan neraca saldo. Neraca saldo adalah daftar akun beserta saldo pada waktu tertentu yang biasanya disiapkan perusahaan pada akhir periode akuntansi. Hal ini dilakukan untuk membuktikan persamaan saldo dari akun pada kolom debit dan kredit (Weygandt et al., 2019).

5. Journalize and post adjusting entries

Siklus kelima melakukan jurnal penyesuaian untuk memastikan bahwa prinsip pengakuan pendapatan dan beban telah dipatuhi yang setelahnya dilakukan pos ke buku besar. Jurnal penyesuaian diperlukan setiap kali perusahaan menyiapkan laporan keuangan serta setiap jurnal penyesuaian terdiri dari satu akun laporan laba rugi dan satu akun laporan posisi keuangan. Tipe jurnal penyesuaian terdiri dari dua, yaitu defferals dan accruals (Weygandt et al., 2019).

(9)

9 Defferals dibagi menjadi dua kategori:

a. Prepaid expenses, yaitu beban yang dibayarkan tunai sebelum digunakan atau dikonsumsi.

b. Unearned revenues, yaitu kas yang diterima sebelum jasa yang dilakukan.

Accruals juga dibagi menjadi dua kategori:

a. Accrued revenues, yaitu pendapatan untuk layanan atau jasa yang telah dilakukan, tetapi belum diterima secara tunai atau dicatat.

b. Accrued expenses, yaitu beban yang telah terjadi, tetapi belum dibayar secara tunai atau dicatat.

6. Prepare an adjusted trial balance

Siklus selanjutnya menyiapkan neraca saldo atas jurnal transaksi yang telah dilakukan penyesuaian. Tujuan dari adjusted trial balance, yaitu membuktikan persamaan total saldo akun debit dan kredit dalam buku besar setelah melakukan penyesuaian. Dikarenakan akun-akun tersebut berisi semua data yang diperlukan untuk laporan keuangan, maka neraca saldo penyesuaian menjadi penting dalam penyusunan laporan keuangan (Weygandt et al., 2019).

7. Prepare financial statements

Pada siklus ini, perusahaan dapat menyiapkan laporan keuangan dari neraca saldo yang telah disesuaikan pada siklus sebelumnya. Berdasarkan PSAK 1 Tahun 2018, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan lengkap terdiri dari: (IAI, 2018)

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.

(10)

10 b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode.

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode.

d. Laporan arus kas selama periode.

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain, serta informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya.

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

8. Journalize and post-closing entries

Pada akhir periode akuntansi, perusahaan siap untuk membuat akun periode berikutnya dan hal tersebut pada siklus ini dinamakan penutupan buku. Saat melakukan penutupan buku, perusahaan memisahkan antara akun temporary dan permanent. Akun temporary hanya berhubungan dengan akun tertentu, contohnya semua akun laporan laba rugi dan dividen, sedangkan akun permanent berhubungan ke satu atau lebih periode akuntansi di masa yang akan datang dan tidak ditutup, contohnya semua akun dalam laporan posisi keuangan termasuk ekuitas. Setiap akun temporary menghasilkan zero balance disaat melakukan jurnal penutup. Pencatatan jurnal penutup ini dilakukan pada jurnal umum dan setelahnya dilakukan posting ke buku besar (Weygandt et al., 2019).

(11)

11 9. Prepare a post-closing trial balance

Siklus yang terakhir setelah membuat jurnal penutup adalah menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo setelah penutupan terdiri dari akun-akun permanent dan saldo yang mempunyai tujuan untuk membuktikan kesetaraan saldo akun permanent untuk dibawa ke periode akuntansi selanjutnya (Weygandt et al., 2019).

Dalam siklus akuntansi terdapat dua step opsional atau pilihan. Step pilihan yang pertama jika tersedianya worksheet dalam menyiapkan jurnal penyesuaian, siklus 4,5, dan 6 yang merupakan penyiapan neraca saldo, pembuatan jurnal penyesuaian, dan penyiapan neraca saldo atas jurnal transaksi yang telah dilakukan penyesuaian tergabung ke dalam worksheet atau lembar kerja. Pilihan kedua membuat reversing entries atau jurnal pembalik yang jika terjadi akan berada di antara siklus 9 (neraca saldo setelah penutupan) dan 1 (analisis bisnis transaksi). Jurnal pembalik adalah kebalikan dari jurnal penyesuaian yang dibuat pada periode sebelumnya. Tujuan dari jurnal pembalik untuk menyederhanakan pencatatan transaksi selanjutnya yang terkait dengan jurnal penyesuaian (Weygandt et al., 2019).

Perusahaan yang berukuran mikro, kecil, dan menengah (UMKM) maupun Usaha Besar terdiri dari proses bisnis yang sama dan memerlukan aktivitas akuntansi di dalamnya. Seiring perkembangan teknologi, aktivitas proses pencatatan akuntansi menggunakan aplikasi sistem sehingga informasi yang dicatat dan diolah lebih efisien dan efektif, sistem ini disebut sebagai sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi

(12)

12 pengambil keputusan. Hal ini termasuk orang, prosedur dan instruksi data, software, infrastruktur teknologi informasi, dan kontrol internal, serta langkah-langkah keamanan. Pengaplikasian sistem informasi akuntansi oleh perusahaan dapat menambah nilai bagi organisasi di antaranya meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk atau jasa, meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta berbagi ilmu (Romney dan Steinbart, 2018).

