• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOLANG DAN PENYAKIT KARANGEN SKRIPSI. Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BOLANG DAN PENYAKIT KARANGEN SKRIPSI. Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi OLEH:"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

i BOLANG DAN PENYAKIT KARANGEN

(Studi Etnografi di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat) SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

OLEH:

DEDE YOSIA SEMBIRING 150905056

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Dede Yosia Sembiring NIM : 150905056

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Bolang dan Penyakit Karangen (Studi Etnografi di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat)

Pembimbing Skripsi

Dr. Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc.Sc.

NIP. 196711181885121002

(3)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan oleh:

Nama : Dede Yosia Sembiring NIM : 150905056

Program Studi : Antropologi Sosial

Judul Skripsi : BOLANG DAN PENYAKIT KARANGEN(Studi Etnografi di Desa Kutagajah,Kecamatan Kutambaru,Kabupaten Langkat)

Pada Ujian Komprehensif yang dilaksanakan pada:

Hari : Kamis Tanggal : 4 Maret 2021 Pukul : 14.00 WIB

Dengan Penyempurnaan/Perbaikan yang telah disetujui oleh:

Tim Penguji :

1. Ketua Penguji : Dr.Fikarwin Zuska,M.Ant ( ) NIP.196212201989031005

2. Penguji I : Dra.Sabariah Bangun,M.Soc,Sc ( ) NIP.195701051987032001

3. Penguji II : Dr.Nurman Achmad S.Sos.,M.Soc.Sc. ( ) NIP.196711181995121002

(4)
(5)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PERNYATAAN ORIGINALITAS

Bolang dan Penyakit Karangen

(Studi Etnografi Di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, September 2021 Penulis

Dede Yosia Sembiring

(6)

ii ABSTRAK

Dede Yosia Sembiring 2020, judul skripsi Bolang Dan Penyakit Karangen (Studi Etnografi di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat). Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 120 halaman, 1 daftar tabel, 35 daftar gambar.

Tulisan ini mengkaji tentang metode pengobatan tradisional suku Karo yaitu pengobatan tradisional Karangen yang dalam prakteknya dilakukan oleh seorang tabib (Bolang) di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengobatan tradisional Karangen yang dilakukan Bolang, mulai dari bagaimana Bolang mendapatkan pengetahuannya, metode pengobatannya, bagaimana Bolang mendapatkan bahan ramuan sampai bagaimana faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih dan percaya kepada pengobatan tradisional tersebut.

Penelitian etnografi ini menggunakan teknik observasi serta wawancara.Observasi partisipasi dilakukan dengan tinggal dan menetap bersama objek yang diteliti dalam hal ini penulis tinggal di rumah Bolang agar dapat melakukan observasi partisipasi secara maksimal dengan ikut terlibat secara langsung dengan keseharian Bolang(seperti menerima pasien dan mencari bahan obat ke hutan) dan semua yang terlibat dengan kajian penelitian.Kemudian juga dilakukan wawancara mendalam terhadap Bolang dan keluarga bolang serta beberapa pasien yang sedang berobat pada saat penelitian berlangsung.Wawancara juga dilakukan kepada beberapa pasien yang pernah berobat ke Bolang, perangkat desa, tetangga Bolang, dan semua yang terlibat atau berhubungan dengan kajian penelitian.Jumlah informan yang diwawancarai berkisar 20 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pengobatan tradisional Karangen ini diwariskan secara turun temurun. Proses pengobatannya menggunakan bahan-bahan ramuan yang berasal dari tumbuhan dan kulit hewan yang diolah menjadi ramuan yang diminum dan disembur ke perut atau pinggang penderita Karangen. Proses penyembuhannya kurang lebih 4-5 bulan. Masyarakat memilih pengobatan tradisional Karangen oleh Bolang karena memang terjamin kesembuhannya disamping juga dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan faktor ekonomi.

