commit to user
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Tradisional
2.1.1 Pengertian Pasar Tradisional
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, mendefinisikan pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar tradisional adalah wadah untuk mendapatkan berbagai kebutuhan pokok baik sandang maupun pangan bagi mayoritas penduduk di tanah air. Mereka bisa mendapatkannya dengan harga yang terjangkau bahkan dengan sistem tawar menawar. Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam kaitannya dengan pergerakan tingkat kestabilan harga. Dalam menghitung inflasi, harga kebutuhan pokok penduduk yang dijual di pasar tradisional seperti sembilan kebutuhan pokok menjadi obyek monitoring para ahli statistik setiap bulannya.
Pasar tradisional menurut Herman Malano dalam bukunya yang berjudul Selamatkan Pasar Tradisional menyebutkan bahwa pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, dengan bangunan terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka penjual maupun suatu pengelola pasar.
Pada pasar tradisional ini sebagian besar menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, barang elektronik, jasa, dan lain-lain. Selain itu juga menjual kue tradisional dan makanan nusantara lainnya.
Disamping itu, pasar tradisional memiliki beberapa kelebihan yang menonjol yaitu adanya sistem tawar menawar dalam proses jual beli yang mana hal ini menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli. Hal tersebut sagat cocok dengan kondisi masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat golongan menengah kebawah. Masyarakat golongan ini selalu ingin mencari barang atau kebutuhan dengan harga serendah-rendahnya, meskipun dengan kualitas yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan barang di pasar modern.
commit to user
2.1.2 Komponen Pasar TradisionalPasar tradisional saat ini menjadi perhatian banyak pihak terutama setelah pemerintah mencanangkan program revitalisasi pasar tradisional. Kementerian Perdagangan, misalnya tahun 2011 telah menganggarkan Rp 505 milyar untuk program revitalisasi pasar di seluruh Indonesia (Kompas, 29 Maret 2011). Program revitalisasi ini digagas dengan maksud merespon permasalahan menahun dari pasar tradisional di Indonesia. Pasar tradisional dicitrakan sebagai suatu tempat yang kumuh, kotor, becek, tidak terawat, dan mempunyai tingkat kualitas hunian sangat rendah.
Dalam penyelenggaraan pasar tradisional, aspek lokasi memegang peran penting karena sebagai tumpuan aktivitas ekonomi dan sosial yang berlangsung (Yusrinawati, 2012).
Pembangunan pasar membutuhkan lahan dan lokasi yang strategis, mengingat berbagai macam aktivitas yang terjadi di pasar tersebut dan pentingnya peran pasar sebagai penggerak perkembangan ekonomi wilayah. Pembangunan pasar pada lokasi yang strategis, dekat dengan terminal yang lengkap dengan aktivitas perdagangannya, maka proses transaksi ataupun kegiatan pasar yang lainnya akan lebih terjamin jika dibandingkan dengan pasar yang letaknya kurang strategis (Kiik, 2006).
Pasar melayani wilayah-wilayah tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain aksesibilitas dan frekuensi interaksi dengan wilayah jangkauan pelayanan (Stearns et all (1974) dalam Sidin, 2006). Meskipun demikian penyelenggaraan pasar tradisional tidak serta merta hanya memperhatikan aspek lokasi (teknis) saja, melainkan juga harus memperhatikan faktor-faktor yang lain diantaranya yaitu aksesibilitas terkait wilayah sekitar juga jangkauan pelayanan pasar tradisional itu sendiri (Yusrinawati, 2012).
Dalam kegiatan ekonomi terdapat suatu istilah yaitu jarak (range) dan ambang (threshold). Jarak (range) merupakan jarak yang perlu ditempuh orang untuk mendapatkan barang kebutuhannya. Sedangkan ambang (threshold) yang berarti jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk menunjang supaya suatu fungsi tertentu dapat berjalan lancar.