Menurut Romney dan Steinbart (2018), proses bisnis atau siklus transaksi yang juga terdapat dalam aplikasi sistem informasi akuntansi terdiri dari siklus pendapatan (revenue cycle), siklus pengeluaran (expenditure cycle), siklus produksi (production cycle), dan siklus manajemen sumber daya manusia dan penggajian (human resources management and payroll cycle). Berikut gambar beserta penjelasan dalam siklus transaksi: (Romney dan Steinbart, 2018)

1. Siklus pendapatan (revenue cycle)

Siklus pendapatan adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan data yang berulang terkait dengan penyediaan barang atau jasa kepada pelanggan, serta mengumpulkan uang tunai sebagai pembayaran atas penjualan.

Tujuan utama siklus pendapatan berguna untuk menyediakan produk yang tepat di waktu dan tempat yang tepat. Skema siklus pendapatan sebagai berikut:

(13)

13 Gambar 1. 2

Skema Siklus Pendapatan

Sumber: Romney dan Steinbart (2018) Terdapat empat aktivitas dasar di dalam siklus pendapatan:

1. Sales order entry

Aktivitas ini terdiri dari langkah kegiatan mengambil pesanan pelanggan, memeriksa dan menyetujui kredit pelanggan, memeriksa ketersediaan persediaan, dan terakhir menanggapi permintaan pesanan pelanggan.

Dokumen yang dihasilkan dari aktivitas ini adalah sales order document.

Sales order document merupakan daftar nomor item, jumlah, harga, dan syarat penjualan yang disepakati oleh kedua belah pihak.

2. Shipping

Proses di dalam aktivitas ini yang pertama mengambil dan mengemas pesanan dari dokumen sales order, kemudian mengirimkan pesanan

(14)

14 tersebut. Dokumen yang dihasilkan dari proses ini terdapat packing slip dan bill of lading. Packing slip merupakan dokumen yang mencantumkan jumlah dan deskripsi setiap item dalam penyertaan barang pengiriman, sedangkan bill of lading merupakan kontrak yang menjelaskan penanggung jawab atas barang saat perjalanan. Kedua dokumen ini diberikan kepada pihak pembeli atau pelanggan.

3. Billing

Setelah aktivitas shipping dilakukan, selanjutnya billing yang terdiri dari kegiatan invoicing, yaitu aktivitas pemrosesan informasi yang mengemas ulang dan merangkum informasi dari aktivitas sales order entry dan shipping. Dokumen yang dihasilkan dari proses billing, yaitu sales invoice yang merupakan dokumen untuk memberi tahu pelanggan tentang jumlah penjualan dan informasi mengenai pembayaran yang harus dilunasi. Sales invoice ini dibuat oleh bagian piutang dan akan dikirimkan kepada pelanggan. Dari sales invoice ini, pelanggan akan mendapatkan dua salinan yang mana salah satu dari invoice tersebut akan dikembalikan saat dilakukan pembayaran. Setelahnya, bagian accounting bertugas untuk mencatat dan mengawasi perubahan pada akun piutang customer.

4. Cash collections

Aktivitas terakhir terdapat penerimaan kas, yaitu mengumpulkan dan memproses pembayaran dari pelanggan. Setelah terjadi penerimaan kas, akuntan akan kembali mencatat transaksi penerimaan kas dan melakukan posting ke general ledger.

(15)

15 2. Siklus pengeluaran (expenditure cycle)

Siklus pengeluaran atau expenditure cycle merupakan serangkaian aktivitas bisnis berulang dan operasi pemrosesan data terkait dengan pembelian dan pembayaran barang dan jasa. Tujuan utama dari siklus pengeluaran adalah meminimalkan total biaya untuk memperoleh dan memelihara persediaan, perlengkapan, dan berbagai fungsi layanan yang dibutuhkan organisasi. Skema siklus pengeluaran sebagai berikut:

Gambar 1. 3 Skema Siklus Pengeluaran

Sumber: Romney dan Steinbart (2018)

Terdapat empat aktivitas dasar di dalam siklus pengeluaran:

(16)

16 1. Ordering materials, supplies, and services

Proses di dalam aktivitas ini terdiri dari aktivitas untuk menentukan barang apa yang perlu dibeli, kapan melakukan pembelian, dan berapa banyak yang harus dibeli. Setiap bagian departemen dalam perusahaan yang ingin melakukan pembelian barang menerbitkan dokumen berupa purchase requisition yang dilanjutkan ke divisi pembelian. Purchase requisition adalah dokumen atau formulir elektronik yang mengidentifikasikan pemohon mengenai lokasi pengiriman, tanggal diperlukan, unit yang dibeli, harga setiap item yang diminta, serta dapat menyarankan supplier mana yang dituju. Selanjutnya, memberikan purchase order kepada supplier yang dituju untuk melakukan pembelian. Purchase order adalah sebuah dokumen yang secara resmi meminta supplier untuk menjual dan mengirimkan produk tertentu dengan harga yang dirancang, serta merupakan janji untuk membayar dan menjadi kontrak setelah supplier mengirimkan barang yang dipesan.

2. Receiving

Aktivitas ini terdiri dari dua tahap, yaitu pertama proses penerimaan barang sesuai pemesanan dari purchase order yang telah dikirimkan kepada supplier dan diterima oleh divisi penerimaan, yaitu inventory stores (warehouse). Tahap kedua memberikan barang pembelian tersebut kepada pihak perusahaan yang membutuhkan yang dilakukan oleh bagian gudang.

Setelah proses penerimaan barang, bagian penerimaan akan mencatat dalam receiving report, yaitu dokumen yang terdapat informasi mengenai tanggal

(17)

17 penerimaan, nama pengirim, nama supplier, dan jumlah yang diterima.

Setelah barang dikirim ke departemen yang membutuhkan, receiving report diserahkan kepada divisi utang.

3. Approving supplier invoices

Setelah penerimaan barang yang dibeli dilakukan, pembeli menerima invoice yang dikirimkan supplier untuk disetujui sehingga lanjut ke tahap pembayaran. Namun sebelum disetujui, divisi utang harus menyesuaikan terlebih dahulu kesesuaian antara dokumen purchase order, receiving report, dan invoice yang dikirimkan tersebut atau disebut sebagai voucher package.

