• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA

MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

CLAUDIA EVA ELISA NIM. F1061151040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PMIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PONTIANAK 2019

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Provided by Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

ARTIKEL PENELITIAN

CLAUDIA EVA ELISA NIM F1061151040

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. rer.nat. Rini Muharini, M.Si Lukman Hadi, M.Pd NIP. 197501142008122003 NIP. 198505102008011002

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan PMIPA

Dr. H. Martono Dr. Ahmad Yani T., M.Pd

NIP. 19680316994031014 NIP. 196604011991021001

(3)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Claudia Eva Elisa, Rini Muharini, Lukman Hadi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

Email: claudiaevaelisa19@gmail.com

Abstract

The aims of this research were to examine the effect of PjBL on student communicating skill. To achieve the aim, twenty nine students were tested before and after learning through PjBL to measure their communicating skill. The form of this research was Pre-Experimental design with the research plan of single pre-test and post-test researching. The taking sample technique used in this research was purpose sampling. According to wilcoxon test, probability score was less then 0,05 (p>0,05) which meant there was a significant difference of communicating skills at between student before and after learning to PjBL. According to glass test, effect size score was 0,6 which meant PjBL have largest effect on oral communicating skill. According to glass test, effect size score was 1,1 which meant PjBL have largest effect on oral communicating skill. Based on the calculating of the effect size , the applying of PjBL model was highly effect the student’s communicating skills of VII grade students at SMP Negeri 12 Pontianak.

Keywords: Project Based Learning, Communicating Ability, Separation Methods

PENDAHULUAN

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati bentuk, mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan sesuai yang jelaskan Hosnan (2014). Melalui sains yang merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam akan memberikan sejumlah pengalaman kepada peserta didik untuk mengerti dan membimbing mereka dalam menggunakan pengetahuan sains tersebut (Agustina, 2017).

Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif, keterampilan proses dan pengembangan sikap ilmiah (Anjarsari, 2013).

Komunikasi merupakan salah satu keterampilan proses dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa. Keterampilan dasar tersebut dapat ditumbuhkan, dilatih, bahkan dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Kemampuan berkomunikasi juga merupakan suatu komponen penting dalam soft skills, yaitu kemampuan intrapersonal yang melengkapi kecakapan akademik yang akan menentukan kesuksesan hidup seseorang (Sumaryanta, 2008).

Kemampuan berkomunikasi sains dianggap penting karena dapat melatih

(4)

2 kemampuan berkomunikasi sains peserta didik. Kemampuan komunikasi dapat membantu peserta didik untuk mengungkapkan ide-ide sains yang mereka miliki. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2013) diketahui bahwa terdapat peningkatan rata-rata penguasaan konsep IPA peserta didik akibat dari pengaruh kemampuan berkomunikasi sains secara lisan dan tulisan. Hal tersebut memungkinkan peserta didik memperoleh informasi sebanyak- banyaknya dari hasil pengamatan. Namun faktanya, pendidikan yang ada di Indonesia saat ini belum mampu menciptakan pribadi- pribadi yang cakap dalam berkomunikasi dan kreatif. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015, Negara Indonesia menduduki posisi 10 besar terbawah dari 70 negara dengan skor 403 dalam kinerja sains. Rendahnya hasil PISA tersebut, terkait kinerja sains peserta didik di Indonesia disebabkan karena kurang optimalnya pendidik untuk menumbuh kembangkan kemampuan proses sains dalam pembelajaran, termasuk kemampuan komunikasi sains (OECD, 2016).

Hasil observasi awal yang telah dilakukan pada pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak pada tanggal 25 Juli 2019 dapat dilihat bahwa keterampilan komunikasi yang dimiliki siswa masih kurang.

Siswa jarang dilibatkan dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menerima langsung materi yang disampaikan oleh guru.

