i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tersusunlah Skripsi yang berjudul “ANALISI KUALITAS JARINGAN VSAT (VERRY SMALL APARTURE TERMINAL) C-BAND IDIRECT SYSTEM PADA CUSTOMER PT TELENET”.
Skripsi tersusun dalam rangka melengkapi salah satu persyaratan untuk menempuh ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) pada Program Studi Teknik Informatika di Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.
Penulis sungguh sangat menyadari, bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
a. Bapak Dr. Ir. Supriyanto, M.P selaku Ketua STT Pelita Bangsa
b. Bapak Aswan Supriyadi Sunge, S.Kom., M.Kom selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika STT Pelita Bangsa.
c. Bapak Ahmad Turmudi Zy, S.Kom., M.Kom selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
d. Bapak Hamzah Muhamad Mardiputra, S.K.M., MM selaku Pembimbing Dua yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
e. Seluruh Dosen STT Pelita Bangsa yang telah membekali penulis dengan wawasan dan ilmu di bidang teknik informatika.
f. Seluruh staf STT Pelita Bangsa yang telah memberikan pelayanan terbaiknya kepada penulis selama perjalanan studi jenjang Strata 1.
v
g. Rekan-rekan mahasiswa STT Pelita Bangsa, khususnya angkatan 2014, yang telah banyak memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi jenjang Strata 1.
h. Ibu dan Ayah tercinta yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat dalam perjalanan studi Strata 1 maupun dalam kehidupan penulis.
i. Istri tercinta yang senantiasa mendo’akan dan memberi support dalam perjalanan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas kekeliruan dan kesalahan yang terdapat dalam Skripsi ini dan berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi khasanah pengetahuan Teknologi Informasi di lingkungan STT Pelita Bangsa khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Bekasi, 10 November 2018
Penulis
vi DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Tujuan Dan Manfaat ... 4
1.5.1 Tujuan Penelitian . ... 4
1.5.2 Manfaat Penelitian ... 4
vii
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Dasar Teori ... 12
2.2.1 VSAT ... 12
2.2.1.1 Definisi VSAT ... 12
2.2.1.2 Orbit Satelit ... 13
2.2.1.3 Kekurangan dan Kelebihan VSAT ... 18
2.2.1.4 Komponen VSAT ... 19
2.2.1.5 Frequency C-Band ... 31
2.2.2 Kualitas Jaringan ... 32
2.2.2.1 Bandwidth ... 33
2.2.2.2 Parameter QoS (Quality of Service) ... 33
2.3 Kerangka Berfikir ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
3.1 Objek Penelitian ... 39
3.2 Waktu Penelitian ... 39
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.4 Tahap-tahap Penelitian ... 40
3.5 Perangkat yang Digunakan ... 44
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Hasil ... 45
4.2 Pembahasan ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN ... .57
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 List customer objek penelitian ... 4
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 9
Tabel 2.2 Band frekuensi pada komunikasi satelit ... 31
Tabel 2.3 Kategori Throughput ... 34
Tabel 2.4 Kategori Packet Loss ... 35
Tabel 3.1 List customer objek penelitian ... 39
Tabel 3.2 Kategori Delay... 42
Tabel 3.3 Kategori Packet Loss ... 42
Tabel 3.4 Kategori Throughput ... 43
Tabel 4.1. Hasil pengamatan tes ping ke IP modem remote selama 15 hari ... 45
Tabel 4.2. Rata-rata hasil tes ping ke IP modem remote ... 46
Tabel 4.3 Hasil pengamatan packet loss pada masing-masing objek selama 15 hari 47 Tabel 4.4 Hasil pengamatan average throughput selama 15 hari ... 48
Tabel 4.5 Hasil pengamatan rata-rata throughput pada masing-masing objek ... 49
Tabel 4.6 Hasil pengukuran delay ... 49
Tabel 4.6 Hasil pengukuran packet loss ... 50
Tabel 4.7 Hasil pengukuran throughput ... 52
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Topologi VSAT ... 13
Gambar 2.2 Antena diameter 1.8 meter ... 21
Gambar 2.3 LNA (Low Noise Amplifier) ... 22
Gambar 2.4 SSPA ... 23
Gambar 2.5 LNB ... 24
Gambar 2.6 BUC ... 25
Gambar 2.7 Modem Idirect ... 26
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Test PING ke IP Modem Lokasi PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua ... 57 Lampiran 2 Hasil Test PING ke IP Modem Lokasi CV Papua Global Network Oksibil Papua ... 62 Lampiran 3 Hasil Test PING ke IP Modem Lokasi PT Tri Usaha Baru Halmahera . 68 Lampiran 4 Hasil Test PING ke IP Modem Lokasi PT Karya Telekomunikasi Indonesia Nabire Papua... 73 Lampiran 5 Capture Throughput PT PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua . 78 Lampiran 6 Capture Throughput CV Papua Global Network Oksibil Papua ... 83 Lampiran 7 Capture Throughput PT Tri Usaha Baru Halmahera ... 88 Lampiran 8 Capture Throughput PT Karya Telekomunikasi Indonesia Nabire Papua ... 93
xii ABSTRAK
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan jasa telekomunikasi di Indonesia, teknologi VSAT (Very Small Aparture Terminal) menjadi salah satu solusi karena mampu menjangkau daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh sistem komunikasi lain.
PT TeleNet merupakan salah satu perusahaan penyedia layanan internet dengan teknologi VSAT. Beberapa customer terkadang masih mengeluhkan kualitas jaringan yang diberikan PT TeleNet.
Atas dasar inilah dilakukan analisis kualitas jaringan VSAT C-Band Idirect system pada customer PT TeleNet dengan parameter yang diukur yaitu delay, packet loss, dan throughput dengan mengambil standarisasi TIPHON. Sedangkan untuk throughput akan mengacu pada CIR (commited information rate) yang telah disepakati antara customer dengan PT TeleNet. Empat customer yang menjadi objek penelitian adalah sample dari masing-masing paket yang disediakan oleh PT TeleNet.
Dari pengukuran yang dilakukan terhadap empat lokasi yang menjadi objek penelitian, dapat disimpulkan bahwa kualitas jaringan VSAT pada customer PT TeleNet termasuk dalam kategori bagus dengan rata-rata delay dibawah 650 ms, packet loss 0%
dan throughput telah memenuhi nilai CIR yang disepakati.
Kata kunci : VSAT, delay, packet loss, throughput, CIR
xiii ABSTRACT
As the need for tellecomunications services is increasing, we need to find out the solutions that fulfill the need. VSAT technology (Very Small Aparture Terminal) is one of the solutions for this need because it is able to reach remote areas that are difficult to reach by other communication systems. One of the ISP which using VSAT technology is PT TeleNet. However, some customer still complained about the quality of the network that provided by PT TeleNet.
Based on the complains above, an analysis of VSAT C-Band Idirect network quality is performed on PT TeleNet customers. The parameters of measurement are the delay, packet loss and throughput which taken from TIPHON standarization. While for the throughput will be referred to the CIR (commited information rate) that has been agreed between the customers and PT. Telenet. 4 (four) customers who become the research object are the samples of each packet provided by PT. telenet.
