• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGAJARAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU ETIS CALON AUDITOR KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGAJARAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU ETIS CALON AUDITOR KERTAS KERJA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGAJARAN ETIKA PROFESIONAL

TERHADAP PERILAKU ETIS CALON AUDITOR

Oleh:

OEI, VENNY ARVIANA HARTONO NIM: 232011002

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan–persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)

ii FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711-Indonesia

 (0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsaia Fax. (0298) 321433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini,

NAMA : OEI, VENNY ARVIANA HARTONO

NIM : 232011002

Program Studi : AKUNTANSI

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi

Judul : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Pengajaran Etika Profesional terhadap Perilaku Etis Calon Auditor

Pembimbing : Dr. Suzy Noviyanti, MM., CPA, CA Tanggal diuji : 23 Januari 2015

adalah benar–benar hasil karya saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah–olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah–olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 7 Januari 2015 Yang memberi pernyataan

OEI, VENNY ARVIANA H.

(3)

iii

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGAJARAN ETIKA PROFESIONAL

TERHADAP PERILAKU ETIS CALON AUDITOR

Oleh:

OEI, VENNY ARVIANA HARTONO NIM: 232011002

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan–persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

Disetujui oleh:

Dr. Suzy Noviyanti, MM., CPA, CA Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(4)

iv

MOTTO

Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

-Amsal 2:6-

Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.

–Keluaran 14:14 –

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah

yang menghibur aku.

– Mazmur 23:4 –

“If you can’t fly then run, if you can’t run then walk, if you can’t walk then crawl. But whatever you do, you have to keep moving forward”

-Marthin Luther King Jr.-

机不可失,时不再来

-Anonymous.-

(5)

v

KATA PENGANTAR

Topik dalam kertas kerja ini adalah pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan pengajaran etika profesional terhadap perilaku etis calon auditor guna untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Selain itu juga, kertas kerja ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada dunia pendidikan untuk melihat pentingnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan pengajaran etika profesional dalam pembentukan sikap etis para calon auditor sehingga dunia pendidikan mampu menyeimbangkan kedua kecerdasan ini dan semakin menanamkan pengajaran etika profesi di kurikulum yang ada.

Salatiga, 7 Januari 2015

Penulis

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tak terhingga saya panjatkan kepada Tuhan Yesus karena kasih, berkat, dan pertolongan-Nya yang melimpah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Bukan dengan kuat dan gagah penulis sendiri skripsi ini dapat terselesaikan.

Banyak pihak di balik layar yang sudah ikut membantu dalam proses pembuatannya. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua dan adik tercinta atas semua doa, semangat, dan cinta kasih yang sudah kalian berikan. Tanpa dukungan kalian skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ibu Dr. Suzy Noviyanti, MM., CPA, CA selaku pembimbing yang telah membimbing dengan baik dan sabar. Terimakasih untuk waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, Phd. selaku dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (FEB UKSW), Ibu Dr.

Intiyas Utami, SE, Akt, Msi. selaku wakil dekan FEB UKSW, Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA. selaku kapprogdi akuntansi dan seluruh dosen, pegawai dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, dimana penulis menuntut ilmu di FEB UKSW.

4. Ibu Elisabeth Penti Kurniawati, S. E., M. Ak. selaku wali studi penulis selama menuntut ilmu di FEB UKSW.

5. Mas David A. A. Pesudo, S.E., M. Ak. yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyebaran kuesioner penelitian. Penulis sangat

(7)

vii

berterimakasih untuk waktu yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat terselenggara dengan baik dan memuaskan.

6. Gilang Perkasa Handoko yang selalu setia menemani dan memberi semangat serta ide-ide dalam pembuatan skripsi ini.

7. Para sahabat (Chriscintya Jolita, Tjan Puput Wulandari, Stevano Andreas, David Setiawan, Ardy, Epafras Budiawan, Redya Purna) dan teman-teman se-angkatan “EGOAL” 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungan dan semangat selama ini dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Terimakasih untuk menjadi tempat berbagi suka dan duka.

8. Kakak-kakak angkatan yang sudah membimbing dan adik-adik angkatan yang telah memberi semangat, selama ini: Friska Septiamitha, Timotius Agung, Garry Chris, Dimas Pradipta, Marcell, Alinda, Winda, dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Teman-teman Lion of Judah, yang sudah sebagai keluarga rohani penulis. Terimakasih atas segala doa dan dukungan yang selalu menyertai.

Penulis tidak dapat membalas setiap bantuan maupun dukungan yang telah diberikan dengan sesuatu hal yang berharga, tetapi penulis hanya dapat membalas dengan doa dan ucapan terima kasih sebesar–besarnya. Semoga kertas kerja ini berguna bagi semua pihak.

Salatiga, 7 Januari 2015

Penulis

(8)

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... ii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRACT ... xiii

SARIPATI ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Etika, Perilaku Etis, dan Etika Profesi... 6

Kecerdasan Intelektual dan Perilaku Etis Calon Auditor ... 8

Kecerdasan Emosional dan Perilaku Etis Calon Auditor ... 10

Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Perilaku Etis Calon Auditor ... 12

Pembelajaran Etika Profesional dan Perilaku Etis Calon Auditor ... 13

METODOLOGI PENELITIAN ... 14

Populasi, Sampel, dan Objek Penelitian ... 14

Teknik Pengumpulan Data dan Pengukuran Variabel... 14

Analisis Data ... 16

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 16

Pengujian Instrumen ... 17

A. Uji Validitas ... 17

B. Uji Reliabilitas ... 17

Uji Asumsi Klasik ... 17

A. Uji Normalitas... 17

B. Uji Heteroskedastisitas ... 18

C. Uji Multikolinearitas ... 18

D. Uji Autokorelasi ... 18

Pengujian Hipotesis ... 19

Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis Calon Auditor ... 20

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis Calon Auditor ... 20

(9)

ix

Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap

Perilaku Etis Calon Auditor ... 21

Perbedaan Perilaku Etis Calon Auditor Sebelum dan Sesudah Pengajaran Etika Profesional ... 22

Kecerdasan Intelektual dan Emosional Cenderung Tinggi, Perilaku Etis Mahasiswa Cenderung Rendah: Sebuah Penemuan ... 23

PENUTUP ... 24

Kesimpulan ... 24

Implikasi ... 24

Keterbatasan ... 25

Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined.

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………...18

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ………..…….……….18

Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Berganda ...19

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..………...23

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian Pemberian Pengajaran Etika Profesional

………....…………14

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian...………..31

Lampiran 2 Rekap Hasil Kuesioner Sebelum dan Sesudah Pengajaran Etika Profesional .………..…...39

Lampiran 3 Output SPSS Pengujian Instrumen ……..………..44

Lampiran 4 Output SPSS Pengujian Asumsi Klasik ……...……….49

Lampiran 5 Output SPSS Pengujian Hipotesis ……….51

(13)

xiii

ABSTRACT

As business world keeps growing, the auditors’ ethical behavior becomes an important issue. This happens as the effect caused by auditors’ crucial role as the financial statement assessors. Not only clients read auditors’ final report but also shareholders, government, and public.

