• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV AIDS DI SMA NEGERI 5 BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV AIDS DI SMA NEGERI 5 BOGOR"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV AIDS DI SMA NEGERI 5 BOGOR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KTI pada Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik Kemenkes Bandung

Disusun Oleh:

WINDA ATMAWATI NIM.P17320315057

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2017/2018

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV AIDS DI SMA NEGERI 5 BOGOR TAHUN 2018

Disusun Oleh:

WINDA ATMAWATI NIM:P17320315057

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diujikan pada tanggal 25 Juni 2018

Pembimbing

Dr. Atik Hodikoh, M.Kep, Sp.Mat NIP. 196704111990032001

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV AIDS DI SMA NEGERI 5 BOGOR TAHUN 2018

Winda Atmawati P17320315057

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan dan disahkan pada tanggal 25 Juni 2018

Tim Penguji

Ketua (Pembimbing) : Dr.Atik Hodikoh, M.Kep, Sp.Mat(...) NIP. 196704111990032001

: Agustina, MKM (...) NIP. 196808161988122001

: Yuyun Rani, M.Kes (...) NIP . 195710091982032001

Mengetahui,

Program Studi Keperawatan Bogor Ketua,

Susmadi, S.Kep. M.Kep NIP. 196503131989011001

(4)

iii

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV AIDS di SMA Negeri 5 Kota Bogor

i-x+73 halaman, VI BAB, 7 Diagram, 9 Tabel, 1 Skema, 7 Lampiran ABSTRAK

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis yakni antara usia 10-19 tahun. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Data yang didapatkan dari Komisi Perlindungan AIDS jumlah kasus HIV pada remaja tahun 2015 sebanyak 1459 kasus dan di tahun 2016 sebanyak 1916 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa kasus HIV pada remaja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Kasus HIV AIDS yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari pengaruh iptek dan perkembangan globalisasi menyebabkan perubahan sosial dan gaya hidup pada remaja saat ini terutama di daerah perkotaan yang membuat remaja berprilaku berresiko terkena HIV AIDS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS di SMA Negeri 5 Kota Bogor. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Cara pengambilan sampel dengan teknik probability sampling dengan target jumlah responden sebanyak 92 responden.

Pengumpulan data diperoleh melalui instrument penelitian berupa, sebagian besar berpengetahuan baik yaitu (55,4%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu (44,6%). Sedangkan hasil penelitian sikap menunjukkan, sebagian besar memiliki sikap positif yaitu sebanyak (60,9%) dan sebagian kecil memiliki sikap negatif yaitu sebanyak (39,1%). Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan responden memiliki pengetahuan yang baik dan diikuti oleh sikap yang positif terhadap remaja tentang HIV AIDS. Rekomendasi diharapkan pelayanan kesehatan dapat melakukan pendidikan kesehatan ke sekolah-sekolah tentang HIV AIDS.

Kata Kunci : HIV AIDS, Pengetahuan, Sikap Daftar Pustaka : 35 sumber (2008- 2017)

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis imliah ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV AIDS”. Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Dalam penyusunan tugas ini peneliti tidak lepas dari hambatan serta kesulitan. Atas bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan proposal ini. Maka kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Susmadi, M.Kep, selaku Ketua program Studi KeperawatanBogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

2. Dr. Atik Hodikoh.,M.Kep.Sp.Mat selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan proposal ini.

3. Bram Burnamajaya, M.Kep selaku selaku wali tingkat 3B.

(6)

v

4. Subandi, S.Kp,M.Pd, selaku pembimbing akademik yang tanpa rasa bosan dan selalu sabar, serta senantiasa mendampingi peneliti selama 3 tahun.

5. Seluruh staff dosen dan karyawan Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Keperawatan Bogor atas ilmunya dalam pengadaan bahan rujukan KTI.

6. Keluarga Tercinta (Ibu, nenek, dan kakak- kakak yang selalu bemberikan dukungan) serta semua keluarga yang selalu memberikan semangat dan doa dalam penyusunan proposal KTI ini.

7. Keluarga kedua di kampus yang selalu membuat dunia perkuliahan semakin ceria, yaitu Linda Nurhasanah, Ainu Dalilah, Silvia Ramadhina, serta Mariana Lahagu, serta rekan-rekan seperjuangan Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Angkatan 21 yang selalu bersama saat suka maupun duka.

8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sudah berusaha secara maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, tetapi peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam karya tulis ilmiah ini .

(7)

vi

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Keperawatan, khususnya bidang Keperawatan Maternitas. Amin.

Bogor,22 Juni 2018

Peneliti

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR DIAGRAM ix

DAFTAR SKEMA x

DAFTAR TABEL xi

LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum 5

2. Tujuan Khusus 5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti 5

2. Manfaat Bagi Institusi Prodi Keperawatan Bogor 5

3. Manfaat Bagi Sekolah 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Konsep Remaja 7

2. Konsep HIV AIDS 17

(9)

viii

3. Konsep Pengetahuan 21

4. Konsep Sikap 28

B. Kerangka Teori 36

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep 37

B. Definisi Operasional 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian 41

B. Waktu dan Tempat Penelitian 41

C. Populasi dan Sampel 43

D. Pengumpulan Data 48

E. Pengelolaan Data 51

F. Etika Penelitian 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 56

B. Hasil Penelitian 57

C. Pembahasan 66

D. Keterbatasan Penelitian 71

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan dan Rekomendasi 72

B. Rekomendasi 72

DAFTAR PUSTAKA 74

(10)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Proporsi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 58 Diagram 5.2 Proporsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 59 Diagram 5.3 Proporsi Responden berdasarkan Agama 59 Diagram 5.4 Proporsi Responden berdasarkan Suku 60 Diagram 5.5 Proporsi Responden berdasarkan Sumber Informasi 61 Diagram 5.6 Proporsi Responden berdasarkan Pengetahuan 62 Diagram 5.7 Proporsi Responden berdasarkan Sikap 62