Kata-Kata Kunci: Pengobatan Tradisional Karangen, Bolang Kutagajah

(7)

iii UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis hadiahkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: dengan baik. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penghargaan terbesar penulis persembahkan kepada keluarga besar penulis terutama orangtua penulis tercinta Bapak Jaya Sembiring dan Ibu Rohani br Surbakti yang memenuhi kebutuhan penulis sehingga penulis dapat menikmati fasilitas dalam dunia pendidikan hingga saat ini. Semoga ayah dan ibu diberikan umur yang panjang, sehat selalu dan dilancarkan rezekinya. Tanpa adanya bimbingan dan do’a kalian penulis tidak akan mampu untuk mengerjakan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pada adik penulis Roy Majuna Sembiring dan Ribka Febrina br Sembiring. terimakasih telah memberikan semangat dan do’a untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besanya untuk guru-guru penulis mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, tanpa jasa kalian yang telah membuat penulis dapat membaca, menulis, berhitung, menggambar, serta ilmu lainnya yang sangat berguna dan penuh kesabaran telah mendidik penulis, tanpa kalian penulis tidak akan pernah bisa menuliskan skripsi ini.

(8)

iv Penulis juga mengucapkan terimakasih Bapak Dr. Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc.Sc. sebagai dosen pembimbing yang sudah banyak membantu penulis. Lalu meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis mulai dari pengajuan proposal sampai skripsi. Bapak telah banyak memberikan ilmu, semangat dan masukan-masukan yang berharga, serta dengan sangat sabar dalam membimbing.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof.Hamdani Harahap sebagai dosen pembimbing akademik, dan juga kepada pengajar Departemen Antropologi dan seluruh dosen Antropologi, yang juga memberi dukungan baik kritik maupun saran, serta telah mendidik dan membekali ilmu pengetahuan.

Kepada kak Nurhayati dan Kak Sri sebagai staf Departemen Antropologi FISIP USU, penulis mengucapkan terimakasih banyak telah bersedia membantu kelancaran semua berkas yang diperlukan mulai dari selama kuliah hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada para informan penulis dan yang lain yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi untuk mendapatkan data dari skripsi ini, tanpa kalian penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini, biarlah kiranya Tuhan yang membalas segala kebaikan kalian.

Terimakasih buat teman-teman yang senantiasa telah banyak membimbing penulis serta memberi dorongan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

Dan tak lupa buat pada teman penulis Kevin J Tambunan, Jordan Hutabarat, Figo, Roy Silitonga ,Rinal Zahrial Nasution, Govinda purba, Mia Audina br Kaban, Roby Jhonnatan Surbakti, Sandy Surbakti,Steven Pinem,Faidal, Bang Riki, Kak Hema ,

(9)

v br Sinaga, br Karo,br Ginting , yang tidak bisa menemani penulis sampai wisuda apalah daya jika kita tak bisa bersama. Serta yang lain yang selalu mengingatkan dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini serta seluruh kerabat Antropologi 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas semua kenangannya dalam pertemanan di masa kuliah serta diskusi-diskusi dan motivasi positif, sukses buat kita semua teman- teman.

Medan, November2020 Penulis

Dede Yosia Sembiring

(10)

vi RIWAYAT HIDUP

Dede Yosia Sembiring, lahir di Securai, P.Brandan Tanggal14 April 1996, Beragama Kristen Protestan, anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Jaya Sembiring dan Rohani br Surbakti.

Riwayat pendidikan formal sebagai berikut: SDN050759 (2002-2008), SMPN 2 Babalan (2008-2011), dan SMAS DHARMA PATRA Sei Lepan (2011-2014), serta melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan lulus di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sumatera Utara pada Tahun 2015 melalui jalur SBMPTN USU.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi sebagai berikut:

1. Mengikuti OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) sebagai AnggotaSaat di SMASDharma Patra Sei Lepan(2012-2013).

2. Peserta inisiasi dalam kegiatan penyambutan Mahasiswa baruDepartemen Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2015.

3. Melakukan penelitian lapangan dalam matakuliah MPA I dan diikuti seluruh mahasiswa yang mengikuti matakuliah ini ke Samosir tanggal 4 Mei 2016.

(11)

vii 4. Melakukan penelitian lapangan dalam matakuliah MPA II dan diikuti seluruh mahasiswa yang mengikuti matakuliah ini ke Kuil Shri Balaji Venkatesshwara Medan pada tanggal 19-20 Oktober2017.

5. Mengikuti Training of Fasilitator angkatan ke VIII oleh Dpartemen Antropologi Sosial, FISIP USU yang dilaksanakan di HotelGrand Central Medan tanggal 21 Mei 2017.

