• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer Chapter III V"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN JARINGAN

3.1 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco sebagai

simulator dalam pembelajaran Cisco Networking maupun simulasi dalam mendesain jaringan komputer mengunakan Device Cisco yang dapat di download di

pada Cisco Packet Tracer sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip device Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai pendekatan real

implementasi.

Cisco Packet Tracer memberikan kemudahan untuk belajar bagaimana

merancang, membangun dan mengkonfigurasi sebuah jaringan. Mulai dari jaringaan

yang sederhana sampai yang kompleks. Bahkan juga bisa mengetahui truoble apa saja

yang sering kali terjadi dalam sebuah jaringan sehingga kita bisa menganalisa dan

memperbaikinya tanpa harus membeli perangkatnya.

Dalam program ini telah tersedia beberapa komponen-komponen atau alat-alat

yang sering dipakai atau digunakan dalam merancang suatu sistem network, sehingga

dapat dengan mudah membuat sebuah simulasi jaringan komputer didalam PC.

Simulasi ini berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat tersebut dan

cara pengiriman sebuah pesan dari komputer yang satu ke komputer lain juga dapat

disimulasikan. Dalam menyelesaikan Tugas sakhir ini penulis menggunakan software

(2)

Gambar 3.1 Splash Screen ketika memulai Cisco Packet Tracer

3.2 Item Tools yang Digunakan pada Aplikasi Cisco Packet Tracer

Berikut ini adalah tampilan menu utama (main window) pada saat aplikasi

Cisco Packet Tracer dijalankan didalam sebuah komputer, seperti yang terlihat pada

Gambar 3.2 [26].

Gambar 3.2 Tampilan menuutama pada aplikasi Cisco Packet Tracer

Dalam program tersebut terdiri beberapa menu yang ditampilkan pada

(3)

a. Kolom 1 (Menu)

Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang sering

kita lihat dalam setiap software yang berguna sebagai pilihan menu dari

sekelompok perintah, dimana diantaranya adalah menu File, Edit, Options,

View, Tools, Extensions dan Help.

b. Kolom 2 (Shortcut)

Pada bagian ini terdapat shortcut seperti New, Open, Save, Print, Activity

Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing

Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan

shortcut Network Information dan Contents. Fungsi kolom ini adalah

memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang diinginkan dengan cepat.

c. Kolom 3 (Alat Umum)

Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan

workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih

(Select), memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan (Place

Note), menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta menambahkan PDU

sederhana dan kompleks (Resize Shape).

d. Kolom 4 (Logical dan Physical Workspace)

Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan Physical.

Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah

simulasi jaringan komputer. Dan Physical Workspace merupakan tempat untuk

member suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut

bisa memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer

pada suatu lingkungan.

(4)

Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau membuat

sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta mengamati

beberapa macam informasi dan statistik.

f. Kolom 6 (Realtime / Simulation)

Pada bagian ini tersedia dua item yang diantaranya mode Realtime dan mode

Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang nyata

dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode

Simulation, user dapat melihat dan mengendalikan waktu interval, transfer

data, serta penyebaran data melalui jaringan yang telah dirancang.

g. Kolom 7 (Network Component Box)

Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang

akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer.

Dalam bagian ini juga terdapat dua item yaitu pemilihan peralatan dan koneksi

serta pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik, contohnya

jenis penghubung dan jenis kabel.

h. Kolom 8 (Kotak Pemilihan Jenis Alat / Koneksi)

Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom tersebut

digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan pada

workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers, Switches, Hubs, Wireless

Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices

dan Multiuser Connection.

i. Kolom 9 (Kotak Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik)

(5)

Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan

dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan.

j. Kolom 10 (Jendela Informasi Status)

Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket

serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan yang

telah dibuat.

3.3 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisa kinerja

jaringan LAN, yaitu Packet Loss, Delay dan Throughput.

3.3.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke

tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang

lama [27].

Persamaan perhitungan Delay :

Delay rata-rata =

Diterima yang

Paket Total

Delay Total

(6)

Tabel 3.1 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON) [27]

Kategori Besar Delay

Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Buruk >450 ms

3.3.2 Packet Loss

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi

yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat terjadi karena

sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan, melebihi batas

saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, kesalahan hardware

jaringan [28].