(11)

x

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori 37

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 38

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Per Kelas 48

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Umur 57 Tabel 5.2 Pengetahuan dan Sikap Siswa berdasarkan Umur 63 Tabel 5.3 Pengetahuan dan Sikap Siswa berdasarkan Pendidikan 63 Tabel 5.4 Pengetahuan dan Sikap Siswa berdasarkan Jenis Kelamin 64 Tabel 5.5 Pengetahuan dan Sikap Siswa berdasarkan Agama 64 Tabel 5.6 Pengetahuan dan Sikap Siswa berdasarkan Suku 65 Tabel 5.7 Pengetahuan dan Sikap Siswa berdasarkan Sumber Informasi 65

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian Lampiran 2 Persetujuan Responden Lampiran 3 Kuesioner A

Lampiran 4 Kuesioner B Lampiran 5 Kuesioner C Lampiran 6 Data Demografi

Lampiran 7 Master Tabel Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV AIDS

(14)

LEMBAR PENGESAIIAN

GAMBARAN PENGETAIIUAI\T DAIY SIKAP REMA.TA TENTAI\IG HTV AIDS DI SMA I\TEGERI 5 BOGOR

UrrUX

ZO1A

Winda Atuawati P17320E$As7

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan dan disatrkan pada tanggat 25 Juni 2018

Tim Penguji

Ketua (Pembimbing) : Ih.Atik Hodikoh- M.Kep. Sp.Mat(...

NrP. 1967041 I 1990032001

: Agustina MKM

NrP. 196808161988122001

: Yuyun Rani. M.Kes

NrP . 195710091982032AA1

Mengetahui,

Program Studi Keperawatan Bogor

1t

S.Kep. M.Kep . 19650313198901 1001

(15)
(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan generasi penerus bangsa, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya. Kemajuan dan kemunduran bangsa Indonesia tidak terlepas dari para remaja yang mengisi pembangunan di masa kemerdekaan saat ini. Sehingga dalam kehidupannya perlu mendapat informasi dan pendidikan yang layak, baik secara ilmu pengetahuan maupun keagamaan.

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga adanya dorongan seks, ajakan untuk minum alkohol atau merokok, dan kekuatan untuk ditolak oleh masyarakat terutama oleh kalangan sebayanya sangat mewarnai pertumbuhan karakter dan perubahan perilaku seorang remaja. Pemahaman yang keliru mengenai kekebalan atau ketahanan remaja itu, ditambah dengan rasa keingitahuannya yang besar membuat mereka melakukan perilaku - perilaku yang tidak diinginkan, seperti kehamilan yang tak diinginkan, ketergantungan obat, gangguan psikologi, termasuk tertularnya virus HIV/AIDS (Hutapea, 2013).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, kelompok umur penduduk Indonesia rentang usia 10 - 19 tahun (remaja) berjumlah 61,83 juta jiwa. Hal ini tentunya menjadi aset bangsa yang berharga apabila remaja dapat menunjukkan potensi dirinya dan bisa menjadi

(17)

2

malapetaka apabila remaja-remaja penerus bangsa ini terjerumus kedalam lingkaran yang menyimpang ( Badan Pusat Statistik, 2014).

Permasalahan dan penyimpangan yang terjadi pada remaja bisa timbul akibat dari keluarganya sendiri maupun dari lingkungan sosialnya. Seringkali didapati adanya trauma masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, pengaruh lingkungan, maupun trauma dengan kondisi lingkungannya yang meimbulkan HDR (Harga Diri Rendah) dan rasa tertekan (BKKBN, 2015).

Menurut Peraturan Pemerintah no 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi. Pada bab III pasal 11 ayat 1 tentang pelayanan kesehatan pada remaja bertujuan untuk mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual beresiko dan perilaku beresiko lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi dan mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab (Kementrian Kesehatan, 2014).

Secara umum permasalahan remaja yang terjadi saat ini yaitu sex pra nikah dan kehamilan yang tidak diinginkan, HIV / AIDS, aborsi, pernikahan usia remaja, miras dan Narkoba (BkkbN, 2015). Penyebab HIV AIDS pada remaja disebebkan oleh hubungan seks heteroseksual, penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna napza dan hubungan seks LSL atau yang sering di sebut dengan hubungan lelaki seks lelaki (Komisi Perlindungan AIDS, 2016).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Komisi Perlindungan AIDS jumlah kasus HIV pada remaja tahun 2013 sebanyak 1374 kasus, 2014 sebanyak 1459 kasus, 2015 sebanyak 1459 kasus dan di tahun 2016 sebanyak 1916 kasus.

(18)

3

Hal ini menunjukkan bahwa kasus HIV pada remaja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan (Komisi Perlindungan AIDS, 2016)

Kasus HIV AIDS yang terjadi saat ini, khususnya pada remaja tidak terlepas dari pengaruh iptek dan perkembangan globalisasi yang membuat remaja berprilaku resiko terkena HIV AIDS. Pengaruh iptek dan perkembangan globalisasi menyebabkan perubahan sosial dan gaya hidup pada remaja saat ini terutama di daerah perkotaan. Remaja yang tinggal di perkotaan lebih mudah terkena pengaruh iptek dan perubahan globalisasi.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Inggit Rahayu di SMAN 1 Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau (2017) didapatkan hasil 46 % remaja mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai HIV AIDS dengan sikap yang tidak mendukung terhadap prilaku seksual seksual pranikah sebanyak 63 %.

