195
PENGARUH KEKAYAAN DAERAH, TINGKAT KETERGANTUNGAN KEUANGANDAERAH, UKURAN DAERAH DAN BELANJA DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
(STUDI PADA KAB/KOTA PROV SUMATERA SELATAN TAHUN 2016-2018 )
Aladin
1, Sarikadarwati
2, Melani Dwi Safitri
3 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri SriwijayaEmail1:
[email protected] Email
2: [email protected]
Abstract
This study aims to determine and analyze the influence of Regional Original (PAD), Balancing Funds, Regional Size and Regional Expenditures on the Performance of District/City Government Administration in South Sumatra Province. The data used in this study is the Budget Realization Report in 2016-2018, which was obtained from the BPK RI Audit Result Report. The population of this study is the Budget Realization Reports in 17 Regencies/Cities in South Sumatra Province with 45 research samples. The data analysis model uses multiple regression. The results showed that simultaneously, PAD and Balancing Funds did not have a positive effect, Regional Size and Regional Expenditures had a positive and significant effect on the Performance of the Regional Government of South Sumatra Province.
Keywords: Performance of Local Government, Wealth, Intergovernmental Revenue, Size, Regional Expenditure
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Ukuran Daerah Dan Belanja Daerah terhadap Kinerja Penyelenggaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran pada tahun 2016-2018, yang diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI. Populasi penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran pada 17 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan sampel penelitian sebanyak 45. Model analisis data menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan, PAD dan Dana Perimbangan tidak berpengaruh positif , Ukuran Daerah dan Belanja Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Kata Kunci: Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah, Belanja Daerah.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang mengatur pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan peraturan perundang- undangan. Daerah otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam melaksanakan program- program pembangunan yang memiliki dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi. Desentralisasi memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangan daerahnya sendiri.
Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab.
Penilaian kinerja pengelolaan keuangan
196
dilakukan terhadap APBD yang dilakukanpemerintah daerah yang wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.
Menurut undang-undang no. 23 tahun 2014 pasal 69 ayat (1) dan (2) tentang pemerintah daerah menegaskan bahwa kepala daerah wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. LPPD digunakan sebagai dasar untuk menyusun Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD).
Selanjutnya hasil EKPPD dan penilaian, perumusan kebijakan, dan pembinaan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud disampaikan kembali kepada Pemerintah Daerah melalui sistem informasi elektronik secara daring. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja pemerintah adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan informasi keuangan daerah secara keseluruhan. Sumber informasi ini akan digunakan tim penilai dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Informasi dalam laporan keuangan berupa posisi keuangan yang seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dengan semua aset, pendapatan baik yang diperoleh dari dana transfer atau hasil dari pengelolaan daerah yang dimiliki serta pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk melakukan penyelenggaraan pemerintahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Pengaruh Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah dan Belanja Daerah terhadap Kinerja Penyelenggraan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan”.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kekayaan daerah berpengaruh terhadap kinerja penyeleggaraan pemerintah
di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
2. Apakah tingkat ketergantungan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja penyeleggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
3. Apakah ukuran daerah berpengaruh terhadap kinerja penyeleggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
4. Apakah belanja daerah berpengaruh terhadap kinerja penyeleggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?
5. Apakah kekayaan daerah, tingkat ketergantungan keuangan daerah, ukuran daerah dan belanja daerah berpengaruh terhadap kinerja penyeleggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan?.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kekayaan daerah terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran daerah terhadap terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh belanja daerah pemerintah daerah terhadap terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kekayaan daerah, tingkat ketergantungan keuangan daerah, ukuran daerah dan belanja daerah pemerintah daerah terhadap terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan LANDASAN TEORI
Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Kinerja adalah pretasi kerja atau pencapaian yang diterima dalam menjalankan program/ kegiatan organisasinya dalam periode tertentu. Menurut Bastian (2006 : 274), “kinerja
197
adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatukegiatan/ program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.”
Kekayaan Daerah
Kekayaan adalah kemampuan dalam mencukupi kebutuhan. Kekayaan suatu negara dapat diukur dengan berbagai macam ukuran yang tidak selalu sama karena setiap orang memiliki pandangan hidup yang berbeda sehingga tolok ukur dari kesejahteraan juga akan berbeda. Mustikarini dan Fitriasari (2012) menyatakan salah satu sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD yang tinggi dimiliki oleh pemerintah daerah akan memudahkan kinerja atas transaksi pengeluaran atau belanja daerah sebagai kebutuhan Pemda. Berdasarkan pasal 1 UU No. 33 tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah Tingkat ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima dari pemerintah pusat oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan daerah (Mahmudi, 2016:140).
