• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Surakarta, 01 Januari 2015 STIKes Kusuma Husada Surakarta Ketua. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Surakarta, 01 Januari 2015 STIKes Kusuma Husada Surakarta Ketua. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan mengaucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa maka Jurnal Kesehatan Ku- suma Husada (Jurnal KesMaDaSka) STIKes Kusuma Husada Surakarta yang memuat publikasi ilmiah ilmu-ilmu kesehatan khususnya bidang Keperawatan dan Kebidanan telah selesai dicetak.

Perkembangan ilmu pengetahuan di lingkup kesehatan terkait bidang keperawatan dan kebidanan berupa informasi ilmiah melalui kajian kepustakaan maupun ulasan ilmiah lain berdasarkan hasil pene- litian sangat diperlukan.

Berdasarkan hal tersebut maka STIKes Kusuma Husada Surakarta melalui Jurnal KesMaDaSka memberikan wadah bagi para Dosen ataupun Peneliti sesuai bidang kompetensinya untuk mempublika- sikan artikel ilmiahnya. Penerbitan Jurnal Ilmiah KesMaDaSka ini, diharapkan mampu menambahan khasanah ilmu pengetahuan tentang kesehatan khususnya bidang keperawatan dan kebidanan serta me- ningkatkan motivasi bagi para Dosen ataupun Peneliti.

Atas nama civitas akademika STIKes Kusuma Husada Surakarta, saya mengucapkan selamat atas terbitnya Jurnal Ilmiah Kesehatan Kusuma Husada. Semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 01 Januari 2015 STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ketua

Dra. Agnes Sri Harti, M.Si.

(2)

KATA PENGANTAR i

KATA PENGANTAR iii

GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA KERJA DAN KINERJA DOSEN DI POLITEKNIK

KESEHATAN SURAKARTA 1

Siti Lestari 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMILIHAN

PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI KELURAHAN MARGAWATI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASUNDAN KABUPATEN GARUT

Erlina Windyastuti, Sheizi Prista Sari, Mamat Lukman, Ahmad Yamin 8 HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU KADER MENURUT IBU YANG MEMPUNYAI BALITA TERHADAP FREKUENSI PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU KECAMATAN TERAS BOYOLALI

Estri Kusumawati, Ernawati, Dheny Rohmatika 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI PMTCT (PREVENTION-MOTHER-TO-CHILD-TRANSMISSION) DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Mei Lina Fitri Kumalasari, Oktavianus 23

PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET ZAT BESI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II

Hutari Puji Astuti Wijayanti 27

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III MENUJU PROSES MENYUSUI

Rahajeng Putriningrum, Annisaul Khoiriyah, Tresia Umarianti 30

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WUS DI SURAKARTA JAWA TENGAH

Arista Apriani, Mei Lina Fitri Kumalasari 33

STUDI FENOMENOLOGIS MANAJEMEN LAKTASI PADA IBU PRIMIPARA YANG MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

Anita Istiningtyas, Alfyana Nadya Rachmawati 38

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS KERJA PERAWAT

DI RUANG RAWAT INAP RSUD SUKOHARJO 43

Atiek Murharyati, Joko Kismanto 43

PENGARUH MICROFIBER TRIANGLE PILLOW TERHADAP KEJADIAN ULKUS DEKUBITUS PADA PASIEN IMMOBILISASI DI RUANG PERAWATAN RSUD SUKOHARJO

:DK\X5LPD$JXVWLQ:DK\XQLQJVLK6D¿WUL2NWDYLDQXV 

(3)

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

:DK\XQLQJVLK6D¿WUL:DK\X5LPD$JXVWLQ 

BIOSUPLEMEN SINBIOTIK (PROBIOTIK DAN PREBIOTIK) DALAM SOYGHURT SEBAGAI IMUNOSTIMULAN DAN PENURUN KOLESTEROL

Eni Rumiyati, Anis Nurhidayati 61

PEDOMAN PENULISAN NASKAH 65

-oo0oo-

(4)
(5)

GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA KERJA DAN KINERJA DOSEN DI POLITEKNIK KESEHATAN

SURAKARTA

Siti Lestari

1)

1 Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

* lestaristi@yahoo.com

ABSTRAK

Mutu suatu organisasi dipengaruhi banyak aspek, tidak hanya mahasiswa akan tetapi juga tenaga pendidik. Selanjutnya, pemimpin juga memiliki unsur penting dalam suatu organisasi. Setiap pemimpin mempunyai gaya berbeda dalam memimpin. Agar organisasi sehat, biasanya mempunyai budaya organisasi. Budaya organisasi memiliki aspek-aspek seperti values, rituals, heroes, dan symbols yang diyakini mempengaruhi kinerja perusahaan. Budaya organisasi yang dikembangkan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta mencakup cepat, akurat, kredibel dan tanggap. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta, untuk mengetahui pemahaman budaya organisasi, faktor penghambat dan penunjangnya serta untuk mengetahui kinerja dosen lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta. Metode kualitatif dengan 15 narasumber yang diambil secara purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan model Miles dan Huberman, yang meliputi data reduksi, penyajian dan konklusion. Hasil menunjukkan gaya kepemimpinan yang dilakukan pemimpin di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta adalah gaya situasional, kombinasi dari berbagai macam gaya kepemimpinan yang ada. Pemahaman budaya organisasi sudah baik dan index kinerja dosen sudah lebih dari 3,0 (skala 0-4).

Kata kunci: gaya kepemimpinan, budaya kerja, kinerja dosen

ABSTRACT

7KH TXDOLW\ RI DQ RUJDQL]DWLRQ LV LQÀXHQFHG E\ PDQ\ DVSHFWV QRW RQO\ VWXGHQWV EXW DOVR OHFWXUHU

Furthermore, the leaders also have an important element in an organization. Every leader has a different style of leadership. To be healthy organization, usually have the organizational culture. Organizational culture has aspects such as values, rituals, heroes, and symbols that are believed to affect the performance of the company. Organizational culture developed Health Polytechnic of Surakarta include fast, accurate, credible and responsive. This study aimed to describe the style of leadership in the Health Polytechnic of Surakarta, to determine the understanding of organizational culture, and supporting and inhibiting factors to determine the environmental performance of lecturers Health Polytechnic of Surakarta. Qualitative methods with 15 samples who were taken by purposive sampling. Data analysis was done by Miles and Huberman models, which include data reduction, presentation and konklusion.

The results showed that leadership style do leaders in the Health Polytechnic of Surakarta is situational style, a combination of various styles of leadership exist. Understanding organizational culture is good and faculty performance index has more than 3.0 (scale 0-4).

Keywords: leadership style, work culture, lecturer performance

(6)

1. PENDAHULUAN

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ke- menterian Kesehatan RI, yang mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga kesehatan profesional bidang kesehatan yang beriman dan bertaqwa, kreatif, inovatif, dan me- miliki daya saing kuat. Visi Politeknik Kesehatan Surakarta adalah menjadi institusi pendidikan yang unggul, kompetitif dan bertaraf internasio- nal. Untuk mencapai tujuan tersebut, Politeknik Kesehatan Surakarta telah mencanangkan pen- jaminan mutu sejak tahun 2011. Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu tersebut bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan mutu per- guruan tinggi secara berkelanjutan, guna mewu- judkan visi dan misinya, serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelengga- raan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Mutu sebuah Perguruan Tinggi ditentu- kan oleh banyak aspek. Selain mahasiswa yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi, aspek lainnya adalah kualitas dosen dan tenaga kepen- didikan. Dosen, sebagai bagian yang tak terpisah- kan dari penjaminan mutu tersebut harus mampu menunjukkan kinerja yang baik, di ketiga bidang tersebut.

Kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tingkat kinerja karyawann cen- Tingkat kinerja karyawann cen- derung dipengaruhi oleh budaya organisasi yang berlaku (Gibson, 2003; Robbins, 2001). Menurut Ilyas (1999), interaksi yang kompleks dari ki nerja sejumlah individu dalam organisasi mempenga- ruhi kinerja organisasi tersebut. Widodo (2005) mengemukakan bahwa kinerja individu dan ki- nerja organisasi memiliki keterkaitan yang sa- ngat erat. Pencapaian tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. Penelitian Kotter dan Heskett seperti dikutip Soetjipto dan Firmanzah (2006) menyatakan bahwa budaya amat berpengaruh pada kinerja jangka panjang perusahaan.

Budaya organisasi memiliki aspek-aspek seperti values, rituals, heroes, dan symbols yang

diyakini mempengaruhi kinerja perusahaan.

Menurut Bratakusumah (2002), nilai-nilai (val- ues) adalah ukuran yang mengandung kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling dianut dan digunakan se- bagai budaya kerja dalam pengambilan keputus- an dan pelaksanaan kegiatan misi dan visi organi- sasi.

Budaya kerja yang dikembangkan oleh Po- liteknik Kesehatan Surakarta untuk menciptakan budaya organisasi yang mendukung tercapainya visi dan misi yaitu menjadi institusi pendidikan yang unggul, kompetitif dan bertaraf internasio- nal mencakup cepat, akurat, kredibel dan tang- gap (Politeknik Kesehatan Surakarta, 2010).

Maka seharusnya seluruh pegawai di politeknik Kesehatan termasuk dosen dapat mengimple- mentasikan budaya organisasi ke dalam perilaku bekerja yang mencerminkan tata nilai terse- but dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, kepemimpinan merupakan unsur penting di dalam sebuah institusi atau lembaga, sebab tanpa adanya kepemimpinan dari seorang pemimpin maka suatu institusi tersebut akan mengalami kemunduran. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam me- mimpin atau sering disebut dengan gaya kepe- mimpinan. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya itu dipengaruhi oleh sifat pemimpin itu sendiri.

Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang baik akan menciptakan motivasi yang tinggi di dalam diri setiap bawahan, sehingga dengan motivasi tersebut akan timbul semangat kerja yang dapat meningkatkan kinerja dari bawahan itu.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiamanakah gaya kepemimpinan, budaya kerja dan kinerja dosen di Politeknik Ke- sehatan Surakarta ? Tujuan penelitian untuk (a) mengetahui gaya kepemimpinan di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta (b) mengetahui implementasi budaya organisasi di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta beserta faktor penghambat dan penunjangnya (c) mengetahui kinerja dosen lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta.

(7)

2. PELAKSANAAN a. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah 15 orang yang terdiri atas 10 orang dosen dan 5 Ketua Jurusan di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta

c. Teknik Sampling

Teknik sampel yang digunakan purposive sampling, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih sumber yang dianggap me- ngetahui informasi dan masalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk men- jadi sumber data yang mantap.

Instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri. Akan tetapi setelah fokus penelitian menjadi jelas maka dikembang- kan instrumen penelitian (alat bantu atau guide interview) yang akan mempertajam hasil penelitian. Alat bantu lain yang digu- nakan adalah kamera, kaset, tape recorder dan buku catatan lapangan.

Pengembangan validitas (kesahihan) data yang diperoleh pada penelitian ini de- ngan cara triangulasi. Triangulasi merupa- kan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan kredibilitas dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitannya dengan peneli- tian ini, teknik triangulasi yang dipakai yaitu triangulasi sumber dan triangulasi waktu.

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian kualitatif. Penelitian kua-etode penelitian kualitatif. Penelitian kua- litatif pada hakekatnya bertujuan untuk menje- laskan pengalaman dan activitas secara natural (Rice dan Ezzy, 2001).Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehing- ga tujuan penelitian dapat tercapai.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gaya Kepimpinan

Hasil penelitian gaya kepemimpinan dan budaya kerja terhadap 10 dosen dan 5 ketua jurus- an di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Hasil penelitian di lima jurusan berkaitan dengan gaya kepemimpinan didapatkan gambaran sebagai berikut

a. Motivasi

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan ketua jurusan dalam memotivasi dosen. Sebagian besar dosen mengatakan bahwa karyawan atau pegawai perlu diberi motivasi. Menurut Marquis dan Huston, 2008, motivasi merupakan tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuh- an yang belum terpenuhi Selanjutnya, pro- duktivitas dipengaruhi oleh motivasi dan etos kerja, keterampilan dan kualitas tenaga kerja, pengupahan dan jaminan sosial. Oleh karena itu, berbagai macam cara dilakukan pimpinan tingkat jurusan dalam memotivasi para pegawainya.

(8)

Selanjutnya untuk memelihara agar tetap termotivasi, para pimpinan tingkat juru- san juga selalu memotivasi bawahan de ngan mengingatkan visi misi. Visi merupakan cita – cita atau impian sebuah organisasi yang i ngin dicapai di masa depan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kegiatan, organisasi serta tujuan apakah yang hendak dicapai suatu organisasi terse- but. Dengan selalu ingat visi misi,serta tu- gas pokok dan fungsi, pemusatan kegiatan organisasi akan lebih terarah dan karyawan tentunya akan memahami apa yang harus dan apa yang harus tidak dilakukan (Handoko, 1993) dengan demikian kegiatan TriDharma Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh dosen selalu diarahkan atau diproyeksikan untuk mencapai visi misi tersebut.

b. Kerjasama

Hasil penelitian menggambarkan bah- wa bentuk kerja sama antara pimpinan dan bawahan di Jurusan bermacam-macam, se- perti komunikasi, delegasi, terbuka dan menghargai bawahan.

Kerja sama merupakan salah satu unsur fundamental dalam sebuah organisasi. Agar kerjasama dalam tim dapat efektif, sangat di- perlukan komunikasi dua arah antara pimpin- an dan bawahan. Komunikasi merupakan salah satu aspek penting yang mempunyai kontribusi terhadap perubahan minat, mo- tivasi, sikap maupun perilaku. Fredich sep- erti dikutip oleh Marquis dan Houston, 2010, menjelaskan bahwa komunikasi manager lini pertama terhadap pegawai mempengaruhi sikap pegawai terhadap organisasi. Dalam hal ini, manager lini pertama identik dengan ketua jurusan, Hasil penelitian menunjuk- kan narasumber dengan keterbukaan dalam berkomunikasi dengan pimpinan menunjuk- kan kinerja yang baik. Hal tersebut nampak- nya sejalan dengan pendapat Nursalam, 2002 bahwa mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubung an dengan usaha pencapai- an tugas, dengan informasi yang jelas, maka pegawai akan mudah dimotivasi kerjanya.

Selain komunikasi bentuk kerjasama yang lain berupa pendelegasian. Delega- si merupakan penyelesaian tugas melalui orang lain atau mengarahkan tugas kepada satu orang atau lebih untuk mencapai tu- juan organisasi (Marquis dan Houston, 2010). Dalam pendelegasian, pejabat pimpi- nan membatasi diri pada pemberian pen- garahan pada bawahannya dan menyerah- kan pelaksanaan kepada para bawahannya tersebut tanpa banyak campur tangan lagi (Siagian,2006). Ada beberapa alasan yang mendasari kenapa para pimpinan memberi- kan delegasi kepada bawahan, yang pertama adalah rasa percaya pimpinan kepada bawa- han, pimpinan meng anggap bawahan mam- pu melakukan tugas yang akan diberikan.