Sedangkan penelitian lain yang dilakukan Desi Chrismayanti (2016) dengan judul gambaran pengetahuan dan sikap remaja kelas X tentang HIV/ AIDS di SMA Santo Fransiskus didapatkan hasil tingkat pengetahuan remaja dalam kategori baik yaitu 67, 19 % atau sebanyak 86 dari 128 responden yang berpengetahuan baik dan 46 % siswa bersikap baik terhadap penderita HIV.

Peran perawat dalam pencegahan HIV AIDS pada remaja dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang sangat baik untuk dilakukan dalam pencegahan penularan penyakit HIV AIDS. Pormosi ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai pencegahan penularan HIV AIDS dan mengurangi bahkan menghilangkan stigma-stigma negatif tentang

(19)

4

penderita HIV ADIS sehingga tidak ada deskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat (Info Perawat Indonesia, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti dapatkan dengan melakukan wawancara kepada 5 siswa tentang HIV AIDS. 3 dari 5 siswa mengatakan tidak tahu sistem apa yang diserang oleh HIV AIDS. Berdasarkan data- data diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan dan Sikap remaja tentang HIV AIDS “ karena hal ini sangat penting dalam upaya meminimalisir bertambahnya penderita HIV AIDS pada remaja.

B. Rumusan Masalah

Remaja merupakan generasi penerus bangsa baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya. Pada ini biasanya terdapat dorongan seks yang tinggi maupun ajakan untuk menggunakan obat-obatan terlarang karena keingintahuannya yang sangat tinggi. Kurangnya informasi atau mendapatkan informaasi dari sumber yang kurang tepat membuat kurangnya pengetahuan remaja, dampak dari perbuatannya tersebut . Pengetahuan yang kurang ini akan beresiko membuat remaja melakukan hal- hal yang beresiko terkena HIV AIDS.

Ditambah lagi dengan lingkungan yang buruk membuat remaja melakukan hal- hal tersebut. Sehingga pengetahuan remaja tentang HIV AIDS sangat penting karena akan berdampak pada sikap remaja terhadap HIV AIDS. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin meneliti terkait “Gambaran Pengetahuan dan Sikap remaja tentang HIV AIDS”

(20)

5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS di SMA Negeri 5 Bogor

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden ( usia, jenis kelamin, agama dan suku).

b. Diketahui gambaran pengetahuan remaja tentang HIV AIDS c. Diketahui sikap remaja tentang HIV AIDS.

D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti

a. Menambah pengalaman dan dapat mengaplikasikan mata kuliah Riset Keperawatan.

b. Mendapatkan informasi gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS.

2. Institusi Prodi Keperawatan Bogor

a. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan tentang keperawatan maternitas terutama tentang HIV AIDS.

b. Sebagai data dasar penelitian selanjutnya.

(21)

6

3. Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam membuat kampanye seperti bimbingan/ konseling bertujuan untuk mencegah penularan penyakit HIV AIDS di kalangan siswa dan siswi SMA Negeri 5 Bogor.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Konsep Remaja

a. Defnisi Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukanhanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti et al, 2011).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti et al, 2011).

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional).

Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa

(23)

8

sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti et al, 2011).

Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang (dalam Kusmiran, 2011) , yaitu :

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun;

b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;

c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak- anak menuju masa dewasa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa remaja atau adolescence merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik dan fisiologis terutama terkait kelenjar seksual, kognitif maupun sosial emosional dan membutuhkan bimbingan serta dukungan dari lingkungan sekitar agar tidak menglami penyimpangan .

b. Fase- Fase Remaja

Dikarenakan masa remaja berlangsung sangat panjang, maka beberapa ahli membagi masa remaja menjadi 3 fase, yaitu masa remaja awal (usia 11-14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15-17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18-20 tahun) (Wong, 2009). Begitu juga WHO membagi masa remaja menjadi 3 fase, tetapi dengan rentang usia yang

(24)

9

berbeda, yaitu remaja awal (usia 10-12 tahun), remaja pertengahan (13-15 tahun), dan remaja akhir (usia 16-19 tahun). Sedangkan menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2010) remaja awal berlangsung dari usia 12- 13 tahun, remaja menengah dari usia 14-16 tahun, dan remaja akhir dari usia 17-18 atau 20 tahun.

c. Karakteristik Remaja Berdasarkan Rentang Usia

Menurut Kusmiran, Eni (2011) pada pertumbuhan dan perkembangannya, masa remaja memiliki karakteristik berdasarkan rentang usianya, yaitu:

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya 2) Tampak dan merasa ingin bebas

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

4) Mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun sekolah

5) Mulai menunjukan cara berpikir logis 6) Mulai menggunakan istilah-istilah sendiri

7) Mempunyai pandangan, seperti olahraga yang lebih baik untuk bermain

8) Memilih kelompok bergaul

9) Pribadi seperti apa yang diinginkan

10) Mengenal cara untuk berpenampilan menarik

(25)

10

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri 2) Mulai tertarik pada lawan jenis

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) semakin berkembang 5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 6) Peningkatan interaksi dengan kelompok

7) Menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks 8) Sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih

menyeluruh, berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas.

9) Mulai mempertimbangkan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri.

c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif 3) Memiliki citra terhadap dirinya

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

6) Lebih berkonsenterasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan

7) Proses berpikir secara kompleks digunakan untuk mefokuskan diri d. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

(26)

11

1) Pertumbuhan Pada Remaja

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang dapat diukur secara kuantitatif (Kozier, Erb, Berman &

Snyder, 2010). Pertumbuhan fisik terus berlangsung sepanjang masa remaja. Selama satu tahun pertumbuhan, tinggi badan laki- laki dan perempuan rata-rata meningkat 3,5-4,1 inci, begitupun dengan berat badan yang juga meningkat karena ada perubahan otot pada laki- laki dan penambahan lemak pada perempuan (Steinberg, 2007 dalam Poltekkes Depkes Jakarta 1, 2010).