Dana perimbangan adalah dana hasil kebijakan pemerintah pusat dibidang desentralisasi fiskal demi keseimbangan fiskal antara pusat dan daerah yang terdiri dari 1) Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 2) Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengn tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 3) Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Ukuran Daerah
Sesuai dengan penelitian Waliyyani (2015); Pratama et.al (2015);
Kusumawardani (2012); dan
Setyaningrum (2012), ukuran pemerintah daerah dapat dilihat dari total aset yang dimiliki. Untuk mengetahui besarnya total aset yang dimiliki setiap tahun, makapeneliti
menggunakan perbandingan total aset tahun lalu dengan total aset tahun sekarang. Terbukti secara empiris bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Semakin tinggi nilai aset dari pemerintah daerah dapat diasumsikan bahwa semakin besar ukuran pemerintah daerahnya. Tuntutan terhadap pemerintah yang mempunyai ukuran lebih besar akan lebih tinggi dari pada pemerintah yang mempunyai ukuran lebih kecil. Sehingga akan berdampak pada kinerja keuangannya.
PSAP 01 Paragraf 65 menjelaskan definisi dari aset pemerintah daerah:
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan mata uang termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset diklasifikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar.
Belanja Daerah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 pasal 1 menjelaskan belanja daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Kerangka Pemikiran,Hipotesis Dan Model Penelitian
Kekayaan daerah berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulia Andirfa Hasan Basri dkk (2016) yang mengungkapkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
198
oleh Indah Puspita Sari (2016), Nur Handayani(2017) serta Ni Made Diah Permata Sari & I Ketut Mustanda (2019)dengan membuktikan jika PAD berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Adanya perbedaan ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani Hardiyanto Wibowo (2017) bahwa PAD tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1 : Kekayaan daerah berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah
Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Penyelenggaran Pemerintah Daerah
Dana perimbangan juga digunakan untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah (Nugroho, 2012).
Tingginya persentase jumlah dana perimbangan menunujukkan jika pemerintah daerah tidak mandiri dalam mengelola pendapatannya dan dapat menyebabkan penilaian akuntabilitas kinerja semakin rendah karena persentase Dana Perimbangan yang tinggi mengindikasikan jika pemerintah tidak mampu dalam merencakan dan menjalankan pogram/
kegiatan untuk mengoptimalkan PAD (Nurdin, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Ade Noprianto & Kiswanto (2016) dan Susilawati (2016) yang mengungkapkan bahwa Tingkat ketergantungan pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan daerah, adanya perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Handayani (2017) Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi kinerja pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:
H2 : Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaran pemerintah daerah Ukuran daerah berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah
Penelitian yang dilakukan oleh Indah Puspa Sari (2016) Ukuran pemerintah daerah
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Ade Noprianto & Kiswanto (2016) mengungkapkan bahwa ukuran pemerintah daerah, tingkat kekayaan daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:
H3 : Ukuran daerah berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah
Belanja Daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja penyelenggraan pemerintah daerah
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan belanja daerah digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat. Semakin tinggi belanja daerah mencerminkan semakin tingginya tingkat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Selanjutnya, semakin meningkatnya pelayanan yang diberikan juga akan berpengaruh terhadap tingginya kinerja pemerintah daerah. Namun, terdapat perbedaan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Ade Noprianto, Kiswanto (2016) yang membuktikan bahwa belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:
H4 : Belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja penyelenggraan pemerintah daerah
Kekayaan daerah, Tingkat Kekayaan Daerah, Ketergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah, dan Belanja Daerah berpengaruh secara terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Uraian mengenai setiap variabel telah dijelaskan pada hipotesis sebelumnya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga digunakan dalam penelitian terdahulu.