4. Cash disbursements

Setelah voucher package telah sesusai, aktivitas terakhir dari siklus pengeluaran adalah pengeluaran kas untuk membayar supplier. Pada proses ini, kasir yang melapor kepada bendahara dan bertanggung jawab untuk membayar supplier. Pembayaran dilakukan ketika karyawan divisi utang mengirimkan voucher package kepada kasir. Setelah pengeluaran kas terjadi, akuntan akan kembali mencatat transaksi pembayaran utang dan melakukan posting ke general ledger.

Terdapat banyak jenis aplikasi sistem informasi akuntansi, tetapi aplikasi yang digunakan pada saat melaksanakan kerja magang sebagai berikut:

1. MYOB

MYOB (Mind Your Own Business) merupakan perusahaan yang menyediakan software bagi perusahaan kecil dan menengah yang dibuat oleh Data-Tech Software Pty. Ltd. Australia. Fungsi dari MYOB yaitu mengerjakan siklus

(18)

18 akuntansi dan menghasilkan laporan keuangan serta laporan lain yang disediakan oleh software ini (Triantoro, 2018). Aplikasi MYOB yang digunakan pada perusahaan tempat magang merupakan MYOB versi 12.

Berikut modul yang tersedia untuk menjalankan sistem pencatatan pada aplikasi MYOB: (Triantoro, 2018)

a. Modul accounts digunakan untuk membuat, mengubah, dan menghapus daftar akun, neraca saldo, serta berguna untuk mencatat jurnal umum.

b. Modul banking digunakan untuk mencatat jurnal transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan kas atau rekening bank, selain dari transaksi pembelian maupun penjualan.

c. Modul sales digunakan untuk mencatat jurnal transaksi terkait penjualan barang dagang atau jasa, retur penjualan, penerimaan pembayaran piutang, serta hal lain yang berkaitan dengan penjualan.

d. Modul purchases digunakan untuk mencatat jurnal transaksi terkait pembelian barang dagang, retur pembelian, pembayaran utang usaha, dan hal lain yang berhubungan dengan pembelian.

e. Modul inventory digunakan untuk mencatat informasi terkait persediaan barang dagang, meliputi daftar persediaan, jumlah persediaan, serta menentukan harga barang. Modul ini juga menyediakan fitur build items yang dapat digunakan oleh perusahaan manufaktur yang terbiasa merakit komponen untuk menghasilkan suatu barang.

(19)

19 f. Modul card file digunakan untuk mengorganisir data-data terkait, pelanggan, supplier, dan karyawan yang berisikan identitas, alamat, serta riwayatnya dalam bekerja sama dengan perusahaan.

2. Jurnal.id

Jurnal.id merupakan software akuntansi yang dirancang secara khusus untuk mencatat, merekam, dan mengolah semua kegiatan transaksi akuntansi secara online. Jurnal.id memberikan solusi otomatisasi dalam memproses semua transaksi yang terjadi hingga menghasilkan laporan keuangan yang memudahkan pengembangan usaha dan bisnis. Software ini menggunakan teknologi cloud yang dapat menyimpan semua data dengan aman sehingga dapat di akses kapan dan di mana saja secara real time (www.jurnal.id, 2021).

Berikut merupakan menu yang digunakan untuk menjalankan sistem pencatatan pada software akuntansi Jurnal.id: (www.jurnal.id, 2021)

a. Menu dasbor berguna untuk melihat data penjualan, pembelian, biaya, arus aktivitas, serta data laba rugi perusahaan pada periode yang ditentukan.

b. Menu laporan berguna untuk melihat laporan keuangan perusahaan yang ditampilkan secara spesifik dan akurat. Di dalam menu laporan ini dapat melihat segala bentuk laporan keuangan di antaranya laporan posisi keuangan, laba rugi, arus kas, dan berbagai laporan untuk penjualan, pembelian, persediaan, aset, bank, dan pajak.

c. Menu kas dan bank berfungsi untuk mengatur semua aktivitas yang berkaitan dengan akun kas dan bank, seperti membuat akun kas dan bank, mengubah akun kas dan bank, melihat rincian transaksi kas dan bank,

(20)

20 melakukan transfer uang, penerimaan uang, pengiriman uang, dan rekonsiliasi bank.

d. Menu penjualan berfungsi untuk mencatat setiap transaksi penjualan barang atau jasa berupa faktur, pengiriman, pemesanan, dan penawaran.

e. Menu pembelian berfungsi untuk mencatat setiap transaksi pembelian barang atau jasa berupa faktur, pengiriman, pemesanan, dan penawaran.

f. Menu biaya berfungsi untuk mencatat dan menampilkan biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya tagihan listrik, biaya tenaga kerja, biaya promosi, dan biaya lainnya.

g. Menu daftar kontak menampilkan rincian informasi pelanggan, supplier, karyawan, dan kontak lainnya, seperti nama panggilan, nama perusahaan, alamat, email, nomor telefon, dan saldo.

h. Menu daftar produk berfungsi untuk mengelola berbagai informasi dan aktivitas yang berkaitan dengan produk, seperti mengelola daftar Gudang, mengatur daftar kategori produk, membuat penyesuaian stok, dan membuat transfer gudang.

i. Menu pengaturan aset berguna untuk mencatat setiap aset yang dimiliki, seperti aset yang tertunda, aset yang aktif, aset yang dijual, dan penyusutan atas aset yang dimiliki.

j. Menu daftar akun berfungsi untuk melihat daftar akun-akun yang digunakan pada pembukuan perusahaan, seperti membuat akun baru, menghapus akun, membuat jurnal umum, dan lainnya.