Misalnya suatu macam prasarana atau sarana yang lebih tinggi fungsinya atau yang diperlukan oleh jumlah penduduk yang besar jumlahnya (pasar, sekolah menengah, dan sebagainya), harus terletak di wilayah yang jangkauan pelayanannya lebih luas yaitu bukan di desa tapi di kecamatan (Jayadinata dalam Kiik 2006). Disamping itu, pasar akan berkembang sesuai dengan ambang batas dan jangkauan pelayanan pasar, sementara persaingan antar pasar sangat dipengaruhi oleh kebijakan publik termasuk penataan ruang.
Keberlangsungan pasar juga dipengaruhi oleh adanya sarana penunjang pasar diantaranya jaringan air bersih, jaringan listrik, saluran pembuangan limbah maupun tempat pembuangan sampah (Kiik, 2006). Selain itu menurut Ekomadyo dalam jurnal Isu, Tujuan, dan
commit to user
Kriteria Perancangan Pasar Tradisional sarana penunjang pasar terdiri dari keberadaan MCK, sarana ibadah, terminal angkutan serta area parkir untuk menunjang operasional pasar taradisional.
RESUME TEORI KOMPONEN PASAR TRADISIONAL Tabel 2.1 Resume Teori Komponen Pasar Tradisional Teori Komponen Pasar Tradisional (sumber)
Resume Teori Sidin (2006) Kiik (2006) Ekomadyo
(2012)
Yusrinawati (2012) Faktor
lokasi pasar
Lokasi pasar Lokasi Pasar
Aksesibilitas Pasar
Jangkauan Pelayanan Pasar
Sarana Penunjang Pasar Aksesibilitas Aksesibilitas Aksesibilitas
Jangkauan pelayanan pasar
Jangkauan pelayanan pasar Sarana penunjang pasar
Sarana penunjang pasar
Sumber : Sidin (2006), Kiik (2006), Ekomadyo (2012), dan Yusrinawati (2012)
2.1.2.1 Lokasi Pasar Tradisional
Faktor lokasi pasar akan sangat menarik konsumen atau masyarakat untuk menghidupkan pasar yang ada karena proses transaksi jual beli akan lebih terjamin.
Pemilihan lokasi yang ramai dan luas sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha. Pemilihan lokasi akan menentukan prospek pasar yang akan dibangun. Lokasi ini merupakan keunggulan utama pasar daripada ritel modern. Jumlah penduduk akan sangat mempengaruhi permintaan pasar yang turut serta mempengaruhi keberhasilan pasar tersebut (Sjafrizal, 2008).
Disamping beberapa hal tersebut diatas, menurut Yusrinawati (2012) pembangunan lokasi pasar perlu memperhatikan mengenai beberapa hal lain yaitu :
Adanya embrio
o Adanya pedagang dan pembeli
o Adanya kegiatan jual beli (perdagangan) o Ada barang yang diperdagangkan o Belum ada wujud fisik pasar
Penyediaan lahan o Swadaya masyarakat
o Dibeli dengan dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Propinsi atau APBN (dana pusat)
commit to user
Status lahan
o Tidak dalam sengketa
o Tidak sedang dalam jaminan atau penyitaan o Sudah ada ketetapan hukum
Lokasi dimana pasar itu dibangun akan sangat mempengaruhi minat masyarakat untuk mengunjungi pasar tersebut. Faktor penting yang harus menjadi pertimbangan adalah wilayah perdagangan yang membatasi suatu kota. Pasar sebaiknya dibangun pada wilayah perdagangan yang ramai dan luas. Pasar yang dibangun pada tempat yang tidak ada aktivitas perdagangan sangat sulit diharapkan akan dikunjungi oleh masyarakat. Menurut pendapat David Dewar Vanessa W (1990) dalam Kiik (2006), pada skala kota ada tiga faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pasar, yaitu sebagai berikut :
Location of generator of population movement (lokasi yang menimbulkan pergerakan populasi)
Keberadaan pasar di pusat kota dengan kepadatan penduduk tinggi merupakan pasar yang sangat besar perkembangannya. Pasar berada diantara kumpulan pedagang formal lainnya serta berada di sekitar terminal transportasi umum. Lokasi pasar seperti itu akan sangat berkembang karena jelas sangat dekat dengan pergerakan orang banyak.