Auditor’ ethical behavior itself is influenced by several factors, such as intelligence quotient (IQ) and emotional quotient (EQ). Furthermore, education plays an important role to teach professional ethics and generates high quality auditors. Other parties evaluate that auditors will behave more ethically if they get accustomed to it since they still study in university. Hence, this research is focusing on how intelligence and emotional quotients also the teaching of professional ethics to influence the students’ ethical behavior as they become prospective auditors.

This research is done by using regression analysis and paired sample t- test. The results show both intelligence and emotional quotients, either partially or simultaneously, have positive effects on the students’ ethical behavior.

Moreover, the teaching of professional ethics has a positive impact as well. This can clearly be seen by the significant difference of students’ ethical behavior, who have lower IQ and EQ, before and after the teaching of professional ethics.

Keywords: IQ, EQ, teaching of professional ethics, ethical behavior

(14)

xiv

SARIPATI

Seiring dengan semakin bertumbuhnya dunia bisnis, perilaku etis auditor menjadi isu yang cukup penting. Hal ini disebabkan peran auditor yang cukup krusial sebagai penilai laporan keuangan. Laporan akhir auditor tidak hanya dibaca oleh klien, tetapi juga oleh lainnya, seperti shareholder, pemerintah, dan juga masyarakat luas.

Perilaku etis auditor sendiri didorong oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Selain itu, peran dunia pendidikan juga sangat penting dalam mengajarkan etika profesional. Banyak pihak menilai bahwa auditor akan lebih berperilaku etis jika dibiasakan sejak di bangku perkuliahan. Oleh karenanya, penelitian ini difokuskan untuk melihat bagaimana pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan pengajaran etika profesional terhadap perilaku etis mahasiswa sebagai calon auditor.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap perilaku etis calon auditor. Pengajaran etika profesional yang diberikan pun juga berpengaruh positif yang tampak dari adanya perubahan signifikan perilaku etis calon auditor yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sebelum dan sesudah pengajaran etika profesional.

Kata kunci: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, pengajaran etika profesional, perilaku etis.

(15)

1

PENDAHULUAN

Perilaku etis merupakan sesuatu yang perlu dimiliki setiap orang. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan manusia dari sikap-sikap yang tidak sesuai dengan prinsip umum yang kemudian dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam pendekatan yang lebih luas, etika dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip atau nilai moral di mana organisasi, kelompok, dan tiap individu dideskripsikan secara berbeda (Dragos, 2010).

Tidak hanya dalam bersosialisasi, perilaku etis juga perlu dimiliki manusia dalam menjalankan profesinya. Begitu pula dengan seorang auditor sebagai penilai laporan keuangan. Dalam mengaudit, auditor akan sangat diharapkan untuk berperilaku etis sehingga laporan audit yang dihasilkan memadai. Menurut Hidayat dan Handayani (2010) auditor yang memiliki landasan etika kuat mempunyai kemampuan untuk menghadapi konflik-konflik yang timbul dan merugikan masyarakat. Sikap dan tindakan etis akuntan publik tersebut diatur dalam Kode Etik Akuntan Publik (Dewi, 2013).

Kode etik akuntan publik mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang akuntan publik. Hubungan dengan klien juga diatur dalam kode etik di mana seorang akuntan publik tidak boleh merugikan salah satu pihak atau menguntungkan pihak lain. Dengan kata lain, seorang auditor haruslah menjaga objektivitasnya untuk mempertahankan kredibilitas nilai dari jasa audit yang dihasilkan (Siegel, O’ Shaughnessy,& Rigsby, 1995). Selain profesionalisme dan sikap netral, kode etik juga mengatur hubungan antar akuntan publik yang satu dengan yang lainnya serta bagaimana komunikasi yang terjalin sehingga pemberian jasa ke klien tetap profesional (Dharmawan, 2013). Di sisi lain, organisasi profesi juga melakukan kontrol terhadap akuntan dengan cara melakukan review atau pemeriksaan secara berkala baik yang dilakukan oleh profesi maupun yang dilakukan

(16)

2

antar akuntan publik (peer review) di bawah pengawasan asosiasi profesi dan departemen keuangan (Dharmawan, 2013). Review perlu dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan ketidaktaatan terhadap prosedur dan program audit yang telah ditetapkan berdasarkan standar audit dan profesi.

Seiring semakin banyaknya tuntutan hukum akan profesi akuntan publik, maka akuntan publik dituntut untuk semakin dipercaya dan knowledgable (Richmond, 2001). Menjadi akuntan publik yang terpercaya, maka mereka harus mampu berperilaku etis dengan baik. Pada kenyataannya, banyak auditor yang saat ini kehilangan sikap etisnya dalam dunia kerja. Sebut saja di Cina yang merupakan negara perdagangan yang cukup kuat saat ini ternyata memiliki masalah masih tingginya auditor Cina yang tidak berperilaku etis dan tidak independen (Gul, Ng,&

Tong, 2003). Dalam jurnalnya, mereka mengungkapkan bahwa hal ini menjadi sangat krusial melihat peranan auditor cukup penting dalam perdagangan saham di Cina.

Tidak hanya itu, integritas dan kredibilitas akuntan publik sebagai pihak penilai laporan keuangan juga semakin dipertanyakan melihat banyaknya kasus kebangkrutan di Amerika seperti yang dialami oleh Enron setelah diaudit oleh salah satu KAP big five Arthur Andersen serta masalah pada perusahaan besar di Amerika lainnya, seperti WorldCom, HealthSouth, Adelphia, dan juga Tyco (Brown, Stocks,&

Wilder, 2007). Hal ini menyebabkan keyakinan users kepada akuntan publik dalam perannya di pasar modal mulai menurun.

Pelanggaran akan etika profesi akuntan publik juga marak terjadi di Indonesia.

Salah satunya adalah kasus KPMG Siddharta Siddharta & Harsono (KPMG-SSH) yang merupakan salah satu partner The Big Four, KPMG International. KPMG-SSH ini dituntut oleh Security Exchange Commission (SEC) Amerika karena terbukti menyuap pejabat di kantor pajak Jakarta atas permintaan klien, yaitu PT Eastman Christensen (www.hukumonline.com). Kasus lainnya, yaitu pada tanggal 19 April 2001, dimana Indonesia Corruption Watch (ICW) mengumumkan bahwa 9 KAP di

(17)

3

Indonesia melakukan kolusi dengan klien (bank) sehingga proses audit tidak dijalankan sesuai standar (www.kompas.com, 20 April 2001). Akibatnya laporan audit yang dihasilkan menyesatkan masyarakat.

Untuk menghindari kasus-kasus di atas, maka pembentukan sikap etis haruslah dimulai sejak di bangku perkuliahan. Sebagai calon akuntan, termasuk di dalamnya akuntan publik atau auditor, mahasiswa akuntansi diharapkan memiliki kemampuan personal dan interpersonal yang baik sebagai benteng untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan akuntan nantinya (Jamaluddin & Indriasari, 2011).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi auditor maupun calon auditor dalam mengembangkan dan mempertahankan sikap etis, seperti locus of control, self efficacy,dan tingkat pendidikan auditor (Hidayat & Handayani, 2010). Faktor lain yang mendorong seorang untuk berperilaku etis adalah karakteristik kepribadian dari auditor atau calon auditor tersebut (Widyaningrum & Sarwono, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Richmond (2001) mengungkapkan bahwa seseorang berkarakter Machiavellianism akan berpengaruh signifikan terhadap ethical judgement seseorang saat dihadapkan pada dilema etik.