(21)

21 3. Zahir Accounting

Zahir Accounting merupakan software manajemen bisnis dan keuangan berbahasa Indonesia serta Inggris, fleksibel, berfasilitas lengkap, dan berdaya guna tinggi yang dirancang agar tepat dengan kebutuhan perusahaan kecil, menengah, dan besar di Indonesia maupun mancanegara. Zahir telah digunakan oleh lebih dari 30.000 perusahaan berskala kecil, menengah, dan besar dengan sekitar 50.000 pengguna di Indonesia serta mancanegara yang terus bertambah (zahiraccounting.com, 2021).

Berdasarkan modul Training Zahir Accounting 6, aplikasi Zahir Accounting memiliki dua navigasi yaitu menu aplikasi dan modul aplikasi. Modul aplikasi digunakan untuk menjalankan sistem pencatatan yang terdiri dari: (Zahir Training Center, 2018)

a. Modul dasbor berguna untuk melihat tampilan grafik di antaranya neraca, laba rugi, analisa rasio keuangan, dan dapat melihat pengingat piutang atau utang usaha yang sudah jatuh tempo.

b. Modul data-data digunakan untuk membuat data master di suatu data kerja pada aplikasi Zahir Accounting.

c. Modul buku besar digunakan untuk membuat daftar akun, jurnal umum, dan membuka buku besar per akun.

d. Modul penjualan berfungsi meng-input jurnal terkait dengan penjualan, seperti jurnal penjualan, pembayaran piutang usaha, pengembalian kelebihan pembayaran piutang usaha, dan penghapusan piutang usaha.

(22)

22 e. Modul pembelian berfungsi meng-input jurnal terkait dengan pembelian, seperti jurnal pembelian, pembayaran utang usaha, penerimaan kelebihan pembayaran utang usaha, dan penghapusan utang usaha.

f. Modul kas dan bank berguna untuk mencatat segala transaksi yang terjadi akibat dari kegiatan operasional perusahaan, seperti transfer kas, kas masuk, kas keluar, dan rekonsiliasi bank.

g. Modul persediaan digunakan untuk mengelola persediaan sebagai aktiva perusahaan yang terdiri dari input data barang, mencatat barang keluar di luar penjualan, pembuatan proses produksi, stock opname, dan penentuan harga jual.

h. Modul laporan digunakan untuk melihat semua laporan hasil input modul- modul sebelumnya. Laporan di dalam aplikasi ini tersedia dalam bentuk laporan keuangan utama, serta analisa rasio dalam bentuk tabel maupun grafik.

Laporan keuangan merupakan hasil dari siklus terakhir akuntansi yang menyajikan informasi mengenai perusahaan salah satunya mengenai aset. Aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan dan mempunyai karakteristik untuk memberikan manfaat di masa mendatang. Aset terdiri dari aset lancar (current assets) dan aset tidak lancar (non-current assets). Aset lancar adalah aset yang diharapkan perusahaan dapat dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam jangka satu atau kurang dari satu tahun operasi di antaranya kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, persediaan, dan perlengkapan (Weygandt et al, 2019).

(23)

23 Salah satu komponen aset lancar terdapat kas, yaitu aset yang paling rentan terhadap aktivitas penipuan dikarenakan sifatnya yang mudah di konversi menjadi aset lainnya. Menurut PSAK 2 (IAI, 2018), kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (cash in bank). Dalam menjalankan aktivitas operasional, perusahaan sering kali bahkan rutin menyisihkan pengeluaran kas yang dicatat sebagai petty cash atau kas kecil untuk membayar jumlah transaksi yang relatif kecil (Weygandt et al, 2019). Petty cash memiliki dua metode pencatatan yaitu:

(manajemenkeuangan.net, 2021)

a. Imprest system

Sistem ini melakukan pencatatan petty cash sebesar kas yang dikeluarkan sehingga saldo rekening petty cash selalu tetap atau sama pada akhir periodenya.

Jurnal yang digunakan dalam metode pencatatan imprest system:

Ketika perusahaan menentukan nominal petty cash, jurnal yang dicatat, yaitu:

Petty cash xxx Cash xxx

Saat terjadinya transaksi pengeluaran dari akun petty cash, perusahaan tidak membuat jurnal atau no entry. Pada pengisian petty cash kembali, perusahaan baru akan menjurnal beban yang terjadi sejak pembentukan petty cash hingga waktu pengisian. Sebagai contoh petty cash digunakan untuk membayar beban listrik, air, dan telefon sehingga jurnal yang dicatat sebagai berikut:

Utilities expenses xxx

Cash xxx

(24)

24 b. Fluctuative system

Sistem ini melakukan pencatatan petty cash setiap terjadi transaksi pengeluaran sehingga saldo rekening petty cash tidak tetap atau fluktuatif pada akhir periodenya. Jurnal yang digunakan dalam metode pencatatan fluctuative system:

Ketika perusahaan menentukan nominal petty cash, jurnal yang dicatat, yaitu:

Petty cash xxx

Cash xxx

Saat terdapat transaksi pengeluaran, contohnya untuk membayar beban listrik, air, dan telefon sehingga jurnal yang dicatat sebagai berikut:

Utilities expenses xxx Petty cash xxx

Saat melakukan pengisian petty cash kembali, jurnal yang terbentuk, yaitu:

Petty cash xxx

Cash xxx

Selain itu, perusahaan menggunakan fasilitas bank dalam mendukung aktivitas operasional usaha bertujuan meminimalkan jumlah saldo kas (cash on hand) yang dimiliki. Penggunaan bank memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pengendalian kas internal karena mendapatkan catatan ganda atau double records dari transaksi bank yang terbentuk, yaitu pencatatan dari perusahaan dan dari bank.

