• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: game musical perception of perception, musical intelligence.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: game musical perception of perception, musical intelligence."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Mengembangkan Kecerdasan Musikal Melalui Permainan Persepsi Bentuk Musikal Pada Anak Kelomok B di TK Pertiwi

Tanjung Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013 Muhammad Syafe’i,

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Sragen

Abstact: This study aims to develop musical intelligence group B children in TK Pertiwi Desa Tanjung District Juwiring Klaten Lesson Year 2012/2013 through the game of musical form perception. This research is a classroom action research (PTK). In this research, the students are group B in TK Pertiwi Desa Tanjung Kecamatan Juwiring Klaten District Lessons Year 2012/2013 as many as 18 children, consist of 12 men and 6 women. This research was conducted in two cycles each cycle consisting of planning stage, action stage, observation, reflection.

Children's musical intelligence data was collected through observation methods, and documentation. Data analysis technique used is descriptive qualitative with interactive analysis consisting of data reduction, data presentation, and conclusion of analysis result. Research results before the implementation of the cycle obtained results of 41.9%, the first cycle reached 56.4%, and the second cycle reached 80.1%. based on research that has been done can be concluded that through the game perception of musical form can improve the musical intelligence of children in kindergarten Pertiwi Village Cape District Juwiring Klaten Lesson Year 2012/2013.

Keywords: game musical perception of perception, musical intelligence.

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

Orang tua dan pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar. Berdasarkan pengalaman, belajar adalah hak anak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif dan memungkinkan anak menjadi termotifasi dan antusias. Bahkan, memaksa anak untuk belajar, anak akan merasa tertekan, bahkan membiarkan mereka tidak mendapat pendidikan yang layak adalah tindakan kekerasan.56

NAEYC mengemukakan bahwa:

(2)

Early childhood education involves any group program children from birth to 8 years of age that is designed to promote children’s intellectual, social, emotional, language and physical development.57

Penjelasan dari pernyataan tersebut adalah bahwa pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dimulai dari kelompok usia 0-8 tahun, yang ditujukan untuk mengembangkan aspek perkembangan intelektual, sosial, emosional, bahasa dan perkembangan fisik anak. Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual. Teori kecerdasan sangat sesuai untuk anak, dan akan lebih baik ditumbuhkembangkan sejak usia dini. Teori kecerdasan tersebut adalah teori kecerdasan majemuk atau yang lebih dikenal dengan istilah Multiple Intelligence.

Adapun kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) meliputi 9 jenis kecerdasan diantaranya: kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual.

Berdasarkan 9 kecerdasan salah satu diantaranya adalah kecerdasan musikal. Kecerdasan musikal adalah Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan dalam mengingat nada, tempo, dan ritme pada lagu atau hal-hal yang berhubungan dengan irama pada suara tertentu yang dapat menimbulkan emosi dalam diri seseorang. Pada usia TK anak-anak cenderung belum dikembangkan dalam meningkatkan kecerdasan musikal. Khususnya dalam hal mengembangkan kecerdasan musikal anak dapat menggunakan permainan persepsi bentuk musikal. Karena pada hakekatnya anak-anak suka bermain. Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak. Bermain juga bermanfaat unruk anak usia taman kanak-kanak. Otak merupakan pusat segala aktivitas tubuh, mulai dari datangnya stimulus, pemprosesan, hingga feed back yang diberikan oleh tubuh semuanya merupakan hasil dari campur tangan organ yang satu ini. Otak juga dapat didibaratkan sebagai sebuah perangkat lunak yang siap memproses segala sesuatu yang diterima oleh alat-alat indra untuk kemudian diinterpretasikan. Organ ini juga merupakan bagian dari system saraf pusat yang berperan sebagai koordinator atau pusat pengendali dalam tubuh. Otak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semua organ tubuh termasuk panca indra dan otot terhubung dengan saraf atau neuron yang bertugas sebagai pengantar sinyal ke otak.

Perbedaan teori fungsi otak kanan dan otak kiri telah populer sejak tahun 1960. Menurut seorang peneliti bernama Roger Speery menemukan bahwa otak manusia terdiri dari dua hemisfer (bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi berbeda.58 Kecerdasan musikal memiliki lokasi di otak sebelah kanan (hemisfer kanan), khususnya lobus temporalis (daerah

57 Kostelnik Marjorie J, dkk, Developmentally Appropriate curriculum, (New Jersey: Prentice Hall, 1999), hlm. 2

(3)

sekitar telinga). Lobus ini berkaitan dengan semua bagian serebrum (otak besar), serebrum (otak kecil), dan batang otak.59

Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan yang pertama kali berkembang secara neurologis.60 Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan dalam mengingat nada, tempo, dan ritme pada lagu atau hal-hal yang berhubungan dengan irama pada suara tertentu yang dapat menimbulkan emosi dalam diri seseorang. Dengan kata lain, orang yang memiliki kecerdasan musikal adalah mereka yang mudah sekali diaduk-aduk emosinya dengan nada-nada tertentu.61 Kecerdasan ini penting untuk di kembangkan karena dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri. Pengembangan anak melalui bermain, bernyanyi, bersenandung, tebak nada, orkestra kaleng, menyebut judul lagi, berbicara berirama dan menikmati musik.