Location of cosumers (lokasi dari pembeli)
Lokasi pasar seharusnya mudah dijangkau oleh konsumen pasar, baik itu konsumen berpenghasilan rendah, sedang maupun tinggi dengan segala macam alat transportasi yang bisa melayani. Misalnya saja angkutan umum untuk konsumen berpenghasilan rendah dan sedang dan kendaraan pribadi untuk konsumen berpenghasilan tinggi.
Disamping itu tidak menutup kemungkinan juga dipertimbangkan titik titik tempat transit kendaraan umum tersebut.
Sources of supply (sumber barang diperjualbelikan)
Lokasi pasar harus dekat dengan kiriman persediaan bahan baku yang diperjual belikan serta memiliki akses mudah dikunjungi.
Sementara Duncan dan Hollander, dalam Putra (2010), mengemukakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi pasar adalah :
Populasi yang terdapat pada daerah perdagangan, meliputi komposisi dan pertumbuhannya
Perkembangan kota yang dapat diukur dari perubahan sosial ekonomi
Kebisaaan belanja penduduk
commit to user
Daya beli penduduk yang dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tabungan yang dimiliki
Perbedaan status sosial yang dapat dilihat dari tipe rumah, kepemilikan rumah, tingkat pendidikan dan jumlah kepemilikan kendaraan
Jumlah, luas , tipe dan lokasi pasar lama
Aksesibilitas berupa fasilitas transportasi umum, kedekatan dengan konsumen potensial yang dapat berupa daerah perumahan dan perkantoran
Kondisi fisik lahan, dapat dilihat dari topografi, kondisi geologis, rawan bencana dan sebagainya
Tabel 2.2 Resume Teori Aspek Lokasi Pasar Tradisional Aspek Lokasi Pasar (sumber)
Resume David Dewar
(1990) dalam Kiik (2006)
Yusrinawati (2012)
Duncan dan Hollander dalam Putra
(2010)
Lokasi dari pergerakan
Lokasi dari pembeli
Lokasi dari bahan baku
Adanya embrio
Penyediaan lahan
Status lahan
Perkembangan populasi
Perkembangan kota
Daya beli penduduk
Perbedaan status sosial
Luas pasar lama
Aksesibilitas
Kondisi fisik lahan
Lokasi dari pergerakan
Lokasi dari pembeli
Lokasi dari bahan baku
Adanya embrio
Penyediaan lahan
Status lahan
Perkembangan populasi
Perkembangan kota
Daya beli penduduk
Perbedaan status sosial
Luas pasar lama
Aksesibilitas
Kondisi fisik lahan
Sumber : Kiik (2006), Yusrinawati (2012), dan Duncan dan Hollander dalam Putra (2010)
2.1.2.2 Aksesibilitas Pasar Tradisional
Jarak antara masyarakat yang diperkirakan akan berkunjung sebaiknya juga tidak terlalu jauh dan untuk mencapainya tersedia cukup fasilitas transportasi atau aksesibilitas yang lancar. Beberapa hal yang menjadikan jarak yang jauh dirasakan menjadi lebih dekat yaitu
commit to user
adanya jalan dan alat transportasi, kemudahan untuk parkir, kelengkapan dan kualitas barang- barang yang dijual dan kemudahan untuk mencapai lokasi (tidak macet misalnya). Jumlah penduduk, pendapatan perkapita, distribusi pendapatan, aglomerasi dan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi suatu kegiatan (Marsudi Djojodipuro, 1992).
Suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk banyak merupakan pasar yang perlu dipertimbangkan.
Duncan dan Hollander seperti dikutip Yusrinawati (2012), aksesibilitas pasar tradisional berupa fasilitas transportasi umum, kedekatan dengan konsumen potensial yang dapat berupa daerah perumahan dan perkantoran. Aksesibilitas eksternal mengatur sirkulasi eksternal yang efektif dan tidak menyebabkan gangguan sekitar, menyediakan luas area parkir yang cukup untuk menampung kendaraan pengunjung sehingga area parkir tersebut mampu menjadi
“generator” untuk memperkuat aksesibilitas pasar (Ekomadyo, 2012).