Siswa diberikan kesempatan bertanya saat diakhir pembelajaran saja. Selama pembelajaran siswa hanya diam mendengarkan guru tanpa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Sehingga saat diberikan kesempatan bertanya siswa tidak memberikan ataupun menjawab pertanyaan dari guru.

Siswa mengatakan bahwa masih kurang percaya diri dan malu untuk berbicara atau menyampaikan gagasannya. Siswa merasa khawatir argumentasinya keliru dan bersikap masa bodoh ketika sudah ada temannya yang menjawab pertanyaan. Hal tersebut menyebabkan keterampilan komunikasi siswa

sulit untuk berkembang yang kemudian berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Oleh sebab itu, diperlukan suatu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Djamarah (2010) mengemukakan bahwa penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat meningkatkan gairah belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi sains peserta didik adalah model Project Based Learning (PjBL).

Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa mengembangkan kemampuan dunia nyata untuk berkolaborasi, membuat keputusan dan mengambil inisiatif, mengatasi masalah kompleks, komunikasi dan pengaturan diri serta dapat meningkatkan daya ingat (Yalcin et al.,2009). Pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan merepresentasikan karakteristik dan kebutuhan siswa, yaitu pembelajaran yang dapat membuat pengetahuan kimia yang semula abstrak menjadi lebih mudah dicerna.

Pada setiap tahapan pembelajarannya menekankan pada kegiatan berbasis proyek yang dirancang dengan memperhatikan unsur sains dan keterampilan berkomunikasi (Wirawan dkk., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran berbasis proyek siswa akan dilatih kemampuannya dalam berkomunikasi, mulai dari berkomunikasi

dalam kelompoknya hingga

mengkomunikasikan hasil proyek mereka kepada siswa lainnya di depan kelas.

Model PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013 yaitu bertujuan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individu maupun kelompok (Kemdikbud, 2013).

Pembelajaran PjBL merupakan tugas-tugas komplek yang didasarkan pada pertanyaan- pertanyaan atau permasalahan yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan atau menginvestigasi dalam waktu cukup lama dan akhirnya menghasilkan suatu karya (Thomas, 2000). Hal tersebut sesuai dengan Kompetensi Dasar yang terdapat pada materi pemisahan campuran dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP yaitu siswa dapat menyajikan hasil

(5)

3 penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran. Materi pemisahan campuran dapat digunakan untuk membantu siswa dalam menjawab permasalahan pencemaran lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan masalah yang terletak di sekitar siswa yang tinggal di dekat sungai, dimana sungai yang dijadikan sebagai sumber air dalam kehidupan sehari-hari belum masuk dalam kategori layak digunakan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa model pembelajaran project based learning berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. yaitu hasil penelitian Era Ariyani (2018) menunjukkan model Project Based Learning (PjBL) berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi sains peserta didik dan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hasil penelitian Maya Dwika Putri (2015) menunjukkan penerapan model Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara lisan

dikategorikan Tinggi dan kemampuan berkomunikasi tertulis siswa juga dikategorikan Tinggi. Selanjutnya didukung oleh penelitian Suri Nurfitriani (2016) yang menunjukkan penerapan model Project Based Learning (PjBL) memberikan pengaruh tinggi terhadap hasil belajar siswa sebesar 39,80 %.

Berdasarkan fakta yang ada di lapangan dan teori yang mendukung maka judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerapan model Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak pada materi pemisahan campuran.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan pre-eksperimental design (Sugiono, 2014).

Bentuk rancangan Pre-Eksperimental Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pre-test-post-test design. Design dengan pola sebagai berikut:

Tabel 1. Pola desain one-group pre-test-post-test design.

O1 X O2

Pre-Test Treatment Post-Test

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purpose sampling. Pertimbangan dalam pengambilan sampel diperoleh dari konsultasi antara peneliti dan guru IPA bahwa kelas penelitian yang dipilih adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Pontianak. Dipilihnya sampel tersebut karena rekomendasi guru mata pelajaran IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Pontianak tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 29 orang dan belum diajarkan materi pemisahan campuran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Teknik validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi Gregory. Validitas tes dilakukan oleh validator yang terdiri dari dua orang yaitu satu

dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura dan satu guru IPA SMP Negeri 12 Pontianak.