Musik merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Lantunan musik diciptakan untuk menggambarkan keadaan tertentu, baik itu susah maupun senang. Givi Efgia mengatakan bahwa musik yang bagus akan menghasilkan mood dan emosi yang bagus.62 Musik adalah bunyi yang diterima individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Menurut dr. Alfred Tomatis, psikolog dan pakar pendidikan dari Perancis mengemukakan bahwa suara ibu dan musik klasik dapat merangsang otak sehingga menimbulkan gerakan motorik tertentu pada janin dan bayi yang baru lahir. Sehingga kecerdasan musikal dapat ditingkatkan melalui permainan musik. Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan dari musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu “Efek Mendengarkan Musik Mozart.” Hal ini terbukti, ketika seorang ibu yang sedang hamil duduk tenang, seakan terbuai alunan musik yang ia dengarkan diperutnya, maka kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa dikenalkan musik. Dengan cara tertentu, otakpun akan distimulasi untuk belajar segala sesuatu lewat nada-nada musik.

Kecerdasan musikal anak terlihat sejak dini, berikut awal kecerdasan musikal anak,63 (1) Awal kecerdasan musikal: terlihat pada usia 12-24 bulan contoh a) kemampuan untuk mengerti nada larangan dan instruksi, b) kemampuan untuk mengetahui arah suara, c) kemampuan untuk menari,

59 Takdiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 5.4

60 Ibid, hlm. 5.4

61 Tri Gunadi, Optimalkan otak kanan, Otak kiri , Otak Tengah, dan Otak kecil. (Jakarta: Penebar Plus, 2010), hlm. 68

62 Imam Musbikin, Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak, (Yogyakarta: Power Book, 2009), hlm. 38.

(4)

menyanyi, dan lain-lain. ; (2) Ciri kecerdasan musikal : a) peka terhadap suara, irama, melodi, dan sajak, b) peka terhadap pola titi nada, irama, dan warna nada, c) mampu mengenali, menciptakan, serta memproduksi musik dengan menggunakan alat atau suara. Musik adalah bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia. Sejak anak dilahirkan, dia telah memiliki beberapa aspek tertentu dari musik yang menjadi bagian pengalaman alami kehidupannya. Musik bisa dinikmati khususnya bagi anak-anak adalah musik yang mempunyai unsur-unsur keseimbangan.

Unsur-unsur musik sebagai berikut: (1) Nada, adalah bunyi yang beraturan atau bunyi yang memiliki frekuensi tunggal tertentu. Beberapa teori musik menjelaskan bahwa setiap nada memiliki tata tertentu menurut frekuensinya terhadap tinggi nada patokan; (2) Ritme, adalah variasi horizontal dan aksen dari suara-suara teratur.; (3) Melodi, adalah serangkaian nada dalam waktu tertentu , rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendiri tanpa iringan; (4) Harmoni, secara umum harmoni dapat dikatakan sebagai dua atau lebih dengan nada yang berbeda ketika dibunyikan bersamaan, juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan secara berurutan. Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akor; (5) Notasi, adalah system penulisan karya musik. Notasi musik terdapat nada-nada dilambangkan oleh not. Tulisan musik biasanya disebut partitur.64