Tingkat aksesibilitas pasar juga bisa diukur berdasarkan pada beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan dan kualitas jalan (Bintarto (1989) dalam Sidin (2006).
Selain itu yang
menentukan tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan.Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya. Kondisi ini membuat penyebaran lahan dalam suatu wilayah menjadi tidak merata (heterogen) dan faktor jarak bukan satu-satunya elemen yang menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas. (Miro, 2004 dalam Sidin, 2006)
Tabel 2.3 Resume Teori Aspek Aksesibilitas Pasar Tradisional Aspek Aksesibilitas Pasar (sumber)
Resume Bintarto (1989)
dalam Sidin (2006) Ekomadyo (2012)
Duncan dan Hollander dalam Yusrinawati (2012)
Ketersediaan jaringan jalan
Jumlah alat transportasi
Panjang, lebar jalan
Kualitas jalan
Ketersediaan area parkir
Fasilitas transportasi umum
Kedekatan dengan konsumen
Ketersediaan jaringan jalan
Jumlah alat transportasi
Panjang, lebar jalan
Kualitas jalan
Ketersediaan area parkir
Fasilitas transportasi umum
Kedekatan dengan konsumen
Sumber : Sidin (2006), Ekomadyo (2012) dan Yusrinawati (2012)
commit to user
2.1.2.3 Jangkauan Pelayanan PasarJangkauan pelayanan pasar ditentukan oleh jarak dan moda yang tersedia dikaitkan dengan biaya dan manfaatnya (Button, 1978 dalam Sidin, 2006). Pasar akan berkembang sesuai dengan ambang batas dan jangkauan pelayanan pasar, sementara persaingan antar pasar sangat dipengaruhi oleh kebijakan publik termasuk penataan ruang.
Teori tentang jangkauan pelayanan pasar selanjutnya dikembangkan oleh Blair (1995) seperti dikutip oleh Kiik (2006) bahwa, jangkauan pelayanan pasar adalah suatu wilayah yang diperkirakan suatu produk bisa dijual. Jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi ada batasnya dinamakan range, disamping ada batas minimal dari luar pasarnya agar produsen bisa tetap berproduksi. Luas pasar miniml dinamakan threshold. Lebih jelasnya range merupakan jarak maksimum bagi konsumen untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan.
Dari sisi pusat kegiatan, besaran range menjadi batasan bagi luasan daerah pelayanan pasar.
Selanjutnya threshold adalah ukuran atau besaran minimum volume paar (dinyatakan dalam jumlah penduduk atau pendapatan).
Selanjutnya oleh Blair dalam Kiik (2006) mengembangkan range menjadi daerah jangkauan pelayanan pasar yang terbagi menjadi dua bagian yaitu ideal outer range dan real outer range. Ideal outer range adalah jarak maksimum yang akan ditempuh oleh konsumen untuk memperoleh barang kebutuhannya dengan biaya transportasi ditambah harga barang dipandang lebih murah dari harga rata-rata. Sedangkan real outer range adalah jarak maksimum yang akan ditempuh oleh konsumen dalam persaingan pasar yang ada, dan inilah yang disebut sebagai market area yang sesungguhnya dari suatu kegiatan usaha.
Gambar 2.1 Market Area Sumber : Blair, 1995 dalam Kiik, 2006
Jarak menentukan bagaimana manusia berhubungan dari suatu tempat ke tempat lain.
Jarak menciptakan waku dan biaya yang dibutuhkan manusia untuk mencapai lokasi tersebut.
jarak juga menciptakan lemahnya informasi sehingga semakin jauh dari suatu lokasi, maka semakin berkurang karakter yang dimiliki pada lokasi tersebut. Semakin jauh jarak yang
commit to user
ditempuh, maka akan semakin menurunkan minat seseorang untuk bepergian dari suatu lokasi ke lokasi tujuan.
Terdapat suatu standar yang digunakan dalam pengaturan kota yang dikemukakan Chapin dalam Ekomadyo (2012) bahwa jarak tempuh antara pasar atau prasarana lain harus bisa ditempuh dari lingkungannya yang dilayaninya (market area) sampai jarak ¾ km atau 10 menit berjalan kaki. Sedangkan untuk standar luasnya ditetapkan 500 m2/1.000 penduduk.