Menurut Kyle dan Susan (2014) tinggi badan pada anak perempuan meningkat dengan cepat setelah menarche dan biasanya berhenti dalam 2 sampai 2 ½ tahun setelah menarche. Growth spurt (lonjakan pertumbuhan) anak laki-laki terjadi lebih lambat dari anak perempuan dan biasanya dimulai antara usia 10 ½ sampai 16 tahun dan kadang berakhir antara usia 13 ½ dan 17 ½ tahun.

Kecepatan tinggi badan puncak (Peak Height Velocity, PHV) pada perempuan terjadi sekitar 12 tahun atau sekitar 6-12 bulan setelah menarke. Sedangkan pada anak laki-laki PHV dicapai pada usia 14 tahun. Kecepatan berat badan puncak (Peak Weight Velocity, PWV) terjadi sekitar 6 bulan setelah menarke pada anak perempuan dan sekitar usia 14 tahun pada anak laki-laki. Masa otot meningkat pada anak laki-laki dan deposit lemak meningkat pada anak perempuan (Kyle dan Susan, 2014).

(27)

12

2) Perkembangan pada Remaja

Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010). Dalam kehidupannya remaja mengalami beberapa perkembangan, diantaranya perkembangan biologis, psikososial, dan kognitif.

a) Perkembangan Bilogis

Pada masa remaja terjadi berbagai perubahan dalam diri remaja yang dinamakan pubertas. Menurut Wong (2009) pubertas adalah proses kematangan, hormonal, dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks primer serta seks sekunder mulai muncul.

Wong (2009) mengemukakan pada kebanyakan remaja perempuan, indikasi awal pubertas adalah tampaknya tonjolan payudara, yang dikenal sebagai telarke, terjadi pada usia antara 9 dan 13 ½ tahun. Kondisi ini diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis pada mons pubis sekitar 2-6 bulan, yang dikenal sebagai adrenarke. Awal munculnya menstruasi atau menarke terjadi sekitar 2 tahun setelah penampakan perubahan pubertas pertama, kira-kira 9 bulan setelah kecepatan pertambahan tinggi badan dan 3 bulan setelah kecepatan pertambahan berat badan mencapai puncaknya. Rentang usia normal terjadinya menarce biasanya adalah 10 ½ sampai 15 tahun.

(28)

13

b) Perkembangan Psikososial

Menurut Erikson (1963) dalam Poltekkes Depkes Jakarta 1 (2010), perkembangan psikososial terdiri atas delapan tahap.

Dari tahapan-tahapan tersebut, remaja berada pada tahap identitas (indentity) versus kebingungan identitas (identity confusion). Pada tahap ini, remaja belajar mengungkapkan aktualisasi dirinya untuk menjawab pertanyaan “siapa saya?”.

Mereka melakukan tindakan yang baik sesuai dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian, sering juga terjadi penyimpangan identitas. Pada waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun perempuan dibangun, dan secara bertahap mengembangkan cita-cita yang diinginkan.

Menurut Erikson (1963) dalam Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2010), tugas psikososial remaja adalah pembentukan identitas diri. Bahaya yang ada pada tahap ini adalah kebingungan peran. Remaja biasanya khawatir tentang tubuh, penampilan, dan kemampuan fisik mereka.

c) Perkembangan Kognitif

Kemampuan kognitif akan matang selama masa remaja, yaitu antara usia 11 dan 15 tahun remaja akan memulai tahap operasional formal. Gambaran utama pada tahap ini adalah bahwa individu dapat berpikir di luar konteks yang terjadi saat ini dan di luar dunia nyata. Remaja sangat imajinatif dan

(29)

14

idealistik. Remaja mulai lebih mengenal dunia dan lingkungannya. Remaja memanfaatkan informasi baru untuk memcahkan setiap masalah, dan dapat berkomunikasi dengan individu dewasa dalam berbagai topik pembicaraan (Kozier, Erb, Berman dan Snyder, 2010).

e. Sumber Informasi Remaja 1. Pengertian informasi

Menurut Notoatmodjo (2010), informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenga kesehatan.

2. Macam-macam sumber media informasi

Menurut Ircham ( 2008 ), macam-macam media informasi pendidikan kesehatan remaja adalah :

a. Media Elektronik

(30)

15

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya seperti televisi, radio, video dan internet.

b. Media Cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi seperti booklet, selebaran, lembar balik dan poster.

c. Orang Tua

Orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi, sebab orangtua merupakan seorang yang harus bertanggungjawab terhadap perilaku anak, ia merupakan orang terdekat anak untuk melakukan komunikasi. Agar anak remaja tidak mendapatkan informasi yang keliru mengenai kesehatan reproduksi maka peran orangtua sangat diharapkan.

d. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan disini dimaksudkan adalah petugas yang mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan, penyuluhan, konseling tentang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.

e. Teman

Remaja lebih memilih teman sebayanya sebagai panutan yang dipercaya daripada orangtuanya, guru atau keluarga yang lain. Apa yang dilakukan oleh teman sebayanya dianggap baik dan benar,

(31)

16

kemudian diikuti. Di samping teman sebaya dipercaya sebagai panutan, remaja juga lebih merasa aman dan merasa senang apabila ia bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari teman sebayanya, dibandingkan dari orangtuanya. Misal remaja yang ingin mengetahui seluk beluk tentang “mimpi basah”, mereka tidak akan menanyakan kepada orangtuanya, atau gurunya, mereka lebih memilih teman sebayanya, padahal teman sebayanya belum tentu memiliki informasi yang baik dan benar.

f. Guru

Guru mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam kehidupan sebagian remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan dan merupakan contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Ada kalanya remaja juga memandang guru sebagai pengganti dari orangtuanya sehingga mereka lebih bebas mengemukakan perasaannya.

f. Perilaku Penyimpangan pada Remaja

1) Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang pada Remaja

Menurut Kartono 2010, Tipe-tipe perilaku menyimpang pada remaja dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

a) Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Kenakalan

(32)

17

ini disebabkan karena faktor lingkungan terutama tidak adanya pendidikan kepada anak, sehingga anak cenderung bebas unuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya, contohnya merokok, seks bebas dan minum alkohol.

b) Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotik).