Musik di TK adalah salah satu wahana bagi anak untuk belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan, baik sebagai perorangan maupun sebagai anggota kelompok. kegiatan musik dapat meletakkan dasar bagi perkembangan minat dan bakat musik anak selanjutnya. Manfaat musik bagi anak usia dini antara lain: (1) Nyanyian anak-anak: merupakan salah satu perwujudan bentuk pernyataan atau pesan yang memiliki daya menggerakkan hati, berwawasan cita rasa estetika yang dikomunikasikan. Melalui nyanyian anak dapat mengembangkan: a) menambah perbendaharaan bahasa, berbuat kreatif, berimajinasi; b) bermain bersama, mematuhi aturan permainan, tidak mementingkan diri sendiri; c) menyalurkan emosi, menimbulkan rasa senang; d) melatih otot badan, mengkoordinasikan gerak tubuh; (2) Bernyanyi, merupakan kegiatan musik yang fundamental karena anak dapat mendengar melalui indranya sendiri, menyuarakan tinggi rendahnya nada san irama musik dengan suara sendiri.; (3) Ungkapan diri kreatif, untuk membantu daya kreatif yang ada pada diri anak perlu dilakukan pendekatan dan penerapan dari empat segi: a) menerima anak sebagaimana adanya yang memiliki kelemahan, kekuatan dan kekuatan; b) memberi motivasi pada anak; c) menyediakan waktu, tempat dan sarana; d) melihat proses tindakan kreativitas anak lebih penting dari hasilnya.; (4) Bunyi dan Gerak: anak menyukai gerak, dan senang melakukan aneka gerak yang dibuatnya sendiri. Gerak adalah alat penting bagi anak untuk mengungkapkan dirinya melalui musik. Semua bisa

(5)

berperan serta, tiap anak dapat berbuat menurut tingkat dan kemampuannya sendiri.

Indikator Kecerdasan Musikan Anak Usia Dini

Anak-anak yang mempunyai kecerdasan musikal dalam taraf berkembang, senang menyanyi, senang bersenandung seorang diri. Kemunculan kecerdasan musikal pada anak-anak mudah dikenali karena begitu diperdengarkan musik mereka langsung mendengarkan atau mengikuti irama atau ikut menyanyi. Anak-anak yang menonjol dalam perkembangan musik akan peka terhadap suara-suara disekelilingnya, termasuk suara dari alat musik dan suara orang yang sangat mungkin tidak diperhatikan oleh anak sebaya lainnya. Menurut musfiroh65 kecerdasan musikal pada anak usia 2-6 Tahun teridentifikasi melalui indikator sebagai berikut: (1) anak suka memukul-mukul benda-benda disekelilingnya, sepertimeja, kursi, dan lain sebagainya sambil menyanyi atau mengetuk-ngetukkan jarinya pada benda; (2) anka menikmati lagu atau musik “gerak dan lagu”, melakukan senam sambil menyanyi (usia 3-4 tahun), dan dapat mensingkronkan antara musik, lagu dan gerak.; (3) cepat menangkap informasi melalui lagu, cepat menangkap suasana lagu. Mereka mudah mengerti arti kata-kata dalam lagu, emosi lagu dan suasana lagu yang membawa perasaan; (4) anak mudah mengenali lagu hanya dari nama-nama awalnya, dan ketika diberi beberapa nda, mereka langsung dapat menebak lagu.

Berdasarkan indikator yang ditemukan pada anak usia 2-6 tahun diketahui bahwa anak usia 2-3 tahun masih berada pada taraf menikmati, menyukai, dan menirukan. Anak-anak usia 4-6 tahun selain menikmati dan menirukan, juga dapat mengekspresikan diri melalui lagu. Anak usia 4-6 tahun yang cerdas musikal mulai mampu menilai nyanyian (ketepatan dan keseimbangan nada), mensingkronkan nada dengan gerak, menangkap suasana lagu dan mengatur suara saat menyanyi.

Keadaan di TK Pertiwi Tanjung, guru cenderung mengembangkan segi kognitif anak, hal ini terjadi karena masyarakat masih beranggapan bahwa orang yang dikatakan cerdas adalah orang yang menguasai segi kognitif. Kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak cenderung berfokus pada pengembangan otak kiri. Peranan otak kanan tidak kalah penting dengan otak kiri, karena pada bagian otak kanan terdapat aktivitas–aktivitas mental salah satunya adalah musikal. Kecerdasan musikal memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara–suara non verbal. Peneliti mengambil kajian ini karena melihat fenomena di atas dan untuk mengembangkan kecerdasan musikal anak melalui permainan persepsi bentuk musikal. Berdasarkan keadaan diatas peneliti melakukan penelitian ini dengan judul “Upaya Mengembangkan Kecerdasan Musikal Melalui Permainan Persepsi Bentuk Musikal pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi Tanjung”.

(6)

Metode Penelitian Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan TK Pertiwi Tanjung berada di wilayah kecamatan Dukuh Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. TK Pertiwi Tanjung letaknya sangat strategis. Berdiri tahun 1983 N I S 000260, N S S 00203106030 Terletak dekat jalan raya, namun aman untuk proses belajar anak karena tidak langsung berbatasan dengan jalan.