Standar tersebut tidak mutlak, hanya merupakan patokan dalam perencanaan prasarana dan sarana perkotaan.
Philip Kottler seperti dikutip oleh Kiik (2006), membuat suatu prinsip klasifikasi pasar menurut lokasi, skala pelayanan, jenis barang dagangan, konstruksi fisik, jumlah pedagang, keramaian, permodalan dan luas areal pasar. Menurut Kottler, pasar yang melayani penduduk antara 50.000 jiwa sampai dengan 75.000 jiwa dapat diklasifikasikan sebagai pasar kelas II atau pasar kecamatan dengan jangkauan pelayanan 7,5 km. Sedangkan menurut Grey (1986) seperti dikutip Hasan, A (2012), jangkauan pelayanan pasar kecamatan berada pada radius 4.5 km – 9 km. Aspek-aspek atau ciri-ciri pasar oleh Kottler (dalam Kiik, 2006) tersebut berbeda untuk setiap tingkatan pasar, yaitu dapat dilihat dalam tabel berikut :
18 Tabel 2.4 Prinsip Klasifikasi Pasar
No Ciri-ciri Fasilitas Pasar
Krempyeng / Darurat
Kelas III (Pasar Lingkungan)
Kelas II (Pasar
Kecamatan) Kelas I (Pasar Kota) Kelas Utama (pasar Regional)
1 Lokasi RW Kelurahan Kecamatan Wilayah sub kota/wilayah
kota yang strategis
Wilayah kota yang sangat strategis
2
Skala pelayanan Radius Pengguna
1000 m 250 – 750 jiwa
2000 m
10.000-20.000 jiwa
7500 m
50.000-75.000 jiwa
10000 m
250.000-500.000 jiwa
Lokal dan regional 500.000-750.000 jiwa
3 Barang dagangan
Kebutuhan pokok
Kebutuhan primer dan sekunder dengan harga murah
Kebutuhan primer dan sekunder dengan harga menengah
Kebutuhan primer dan sekunder dengan harga menengah serta lux
Kebutuhan primer dan sekunder dengan harga lux
4 Konstruksi fisik
Bangunan bisaa dan alat peraga
Bangunan semi permanen
Bangunan permanen dan tersedia fasilitas parkir
Bangunan
permanen/bertingkat, tersedia fasilitas parkir dan bongkar muat
Bangunan permanen bertingkat standar, berukuran memadai, tersedia fasilitas parkir, bongkar muat dan fasilitas penunjang lain cukup
5 Jumlah
pedagang 100-150 jiwa 250-300 jiwa 300-500 jiwa 1000-2500 jiwa 2000-4000 jiwa
6 Keramaian
Cukup, waktu terbatas
Cukup ramai Cukup ramai Cukup tinggi Tinggi
7 Permodalan Relatif kecil Relatif kecil Relatif sedang Relatif besar Relatif besar
8 Luas areal 0,05-0,07 ha 0,07-0,30 ha 0,60-1,50 ha 1,00-2,50 ha 5,00-6,00 ha
Sumber : Kotler (1976) dalam Kiik (2006)
commit to user
Sebagai upaya untuk menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu motor penggerak dinamika perkembangan perekonomian suatu kota, maka diperlukan adanya pasar yang dapat beroperasi secara optimal dan efisien serta dapat melayani kebutuhan masyarakat. Efisiensi dan optimasi pelayanan suatu pasar di antaranya dapat dilihat dari pola penyebaran sarana perdagangan, waktu pelayanan pasar, kondisi fisik pasar, jenis dan variasi barang yang diperdagangkan, dan sistem pengelolaan pasar (kelembagaan) pasar itu sendiri, (USDRP, 2005 dalam Sukriswanto 2012).
Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin terancam dengan semakin maraknya pembangunan pasar modern. Satu hal yang tidak dapat diingkari, daya tarik pasar tradisional menurun akibat buruknya kondisi serta kelengkapan sarana dan prasarana pasar tradisional, keadaan pasar yang sangat padat dengan penataan barang dagangan yang meluber dari petak jualan, ruang gerak koridor yang sangat terbatas, suasana yang sumpek dan kumuh, yang semua bertolak belakang dengan keadaan pasar modern (Sulistyowati, 1999 dalam Andriani dan Ali, 2013).