Tabel 3.2 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss[28]

Kategori Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 3%

Sedang 15%

Buruk 25%

Persamaan perhitungan Packet Loss [28]:

Packet loss = x 100%

dikirim yang

data Paket

diterima) data

Paket -dikirim data

(Paket

(7)

3.3.3 Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan

pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena

throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang

sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput sifatnya adalah

dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi [28].

Persamaan perhitungan Throughput [28]:

Throughput =

3.4 Langkah Kerja Perancangan Jaringan Menggunakan Cisco Packet Tracer

Persiapan perancangan jaringan dalam Tugas Akhir ini adalah dengan

mengasumsikan menggunakan 4 buah gedung dalam sebuah kampus (Gedung A,

Gedung B, Gedung C, dan D). Masing-masing gedung mempunyai 10 komputer, 1

switch, 1 router. Maka total untuk keempat gedung memiliki 40 komputer, 4 switch

dan 4 router.

(8)

Gambar 3.3 Langkah-langkah Perancangan

3.4.1 Membuat Model Jaringan

Untuk membuat model dari jaringan komputer yang akan digunakan bisa

dilakukan dengan memanfaatkan area kerja dari Cisco Packet Tracer. Peralatan yang

digunakan dapat dipilih dari kolom pemilihan jenis alat dan koneksi yang berada di

sebelah kiri bawah dari tampilan menu utama Cisco Packet Tracer. Adapun

langkah-langkah nya adalah sebagai berikut:

1. Pilih PC dari end device. Tempatkan 10 PC di kolom kerja dan beri nama untuk

setiap PC. Lalu pilih 4 switch 2960-24TT, dan 4 router 2811, beri nama untuk

tiap-tiap switch dan router, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Membuat model jaringan

Konfigurasi router Menentukan IP Address

Ping test Cek konfigurasi

(9)

Gambar 3.4 Lagkah Awal Pemilihan Perangkat

2. Lalu atur port physical router dengan klik pada router, kemudian pilih menu

physical. Namun sebelumnya non-aktifkan dahulu router yang akan diatur dengan

menekan tombol turn off. Setelah itu, dari menu physical pilih port WIC-1T untuk

ditempatkan di sebelah kanan, dan port WIC-2T untuk ditempatkan di sebelah

kiri. Kemudian tekan tombol turn on untuk menghidupkan router, seperti

ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Pengaturan Physical Router

3. Hubungkan tiap-tiap PC dengan kabel copper straight-through ke switch. Pilih

kabel copper straight-through lalu klik PC pilih fastEthernet dan hubungkan ke

switch lalu pilih fastEthernet 0/1 untuk PC tersebut. Begitu seterusnya untuk PC

(10)

Gambar 3.6 Menghubungkan Kabel Copper Straight-Through

4. Hubungkan switch dengan router dengan menggunakan kabel Copper

Straight-Through. Dengan cara pilih copper straight-through, lalu klik switch, pilih

fastEthernet 0/11 kemudian hubungkan ke router dan pilih fastEthernet 0/0. Hal

ini ditunjukkan pada Gambar 3.7.

(11)

Setelah semua sudah terhubung, maka tampilan model jaringan sementara

seperti pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Tampilan Model Jaringan Yang Dirancang

3.4.2 Menentukan IP Address Untuk Masing-masing PC

Dalam perancangan ini akan didefinisikan terlebih dahulu berapa IP untuk

masing-masing PC yang digunakan pada masing-masing gedung. IP address

merupakan identitas sebuah perangkat dalam jaringan komputer. Hal ini ditunjukkan

pada Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5, dan Tabel 3.6.

Tabel 3.3 IP untuk masing-masing PC pada gedung A dengan Network 192.168.1.0

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

I1 192.168.1.1 255.255.255.240 192.168.1.11

I2 192.168.1.2 255.255.255.240 192.168.1.11

I3 192.168.1.3 255.255.255.240 192.168.1.11

I4 192.168.1.4 255.255.255.240 192.168.1.11

(12)