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan, dilakukan tahapan prasiklus yaitu tahapan untuk mengetahui kecerdasan musikal anak sebelum tindakan. Tahapan prasiklus dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2 maret 2013. Hasil pengamatan sebelum tindakan diperoleh rata-rata prosentase kemampuan kecerdasan musikal anak diperoleh 41,9 %. Pada siklus I ini dilaksanakan 3X pertemuan. Pertemuan pertama Senin 4 Maret 2013, pertemuan kedua Rabu 6 Maret 2013, dan pertemuan ketiga Jum’at 8 Maret 2013. Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dimulai pada hari Senin 11 maret 2013, pertemuan kedua pada hari Rabu 13 April 2013, pertemuan ketiga pada hari jum’at 15 maret 2013. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian yang telah dilakukan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sampel Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti di Tk Pertiwi Tanjung pada anak kelompok B yang berjumlah 18 anak, yang masing-masing 12 anak laki-laki dan 6 anak perempuan

Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah berupa observasi dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti teknik analisis data yang digunakan di antaranya reduksi data, penyajian data, penyimpulan hasil analisis.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebanyak dua siklus yang masing-masing siklus dilakukan dua kali pertemuan dengan kegiatan yang dilakukan adalah permainan Persepsi bentuk musikal untuk meningkatkan kecerdasan musikal anak. Siklus I dilakukan pada tanggal 4, 6 dan 8 Maret 2013. Adapun dalam permainan persepsi bentuk musikal yang dilakukan terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, pengamatan, refleksi. Sebelum melakukan kegiatan peneliti melaksanakan berbagai tahap perencanaan yang diantaranya membuat RBP, mempersiapkan media pembelajaran.

(7)

Pra Siklus

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti bawha sebagian besar kecerdasan musikal anak masih kurang. Hal ini disebabkan kurangnya kegiatan yang berkaitan dengan musikal. Contoh kegiatan musikal dapat dilakukan dengan permainan berbagai bentuk musikal.

Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan tahapan prasiklus yaitu tahapan untuk mengetahui kecerdasan musikal anak sebelum tindakan. Tahapan prasiklus dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2 maret 2013. Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada kelompok B dengan jumlah murid 18 anak. Hasil pengamatan sebelum tindakan diperoleh rata-rata prosentase kemampuan kecerdasan musikal anak diperoleh 41,9 %. Hasil tabulasinya dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil observasi kegiatan prasiklus ini maka pihak peneliti sekolah dan bekerjasama mengembangkan kecerdasan musikal anak melalui permainan bentuk musikal.

Siklus I

Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanan dilaksanakan pada hari Sabtu 2 Maret 2013 di TK Pertiwi Tanjung. Tahapan perencanaan tindakan diawali dengan melakukan penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan persepsi bentuk musikal. Selain itu peneliti juga menyusun rencana bidang pengembangan (RBP) yang akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan siklus I. Pada siklus I ini dilaksanakan 3X pertemuan. Pertemuan pertama Senin 4 Maret 2013, pertemuan kedua Rabu 6 Maret 2013, dan pertemuan ketiga Jum’at 8 Maret 2013.

Secara keseluruhan proses pembelajaran pada siklus I seperti yang telah direncanakan. Pada tiap pertemuan peneliti menggunakan kegiatan yang berbeda dengan maksud agar pencapaian indikator dapat berhasil secara maksimal, memberi pengalaman baru kepada anak dan agar anak tidak bosan ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan

Pertemuan pertama pada siklus I dimulai pada Senin 4 Maret 2013. Pembelajaran berlangsung selama ± 30 menit, yaitu dari pukul 08.30 sampai 09.00. Kegiatan yang dilalui pada tahap ini adalah : Guru mengkondisikan anak untuk duduk ditempat masing-masing, sebelum kegiatan dilakukan. Setelah mengondisikan anak untuk duduk di tempat masing-masing, guru mulai menyampaikan tentang kegiatan yang akan dilakukan yakni bermain tebak suara. Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan aturan mainnya.

Setelah guru memberikan penjelasan, guru mulai kegiatan dan membuka kegiatan tersebut. Setelah memberikan penjelasan, guru mempersilahkan peneliti untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran yang artinya memasuki kegiatan inti.

Peneliti memulai kegiatan dengan memberi penjelasan pada anak bahwa kegiatan akan difokuskan pada tebak suara alat musik. Peneliti

(8)

memperlihatkan video tentang alat musik beserta suaranya, setelah itu guru hanya mendengarkan suara dan ditebak oleh anak-anak.

Peneliti melakukan pencatatan dalam pedoman observasi dengan memberi tanda checklist () pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan kemampuan anak.