Hal tersebut perlu dilakukan rekonsiliasi bank, yaitu perbandingan antara saldo bank dengan saldo yang dicatat perusahaan serta menjelaskan jika adanya perbedaan sehingga terdapat persetujuan antar kedua belah pihak. Bagian debit dalam akun bank bersifat mengurangi saldo kas perusahaan, sedangkan bagian

(25)

25 kredit akun bank menambah saldo kas perusahaan. Diperlukan rekonsiliasi bank karena adanya penyebab keterlambatan waktu yang menghalangi salah satu pihak untuk mencatat transaksi pada periode yang sama dan kesalahan salah satu pihak dalam melakukan pencatatan transaksi (Weygandt et al, 2019).

Perusahaan atas hasil penjualan produk atau jasa dapat menerima pembayaran secara pelunasan langsung sehingga dicatat sebagai kas atau pembayaran yang belum dilakukan pelunasan dan dicatat sebagai piutang. Istilah piutang mengacu pada jumlah yang harus dibayar oleh individu atau perusahaan dengan harapan pembayaran didapatkan secara kas. Pengelolaan piutang merupakan kegiatan yang sangat penting bagi setiap perusahaan yang menjual barang atau jasa secara kredit.

Terdapat tiga tipe piutang sebagai berikut: (Weygandt et al, 2019)

1. Accounts receivable merupakan jumlah yang harus dibayar pembeli secara kredit dikarenakan adanya penjualan barang atau jasa. Perusahaan umumnya mendapat pembayaran dalam jangka waktu 30-60 hari.

2. Notes receivable adalah perjanjian tertulis (bukti instrumen formal) untuk jumlah yang akan diterima. Piutang tipe ini memerlukan penagihan bunga dan berlaku untuk jangka waktu 60-90 hari atau lebih. Accounts receivable dan notes receivable sering disebut sebagai piutang dagang.

3. Piutang lain-lain adalah piutang non dagang, seperti piutang bunga, pinjaman pegawai, uang muka pegawai, dan Pajak Penghasilan yang dapat dikembalikan.

Terkadang perusahaan mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah yang harus dilaporkan karena beberapa piutang memungkinkan tidak dapat tertagih. Hal tersebut dapat disebabkan konsumen mengalami masalah keuangan sehingga tidak

(26)

26 mampu membayar utangnya. Saat terjadi piutang tidak tertagih, perusahaan mencatat sebagai akun Bad Debt Expense (atau Uncollectible Accounts Expense) dengan pengertian beban piutang tidak tertagih. Kerugian tersebut merupakan risiko yang normal dan perlu dalam melakukan penjualan secara kredit. Berikut dua metode pencatatan yang digunakan untuk mencatat piutang usaha (accounts receivable) tidak tertagih: (Weygandt et al, 2019)

1. Direct write-off method

Di dalam metode ini, ketika perusahaan menentukan akun tertentu tidak dapat tertagih, kerugian tersebut dicatat ke dalam akun Bad Debt Expense yang hanya menunjukkan kerugian sebenarnya dari piutang yang tidak dapat tertagih. Ketika kerugian piutang tidak tertagih memiliki nilai yang tidak signifikan, metode ini tidak diperkenankan dalam pembuatan laporan keuangan.

2. Allowance method

Metode ini merupakan metode yang dapat diterapkan oleh perusahaan dengan melakukan perhitungan estimasi piutang tidak tertagih pada akhir periode. Pada metode ini memunculkan akun baru, yaitu Allowance for Doubtful Accounts yang menunjukkan perkiraan jumlah piutang tidak tertagih di masa mendatang dan menjadi pengurang piutang usaha yang ada di laporan posisi keuangan.

Perusahaan wajib menggunakan metode ini dalam tujuan pelaporan keuangan ketika bad debt expenses memiliki jumlah yang material. Pada metode ini dapat melakukan pencatatan pengakuan kembali piutang tidak tertagih yang menunjukkan piutang dapat dibayar oleh konsumen.

(27)

27 Dalam melakukan penghitungan estimasi pencadangan piutang tidak tertagih, perusahaan umumnya menggunakan dasar percentage-of-receivables yaitu manajemen menetapkan persentase berdasarkan hubungan antara jumlah piutang dan kerugian yang diprediksi dari piutang yang tidak dapat tertagih.

Untuk lebih akurat dalam menghitung estimasi piutang tidak tertagih, umumnya perusahaan menyiapkan sebuah jadwal yang disebut accounts receivable aging schedule. Jadwal ini mengklasifikasikan saldo piutang konsumen berdasarkan lamanya waktu piutang tidak dibayarkan. Berikut merupakan accounts receivable aging schedule:

Gambar 1. 4

Accounts Receivable Aging Schedule

Sumber: Weygandt et al. (2019)

Jumlah yang tertera pada aging schedule merupakan saldo yang dibutuhkan pada Allowance for Doubtful Accounts di dalam laporan posisi keuangan. Jumlah bad debt expense yang harus dicatat dalam jurnal penyesuaian adalah selisih antara saldo yang disyaratkan (total estimated bad debts) dan saldo yang terdapat dalam akun allowance.

(28)

28 Terdapat perusahaan yang memiliki kegiatan bisnis menyediakan jasa dan juga penyedia produk, baik barang jadi atau barang mentah yang diproduksi sendiri dan dijual kembali sehingga memiliki persediaan di dalam kegiatan usahanya.