From the measurement made from the 4 (four) locations of the research object, it can be concluded that the quality of VSAT network to the PT TeleNet customers is good with average delay below 650 ms, packet loss 0% and throughput have exceede the CIR value .
Key word : VSAT, delay, packet loss, throughput, CIR
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan telekomunikasi di dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama jika dilihat dari sisi teknologinya. Komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari – hari. Menelepon, menonton siaran langsung, browsing adalah contoh dari sekian banyak kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan teknologi komunikasi.
Kebutuhan jasa telekomunikasi di Indonesia sangat besar baik untuk masyarakat di perkotaan maupun masyarakat di daerah terpencil. Teknologi VSAT (Very Small Aparture Terminal) merupakan perangkat sistem komunikasi satelit ground segment dengan antena berbentuk parabola berdiameter hingga 4 meter yang digunakan untuk melakukan pengiriman data, gambar, maupun suara via satelit.
Saat ini VSAT menjadi solusi dalam dunia telekomunikasi karena mampu menjangkau daerah terpencil yang sulit untuk dijangkau oleh sistem komunikasi lain.
Teknologi VSAT juga didukung dengan kemampuan mendistribusikan bandwidth yang memadai sehingga dapat mendukung komunikasi secara optimal. Teknologi VSAT sangat cocok diterapkan di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia.
2
PT TeleNet merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang jasa penyedia layanan teknologi VSAT. Salah satu layanan yang diberikan oleh PT TeleNet yaitu sebagai penyedia jaringan internet. Untuk layanan internet pada frequency C-Band PT Telenet menggunakan modem Idirect. Dimana semua konfigurasi dan monitoringnya dapat dilakukan pada NMS (Network Management System) di sisi HUB.
Sebagai perusahan penyedia jasa layanan internet sangatlah penting untuk melakukan pengukuran kualitas jaringan. Kualitas jaringan atau yang sering disebut QoS (Quality of Service) merupakan metode pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu servis.
Sebagian pengguna layanan atau pelanggan terkadang mengeluhkan kualitas pada jaringan internet VSAT yang menurut mereka terasa lebih lambat dibanding menggunakan jaringan lain. Untuk itu penelitian ini mengambil judul “ANALISIS KUALITAS JARINGAN VSAT (VERY SMALL APARTURE TERMINAL) C-BAND IDIRECT SYSTEM PADA CUSTOMER PT TELENET”. Dalam menentukan kualitas jaringan pada penelitian ini parameter yang akan diukur yaitu delay, packet loss dan throughput. Untuk menentukan throughput yang dikategorikan bagus atau tidak, peneliti akan mengacu pada nilai Committed Information Rate (CIR) dan Maximum Information Rate (MIR) yang telah disepakati antara PT TeleNet dengan pelanggan karena masih banyak pelanggan yang belum memahami penerapan konsep CIR dan MIR yang ditawarkan oleh sales.
3 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah- masalah sebagai berikut :
1. Pelanggan merasa kualitas layanan internet melalui jaringan VSAT kurang baik.
2. Pelanggan belum memahami penerapan konsep CIR dan MIR yang seharusnya sudah dijelaskan oleh sales.
3. Belum ada penelitian mengenai kualitas jaringan VSAT di PT TeleNet
4. Pentingnya mengetahui kualitas jaringan internet untuk menentukan seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu servis
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana menentukan kualitas jaringan internet pelanggan PT TeleNet yang menggunakan idirect system pada jaringan VSAT C-Band?
1.4 Batasan Masalah
Agar tidak keluar dari pokok permasalahan, maka ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada :
1. Pengukuran yang akan dilakukan untuk menentukan kualitas jaringan VSAT pada penelitian ini adalah delay, packet loss, dan throughput.
2. Pengukuran dilakukan disisi HUB.
3. Traffic throughput akan mengambil data dari NMS (Network Management System) Idirect.
4
4. Pelanggan yang akan menjadi objek penelitian ini ada 4 lokasi dengan paket yang berbeda, yaitu :
Tabel 1.1 List customer objek penelitian
Nama pelanggan IP Address
Download/Upload (Kbps)
CIR PT Hebei Henjing Investment,
Sorong Papua 10.149.11.233/29
1500/500 CIR 1:10 CV Papua Global Network Oksibil
Papua 10.149.3.225/29
3072/512 CIR 1:8 PT Tri Usaha Baru, Halmahera 10.149.1.65/29
2048/512 CIR 1:4 PT Karya Telekomunikasi
Indonesia, Nabire Papua 202.150.152.93/30
5120/512 CIR 1:8
1.5 Tujuan dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan menentukan kualitas jaringan internet pelanggan PT TeleNet yang menggunakan jaringan VSAT C- Band.
1.5.2 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat untuk Penulis antara lain :
a. Mengetahui cara pengukuran kualitas jaringan VSAT.
b. Mengetahui penerapan konsep CIR dan MIR yang telah disepakati antara perusahaan dengan pelanggan.
5
2. Manfaat instansi terkait (PT TeleNet) antara lain :
a. Membantu pengukuran dalam menentukan kualitas layanan yang diberikan.
b. Hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai salah satu parameter dalam proses troubleshooting gangguan.
c. Meningkatkan kualitas layanan dalam penanganan gangguan jaringan pelanggan.
3. Manfaat untuk STT Pelita Bangsa anttara lain :
a. Meperkaya hasil – hasil penelitian dibidang VSAT (Very Small Aparture Terminal) yang masih belum banyak dilakukan di STT Pelita Bangsa.
b. Digharapkan dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai teknologi VSAT.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan yang berisi tentang gambaran secara singkat dari tiap – tiap bab yang ada dalam penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian yang melandasi penelitian, penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian, teori-teori yang terkait dalam pembuatan penelitian,
6
serta kerangka berfikir yang diterapkan dalam menyelesaikan masalah pada penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang objek penelitian dan proses pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil yang diperoleh dari pengujian yang dilakukan, serta pembahasan implementasi dari metode yang dipakai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil yang diperoleh dalam melakukan penelitian dan saran untuk pengembangan penelitian yang akan datang.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini peneliti merujuk pada beberapa jurnal terkait penelitian terdahulu. Maka pada penelitian ini penulis telah merangkum beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pembahasan yang akan peneliti lakukan, antara lain :
1. Analisa Performa Kualitas Jaringan VSAT Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan Sulawesi Utara (Marvan Ginano, Rizal Sengkey, Stanley D.S.
Karouw, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas jaringan internet dari program MPLIK dengan melihat parameter dari bandwidth, delay, packet loss, upload dan download dengan mengambil standarisasi TIPHON.
Dan hasil pengukuran menunjukan jaringan MPLIK kurang baik.
2. Analisis Kualitas Layanan Jaringan VSAT Ditinjau Dari Delay, Throughput, Dan Packet Loss (Angga Nugraha, 2015). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas layanan jaringan VSAT. Penelitian ini melakukan analisis terhadap data traffic jaringan VSAT pada pelanggan Metrasat yang diambil menggunakan aplikasi Wireshark. Analisis yang dilakukan adalah menghitung delay pengiriman paket, throughput, dan packet loss. Berdasarkan hasil analisis
8
yang didapatkan, layanan jaringan VSAT memiliki delay yang tinggi dan throughput yang tidak maksimal.