Penelitian terdahulu yang telah dibuktikan oleh para peneliti, diketahui bahwa variabel independen yang digunakan berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:
199
H5: Kekayaan daerah, TingkatKetergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah, dan Belanja Daerah berpengaruh secara terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah 17 Kabupaten/Kota yang ada Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari 13 Kabupaten dan 4 Kota. Sampel yang digunakan pad penelitian ini berjumlah 15 sampel yang menggunakan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang bersumber pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi di Indoenesia untuk tahun 2016-2018 khususnya Provinsi Sumatera Selatan, data tersebut diperoleh dari Badan Pemeriksaaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
Variabel Penelitian
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Pengukuran kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah skor kinerja hasil evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah yang telah dikeluarkan berdasaran Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 120-1421 Tahun 2016, Kepmendagri No 100-53 Tahun 2018, dan Kepmendagri No. 118-8840 Tahun 2018. Evaluasi dilakukan berdasarkan penilaian portfolio secara desk range nilai 0-4 terhadap data yang dimuat dalam LPPD dan LKPD Tahun 2013-2015.
Kekayaan Daerah (X1)
Kekayaan pemerintah daerah dilihat dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah.
Pendapat Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan dari sumber-sumber daerah sendiri, yang dipungut berdasarkan peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PAD dalam penelitian ini dapat diketahui dari Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2016 sampai tahun 2018. Sumber PAD berdasarkan pasal 6 UU Nomor 33 Tahun 2004 terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain- Lain PAD yang Sah yang dirumuskan dengan:
Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah (X2)
Tingkat ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima dari pemerintah pusat oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan daerah (Mahmudi, 2016:140).
Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat ketergantungan keuangan daerah merujuk pada Mahmudi (2016;140) dengan dengan besar jumlah dana perimbangan dibandingkan dengan jumlah pendapatan yang telah diterima daerah.
Adapun rumus dalam mengukur tingkat ketergantungan keuangan daerah adalah sebagai berikut:
Ukuran Daerah (X3)
Sesuai dengan penelitian Waliyyani (2015); Pratama et.al (2015); Kusumawardani (2012); dan Setyaningrum (2012), ukuran pemerintah daerah dapat dilihat dari total aset yang dimiliki. Untuk mengetahui besarnya total aset yang dimiliki setiap tahun, maka peneliti menggunakan perbandingan total aset tahun lalu dengan total aset tahun sekarang. Maka ukuran pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus:
PSAP No.2 Paragraf 7, mengatur bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
PAD = Pajak daerah + Retribusi daerah + Hasil pengelolaan
Dana Perimbangan = Dana Bagi Hasil + DAU + DAK
Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah Total Dana Perimbangan
Total Pendapatan
Ukuran Daerah = Ln (aset daerah)
200
tidak akan diperoleh pembayarannya kembalioleh pemerintah. Menurut UU No. 32/2004 Pasal 167 ayat 1, belanja daerah digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Mustikarini (2012) dan Marfiana (2013) menjelaskan belanja daerah diproksikan dengan total realisasi belanja.
Untuk mengetahui besarnya belanja setiap tahun, selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Reni Retnowati (2016) peneliti menggunakan perbandingan antara total realisasi belanja tahun lalu dengan total aset tahun sekarang, dengan rumus sebagai berikut :
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan regresi linier berganda.Pengolahan data penelitian ini menggunakan program komputer statistik SPSS 24 (Statistical Product and Service Solution).
1. Analisis Statistik Deskriptif
Variabel ini menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu untuk mengukur variabel penelitian dengan mean (rata-rata), nilaiminimum dan maksimum, dan standar deviasi setiap variabel penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 24
2. Uji Asumsi Klasik a. UjiNormalitas
Dalam penelitian ini normalitas menggunakan P-P Plot.Apabila P-P Plot memiliki titik- titik yang berada disekitar garis lurus, maka dapat diasumsikan bahwa data memiliki distribusi populasi yang normal, sedangkan jika terjadi sebaliknya maka data memiliki distribusi tidak normal.
b. Uji Multikolinieritas
Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.
VIF= 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
c. Uji Heteroskedastisitas
Pada penelitian ini menguji ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat scatter plot. Jika pada scatter plot memiliki titik- titik yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika membentuk pola tertentu maka terjadi heteroskedastisitas.
3. Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi
berganda yang menggambarkan hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:
: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e Dimana:
Y = Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah X1 = Kekayaan Daerah
X2 = Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah
X3 = Ukuran Daerah X4= Belanja Daerah a = Konstanta
b1,b2,b3b4= Koefisien garis regresi e = error 4. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yangdibutuhkan.