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Bentuk perilaku kriminal remaja ini merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri dan mempraktekan jenis kejahatan tertentu. Contohnya pembegalan dan gang motor.

c) Kenakalan Psikopatik (Delinkuensi psikopatik)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Kenakalan remaja ini pada tahap yang serius karena mengarah pada sadisme. Kenakalan ini dipicu adanya perilaku turunan atau tingkah laku dari keluarga yang berbuat sadis, sehingga cenderung adanya kegiatan meniru. Biasanya berasal dari keluarga yang ekstrim, brutal diliputi banyak pertikaian keluarga, contohnya pembunuhan.

d) Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral)

(33)

18

Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Kenakalan ini mempunyai ciri-ciri selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan namun ada disfungsi inteligensinya. Selalu ingin melakukan kekerasan, penyerngan dan kejahatan, contohnya tawuran dikalangan remaja SMA yang banyak terjadi saat ini.

2) Faktor yang mempengaruhi penyimpangan pada remaja

Menurut Sarwono, 2008 faktor yang mempengaruhi penyimpangan pada remaja terbagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan dan pribadi.

a) Faktor lingkungan : (1) malnutrisi (2) kemiskinan (3) migrasi

(4) faktor lingkungan sekolah (teman- teman) (5) keluarga yang bercerai

(6) gangguan dalam pengasuhan keluarga seperti kematian orang tua, orang tua sakit berat dan hubungan anggota keluarga yang tidak harmonis.

b) Faktor pribadi

(1) faktor bakat yang mempengaruhi psikologi (koping individu) (2) cacat tubuh

(3)ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Konsep HIV/AIDS

(34)

19

a. Definisi HIV

HIV atau Human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome adalah suatu sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Noviana, 2016).

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun. Sekali terjangkit, HIV menghasilkan suatu spektrum penyakit yang akan berkembang dalam kebanyakan kasus, mulai dari laten yang bersifat klinis atau status asimptomatik sampai kondisi AIDS, ditandai dengan hitungan sel CD4<200 atau adanya infeksi oportinistik, tanpa memerhatikan hitung sel CD4 (Geri Morgan, 2009).

b. Definisi AIDS

AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yangdisebabkan oleh men urunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Zubari Djoerban, Samsuridjal Djauzi, 2007).

c. Etiologi

(35)

20

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrome disebabkan oleh dua jenis retrovirus yang berkaitan, dikenal dengan HIV -1 dan HIV-2. HIV-1 kerap ditemukan di Afrika Tengah dan Timur, Amerika, Eropa, serta Asia. HIV -2 kerap ditemukan di Afrika Barat, Prancis dan Portugal. Retrovirus ditransmisikan melalui pertukaran cairan tubuh (misalnya semen, darah, dan saliva) atau melalui transfusi produk darah. Individu yang terinfeksi akan mendapat uji HIV negatif selama beberapa minggu dan kemungkinan selama 1 tahun. Kecepatan perkembangan penyakit ini bervariasi.

Waktu rekaan perkembangan AIDS adalah 10 tahun. Sekitar 19%

individu yang terinfeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam 17 -20 infeksi (Morgan dan Hamilton, 2009).

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala HIV AIDS menurut Deprtemen Kesehatan, 2011 diantaranya sebagai berikut:

a) Demam

b) Sakit Tenggorokan c) Nyeri otot dan sendi d) Kulit kemerahan

e) Adanya pembengkakan kelenjar getah bening f) Jamur pada mulut yang hilang timbul

g) Penurunan berat badan

h) Infeksi pernafasan atas yang hilang timbul

(36)

21

i) Diare yang terus menerus e. Faktor resiko

Orang- orang yang beresiko terkena HIV adalah:

a) Seks bebas yang tidak sehat dan aman

Seseorang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti- ganti pasangan tanpa menggunakan pengaman adalah salah satu faktor resiko terjangkitnya HIV yang palling tinggi, terlebih jika salah satu pasangannya positif HIV maka akan lebih besar resiko terkena HIV.

b) Transfusi darah yang terkontaminasi c) Penggunaan jarum suntik tidak steril

Biasanya pengguna narkoba sering menggunakan jarum suntik yang tidak steril bahkan mereka saling menggunakan jarum tersebut secara bergantian. Jika salah satu teman sudah teinfeksi HIV maka secara otomatis orang yang memakai jarum suntik setelahnya akan beresiko terkena HIV.

d) Penyakit menurun

Jika seorang ibu yang positif terkena HIV maka akan mudah menurunkannya kepada anak yang ada di dalam kandungannya, penularan virus tersebut terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan saat menyusui (Mediskus.com, 2010).