Berbeda dengan Dharmawan (2013) yang menyoroti faktor auditor berperilaku etis dari sisi kecerdasan manusia. Menurutnya kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional mempengaruhi perilaku professional auditor, termasuk dalam bersikap etis. Goleman mengungkapkan untuk menjadi auditor yang mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan menjunjung tinggi etika profesinya, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi sebesar 20% dan 80% sisanya dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional (Suartana, 2010).

Dengan kecerdasan emosional, seorang auditor diharapkan mampu mengatur perasaan dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri, berempati ketika menghadapi

(18)

4

gejolak emosi diri maupun diri orang lain, fleksibel dalam tiap situasi dan kondisi yang sering berubah, sehingga setiap judgment yang dibuat sesuai akal sehat dan tidak mempengaruhi independensinya (Suartana, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo (2006) pada perguruan tinggi negeri di Kota Makassar, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustini dan Herawati (2013).

Mereka membuktikan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap sikap etis mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Kedua hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewanto dan Nurhayati (2012) di mana hasil penelitian pada perguruan tinggi di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempengaruhi sikap etis mahasiswa. Berdasarkan perbedaan tersebut, penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai lebih lanjut apakah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap perilaku etis calon auditor atau mahasiswa.

Dalam perspektif lain, Sudibyo (1995) dalam Khomsiyah dan Indriantoro (1998) mengemukakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga merupakan salah satu faktor pembentuk perilaku etis mahasiswa. Hal ini sejalan dengan 7 standar pendidikan internasional (International Education Standards/IES) yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountants (IFAC) pada bulan Oktober 2003.

Di dalam IES 4 mengenai Professional Values, Ethics, and Attitudes disebutkan bahwa nilai professional, etika, dan sikap akuntan profesional seharusnya diperoleh selama pendidikan supaya memenuhi kualifikasi sebagai akuntan profesional. IES 4 juga mengungkapkan bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika, dan sikap profesional untuk melatih

(19)

5

judgment profesional calon akuntan sehingga dapat bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat (www.iaiglobal.or.id).

Pentingnya pengajaran etika profesi ini sejalan dengan hasil penelitian dari Agustina dan Susilawati (2012) yang mengatakan bahwa pemberian muatan etika dalam kurikulum akuntansi keuangan dan audit dapat meningkatkan sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Hal serupa diungkapkan pula oleh Widyaningrum dan Sarwono (2012). Mereka mengungkapkan bahwa muatan mata kuliah etika yang semakin terfokus ke etika profesi akuntan akan semakin membentuk sikap etis mahasiswa akuntansi. Sayangnya, menurut survey yang dilakukan oleh Agustin dan Anita (2009) 88,57% korensponden dari Universitas Negeri Padang (UNP) dan 85%

dari responden Universitas Andalas (UNAND) menyatakan bahwa kurikulum akuntansi Indonesia saat ini masih kurang dengan kandungan muatan etika. Oleh karenanya, perlu adanya eksplorasi mendalam lagi mengenai pentingnya pengaruh pengajaran etika profesional tersebut dengan perilaku etis mahasiswa untuk semakin mendorong implementasi pengajaran etika profesional akuntan tersebut. Berdasarkan penelitian sebelumnya akan pentingnya peranan pengajaran etika profesi namun masih kurangnya implementasinya di Indonesia, maka penelitian ini juga ingin menilai lebih lanjut apakah pengajaran etika profesi benar-benar mempengaruhi perilaku etis calon auditor.

Penelitian ini mengembangkan penelitian dari Agustina dan Susilawati (2012) dimana faktor-faktor pengembangannya juga mengacu kepada penelitian lainnya, seperti Agustini dan Herawati (2013), Tikollah et al. (2006), serta Widyaningrum dan Sarwono (2012). Dengan demikian, maka perbedaan penelitian ini dengan penelitian Agustina dan Susilawati adalah:

a. Indikator penilaian perilaku etika mahasiswa dalam penelitian ini dinilai secara etika profesi audit sedangkan penelitian Agustina dan Susilawati mengacu secara akuntansi keuangan. Pengambilan fokus secara audit

(20)

6

disebabkan peneliti lebih ingin menilai etika mahasiswa secara Kode Etik Profesi Akuntan Publik karena tutuntan akan auditor beretika semakin meningkat.

b. Indikator kecerdasan dalam penelitian ini adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sedangkan dalam penelitian Augstina dan Susilawati menggunakan kecerdasan kognisi dan kecerdasan emosional. Penggantian variabel kecerdasan kognisi tersebut disebabkan oleh kecerdasan intelektual memiliki indikator yang lebih luas. Salah satunya adalah kecerdasan kognisi tersebut yang lebih merupakan penilaian akademik mahasiswa.

c. Dalam penelitian ini, variabel kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan variabel independen, sedangkan dalam penelitian Agustina dan Susilawati variabel tersebut merupakan variabel moderator.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ke dunia pendidikan akuntansi untuk semakin menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional mahasiswa dalam rangka mendorong perilaku etisnya. Selain itu, diharapkan pentingnya pengaruh mata kuliah etika profesi semakin dapat dipahami dan dapat diperbaiki implementasinya di Indonesia sehingga semakin banyak dicetaknya calon auditor yang mampu berperilaku etis nantinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Etika, Perilaku Etis, dan Etika Profesi

Menurut Salam (2000) etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang dinilai jahat. Etika sebagai ajaran moral umumnya tidak tertulis. Namun, bagi suatu organisasi profesi (misalnya akuntan, dokter, guru, dan lainnya) perilaku etis dituangkan dalam kode etik untuk menjaga reputasi, kepercayaan masyarakat, dan eksistensi profesi (Tikollah et al., 2006).

(21)

7

Bagi profesi auditor yang harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap hasil audit serta adanya tuntutan untuk menjaga hubungan baik antar sesama auditor, maka perilaku etis sangat diperlukan. Menurut Maryani dan Ludigdo (2001) perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial berterima umum.

Karena pentingnya perilaku etis, maka nilai-nilai etis tersebut dijabarkan dalam peraturan atau undang-undang tetapi untuk nilai-nilai yang bersifat judgement tidak dapat diajabarkan dalam undang-undang. (Lisda, 2009).

Bagi auditor, undang-undang yang mengatur perilaku etisnya, yaitu Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang disusun oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

IAPI adalah wadah organisasi profesi akuntan publik Indonesia yang diakui pemerintah yang salah satu misinya adalah menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik dengan standar internasional (Dewi, 2013).