3. Analisa Performansi Jaringan VSAT BRISAT Berdasarkan Delay, Packet Loss
& Service Level (Teten Dian Hakim, 2018). Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yang pertama yaitu untuk mengetahui konsep dasar jaringan komunikasi VSAT IP, yang kedua untuk mengetahui kualitas VSAT IP yang mengarah ke satelit BRIsat berdasarkan parameter delay, packet loss, dan service level dari provider, dan yang yang ketiga yaitu untuk mengetahui penyebab bila hasil parameter yang diuji bermasalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas VSAT IP berdasarkan parameter delay dan packet loss masih cukup bagus dan perhitungan keseluruhan dari nilai service level masih berada diatas nilai minimal yaitu 99.5% dikategorikan sangat bagus.
4. Analisis Kualitas Layanan Jaringan Internet pada Institusi Informatika dan Bisnis Darmjaya (Novi Herwandi S, 2017). Penelitian ini betujuan untuk mengetahui dan menilai kualitas layanan jaringan internet yang ada di IIB Darmajaya dalam mendukung administrasi di IIB Darmajaya. Dalam penelitian ini standarisasi yang digunakan yaitu standarisasi TIPHON dengan parameter Delay, Jitter, Packet Loss dan Troughput. Hasil penelitian menunjukan bahwa keempat parameter kualitas jaringan tersebut menunjukkan kategori bagus.
5. Analisis Kinerja Jaringan Wireless LAN Menggunakan Metode QoS dan RMA pada PT Pertamina Ep Ubep Ramba (Persero) (Pearl Pratama R, 2014).
9
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja layanan jaringan Wireless LAN dari PT. Pertamina Ep Ubep Ramba (Persero) ke Bentayan, Ramba Pump Shoes Ubep, dan Tanjung Laban menggunakan metode QoS dan RMA. Hasil penelitian menunjukkan parameter QoS (Quality of Service) yang terdiri dari throughput, delay dan packet loss sangat berpengaruh terhadap kinerja jaringan WLAN yang ada di PT. Pertamina Ep Ubep Ramba (Persero) kapasitas bandwidth berpengaruh terhadap nilai QoS. Kecepatan transfer data nilai rata- rata tertinggi terjadi didaerah Pump Shoes yaitu 5,6 Kbps. Parameter QoS delay dan packet loss pada area Bentayan termasuk dalam kategori bagus karena nilai delay masih dibawah 150 ms dan paket loss 0%, pada area Phump Shoes termasuk dalam kategori sangat bagus dengan nilai delay 150 ms s/d 300 ms dan packet loss 0% masuk dalam kategori bagus. Sedangakan di Tanjung Laban masuk dalam kategori jelek dengan nilai delay 450 ms dan packet loss 25%.
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil 1 Marvan
Ginano, Rizal Sengkey, Stanley D.S.
Karouw Penelitian
Analisa Performa
Kualitas Jaringan VSAT Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan Sulawesi Utara
QoS (Quality of Service) parameter yang diukur adalah bandwidth, delay, packet loss, upload dan download
Menentukan kualitas jaringan internet dari program MPLIK dengan
parameter (bandwidth, delay, packet
10 tahun
2015
loss, upload dan download dengan mengambil standarisasi TIPHON.
Hasil pengukuran menunjukan jaringan MPLIK kurang baik 2 Angga
Nugraha Penelitian tahun 2015
Analisis Kualitas Layanan
Jaringan VSAT Ditinjau Dari Delay,
Throughput, Dan Packet Loss
Menghitung delay pengiriman paket, throughput, dan packet loss berdasarkan standarisasi TIPHON.
Hasil analisis yang didapatkan, layanan jaringan VSAT memiliki delay yang tinggi dan throughput yang tidak maksimal 3 Teten
Dian Hakim Penelitian tahun 2018
Analisa Performansi Jaringan VSAT BRISAT Berdasarkan Delay, Packet Loss & Service Level
Menentukan kualitas jaringan VSAT BRISAT dengan parameter delay dan packet loss mengacu pada standarisasi TIPHON.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas VSAT IP berdasarkan parameter delay dan packet loss masih cukup bagus dan
11
perhitungan keseluruhan dari nilai service level masih berada diatas nilai minimal yaitu 99.5%
dikategorikan sangat bagus 4 Novi
Herwandi S
Penelitian tahun 2017
Analisis Kualitas Layanan
Jaringan Internet pada Institusi Informatika dan Bisnis Darmjaya
Penelitian ini mengacu pada standarisasi TIPHON dengan parameter Delay, Jitter, Packet Loss dan
Troughput
Hasil penelitian menunjukan bahwa keempat parameter kualitas jaringan tersebut
menunjukkan kategori bagus.
5 Pearl Pratama R Penelitian tahun 2014
Analisis Kinerja Jaringan
Wireless LAN Menggunakan Metode QoS dan RMA pada PT Pertamina Ep Ubep Ramba (Persero)
Untuk melihat kinerja layanan jaringan Wireless LAN dari PT.
Pertamina Ep Ubep Ramba (Persero) ke Bentayan, Ramba Pump Shoes Ubep, dan Tanjung Laban
menggunakan metode QoS dan RMA.
Hasil penelitian menunjukkan parameter QoS (Quality of Service) yang terdiri dari throughput, delay dan packet loss sangat berpengaruh terhadap kinerja
12
jaringan WLAN yang ada di PT.
Pertamina Ep Ubep Ramba (Persero) kapasitas bandwidth berpengaruh terhadap nilai QoS
2.2 Dasar Teori
2.2.1 VSAT
2.2.1.1 Definisi VSAT
VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk staiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh Telcom General di Amerika. VSAT juga dijelaskan sebagai perangkat sistem komunikasi satelit ground segment dengan antena berbentuk parabola berdiameter hingga 4 meter yang digunakan untuk melakukan pengiriman data, gambar, maupun suara via satelit (Gama, 2010).
Secara umum VSAT terdiri dari dua bagian yaitu outdoor unit (ODU) sebuah transceiver yang diletakan ditempat terbuka sehingga dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit dan sebuah piranti yang diletakkan dalam ruangan (IDU) untuk
13
menghubungkan transceiver dan piranti komunikasi pengguna akhir (end user), seperti komputer, LAN, telepon atau PABX.
Gambar 2.1. Topologi VSAT (sumber gambar: www.google.com)
Prinsip komunikasi VSAT yaitu satelit mengirimkan dan menerima sinyal dari komputer stasiun bumi yang berfungsi sebagai hub sistem. Hub mengendalikan semua operasi pada jaringan. Semua transmisi untuk komunikasi antar pengguna harus melewati stasiun hub, kemudian hub akan meneruskannya ke satelit dan ke pengguna VSAT yang lain.
2.2.1.2 Orbit Satelit
Beberapa jenis orbit satelit yaitu :
1. LEO (Low Earth Orbit)
Orbit LEO merupakan jenis orbit elipitis (Sigit K, 2013). Satelit jenis LEO mempunyai ketinggian 320 km – 800 km diatas permukaan bumi. Karena orbit
14
mereka sangat dekat dengan bumi, satelit LEO harus mempunyai kecepatan yang sangat tinggi supaya tidak terlempar ke atmosfer. Kecepatan edar satelit LEO mencapai 27.359 km/h untuk mengitari bumi dalam waktu 90 menit.