Uji Hipotesis
Pengujian individual dimaksudkan untuk melihat apakah variabel secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas dengan asumsi variabel bebas lainnyakonstan. Kriteria pengujiansebagai berikut :
a. Uji t membandingkan antara t hitungdengan t tabel. Bila t hitung < t tabel, variabel bebas secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas.Bila t hitung > t tabel,
Belanja Daerah = Ln (Realisasi
Belanja Daerah)
201
variabel bebas secara individualberpengaruh terhadap variabel tak bebas.
b. Uji f berdasarkan probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (α), maka variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Analisis Deskriptif
Hasil Uji Analisis Deskriptif
N Min Max Mea
n
Std.
Deviati on Y 45 2.704
5 3.19
96 2.96
286 9
.12485 60 X1 45 10.34
92 12.0
381 11.0
719 37
.33573 16 X2 45 .4634 .884
5 .741
850
.08261 22 X3 45 12.24
77 13.3
895 12.5
302 90
.25736 44 X4 45 11.81
66 12.5
426 12.1
536 44
.19676 79 Valid
N (listw ise)
45
Sumber : Data diolah dengan SPSS 24 (2021) Jumlah sampel laporan keuangan di Provinsi Sumatera Selatan yang diteliti adalah sebanyak 45 laporan keuangan. Variabel dependen Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 2.7045, nilai tertinggi (maximum) sebesar 3.1996, nilai rata-rata (mean) sebesar 2.962869 dan standar deviasi 0.1248560. Variabel independen Kekayaan Daerah di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 10.3492, nilai tertinggi (maximum) sebesar 12.0381, nilai rata-rata (mean) sebesar 11.071937, dan standar deviasi sebesar 0.3357316. Variabel independen Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 0.4634, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0.8845, nilai rata- rata (mean) sebesar 0.741850, dan standar
deviasi sebesar 0.0826122. Variabel independen ukuran daerah daerah di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 12.2477, nilai tertinggi (maximum) sebesar 13.3895, nilai rata- rata (mean) sebesar 12.530290, dan standar deviasi sebesar 0.2573644. Dan Variabel independen belanja daerah di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 11.8166, nilai tertinggi (maximum) sebesar 12.5426, nilai rata-rata (mean) sebesar 12.153644, dan standar deviasi sebesar 0.1967679.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Hasil pengujian dari One Sample Kolmogorov Smirnov dalam table 4.2 diatas menunjukan nilai probabilitas atau (p value) residual dalam penelitian ini memiliki nilai lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,200. Hal ini berarti bahwa data residual terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinearitas
Diketahui bahwa nilai Tolerance keempat variabel lebih dari 0,10 yaitu untuk Kekayaan Daerah sebesar 0,419, untuk Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah sebesar 0,692, untuk Ukuran Daerah sebesar 0,452 dan untuk Belanja Daerah sebesar 0,637. Nilai VIF keempat variabel diatas juga kurang dari 10 yaitu Kekayaan Daerah sebesar 2,388 Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah sebesar 1,444, Ukuran Daerah sebesar 1.211 dan Belanja Daerah sebesar 1.570. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi.
Uji Heterokedastisitas
Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas.
Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
202
Uji AutokorelasiHasil Uji Autokorelasi dengan Runs Test
Sumber : Data diolah dengan SPSS 24 (2021) Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.5 run test , diketahui nilai dari Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,12 > dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi. Dengan demikian, masalah autokorelasi yang tidak dapat terselesaikan dengan Durbin Watson dapat teratasi melalui uji run test sehingga analisis regresi linear dapat dilanjutkan.
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandard
ized Coefficient
s
Standar dized Coeffic
ients Mode
l B
Std.
Error Beta T Si g.
1 (Co nsta nt)
2.02 7
1.233 1.643 .1 08 X1 .146 .074 .391 1.958 .0 57 X2 .073 .235 .048 .310 .7 58 X3 .191 .093 .394 2.048 .0 47
X4 -
.257
.103 -.405 - 2.500
.0 17 a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas memberikan hasil nilai konstanta dan koefisien regresi, sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
= 2,027+ 0,146X1 + 0,073X2
+ 0.191X3 - 0.257X4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Mod el R
R Squar
e
Adjust ed R Square
Std.
Error of the Estimate 1 .575
a
.330 .263 .1071708 a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data diolah dengan SPSS 24 (2021)
Adapun nilai adjusted R Square sebesar 0,263. Adjusted R Square biasanya digunakan untuk mengukur sumbangan pengaruh jika dalam regresi menggunakan lebih dari dua variabel independen. Nilai adjusted R Square sebesar 0,263 atau 26,3%, artinya persentase sumbangan variabel Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah dan Belanja Daerah terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebesar 26,3%, sedangkan sisanya sebesar 73,7%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.