Tabel 2.5 Resume Teori Aspek Jangkauan Pelayanan Pasar Tradisional Aspek Jangkauan Pelayanan Pasar (sumber)
Resume Button, 1978
dalam Sidin (2006)
Kottler (1976) dalam Kiik (2006)
Chapin dalam Ekomadyo (2012)
Jarak
Moda transportasi
Skala pelayanan (radius)
Jumlah penduduk terlayani
Jumlah penduduk (ambang batas populasi)
Jarak menuju pasar
Waktu tempuh
Jarak
Moda transportasi
Skala pelayanan (radius)
Jumlah penduduk terlayani
Waktu tempuh Sumber : Sidin (2006), Kiik (2006), dan Ekomadyo (2012)
commit to user
Tabel 2.6 Rangkuman Kajian Teori Pasar Tadisional NO ASPEK-ASPEK
PASAR TRADISIONAL
KOMPONEN 1 Lokasi Pasar Sumber : Yusrinawati (2012)
Adanya embrio
Penyediaan lahan
Status lahan
Sumber : David Dewar (1990) dalam Kiik (2006)
Lokasi dari pergerakan
Lokasi dari pembeli
Lokasi dari bahan baku
Sumber : Duncan dan Hollander dalam Putra (2010)
Perkembangan populasi
Perkembangan kota
Daya beli penduduk
Perbedaan status sosial
Luas pasar lama
Aksesibilitas
Kondisi fisik lahan
2 Aksesibilitas Pasar Sumber : Bintarto (1989) dalam Sidin (2006)
Ketersediaan jaringan jalan
Jumlah alat transportasi
Kualitas jalan
Sumber : Duncan dan Hollander (2012) dalam Yusrinawati (2012)
Fasilitas transportasi umum
Kedekatan dengan konsumen Sumber : Ekomadyo (2012)
Ketersediaan area parkir 3 Jangkauan Pelayanan
Pasar
Sumber : Button (1978) dalam Sidin (2006)
Jarak
Moda transportasi
Sumber : Chapin dalam Ekomadyo (2012)
Jumlah penduduk (ambang batas populasi)
Jarak menuju pasar
Waktu tempuh
Sumber : Kottler (1976) dalam Kiik (2006)
Skala pelayanan (radius)
Jumlah penduduk terlayani
Sumber : David Dewar (1990) dalam Kiik (2006), Kottler (1976) dalam Kiik (2006), Button (1978) dalam Sidin (2006), Chapin dalam Ekomadyo (2012), Yusrinawati (2012), Duncan dan Hollander (2012) dalam Yusrinawati (2012)
commit to user
2.3 Sintesa TeoriSintesa teori merupakan ringkasan dari kajian teori yang telah dijabarkan sebelumnya sehingga menghasilkan resume yang pada akhirnya merupakan variabel terpilih dari penelitian yang dilakukan. Sintesa teori dari aspek-aspek perencanaan pasar tradisional merupakan gabungan dari beberapa teori yang menyebutkan aspek-aspek atau faktor-faktor penting dalam keberlangsungan pasar tradisional. Diantara empat aspek penting yang dikaji dalam komponen pasar, hanya satu aspek yang tidak digunakan yaitu aspek sarana penunjang pasar. Hal ini dikarenakan pembahasan aspek penunjang pasar lebih mengarah pada bahasan perancangan arsitektur. Pembahasan pada sarana penunjang pasar lebih mengarah pada desain bangunan dan visual untuk kelengkapan pasar tradisional.
Sedangkan sintesa dari teori kesesuaian pasar tradisional merupakan hal-hal yang telah diketahui dari komponen pasar tradisional yaitu terkait lokasi, aksesibilitas dan jangkauan pelayanan pasar dengan menggunakan pendekatan kesesuaian antara kondisi eksisting dengan teori. Sintesa teori dari kesesuaian pasar tradisional diambil berdasarkan komponen terumuskan dari resume sebelumnya namun tidak digunakan seluruhnya.