Menurut Siagian, 2006, untuk bawahan den- gan tingkat kematangan yang mampu dan mau atau yakin, maka delegasi merupakan pilihan yang tepat. karena orang/bawahan seperti ini adalah mampu melaksanakan tu- gas dan mau/yakin. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutus- kannya tentang bagaimana, kapan dan di- mana pekerjaan mereka harus dilaksanakan.

Kurangnya pendelegasian sering disebabkan oleh pimpinan yang ingin menyelesaikan pekerjaan sendiri atau kurangnya kepercaya- an pimpianan terhadap kemampuan bawah- an. Kedua, pendelegasian sebagai proses atau sarana pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mening- katkan ki nerja. Ketiga pendelegasian mam- pu meningkatkan produktivitas bawahan, seperti yang dijelaskan oleh Marquis dan Houston, 2010 bahwa pegawai yang tidak didelegasikan tanggungjawab dapat menjadi bosan, tidak produktif dan tidak efektif. Jadi dengan pendelegasian diharapkan akan me- ningkatkan kinerja dosen.

Lingkungan dan suasana santai, akrab dan kekeluargaan, merupakan benuk lain dalam kerjasama di beberapa jurusan di Po-

(9)

liteknik Kesehatan Surakarta. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenya- manan pribadi maupun organisasi dalam membangkitkan semangat kerja pegawai sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas de- ngan baik. Disamping itu pegawai akan lebih senang dan nyaman dalam bekerja apabila fasilitas yang diperlukan terpenuhi sehingga akan menjamin kelancaran tugas-tugas.

c. Gaya pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan merupakan hal yang pokok bagi pimpinan. Pimpinan akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda- beda sesuai perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Hasil penelitian menunjukkan se- bagian besar pimpinan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Handoko, 1993 bahwa pimpinan membicara- kan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan mengumpulkan gagasan atau ide dan saran mereka dalam suatu pertemuan kelompok. Keputusan yang dihasilkan dapat atau tidak mencerminkan masukan atau perasaan bawahan.

4.2 Budaya Kerja

a. Pemahaman budaya kerja

Budaya pelayanan kerja Poltekkes Surakarta adalah cepat, akurat, kredibel dan tanggap. Hasil penelitian memberikan gam- baran bahwa sebagian narasumber meman- dang budaya cepat sebagai kegiatan yang harus segera dilakukan dan tepat waktu, ses- uai dengan perencanaan. Hal tersebut sudah VHMDODQGHQJDQPDNQDFHSDW\DQJGLGH¿QLVL- kan oleh Poltekkes Surakarta. Sedangkan pemahaman tentang akurat,digambarkan sebagai pekerjaan yang dilakukan harus- lah tepat, sesuai keperluan atau yang dibu- tuhkan. Selanjutnya, kredibel digambarkan sebagai kemampuan seseorang yang erat kaitannya dengan kompeten. Seorang dosen yang kredibel adalah dosen yang kompeten di bidangnya., selain itu beberapa narasum- ber mengatakan bahwa kredibel adalah jujur, menyampaikan segala sesuatu apa adanya.

Hal tersebut nampaknya sudah sesuai de-

ngan pengertian budaya kinerja di Politeknik Kesehatan Surakarta. Budaya kerja yang terakhir adalah tanggap. Sebagian besar nara sumber, tanggap diartikan sebagai ke- adaan dimana para dosen sangat responsive, tahu apa yang dibutuhkan oleh orang lain, artinya tanpa harus dikatakan, seorang dosen mesti nya tahu apa yang diperlukan.Selain itu, tanggap dimaknai sebagai jemput bola, seorang dosen harus aktif untuk menjemput bola, tidak harus menunggu datangnya bola, tetapi hendaknya aktif mencari bola. Nam- paknya hal tersebut sesuai dengan makna.

Jadi dapat disimpulkan pemahaman para narasumber tentang budaya kerja cukup baik.

b. Faktor penghambat dalam implementasi bu- daya kerja

Berbagai faktor dapat berpengaruh dalam keberhasilan implementasi budaya kerja yang baru di “launching” beberapa bulan yang lalu. Faktor penghambat yang di- rasakan baik oleh para dosen maupun ketua jurusan adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan sumber daya manusia Keterbatasan SDM dirasakan sebagian kecil jurusan, dan hal tersebut dianggap sebagai faktor penghambat dalam im- plementasi budaya kerja. Sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber daya manusia dalam hal ini dosen merupakan asset institusi yang sangat vital, karena peran dan fungsinya tidak bisa diganti- kan oleh sumber daya lainnya. Betapa- pun modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak dana yang disiap- kan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya menjadi tidak bermakna, sehingga keterbatasan dalam jumlah tenaga dianggap sebagai salah satu factor penghambat dalam im- plementasi budaya kerja.

2. Budaya lama

Budaya kerja yang di launching bebera- pa bulan yang lalu merupakan salah satu bentuk perubahan yang direncanakan oleh Poltekkes Surakarta Adanya per-

(10)

ubahan tersebut disikapi dengan ber- bagai macam cara. Narasumber me- ngatakan ada sebagian kecil kelompok dosen yang kurang cepat dan kurang mudah beradaptasi dengan situasi yang baru tersebut. Nursalam, 2007 bahwa, ada faktor-faktor yang menghambat dalam suatu perubahan, diantaranya adalah persepsi yang kurang tepat dan toleransi untuk berubah rendah, masih terpaku pada budaya lama.

3. Belum dibakukannya standart

Belum diberlakukannya standart dilihat sebagai salah satu faktor penghambat dalam mengimplementasi budaya kerja.

Hal tersebut karena manual sedang dalam proses penyusunan (Jamintu Poltekes, 2011).

c. Fakor penunjang

1. Loyalitas terhadap pekerjaan

Loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki makna kesediaan, seseorang untuk melenggangkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu mengor- bankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun. Kesediaan ang- gota untuk mempertahankan diri beker- ja dalam organisasi adalah hal yang pen ting untuk menunjang komitmen anggota terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupaya- kan jika anggota merasakan adanya ke- amanan dan kepuasan di dalam organi- sasi tempat ia bergabung untuk bekerja.

2. Berpikir positif

%HU¿NLU SRVLWLI PHUXSDNDQ VLNDS PHQ- tal yang melibatkan proses memasuk an pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambar- an-gambaran yang konstruktif (mem- bangun) bagi perkembangan pikiran.

Berpikir positif juga merupakan sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik serta menguntungkan. Dengan EHU¿NLU VHSHUWL DNDQ PHQXPEXKNDQ

keyakinan bahwa budaya kerja dapat dilakukan dengan baik dan akan mem- buahkan hasil yang baik pula. Oleh

karena itu seluruh komponen organisasi sebaiknya memiliki pemikiran positif.

Menurut Marquis dan Houston, 2010, para pemimpin hendaknya memandang perubahan secara positif dan memberi- kan pandangan ini kepada bawahan- nya. Para pimpinan harus yakin bahwa bawahan dapat membuat sesuatu yang berbeda.

3. Dukungan atau support top manager Penelitian menggambarkan bahwa sup- port pimpinan merupakan salah satu factor penunjang dalam implmentasi budaya kerja. Hal tersebut sejalan de- ngan semboyan tutwuri handayani, yang berari pimpinan harus memberi- kan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral dari pimpinan ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang di sekitar kita menumbuh- kan motivasi dan semangat.

4. SDM masih muda, energik

Seperti disampaikan dalam wawancara, bahwa sumber daya manusia merupakan asset penting dalam suatu organisasi.

