DASAR TEORI PRATIKUM 1
Studi ilmiah pertama yang mempelajari tentang sifat yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya dilakukan oleh John Gregor Mendel. Mendel dianggap sebagai peletak dasar prinsip- prinsip hereditas yang kemudian diberi nama Hukum Mendel. Oleh karena itu Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika. Dalam percobaannya Mendel menggunakan tumbuhan ercis atau kapri.
Setelah Mendel melakukan percobaan berulang-ulang dengan hasil yang sama, maka dibuatlah kesimpulan sebagai berikut: Hukum Mendel 1 (Hukum Pemisahan Gen yang Sealel/Segregasi) mengemukakan bahwa dua gen akan berpisah pada saat pembentukan gamet. Hukum Mendel 2 (Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas/Asortasi) dijelaskan bahwa gen yang telah terpisah pada pembentukan gamet akan bergabung dengan gen-gen dari induk lainnya pada saat perkawinan, penggabungan gen tersebut terjadi secara acak dan bebas. (Herianto dkk, 2016:2).
Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antar individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan, terdapat dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid. Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda sedangkan persilangan dihibrid merupakan persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada persilangan dihibrid melibatkan dua lokus. Okasha (2020) menyatakan bahwa konsep penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya keterkaitan antar keduanya.
Hasil dari persilangan Mendel sangat berkaitan dengan pembelahan meiosis pada waktu pembentukan garnet. Segregasi alel dan independent assortment terjadi pada meiosis I. Segregasi alel terjadi karena kromosom homolog berpasangan di bidang ekuator dan hanya melekat pada mikrotubul dari salah satu kutub pembelahan. Ketika kedua kromosom homolog membawa aiel yang berbeda dari gen yang sama (heterozigot), maka pada anafase I, kedua kromosom akan terpisah ke kutub yang bcrbeda dan akan menghasilkan garnet yang berbeda. (Ida Bagus Made Artadana)
Antara tahun 1856 – 1863 Mendel telah melakukan pengujian dan pembudidayaan lebih dari 28.000 tanaman kacang. Ia menemukan bahwa suatu tanaman mewariskan sifat-sifat keturunan yang berasal dari induknya. Dari hasil penelitiannya tentang genetika tanaman kacang ercis, Ia mendapat julukan sebagai Bapak Genetika.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaannya, adalah karena tanaman ini memiliki beberapa pasang sifat yang sangat mencolok perbedaannya, misalnya warna bunganya mudah sekali untuk dibedakan antara yang ungu dan yang putih. Selain itu, kacang ercis merupakan tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri, penyerbukan dengan bantuan manusia, dan dapat juga menyerbuk silang. Hal ini disebabkan oleh adanya bunga sempurna, yaitu bunga yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina.
Pertimbangan lainnya adalah bahwa kacang ercis memiliki daur hidup yang relatif pendek, serta mudah untuk ditumbuhkan dan dipelihara. Mendel juga beruntung, karena secara kebetulan
kacang ercis yang digunakannya merupakan tanaman diploid (mempunyai dua perangkat kromosom). Seandainya ia menggunakan organisme poliploid, maka ia tidak akan memperoleh hasil persilangan yang sederhana dan mudah untuk dianalisis. (Ahmad Syahir, 2018)
Persilangan merupakan perkawinan antar individu ataupun populasi yang berbeda secara genetik untuk menghasilkan gabungan sifat dari induk ataupun rekombinasi gen-gen pada keturunannya.Persilangan dapat terjadi diantara individu yang berbeda spesies (persilangan interspesifik) maupun antar individu dalam satu spesies (persilangan intraspesifik) yang umumnya dikenal sebagai persilangan antar galur atau antar aksesi.
Generasi keturunan hasil suatu persilangan disebut filial disimbolkan dengan huruf F besar dan angka yang menandakan urutan generasi. Contoh penulisan generasi keturunan yaitu F1 untuk generasi pertama hasil persilangan, F2 untuk generasi kedua hasil persilangan, dan seterusnya.
Awalnya tujuan utama dari persilangan ialah menggabungkan dua sifat baik atau unggul dari dua induk dalam satu individu atau populasi. Lebih lanjut dalam kegiatan pemuliaan, persilangan digunakan untuk membuat keragaman genetik pada suatu populasi misalnya jagung dengan harapan akan muncul fenotipe-fenotipe baru yang sifatnya berbeda dari kedua induknya.
(Alianto)
DAFTAR PUSTAKA
Alianto. Dwi Nurul Huda. 2012. Aplikasi Pembelajaran Persilangan Berdasarkan Hukum Mendel. Tanjung Pinang: STT Indonesia.
Artadana, Ida Bagus Made. Wina Dian Safitri. 2018. Dasar-Dasar Genetika Mendel Dan Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Herianto, D. Persaoran. S. Jajang. K. 2016. Efektifitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Siswa. Bandung: Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Okasha, S. 2020. Population Genetics.
Syahir, Ahmad. 2018. Bagian Penyakit Dalam RSUP Sanglah. Denpasar.