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Adapun rumusan penilaian kemampuan berkomunikasi adalah sebagai berikut :

Skor = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100%

Dengan kriteria :

80 % < x = Sangat Tinggi 60% < x ≤ 80% = Tinggi 40% < x ≤ 60% = Sedang 20% < x ≤ 40% = Rendah x ≤ 20% = Sangat Rendah

(6)

4 Pemberian skor pada lembar observasi pretes dan postes sesuai dengan pedoman penskoran, melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji hipotesis dengan uji Wilcoxon. Mengetahui pengaruh model pembelajaran PjBL terhadap keterampilan komunikasi siswa menggunakan rumus Effect Size. Effect Size yang digunakan merupakan rumus dari Glass (dalam Santoso, 2010) sebagai berikut:

𝛿 = Y̅ − Yc ̅e 𝑆𝑐

Keterangan:

𝛿 = Effect size

𝑌̅ = nilai rata-rata pretest 𝑒

𝑌̅ = nilai rata-rata posttest 𝑐 𝑆𝑐 = standar deviasi Dengan nilai interpretasi : 0-0,20 = Efek Lemah 0,21-0,50 = Efek Sederhana 0,51-1,00 = Efek Sedang 1,00 > = Efek Tinggi Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah: (1) Melakukan Prariset dilakukan di SMP Negeri 12 Pontianak tanggal 25 Juli 2019 dengan mewawancarai guru mata pelajaran IPA kelas VII A SMP Negeri 12 Pontianak. (2) Perumusan masalah penelitian dan penyusunan proposal. (3) Menyiapkan instrumen penelitian berupa penilaian keterampilan komunikasi siswa. (4) Melakukan validasi terhadap instrumen penelitian yang dilakukan oleh para ahli. (5) Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan pertimbangan para ahli.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan antara lain: (1) Memberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran project based learning. (2) Melakukan penilaian keterampilan komunikasi siswa.

Tahap Akhir

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap akhir antara lain: (1) Melakukan analisis dan pengelolaan data hasil penelitian. (2) Menarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. (3) Menyusun laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dilakukan di kelas VII A SMP Negeri 12 Pontianak sebagai kelas eskperimen. Pada kelas ini diajarkan materi pemisahan campuran menggunakan model pembelajaran project based learning. Pada penelitian ini siswa diminta untuk mengerjakan proyek membuat poster metode pemisahan campuran. Tugas tersebut dikerjakan selama satu minggu dimulai dari tanggal 5 November 2019. Setelah satu minggu dan poster telah siap, pada tanggal 12 November 2019 dilakukan presentasi oleh siswa secara berkelompok. Jumlah pertemuan yang dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan.

Data untuk keterampilan komunikasi lisan diperoleh peneliti dengan pengamatan langsung pada saat siswa mepresentasikan poster kelompoknya. Sedangkan data untuk keterampilan komunikasi tertulis didapatkan dengan menilai hasil proyek berupa poster.

Hasil penilaian keterampilan komunikasi siswa setelah diajarkan pembelajaran PjBL dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 : Hasil Observasi Keterampilan Komunikasi

INDIKATOR PERSENTASE % KATEGORI

Lisan 75,9 Tinggi

Tulisan 79,3 Tinggi

(7)