Berdasarkan PSAK 14 (IAI, 2018) tentang persediaan, persediaan adalah aset:

a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

b. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

c. dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Menurut Weygandt et al. (2019), terdapat dua sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh perusahaan, yaitu:

a. Perpetual system, yaitu sistem pencatatan persediaan yang mana perusahaan melakukan pencatatan secara rinci setiap terjadi transaksi pembelian dan penjualan persediaan. Pencatatan ini dilakukan secara berkelanjutan menunjukkan persediaan tersedia untuk setiap item. Dengan sistem ini, perusahaan menentukan harga pokok penjualan (cost of good solds) setiap terjadi transaksi penjualan.

b. Periodic system, yaitu sistem pencatatan persediaan yang mana perusahaan tidak melakukan pencatatan secara rinci barang yang ada selama periode berjalan, melainkan perusahaan menentukan harga pokok penjualan (cost of good solds) hanya pada akhir periode. Pada sistem ini, perusahaan melakukan perhitungan persediaan secara fisik untuk menentukan biaya persediaan yang tersedia.

(29)

29 Menurut Weygandt et al. (2019), terdapat tiga metode perhitungan persediaan, yaitu:

1. Specific Identification

Metode perhitungan persediaan dengan mencatat harga asli biaya dari setiap item untuk cost of goods sold, baik yang terjual atau masih terdapat di persediaan akhir. Perusahaan menggunakan metode ini ketika barang persediaan memiliki biaya yang tinggi, seperti mobil, piano, atau barang mewah lainnya sehingga mudah untuk dilakukan identifikasi yang spesifik dari saat pembelian hingga penjualan.

2. First-In, First-Out (FIFO)

Metode yang berasumsi bahwa barang yang paling awal dibeli adalah yang pertama dijual dan diakui sebagai cost of goods sold.

3. Average Cost

Metode yang berasumsi bahwa seluruh barang memiliki kesamaan sehingga perusahaan menerapkan biaya unit rata-rata tertimbang atau weighted-average unit cost ke unit yang ada untuk menentukan biaya persediaan akhirnya.

Di dalam proses aktivitas perusahaan harus menunjukkan siapa pihak pembeli dan penjual produk, hal tersebut bertujuan untuk menentukan pihak yang membayar atas biaya pengangkutan atau pengiriman barang yang disebut sebagai freight costs.

Istilah pengiriman dinyatakan sebagai Free on Board (FOB) shipping point dan FOB destination. FOB shipping point merupakan biaya ongkos kirim yang dibayarkan oleh pihak pembeli dan barang menjadi tanggung jawab pembeli di saat proses pengiriman, sedangkan FOB destination merupakan biaya ongkos kirim

(30)

30 yang dibayarkan oleh pihak penjual dan barang menjadi tanggung jawab penjual sampai diterima oleh pembeli (Weygandt et al, 2019)

Tujuan pembuatan laporan keuangan selain yang telah dijelaskan sebelumnya, ditujukan sebagai dasar informasi kewajiban pembayaran pajak, baik memudahkan wajib pajak menghitung, mengelola, dan merencanakan kewajiban pembayaran pajak (www.industry.co.id, 2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pajak adalah tulang punggung atau pendapatan tertinggi penerimaan negara yang harus memberikan manfaat besar kepada seluruh rakyat Indonesia terutama di saat pandemi Covid-19 (bisnis.tempo.co, 2020). Berdasarkan informasi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Tahun 2021, pendapatan yang bersumber dari perpajakan memperlihatkan persentase terbesar sebagai berikut (www.kemenkeu.go.id, 2021):

Gambar 1. 5

Pendapatan Negara Berdasarkan APBN Tahun 2021

Sumber: www.kemenkeu.go.id (2021)

Pendapatan negara berdasarkan APBN 2021 sebesar Rp1.444,5 triliun untuk pendapatan perpajakan, terdiri atas penerimaan pajak Rp1.229,6 triliun dan Rp215

82,8%

17,1%0,1%

Pendapatan Negara APBN 2021

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Negara Bukan Pajak Hibah

(31)

31 triliun untuk penerimaan dari kepabeanan dan cukai, Rp298,2 triliun untuk pendapatan negara bukan pajak, dan Rp0,9 triliun untuk hibah. Hal tersebut membuktikan bahwa penerimaan pendapatan negara dari pajak mempunyai kontribusi terbesar yang dapat digunakan untuk membiayai keperluan negara (www.kemenkeu.go.id, 2021). Berdasarkan realisasi, pendapatan perpajakan pada tanggal 26 Desember 2021 sudah mencapai target setara 100,19%, yaitu sebesar Rp1.231,87 triliun sedangkan pendapatan negara bukan pajak pada akhir November 2021 juga sudah melewati target setara 128,3% atau sebesar Rp382,5 triliun (nasional.kontan.co.id, 2021).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU RI Nomor 28 Tahun 2007). Dikutip dari www.pajak.go.id (2021), terdapat empat fungsi pajak, sebagai berikut:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai segala pengeluaran negara, baik yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan.

Contohnya digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yaitu penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.

(32)

32 2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat pemerintah untuk mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Melalui fungsi ini, pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ekspor sebesar 0% dengan tujuan agar para pengusaha terdorong mengekspor hasil produksi di pasar dunia sehingga meningkatkan devisa negara, kecuali beberapa barang atau komoditas tertentu.

3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.

Hal ini dapat dilakukan di antaranya dengan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, dan penggunaan pajak secara efektif dan efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum termasuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat.

Menurut Resmi (2019), jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya. Menurut golongan, pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang atau

(33)

33 pihak lain. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh) dikarenakan PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) perlu disetor dan dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi beban pajaknya dapat dibebankan kepada konsumen akhir.

Menurut sifat, pajak juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan Wajib Pajak atau keadaan subjek. Contohnya di dalam Pajak Penghasilan (PPh) terdapat subjek atau wajib pajak orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak mengacu pada peraturan tentang besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objek, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan subjek pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Jenis pengelompokan yang terakhir menurut lembaga pemungut terdiri dari:

1. Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya, seperti PPh, PPN, dan PPnBM.