Sumber daya manusia yang masih muda dan energik tentu saja

4.3 Faktor penghambat dan penunjang dalam implementasi budaya kerja

Berkaitan dengan faktor penghambat maka sebagian besar narasumber mengatakan bahwa setiap perubahan pasti ada penghambatnya, baik factor internal maupun external. Faktor inter- nal misalnya faktor individu itu sendiri berupa kesadaran pribadi, motivasi individu dan faktor eksternal bias dikarenakan kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM), belum diberlakukannya standart secara baku, budaya lama dan resis- tensi. Dilain pihak, factor pendorong juga ada.

Sebagian besar narasumber mengatakan bahwa faktor penunjang keberhasilan implementasi budaya kerja berupa loyalitas pegawai terhadap pekerjaan, adanya pemikiran positif baik pada pimpinan maupun dosen, pembinaan, support atau dukungan pimpinan dan sebaginya. Secara rinci kedua faktor tersebut secara skema sebagai berikut:

(11)

Kinerja Dosen

Selain dengan wawancara, hasil penelitian tentang kinerja dilakukan dengan melihat data evaluasi kinerja dosen yang ada di masing-ma- sing Jurusan. Indek kinerja dosen sudah menca- pai angka minimal 3,0 (pada skala 4).

5. KESIMPULAN

Gaya kepemimpinan yang dilakukan pimpin an di lingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta merupakan gaya situasional, kombi- natif dari berbagai macam gaya kepemimpinan yang ada. Dari gaya memotivasi, kerja sama dan menilai pencapaian hasil berbeda beda.

Pemahaman budaya kerja diperoleh infor- masi bahwa rata-rata narasumber dalam pene- litian ini cenderung mengatakan budaya kerja cepat, tepat, akurat dan kredibel secara benar.

Dalam implementasi budaya kerja ditemukan adanya factor penghambat yaitu keterbatasan SDM, personal / individu, budaya lama, faktor individu atau pribadi kurang motivasi dan belum adanya standart yang diberlakukan. Sedangkan faktor penunjangnya adalah loyalitas terhadap pekerjaan,berpikir positif , pembinaan dan sup- port top manager, adanya alur yang jelas, sdm yang masih muda, dan keep person.

Secara deskriptif kinerja dosen sudah cu- kup baik, yang diukur melalui 3 komponen yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyara- kat. Hal itu ditandai dengan rata-rata narasumber

mengatakan sudah melakukan kegiatan Tri Dhar- ma Perguruan Tinggi, walau prosentasenya be- lum 100% karena masih ada sedikit dosen yang harus selalu di dorong dan di dukung. Selanjut- nya hasil penilaian index kinerja dosen rata-rata sudah lebih dari 3,0 ( pada skala 4).

6. REFERENSI

Bratakusumah, D.S.(2002). Kajian manajemen Stratejik. Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II. Buku 2. Jakarta:

Pusat Pendidikan dan Latihan.

Gibson, J.L., Ivancevich,J.M. dan Donelly, J.H.

(1997). Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid 1 Ed kelima. Jakarta: Erlangga Ilyas, Y. (1999). Kinerja, Teori Penilaian dan

Penelitian. Jakarta: FKM UI.

Marquis,B.L. dan Huston,C.J. (2010). Leader- ship Roles and Management Function in Nursing: Thepry and Aplication. 4Ed . Lip- pincott: William and Wilkins.

Moleong, L.J. (2006). Metodologi Pendekatan Kualitatif (Edisi revisi). Bandung: PT Rema- ja Rosdakarya.

Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan:

Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profe- sional. Jakarta: Salemba Medika.

Patton, M.Q. (1980). Qualitative Evaluation Method. Beverly Hill, CA: Sage Publication Rice, P.I dan Ezzy,D.(2001). Qualitative Re- search Methods: A Health Focus. New York:

Oxford University Press.

Siagian, P (2006). Manejemen Sumber Daya Ma- nusia, Cetakan ketigabelas . Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono (2002). Memahami Penelitian Kualita- tif. Bandung: Alfabetha

Widodo, J. (2005). Membangun Birokrasi Berba- sis Kinerja. Malang: Bayumedia Publishing.

-oo0oo-

(12)

ABSTRAK

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan salah satu strategi untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Data dari Puskesmas Pasundan, cakupan pertolongan persalinan oleh paraji di Kelurahan Margawati masih tinggi yaitu 67% pada tahun 2013. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan ibu hamil di kelurahan Margawati wilayah kerja Puskesmas Pasundan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional study. Populasi penelitian adalah ibu hamil di Kelurahan Margawati pada bulan November tahun 2014. Pengambilan sampel secara total sampling, yaitu sebanyak 60 ibu hamil. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan rumus Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% ibu memilih pertolongan persalinan tidak tepat dan 25% tepat. Ada hubungan yang bermakna antara penghasilan keluarga (p=0,000) dan pendidikan (p=0,000) dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan yang tepat oleh ibu hamil.

Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil (p=0,179), tempat pemeriksaan kehamilan (p=0,560) dan dukungan suami (p=0,560) dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan yang tepat oleh ibu hamil. Kesimpulan adalah penghasilan keluarga dan pendidikan memiliki peran penting dalam penentuan rencana pertolongan persalinan ibu hamil di Kelurahan Margawati. Sebagai tenaga kesehatan, perawat perlu memberikan perhatian dan motivasi lebih terhadap ibu hamil yang memiliki penghasilan keluarga dan pendidikan rendah agar dapat memilih tempat persalinan yang tepat.

Kata kunci: Pertolongan persalinan, ibu hamil, Kelurahan Margawati.

ABSTRACT

Delivery by health personnel is one of strategic to solve mother and child health problem in Indonesia.

Based on data from Pasundan health center, delivery by traditional attendants in Margawati village are still very high at 67% in 2013. The purpose of this study was to determine the factors of associated with the selection of delivery helper of pregnant woman in Margawati village, in Pasundan Health Center.This research is a quantitatif research applying cross sectional study. The population are pregnant woman in Margawati village in November 2014. Sample taken by total sampling amounted to 60 pregnant womant. Data collection by using a questionnaire and was tested with chi square.The result showed WKDWRISUHJQDQWZRPDQLQVHOHFWLRQRIGHOLYHU\KHOSHULVQRWDSSURSULDWH7KHUHLVVLJQL¿FDQW

relationship between the economic status (p=0,000) and the level education (p=0,000) in selection of GHOLYHU\KHOSHUE\DSSURSULDWHRISUHJQDQWZRPDQ7KHUHLVQRVLJQL¿FDQWUHODWLRQVKLSEHWZHHQWKHDJH

of pregnant woman (p=0,179), the place of antenatal care (p=0,560) and husband support (p=0,560) in

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMILIHAN PERTOLONGAN

PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI KELURAHAN MARGAWATI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PASUNDAN KABUPATEN GARUT

Erlina Windyastuti

1)

, Sheizi Prista Sari

2)

, Mamat Lukman

3)

, Ahmad Yamin

4)

1 Mahasiswa Magister Keperawatan Komunitas, Universitas Padjadjaran Bandung

2,3,4 Staff Dosen Keperawatan Komunitas Universitas Padjadjaran Bandung

1erlinawindy@gmail.com

(13)

selection of delivery helper by exactly of pregnant woman.The conclusion are economic status and the level of education have a role in selection of delivery helper by pregnant woman in Margawati village.

As a health personnel, the nurse must be give more attention and motivation to pregnant woman with the low economic status and the low level of education for in selection of delivery helper by appropriate.