5 Perbedaan keterampilan komunikasi siswa sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran project based learning pada materi pemisahan campuran ditentukan melalui uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 21. Berdasarkan pengolahan data didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan keterampilan komunikasi siswa sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran PjBL pada siswa kelas VII SMP Negeri 12. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perbedaan rata- rata nilai keterampilan komunikasi siswa sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran PjBL. Sebelum diterapkan pembelajaran PjBL keterampilan komunikasi lisan siswa sebesar 61,2% dengan kategori sedang. Setelah diterapkan pembelajaran PjBL keterampilan komunikasi lisan siswa meningkat yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata persentase keterampilan komunikasi lisan siswa sebesar 14,7% menjadi 75,9% dengan kategori tinggi. Pada keterampilan komunikasi tulisan, rata-rata persentase yang diperoleh siswa sebelum diterapkan pembelajaran PjBL sebesar 55% dengan kategori sedang. Setelah

diterapkan pembelajaran PjBL keterampilan komunikasi tulisan. siswa meningkat yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata persentase keterampilan komunikasi siswa sebesar 28% menjadi 83% dengan kategori tinggi. Pembelajaran PjBL memberikan pengaruh terhadap keterampilan komunikasi siswa. Berdasarkan perhitungan Effect Size, pembelajaran PjBL memeberikan efek yang tinggi terhadap keterampilan komunikasi lisan dan tulisan siswa kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai ES sebesar 0,6 dengan interpretasi efek sedang pada keterampilan komunikasi lisan dan 1,1 dengan interpretasi efek tinggi pada keterampilan komunikasi tulisan.

Pembelajaran PjBL memberikan pengaruh terhadap keterampilan komunikasi siswa, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2019) bahwa penerapan pembelajaran PjBL memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan komunikasi siswa. Kenaikan keterampilan komunikasi siswa dapat dilihat dari gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata Nilai Pretest-Postest Pembahasan

Pada aspek keterampilan komunikasi lisan siswa, terdapat empat indikator keterampilan komunikasi di dalamnya. Empat indikator tersebut yaitu: mengemukakan informasi dan gagasan, bertanya atau menanggapi pertanyaan, menguasai materi presentasi, dan bahasa. keterampilan siswa dalam mengemukakan informasi atau gagasan setelah diterapkan pembelajaran PjBL

meningkat sebesar 20,7% dan masuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 62,1%. Hal tersebut karena siswa telah diberitahukan sebelumnya bahwa setiap anggota kelompok harus mendapatkan kesempatan menyampaikan dan menjelaskan hasil proyek kelompoknya. Peneliti juga menyampaikan bahwa partisipasi setiap individu akan dinilai dalam presentasi. Ini menjadikan setiap

61,2 53,1

75,9 79,3

0 20 40 60 80 100

Lisan Tulisan

Rata-rata Nilai

Perlakuan

Pretest Postest

(8)

6 individu termotivasi dan aktif dalam mengemukakan pendapatnya. Selain motivasi dari peneliti, pembelajaran PjBL juga memberikan pengaruh pada keterampilan menyampaikan informasi dan gagasan pada siswa. Pada sintak menyusun perencanaan proyek peserta didik mulai dilatih untuk menyampaikan gagasan kepada guru ataupun teman kelompoknya. Peserta didik dilatih dengan mendiskusikan proyek yang akan dikerjakan. Diskusi dilakukan untuk menentukan desain poster, literatur yang akan digunakan, pembagian tugas setiap siswa dalam kelompok dan lain-lain. Dengan adanya diskusi pada tahap perencanaan proyek siswa akan menjadi terbiasa dalam menyampaikan gagasan atau informasi yang diketahuinya kepada orang lain.

Sangat tingginya keterampilan komunikasi lisan siswa dalam menyampaikan gagasan atau informasi juga terlihat saat siswa mepresentasikan hasil proyek kelompoknya.

Hal ini ditunjukkan dengan siswa dapat menyampaikan materi yang dipelajari dan menyampaikan tujuan dari proyek yang dikerjakan yaitu mencari solusi dari masalah pencemaran lingkungan yang ada disekitar siswa dengan baik. Penulis beranggapan bahwa kemampuan mengemukakan informasi dan gagasan patut dimiliki oleh setiap siswa.