Selain itu dilakukan pula pencatatan kejadian yang terjadi diluar rencana pembelajaran pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan pertama penilaian lebih difokuskan pada butir amatan nomor 1. Hal ini dilakukan agar guru dan peneliti lebih fokus pada sasaran yang akan dicapai. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 6 Maret 2013. Pada pertemuan kedua ini peneliti berfokus pada butir amatan nomor 2 dan 3 dengan kegiatan gerak dan lagu. Kegiatan ini juga dapat melatih fisik motorik sesuai dengan irama lagu,

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum’at 8 maret 2013. Pada pertemuan ketiga peneliti berfokus pada butir amatan 4 dengan kegiatan melanjutkan lagu. Pada kegiatan ini anak mendengarkan awal lagu saja lalu anak-anak menebak dan menyanyikan lagu tersebut sampai selesai. Pada kegiatan ini anak dibuat kelompok agar dapat berkompetisi, sehingga ada antusias dalam permainan ini.

Observasi

Observasi dilakukan pada waktu proses kegiatan sedang berlangsung. Observasi proses pembelajaran permainan persepsi bentuk musikal pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

Observasi permainan persepsi bentuk musikal dapat dilihat pada anak-anak yang terlihat sangat antusias saat mengikuti kegiatan. Saat kegiatan berlangsung waktu yang dialokasikan selama 30 menit. Hasil observasi permainan persepsi bentuk musikal pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 8.

Sedangkan observasi terhadap kecerdasan musikal anak pada siklus I yaitu anak mampu mengenal berbagai suara alat musik dan mampu bergerak sesuai irama. Berdasarkan hasil tabulasi (lampiran 8) diperoleh rata-rata prosentase kecerdasan musikal anak dalam 1 kelas sebesar 56,45%. Prosentase tersebut sudah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus I yaitu ≥ 55%. Anak yang sudah mencapai kemampuan sesuai dengan skor maksimal yang ditargetkan peneliti yaitu ≥ 55% baru 10 anak.

Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan kegiatan pencatatan lapangan, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan analisis terhadap kemampuan anak dalam kegiatan permainan persepsi bentuk musikal diterapkan dalam upaya pengembangan kecerdasan musikal. Analisis dilakukan dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan, serta melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi. Analisis dilakukan dengan berpedoman pada hasil observasi pengembangan kecerdasan musikal anak.

(9)

Adapun hasil analisis dan refleksi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I sebagai berikut:

1) Pelaksanaan kegiatan permainan persepsi bentuk musikal sudah sesuai dengan perencanaan RBP yang telah disusun.

2) Masih ada beberapa anak yang belum berkembang kecerdasan musikalnya.

3) Waktu pembelajaran yang dialokasikan selama 30 menit kurang cukup, karena penjelasan yang diberikan pada anak membutuhkan banyak waktu.

4) Sudah ada peningkatan kecerdasasan musikal pada anak, bila dibandingkan ketika sebelum tindakan.

Berdasarkan hasil analisis diatas, jika dibandingkan dengan prosentase mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena guru jarang menggunakan metode permainan persepsi bentuk musikal jadi saat diterapkan metode ini anak-anak sangat antusias. Namun hasil yang dicapai pada siklus I belum mencapai target maksimal sehingga peneliti dan guru perlu melaksanakan tindakan siklus berikutnya.

Siklus II

Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II didasarkan pada hasil analisis dan refleksi siklus I. Pada umumnya kemampuan setiap anak sudah mengalami peningkatan, namun belum memuaskan. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, pada hari Sabtu 9 Maret 2013 peneliti dan guru melaksanakan diskusi untuk merencanakan tindakan pada siklus II yang rencananya dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pertemuan pertama dimulai pada hari Senin 11 maret 2013, pertemuan kedua pada hari Rabu 13 April 2013, pertemuan ketiga pada hari jum’at 15 maret 2013.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada hari Senin 11 Maret 2013. Pembelajaran berlangsung selama 30 menit dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 08.30. Setelah anak-anak selesai berdoa dan bernyanyi guru mengajak anak untuk mengingat kembali kegiatan tebak suara dan gerak lagu pada pertemuan sebelumnya. Setelah kegiatan pembukaan selesai, maka dilanjutkan oleh peneliti untuk memasuki kegiatan inti.

Pada pertemuan pertama pada siklus II kegiatannya sama seperti pertemuan kedua siklus I yaitu melanjutkan lagu. Fokus penelitian ini yaitu pada butir amatan 5 dengan kegiatan melanjutkan penggalan lagu. Pada kegiatan ini guru menyanyikan sebuah lagu namun guru berhenti sejenak, lalu anak-anak diminta melanjutkan lagu tersebut sampai selesai.