Aplikasi dari satelit jenis LEO ini biasanya dipakai pada sistem Remote Sensing dan Peramalan Cuaca karena jarak mereka dengan permukaan bumi yang tidak terlalu jauh.Pada masa sekarang satelit LEO yang mengorbit digunakan untuk aplikasi komunikasi selular. Karena jarak yang tidak terlalu jauh dan biaya yang murah, satelit LEO sangat banyak diluncurkan untuk berbagai macam aplikasi.
Kelebihan LEO antara lain :
1. latency atau delay rendah.
2. Daerah lintang terbesar terdapat pada kutub utara dan selatan.
3. Path Loss kecil
4. Mudah diaplikasikan pada frekuensi reuse yang lebih besar.
5. Pengendalian pada stasiun bumi berdaya kecil.
Kekurangan LEO
1. Jumlah satelit banyak (50-70 satelit)
2. Tidak efektif untuk cakupan nasional atau regional 3. Luas cakupan daerah kecil
15
4. Karena kebutuhan jumlah satelit banyak, biaya peluncuran mahal.
5. Sulit dalm peluncuran dan pengoperasian karena banyaknya jumlah satelit.
6. Lifetime orbital jauh lebih pendek daripada GEO dan MEO karena degradasi orbital.
2. MEO (Medium Earth Orbit)
Medium Earth Orbit mempunyai cakupan area dari 10000 km sampai 20000 km (Sigit K, 2013). Namun karena jarak yang sudah cukup jauh jumlah satelit pada orbit MEO tidaklah sebanyak satelit pada orbit LEO. Satelit jenis MEO ini mempunyai delay sebesar 60 – 80 ms. MEO, Medium Earth Orbit Satelit dengan ketinggian orbit menengah dengan ketinggian 9656 km hingga 19312 km dari permukaan bumi. Pada orbit ini satelit dapat terlihat oleh stasiun bumi lebih lama sekitar 2 jam atau lebih. Dan waktu yang diperlukan untuk menyeleseaikan satu putaran mengitari bumi adalah 2 jam hingga 4 jam.
Kelebihan MEO antara lain :
1. Latency atau delay lebih rendah daripada GEO (tetapi lebih besar dari LEO).
2. Penggunaan frekuensi reuse lebih baik dibanding dengan GEO (tetapi kurang dari LEO)
16
3. Sedikit satelit untuk menyebarkan dan mengoperasikan dan lebih murah daripada sistem LEO (tapi lebih mahal dibandingkan dengan GEO).
4. Lifetime satelit pada orbit MEO lebih lama dari sistem LEO (tetapi kurang dari GEO)
Kekurangan MEO antara lain :
1. Jumlah satelit yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan GEO.
2. Karena lebih banyak jumlahya, maka biaya peluncuran lebih mahal daripada GEO.
3. Antena pengendalinya umumnya lebih mahal dan kompleks.
4. Cakupan daerah sempit (yaitu: lautan, padang pasir, hutan)
3. GEO (Geostasionary Earth Orbit)
Satelit GEO merupakan sebuah satelit yang ditempatkan dalam orbit yang posisinya tetap dengan posisi suatu titik di bumi. Karena mempunyai posisi yang tetap maka waktu edarnyapun sama dengan waktu rotasi bumi. Posisi orbit satelit GEO sejajar dengan garis khatulistiwa atau mempunyai titik lintang nol derajat. Sebuah orbit geostasioner atau Geostationary Earth Orbit (GEO), adalah orbit lingkaran yang berada 35.786 km (22.236 mil) di atas ekuator Bumi dan mengikuti arah rotasi bumi. Sebuah objek yang berada pada orbit ini akan memiliki periode orbit sama dengan periode rotasi Bumi, sehingga terlihat tak bergerak, pada posisi tetap di langit, bagi pengamat di bumi. Satelit komunikasi
17
dan satelit cuaca sering diorbitkan pada orbit geostasioner, sehingga antena satelit yang berkomunikasi dengannya tidak harus berpindah untuk melacaknya, tetapi dapat menunjuk secara permanen pada posisi di langit di mana mereka berada.
Kelebihan GEO, antara lain :
1. Stasiun pengendali tidak harus setiap saat melakukan track terhadap satelit.
2. Hanya beberapa satelit cukup meng-cover seluruh lapisan bumi.
3. Maksimal lifetime 15 tahun atau lebih.
Kekurangan GEO, antara lain :
1. Delai propagasi yang cukup besar, berkisar antara 250 milidetik.
2. Proses peluncuran satelit mahal karena berada pada orbit yang jauh.
Antena penerima pada stasiun bumi harus berdiameter besar agar dapat menangkap sinyal/frekuensi yang dipancarkan.
18 2.2.1.3 Kekurangan dan Kelebihan VSAT
Menurut Prabowo S, Dhimas (2015), kelemahan dan kelebihan VSAT sebagai berikut:
A. Kelemahan VSAT
Biaya investasi perangkat keras dari VSAT masih sangat mahal
Delay inherent. Cara kerja VSAT ke HUB station dan dari HUB station
ke VSAT yng dituju untuk satu kali pancaran dibutuhkan waktu 0,5 detik. Dengan demikian, komunikasi lewat jaringan VSAT ada delay inherent sebesar 0,5 detik.oleh karena itu jika VSAT digunakan untuk komunikasi suara akan teras kelambatannya dan memungkinkan terjadinya tabrakan
Performansi teknologi VSAT terpengaruh pada beberapa hal, seperti
cuaca, gelombang liar, hujan meteor, dan sonoutage.
Koneksinya rentan terhada gangguan cuaca (terhadap molekul air)
Latency yang lebih tinggi di bandingkan kabel B. Kelebihan VSAT
Dapat menjangkau daerah luas baik nasional, regional dan internasional.
19
VSAT tidak tergantung dari infrastruktur terrestrial dan dapat di pasang
dengan cepet, mudah dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen baik diperkotaan maupundi daerah terpencil.
Ukuran piringan VSAT sangat kecil antara 0,6 m sampai 0,9 m,
sehingga dapat dipasang diatas atap
Keuntungan komunikasi dengan VSAT mempunyai kecepatan
downstream 40Mbit/detik dari internet ke komputer dan upstream 156kbit/detik untuk kanal sebaliknya.
Tidak mengalami penurunan kecepatan bila jalur sibuk dan true
kompleks.
Mengurangi waktu tunda pada saat transmisi berlangsung
Secara umum komunikasi antara satelit dan VSAT tidak pernah mengalami kegagalan.
2.2.1.4 Komponen VSAT
Pada perangkat komunikasi antena VSAT terbagi menjadi 3 bagian yaitu Outdoor Unit (ODU), Indoor Unit (IDU), dan Satelit (Febrio G, Ragil, 2014).
A. Outdoor Unit (ODU)
Terdiri atas antena dan Radio Frequency Transmitter (RFT).
20 1. Antena
Antena adalah peralatan elektronik yang di desain untuk mengirimkan maupun menerima sinyal radio (microwave). Antena digunakan untuk transmisi energy gelombang radio melalui medium alamii (udara, bumi, air, dan lain-lain) untuk komunikasi dari titik yang satu ke titik yang lain. Dalam mentransmisikan sinyal data telekomunikasi, gelombang mikro digunakan sebagai gelombang pembawa (carrier).