6. Mengikuti PKL di Kecamatan Tanjung beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

(12)

viii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan segala hal yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

“Pengobatan Tradisional Penyakit Karangen (Studi Etnografi di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat)”yang berisi kajian etnografi yang didasarkan pada wawancara mendalam yang dilakukan penulis di lapangan selama penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat dimana diketahui bahwa ada pengobatan tradisional penyakit Karangen oleh tabib (Bolang) yang merupakan satu-satunya di desa tersebut yang memiliki pengetahuan untuk mengobati penyakit Karangen.

Dalam penulisan skripsi ini dilakukan pembahasan secara holistik mengenai pengobatan tradisional Karangen yang dilakukan oleh tabib (Bolang), peneliti disini mengolaborasi beberapa data lapangan yang peneliti peroleh dari Bolang sebagai pengobat tradisional, dan juga pasien-pasien yang pernah menjalani pengobatan Karangen kepada Bolang. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab VI. Adapun penguraian yang dilakukanoleh penulis pada skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN, penulis menjelaskan latar belakang mengapa penulis tertarik melakukan penelitian ini, juga ada tinjauan pustaka yang terdapat di dalamnya teori-teori untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Ada 4

(13)

ix perumusan masalah yang menjadi pokok pertanyaan dalam penelitian, juga dalam bab ini berisi tujuan dan manfaat penelitian serta menjelaskan metode penelitian yang peneliti gunakan selama penelitian untuk menyelesaikan sekripsi ini.

BAB II GAMBARAN UMUM, penulis menjelaskan dimana lokasi yang diteliti.

Selain lokasi, peneliti juga menjelaskan keadaan lokasi penelitian, termasuk kondisi demografi serta sosial masyarakat serta pengetahuan masyarakat tentang pengobatan tradisional secara umum yang kemudian akan berhubungan dengan hasil yang ada di BAB III.

BAB III PENGOBATAN TRADISIONAL MASYARAKAT DESA KUTAGAJAH, penulis menjelaskan metode pengobatan tradisional pada masyarakat Desa Kutagajah serta pemanfatan pengetahuan mereka terhadap metode pengobatan tradisional tersebut.

BAB IV LATARBELAKANG ORANG BEROBAT KE BOLANG, penulismenjelaskan bagaimana proses pengobatan tradisional Karangen di Desa Kutagajah menurut pengetahuan tabib (Bolang) mulai dari bagaimana Bolang memperoleh pengetahuan pengobatan Karangen, kemudian bagaimana Bolang mengumpulkan bahan-bahan untuk ramuan sampai kepada metode atau cara Bolang melakukan pengobatan Karangen untuk menyembuhkan pasien. juga ada beberapa seperti pancuran, sungai kecil yang berasal dari mata air.

BAB V PROSES PENGOBATAN KARANGEN OLEH BOLANG, disini penulis menjelaskan apa saja bahan-bahan yang digunakan Bolang dalam

(14)

x pengobatan Karangen dan apa peranan Bolang terhadap bahan tumbuhan obat yang digunakannya sebagai bahan untuk ramuan pengobatan tradisional Karangen.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN, setelah melakukan penelitian dan penulis menjabarkannya dalam laporan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan yang akan dituangkan di bab VI ini

Skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan selanjutnya serta sebagai bahan pembelajaran untuk tulisan-tulisan berikutnya dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum secara luas.

Medan, Setember 2021 Penulis

Dede Yosia Sembiring

(15)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 11

1.3. Rumusan Masalah ... 24

1.4. Tujuan Penelitian ... 24

1.5. Manfaat Penelitian ... 25

1.6. Metode Penelitian ... 25

1.6.1. Observasi Partisipasi ... 27

1.6.2. Wawancara ... 28

1.6.3. Lokasi Penelitian ... 29

1.7. Pengalaman Penelitian...31

BAB II GAMBARAN UMUM ... 33

2.1. Gambaran Umum Desa Kutagajah... 33

2.1.1. Letak Geografis Desa Kutagajah ... 33

2.1.2. Kondisi Demografi Penduduk ... 34

2.2. Sarana dan Prasarana Desa Kutagajah ... 36

2.3. Sejarah Singkat Karo di Langkat ... 37

2.4. Sejarah Singkat Desa Kutagajah ... 41

2.5. Adat dan Budaya Karo di Desa Kutagajah ... 43

2.6. Sekilas Tentang Pengobatan Tradisional Karo ... 45

2.6.1. Keberadaan Guru Dalam Masyarakat Karo ... 45

2.6.2. Keberadaan Tabib (Bolang) Di Desa Kutagajah ... 48

(16)