Hal ini bersesuaian dengan pernyataan Budiati (2013) yang mengatakan bahwa keterampilan komunikasi sangat penting dalam belajar sains karena setiap hasil dari metode ilmiah harus dikomunikasikan kepada orang lain.

Keterampilan siswa dalam bertanya setelah diterapkan pembelajaran PjBL meningkat sebesar 17,24% dan masuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 74,14%. Hal tersebut dapat dilihat saat siswa melakukan presentasi. Setiap kelompok diberikan tugas untuk mempresentasikan hasil proyeknya masing-masing. Hasil proyek berupa poster yang berisi Informasi disampaikan secara komunikatif sehingga menarik anggota kelompok lain untuk aktif mengajukan pertanyaan. Proses tanya jawab tersebut juga membangun pengetahuan mahasiswa terkait konsep yang dibahas. Pada tahap ini, proses tanya jawab berlangsung antar kelompok. Saat

diberikan kesempatan bertanya setiap kelompok aktif untuk mengajukan pertanyaan.

Dan kelompok yang tampil aktif menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga suasana kelas menjadi aktif.

Hal tersebut terjadi karena terdapat pengaruh pembelajaran PjBL terhadap keterampilan siswa dalam bertanya atau menanggapi pertanyaan. Pada sintak penentuan pertanyaan mendasar siswa diajak untuk menanggapi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Sehingga siswa terlatih untuk belajar menanggapi atau mencari solusi dari sebuah masalah dan menyampaikan solusi tersebut kepada orang lain. Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan untuk menanyakan hal- hal yang berkaitan dengan proyek sebagai proses pengeksplorasian pengetahuan awal peserta didik terhadap materi yang dipelajari.

Pada kegiatan ini, peserta didik secara aktif berkomunikasi dengan cara memberikan jawaban ataupun bertanya. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Ngalimun (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran PjBL dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kolaborasi dalam kerja kelompok dan mempraktikkan kemampuan komunikasi.

Keterampilan siswa dalam menguasai materi setelah diterapkan pembelajaran PjBL meningkat sebesar 19% dan masuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 77,6%. Hal ini ditunjukkan dengan siswa dapat menujawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan siswa lainnya dengan cukup baik. Siswa sudah berani untuk mencoba menjawab pertanyaan namun masih terdapat jawaban yang kurang tepat.

Pembelajaran PjBL melatih siswa untuk menjawab atau mencari solusi dari masalah melalui proyek. Dimana dalam pengerjaan proyek siswa diminta untuk mencari informasi dan literatur guna mencari solusi permasalahan. Dengan mencari literatur atau informasi akan melatih siswa untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Siswa secara aktif

(9)

7 dan mandiri mencari informasi dari berbagai sumber kemudian dituangkan dalam hasil proyek yang dikerjakannya. Hal ini menjadikan guru bukan lagi sumber utama dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dalam NYC Departement of Education (2009) yang mengatakan PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi.

Keterampilan siswa dalam berbahasa secara lisan setelah diterapkan pembelajaran PjBL meningkat sebesar 1,8% dan masuk dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 89,7,6%. Hal tersebut karena keterampilan berbahasa siswa saat sebelum diterapkan pembelajaran PjBL sudah baik. Siswa sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saat pembelajaran. Misalnya saat berbicara dengan guru, siswa akan menggunakan bahasa Indonesia yang benar sehingga melatih kemampuan siswa dalam berbahasa.

Pada saat pembelajaran PjBL diterapkan siswa telah mampu menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan bahasa nasional yang semestinya digunakan. Siswa tidak lagi menggunakan bahasa daerah ketika melaksanakan diskusi ataupun ketika mempresentasikan hasil pengerjaan proyek.

Bahasa sangat penting dalam ilmu pengetahuan sesuai dengan yang disampaikan Hafied Cangara (2011) yang mengatakan bahasa merupakan seperangkat kata yang telah disusun secara terstruktur dan mempunyai fungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menyusun sebuah ide yang sistematis.