Tabel 3.3 lanjutan

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

I6 192.168.1.6 255.255.255.240 192.168.1.11

I7 192.168.1.7 255.255.255.240 192.168.1.11

I8 192.168.1.8 255.255.255.240 192.168.1.11

I9 192.168.1.9 255.255.255.240 192.168.1.11

I10 192.168.1.10 255.255.255.240 192.168.1.11

Tabel 3.4 IP untuk masing-masing PC pada gedung B dengan Network 192.168.1.16

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

J1 192.168.1.17 255.255.255.240 192.168.1.27

J2 192.168.1.18 255.255.255.240 192.168.1.27

J3 192.168.1.19 255.255.255.240 192.168.1.27

J4 192.168.1.20 255.255.255.240 192.168.1.27

J5 192.168.1.21 255.255.255.240 192.168.1.27

J6 192.168.1.22 255.255.255.240 192.168.1.27

J7 192.168.1.23 255.255.255.240 192.168.1.27

J8 192.168.1.24 255.255.255.240 192.168.1.27

J9 192.168.1.25 255.255.255.240 192.168.1.27

(13)

Tabel 3.5 IP untuk masing-masing PC pada gedung C dengan Network 192.168.1.32

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

A1 192.168.1.33 255.255.255.240 192.168.1.43

A2 192.168.1.34 255.255.255.240 192.168.1.43

A3 192.168.1.35 255.255.255.240 192.168.1.43

A4 192.168.1.36 255.255.255.240 192.168.1.43

A5 192.168.1.37 255.255.255.240 192.168.1.43

A6 192.168.1.38 255.255.255.240 192.168.1.43

A7 192.168.1.39 255.255.255.240 192.168.1.43

A8 192.168.1.40 255.255.255.240 192.168.1.43

A9 192.168.1.41 255.255.255.240 192.168.1.43

A10 192.168.1.42 255.255.255.240 192.168.1.43

Tabel 3.6 IP untuk masing-masing PC pada gedung D dengan Network 192.168.1.48

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

JR1 192.168.1.50 255.255.255.240 192.168.1.49

JR2 192.168.1.51 255.255.255.240 192.168.1.49

JR3 192.168.1.52 255.255.255.240 192.168.1.49

JR4 192.168.1.53 255.255.255.240 192.168.1.49

JR5 192.168.1.54 255.255.255.240 192.168.1.49

JR6 192.168.1.55 255.255.255.240 192.168.1.49

JR7 192.168.1.56 255.255.255.240 192.168.1.49

JR8 192.168.1.57 255.255.255.240 192.168.1.49

JR9 192.168.1.58 255.255.255.240 192.168.1.49

JR10 192.168.1.59 255.255.255.240 192.168.1.49

Selain itu, IP address juga digunakan dalam interface-interface router yang

(14)

Tabel 3.7 IP address yang digunakan dalam interface-interface router

Router Interface IP Address Network Netmask

Router

Gedung

A

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.11 192.168.1.0 255.255.255.240

Serial 0/0/0 192.168.1.65 192.168.1.64 255.255.255.240

Serial 0/1/0 192.168.1.113 192.168.1.112 255.255.255.240

Router

Gedung

B

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.27 192.168.1.16 255.255.255.240

Serial 0/1/0 192.168.1.114 192.168.1.112 255.255.255.240

Serial 0/1/1 192.168.1.97 192.168.1.96 255.255.255.240

Router

Gedung

C

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.43 192.168.1.32 255.255.255.240

Serial 0/0/0 192.168.1.82 192.168.1.80 255.255.255.240

Serial 0/1/0 192.168.1.98 192.168.1.96 255.255.255.240

Router

Gedung

D

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.49 192.168.1.48 255.255.255.240

Serial 0/1/0 192.168.1.66 192.168.1.64 255.255.255.240

Serial 0/1/1 192.168.1.81 192.168.1.80 255.255.255.240

IP address dapat dibuat dengan cara klik pada PC yang ingin diberi IP address,

lalu pilih desktop, setelah itu pilih IP configuration, kemudian masukkan nomor IP

Address berdasarkan kelas yang telah ditentukan sesuai dengan Tabel 3.3, Tabel 3.4,

(15)

Gambar 3.9 Menentukan alamat IP address

3.4.3 Konfigurasi Router

Pada gambar model jaringan sebelumnya, terdapat empat jaringan yang

terpisah, dan masing-masing jaringan membentuk jaringan komputer sendiri. Agar

antar jaringan satu dengan jaringan yang lain bisa saling berhubungan, maka antar

jaringan harus dihubungkan. Jika dalam pemakaian kelas IP address masing-masing

jaringan menggunakan kelas yang sama, maka dalam menghubungkan jaringan ini

bisa hanya menggunakan peralatan berupa switch. Tetapi jika masing-masing jaringan

yang akan dihubungkan menggunakan kelas IP address yang berbeda, maka dalam

menghubungkan jaringan ini memerlukan suatu perangkat yang lebih dimana

perangkat ini bisa mengontrol trafik yang akan dilalui yakni berupa router.