Keywords: delivery helper, pregnant womant, Margawati village

1. PENDAHULUAN

Status kesehatan maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kesakitan dan kematian ibu merupakan indikator yang penting dalam meng- gambarkan status kesehatan maternal. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangun- an millenium (Millenium Development Goals) yang ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu di- mana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah 108/ 100.000. Dari hasil survei yang di- lakukan, AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan mille- nium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan program yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Tujuan pro- gram ini adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang dilakukan diantaranya melalui peningka- tan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehat- an dan peningkat an dekteksi dini resiko tinggi/

komplikasi, baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta pe- nanganan dan peng amatan secara terus menerus (Depkes RI, 2002)

Di Kabupaten Garut, kasus AKI dan AKB yaitu untuk kasus AKI yaitu 184,5 per 100.000 KH dari target MDGs 2015 sebesar 102/100.000KH, dan AKB 68,37/1.000 KH dari target MDGs 23/1.000 KH (Dinkes Garut, 2013).

Artinya hal ini masih jauh dari target mengenai insidensi Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

Kasus AKI di wilayah kerja Puskesmas Pasundan berdasarkan laporan Kohort Ibu pada tahun 2013 sejumlah 7 orang, antara lain di

kelurah an Kota Kulon 3 orang, kelurahan Marga- wati 1 orang, dan kelurahan Cimuncang 3 orang (Puskesmas Pasundan, 2013). Penyebab angka kematian 1 ibu di kelurahan Margawati pada ta- hun 2013 disebabkan karena perdarahan postpar- tum yang sebelumnya tindakan persalinan awal oleh non Kesehatan (Paraji) meski diketahui ke- hamilan tersebut dengan resiko tinggi yaitu usia ibu hamil >35 tahun (Hasil wawancara penulis dengan bidan desa setempat).

Penolong persalinan merupakan salah satu indikator kesehatan terutama yang berkaitan de ngan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak maka persalinan yang di- tolong oleh tenaga kesehatan (Nakes) seperti bi- dan dan dokter dianggap lebih baik dari persalin- an yang ditolong oleh Tenaga non Nakes seperti dukun, keluarga atau lainnya.

Pemilihan penolong persalinan merupakan salah satu hak reproduksi perorangan. Hak re- produksi perorangan dapat diartikan bahwa se- tiap orang baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama dan lain-lain) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan ber- tanggungjawab (kepada diri, keluarga dan ma- syarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana anak akan dilahirkan (Depkes RI, 2001).

Persalinan yang aman dapat dicapai melalui pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional dan ketersediaan peralatan yang me- madai untuk menangani komplikasi obstetrik dan neonatal. Saat ini angka persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Persentase kelahiran pada tahun 2013 di wilayah Puskesmas Pasundan yang ditangani oleh tenaga medis terdapat seki- tar 67% (Lokakarya Mini Puskesmas Pasundan, 2014).

(14)

Masalah yang dihadapi saat ini adalah bah- wa di kelurahan Margawati pertolongan persalin- an oleh paraji masih tinggi dan merupakan pilih- an pertolongan persalinan yang diminati oleh masyarakat. disebabkan oleh karena adat istiadat dan tradisi setempat. Paraji bagi orang Sunda merupakan orang yang mampu membuka pintu kehidupan bagi janin ataupun anak. Paraji diper- caya mampu memperkirakan bayi lahir dengan meraba perut ibu hamil, dan bisa juga membuat perkiraan bayi yang dikandung apakah berje- nis kelamin laki-laki ataupun perempuan tanpa PHQJJXQDNDQ DODW 8OWUDVRQRJUD¿ 86*  0H

reka memberikan pelayanan secara sabar kepada ibu dari hamil sampai selesai masa nifas. Tetapi disisi lain, angka kematian ibu masih tinggi.

Derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yai- WX OLQJNXQJDQ ¿VLN VRVLDO EXGD\D HNRQRPL

politik dan sebagainya), perilaku, pelayanan ke- sehatan dan keturunan (Bloom, 1974). Perilaku sebagai determinan kesehatan adalah bentuk re- spon seseorang terhadap stimulus yang berupa sakit dan penyakit, makanan dan minuman, ling- kungan dan juga pelayanan kesehatan. Semua masalah kesehatan mempunyai aspek perilaku sebagai faktor resiko (Notoadmojo, 2010).

Perilaku ibu hamil dalam rencana pemilih- an pertolongan persalinan dipengaruhi oleh ber- bagai faktor, baik yang langsung dari dalam diri ibu maupun dari luar. Faktor-faktor tersebut di- antaranya meliputi karakteristik ibu (umur, pen- didikan, pekerjaan, paritas), riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, sikap, persepsi terha- dap jarak ke pelayanan kesehatan, persepsi terha- dap biaya persalinan, riwayat penolong persalin- an dalam keluarga dan dukungan atau pengaruh orang-orang terdekat seperti suami/ keluarga 6X¿DZDWL 

Tujuan penelitian untuk mengetahui fak- tor-faktor yang berhubungan dengan rencana pemilih an pertolongan persalinan ibu hamil di kelurahan Margawati Kabupaten Garut.

2. PELAKSANAAN a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Margawati wilayah Kerja Puskesmas Pasun-

dan Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut pada bulan November 2014.

b. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu hamil yang tinggal di wilayah Kelurahan Margawati pada bulan November 2014 yaitu sejumlah 60 orang.

Sampel pada penelitian ini adalah semua anggota populasi penelitian yang diambil secara total sampling yaitu ibu hamil yang tinggal di wilayah Kelurahan Margawati pada bulan November 2014.

3. METODE PENELITIAN Desain dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study yaitu observasi variable dependen (Rencana Pemilihan Pertolongan Persalinan pada Ibu Hamil) dan variable independen (usia, tempat pemeriksaan kehamilan, pendidikan, penghasilan keluarga dan dukungan suami) pada waktu yang bersamaan.

Penulis memilih rancangan cross sectional study dengan alasan waktu yang digunakan dalam penelitian cukup singkat.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dengan menggunakan alat yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu kuesioner dengan sumber data ibu yang hamil pada bulan November 2014 di Kelurahan Margawati wilayah kerja Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.

Teknik Pengambilan Data

Data yang diperoleh dikumpulkan melalui kue- sioner yang diberikan kepada responden, peng- isian kuesioner yang diisi sendiri oleh respon- den dan dibantu oleh bidan desa dan kader di masing-masing RW. Pengumpulan data primer ini dilakukan pada bulan November 2014. Sebe- lum dilakukan pengambilan data, responden di- berikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan pengambilan data serta responden diberikan ke- sempatan untuk bertanya kepada peneliti jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau kurang jelas.

(15)

Analisis Data

Data yang diperoleh lalu dianalisis dalam bentuk analisis univariat dan analisis bivariat.

Analisis univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dari variable independen dan variable dependen. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat kemaknaan atau keeratan hubungan antara variable dependen dengan variable inde- penden (Dharma, 2011). Uji yang digunakan adalah dengan menggunakan Chi Square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan alpha 0,05.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Univariat

Pada analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi setiap variable yang akan diteliti

a. Usia Ibu Hamil

Tabel 1 Distribusi Responden menurut Usia Ibu Hamil di Kelurahan Margawati pada bulan

November 2014

Usia Ibu Hamil Jumlah Presentase

Tidak beresiko 32 51,7%

Beresiko 29 48,3%

Jumlah 60 100%

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa usia tidak beresiko (20 – 35 tahun) pada ibu hamil lebih banyak dibandingkan usia yang beresiko (< 20 tahun dan > 35 tahun).

b. Tempat pemeriksaan kehamilan

Tabel 2 Distribusi Responden menurut Tempat Pemeriksaan Kehamilan di Kelurahan

Margawati pada bulan November 2014 Tempat Pemeriksaan

Kehamilan

Jumlah Presentase

Tepat 60 100%

Tidak Tepat 0 0%

Jumlah 60 100%

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil di kelurahan Margawati melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan ke- sehatan yang tersedia.