Pada aspek keterampilan komunikasi tulisan, keterampilan siswa dinilai dari hasil proyek yang telah dikerjakan oleh siswa.

Keterampilan komunikasi tulisan siswa dinilai dari tulisan siswa di dalam hasil proyek yang dikerjakannya. Dalam poster tersebut terdapat lima indikator antara lain menuliskan judul yang sesuai dengan masalah, isi atau teks, gambar, ketersampaian pesan, dan estetika.

Pada indikator membuat judul terlihat bahwa siswa sudah dapat membuat judul

berdasarkan masalah yang diberikan dengan baik. Kemampuan siswa menuliskan judul berdasarkan masalah sudah tinggi sebelum diterapkan pembelajaran PjBL yang dilihat pada hasil pekerjaan siswa pada lembar kerja yang diberikan. Sehingga pada saat siswa diberikan proyek pada pembelajaran PjBL, siswa sudah dapat menuliskan judul yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan.

Walaupun tidak terdapat peningkatan tetapi keterampilan komunikasi tulisan sudah dalam kategori sangat tinggi. Pada indikator isi atau teks terdapat peningkatan setelah diterapkan pembelajaran PjBL sebesar 34,48% menjadi 82,76% dalam kategori sangat tinggi. Hal tersebut tersebut ditunjukkan dengan poster yang telah berisikan teks yang memberikan informasi yang sesuai masalah. Siswa juga telah dapat menuliskan informasi tersebut dalam bahasa yang singkat, padat dan jelas.

Pada indikator gambar terdapat peningkatan setelah di terapkan pembelajaran PjBL sebesar 34,5% menjadi 82,8% dalam kategori sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan gambar poster yang dibuat siswa telah sesuai dengan masalah yang diberikan. Siswa memberikan gambar pengolahan air sebagai solusi dari permasalahan yang diberikan pada pembelajaran PjBL.

Pada indikator ketersampaian pesan terdapat peningkatan setelah di terapkan pembelajaran PjBL sebesar 34,5% menjadi 82,8% dalam kategori sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukan dengan poster yang diberikan slogan yang mudah dipahami pembaca. Dan indikator yang terakhir adalah estetika dimana terdapat peningkatan setelah diterapkan pembelajaran PjBL sebesar 31,07% menjadi 65,52% dengan kategori tinggi. Hal tersebut ditunjukan dengan poster yang telah dibuat siswa memiliki nilai keindahan. Siswa sudah dapat membuat suatu karya yang indah untuk dilihat dan juga sangat informatif.

Komunikasi sangat penting dalam sebuah pembelajaran karena dapat mengembangkan banyak kemampuan psikomotorik pada siswa. Seperti yang disampaikan oleh Djamarah,dkk. (2010) yang

(10)

8 mengatakan mengkomunikasikan merupakan aktivitas yang dapat mengembangkan

kemampuan siswa dalam

berdiskusi,medeklamasikan,mendramatisasika n, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan gambar, dan penampilan.

Hasil proyek berupa poster yang telah dibuat oleh siswa dalam pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Poster SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran project based learning pada materi pemisahan campuran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan keterampilan komunikasi siswa kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak setelah diajar menggunakan model pembelajaran project based learning pada materi pemisahan campuran. (2) Model pembelajaran project based learning memberikan pengaruh dengan efek sedang pada keterampilan komunikasi lisan siswa dan efek tinggi terhadap keterampilan komunikasi tulisan siswa kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa temuan yang dapat dijadikan sebagai saran dalam rangka pengembangan pembelajaran IPA di sekolah menengah. Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran model pembelajaran PjBL

meningkatkan keterampilan komunikasi siswa, maka diharapkan guru dapat menggunakannya sebagai alternatif model pembelajaran di sekolah. (2) Model pembelajaran PjBL diharapkan dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain sebagai alternatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agustina, P. (2017) “Persepsi Guru Biologi SMA tentang Media Pembelajaran Materi Kingdom Animalia” Proceding Biology Education Conference. Vol 14.