Kode Etik Profesi Akuntan Publik dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu bagian A dan bagian B. Bagian A membahas mengenai mengenai prinsip dasar etika profesi yang kemudian dibagi menjadi:

1. Prinsip-prinsip dasar etika profesi 2. Prinsip integritas

3. Prinsip objektivitas

4. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional 5. Prinsip kerahasiaan

6. Prinsip perilaku profesional.

Bagian B menjelaskan mengenai aturan etika profesi, yaitu:

1. Ancaman dan pencegahan

(22)

8

2. Penunjukkan praktisi, KAP, atau jaringan KAP 3. Benturan kepentingan

4. Pendapat kedua

5. Imbalan jasa profesional dan bentuk remunerasi lainnya 6. Pemasaran jasa profesional

7. Penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya 8. Penyimpangan aset milik klien

9. Objektivitas – semua jasa profesional 10. Independensi dalam perikatan assurance

Di dalam kertas kerjanya, Lisda (2009) menyebutkan bahwa auditor yang dapat disebut sebagai auditor berperilaku etis adalah mereka yang berperilaku dan bertindak profesional sesuai dengan Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang berarti harus memenuhi keseluruhan poin yang ada di dalam Kode Etik. Hal tersebut juga diungkapkan dalam Bagian A perinsip perilaku profesional Kode Etik Profesi Akuntan Publik, bahwa untuk menjadi akuntan publik atau auditor yang profesional haruslah memenuhi prinsip-prinsip dalam Kode Etik Akuntan Publik. Kriteria tersebut juga berperilaku bagi calon auditor dimana dalam penelitian ini kasus-kasus yang diberikan berdasarkan nilai-nilai dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

Kecerdasan Intelektual dan Perilaku Etis Calon Auditor

Intelektual atau intelligence berasal dari bahasa Latin “intellectus” dan

“intelligentia” yang berarti akal, kecerdasan, dan terpelajar. Kecerdasan intelektual ditemukan sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Claparède dan Stern (Piaget, 1966) mengemukakan bahwa intelligence adalah sebuah adaptasi mental terhadap situasi baru. Senada dengan Claparède dan Stern, Goddard (1946) mengatakan bahwa intelegensia merupakan tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk

(23)

9

menyelesaikan masalah-masalah yang akan langsung dihadapi dan yang akan datang (Piaget, 1966). David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif (Azwar, 1999).

Menurut Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi, dan Simon mengungkapkan bahwa pikiran yang cerdas disusun oleh tiga unsur berbeda (Sternberg, Kaufman,& Grigorenko, 2011), yaitu arahan (direction), adaptasi (adaptation), dan kritik (criticsm). Berbeda dengan Sternberg (Azwar, 1999). Ia mengungkapkan bahwa intelegensi mencakup tiga faktor utama, yakni:

1. Kemampuan memecahkan masalah-masalah praktis yang berciri utama adanya kemampuan berpikir logis.

2. Kemampuan verbal (lisan) yang berciri utama adanya kecakapan berbicara dengan jelas dan lancar.

3. Kompetensi sosial yang berciri utama adanya kemampuan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.

Selain melalui tes psikologi, kecerdasan intelektual seseorang dapat dilihat melalui prestasi akademik yang diperoleh, tingginya pendidikan, atau jabatan yang diduduki (Dharmawan, 2013).

Dalam kaitannya dengan perilaku etis, kecerdasan intelektual memberikan dampak yang cukup besar. Penelitian yang dilakukan oleh Tikollah et al. (2006) dimana menguji hubungan antara kecerdasan intelektual dengan sikap etis mahasiswa akuntansi di Makassar, memberikan hasil bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa. Semakin tinggi kecerdasan intelektual mahasiswa, maka makin tinggi pula perilaku etisnya. Penelitian lain yang mendukung penelitian Tikollah et al. dilakukan oleh Agustini dan Herawati (2013) yang juga

(24)

10

menguji hubungan kecerdasan intelektual dengan sikap etis mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Ganesha. Hasilnya adalah kecerdasan intelektual memiliki hubungan signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa S1 Akuntansi.

Pengaruh signifikan dan positif tersebut disebabkan melalui kecerdasan intelektual, seseorang mampu menerima pengetahuan yang ada dan memecahkan masalah sesuai pengetahuan yang diperolehnya tersebut (Pande, 2012). Dengan demikian, maka dengan kecerdasan intelektual mahasiswa nantinya saat bekerja mampu mengaplikasikan nilai-nilai Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang ia peroleh dengan tepat sehingga tindakan yang diambil adalah tindakan etis. Oleh sebab itu, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:

H1: Kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap perilaku etis calon auditor.

Kecerdasan Emosional dan Perilaku Etis Calon Auditor

Dalam paper yang mereka buat, Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai satu bentuk kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi dirinya sendiri dan juga perasaan dan emosi orang lain (McCormack, 2006). Reuven Bar-On menyebutkan kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Stein & Book, 2000).

Salovey yang mendasarkan penelitiannya dengan prinsip personal intelligence Gardner membagi kemampuan yang digunakan sebagai indikator kecerdasan emosional menjadi lima bagian (Goleman, 1995), yaitu:

1. Memahami emosi diri sendiri

Self-awareness atau kesadaran diri merupakan kunci utama dari kecerdasan emosional. Individu dengan keyakinan yang lebih besar

(25)

11

terhadap perasaan mereka akan lebih mampu mengontrol hidup mereka dan memiliki sense yang lebih pasti dalam personal decisions.

2. Mengatur emosi

Kemampuan menangani emosi sehingga individu dapat bertindak dengan tepat sesuai kondisi yang ada merupakan salah satu kemampuan yang timbul dari adanya self-awareness. Seseorang yang tidak atau kurang memiliki kemampuan ini akan lebih lama terhanyut dalam kesedihan dan stres dibandingkan dengan mereka yang kemampuan mengontrol emosinya baik.

3. Memotivasi diri sendiri

Memimpin emosi diri sendiri untuk mencapai tujuan, sangatlah berguna dalam memotivasi diri sendiri dan untuk menjadi kreatif. Kontrol emosi mendasari pemenuhan tujuan dalam setiap jenis dan situasi.

Seseorang dengan kemampuan ini cenderung lebih produktif dan efektif dalam setiap yang dilakukannya.

4. Mengenali emosi orang lain

Dapat dikatakan juga sebagai empati. Individu yang empati akan lebih mampu menyesuaikan diri dengan social signals yang mengindikasikan apa yang orang lain perlu atau inginkan.

5. Penanganan hubungan

Seni dalam suatu hubungan adalah bagaimana individu memiliki kemampuan untuk mengatur emosi orang lain. Kemampuan inilah yang mendasari popularitas, kepemimpinan, dan efetivitas hubungan antar pribadi. Mereka yang baik dalam kemampuan ini dapat melakukan dengan baik pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan banyak orang.