xii BAB III PENGOBATAN TRADISIONAL MASYARAKAT DESA

KUTAGAJAH ... 52

3.1. Konsep Sehat dan Sakit Masyarakat Desa Kutagajah... 52

3.2.Metode Pengobatan Tradisional Masyarakat Desa Kutagajah... 59

3.3.Pemanfaatan Pengetahuan Metode Pengobatan Desa Kutagajah ... 62

BAB IV LATARBELAKANG ORANG BEROBAT KE BOLANG ... 71

4.1. Kepercayaan dan Pengetahuan Calon Pasien Terhadap Bolang ... 71

4.2. Pengetahuan Bolang Terhadap Pengobatan Tradisional Karangen... ... 75

BAB V PROSES PENGOBATAN KARANGEN OLEH BOLANG ... 77

5.1 Metode Pengobatan Tradisional Karangen Oleh Tabib (Bolang) ... 77

5.2. Cara Bolang Mendapatkan Bahan-Bahan ... 86

5.2.1. Tumbuhan Obat, Kulit Kerang Bulu, dan Kulit Siput Air Sebagai Bahan Pengobatan Tradisional Karangen ... 89

5.3. Bahan-Bahan Yang Dipergunakan Bolang ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 117

6.1. Kesimpulan……….. 117

6.2. Saran……… 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(17)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persentase Penduduk Tidak Berobat Jalan Menurut Alasan Utama Tidak Berobat Jalan Kab. Langkat……… ... 36

(18)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kantor Desa Kutagajah ... 33

Gambar 2.Foto Wawancara dengan Salah Satu Perangkat Desa Kutagajah 34 Gambar 3.Rumah Bolang Nangani Sembiring Gurky ... 72

Gambar 4.Foto Bolang Nangani Sembiring Gurky... 73

Gambar 5.Foto Bapak Agus ... 85

Gambar 6.Foto Bapak T. Kaban ... 85

Gambar 7.Akar sirih ... 90

Gambar 8.Daun nipah ... 91

Gambar 9.Pandan duri ... 93

Gambar 10.Sendep-sendep ... 94

Gambar 11.Pulo mento... 94

Gambar 12.Buah pala ... 95

Gambar 13.Kemenyan putih ... 96

Gambar 14.Kulit kerang bulu ... 97

Gambar 15.Kulit siput air ... 97

Gambar 16.Pace kecil... 98

Gambar 17.Pentil jeruk purut ... 99

Gambar 18.Jahe kecil ... 99

Gambar 19.Merica hitam ... 100

Gambar 20.Bawang putih... 101

Gambar 21. Ramuan Campuran / Penurungi ... 102

Gambar 22.Ketumbar ... 103

Gambar 23.Jintan kecil... 104

Gambar 24.Jera bunga lawang ... 105

Gambar 25.Kencur ... 106

(19)

xv

Gambar 26.Kuning gajah ... 106

Gambar 27.Rimpang temu kunci ... 107

Gambar 28.Kunyit hitam ... 108

Gambar 29.Jintan hitam ... 109

Gambar 30.Amak-amak ... 110

Gambar 31.Rumput ceni ... 110

Gambar 32.Mela bujang ... 111

Gambar 33. Kebal pusuh ... 112

Gambar 34. Kacibeling ... 113

Gambar 35. Ramuan Sembur………113

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pada dasarnya akan berusaha terhindar dari situasi sakit karena keadaan sakit akan mengakibatkan seseorang mengalami berbagai kendala dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kesehatan juga menjadi kebutuhan bagi setiap individu, baik orang yang sakit maupun yang sehat. Hal ini menjelaskan bahwa kesehatan adalah kebutuhan manusia dari berbagai kalangan baik dilihat dari sisi ekonomi, sosial, geografik, psikologi perkembangan, maupun status kesehatan.

Orang sakit membutuhkan penyembuhan sedangkan orang sehat membutuhkan adanya peningkatan kesehatan atau promotif, pencegahan atau preventif, perbaikan atau rehabilitasi dan pemeliharaan kesehatan atau konservatif (Sudarma, 2008:16).

Berbicara tentang sehat dan sakit maka kita tidak bisa terlepas dari apa yang namanya pengobatan karena pada kenyataannya orang yang sedang sakit akan mencari pengobatan agar bisa sembuh dari penyakit yang sedang dideritanya.