ANOVAa
Model
Sum of Squar
es Df
Mean Squar
e F Sig.
1 Reg ress ion
.226 4 .057 4.93 0
.003
bResi dual
.459 40 .011 Tot
al
.686 44 a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
Sumber : Data diolah dengan SPSS 24 (2021
Tabel di atas diketahui bahwa nilai F- hitung sebesar 4,930 dan nilai signifikansi sebesar 0,003. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 4,930 lebih besar dari nilai F- tabel sebesar 2,61 dan nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai Runs Test
Unstandardiz ed Residual
Test Value
a.21467
Cases < Test Value 25 Cases >= Test
Value
26
Total Cases 51
Number of Runs 21
Z -1.554
Asymp. Sig. (2- tailed)
.120
203
signifikansi 0,05, sehingga dapat disimpulkanbahwa variabel Kekayaan Daerah, Tingkat Ketrergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah dan Belanja Daerah secara bersama- sama (simultan) mempengaruhi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
1. Variabel Kekayaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai t-hitung sebesar 1,958 dan nilai signifikansi sebesar 0,057. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (1,958 < 2,021) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,057 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kekayaan daerah Provinsi Sumatera Selatan tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja penyelenggaraan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Maka dapat diketahui bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah Provinsi Sumatera Selatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerjapenyelenggaraan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Variabel Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai t- hitung sebesar 0,310 dan nilai signifikansi sebesar 0,758. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (0,310 < 2,021) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,758
> 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Tingkat Ketrrgantungan Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja penyelenggaraan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Maka dapat diketahui bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa dana perimbangan Provinsi Sumatera Selatan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
3. Variabel Ukuran Daerah Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai t- hitung sebesar 2,048 dan nilai signifikansi sebesar 0,047.
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t- hitung lebih besar dari nilai t- tabel (2,048 >
2,021) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ukuran daerah
Provinsi Sumatera Selatan memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja penyelenggaraan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Maka dapat diketahui Ha diterima dan Ho ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa aset Provinsi Sumatera Selatan berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap kinerja
penyelenggaraan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
4. Variabel Belanja Daerah Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai t- hitung sebesar - 2,500 dan nilai signifikansi sebesar 0,017.
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t- hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (-2,500 >
-2,021) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,017 < 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel belanja daerah Provinsi Sumatera Selatan tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan. Maka dapat diketahui bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa belanja daerah Provinsi Sumatera Selatan memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap daerah Provinsi Sumatera Selatan.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kekayaan Daerah terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai t hitung < t tabel (1,958 < 2.021) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,057, karena signifikansi pada uji t lebih dari 0,05. Artinya Kekayaan Daerah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa (H1) ditolak.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori yang menjelaskan bahwa Kekayaan daerah yang dilihat dari PAD, merupakan sumber penerimaan yang bersumber dari potensi daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan kebutuhan daerah serta untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Ketika suatu daerah memiliki pendapatan asli daerah yang besar dan selalu meningkat setiap tahunnya, maka daerah tersebut sudah dapat memaksimalkan kemampuan daerahnya dan mencerminkan keadaan atau kemampuan ekonomi yang baik dan stabil. Namun, ketika suatu daerah
mengalami kesulitan dalam
204
memaksimalkan sumber-sumber PAD makaakan timbul masalah dan gejolak ekonomi yang tidak stabil di daerah tersebut (Halim, 2017:166). Penelitian sebelumnya yang dilakukan Sri Mulyani dan Hardiyanto Wibowo (2017) menyatakan PAD tidak berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah karena pendapatan asli daerah yang diperoleh belum optimal yang disebabkan keterbatasan kemampuan daerah mengeksplorasi hasil kekayaan alam dengan kemampuan sendiri.
Pengaruh Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai t hitung < t tabel (0.310 < 2.021) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,758, karena signifikansi pada uji lebih besar dari 0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa Tingkat
Ketergantungan Keuangan Daerah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Hal ini membuktikan bahwa (H2) ditolak.
Permendagri No. 73/2009 menjelaskan dana perimbangan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Dana perimbangan merupakan akumulasi dari dana bagi hasil pajak dan non pajak, dana alokasi khusus, dan dana alokasi umum yang bersumber dari pemerintah pusat untuk membiayai kebutuhan penyelenggaran daerah.