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu Hamil di Kelurahan Margawati

pada bulan November 2014 Tempat Pendidikan

Ibu Hamil

Jumlah Presentase

SD 27 45%

SLTP 19 31,7%

SMA 11 18,3%

PT 3 5%

Jumlah 60 100%

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang berpendidikan rendah (SD-SLTP) lebih banyak dibandingkan ibu hamil yang ber- pendidikan cukup (SMA-PT).

d. Penghasilan keluarga

Tabel 4 Distribusi Responden Penghasilan Keluarga Ibu Hamil di Kelurahan Margawati

pada bulan November 2014

Usia Ibu Hamil Jumlah Presentase

<1.200.000 47 78,3%

>1.200.000 13 21,7%

Jumlah 60 100%

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa penghasi- lan keluarga ibu hamil di kelurahan Margawati lebih banyak < 1.200.000

e. Dukungan Suami

Tabel 5 Distribusi Responden menurut Dukungan Suami di Kelurahan Margawati pada

bulan November 2014

Usia Ibu Hamil Jumlah Presentase

Tidak ada 2 3,3%

Ada 58 96,7%

Jumlah 60 100%

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa ada peran dari dukungan suami dalam pemilihan pertolong- an persalinan lebih banyak dibandingkan de- ngan tidak ada dukungan suami dalam rencana pemilih an pertolongan persalinan.

(16)

f. Rencana Persalinan Ibu Hamil

Tabel 6 Distribusi Responden menurut Rencana Persalinan Ibu Hamil di Kelurahan Margawati

pada bulan November 2014

Usia Ibu Hamil Jumlah Presentase

Tidak Tepat 45 75%

Tepat 15 25%

Jumlah 60 100%

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang memilih rencana persalinan dengan tidak tepat (dengan non tenaga kesehatan dan ti- dak dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehat- an) lebih banyak dibandingkan dengan memilih rencana persalinan yang tepat (dengan tenaga ke- sehatan dan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan).

4.2 Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat, dilakukan tabulasi silang antar variable dependen terhadap variable independen (usia ibu hamil, pendidikan, tempat pemeriksaan kehamilan, penghasilan keluarga dan dukungan suami).

a. Usia Ibu hamil

Tabel 7 Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Rencana Pemilihan Pertolongan Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan Margawati bulan November tahun 2014

Umur

Rencana Pemilihan Petolongan Persalinan

Total P Value Tidak

tepat Tepat

n % N % n %

Tidak bere- siko

21 67,7 10 32,3 31 100 0,179

Beresiko 24 82,8 5 17,2 29 100

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ni- lai statistic chi square GHQJDQ WDUDI VLJQL¿NDQVL

0,179 > 0,05, maka disimpulkan untuk menerima hipotesis nol dan menolak hipotesis alternative yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil dengan ren- cana pemilihan pertolongan persalinan.

Hasil uji statistic untuk menganalisis hubung an usia ibu hamil terhadap rencana pe-

milihan pertolongan persalinan pada tabel 7 menyatakan tidak ada hubungan yang bermak- na antara usia ibu hamil dengan rencana pe- milihan pertolongan persalinan dengan p=0,179 (p>0,005). Dari hasil penelitian 60 responden ibu hamil proporsi yang merencanakan pertolongan persalinan secara tepat pada kelompok usia bere- siko adalah 17,2% dari 29 ibu hamil dan pada kelompok usia tidak beresiko 32,2% dari 31 ibu hamil.

Usia mempunyai pengaruh terhadap ke- hamilan dan persalinan ibu. Usia yang kemung- kinan tidak resiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima ke- hamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan pada umur

< 20 tahun dan > 35 tahun merupakan usia yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan.

Dengan demikian diketahui bahwa usia ibu pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap mor- biditas dan mortalitas ibu maupun anak yang di- lahirkan. Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang per- hatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berusia 20-35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya su- dah siap untuk menerima dan diharapkan untuk memperhatikan kehamilannya. Ibu yang beru- mur lebih dari 35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya sudah mulai menurun dan ke- sehatan ibu tidak sebaik saat usia 20-35 tahun.

Berdasarkan hasil pengkajian, diperoleh data masih ada ibu hamil yang memiliki resiko tinggi yaitu 2 orang ibu hamil berusia 13-16 tahun dan 8 orang berusia 36-45 tahun. Tentunya, hal ini akan memiliki resiko terhadap kondisi kehamilan dan persalinan ibu dan bayi.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilaku- kan oleh Hutapea (2012) yang menyatakan bah- wa tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil dengan pemilihan penolong per- salinan. Dari hasil penelitian 124 responden pro- porsi yang memilih tenaga kesehatan sebagai pe- nolong persalinan 72,7% berada pada kelompok beresiko dan kelompok usia yang tidak beresiko sebesar 70,3%.

(17)

b. Tempat pemeriksaan kehamilan

Tabel 8 Hubungan antara Tempat Pemeriksaan Kehamilan dengan Rencana Pemilihan Pertolongan Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan Margawati bulan November tahun

2014

Tempat Pemeriksa an

Ke hamilan

Rencana Pemilihan Petolongan Persalinan

Total P Value Tidak

tepat Tepat

n % N % n %

Tidak tepat 1 100 0 0 1 100 0,560 Tepat 44 74,6 15 25,4 59 100

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ni- lai statistic chi square GHQJDQ WDUDI VLJQL¿NDQVL

0,560 > 0,05, maka disimpulkan untuk menerima hipotesis nol dan menolak hipotesis alternative yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tempa pemeriksaan ke- hamilan dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan.

Hasil analisis hubungan pada tabel 8 me- nyatakan tidak ada hubungan bermakna antara tempat pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil dengan rencana pemilihan pertolongan persalin- an dengan p=0,560 (p>0,05). Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa ibu hamil yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan di tem- pat yang tepat (fasilitas pelayanan kesehatan) memilih rencana pertolongan persalinan yang tepat dengan proporsi 30,6% dari 59 ibu hamil dan ibu hamil yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan di tempat yang tidak tepat (bukan di fasilitas pelayanan kesehatan) sebanyak 0% dari 1 ibu hamil.

Pemeriksaan kehamilan adalah pemerik- saan, pengawasan, pemeliharaan dan perawatan yang diberikan pada ibu selama masa kehamilan.

Pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yang teratur akan menentukan kelancaran dari proses persalinan nantinya. Pemeriksaan kehamilan di- katakan lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar. Frekuensi pemeriksaan kehamilan adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu se- bagai berikut: (1)minimal 1 kali pada trimester I, (2)minimal 1 kali pada trimester kedua dan (3)

minimal 2 kali pada trimester III. Standar peme- riksaan kehamiln tersebut dianjurkan untuk men- jamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini factor resiko, pencegahan dan pena- nganan komplikasi (Depkes RI, 2009). Dapat di- simpulkan bahwa ibu hamil yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan yang tepat (oleh tenaga kesehatan dan dilaksanakan di fasilitas pelayan- an kesehatan) tidak menjamin bahwa akan me- rencanakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Hal ini dipengaruhi oleh adanya kepercayaan/

budaya bahwa ibu hamil di wilayah kecamatan Garut melaksanakan persalinan di Paraji karena memiliki kedudukan yang sangat penting yaitu merupakan orang yang mampu membuka pintu kehidupan bagi janin atau anak (Dewi, 2012).