Sebelum mengkonfigurasi router, kita hubungkan dahulu semua router

menggunakan kabel serial DCE. Dengan cara pilih connections dan pilih serial DCE.

Lalu klik router dan pilih serial 0/0/0 kemudian hubungkan ke router 2 dan pilih

(16)

Gambar 3.10 Pengkabelan Antar Router

Setelah itu, atur konfigurasi dan IP Address Interface setiap router. Dengan

cara klik router , lalu pilih menu config kemudian atur setiap interface router dengan mengisi IP Address setiap interface fastEthernet dan serial sesuai dengan Tabel 3.7. Dan ubah port status menjadi on. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Pengaturan IP Address setiap Interface

Setelah mengatur semua router, lalu masuk ke langkah konfigurasi router.

Cara konfigurasi router adalah dengan mengklik pada router, setelah masuk ke menu

setting pilih perintah CLI (Command Line Interface), kemudian ketik

(17)

Gambar 3.12 Menu CLI Untuk Setting Router

Perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Untuk konfigurasi Fast Ethernet

Router > enable

Router#configure terminal

Enter configuration command, one per line. End with CNTL/Z Router(config)#interface fa 0/0

Router(config-if)#ip address 192.168.1.11 255.255.255.240 Router(config-if)#no shutdown

Router(config-if)#end

2. Untuk konfigurasi Serial

Router > enable

Router#configure terminal

Enter configuration command, one per line. End with CNTL/Z Router(config)#interface serial 0/0/0

Router(config-if)#ip address 192.168.1.65 255.255.255.240 Router(config-if)#no shutdown

Router(config-if)#End

Tampilan perintah pada menu CLI untuk interface fastEthernet dan serial

(18)

Gambar 3.13 Tampilan menu CLI untuk Perintah Interfacefast ethernet dan serial

3. Untuk konfigurasi router dengan teknik RIP

Router > enable

Router#configure terminal

Enter configuration command, one per line. End with CNTL/Z Router(config)#router rip

Router(config-if)#network 192.168.1.0 Router(config-if)#network 192.168.1.64 Router(config-if)#network 192.168.1.112 Router(config-if)#exit

Router(config)#End

Tampilan perintah pada menu CLI untuk konfigurasi router dengan teknik RIP

dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Konfigurasi FastEthernet

Konfigurasi Serial

(19)

Setelah tahapan setting router dilaksanakan, maka jaringan komputer yang

terhubung dapat melakukan komunikasi data dengan jaringan komputer yang lain.

Pada perancangan ini setiap koneksi yang terhubung dan tidak terdapat kesalahan

dalam men-setting jaringan akan diindikasikan dengan adanya titik berwarna hijau,

sedangkan untuk komputer yang bermasalah akan diindikasikan dengan titik berwarna

merah. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Model Jaringan Yang Sudah Selesai

Pada Gambar 3.15 terdapat empat jaringan, dimana terdapat 4 buah gedung,

yaitu gedung A, B, C dan D. Setiap gedung memiliki 10 buah PC, 1 switch, dan 1

router. Terlihat jalur yang harus dilalui apabila akan dilakukan pengiriman data dari

gedung A ke gedung B jalur yang dilalui hanya melalui 2 router, sedangkan dari

gedung A ke gedung C akan melalui jalur dengan melewati 3 router (router gedung

A, router gedung B, dan router gedung C) atau (router gedung A, router gedung D,

(20)

3.4.4 Cek Konfigurasi

Untuk melihat rute dari setiap router dilakukan dengan mengetikkan “show ip

route pada menu command line interface (CLI) dan hasil perintah cek konfigurasi

dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Tampilan Menu CLI untuk Cek Konfigurasi router RIP

Dari Gambar 3.16 di atas terlihat router sudah dikonfigurasi menggunakan

routing protocol RIP, hal ini ditandai dengan adanya huruf “R” pada hasil konfigurasi.