Begitu juga dengan orang yang sehat tentu juga akan mencari cara supaya bisa terhindar dari penyakit dan juga akan terus mencari cara untuk meningkatkan kesehatannya seperti dengan mengkonsumsi obat multivitamin atau dengan jamu- jamuan herbal bagi mereka yang lebih percaya kepada obat-obat tradisional.

Seperti halnya di Indonesia, sebanyak 49,5% atau setengah penduduk Indonesia masih menggunakan pengobatan tradisional berupa jamu-jamuan, 4,5%

(21)

2 diantaranya mengkonsumsi obat tradisional setiap hari dan sisanya mengkonsumsi sekali-sekali. Obat tradisional tersebut dapat berupa racikan sendiri, dari pengobat tradisional maupun buatan industri. Negara Indonesia memiliki kekayaan tersendiri dalam pengobatan tradisional, dari 30.000 spesies tumbuhan yang ada 7000 diantaranya merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat yang tersebar di seluruh daerah. Indonesia juga memiliki sekitar 280.000 orang praktisi pengobatan tradisional pada berbagai daerah1. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya dalam hal pengobatan tradisional. Pengetahuan lokal masyarakat Indonesia tentang pengobatan tradisional tersebar di seluruh penjuru Indonesia dengan metode yang sangat beragam. Kebanyakan pengetahuan tersebut didapat dari warisan yang turun temurun.

Secara umum, sistem medis dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:

sistem medis ilmiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam dunia barat) dan sistem medis tradisional yang hidup aneka warna kebudayaan-kebudayaan manusia (Kalangie, 1976). Pengobatan modern

adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah.Menurut Boedhihartono pengobatan tradisional adalah suau pelayanan jasa yang berkembang dimasyarakat yang dikenal masih dalam taraf “gemeinschafr” dengan pola-pola hubungan antar warga yang didasarkan pada landasar timbal balik (reciprocity) dan interpersonal.

Penyembuhan terhadap suatu panyakit di dalam sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku di dalam masyarakat tersebut atau sesuai

1 Salmen Sembiring, 2015

(22)

3 dengan kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi masalah- masalah di dalam hidup, diantaranya sakit, maka manusia tersebut berusaha untuk mencari obat bagi penyembuh penyakit itu. Seseorang yang sakit beserta keluarganya akan berusaha mencari obat dengan berbagai cara kesembuhan penyakitnya tersebut (Hastuti, 2006:1). Bukan hanya pengalaman, faktor sosial budaya dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan, namun juga organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik modern maupun tradisional, sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku mencari pengobatan (Lumenta, 1989:87-88).

Penyembuhan terhadap suatu penyakit didalam sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku didalam masyarakat sesuai dengan kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi berbagai masalah didalam hidup, diantaranya sakit, manusia berusaha untuk mencari obat untuk kesembuhan penyakitnya itu. Bukan hanya pengalaman, faktor sosial, faktor budaya dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan. Akan tetapi, organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik moderen maupun tradisional, sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku mencari pengobatan (Rahmadewi,2009).

Hal yang tentu lumrah saja jika melihat bagaimana masyarakat bisa bebas memilih pengobatan apa yang akan mereka pilih sebagai proses penyembuhan dari penyakit yang mereka derita. Tentu pilihan tersebut juga berdasarkan pengalaman dan melihat sejauh mana tingkat kesembuhan yang didapat oleh proses pengobatan tersebut. Baik pengobatan tradisional maupun pengobatan modern tentu mempunyai kebaikan masing-masing dan kepercayaan masyarakat terhadap salah

(23)

4 satu dari pengobatan tersebut tentu juga bukan tanpa alasan yang jelas. Pada akhirnya metode pengobatan apapun itu yang mereka pilih tujuannya adalah untuk mencari kesembuhan karena seperti kita ketahui bersama bahwa kesehatan itu adalah sesuatu yan sangat mahal harganya.