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Su-

¿DZDWL WDKXQ  GL ZLOD\DK NHUMD 3XVNHVPDV

Cibadak menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubung an yang bermakna antara riwayat peme- riksaan kehamilan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan dengan p=1,000 (p>0,05) dengan proporsi sebesar 96% pemeriksaan ke- hamilan tidak sesuai standar dan 4% sesuai stan- dar.

c. Pendidikan ibu hamil

Tabel 9 Hubungan antara Pendidikan Ibu Hamil dengan Rencana Pemilihan Pertolongan

Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan Margawati bulan November tahun 2014

Pendidikan ibu Hamil

Rencana Pemilihan Petolongan Persalinan

Total P Value Tidak

tepat Tepat

n % N % n %

SD 26 96,3 1 3,7 27 100 0,000

SLTP 16 84,2 3 15,8 19 100

SMA 3 27,3 8 72,7 11 100

PT 0 0 3 100 3 100

Hasil uji statistic memperlihatkan bahwa ni- lai statistic chi square GHQJDQ WDUDI VLJQL¿NDQVL

0,000 < 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan meerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa ada hubungan yang ber- makna antara pendidikan ibu hamil dengan ren- cana pemilihan pertolongan persalinan.

(18)

Hasil analisis hubungan pada tabel 9 me- nyatakan ada hubungan bermakna antara pen- didikan dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan dengan p=0,000 (p<0,05). Proporsi ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD memil- ih rencana persalinan yang tepat 3,7 % dari 27 ibu hamil, ibu hamil dengan tingkat pendidikan SLTP dengan proporsi 15,8% dari 19 ibu hamil, ibu hamil dengan pendidikan SMA dengan pro- porsi 72,7 % dari 11 ibu hamil dan ibu hamil yang berpendidikan Perguruan Tinggi (PT) de- ngan proporsi 100% dari 3 ibu hamil.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi ter- hadap seseorang untuk bertindak dan mencari pe- nyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional dan turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima sikap dan perilaku baru. Oleh karena itu, orang yang berpendidik- an akan lebih mudah dalam menerima gagasan yang baru. Hal ini bisa disimpulkan bahwa se- makin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan semakin tinggi tingkat pemahaman dan semakin mudah dalam menerima informasi baru yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pendidikan yang rendah akan menye- babkan kesulitan dalam menyerap informasi dan sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat pen- didikan tingg akan lebih terbuka dalam menerima gagasan baru.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asriani (2009) menunjukkan bahwa memang tingkat pendidikan mempengaruhi ibu terhadap pemilihan pertolongan persalinan di tenaga kese- hatan dengan p=0,000 (p<0,05). Hasil penelitian data diperoleh 90,5% dari 21 ibu yang berpen- didikan cukup (SLTA-PT) dan 39% dari 118 ibu yang berpendidikan kurang (SD-SLTP) meman- faatkan tenaga kesehatan sebagai penolong per- salinan.

d. Penghasilan keluarga ibu hamil

Hasil uji statistick memperlihatkan bahwa nilai statistic chi squareGHQJDQWDUDIVLJQL¿NDQVL

0,000 < 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penghasilan keluarga ibu hamil

dengan rencana pemilihan pertolongan persalin- an.

Tabel 10 Hubungan antara Penghasilan Keluarga Ibu Hamil dengan Rencana Pemilihan

Pertolongan Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan Margawati bulan November tahun

2014

Pendidikan ibu Hamil

Rencana Pemilihan Petolongan Persalinan

Total P Value Tidak

tepat Tepat

n % N % n %

<1.200.000 42 89,4 5 10,6 47 100 0.000

>1.200.000 3 23,1 10 79,9 13 100

Hasil analisis hubungan pada tabel 10 menyatakan ada hubungan bermakna antara penghasilan keluarga pada ibu hamil dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan de- ngan p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan data pene- litian didapatkan bahwa penghasilan keluarga <

1.200.000 memilih rencana pertolongan persalin- an yang tepat dengan proporsi 10,6% dari 47 ibu hamil dan penghasilan keluarga ibu hamil

>1.200.000 sebanyak 76,9% dari 13 ibu hamil.

Faktor ekonomi menjadi penentu dalam pelaksanaan perawatan kehamilan dan persalin- an. Keluarga dan ekonomi yang cukup dapat melaksanakan perawatan kehamilannya dengan rutin, merencanakan perawatan kehamilan ke- pada tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik.

Responden dengan penghasilan <1.200.000 cenderung tidak memiliki pendapatan keluarga yang cukup memadai untuk memenuhi biaya pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena biaya persalinan di paraji lebih murah dibandingakn di fasilitas pelayanan ke- sehatan oleh tenaga kesehatan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asriani (2009) diperoleh hasil bahwa responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai pe- nolong persalinan ditinjau dai kemampuan eko- nomi sebanyak 58,7% dari 46 ibu yang memiliki ekonomi cukup dan 40,9% ibu dari 93 ibu yang memiliki ekonomi kurang. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa p=0,047 (p<0,05) yang be- rarri bahwa ada hubungan antara status ekonomi

(19)

dengan pemilihan penolong persalinan, karena makin tingginya kemampuan ekonomi diharap- kan semakin mampu membayar jasa pe layanan kesehatan khususnya dalam hal persalinan.

e. Peran dukungan suami

Tabel 11 Hubungan antara Peran Dukungan Suami dengan Rencana Pemilihan Pertolongan

Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan Margawati bulan November tahun 2014

Peran tokoh masyarakat

Rencana Pemilihan Petolongan Persalinan

Total P Value Tidak

tepat Tepat

n % N % n %

Tidak ada 1 100 0 0 1 100 0,133 Ada 44 74,6 15 25,4 59 100

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ni- lai statistic chi square GHQJDQ WDUDI VLJQL¿NDQVL

0,560 > 0,05, maka disimpulkan untuk menerima hipotesis nol dan menolak hipotesis alternative yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan rencana pemilihan pertolongan persalinan.

Hasil analisis hubungan pada tabel 11 me- nyatakan tidak ada hubungan bermakna antara dukungan suami dengan rencana pemilihan per- tolongan persalinan dengan p=0,560 (p>0,05).

Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan suami memilih rencana pertolongan persalinan yang te- pat dengan proporsi 25,4% dari 59 ibu hamil dan ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan dari suami sebanyak 0% dari 1 ibu hamil.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hutapea tahun 2012 yang menyatakan EDKZDDGDKXEXQJDQ\DQJVLJQL¿NDQDQWDUDGX- kungan suami dengan rencana pemilihan perto- longan persalinan dengan p=0,000 (p<0,05). Se- seorang dari sekelompok anggota keluarga yang bertanggungjawab atas kebutuhan sehari-hari atau orang yang ditunjuk sebagai kepala rumah tangga adalah kepala keluarga. Dukungan moril dari suami/ keluarga dapat memberikan perasaan aman dalam menjalani proses kehamilan dan per- salinan. System pemungkin utama untuk mem- berikan perawatan langsung pada keadaan sehat

maupun sakit adalah keluarga (Cherawaty 2004 GDODP6X¿DZDWL 

5. KESIMPULAN

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden yang merencanakan pertolongan persalinan yang tepat sebesar 25% dan 75%

memilih rencana pertolongan persalinan yang tidak tepat.

b. Faktor yang berhubungan dengan ren- cana pemilihan pertolongan persalinan di Kelurah an Margawati yaitu tingkat pendi- dikan ibu hamil dan penghasilan keluarga ibu hamil, sedangkan factor yang tidak ber- hubungan dengan rencana pemilihan perto- longan persalinan yaitu usia ibu hamil, tem- pat pemeriksaan kehamilan serta dukungan suami.