Ada beberapa komponen dalam pembahasan yang tidak digunakan yaitu pada sub variabel lokasi yaitu kedekatan dengan sumber bahan baku. Pasar Gemolong 2 merupakan pasar dengan barang yang diperjualbelikan barang jadi, sehingga sub variabel kedekatan dengan bahan baku menjadi tidak sesuai kegiatan operasional di Pasar Gemolong 2.
Kedekatan lokasi dengan bahan baku akan lebih sesuai dengan sentra lokasi industri.
Disamping itu, ada beberapa komponen dengan pembahasan yang sama maka diringkas menjadi satu seperti halnya dalam variabel jangkauan pelayanan pasar yakni sub variabel jarak dengan sumber yang berbeda.
Berikut tabel sintesa teori dari kajian teori komponen pasar tradisional terhadap kesesuaian pasar tradisional disertai dengan definisi untuk pengoperasional masing-masing variabel.
commit to user
Tabel 2.7 Sintesa TeoriVARIABEL KRITERIA KETERANGAN
LOKASI PASAR Adanya embrio Terdapat aktivitas jual beli
(Yusrinawati, 2012)
Penyediaan lahan Swadaya masyarakat atau dibeli pemerintah dengan dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Propinsi atau APBN / dana pusat (Yusrinawati, 2012)
Status lahan Legal milik pemerintah, tidak dalam sengketa (Yusrinawati, 2012)
Lokasi yang menimbulkan pergerakan orang
Berada di pusat aktivitas yang menimbulkan pergerakan seperti sekitar terminal ataupun aktivitas perdagangan lainnya (David Dewar Vanessa W, 1990 dalam Kiik, 2006)
Lokasi dari pemanfaat pasar
Lokasi pasar mudah dijangkau oleh konsumen baik konsumen berpenghasilan rendah, menengah sampai tiggi (David Dewar Vanessa W, 1990 dalam Kiik, 2006)
AKSESIBILITAS PASAR
Ketersediaan jaringan jalan
Terletak di jalan utama. Termasuk sarana parkir sesuai ketentuan setempat(Bintarto, 1989 dalam Sidin, 2006)
Fasilitas
transportasi umum
Tersedia banyak dan beragam fasilitas transportasi menuju pasar.
(Bintarto, 1989 dalam Sidin, 2006)
Kedekatan dengan konsumen
Jarak dari pemanfaat pasar 4,5 km (4.500 m)(Grey, 1986 dalam Hasan, 2012)
Ketersediaan area parkir
Luas Lahan Parkir 2000 m2 (SNI-03- 1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan)
JANGKAUAN PELAYANAN PASAR
Jarak (radius) pengguna
Jarak dari pemanfaat pasar 4,5 km (4.500 m)(Grey, 1986 dalam Hasan, 2012)
Waktu tempuh Waktu tempuh menuju pasar 10 menit (Prinsip Klasifikasi Pasar oleh Kotler, 1976 dalam Kiik, 2006)
Jumlah penduduk Batas ambang penduduk antara 50000 – 75000 jiwa (Prinsip Klasifikasi Pasar oleh Kotler, 1976 dalam Kiik, 2006)
Moda transportasi Tersedia banyak dan beragam fasilitas transportasi menuju pasar.
(Bintarto, 1989 dalam Sidin, 2006)
Sumber : Analisis Penulis, 2015
commit to user
2.4 Kerangka PikirGambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian Sumber : Analisis Penulis, 2015
Pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi
masyarakat
Pembangunan pasar tradisional baru (Pasar Gemolong 2)
Pasar Gemolong 2 tidak berkembang baik
Kondisi Eksisting pasar
Kajian Kesesuaian Pasar Gemolong 2 Terhadap Faktor Lokasi, Aksesibilitas dan
Jangkauan Pelayanan Pasar Tradisional Lokasi Pasar Aksesibilitas
Jangkauan Pelayanan Aspek Pasar Tradisional
Lokasi Pasar Aksesibilitas
Jangkauan Pelayanan