Pertemuan kedua pada siklus ke II peneliti berfokus penelitian ini yaitu pada butir amatan 6. Pada kegiatan ini berbeda dengan kegiatan pertemuan pertama. Kegiatan pada pertemuan kedua anak diajak bermain dengar

(10)

imaginasi. Disisni guru memutar instrumen musik lalu guru bercerita kepada anak-anak. Anak-anak menutup mata dam mendengarkan musik agar dapat berimaginasi sesuai dengan cerita guru.

Pertemuan ketiga siklus II peneliti masih menggunakan kegiatan yang sama yaitu dengar imaginatif namun dengan cerita yang berbeda. Pada kegiatan ini isi cerita lebih kearah memotifasi anak agar menjadi anak yang hebat. Setelah selesai anak-anak menceritakan kesan dan cerita yang dibawakan guru.

Observasi

Observasi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan permainan persepsi bentuk musikal pada siklus II sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan alokasi waktu selama 30 menit. Sedangkan observasi terhadap kecerdasan musikal anak pada siklus II mengalami peningkatan. Ketertarikan anak dalam permainan ini semakin meningkat, terlihat banyak anak yang senang dengan permainan ini. Berdasarkan hasil tabulasi (lampiran 9) diperoleh rata-rata prosentase kecerdasan musikal anak dalam 1 kelas sebesar 80,1%. Prosentase tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus II yaitu ≥75%. Berdasarkan hasil tabulasi, jika dibandingkan dengan rata-rata prosentase pada siklus I mencapai peningkatan sebesar 23,7%. Walaupun rata-rata prosentase kecerdasan musikal anak pada siklus II sudah mencapai target, namun masih ada beberapa anak yang belum mencapai target. Jumlah anak yang belum mampu mencapai target pada siklus II adalah 4 anak dari jumlah keseluruhan yaitu 18 anak, sehingga jumlah anak yang telah mencapai target sebanyak 14 anak. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II dari 18 anak didik yang mengikuti pembelajaran didapatkan rata-rata prosentase kecerdasan musikal mengalami peningkatan dari 56,4% menjadi 80,1%. Walaupun masih ada 4 anak yang belum mencapai target, tetapi prosentase kecerdasan musikal menunjukkan peningkatan yang maksimal. Sehingga penerapan pengembangan kecerdasan musikal melalui permainan persepsi bentuk musikal sesuai dengan data yang didapatkan adalah berhasil.

Tabel 1

Pengembangan Kecerdasan Musikal

Aspek Prasiklus Siklus I Siklus II Rata-rata kemampuan

kecerdasan musikal anak 1 kelas

41,9% 56,4% 80,1%

(11)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prosentase setiap siklusnya. Pada setiap siklus prosentase yang diperoleh melebihi dari target yang telah direncanakan peneliti. Pada siklus I target peneliti adalah 55% namun hasil dari tabulasi (lampiran 8) diperoleh rata-rata 56,4%. Sedangkan Pada siklus II target peneliti adalah 75% namun hasil dari tabulasi (lampiran 9) diperoleh rata-rata 80,1%. Jika dibandingkan dengan rata-rata prosentase pada siklus I dengan siklus II mencapai peningkatan sebesar 23,7%.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kecerdasan musikal setiap anak tidak sama. Hal ini dibuktikan masih ada beberapa anak yang sampai pada siklus II belum mampu mencapai prosentase yang ditentukan oleh peneliti. Adapun jumlah anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti sebanyak 4 anak. Namun hal ini tidak menjadi masalah mengingat kemampuan anak berbeda-beda. Selain itu rata-rata prosentase dalam 1 kelas sudah meningkat yaitu sebesar 80,18%.

Tabel 2

Perbandingan Pencapaian Prosentase Anak Per Siklus

No Nama Prasiklus Perbandingan Siklus I Siklus II

1 AND 33,3% 50% 72,2% 2 AA 38,8% 55,5% 72,2% 3 SCP 33,3% 50% 88,8% 4 RF 50% 77,7% 88,8% 5 MDV 38,8% 61,1% 83,3% 6 BSP 44,4% 44,4% 77,7% 7 DS 50% 55,5% 77,7% 8 DAP 44,4% 72,2% 88,8% 9 ABW 38,8% 50% 72,2% 10 CAS 50% 61,1% 83,3% 11 PSS 66,6% 66,6% 88,8% 12 SWS 38,8% 50% 77,7% 13 DAP 33,3% 50% 77,7% 14 FFA 38,8% 44,4% 83,3% 15 TFW 50% 66,6% 88,8% 16 ALW 38,8% 50% 66,6% 17 PAPP 33,3% 55,5% 77,7% 18 OOWR 33,3% 55,5% 77,7% Prosentase rata-rata 47,1% 41,9% 80,1% Indikator penelitian  ≥55% ≥75%

Berdasarkan hasil tabulasi dapat diketahui bahwa setiap anak mempunyai kemampuan dan kesulitan yang berbeda. Terdapat anak yang

(12)

kemampuannya melebih target yang ditentukan oleh peneliti, dan ada juga anak yang belum bisa mencapai target yang ditentukan peneliti. Terdapat beberapa anak yang kemampuannya masih dibawah target pencapaian yang ditetapkan oleh peneliti. Akan tetapi ada juga anak yang mampu mencapai target yang telah ditetapkan peneliti. Hal ini disebabkan karena setiap anak memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.