(26)

12

Berkaitan dengan perilaku etis, kecerdasan emosional memiliki peran yang cukup penting di samping kecerdasan intelektual. Hal ini disebabkan melalui kecerdasan emosional yang memadai, seseorang akan memiliki pertimbangan yang lebih komprehensif dalam bersikap dan berperilaku sehingga akan bersikap dan berperilaku etis (Tikollah et al., 2006). Keadaan tersebut berlaku pula bagi auditor maupun calon auditor. Dengan kecerdasan emosional, ia akan mampu memberikan judgement yang profesional tanpa menghilangkan nilai-nilai Kode Etik Profesi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadli dan Djamhuri (2014) pada universitas negeri di Kota Malang menyatakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi. Hasil ini sejalan dengan penelitian- penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tikollah et al. (2006) serta Agustini dan Herawati (2013). Oleh karenanya, hasil-hasil penelitian terdahulu ini kemudian menjadi dasar dalam pembentukan hipotesis kedua, yaitu:

H2: Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku etis calon auditor Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Perilaku Etis Calon Auditor

Adanya pengaruh secara parsial, maka mendorong peneliti untuk melihat hubungan keduanya secara simultan. Apakah bila keduanya berjalan bersama-sama juga mempengaruhi perilaku etis calon auditor. Hasil penelitian dari Tikollah et al.

(2006) serta Jamaluddin dan Indriasari (2011) menyebutkan bahwa secara simultan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku etis para mahasiswa Akuntansi. Oleh karenanya, hipotesis ketiga dari penelitian ini adalah:

H3: Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku etis calon auditor

(27)

13

Pembelajaran Etika Profesional dan Perilaku Etis Calon Auditor

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa IES 4 yang dibuat oleh IFAC mengenai Professional Values, Ethics, and Attitudes menyatakan bahwa nilai profesional, etika, dan sikap akuntan profesional seharusnya diperoleh selama pendidikan supaya memenuhi kualifikasi sebagai akuntan profesional. Memasukkan aspek etika langsung pada mata kuliah akuntansi akan sangat membantu mahasiswa untuk mempertajam moral perception dan moral judgement dari topik-topik yang dibahas. Banyak contoh kasus etika yang disajikan dalam text book dapat digunakan sebagai bahan diskusi, di samping itu juga dibahas kasus dalam konteks Indonesia (Agustina & Susilawati, 2012).

Penelitian yang dilakukan Widyaningrum dan Sarwono (2012) mengenai perolehan mata kuliah etika dengan perilaku etis akuntan mahasiswa menunjukkan hasil bahwa mereka yang telah mengambil mata kuliah etika dapat lebih berperilaku etis dibandingkan yang belum mengambil mata kuliah etika. Hasil tersebut menunjukkan hubungan yang positif antara mata kuliah etika dengan perilaku etis mahasiswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina dan Susilawati (2012) yang menunjukkan bahwa dengan diberikannya muatan etika dalam pengajaran akuntansi akan meningkatkan persepsi etika mahasiswa.

Oleh sebab pengajaran etika mampu memperbaiki sikap etis mahasiswa yang rendah, maka dalam penelitian ini pengajaran etika digunakan sebagai “obat” bagi para calon auditor yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional cenderung lebih rendah, yang umumnya memiliki perilaku etis cenderung lebih rendah pula (Gambar 2.1). Diharapkan setelah pemberian pengajaran etika profesional, perilaku etis mereka meningkat menjadi lebih baik.

(28)

14 Gambar 2.1 Model penelitian pemberian pengajaran etika profesional

Dengan demikian, maka hipotesis keempat dari penelitian ini yaitu:

H4: Mahasiswa dengan kecerdasan intelektual dan emosional yang lebih rendah, memiliki perilaku etis yang lebih baik setelah memperoleh pengajaran etika profesi.

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi, Sampel, dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah mahasiswa Akuntansi FEB UKSW. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik purposive sampling. Kriteria responden adalah mereka yang telah mengambil mata kuliah Pengantar Pengauditan sebelum semester ganjil tahun ajaran 2014-2015. Objek dari penelitian ini sendiri adalah perilaku etis para mahasiswa berdasarkan kode etik profesi akuntan publik.

Teknik Pengumpulan Data dan Pengukuran Variabel

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui survey dengan membagikan kuesioner kepada responden.

Pengukuran variabel-variabel yang ada berupa:

Kecerdasan Intelektual 

Kecerdasan Emosional 

Perilaku Etis Calon Auditor

Pembelajaran Etika Profesional

(29)

15 1. Kecerdasan Intelektual

Pengukuran variabel kecerdasan intelektual akan diukur dengan indikator yang dijabarkan oleh Sternberg (Azwar, 1999), yaitu kemampuan memecahkan masalah, kemampuan verbal, dan kompetensi sosial (kemampuan praktis).

Perolehan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan skala Likert dimodifikasi dengan skor 1 hingga 5. Skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju dan skor 5 menunjukkan sangat setuju. Pertanyaan dalam kuesioner mengadopsi dari Shapiro, 2001 (Lisda, 2009) dengan modifikasi yang diperlukan. Pentingnya modifikasi tersebut dikarenakan adaptasi seutuhnya terhadap indikator-indikator kuesioner dalam pilot test tidak memberikan hasil yang memuaskan. Total pertanyaan untuk kecerdasan intelektual terdapat 6 butir. Selain itu, IPK juga digunakan dalam perhitungan kecerdasan intelektual.

2. Kecerdasan Emosional

Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan kategori berdasarkan Goleman (1995) yang diadaptasi dari Salovey. Indikator-indikator yang digunakan yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial. Kuesioner diadaptasi dari Trisniwati dan Suryaningsum (2003) dengan modifikasi yang dibutuhkan. Total pertanyaan terdapat 6 butir. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dimodifikasi yang terdiri dari 5 skor.

3. Perilaku Etis

Variabel ini diukur melalui kasus-kasus dilema etis. Terdapat tiga ilustrasi kasus dengan masing-masing kasus terdapat 3 buah pertanyaan mengenai perilaku mereka tersebut berdasarkan kasus dilema etis yang ada. Kasus-kasus tersebut diadaptasi dari kasus-kasus yang ada dalam buku Pengantar Pengauditan (Arens, Elder, & Beasley, 2008) dengan modifikasi secukupnya berdasarkan nilai-niali yang terkandung dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

Jawaban pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Likert modifikasi dengan range skor dari nilai 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju).

Untuk variabel ini dilakukan dua kali pengukuran, yakni sebelum dan sesudah adanya pengajaran etika profesi akuntan publik. Pengajaran tersebut diberikan hanya satu kali

(30)

16 pertemuan dengan alokasi waktu 45 menit. Materi yang diberikan adalah mengenai Kode Etik Akuntan Publik.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi pengujian instrumen (uji validitas dan reliabilitas), pengujian data (uji asumsi klasik), dan pengujian hipotesis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for Windows. Untuk H1-H3 digunakan pengujian analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e Y= perilaku etis calon auditor

X1= kecerdasan intelektual X2= kecerdasan emosional

Uji paired sample t-test digunakan untuk menguji H4 dimana subjek dari H4 adalah sama (mahasiswa dengan kecerdasan intelektual dan emosional lebih rendah) namun mendapat 2 perlakuan, yaitu sebelum dan sesudah pengajaran etika profesional.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kuesioner dalam penelitian ini yang disebarkan berjumlah 164. Namun, hanya 162 data yang dapat digunakan dikarenakan satu kuesioner tidak terisi lengkap dan satu kuesioner memiliki data ekstrim (outlier) sehingga dua kuesioner tersebut harus dieliminasi dari pengujian. Kuesioner tersebut keseluruhan berisi 6 soal pengujian kecerdasan intelektual, 6 soal pengujian kecerdasan emosional, dan pengujian perilaku etis sebelum-sesudah dengan masing-masing berjumlah 9 soal.