(37)

22

Beberapa faktor yang berhubungan erat dengan HIV adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual, LS (lelaki seks lelaki), transfusi darah, transmisi perinatal dan penggunaan jarum suntik tidak steril (Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI, 2016).

f. Pencegahan HIV

Sampai saat inibelum ada penyembuhan AIDS , sehingga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak berkontak dengan cairan tubuh yang tercemar HIV. Karena mustahil di ketahui sebelumnya apakah suatu cairan tubuh tercemar oleh HIV, seseorang harus menganggapnya tercemar sampai terbukti sebaliknya. Untuk mencegah terpajan HIV, seseorang harus:

a) Tidak melakukan seks bebas

b) Tidak melakukan tukar menukar jarum dengan siapapun dan untuk alasan apapun

c) Menggunakan kondom lateks apabila terjadi hubungan kelamin.

d) Memeriksakan kesehatan untuk mengetahui ada tidaknya virus paling sedikit 6 bulan setelah hubungan kelamin terakhir yang tidak terlindung, karena pembentukan antibbodi mungkin memerlukan waktu paling sedikit 6 bulan setelah pajanan ke virus untuk membentuk antibodi. Seks oral juga dapat menularkan virus (Elizabeth,2009).

(38)

23

3. Konsep Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Riyanto dan Budiman, 2013).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2016), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal.

b. Jenis pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangan beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut, yaitu :

1) Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

2) Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah penegtahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan (Budiman dan Riyanto, 2013).

c. Tahapan Pengetahuan

Tahapan pengetahuan dalam riyanto dan budiman (2013) ada 6 tahapan yaitu:

(39)

24

1) Tahu (Know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan tentang imunisasi campak, orang yang berada di tahapan ini dapat menguraikan dengan baik dari definisi campak, manfaat imunisasi campak, waktu yang tepat pemberian campak, dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut secara benar.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

(40)

25

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Avaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam Riyanto dan Budiman (2013):

1) Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana diharapkan seseorang

(41)

26

dengan pendidikan tinggi, orang tersebut semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

2) Informasi/Media Masa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan infromasi dengan tujuan tertentu informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

3) Teknologi

Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam- macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Sosial, Budaya, Dan Ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

(42)

27

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi akan memengarahui pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

(43)

28

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya pengetahuan semakin membaik.

e. Karakteristik Individu yang Kurang Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2010) karakteristik individu yang kurang pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Mengungkapkan informasi yang tidak adekuat, informasi yang disampaikan tidak lengkap sehingga maksudnya jadi bias.

2) Adanya salah pengertian atau salah persepsi karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup biasanya menjadi makna yang disampaikan menjadi salah.

3) Menanyakan kembali informasi yang telah diberikan, kemampuan menerima informasi lambat lambat sehingga pertanyaan diulang- ulang.

4)Tidak terampil dalam mendemonstrasikan sesuatu karena pengetahuan yang diterima tidak cukup biasanya kurang mampu dalam mempergunakan sesuatu.

f. Cara Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dalam subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010).

(44)

29

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya berupa persentase dengan rumus yang dipergunakan sebagai berikut:

Rumus Nilai Pengetahuan

Ket:

N : nilai pengetahuan Sp : skor yang didapat Sm : skor tertinggi maksimal

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

Baik : hasil presentase 76%-100%

Cukup : hasil presentase 56%-75%

Kurang : hasil presentase < 55%

4. Konsep Sikap a. Pengertian Sikap

Sikap adalah sesuatu yang melekat pada keyakinan-keyakinan dan perasaan-perasaan terhadap suatu objek dan predisposisi untuk berbuat terhadap objek dengan cara-cara tertentu (Calhoun dan Acocella dalam Wahyuni Sri dan Zulfan Saam, 2014).

N = 𝑆𝑝

𝑆𝑚 x 100%

(45)

30

Sikap adalah reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek berupa keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan atau perilaku tang diharapkan (Myers dalam Wahyuni Sri dan Zulfan Saam, 2014).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih bisa merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2014).

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2007).

Dalam beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah reaksi yang dihasilkan oleh manusia dirinya dan orang lain untuk berbuat dengan cara-cara tertentu. Sikap dapat berupa bersikap positif dan dapat pula bersikap negatif:

1) Sikap positif

(46)

31

Sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang diberikan dapat berkembang sebaik-baiknya karena orang tersebut memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan.

2) Sikap negatif

Sikap negatif apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus yang telah diberikan. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, terhadap norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain.

b. Komponen Pokok Sikap

Komponen pokok sikap menurut Notoadtmojo (2012) terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

c. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, menurut Notoatmojo (2011) sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:

(47)

32

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhinya orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

d. Faktor yang mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain:

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

(48)

33

b.Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Diantara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, atau suami.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

d.Media massas

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.

f. Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

(49)

34

e. Pengukuran Sikap

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: menerima (memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi dan menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan skala sikap.

Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif) dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pertanyaan tersebut didukung atau ditolak melalui rentang nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi kedalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif (Budiman, 2013). Untuk pengukuran sikap ada beberapa skala yang dapat digunakan yaitu :

1) Skala Thustone

Skala ini bertujuan untuk mengurutkan respon berdasarkan suatu kriteria tertentu yang merupakan ciri pokok dari metode ini adalah menggunakan panel yang terdiri dari 50-100 ahli untuk menilai sejumlah pernyataan guna menilai variabel tertentu.

2) Skala Likert

(50)

35

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuisioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Dengan Skala Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item- item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari tingkat positif sampai negatif. Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data ordinal. Kategori atau alternatif yang digunakan dalam Skala Likert adalah :

a) Sangat setuju b) Setuju

c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju 3) Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.

4) Multidimensional Scaling

Teknik ini meberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang lebih bersifat

(51)

36

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengena stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang lain, lain isu, dan lain skala item.

5) Pengukuran involuntary behaviour (pengukuran terselubung) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi psikologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya (Wawan, A dan Dewi, 2011).