Dapat dijelaskan untuk setip rute yang dilalui, misalnya untuk menuju ke jaringan

192.168.1.16/28 dapat melalui gateway 192.168.1.82.

3.4.5. Ping Test

Jika ingin membuktikan apakah antar router sudah terhubung dan sudah bisa

mngirimkan data ke beberapa router lain maka dilakukan ping test. Yaitu dengan

mengklik pada salah satu PC dan memilih menu command promp dari desktop

kemudian ketik ping dan alamat IP address yang akan dikirim data. Huruf “R”

(21)

Misalnya PC di gedung A dengan IP Address 192.168.1.1 ingin mengirim

data ke salah PC di gedung B dengan IP Address 192.168.1.17, maka perintah yang

ditampilkan:

ping 192.168.1.17

Dan tampilan pada menu command promp ditunjukkan pada Gambar 3.17 di bawah

ini:

Gambar 3.17 Hasil Ping Test pada Menu Command Promp

Jika data-data parameter sudah muncul, maka pengiriman data sudah berhasil.

Hasil keluaran yang didapat berupa reply dari PC yang berada di A. Dari hasil

simulasi ini nantinya akan dianalisis menggunakan rumus-rumus untuk mendapatkan

(22)

BAB IV

ANALISIS KINERJA JARINGAN LAN

DENGAN TEKNIK RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL)

MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER

4.1 Umum

Pada bab IV ini akan membahas analisis kinerja jaringan LAN yang dirancang

pada software Cisco Packet Tracer sesuai dengan yang ada pada Gambar 3.5

sebelumnya. Parameter yang menjadi bahan analisa adalah berupa delay, packet loss

dan throughput yang dihasilkan pada waktu terjadi pengiriman paket data sampai

penerimaan paket data. Untuk pengujian paramter dilakukan ping test sebanyak 10

kali ke salah satu PC suatu gedung menggunakan software Cisco Packet Tracer.

Dimana pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali, antara lain :

1. Pengujian pertama dari PC I1 gedung A menuju PC J1 gedung B sebanyak 10

kali pengujian.

2. Pengujian kedua dari PC I1 gedung A menuju PC A1 gedung C sebanyak 10

kali pengujian.

3. Pengujian ketiga dari PC I1 gedung A menuju PC JR1 gedung D sebanyak 10

kali pengujian.

4.2 Hasil Pengujian

Hasil pengujian terdapat pada menu command promp yaitu dengan melakukan

(23)

Selanjutnya hasil pengujian kedua dilakukan ping test dari PC I1 gedung A ke

PC A1 gedung C ditunjukkan pada Lampiran A2 (hal. 102-104)

Dan hasil pengujian ketiga juga dilakukan ping test dari PC I1 gedung A ke PC

JR1 gedung D ditunjukkan pada Lampiran A3 (hal. 105-107)

4.3 Analisis Perancangan

Setelah melakukan pengujian, langkah selanjutnya adalah melakukan

perhitungan dari hasil pengujian yang didapat. Adapun parameter yang dianalisis

untuk mengetahui kinerja dari jaringan yang dirancang adalah delay, packet loss, serta

throughput.

4.3.1 Analisis Delay

Untuk perhitungan delay hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan

Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan delay dari (I1 gedung A) ke (J1 gedung B) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

(24)

Tabel 4.1 lanjutan

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Total Delay

Rata-rata delay keseluruhan

)

Tabel 4.2 Hasil perhitungan delay dari (I1 gedung A) ke (A1 gedung C) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Total Delay

Rata-rata delay keseluruhan

(25)

Tabel 4.3 Hasil perhitungan delay dari (I1 gedung A) ke (JR1 gedung D) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Total Delay

Rata-rata delay keseluruhan

)

4.3.2 Analisis Packet Loss

Untuk perhitungan packet loss hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.4, Tabel 4.5

dan Tabel 4.6.