Data IPK mahasiswa juga dimasukkan sebagai pengujian kecerdasan intelektual sehingga untuk kecerdasan intelektual menggunakan 7 indikator pengujian. Namun, dalam menguji validitas dan reliabiltas kecerdasan intelektual ditemukan bahwa item

(31)

17

IPK dan soal ke-6 tidak cukup reliabel sehingga harus dihilangkan. Begitu pula dalam pengujian validitas dan reliabilitas kecerdasan emosional. Dari 6 soal yang ada, soal ke-5 haruslah dihilangkan karena tidak cukup reliabel.

Pengujian Instrumen A. Uji Validitas

Dalam menguji validitas tiap variabel, baik itu dependen ataupun independen, digunakan pengujian dengan mengacu pada Pearson Product Momen dimana hasil r-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabel. Dengan jumlah responden (n) 162 dan tingkat signifikansi 5% maka nilai r-tabel adalah 0,159.

Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa seluruh item soal yang ada memiliki nilai validitas di atas 0,159 (r-tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua data valid atau benar-benar dapat mengukur variabel yang diteliti. (Lampiran 3)

B. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan metode Cronbach Alpha dimana angket kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai di atas 0,6. Dalam pengujian ini terdapat beberapa item soal dari kuesioner yang tidak memenuhi kriteria reliabilitas sehingga harus dihapus dari pengolahan data seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa seluruh nilai reliabilitas dari masing- masing variabel berada di atas 0,6. Hal ini menandakan bahwa alat ukur yang digunakan memang reliabel. (Lampiran 3)

Uji Asumsi Klasik A. Uji Normalitas

Berdasarkan output SPSS yang telah dihasilkan, nilai dari Sig. (2 tailed) Kolmogorov Smirnov sebesar 0,338. Nilai tersebut lebih besardari 5% yang berarti data terdistribusi normal. (Lampiran 4)

(32)

18

B. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Independen Sign.

Kecerdasan Intelektual 0,271 Kecerdasan Emosional 0,296

Sumber: data diolah 2014

Dari data pengolahan di tabel 4.6 berdasarkan uji Glejser, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi kedua variabel independen lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam uji regresi. (Lampiran 4)

C. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Colinearity Statistics Tolerance VIF Kecerdasan Intelektual 0,894 1,119 Kecerdasan Emosional 0,894 1,119

Sumber: data diolah 2014

Masing-masing variabel independen dinyatakan tidak ada multikolinearitas bila nilai tolerance >0,1 serta nilai VIF <10. Hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance masing-masing variabel independen lebih besar dari 0,1. Begitu pula dengan nilai VIF yang menunjukkan angka lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa antar variabel independen tidak terdapat korelasi. (Lampiran 4)

D. Uji Autokorelasi

Dari pengolahan data dengan menggunakan runs test dihasilkan nilai Sign. (2 tailed) sebesar 0,431. Angka tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi. (Lampiran 4)

(33)

19

Pengujian Hipotesis

Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Berganda

ANOVA

Model F Sign.

Regression 9,091 ,000

Sumber: data diolah 2014

Coefficients Model Unstandardized

Coefficients (B)

t Sign.

(Constant) 9,510 2,181 ,031

Total_KE ,429 2,165 ,032

Total_KI ,614 2,768 ,006

Sumber: data diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.3, maka uji hasil regresi berganda secara matematis menjadi:

PE = 9,510+0,429KI+0,614KE+

𝑒

PE= Perilaku Etis

KI= Kecerdasan Intelektual KE= Kecerdasan Emosional

Persamaan di atas berarti saat kecerdasan intelektual naik satu satuan, maka perilaku etis calon auditor akan naik sebesar 0,429 satuan. Untuk kecerdasan emosional, setiap kenaikannya sebesar satu satuan maka perilaku etis calon auditor akan naik sebesar 0,614 satuan. Pengaruh kecerdasan intelektual-kecerdasan emosional secara simultan terhadap perilaku etis ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,091, yang berarti secara bersamaan kecerdasan intelektual dan

(34)

20

kecerdasan emosional mempengaruhi perilaku etis sebesar 0,091 dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. (Lampirann 5)

Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis Calon Auditor

Dalam tabel 4.3, tampak bahwa pengujian untuk H1 menunjukkan signifikansi sebesar 0,006 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (Lampiran 5). Dengan demikian H1 diterima atau dengan kata lain kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap perilaku etis mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tikollah et al. (2006) yang mengatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

Menurut Agustini dan Herawati (2013) kecerdasan intelektual menjadikan mahasiswa mampu menganalisa keadaan untuk mengambil keputusan yang tepat dan memandang masalah secara menyeluruh sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah hingga ke akarnya dengan memisahkan ego mereka. Sukmawati, Herawati, dan Sinarwati (2014) menyatakan pula bahwa dengan kecerdasan intelektual yang memadai maka mahasiswa mampu mengaplikasikan antara apa yang dipelajari di bangku pendidikan dengan yang ada di dunia kerja nantinya dimana dalam kasus ini adalah poin-poin Kode Etik Profesi. Dengan demikian, saat dihadapkan kasus yang memiliki dilema etika dan menuntut mereka untuk memiliki pertimbangan yang baik, mereka akan menggunakan logika mereka dengan baik sehingga hasilnya mereka berperilaku etis sesuai dengan nilai-nilai Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis Calon Auditor

Tabel 4.3 menunjukkan nilai signifikansi kecerdasan emosional sebesar 0,032 yang menunjukkan angka lebih kecil dari sebesar 5% (Lampiran 5). Dengan demikian, maka H2 yang menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku etis mahasiswa diterima.

(35)

21

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) serta Lucyanda dan Endro (2012). Agustini dan Herawati (2013) menyatakan bahwa kecerdasan emosional memampukan mahasiswa untuk memiliki rasa percaya diri melakukan hal positif dan mampu memelihara norma integritas dan kejujuran atas kinerja pribadi. Bagi auditor, norma tersebut tercantum dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik sehingga dengan kecerdasan emosional, mereka mampu menanamkan norma etika profesi dalam menghadapi masalah yang ada. Selain itu, kecerdasan emosional sangat penting bagi rasionalitas karena dapat membimbing keputusan kita di segala kondisi (Dharmawan, 2013). Dengan demikian, memiliki kecerdasan emosional akan mendorong mahasiswa untuk tetap berperilaku etis meskipun dihadapkan dengan dilema etis.

Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis Calon Auditor

Untuk pengujian H3, dilihat dari nilai signifikansi yang terdapat pada tabel 4.3 ANOVA, yaitu sebesar 0,000 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari =0,05.