(34)

34 2. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat I (pajak provinsi), daerah tingkat II (pajak kabupaten/ kota) untuk digunakan membiayai rumah tangga daerah masing-masing di antaranya pajak kendaraan bermotor, pajak rokok, pajak restoran, dan lainnya.

Setiap wajib pajak harus menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya ke negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU RI Nomor 28 Tahun 2007). Menurut Resmi (2019), dalam pemungutan pajak terdiri dari beberapa sistem pemungutan yaitu:

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sebagai contoh Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh).

(35)

35 3. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sebagai contoh PPh 21, 22, 23, final Pasal 4 ayat (2), dan PPN.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 dalam Pasal 5, tarif Pajak Penghasilan yang dikenakan bagi wajib pajak badan sebesar 22% pada tahun pajak 2020 dan 2021 (Perpu No.1 Tahun 2020). Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan lima puluh miliar rupiah mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif badan yang dikenakan. Untuk wajib pajak yang memiliki peredaran bruto kurang dari 4,8 miliar dalam satu tahun pajak, maka atas perhitungan penghasilan kena pajak dikenakan tarif badan yang berlaku bersama pengurangan tarif 50%. Peredaran bruto 4,8 sampai dengan 50 miliar dihitung dengan cara mencari jumlah penghasilan kena pajak dari yang memperoleh fasilitas untuk dikalikan dengan 50%

dan tarif badan yang berlaku dan ditambahkan dengan jumlah penghasilan kena pajak yang tidak memperoleh fasilitas dengan tarif badan yang berlaku (www.pajak.go.id, 2021). Berikut merupakan beberapa jenis Pajak Penghasilan (PPh), di antaranya:

1. Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam

(36)

36 bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh: (UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 21)

a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;

b. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;

c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;

d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.

e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

Salah satu tarif untuk menghitung dasar pengenaan pajak PPh Pasal 21, digunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 1. 2

Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp50.000.000 5%

Di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%

Di atas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%

(37)

37

Di atas Rp500.000.000 30%

Sumber: Pasal 17 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008

Di dalam perhitungan PPh Pasal 21, diperlukan untuk menentukan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagai komponen pengurang dengan penghasilan neto setahun untuk pegawai tetap atau dengan penghasilan bruto disetahunkan untuk pegawai tidak tetap (Resmi, 2019). Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagai berikut: (PMK RI Nomor 101/PMK.010/2016)

a. Rp54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

b. Rp4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

c. Rp54.000.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;

d. Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak tiga orang untuk setiap anggota keluarga.

2. Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Pemotong PPh Pasal 23, terdiri dari badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya, dan orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu yang

(38)

38 ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23 (Resmi, 2019). Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23, penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23, yaitu: (UU Nomor 36 Tahun 2008)

1. dividen;

2. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;

3. royalti;

4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan;

5. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan yang telah dikenai dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh;

6. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Jenis jasa lainnya yang dikenakan PPh 23 terdapat pada PMKM Nomor 141/PMK.03/2015. Tarif PPh Pasal 23 terdiri sebagai berikut: (UU Nomor 36 Tahun 2008)

a. Dividen, bunga, royalti, dan hadiah, bonus, serta penghargaan lain yang tidak dipotong PPh Pasal 21 dikenakan tarif sebesar 15% dari jumlah bruto.

(39)

39 b. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang tidak dikenai PPh 4 ayat (2) serta imbalan jasa yang tidak dipotong PPh Pasal 21 dikenakan taris sebesar 2% dari jumlah bruto.

Dalam melakukan aktivitas pemotongan PPh Pasal 23, pemotong perlu membuat bukti potong sebagai dokumen untuk mengawasi pajak yang telah dipotong.

Formulir bukti potong ini merupakan dokumen resmi sebagai bukti bahwa pajak yang dipungut telah disetorkan ke negara dan sebagai syarat pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) (klikpajak.id, 2021).

Pembuatan bukti potong PPh Pasal 23 dapat dilakukan melalui online, yaitu e- Bupot PPh Pasal 23 dan/ atau 26 pada laman milik Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh DJP untuk membuat bukti pemotongan, membuat dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/ atau 26 dalam bentuk elektronik (www.pajak.go.id, 2021).

3. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)

Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) merupakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Pajak penghasilan bersifat final artinya PPh yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak. Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final beserta tarif yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) meliputi: (Resmi, 2019)

1. Penghasilan bunga deposito/ tabungan yang ditempatkan di dalam negeri dan yang ditempatkan di luar negeri, diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan jasa giro. Dikenakan tarif untuk wajib pajak dalam negeri, luar negeri,

(40)

40 dan BUT sebesar 20% atau sesuai tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda.

2. Transaksi penjualan saham pendiri dan bukan saham pendiri. Dikenakan tarif sebesar 0,1% untuk semua transaksi penjualan saham dan bagi transaksi pemilik saham pendiri sebesar 0,1% dan tambahan 0,5%.

3. Bunga/ diskonto obligasi dan surat berharga negara, memiliki tarif berdasarkan jenis bunga/ diksonto dan wajib pajak, sebagai berikut:

a. Bunga dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT sebesar 15%

b. Bunga dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak luar negeri non-BUT sesuai P3B sebesar 20%

c. Diskonto dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT sebesar 15%

d. Diskonto dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak luar negeri non- BUT sesuai P3B sebesar 20%

e. Diskonto dari obligasi tanpa bunga bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT sebesar 15%

f. Diskonto dari obligasi tanpa bunga bagi Wajib Pajak luar negeri non- BUT sesuai P3B sebesar 20%

g. Bunga dan/ atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/ atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada OJK tahun 2014-2020 sebesar 5%

(41)

41 h. Bunga dan/ atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/ atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada OJK tahun 2021 sampai seterusnya sebesar 10%