Tabel 4.4 Hasil pengujian packet loss dari (I1 gedung A) ke (J1 gedung B) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

(26)

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

Rata-rata packet loss keseluruhan

100%

Tabel 4.5 Hasil pengujian packet loss dari (I1 gedung A) ke (A1 gedung C) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

Rata-rata packet loss keseluruhan

(27)

Tabel 4.6 Hasil pengujian packet loss dari (I1 gedung A) ke (JR1 gedung D) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

Rata-rata packet loss keseluruhan

100%

4.3.3 Analisis Throughput

Untuk perhitungan throughput hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.7, Tabel 4.8

dan Tabel 4.9.

Tabel 4.7 Nilai throughput dari (I1 gedung A) ke (J1 gedung B) menurut software

Cisco Packet Tracer

Banyak

pengujian IP Tujuan

(28)

Tabel 4.7 lanjutan

Banyak

pengujian IP Tujuan

Besar

Rata-rata throughput keseluruhan

)

Tabel 4.8 Nilai throughput dari (I1 gedung A) ke (A1 gedung C) menurut software

Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Besar

Rata-rata throughput keseluruhan

(29)

Tabel 4.9 Nilai throughput dari (I1 gedung A) ke (JR1 gedung D) menurut software

Cisco Packet Tracer

Banyak

Pengujian IP Tujuan

Besar

Rata-rata throughput keseluruhan

)

4.4 Analisis Routing Dinamis Teknik RIP

Dari perancangan, didapat data untuk tiap-tiap parameter yang sudah di hitung.

Dan sebagai bahan referensi, penulisan Tugas Akhir ini juga memasukkan hasil

analisis kinerja jaringan menggunakan routing statis pada Tugas Akhir sebelumnya

sebagai referensi untuk membandingkan kinerja dari routing dinamis dengan routing

statis. Hasil analisis delay pada kinerja jaringan routing statis dapat dilihat pada

Lampiran B1 (hal. 108-109), sementara untuk hasil analisis packet loss dapat dilihat

pada Lampiran B2 (hal. 110-111), dan untuk hasil analisis throughput dapat dilihat

pada Lampiran B3 (hal. 112-113).

Adapun hasil yang diperoleh seperti yang terdapat pada Tabel 4.10 berikut.

(30)

Pengujian

Hasil Simulasi routing dinamis RIP

Hasil simulasi routing statis

Dari Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian delay dari PC I1

gedung A ke PC J1 gedung B adalah 111 ms. Pada simulasi ini pengiriman data

melewati 2 router, yaitu router gedung A dan router gedung B. Sementara untuk

pengujian kedua dari PC I1 gedung A ke PC A1 gedung C adalah 133 ms. Hasil delay

pada pengujian kedua ini lebih besar dibandingkan dengan hasil dari pengujian

pertama. Hal ini dikarenakan pada pengiriman packet melewati 3 router, yaitu router

gedung A, router gedung B dan router gedung C atau dari router gedung A, router

gedung D dan router gedung C. Sedangkan hasil delay untuk pengujian ketiga yaitu

dari PC I1 gedung A ke PC JR1 gedung D adalah 108 ms. Hasil delay pada pengujian

ketiga lebih kecil dibandingkan dengan hasil delay pada pengujian kedua. Ini

dikarenakan packet yang dikirim melewati 2 router, yaitu router gedung A dan router

(31)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa banyaknya router yang dilewati dari satu

jaringan menuju jaringan lainnya sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan delay.

Dan untuk kinerja jaringan, jika delay semakin kecil maka kinerja jaringan akan

semakin baik. Begitu pula sebaliknya, semakin besar delay yang terjadi, maka kinerja

jaringan tersebut semakin buruk.

Hasil delay dari ketiga pengujian di atas termasuk kategori sangat bagus

berdasarkan Tabel 3.1 pada bab 3, yaitu <150. Begitu juga pada pengujian routing

statis. Hasil delay untuk setiap pengujian menggunakan routing statis adalah 116 ms,

140 ms, dan 112 ms. Nilai delay tersebut juga termasuk kategori sangat bagus.

Sedangkan hasil pengujian packet loss untuk ketiga pengujian adalah 2,5%.