Antena yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu sebuah solid dish antena yang memiliki bentuk parabola. Fungsi antena pada komunikasi VSAT adalah sebagai berikut :
- Memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke satelit yang mana besar frekuensinya dari 5.925 GHz sampai dengan 6.425 GHz.
- Menerima gelombang radio RF dari satelit ke stasiun bumi yang mana besar frekuensinya dari 3.7 GHz sampai dengan 4.2 GHz.
Bagian antena terdiri atas reflector, feedhorn, dan penyangga.
Ukuran piringan antena atau dish VSAT berkisar antara 0,6 – 3,8 meter.
Ukuran dish sebanding dengan kemampuan antena untuk menguatkan sinyal. Feedhorn dipasang pada frame antenna pada titik fokusnya dengan bantuan lengan penyangga. Feedhorn mengarahkan tenaga yang
21
ditransmisikan ke arah piringan antena atau mengumpulkan tenaga dari piringan tersebut. Feedhorn terdiri atas sebuah larik komponen pasif microwave.
Gambar 2.2. Antena diameter 1.8 meter (sumber gambar: dokumentasi pribadi)
2. Radio Frequency Transmitter (RFT)
RFT dipasang pada frame antena dan dihubungkan secara internal ke feedhorn. RFT terdiri atas :
a. Low Noise Amplifier (LNA)
LNA berfungsi memberikan penguatan terhadap sinyal yang datang dari satelit melalui antenna dengan noise yang cukup rendah dan bandwidth yang lebar (500 MHz). Untuk dapat memberikan
22
sensitivitas penerimaan yang baik, maka LNA harus memiliki noise temperature yang rendah dan mempunyai penguatan/gain yang cukup tinggi (Gain LNA = 50 dB). LNA harus sanggup bekerja pada band frekuensi antara 3.7 GHz sampai dengan 4.2 GHz (bandwidthnya 500 MHz).
Gambar 2.3. LNA (Low Noise Amplifier) (sumber gambar: www.google.com)
b. Solid State Power Amplifier (SSPA)
SSPA berfungsi untuk memperkuat daya sehingga sinyal dapat dipancarkan pada jarak yang jauh. SSPA ini merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar (transmit side) yang meerupakan penguat daya frekuensi sangat tinggi dalam orde GHz. Tujuan
23
penggunaan SSPA adalah untuk memperkuat sinyal RF pancar pada band frekuensi 5.925 GHz sampai dengan 6.425 GHz dari Ground Communication Equipment (GCE) pada satu level tertentu yang jika digabungkan dengan gain antenna akan menghasilkan daya pancar (EIRP) yang dikehendaki ke satelit.
Gambar 2.4. SSPA
(sumber gambar: www.google.com)
c. Up / Down Converter
Up Converter berfungsi untuk mengkonversi sinyal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Up link (5.925 – 6.425 GHz).
24
Down Converter berfungsi untuk mengkonversi sinyal RF Down link (3,7 MHz – 4,2 MHz) menjadi sinyal Intermediate frequency (IF) dengan frekuensi center sebesar 70 MHz.
25 d. Low Noise Block (LNB)
Fungsi utama LNB adalah untuk menerima sinyal satelit yang sangat lemah yang dikumpulkan pada titik fokus antenna. LNB merupkan jantung dari antenna satelit. Pada dasarnya, merupakan sebuah rongga resonator yang menerima sinyal satelit yang difokuskan dari pantulan antenna dan memproses sinyal tersebut.
Sebuah switch elektronik tambahan memperkuat sinyal ini sebelum dikirim ke kabel coax dan mengubahnya menjadi frekuensi yang lebih rendah untuk mengurangi kehilangan sinyal di kabel.
Gambar 2.5. LNB
(sumber gambar: dokumentasi pribadi)
26 e. Block Up Converter (BUC)
BUC berfungsi mengantarkan sinyal informasi ke satelit, juga sering disebut sebagai transmitter. BUC memiliki daya 2-5 watt.
Gambar 2.6. BUC
(sumber gambar: www.google.com)
B. Indoor Unit (IDU)
Modem VSAT merupakan perangkat indoor yang berfungsi sebagai modulator dan demodulator. Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal sinyal IF ppembawa yang dihasilkan oleh synthesizer. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52MHz sampai 88MHz dengan frekuensi center 70 MHz. sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke
27
perangkat teresterial yang ada. Teknik Modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu modulasi dengan sistem PSK (Phase Shift Keying).
Gambar 2.7. Modem Idirect (sumber gambar: dokumentasi pribadi)
C. Satelit
Satelit adalah suatu radio repeater di udara dimana sistem satelit berisi transponder, stasiun bumi untuk mengontrol operasinya dan pengguna dari stasiun bumi yang dilengkapi dengan pemancar dan penerima dari jalur komunikasi yang menggunakan sistem satelit. (Kusmaryanto, Sigit 2013).
Satelit adalah pengulang/repeater/frekuensi radio. Satelit berfungsi sebagai stasiun relay yang menerima, memproses dan memancarkan kembali sinyal komunikasi radio (Onno W Purbo, 2001).
28
Satelit dibedakan menjadi dua yaitu satelit alam dan satelit buatan (Ikhlasul, 2013).
Satelit alam merupakan satelit yang tidak dibuat manusia. Satelit
alam biasanya mengiringi terbentuknya planet. Salah satu contoh satelit alam yaitu Bulan yang dimiliki Bumi.
Satelit buatan adalah wahana angkasa luar yang dibuat oleh
manusia yang mengelilingi Bumi, Matahari, Bulan, atau benda langit lainnya. Satelit buatan memiliki bermacam-macam fungsi, missal satelit komunikasi dan satelit astronomi. Satelit komunikasi digunakan untuk meneruskan sinyal radio, televisi, dan telepon ke sekeliling permukaan lengkung Bumi. Satelit astronomi digunakan untuk mengumpulkan dan mengirimkan informasi dari angkasa luar menuju Bumi.
Jenis Satelit
- Satelit Astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan objek angkasa lainnya yang jauh.
- Satelit Komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tjuan telekomunikasi menggunakan radio pada freqkuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit komunikasi menggunakan
29
orbit geosingkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit bumi rendah.
- Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorology, pembuatan peta, dll.
- Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi.
- Satelit Mata-mata adalah satelit pengamat bumi atau satelit komunikasi yang digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
- Satelit tenaga Surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya kepada antenna sangat besar di Bumi yang dapat digunakan untuk menggantikan sumber tenaga konvensional.
- Satelit Cuaca adalah satelit yang digunakan untuk mengamati cuaca dan iklim bumi.
Pemanfaatan Teknologi Satelit Komunikasi
30
Banyak pihak tertarik untuk memanfaatkan satelit karena alasan efisiensi. Satelit dapat mengirimkan sinyal ke banyak stasiun bumi sekaligus dengan biaya yang tidak meningkat meskipun semakin jauh jaraknya. Daya jangkau satelit tidak terbatas, walaupun setiap satelit memiliki wilayah jangkauan yang berbeda, yang disebut footprint/coverage area. Dengan kata lain ada wilayah dimana dari sebuah satelit dapat diterima dengan sangat baik, da nada wilayah dimana sinyal satelit tersebut ditangkap kurang optimal, da nada pula wilayah yang tidak dapat menangkap sinyal satelit tersebut.