Dana bagi hasil pajak dan non pajak merupakan bagi hasil pemerintah pusat dan daerah atas hasil pajak yang telah diperoleh pemerintah daerah dan hasil penerimaan dari sumber daya alam milik pemerintah daerah. Dana bagi hasil pajak maupun non pajak merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Handayani (2017) menunjukkan hasil yang sama, bahwa Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi kinerja pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
Pengaruh Ukuran Daerah terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian variabel ini menunjukan bahwa nilai t hitung < t tabel (2.048 < 2.021) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,047, karena signifikansi pada uji t kurang dari 0,05.
Maka dapat dinyatakan bahwa Ukuran Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Artinya semakin luas ukuran daerah, maka semakin meningkat pula Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, sehingga hipotesis (H3) dalam penelitian ini diterima.
Sudarsana (2013) menjelaskan bahwa tujuan utama dari program kerja yang dibentuk oleh pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan yang terbaik harus didukung oleh aset yang baik pula. Oleh sebab itu, sumber daya dan fasilitas yang sangat memadai sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang optimal. Dengan demikian, semakin besar size (ukuran) daerah ditandai dengan besarnya jumlah aset pemerintah daerah diharapkan kinerja pemerintah daerah juga semakin tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Puspa Sari (2016) yang mengungkapkan bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian variabel ini menunjukan bahwa nilai t hitung > t tabel (-2.500>2.021) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,017, karena signifikansi pada uji t kurang dari 0,05.
Maka dapat dinyatakan bahwa Belanja Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Sehingga hipotesis (H4) dalam penelitian ini diterima. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan belanja daerah digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat. Semakin tinggi belanja daerah mencerminkan semakin tingginya tingkat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Selanjutnya, semakin meningkatnya pelayanan yang diberikan juga akan berpengaruh terhadap tingginya kinerja pemerintah daerah. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Handayani (2017) menyatakan bahwa Belanja daerah memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah daerah berdasarkan rasio efisiensi kinerja pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
Kekayaan daerah, Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah, Ukuran Daerah, dan
205
Belanja Daerah berpengaruh secaraterhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai hitung sebesar 4.930 dengan tingkat signifikansi 0,003. F hitung menunjukan angka yang lebih besar dari pada F tabel atau (4.930 >
2,021) dan nilai signifikansi jauh lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 yaitu 0,003 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kekayaan daerah, tingkat ketergantungan keuangan daerah, ukuran daerah dan belanja daerah secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Dana perimbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Ukuran daerah diukur dengan besarnya jumlah aset berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Belanja daerah yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah..
Saran
1. Pemerintah daerah provinsi di Indonesia diharapkan untuk terus mengembangkan potensi penghasilan pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil pajak maupun sumber daya alam optimal sehingga dana yang dihasilkan dari potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan.
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya menjelaskan 26,3% dari variabel independen, diharapkan bagi penelitian yang sama di masa yang akan datang untuk menambahkan proksi lain atau menggunakan variabel lain yang bersifat non keuangan dan dalam jangka waktu yang lebih lama.
3. Bagi pemerintah daerah provinsi Sematera Selatan disarankan meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintah setiap Kab/kota yang termasuk didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Kontribusi Pendapatan Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia. Dipetik Februari 11, 2021 dari:
http:///www.djpk.go.id.
Hijriah, E. N. (2017). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Opini Audir
terhadap Skor KInerja
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Indonesia Tahun 2013-2015. Jurnal AKuntansi.
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. (2016). Manual Tata Cara EKPPD . BPKP Indonesia.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120- 10421 Tahun 2017 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Secara Nasional Tahun 2013.
Karakteristik Pemerintah Daerah dan Hasil Pemeriksaan BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. III(3).
Priyatno, Duwi (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20.Yogyakarta:Penerbit ANDI
Republik Indonesia. (2000). Undang- Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.(2004).
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. (2006).
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.(2009).
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.73 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.No. 100-35 Tahun 2018 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Secara Nasional Tahun 2014. No. 118-8040 Tahun 2018 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Secara Nasional Tahun
206
2015.Meilina, Z. D., & Hapsari, D. W.(2016, Desember).Pengaruh (2009).
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retrubusi Daerah.
. (2010). Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
. (2014). Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Rustiyaningsih, S., & Immanuela, I. (2014, Juli). Faktor-faktor yang Mempengaruhi KInerja Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi, III.
Sanusi, A. (2016). Metodologi Penelitian Bisnis . Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sulistyowati, D. (2011). Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal. Penelitian.
Susilawati, P. (2016). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah di Indonesia. Naskah Publikasi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.