SARAN

a. Pelayanan Keperawatan

Diharapkan perawat dapat menerapkan strategi pendekatan budaya dalam solusi pemecahan pemilihan pertolongan persalin- an dimana 75% ibu hamil memilih rencana pertolongan persalinan tidak tepat (paraji) sebagai salah satu pilihan intervensi dalam melakukan asuhan keperawatan

b. Pelayanan Tenaga Kesehatan Lain

Diharapkan kepada tenaga pelayanan kes- ehatan untuk dapat meningkatkan pe layanan kesehatan ibu yang berkualitas sesuai dengan standar pelayanan, semakin besar presentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga ke- sehatan ini memungkinkan untuk memper- cepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut

Mengupayakan dalam menyediakan tenaga kesehatan yang professional dan berkuali- tas untuk pelayanan kesehatan pada ibu hamil serta optimalisasi berfungsinya desa siaga dalam merencanakan persalinan serta persiap an dalam menghadapi komplikasi se- hingga ibu dan bayi lahir dengan sehat dan selamat.

(20)

6. REFERENSI

Asriani. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin di wilayah Kerja Pus- kesnas Barombong Kelurahan Barombong.

Jurnal Kesehatan: Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alaudin Makassar.

Depkes Garut. 2013. 3UR¿O .HVHKDWDQ .DEX

paten Garut Tahun 2013. Garut

Depkes RI. 2008. Pedoman Praktis Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Willa S. 2012. Pengaruh Penyuluhan Ke- sehatan tentang Program Perencanaan Per- salinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) terhadap Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Hamil di Desa Karangsari Keca- matan Karangpawitan Kabuoaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Universitas Indonesia.

Dinkes Jabar. 2013. 3UR¿O .HVHKDWDQ 3URSLQVL

Jawa Barat Tahun 2013. Bandung: Dinkes Jabar.

Hutapea, Ellyana. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas- Cibungbulang Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat tahun 2012.

Universitas Indonesia: Jakarta.

Puskesmas Pasundan. 2013. 3UR¿O 3XVNHVPDV

Pasundan Tahun 2013. Garut: Puskesmas Pasundan.

Puskesmas Pasundan. 2014. Lokakarya Mini Puskesmas Pasundan Tahun 2014. Disam- paikan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014.

6X¿DZDWL :DWL  Faktor-faktor yang Ber- hubungan dengan Pemilihan Tenaga Pe- nolong Persalinan di Puskesmas Cibadak Provinsi Banten tahun 2012. Universitas In- donesia: Jakarta.

-oo0oo-

(21)

ABSTRAK

Di dalam Renstra Kementrian Kesehatan 2010- 2014 dan Instruksi Presiden No 3 tahun 2010 telah ditetapkan bahwa tahun 2014 sekurangnya 80% anak ditimbang secara teratur di Posyandu.

Pencapaian kegiatan pemantauan pertumbuhan pada tahun 2011 adalah 71,4% dan beberapa provinsi telah mencapai di atas 80%, sedangkan di sebagai propinsi masih dibawah 80%, di Jawa Tengah presentase kunjungan balita ke posyandu adalah 79,2%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sikap dan perilaku kader menurut ibu yang mempunyai balita terhadap frekuensi penimbangan balita ke Posyandu kecamatan Teras Boyolali. Jenis penelitian merupakan explanatory research. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalah ibu yang mempunyai balita di Posyandu Kecamatan Teras Boyolali sejumlah 65 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan antara sikap kader dengan frekuensi penimbangan balita. Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa nilai X2 hitung (3,968) > X2 tabel (3,481), dengan (df=2-1=1) dan nilai sig.(0,049)

”  $GDKXEXQJDQDQWDUDSHULODNXNDGHUGHQJDQIUHNXHQVLSHQLPEDQJDQEDOLWD+DVLODQDOLVLVFKL

square menunjukkan bahwa nilai X2 hitung (6,764) > X2 tabel (3,481), dengan (df=2-1=1) dan nilai sig.

 ”  $GDKXEXQJDQDQWDUDVLNDSNDGHUGDQSHULODNXNDGHUWHUKDGDSIUHNXHQVLSHQLPEDQJDQ

balita. Hasil nilai Nagelkerke sebesar 0,167 yang berarti 16,7 persen variasi dari frekuensi penimbangan balita dapat dijelaskan oleh sikap dan perilaku kader, sedangkan sisanya sebesar 83,3% diterangkan oleh variabel lain di luar variabel penelitian ini.

Kata kunci : sikap, perilaku,kader, frekuensi, penimbangan balita

ABSTRACT

In the Ministry of Health Strategic Plan 2010- 2014 and Presidential Instruction No. 3 of 2010 has established that by 2014 at least 80% of children were weighed regularly in Health Care. Achievement of growth monitoring activities in 2011 was 71.4% and some provinces have achieved above 80%, whereas in a province is still below 80%, in Central Java, the percentage of visits to neighborhood health center infants was 79.2%. The aim of research to determine the relationship of attitudes and behavior of cadres according to mothers with toddlers on a child’s weight to neighborhood health center sub- district Teras,Boyolali . This type of research is an explanatory research. The approach used is Cross Sectional. The samples used were mothers with infants in Health Care, Teras Boyolali District of the 65 respondents. The instrument used was a questionnaire previously tested the validity and reliability. The results of data analysis showed no relationship between attitude cadre with frequency child’s weight.

The results of chi square analysis showed that the value of X2 count (3,968)> X2 tabel (3.481), with GI   DQGVLJ  ”  7KHUHLVDUHODWLRQVKLSEHWZHHQWKHIUHTXHQF\RIWKHEHKDYLRU

of cadres with a child’s weight. The results of chi square analysis showed that the value of X2 count

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU KADER MENURUT IBU YANG MEMPUNYAI BALITA TERHADAP FREKUENSI PENIMBANGAN BALITA

DI POSYANDU KECAMATAN TERAS BOYOLALI

Estri Kusumawati

1)

, Ernawati

2)

, Dheny Rohmatika

3)

1,2,3 Prodi D-III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Gambar

Tabel 5 Distribusi Responden menurut  Dukungan Suami di Kelurahan Margawati pada
Tabel 7 Hubungan antara Usia Ibu Hamil  dengan Rencana Pemilihan Pertolongan  Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan  Margawati bulan November tahun 2014
Tabel 8 Hubungan antara Tempat Pemeriksaan  Kehamilan dengan Rencana Pemilihan  Pertolongan Persalinan pada Ibu Hamil di  Kelurahan Margawati bulan November tahun
Tabel 10 Hubungan antara Penghasilan  Keluarga Ibu Hamil dengan Rencana Pemilihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan analisis dilakukan dengan mengkonfirmasi spesifikasi desain kemudian menuju technical requirements selanjutnya menuju kebutuhan desain tangan prosthetic kaitannya

Sedangkan arus proses produksi adalah proses produksi dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir dalam perusahaan yang bersangkutan. Mirasa Food Industri menggunakan

Bahwa hak konstitusional Pemohon yang dijamin oleh konstitusi yakni hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

Dan pada tanggal 18 Agustus 2009, perusahaan menjual seluruh kepemilikan hak atas saham PT Citra Kendedes Pratama yang berlokasi di Sidoardjo kepada pihak minoritas Bp. Rudy

 prasekolah, sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini, banyak

Pada analisis regresi dimensi-dimensi kepuasan kerja terhadap civic virtue, hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi kepuasan promosi dan dimensi pekerjaan itu sendiri

Sesuai dengan pendekatan tersebut, penulis akan menganalisis kumpulan cerpen Penembak Misterius dengan asumsi bahwa PM adalah kumpulan cerpen yang mengandung maskulinitas

TERHADAP PARAMETER KUAT GESER TANAH LEMPUNG Effect of Electroosmosis Usage on Shear Strength Parameters of..