Satelit yang ditempatkan pada orbit Geostasioner (GEO), yaitu dengan ketinggian 35.000 km, umumnya dimanfaatkan untuk kebutuhan siaran televisi. Selain itu, yang ditempatkan lebih dekat ke bumi, yakni satelit Low Earth Orbit (LEO), yaitu dengan ketinggian 400 km – belasan ribu km, serta satelit Mid-Earth Orbit (MEO), yang memiliki ketinggian sekitar 15.000 km dari permukaan bumi, keduanya dimanfaatkan untuk kebutuhan jasa komunikasi personal, seperti telepon seluler.
Pada tahun 1971, International Telecommunication Union (ITU) mengklarifikkasi satelit menjadi 3 bagian, yaitu :
31 1. Satelit Mobile
Satelit mobile adalah satelit yang melayani kapal-kapal dan pesawat terbang kebutuhan maritime, navigasi, dan unit mobil.
2. Satelit Fixed
Untuk pelayanan komunikasi jarak jauh yaitu regional, domestic, dan international.
3. Satelit Broadcasting
Untuk distribusi saluran televise dan radio, penyiaran diarahkan ke antenna atap rumah yang dimaksudkan untuk penerimaan individual atau komunitas.
Band Frekuensi Satelit
Satelit beroperasi pada band frekuensi yang spesifik (frequency range). Pembagian band frekuensi satelit sangat penting bagi komunikasi radio, karena frekuensi yang sama sering digunakan untuk layanan yang berbeda secara bersama-sama. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi interferensi. Berikut adalah band frekuensi yang digunakan oleh satelit berdasarkan rekomendasi FCC (Federal Communication Commision). Tabel 2.1 menunjukkan band frekuensi yang digunakan dalam komunikasi satelit.
32
Tabel 2.2 Band frekuensi pada komunikasi satelit Frekuensi dnaB Uplink (GHz) Downlink
(GHz)
Penggunaan
6/4 C 5.925 – 6.425 3.7 – 4.2 Komersial
8/7 X 7.9 – 8.4 7.9 – 8.4 Militer
14/11 Ku 14.0 – 14.5 11.7 – 12.2 Komersial 30/20 Ka 27.5 – 30.5 17.7 – 21.2 Komersial 30/20 an 30.0 -31.0 20.2 – 21.2 Militer
44/20 Q 5.54-5454 2.52-2.52 Militer
2.2.1.5 Frequency C-Band
Pita frekuenci C atau disebut juga C-Band adalah satuan spectrum frekuensi yang pertama kali ditemukan dalam sistem komunikasi satelit. Pita frekuensi ini memiliki besaran 3.7 hingga 4.2 GHz untuk downlink dan 5.925-6.425 GHz untuk uplink. Frekuensi yang dimiliki c-band tergolong kecil dibanding pita frekuensi terbaru seperti Ku atau Ka. Meski demikian, C-band memiliki kelebihan utama menghadapi cuaca buruk seperti hujan atau badai dan sangat cocok digunakan di Indonesia C-Band membutuhkan antenna parabola dengan diameter yang lebar sekitar 3-9 kaki.
Kelemahan pada C-Band adalah terjadi banyak gangguan yang disebabkan oleh banyaknya satelit lain yang menggunakan frekuensi yang sama. Atau gangguan lain yang disebabkan oleh gelombang mikro daratan/terestrial. Indonesia adalah Negara yang hingga saat ini massih menggunakan satelit dengan frekuensi C-Band meskipun
33
kuotanya telah penuh. Alasan pemerintah adalah kondisi cuaca di Indonesia yang lebih sering hujan sehingga lebih cocok menggunakan satelit dengan frekuensi C-band (Cahyarini, Farida Dwi. 2016).
2.2.2 Kualitas Jaringan
Kualitas jaringan atau yang sering disebut QoS (Quality of Service) merupakan metode pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu servis. QoS digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut kinerja yang dispesifikasikan dan diasosiasikan dengan suatu servis (Ferguson, P. & Huston, G., 1998).
QoS merupakan kemampan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dengan menyediakan bandwidth, mengatasi jitter dan delay. Tujuan QoS adalah untuk menyediakan kualitas layanan yang berbeda-beda untuk beragam kebutuhan akan layanan di dalam jaringan IP, sebagai contoh untuk menyediakan bandwidth, menurunkan hilangnya paket-paket, menurunkan waktu tunda dan variasi waktu tunda dalam proses transmisinya (Yonathan, 2011).
QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan jaringan yang disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
34 2.2.2.1 Bandwidth
Menurut Riadi (2010), Bandwidth merupakan suatu ukuran dari banyaknya informasi yang dapat mengalir dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu waktu tertentu. Bandwith dapat dipakai untuk mengukur baik alairan data analog maupun data digital. Satuan yang dipakai untuk bandwidth adalah bits per second atau sering disebut bps.
Menurut Towidjojo (2014), dikenal dua rate atau alokasi bandeidth yang akan didapat oleh setiap user, yaitu:
1. Committed Information Rate (CIR), merupakan alokasi bandwidth terendah yang bisa didapatkan oleh sebuah user jika traffic jaringan sangat sibuk.
Seburuk apapun keadaan dari jaringan tersebut, komputer user tidak akan mendapatkan alokasi bandwidth di bawah dari CIR.
2. Maximum Information Rate (MIR), merupakan alokasi bandwidth maksimum yang bisa didapatkan komputer user. MIR biasanya akan didapatkan seorang user jika alokasi bandwidth yang tidak digunakan oleh user lain.
2.2.2.2 Parameter QoS (Quality of Service)
Parameter – parameter dari QoS (Quality of Service) terdiri dari :
35 1. Throughput
Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps (bit per second). Kategori Throughput diperlihatkan di Tabel 2 (TIPHON, 1999).
Tabel 2.3. Kategori Throughput
Kategori Throughput Throughput (%) Indeks
Sangat Bagus 100 % 4
Bagus 75 % 3
Sedang 50 % 2
Jelek <25 % 1
Untuk mengukur nilai Throughput digunakan persamaan (1) (Zenhadi, 2011).
2. Packet Loss
Packet Loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan dapat disebabakan oleh beberapa kemungkinan, di antaranya yaitu:
Terjadinya overload trafik di dalam jaringan
Tabrakan (congestion) dalam jaringan
36
Error yang terjadi pada media fisik
Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer (Teten Dian H, 2018).
Pada Tabel 3 ditunjukkan nilai indeks dan kategori Packet Loss (TIPHON, 1999).
Tabel 2.4 Kategori Packet Loss
Kategori Packet Loss Packet Loss (%) Indeks
Sangat Bagus 0 % 4
bagus 3 % 3
Sedang 15 % 2
Jelek 25 % 1
Untuk mengukur nilai Packet Loss digunakan persamaan (2) (Zenhadi, 2011).
Keterangan :
Y = Packet data dikirim – Paket data diterima
A = Packet data dikirim
37 3. Delay (Latency)
Delay adalah waktu yang dibutuhkan paket untuk mencapai tujuan, karena adanya antrian, atau mengambil rute yang lain untuk menghindari kemacetan.