Salah satu cara pengukuran sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyatan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Budiman, 2013).

(52)

37 B. Kerangka Teori

Gambar.2.1 KerangkaTeori

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Azwar (2007) Sikap

Faktor internal yang mempengaruhi

pengetahuan dan sikap:

1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia

4. Faktor emosional

Faktor eksternal yang mempengaruhi

pengetahuan dan sikap:

1. Informasi/

media massa 2. Ekonomi 3. Kebudayaan

dan

lingkungan 4. Agama

Pengetahuan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap remaja tentang HIV

AIDS Baik

Cukup

Kurang

Positif

Negatif

(53)

37 BAB III

KERANGKA KONSEP

Peneliti meneliti pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS karena remaja selalu mencari tahu tentang hal- hal baru khususnya HIV AIDS.

Sumber yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap remaja saat ini. Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga dalam kehidupannya perlu mendapat informasi dan pendidikan yang layak, baik secara ilmu pengetahuan maupun keagamaan. Pengetahuan yang benar dan pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya HIV/ AIDS , sangat penting untuk kehidupan remaja agar tidak terjebak dalam pola kehidupan yang salah.

Oleh karena itu, pelaksanaan meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS harus ditingkatkan. Agar memberikan gambaran yang nantinya dapat dijadikan intervensi oleh pihak sekolah dalam pendidikan kesehatan pada remaja seperti penyuluhan tentang HIV AIDS.

Gambaran Pengetahuan dan Sikap remaja tentang HIV AIDS

(54)

38

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 a. umur Lama waktu hidup atau ada (sejak

dilahirkan atau diadakan) (KBBI, 2016)

Kuesioner A

Data Demograf i

Membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan umur

Rata- rata umur

responden

Interval

b.

Pendidia n

Jenjang pendidikan yang sedang dijalani

ressponden

Kuesioner A

Data Demograf i

Membagikan kuesioner yang

berisikan data umum

mengenai kelas

1. kelas X 2. kelas XI

Ordinal

c. jenis kelamin

Sifat jasmani atau rohani yang

membedakan dua makhluk sebagai

wanita dan pria (KBBI)

Kuesioner A Data Demograf i

Membagikan kuesioner yang

berisikan data umum

mengenai jenis kelamin

1. laki- laki 2.perempuan

Nominal

d.

agama

Ajaran sistem yang

mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa (KBBI)

Kuesioner A Data Demograf i

Membagikan kuesioner yang

berisikan data umum

mengenai agama

1. islam 2. Katolik 3. Protestan 4. Hindu 5. budha

Nominal

e. suku Golongan bangsa sebagai

bagian dari bangsa yang besar (KBBI)

Kuesioner A Data Demograf i

Membagikan kuesioner yang

berisikan data umum

mengenai suku

1. sunda 2. jawa 3. batak 4.

minangkabau 5. betawai 6. lain- lain

Nominal

(55)

39

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

f.

sumber informa si siswa dan siswi tentang HIV AIDS

Pemberitahua n, kabar atau berita tentang sesuatu

(KBBI)

Kuesioner A Data Demograf i

Membagikan kuesioner yang

berisikan data umum

mengenai sumber informasi HIV AIDS

1. Media elektronik 2. Media cetak

3. orang tua 4. Petugas kesehatan 5. Teman 6. Guru

Nominal

2. Pengeta huan siswa dan siswi tentang HIV AIDS

Segala sesuatu yang

diketahui siswa tentang HIV AIDS meliputi pengertian, penyebab, cara

penularan, dll

Kuesioner B yang berisikan pertanyaa n tentang pengetahu an

Membagikan kuesioner B yang berisi 15 pertanyaan.

Jika jawaban benar diberi niali 1, jika jawaban salah diberi nilai 0

1.

Pengetahuan baik jika ≥ mean

2.

pengetahuan kurang jika <

mean

Rasio

3. Sikap Siswa dan siswi tentang HIV AIDS

Kesiapan untuk bereaksi atau reaksi/

respon pasif terhadap perilaku HIV AIDS.

Kuesioner C yang berisikan pertanyaa n tentang sikap

Membagikan kuesioner C yang berisi 15. Pilihan jawaban (pertanyaan positif):

Sangat setuju:

4

Setuju : 3 Tidak setuju : 2

Sangat tidak setuju:1 (pertanyaan negatif):

Sangat setuju:

1

Setuju : 2 Tidak setuju : 3

Sangat tidak setuju:4

1. sikap positif ≥ mean

2. sikap negatif <

mean

Interval

(56)

40

(57)

41 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodel penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing variable, baik satu variable atau lebih sifatnya independen tanpa membuat hubungan maupun perbandingan dengan variable lain. Variable tersebut dapat menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Sujarweni, 2014).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV AIDS di SMA Negeri 5 Kota Bogor, selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pertanyaan terstruktur atau kuesioner. Kemudian setelah itu diolah dan disimpulkan dalam sebuah laporan karya tulis ilmiah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan secara bertahap selama 4 bulan sesuai dengan kalender akademik dimulai pada bulan Februari sampai dengan Juni 2018.

(58)

42

2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, pembuatan proposal karya tulis ilmiah. Waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini yaitu dimulai dari 23 Februari – 23 Maret 2018. Setelah itu dilakukan uji proposal penelitian pada 26- 29 Maret 2018.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan akan dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Bogor.

Tahapan dimulai dengan pengumpulan data melalui wawancara dalam pertanyaan kuesioner penelitian. Kegiatan ini adalah lanjutan setelah dilakukannya tahapan persiapan. Waktu pelaksaan akan dimulai dari 23-28 April 2018.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap terakhir ini meliputi analisis data menggunakan statistik deskriptif dan penyusunan laporan. Setelah laporan selesai, selanjutnya akan dilaksanakan sidang KTI pada 4-9 Juni 2018 di Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Bogor.