No 1. Hal 318-321.

Anjarsari, P. (2013) Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu (Implementasi Kurikulum 2013). UNY.

Yogyakarta.

Ariyani, E. (2019) Pengaruh Model PjBL Terhadap Kemampuan Komunikasi Sains dan Berpikir Kreatif Peserta Didik.

Jurnal: Bioterdidik, Vol. 7 No 3, Mei 2019. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Budiati, H. (2013) Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Secara Terpadu Dengan Permainan Kartu Link And Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Pada Pembelajaran Biologi Siswa. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Volume 10 Nomor 2. Hal. 135-141.

Cangara, H. (2011) Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Persada.

Djamarah, S. B dan Zain, A. (2010) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kemendikbud. (2013) Permendikbud No.81A tentang Implementasi Kurikulum.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Ngalimun. (2012) Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo, Banjarmasin. 210hlm.

Nurfitriani, S. (2016) Pengaruh Model Project-Based Learning Terhadap Hasil

(11)

9 Belajar Pada Materi Koloid di SMK PGRI Pontianak. Skripsi. Pontianak : Universitas Tanjungpura.

NYC Departement of Education (2009).

Project Based Learning: Inspiring Middle School Student to Engage in Deep and Active Learning. New York : Division of Teaching and Learning Office

OECD. (2016) The Programme for International Student Assessment (PISA) Results From PISA 2015. (Online), (www.oecd.org.edu/pisa/, diakses pada Juni 2019).

Pujiati. (2013) Pengaruh Keterampilan Berkomunikasi Sains Terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa. Jurnal Pembelajaran Biologi. No 01 Vol 04.

Hal 1-11.

Putri, M. D. (2015) Kemampuan Berkomunikasi Siswa Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Di Kelas XI SMA Babussalam Pekanbaru. Jurnal. Universitas Riau:

Pekanbaru.

Santoso, A. (2010) Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Jurnal Penelitian,14(1):1-17.

Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumaryanta. (2008) Pengembangan Soft Skills dalam Pembelajaran Matematika.

(online). http://www.p4tkmatematika.

org (diakses pada 3 April 2019).

Thomas, J. W. (2000).A review of research on project-based learning. San Rafael, CA:

Autodesk Foundation.

Wirawan, F. dan F.A. Mubarak. (2014) Kajian Teoritis Model Productive: Suatu Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek yang Dikembangkan melalui Kegiatan Komunikatif. Jurnal Prosiding Pendidikan Sains (2014) Vol 1, No 1.

FKIP Universitas Sebelas Maret.

Surakarta

Yalcin A, U. Turgut & E. Buyukkasap (2009) The Effect Of Project Based Learning On Science Undergraduate’s Learning Of Electricity, Attitude Toward Physics And Scientific Process Skills. International Online Journal of Educational Science,

2009, 1(1). p. 81-105.

Referensi

Dokumen terkait

kelompok hampir seluruh responden memiliki sikap positif sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh aplikasi pendekatan kelompok terhadap sikap remaja perokok di

Jumlah maksimal peserta untuk setiap workshop adalah 30 orang yang terdiri dari ketua jurusan/bagian, ketua program studi dan atau Tim Pengembangan Kurikulum PS, dimana

gererator terjadi perpindahan kalor dari exhaust yang terdapat pada sisi tube kepada refrigerant (ammonia- water) di dalam shell , dengan data temperatur yang

Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan adalah rancangan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yang merupakan penelitian

Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis triangulasi data yang disebut juga dengan triangulasi sumber, yaitu menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses

Pada kelompok yang kepemimpinannya tergolong baik atau sangat tinggi, keberhasilan kelompok di dalam mencapai tujuannya, keadaan moral anggota kelompok dan tingkat