Delay merupakan factor penting yang harus diperhatikan dalam komunikasi data. Delay pada jaringan VSAT IP memang cukup tinggi, karena media transmisinya menggunkana satelit. Pada GEO delay round trip rata-rata satu arah sebesar ± 250-270 ms, sehingga delay dalam satu kali pengiriman satu segmen (satu session TCP) data sebesar 500-540 ms. Delay sebesar ini merupakan standar dari delay pada jaringan satelit. Delay sebesar itu hanya delay dari dua segmen dari delay propagasi belum termasuk delay proses yang terjadi di hub. Untuk delay keseluruhan ada beberapa hal yang sangat berpengaruh pada besarnya delay ini terutama dari metoda akses yang digunakan. Rata-rata delay secara keseluruhan satu arah pada jaringan VSAT-NET sebesar 700-800 ms (Teten Dian H, 2018).
38 2.3 Kerangka Berfikir
Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi sangat pesat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari baik di masyarakat kota maupun pedesaan
PT TeleNet termasuk perusahaan penyedia layanan internet berbasis VSAT frekuensi C-Band
Customer complaint terhadap layanan internet serta tidak memahami konsep CIR
VSAT menjadi salah satu solusi komunikasi di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan
Pengukuran kualitas jaringan / QoS pada jaringan VSAT dengan parameter Delay, Packet Loss dan Throughput
Menentukan kualitas jaringan Bagus atau Tidak disertai penjelasan konsep CIR
39
Perkembangan teknologi informasi berkembang dengan pesat dan menjadi kebutuhan sehari-hari baik di masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Untuk menjangkau daerah terpencil di pulau-pulau Indonesia maka VSAT menjadi salah satu solusi di bidang telekomunikasi. PT TeleNet adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi VSAT dan penyedia jasa layanan internet.
Customer terkadang melakuan complaint dengan jaringan yang dirasa lambat.
Untuk itu dalam penelitian ini akan menganalisa apakah kualitas jaringan yang diberikan PT TeleNet termasuk dalam kualitas baik atau tidak dengan melakukan pengukuran delay, packet loss dan throughput yang terpantau di lokasi customer.
Pengamatan dan pengukuran akan dilakukan disisi HUB menggunakan NMS idirect dan command prompt. Kemudian hasil pengukuran akan dibandingkan dengan standarisasi parameter delay, packet loss dan throughput agar bisa disimpulkan kualitas jaringan VSAT internet pada customer PT TeleNet termasuk dalam kategori bagus atau tidak.
40 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini mengambil 4 sample lokasi dengan masing-masing paket yang berbeda dari total customer sebanyak 38 lokasi, yaitu :
Tabel 3.1 List customer objek penelitian
Nama pelanggan IP Address
Download/Upload CIR
PT Hebei Henjing Investment,
Sorong Papua 10.149.11.233/29
1500/500 CIR 1:10 CV Papua Global Network Oksibil
Papua 10.149.3.225/29
3072/512 CIR 1:8
PT Tri Usaha Baru, Halmahera 10.149.1.65/29
2048/512 CIR 1:4 PT Karya Telekomunikasi
Indonesia, Nabire Papua 202.150.152.93/30
5120/512 CIR 1:8
3.2 Waktu Penelitian
Sebelum pengukuran data, terlebih dahulu dilakukan pengamatan selama 15 hari dari tanggal 2 Oktober 2018 sampai 16 Oktober 2018. Pengambilan data dilakukan dari pukul 06:00 WIB sampai dengan 18:00 WIB dikarenakan penggunaan listrik di daerah Indonesia Timur pada malam hari masih sangat terbatas. Selanjutnya dari data tersebut diambil rata-rata traffic dan disajikan dalam bentuk tabel.
41 3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung.
3.4 Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tahap-tahap yang perlu dilakukan sehingga peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan data yang diperlukan, antara lain:
1. Melakukan diagnosa (Diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna menjadi dasar penelitian dengan menganalisa pada sistem jaringan internet VSAT.
Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan analisa dengan mengumpulkan data-data dari jaringan internet yang digunakan pelanggan yaitu PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua, CV Papua Global Network Oksibil Papua, dan PT Tri Usaha Baru, Halmahera, dan PT Karya Telekomunikasi Indonesia, Nabire Papua.
42
2. Membuat rencana tindakan (Action planning)
Pada tahap ini peneliti memahami pokok analisa yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan yang tepat untuk analisa pengujian terhadap kinerja jaringan internet VSAT tersebut.
3. Melakukan pengujian serta mengumpulkan data hasil pegujian (Action taking)
Pada tahap ini peneliti mengimplementaskan rencana tindakan dengan melakukan pengujian performa jaringan internet VSAT dengan standar parameter kualitas jaringan atau QoS (Quality of Service). Parameter kualitas jaringan atau QoS diantaranya delay, packet loss dan Throughput.
a. Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan paket untuk mencapai tujuan, karena adanya antrian, atau mengambil rute yang lain untuk menghindari kemacetan. Delay merupakan factor penting yang harus diperhatikan dalam komunikasi data.
Tabel 3.2 Kategori Delay Kategori Degradasi Delay Sangat Bagus <650 ms
Bagus 650ms s/d 800ms
Sedang 800ms s/d 1000ms
Jelek >1000 ms
43 b. Packet Loss
Packet Loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya. Pada Tabel 3 ditunjukkan nilai indeks dan kategori Packet Loss (TIPHON, 1999).
Tabel 3.3 Kategori Packet Loss Kategori Packet Loss Packet Loss (%)
Sangat Bagus 0 %
Bagus 3 %
Sedang 15 %
Jelek 25 %
Untuk mengukur nilai Packet Loss digunakan persamaan (2) (Zenhadi, 2011).
Keterangan :
Y = Packet data dikirim – Paket data diterima
A = Packet data dikirim
c. Throughput
44
Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps (bit per second). Adapun throughput minimal yang digaransi dari setiap paket berdasarkan CIR yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kategori Throughput
Nama Pelanggan
Bandwidth Paket
CIR
CIR Throughput Download
(kbps)
Upload (kbps)
Download (kbps)
Upload (kbps) PT Hebei Henjing
Investment, Sorong Papua 1500 500 1:10 150 50 CV Papua Global
Network Oksibil Papua 3072 512 1:8 384 64
PT Tri Usaha Baru,
Halmahera 2048 512 1:4 512 128
PT Karya Telekomunikasi
Indonesia, Nabire Papua 5120 512 1:8 640 64
Untuk mengukur nilai Throughput digunakan persamaan (1) (Zenhadi, 2011).
4. Melakukan evaluasi setelah melakukan pengujian (Evaluating)
Setelah tahapan implementasi (action taking) penulis melakukan evalusi hasil dari implementasi tadi, dalam tahap ini dilihat bagaimana hasil dari pengujian performa berdasarkan standar parameter Kualitas jaringan atau QoS.
5. Pembelajaran (learning)
45
Tahap ini merupakan bagian akhir diaman peneliti melakukan review tahap- pertahap penelitian. Kemudian menginformasikan hasil penelitiannya.