(59)

43

C. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan elemen atau subjek riset, dalam arti lain populasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki nilai yang semua ingin diteliti sifatnya (Azwar, 2014). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa -siswi kelas X dan XI di sekolah SMA Negeri 5 Bogor.

b. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimana kriteria itu menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini sampel di ambil dari siswa kelas X dan XI. Kriteria inklusi dan ekslusi dijabarkan sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

a) Remaja yang berusia antara 14 -17 tahun yang bersekolah di SMA Negeri 5 Bogor Kelas X dan XI tahun ajaran 2017/2018 .

b)Siswa-siswi SMA Negeri 5 Bogor yang bersedia mengisi kuesioner dengan lengkap.

c) Siswa-siswi SMA Negeri 5 Bogor yang hadir pada saat di lakukan penelitian.

(60)

44

2) Kriteria Eksklusi

a) Siswa-siswi SMA Negeri 5 Bogor yang tidak bersedia dijadikan responden .

b) Siswa-siswi SMA Negeri 5 Bogor yang tidak dapat hadir atau sakit pada saat dilakukan penelitian.

c. Jumlah sampel

Menetapkan besarnya sampel minimal atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung kepada dua hal, yaitu pertama adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dan dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2010).

Formula Perhitungan Sampel

Keterangan :

n : jumlah sampel / besar sampel N : jumlah populasi

d : Tingkat signifikasi (p) / tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan 10%.

Berdasarkan rumus menentukan besar sampel yang sudah dijelaskan diatas, dalam Penelitian yang akan dilakukan pada Siswa

𝑛 = N

1 + N (d)2

(61)

45

kelas X dan XI di SMA Negeri 5 Bogor sejumlah 666 orang, akan diketahui jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = ____N____

1+ N ( d )2 n = ____666____

1+666 ( 0,1 )2 n = ___666____

7,66

n = 86,9 dibulatkan menjadi 87 responden

Menurut Sastroasmoro (2010), dalam banyak keadaan peneliti telah mengantisipasi kemungkinan subyek terpilih yang drop out, loss to follow up, atau subyek yang tidak taat. Bila dari awal telah ditetapkan bahwa subyek tersebut tidak akan dianalisis, maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel yang dihitung, dengan menambahkan sejumlah subyek agar besar sampel tetap terpenuhi. Untuk ini tersedia formula sederhana untuk penambahansubyek sebagai berikut:

Formula Perhitungan Drop Out (Kasjono, 2009 )

n’=

n

(1−f)

(62)

46

Keterangan :

n’= besar sampel yang akan dihitung

n= Besar sampel yang dihitung f= Perkiraan proporsidrop out

Berdasarkan keterangan diatas, maka diperoleh hasil sebagaiberikut Antisipasi Drop Out :

n’ = __87__

( 1 – f ) n’ = _87_

( 1-0,1 )

n’ = _87_

0,9

n’ = 96,6 responden (97 responden)

Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah sampel yang di dapat dengan perhitungan proporsi 666 orang dengan presisi mutlak kepercayaan 10 %, sehingga di dapatkan hasil 97 sampel untuk dijadikanresponden.

d. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan teknik simple random sampling. Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan peluang yang sama dalam pengambilan sampel, yang

(63)

47

bertujuan untuk generalisasi, dengan berasas probabilisasi unit terpilih sama (Hidayat, 2013). Adapun cara perhitungan untuk pengambilan masing- masing sampel pada setiap kelas adalah sebagai berikut:

Formula Perhitungan Teknik Sampling Proporsional (Sumber : Notoatmodjo, 2014)

Keterangan :

(A) : Jumlah populasi siswa per kelas (B) : Jumlah populasi seluruh kelas (C) : Jumlah sampel yang diinginkan (n’) : Jumlah sampel per kelas

Maka contoh perhitungannya adalah:

𝑛′ = 38

666x 97

𝑛′ = 5,53 = 6

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dari 36 siswa dari kelas XI IPA-A yang dijadikan sampel sebanyak 6 responden. Selanjutnya, perwakilan sampel dari masing- masing kelas akan diacak dengan

cara dikocok. Dapat dilihat dari tabel 4.1 perhitungan pengambilan dari masing- masing kelas berdasarkan rumus diatas.

n’ = (A/B)*C

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan nilai persentase post-test (setelah diberi pendidikan kesehatan) sikap pada kelompok eksperimen sebagian besar adalah baik yaitu 59 responden (90,8%) dan 6

Sedangkan nilai persentase post-test (setelah diberi pendidikan kesehatan) sikap pada kelompok eksperimen sebagian besar adalah baik yaitu 59 responden (90,8%) dan 6

Studi lain yang juga terkait adalah hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap pencegahan HIV/AIDS pada remaja menunjukkan bahwa sebagian besar

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa (1) Pengetahuan baik sejumlah 66% (43 responden), pengetahuan cukup sejumlah 31%

Hasil Penelitian didapatkan Uji Chi Square terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS mendapatkan p value 0,009 (&lt; 0,05) yang

Sebagian pengetahuan dari responden dalam kategori cukup dan sebagian besar responden tidak mendukung terhadap aborsi kriminalis hasil dari remaja yang masih belum

Hasil penelitian terhadap pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan responden yang didapat yaitu secara umum sebesar 29 (53,7%) responden menunjukkan pengetahuan

Karakteristik berdasarkan umur dan tingkat kelas terhadap pengetahuan, sikap, serta perilaku terhadap aborsi, umumnya pada usia 16-19 tahun atau kelas XI