Nilai ini termasuk kategori bagus beradasarkan Tabel 3.2 pada Bab 3. Nilai yang sama

juga didapat pada simulasi routing statis yaitu, 2,5 %. Dari simulasi yang dilakukan,

pada setiap pengujian pengiriman packet pertama menggunakan software cisco packet

tracer akan mengalami kehilangan packet sebanyak 1 packet dari 4 packet yang

dikirimkan. Hal ini disebabkan oleh lamanya waktu untuk memproses data yang

dikirim melalui software cisco packet tracer sehingga terjadi request timed out.

Sementara hasil throughput untuk ketiga pengujian yaitu 1 kbps, 0,584 kbps,

dan 0,76 kbps. Jika dibandingkan dengan hasil simulasi pada routing statis yaitu 1,252

kbps, 0,792 kbps, dan 0,962 kbps, nilai throughput cukup berbeda. Nilai throughput

yang didapat dari simulasi routing dinamis lebih kecil dibandingkan dengan nilai

throughput hasil simulasi routing statis. Hal ini disebabkan kerja dari routing dinamis

yang lebih berat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin besar kerja yang dilakukan routing,

maka akan mempengaruhi nilai throuhput yang dihasilkan. Jika nilai throughput yang

(32)

sebaliknya, jika semakin besar nilai throughput, maka kinerja sebuah jaringan akan

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian delay menurut software Cisco Packet Tracer,

untuk hasil delay terkecil terjadi ketika pengujian ketiga dari PC I1 gedung A

ke PC JR1 gedung D, yaitu sebesar 108 ms. Sementara hasil delay terbesar

terjadi ketika pengujian kedua dari PC I1 gedung A ke PC A1 gedung C, yaitu

133 ms. Dengan demikian, semakin besar delay yang terjadi, maka semakin

besar waktu tunda yang diperlukan untuk mengirimkan paket data dan kinerja

jaringan juga akan semakin buruk. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil delay

yang terjadi, kinerja jaringan akan semakin baik.

2. Berdasarkan hasil pengujian packet loss menurut software Cisco Packet

Tracer, untuk setiap pengujian adalah sebesar 2,5%.

3. Untuk hasil throughput menurut software Cisco Packet Tracer, nilai

throughput terkecil terjadi pada pengujian kedua dari PCI1 gedung A ke PC

A1 gedung C, yaitu 0,584 kbps. Sementara hasil throughput terbesar terjadi

pada pengujian pertama dari PC I1 ke PC J1, yaitu 1 kbps. Dengan demikian,

semakin kecil throughput yang dihasilkan, maka kinerja jaringan tersebut

semakin buruk. Demikian pula sebaliknya, semakin besar throughput yang

dihasilkan, maka kinerja jaringan tersebut akan semakin baik.

5.2 Saran

(34)

1. Pada Tugas Akhir ini perancangan yang dibuat menggunakan routing dinamis

dengan teknik RIP (Routing Information Protokol), hendaknya dilakukan pula

dengan teknik yang lain seperti BGP dan EIGRP.

2. Perancangan jaringan dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer

dapat pula dilakukan dengan merancang jaringan nirkabel (WLAN).

3. Perancangan jaringan dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer

dapat juga dilakukan dengan menambahkan server pada jaringan.

4. Untuk lebih mengembangkan Tugas Akhir ini, ada baiknya pada perancangan

selanjutnya dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis router, sehingga

dapat dibandingkan kinerja antara router yang satu dengan router yang

Gambar

Gambar 3.2 Tampilan menu utama pada aplikasi Cisco Packet Tracer
Gambar 3.3 Langkah-langkah Perancangan
Gambar 3.6 Menghubungkan Kabel Copper Straight-Through
Gambar 3.8 Tampilan Model Jaringan Yang Dirancang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada keadaan normal Mycobacterium tuberculosis complex selalu ditemukan di lobus atas paru yang baik siklus aerasi.(PDPI,2006) Secara patogenesis,

Selanjutnya dalam alokasi dana pembangunan daerah telah digeserkan anggaran yang jauh lebih besar ke daerah-daerah yang kaya SDA-nya yang selama ini memberikan kontribusi yang

Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan

Effect of Type 2 Diabetes Mellitus on the Clinical Severity and Treatment Outcome in Patients With Pulmonary Tuberculosis: A Potential Role in the Emergence

Spectral vegetation index evaluation is affected by the presence of shadows in the scene, so the authors considered necessary shadow detection and removal

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-7/W3, 2015 36th International Symposium on Remote Sensing of

[r]