Dengan demikian, maka H3 yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku etis diterima. (Lampiran 5)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tikollah et al. (2006) bahwa secara simultan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional mempengaruhi sikap etis mahasiswa. Lisda (2009) yang melakukan penelitian terhadap auditor juga menyatakan bahwa kecerdasan intelektual dan emosional berpengaruh secara simultan terhadap perilaku etis dan juga kinerja auditor. Dengan demikian meskipun saat ini mereka masih sebagai calon auditor, tetapi saat nantinya terjun ke dunia kerja, mereka yang dengan kecerdasan intelektual dan emosional lebih tinggi akan berperilaku lebih etis. Mereka juga memiliki performa lebih baik saat bekerja. Kondisi ini tidak mengeherankan mengingat mereka yang memiliki

(36)

22

kecerdasan intelektual dan emosional lebih tinggi akan memiliki kemampuan untuk berpikir secara logis sesuai kecerdasan intelektualnya dan dengan kecerdasan emosionalnya mereka akan memiliki integritas yang sesuai dengan prinsip etika profesi yang berlaku (Agustini & Herawati, 2013).

Perbedaan Perilaku Etis Calon Auditor Sebelum dan Sesudah Pengajaran Etika Profesional

Dalam pengujian hipotesis ini, 162 responden yang ada digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu mereka yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional lebih rendah serta lainnya adalah mereka yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional lebih tinggi. Kriteria pemilihan lebih rendah dan tinggi tersebut dilihat dari total nilai masing-masing kedua variabel tersebut yang kemudian dibandingkan dengan rata-rata total dari masing-masing variabel kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel Rata-rata Jumlah responden di atas/sama dengan

rata-rata

Jumlah responden di bawah rata-rata

Kecerdasan Intelektual 17.48 81 81

Kecerdasan Emosional 18 71 91

Perilaku Etis Sebelum Pengajaran Etika Profesi

27.97 79 83

Sumber: data diolah 2014

Tampak dari tabel 4.4 nilai rata-rata kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sebesar 17,48 dan 18. Responden yang memiliki jumlah nilai di bawah rata-rata maka digolongkan ke dalam mereka yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional lebih rendah. Begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil dari penggolongan tersebut, ditemukan 52 responden yang nilai kecerdasan intelektual dan emosionalnya sama-sama lebih rendah dibandingkan responden lainnya. Lima

(37)

23

puluh dua responden tersebut kemudian diuji perilaku etisnya sebelum dan sesudah mendapatkan pengajaran etika profesional dengan menggunakan paired sample t-test.

Tingkat sebesar 5%.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji t-test berada pada nilai 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian maka H4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku etis pada mahasiswa yang memiliki kecerdesan intelektual dan kecerdasan emosional lebih rendah, sebelum dan sesudah adanya pengajaran etika profesional. Perbedaan tersebut nampak bahwa dengan pengajaran etika, perilaku etis mereka berubah membaik yang ditunjukkan oleh kenaikan nilai mean dari 24,48 menjadi 31,25 (Lampiran 6).

Terbuktinya H4 tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina dan Susilawati (2012). Penelitian yang dilakukan Widyaningrum dan Sarwono (2012) juga menunjukkan bahwa pengambilan mata kuliah etika dapat mengubah perilaku etis mahasiswa atau calon auditor. Hal ini disebabkan pemberian pengajaran etika dalam kurikulum dapat meningkatkan sensitifitas mahasiswa terhadap isu-isu etika (Agustina & Susilawati, 2012). Dengan demikian, meskipun mahasiswa memiliki kecerdasan intelektual dan emosional lebih rendah dibandingkan lainnya sehingga perilaku etisnya cenderung kurang, maka melalui pengajaran etika profesional perilaku etis mereka dapat “terobati”.

Kecerdasan Intelektual dan Emosional Cenderung Tinggi, Perilaku Etis Mahasiswa Cenderung Rendah: Sebuah Penemuan

Dari tabel 4.4, rata-rata perilaku etis calon auditor menunjukkan angka 27,97.

Namun, data perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa justru nilai perilaku etisnya berada di bawah rata-rata, yaitu sebanyak 83 orang. Fakta ini menjadi menarik mengingat rata-rata kecerdasan intelektual dan emosional mahasiswa yang cenderung tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa muatan etika yang

(38)

24

diberikan pada mahasiswa masih kurang. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional tanpa pengetahuan etika yang cukup tidak akan berarti apa-apa. Para calon auditor tetap harus diberikan penekanan pengajaran etika yang memadai. Mereka harus dilatih untuk memberikan judgement-judgment profesional sesuai standar Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitan dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara parsial, kecerdasan intelektual dan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku etis calon auditor.

2. Secara simultan, kecerdasan intelektual dan emosional positif berpengaruh terhadap perilaku etis calon auditor.

3. Pengajaran etika mampu memperbaiki perilaku etis mahasiswa yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional lebih rendah. Hal ini tampak dari perbedaan hasil penilaian sikap etis mahasiswa sebelum dan sesudah pengajaran etika profesional akuntan publik yang membaik.

4. Pengajaran etika profesi sangat diperlukan yang tampak dari kecenderungan rendahnya nilai etika mahasiswa yang secara keseluruhan memiliki kecerdasan intelektual dan emosional cenderung tinggi.

Implikasi

Dari hasil penelitian ini tampak bahwa hal yang paling diperlukan mahasiswa adalah pengajaran etika profesional. Oleh karenanya, program studi akuntansi di perguruan tinggi Indonesia harus mampu mengimplementasikan lebih lagi pengajaran etika profesi dalam pengajarannya. Etika profesi tersebut tidak harus di bidang audit saja tetapi juga bisa dari bidang akuntansi keuangan dan sebagainya sehingga saat

(39)

25

dihadapkan dalam berbagai dilema etis di dunia kerja mereka sudah memiliki dasar- dasar yang kuat dan dapat berperilaku etis sesuai norma yang berlaku. Namun, dalam pemberian pengajaran tersebut tetap harus memperhatikan perkembangan kecerdasan intelektual dan emosional mahasiswa sehingga pemberian pengajaran etika profesi dapat diberikan denga lebih baik dan seimbang.

Selain dunia penddidikan di bangku perkuliahan, pengajaran etika profesi juga tetap harus diberikan kepada para auditor yang telah terjun ke dunia kerja, misalnya dengan training anggota KAP, baik junior maupun senior, mengenai Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Dengan demikian para auditor semakin mengerti dan memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam mengaudit, khususnya dalam menghadapi dilema etis.

Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak mampunya dilakukan pengujian kecerdasan intelektual dan emosional dengan tes psikologi yang sesungguhnya yang dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Penilaian kedua kecerdasan tersebut hanya secara umum melalui kuesioner dan hasilnya masih kurang maksimal meskipun dapat menggambarkan tingkatan kecerdasan intelektual dan emosional para mahasiswa secara umum.

Selain itu, subjek penelitian yang menggunakan mahasiswa memiliki keterbatasan masih kurangnya pengetahuan etika mereka, terlebih karena matakuliah yang menjadi syarat pengambilan sample adalah Pengantar Pengauditan, dimana di dalamnya masih kurang adanya muatan-muatan etika sehingga jawaban yang diberikan oleh mahasiswa di dalam kuesioner masih kurang maksimal.