4. Hadiah undian memiliki tarif sebesar 25%.

5. Persewaan tanah dan/ atau bangunan memiliki besaran tarif 10%.

6. Jasa konstruksi, meliputi perencanaan konstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan konstruksi. Memiliki tarif berdasarkan jenis konstruksi dan wajib pajaknya, sebagai berikut:

a. Pelaksana jasa konstruksi sertifikasi kecil sebesar 2%

b. Pelaksana jasa konstruksi tanpa sertifikasi sebesar 4%

c. Pelaksana jasa konstruksi sertifikasi sedang dan besar sebesar 3%

d. Perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh penyedia jasa konstruksi bersertifikat usaha sebesar 4%

e. Perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh penyedia jasa konstruksi tanpa bersertifikat usaha sebesar 6%

7. Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/

atau bangunan. Tarif yang dikenakan atas wajib pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan (termasuk real estate) sebesar 2,5%, pengalihan rumah sederhana dan rumah susun sederhana oleh wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sebesar 1%, dan tarif sebesar 0% atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang

(42)

42 mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah.

8. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota Wajib Pajak orang pribadi. Atas hal ini, dikenakan tarif sebesar 0% untuk penghasilan berupa simpanan sampai dengan Rp240.000 per bulan dan sebesar 10%

untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan.

9. Dividen yang diterima/ diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dengan besaran pajak 10% yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah mengatur bahwa Pengusaha Kena Pajak wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: (UU Nomor 42 Tahun 2009)

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

b. impor Barang Kena Pajak;

c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

(43)

43 g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/ atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya (UU RI Nomor 28 Tahun 2007). Ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 197/PMK.03/2013, pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak dan/ atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/ atau penerimaan bruto tidak lebih dari empat miliar delapan ratus juta rupiah, sedangkan pengusaha yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto melebihi empat miliar delapan ratus juta rupiah. Namun, wajib pajak diperbolehkan untuk dikukuhkan sebagai PKP jika memilih untuk dikukuhkan (PMK RI Nomor 197/PMK.03/2013).

Meskipun PKP yang wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN akan tetapi, pihak yang memiliki kewajiban untuk membayar adalah konsumen akhir.

Tarif yang dikenakan atas PPN, terdiri dari: (UU Nomor 42 Tahun 2009) 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% diterapkan atas:

a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

c. ekspor Jasa Kena Pajak.

(44)

44 Dalam memungut PPN atas penyerahan BKP atau JKP, PKP wajib menerbitkan faktur pajak. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak (UU Nomor 42 Tahun 2009). Faktur pajak ada yang berbentuk elektronik disebut sebagai e-faktur, yaitu faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kewajiban dalam pembuatan e-faktur atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak dikecualikan untuk: (PER-16/PJ/2014)

a. yang dilakukan oleh pedagang eceran;

b. yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Toko Retail kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri;

c. yang bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilainya berupa dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.

Dalam pembuatan e-faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat (PER-16/PJ/2014):

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

(45)

45 e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

PPN terdiri atas pajak keluaran dan pajak masukan. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/ atau ekspor Jasa Kena Pajak. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/ atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/ atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/ atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/ atau impor Barang Kena Pajak (UU Nomor 42 Tahun 2009).

Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama dengan menggunakan faktur pajak sesuai dengan pemenuhan persyaratan. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama tiga bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak. Apabila sebaliknya, yaitu Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak keluaran, selisihnya

(46)

46 merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya atau dapat mengajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku (UU Nomor 42 Tahun 2009).

Wajib pajak termasuk pengusaha kena pajak, pemotong atau pemungut pajak dalam kewajiban perpajakannya perlu melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan (UU RI Nomor 28 Tahun 2007). Menurut Resmi (2019), SPT dibedakan sebagai berikut:

1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. SPT Masa terdiri dari SPT Masa PPh Pasal 21/26, 22, 23/26, 4 ayat (2), 15, dan SPT Masa PPN dan PPnBM.

2. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan. SPT Tahunan terdiri dari SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah), SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan dengan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat (1771-US), SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (1770, 1770 S, 1770 SS).

Batas waktu penyetoran dan pelaporan untuk SPT masa, sebagai berikut: (PMK RI Nomor 242/PMK.03/2014)

(47)

47 Tabel 1. 3

Batas Waktu Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa

No. Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran Batas Waktu Pelaporan 1. PPh Pasal 21

yang dipotong oleh Pemotong PPh

Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

2. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh

Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

3. PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh

Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

4. PPh Pasal 4 ayat

(2) yang

dipotong oleh Pemotong PPh

Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

5. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayar sendiri

Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

6. PPN dan

PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak

Paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum

SPT Masa PPN

disampaikan.

Akhir bulan berikutnya

Sumber: PMK RI Nomor 242/PMK.03/2014

Di sisi lain, pada SPT Tahunan batas waktu penyampaiannya untuk PPh Wajib Pajak Orang Pribadi paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak, sedangkan

Referensi

Dokumen terkait

Komplek Wisma Warta Ulak Karang Padang, terletak di dekat Gerbang Kampus I Universitas Bung Hatta. Selama ini ibu-ibu yang mempunyai rumah di sekitar kampus, memanfaatkan rumahnya

Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana berdirinya Bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu padalarang dan menganalisis

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 620/PMK.03/2004 TENTANG JENIS BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi morfometri dari Rajungan yang meliputi panjang karapas, lebar karapas, dan berat tubuh serta mengetahui aspek

Parfum Laundry Aceh Tengah Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI PANGSA PASAR PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari analisis korelasi, sidik lintas, dan heritabilitas karakter-karakter fenotipik maka terdapat be- berapa karakter yang mempunyai

Penelitian ini membahas pendekatan fuzzy time series Markov chain untuk menganalisis data linguistik atau data time series sampel kecil diusulkan supaya keakuratan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.010/2021 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah berupa Kendaraan