Pada siklus I peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ≥55%, akan tetapi dari hasil pelaksanaan siklus I masih terdapat 8 anak yang belum mampu mencapai target. Pada siklus II peneliti mentargetkan tingkat pncapaian prosentase ≥75%, jumlah anak yang belum mencapai target yang ditentukan oleh peneliti yaitu 4 anak.

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa permainan persepsi bentuk musikal dapat mengembangkan kecerdasan musikal pada anak bermanfaat untuk guru. Penelitian ini sesuai dengan pendapat beberapa peneliti sebelumnya yakni: (1) Citra Yeni Mulia Sari berjudul “ Menstimulasi Kecerdasan Melalui Musik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik dalam menstimulasi otak dan untuk mengetahui bahwa musik dapat menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri. Adapun hasil yang diperoleh adalah musik mempengaruhi kecerdasan anak.66 (2) Penelitian Karya Yahmini berjudul “ Kegiatan Drum Band Untuk Meningkatkan Kemampuan Musik Anak Taman Kanak-kanak “Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang upaya meningkatkan musik anak taman kanak-kanak melalui kegiatan drum band. Adapun hasil yang diperoleh adalah kegiatan drum band dapat meningkatkan ketrampilan musik anak taman kanak-kanak.67 (3) Penelitian pakar musik anak-anak yaitu Mahmud menyatakan bahwa alat musik perkusi anak di taman kanak-kanak di antaranya harus ringan serta memiliki ragam bunyi yang dapat menarik perhatian dan minat anak.68

Kecerdasan musikal memiliki lokasi di otak sebelah kanan (hemisfer kanan), khususnya lobus temporalis (daerah sekitar telinga). Lobus ini berkaitan dengan semua bagian serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), dan batang otak. Fungsi dari lobus ini memungkinkan seseorang dapat mengenali berbagai suara atau bunyi-bunyian nonverbal termasuk suara musik, bel, lonceng, dan suara binatang.69

Lobus temporal kanan berfungsi membedakan pola-pola intonasi yang rumit. Lobus ini berperan dalam pembedaan pola-pola musik dan pembedaan suara orang. Kerusakan pada lobus temporal mengakibatkan gangguan yang

66 Citra Yeni Mulia Sari, Menstimulasi Kecerdasan Melalui Musik, Tugas Akhir, (Surakarta : PG-PAUD Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008)

67 Yahmini. Kegiatan Drum Band Untuk Meningkatkan Kemampuan Musik Anak Taman

Kanak-Kanak, Tugas Akhir, (Surakarta : PG-PAUD Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008).

68 A.T. Mahmud, Musik dan Anak,(Jakarta: Depdikbud, 1996), hlm. 105 69 Takdiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk…, hlm. 5.4

(13)

disebut agnosia musik, yakni ketidakmampuan mengenal kembali lagu-lagu yang telah kenal sebelumnya.70

Menurut Lwin, kecerdasan musikal merupakan kecerdasan manusia yang pertama kali berkembang secara neurologis. Sejak dalam kandungan, bayi telah menangkap suara, irama, dan getaran. Rangsang tersebut mempengaruhi perkembangan otak si bayi. Musik menstimulasi seluruh otak karena ketika mendengarkan lagu, otak kiri memproses lirik, sementara otak kanan memproses musiknya71

Musik adalah bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia. Sejak anak dilahirkan, dia telah memiliki beberapa aspek tertentu dari musik yang menjadi bagian pengalaman alami kehidupannya. Musik bisa dinikmati khususnya bagi anak-anak adalah musik yang mempunyai unsur-unsur keseimbangan. Adapun unsur-unsur musik tersebut. Musik memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkkan musik juga lebih baik dibandingkan anak yang jarang mendengarkan musik. Grace Sudargo, seorang musisi, dan pendidik megatakan dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter bahkan raga manusia. Salah satu permainan musikal dapat berupa persepsi bentuk musikal yakni kemampuan mempersepsi bentuk musikal mengacu pada kemampuan menangkap atau menikmati musik, serta menangkap bunyi-bunyi berpola serta menikmatinya. Kemampuan ini dirangsang dengan berbagai kegiatan, seperti tebak nada, tebak suara, gerak dan lagu, melanjutkan lagu, dan dengan imajinatif.72