(40)

26

Saran

Bila waktu memungkinkan, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melakukan pengujian tes IQ dan EQ yang sesungguhnya dengan bantuan psikolog sehingga nilai yang didapat benar-benar memadai. Subjek yang digunakan untuk diteliti untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika menggunakan mereka yang telah mengambil mata kuliah Pengauditan dan Laboratorium Pengauditan sehingga hasil penelitian terlihat lebih maksimal. Selain itu, penambahan faktor lainnya seperti kecerdasan spiritual akan menarik untuk ditambahkan dalam penelitian ini.

(41)

27

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Henri & Anita, Lili. 2009. Persepsi Akuntan Pendidik di Kota Padang terhadap Ide Pengintegrasian Muatan Etika dalam Kurikulum Akuntansi.

Ekuitas Vol. 13 No. 4 Desember 2009: 485-505.

Agustina, Lidya & Susilawati, Christine Dwi Karya. 2012. Dampak Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan dan Audit Terhadap Persepsi Etika Mahasiswa yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Kognisi dan Kecerdasan Emosional: Studi Eksperimen Semu. Jurnal Akuntansi Vol.4 No.1 Mei 2012:

22-32.

Agustini, Syukriyah & Herawati, Nyoman Trisna. 2013. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1 Vol. 1, No. 1.

Arens, Alvin A., Elder, Randal J.,& Beasley, Mark S. 2008. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Azwar, Saifuddin. 1999. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brown, Phil A., Stocks, Morris H.,& Wildr, W. Mark. 2007. Ethical Exemplification and the AICPA Code of Professional Conduct: An Empirical Investigation of Auditor and Public Perceptions. Journal of Business Ethics (2007) 71:39–71.

Dewanto, Alvis Muryo & Nurhayati, Siti. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis dan Pretasi Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi di Kota Pekalongan). Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 23, No. 1.

Dewi, Listya Kanda. 2013. Akuntan Publik dalam Penegakan Kode Etik Profesi.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, Vol. 1, No. 2: 8-26.

Dharmawan, Nyoman Ari Surya. 2013. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdsan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual pada Profesionalisme Kerja Auditor.

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Vol 2 No. 2.

Dragos, Dana Simona. 2010. Auditor’s Ethics in The Context of Global Crisis.

Annals of the University of Oradea, Economic Science Series 2010: 851-855.

Fadli, M. & Djamhuri, A. 2014. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Universitas Negeri di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol. 2 No. 2.

(42)

28

Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence: How Can It Matter More Than IQ.

New York: Bantam Books.

Gul, Ferdinand A., Ng, Andy Y., & Tong, Marian Yew Jen Wu. 2003. Chinese Auditors' Ethical Behavior in an Audit Conflict Situation. Journal of Business Ethics 42: 379-392.

Hidayat, Widi & Handayani, Sari. 2010. Peran Faktor-Faktor Individual dan Pertimbangan Etis terhadap Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit pada Lingkungan Inspektorat Sulawesi Tenggara. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1, No.1, April 2012, 83-112.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal- penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-as diakses tanggal 16 Maret 2014.

http://www.iaiglobal.or.id/ppa.php?id=5 diakses tanggal 16 Maret 2014.

IAPI. 2008. Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Jakarta: IAPI.

Jamaluddin & Indriasari, Rahayu. 2011. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Etika Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011.

Khomsiyah & N. Indriantoro. 1998. Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vo. 1 No.1 Hal 13–28.

Lisda, Afria. 2009. Pengaruh Kemampuan Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis Auditor serta Dampaknya pada Kinerja (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta). Skripsi belum diterbitkan.

Lucyanda, Jurica & Endro Gunardi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Bakrie. Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012.

Maryani, T. & Ludigdo, U. 2001. Survei atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. Jurnal TEMA Vol. 2 No. 1 Hal. 49-62.

McCormack, Martin. 2006. Ukurlah EQ Anda: Tes Mandiri Mengukur dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Pande, Putu Mahardika. 2012. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual pada Kinerja Alumni Fakultas Ekonomi Universitas (Studi Empiris Mahasiswa MAKSI dan PPAk). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 1, No. 1: 1-16.

(43)

29

Piaget, Jean. 1966. Psychology of Intelligence. New Jersey: Littlefield, Adams &

Company.

Richmond, Kelly Ann. 2001. Ethical Reasoning, Machiavellian Behavior, and Gender: The Impact on Accounting Students’ Ethical Decision Making.

Disertasi belum diterbitkan.

Salam, H. Burhanuddin. 2000. Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral.

Bandung: Rineka Cipta.

Siegel, Philip H.; O'Shaughnessy, John; & Rigsby, John T. 1995. A Reexamination of the Internal Auditors' Code of Ethics. Journal of Business Ethics 14: 949-957.

Stein, Steven J. & Book, Howard E. 2000. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa.

Sternberg, Robert J., Kaufman, James C.,& Grigorenko, Elena L. 2011. Applied Intelligence (Kecerdasan Terapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi.

Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sukmawati, Ni Luh Gede, Herawati, Nyoman Trisna,& Sinarwati, Ni Kadek. 2014.

Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Opini Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuantan Publik Wilah Bali). E-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha.

Tikollah, M. Ridwan, Triyuwono,& Ludigdo, H. Unti. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Trihandini, R. A. Fabiola M. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Hotel Horison Semarang). Tesis Belum Diterbitkan.

Trisniwati, Eka Indah & Suryaningsum, Sri. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.

Widyanigrum, Triyana & Sarwono, Aris Eddy. 2012. Analisis Sifat Machiavellian dan Pembelajaran Etika terhadap Sikap Etis Akuntan dan Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Oktober 66 2012: 65 – 75.

Gambar

Gambar  2.1  Model  Penelitian  Pemberian  Pengajaran  Etika  Profesional
Tabel 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Berganda
Tabel 4.3 menunjukkan nilai signifikansi kecerdasan emosional sebesar 0,032  yang  menunjukkan  angka  lebih  kecil  dari   sebesar  5%  (Lampiran  5)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Applying this neuron model to a continuous-time associative memory model with pattern specific spike propagation de- lay and synaptic site, we have shown that the storage capacity

Terkait analisis jalur injeksi komoditi ekspor terhadap kesejahteraan masyarakat (pendapatan rumah tangga), berdasarkan hasil analisis jalur struktural terhadap

Menunjukkan penggunaan tanaman kirinyuh ( Chromolaena odorata ) sebagai pupuk hijau mampu meningkatkan hasil biji kacang tanah 29,79% dengan hasil biji 2 ton/ha,

penyuluh baru mampu “cukup berperan” dalam membina petani karet sesuai dengan tujuan dari kegiatan penyuluhan pada petani karet agar petani mampu bertani dan berbisnis karet

Tujuan dari penentuan kawasan sempadan pantai adalah untuk melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai serta dalam hal

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pengertian makna dijabarkan menjadi: (i) arti: memperhatikan makna setiap kata yang terdapat dalam tulisan kuno itu, (ii)

Antusiasme masyarakat desa Jatisari sangat tinggi terhadap pengabdian ini walaupun masih sekedar penyuluhan, namun ibu-ibu PKK sangat respon dan menunggu kegiatan selanjutnya

9. Proses pembentukan bahan organik dari bahan anorganik menggunakan energi kimia disebut dengan kemosintesis. Bakteri yang berperan dalam kemosintesis disebut bakteri