46 3.5 Perangkat yang Digunakan
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan perangkat-perangkat jaringan yang digunakan di PT TeleNet, diantaranya :
A. Sisi HUB
1. Satelit komunikasi JSAT 3A
2. Outdoor Unit / ODU ( Antena diameter 4.5 meter, SSPA, BUC, LNB, Feedhorn, kabel IFL)
3. Network Management System (NMS) server 4. Router Border
5. Router Monitoring 6. PC Host
7. Kabel UTP B. Sisi Remote
1. Outdoor Unit / ODU (Antena diameter 1.8 meter, BUC, LNB, Feedhorn, Kabel IFL)
2. Modem Idirect
3. Router mikrotik / Access point
47 4. PC client
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa dan pengamatan kinerja VSAT untuk komunikasi jaringan internet yang sudah dilakukan di PT TeleNet dalam kurun waktu 15 hari dengan menggunakan iMonitor pada NMS (Network Management System) Idirect dan command prompt.
4.1 Hasil
1. Delay
Pada jaringan komunikasi VSAT delay yang dihasilkan cukup tinggi karena menggunakan media transmisi satelit. Pengukuran delay dilakukan menggunakan command prompt dengan cara ping ke IP modem yang berada di sisi remote masing- masing sebanyak 1000 kali dalam waktu 15 hari. Tes ping ini berfungsi untuk melihat waktu yang dibutuhkan untuk mengirim paket atau kualitas dari link satelit.
Tabel 4.1. Hasil pengamatan tes ping ke IP modem remote selama 15 hari
Hari Ke
PT Hebei Henjing Investment, Sorong
Papua
CV Papua Global Network Oksibil,
Papua
PT Tri Usaha Baru, Halmahera
PT Karya Telekomunikasi Indonesia, Nabire
Papua
Min (ms)
Max (ms)
Avg (ms)
Min (ms)
Max (ms)
Avg (ms)
Min (ms)
Max (ms)
Avg (ms)
Min (ms)
Max (ms)
Avg (ms) 1 533 1327 630 536 1401 630 531 1379 602 509 853 565
48
2 544 791 660 560 780 617 556 1069 670 535 697 585 3 562 788 606 561 725 608 561 696 609 531 650 579 4 573 721 619 597 777 639 543 622 572 522 579 544 5 546 697 602 549 719 608 553 773 603 534 603 570 6 569 805 653 563 745 603 548 626 583 536 609 567 7 540 754 621 559 748 631 536 735 582 537 587 561 8 582 706 625 551 854 614 539 688 596 528 656 578 9 565 1357 702 546 761 626 542 784 600 543 627 569 10 554 1034 660 564 822 650 544 654 585 526 655 562 11 547 1440 672 583 741 624 547 664 586 528 595 565 12 550 954 636 536 700 601 535 671 589 529 583 552 13 539 766 624 540 679 630 548 700 593 518 592 556 14 542 1456 647 583 760 664 537 1186 605 540 770 567 15 558 1506 662 575 757 649 531 1191 604 508 631 559 Ave
rage 554 1007 641 560 798 626 543 829 599 528 1108 565
Data hasil pengamatan delay diatas dapat disederhanakan pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2. Rata-rata hasil tes ping ke IP modem remote
Nama Pelanggan
Delay Minimum
(ms)
Maximum (ms)
Average (ms) PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua 554 1007 641 CV Papua Global Network Oksibil Papua 560 798 626
PT Tri Usaha Baru, Halmahera 543 829 599
PT Karya Telekomunikasi Indonesia, Nabire
Papua 528 1108 565
2. Packet Loss
Packet loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi pengukuran pada jaringan remote yang menunjukan jumlah total paket yang hilang.
49
Pada tabel 4.3 berikut merupakan hasil pengukuran packet loss terhadap jaringan masing-masing remote .
Tabel 4.3 Hasil pengamatan packet loss pada masing-masing objek selama 15 hari
Hari Ke
PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua
CV Papua Global Network Oksibil, Papua
PT Tri Usaha Baru,
Halmahera
PT Karya Telekomunikasi
Indonesia, Nabire Papua
Loss (%) Loss (%) Loss (%) Loss (%)
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 0 0 0 0
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
6 0 0 0 0
7 0 0 0 0
8 0 0 0 0
9 0 0 0 0
10 0 0 0 0
11 0 0 0 0
12 0 0 0 0
13 0 0 0 0
14 0 0 0 0
15 0 0 0 0
Average 0% 0% 0% 0%
3. Throughput
Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data dalam suatu waktu, biasanya dituliskan dalam satuan bps (bit per second). Hasil pengamatan selama 15 hari terhitung dari tanggal 2 Oktober 2018 sampai dengan 16 Oktober 2018 disajikan pada tabel 4.4 berikut ini :
50
Tabel 4.4 Hasil pengamatan average throughput selama 15 hari
Hari Ke
PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua
CV Papua Global Network
Oksibil, Papua
PT Tri Usaha Baru, Halmahera
PT Karya Telekomunikasi Indonesia, Nabire
Papua Down
load (kbps)
Up load (kbps)
Down load (kbps)
Up load (kbps)
Down load (kbps)
Up load (kbps)
Down load (kbps)
Up load (kbps)
1 323 20 209 48 791 76 1279 160
2 282 225 1011 82 579 80 1400 112
3 302 119 820 116 634 102 1194 186
4 204 83 739 86 545 96 1131 145
5 251 99 799 98 538 83 1256 204
6 369 59 592 48 596 132 988 76
7 360 66 866 92 532 75 915 84
8 271 70 734 78 566 100 1081 96
9 448 107 821 56 583 112 1248 115
10 350 161 816 112 437 104 1483 142
11 488 71 725 68 766 110 1003 86
12 425 73 957 138 732 118 1053 116
13 340 56 947 156 595 130 964 168
14 272 114 714 135 819 124 963 136
15 247 53 748 90 828 105 1264 112
Rata
-rata 328.8 91.73 766.53 93.53 636.06 103.13 1148.13 129.2
Data hasil pengamatan Throughput diatas dapat disederhanakan pada tabel 4.4 berikut ini :
51
Tabel 4.5 Hasil pengamatan rata-rata throughput pada masing-masing objek.
Nama Pelanggan
Bandwidth Average Throughput Paket
(kbps) CIR
Download (kbps)
Upload (kbps) PT Hebei Henjing Investment, Sorong
Papua 1500/500 1:10 328.8 91.73
CV Papua Global Network Oksibil Papua 3072/512 1:8 766.53 93.53 PT Tri Usaha Baru, Halmahera 2048/512 1:4 636.06 103.13 PT Karya Telekomunikasi Indonesia,
Nabire Papua 5120/512 1:8 1148.13 129.2
4.2 Pembahasan
1. Delay
Dari hasil pengamatan dengan ping ke IP modem sebanyak 1000 kali dan mengacu pada standarisasi TIPHON maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil pengukuran delay
Nama Pelanggan Average
Delay (ms) Kategori PT Hebei Henjing Investment, Sorong Papua 641 Sangat Bagus CV Papua Global Network Oksibil Papua 626 Sangat Bagus
PT Tri Usaha Baru, Halmahera 599 Sangat Bagus
PT Karya Telekomunikasi Indonesia, Nabire
Papua 565 Sangat Bagus
2. Packet Loss
Mengacu pada standarisasi TIPHON tentang kategori packet loss, maka hasil dari pengukuran dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil pengukuran packet loss