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa tindakan, dari siklus I dan II dapat disimpulkan sebagagai berikut, bahwa permainan persepsi bentuk musikal dapat mengembangkan kecerdasan musikal pada anak kelompok B di TK Pertiwi Tanjung tahun ajaran 2012/2013. Ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan prosentase kecerdasan musikal setiap siklusnya. Prosentase sebelum tindakan 41,9%, siklus I 56,45%, dan siklus II 80,1%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa melalui permainan persepsi bentuk musikal dapat mengembangkan kecerdasan musikal anak.

Penerapan pengembangan kecerdasan musikal anak kelompok B di TK Pertiwi Tanjung dapat menggunakan kegiatan permainan persepsi bentuk musikal. Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan dalam mengingat nada, tempo, dan ritme pada lagu atau hal-hal yang berhubungan dengan irama pada suara tertentu yang dapat menimbulkan emosi dalam diri seseorang. Salah satu permainan musikal dapat berupa persepsi bentuk musikal yakni

70 Ibid, hlm. 5.4 71 Ibid, hlm. 5.4 72 Ibid, hlm. 5.14

(14)

kemampuan mempersepsi bentuk musikal mengacu pada kemampuan menangkap atau menikmati musik, serta menangkap bunyi-bunyi berpola serta menikmatinya. Kemampuan ini dirangsang dengan berbagai kegiatan, seperti tebak nada, tebak suara, gerak dan lagu, melanjutkan lagu, dan dengan imajinatif

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru, orang tua dan peneliti selanjutnya.

1. Kepada Kepala Sekolah

Kepala sekolah dapat mengupayakan berbagai cara untuk mengembangkan proses pembelajaran yang holistik dan berkesinambungan bagi peserta didik.

2. Kepada Guru

Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang inovatif, menarik, dan menyenangkan sehingga anak dapat belajar dengan hati gembira dan tanpa paksaan.

3. Kepada Orang Tua

Orang tua hendaknya memberikan kebebasan dan mengembangkan bakat yang terlihat pada anak dan tidak menuntut pada bidang kognitif saja, sehingga anak dapat mengeksplorasi imaginasinya.

4. Kepada Peneliti Berikutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki dan dapat menyempurnakan penelitian ini sehingga dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Citra Yeni Mulia Sari .2008. Menstimulasi Kecerdasan Melalui Musik (Tugas Akhir). Surakarta : PG-PAUD Universitas Muhammadiyah Surakarta Gunadi, Tri. 2010. Optimalkan otak kanan, Otak kiri , Otak Tengah, dan Otak

kecil. Jakarta: Penebar Plus.

Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : Diva Press. Kamtini & Tanjung, Husni Wardani. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di

Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Diknas.

(15)

Marjorie. J. Kostelnik, dkk. 1999. Developmentally Appropriate curiculum. New Jersey: Prentice Hall.

Musbikin, Imam. 2009. Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak. Jogjakarta : Power Book.

Musfiroh, Takdiroatun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pekerti, Widia, dkk. 2005.Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka.

Rasyid, Fathur. 2010. Cerdaskan Anakmu Melalui Musik. Jogjakarta : Diva Press.

Yahmini. 2008. Kegiatan Drum Band Untuk Meningkatkan Kemampuan Musik Anak Taman Kanak-Kanak (Tugas Akhir). Surakarta : PG-PAUD Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini peneliti mengambil data primer melalui data kuesioner siswa, observasi lapangan dan wawancara langsung terhadap para responden terpilih yang terdiri dari Guru

wawancara peneliti terhadap subjek penelitian di dalam kelas pada saat observasi. awal, kedua adalah wawancara peneliti terhadap guru vokal anak dan guru

Kerangka pikir sengaja dibuat untuk memudahkan peneliti melakukan analisis terhadap penelitian yang dilakukan, pertama peneliti melakukan wawancara terhadap guru matematika

Observasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang aktual dan langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang berkaitan

Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh gambaran tentang kemampuan guru (peneliti) dalam melakukan proses pembelajaran tentang membaca teks percakapan

• Observasi Langsung, Peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian dan melakukan observasi langsung, dimulai dengan membuka hubungan dengan beberapa orang yang berpotensi

Sebelum proses pengembangan produk, terlebih dahulu peneliti melakukan analisis kebutuhan melalui observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru penjas Sekolah

Sebelum proses pengembangan produk, terlebih dahulu peneliti melakukan analisis kebutuhan melalui observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru penjas Sekolah