Menjadi menarik lagi adalah ketika melihat bahwa pengobatan tradisional sangat dipertimbangkan di berbagai negara di dunia. Leslie dalam (Kasniyah, 2009) menyatakan bahwa sebagian besar bentuk institusi dan pendidikan profesi telah disesuaikan dengan tradisi pengobatan asli, seperti di Cina, India, Jepang Srilangka, dan negara-negara lain Di Vietnam dan India ada dua institusi pendidikan kedokteran, yaitu modern dan tradisional. Dua jurusan yang berbeda itu mempunyai derajat yang sama. Pengobatan seperti di Cina, Ayurveda Hindu, pengobatan Islam Unani Tibbi, dikenal dan didukung oleh pemerintah nasional masing-masing (Foster dan Anderson, 2006:57).Pengobatan Cina secara kuat telah mempengaruhi institusi kesehatan di Korea, Jepang, dan bagian Asia Tenggara.Ayurveda (yang artinya pengetahuan hidup) sasaran pengaruhnya telah ada di Tibet, Birma, dan Asia Tenggara,Leslie dalam (Kasniyah, 2009).

Di samping ramuan obat tradisional, TCM (Traditional Chinese Medicine) di Cina yang menggunakan akupuntur dan pijat untuk mengatur keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh guna membuat kemampuan bertahan diri dan menormalkan kembali unsur-unsur dalam tubuh yang terganggu Shi dalam Kasniyah (2009). Riwayat pemijatan dan tusuk jari dalam pengobatan penyakit penduduk Vietnam telah bertahun-tahun menggunakannya, dan dapat memberikan pengaruh penyembuhan yang menakjubkan dalam gejala-gejala sakit dan penyakit

(24)

5 kronik. Beberapa metode Chrono-Acupuncture yang didasarkan pada teori Chrono- biological dan konsep holistik pengobatan tradisional, dipelajari dan diterapkan dalam aplikasi klinik sebagai sistem pengobatan. Sistem ini didasarkan pada Chrono-Massage and Acupression dengan metode Hiwu Liukhu yang disebut Chrimassi Nguyen dalam Kasniyah(2009). Berdasarkan kutipan-kutipan ini kita dapat mengetahui bahwa pengobatan tradisional pada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting bahkan menjadi pilihan utama di beberapa negara dan bahkan mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Dewasa ini pengobatan dengan cara-cara tradisional semakin populer baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menyadari pentingnya pengobatan tradisional untuk penduduk dunia umumnya. Untuk mengembangkan kenaikan perluasan secara rasional keselamatan penggunaan secara efektif untuk semua penduduk di dunia di waktu kini maupun mendatang.Hal ini menjelaskan bahwa sebenarnya pengobatan tradisional sangat mumpuni dan bisa berada berdampingan dengan pengobatan modern (dalam hal ini metode ilmiah kedokteran) sebagai metode pengobatan yang sering kita sebut alternatif. Ternyata sesuatu yang kita sebut pengobatan alternatif ini di beberapa negara lain sangat diperhatikan dan di era kemajuan teknologi yang sangat pesat ini pengobatan alternatif atau lebih kita kenal pengobatan tradisional yang bedasarkan pengetahuan lokal ini tidak malah terkikis dengan kemajuan ilmu kedokteran bersama

(25)

6 teknologinya tetapi malah sebaliknya kini bisa berada sejajar dengan ilmu medis modern tersebut.

Berbeda dari negara-negara di Asia Tenggara, seperti disebutkan di atas, cara-cara pengobatan tradisional dan cara pengobatan modern dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Di Indonesia, upaya pengobatan tradisional hanya dan masih berperan pada tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat. Pada tingkat pertama fasilitas pelayanan, tingkat rujukan pertama dan rujukan yang lebih tinggi upaya pelayanan kesehatan dilakukan melalui fasilitas pelayanan kesehatan modern (formal), sedangkan pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peran utama (Soesilo, 1996:9). Apa yang diungkapkan oleh Soesilo di atas menunjukkan bahwa memang di Indonesia ini pengobatan tradisional masih belum mendapat dukungan dari pemerintah tetapi walaupun demikian untuk beberapa etnis yang memang sangat kental pengetahuan lokal tentang pengobatan tradisionalnya seperti etnis Karo sudah sejak lama masyarakatnya memang sangat peduli dan percaya terhadap metode pengobatan mereka sendiri. Tentu bukan hanya etnis Karo yang demikian tetapi juga etnis-etnis lainnya yang ada di Indonesia. Aneka ragam budaya di Indonesia ternyata memang sangat kaya akan pengetahuan lokal tentang pengobatan tradisional.

Banyaknya pengetahuan lokal tentang pengobatan tradisional juga bisa kita lihat dari banyaknya penelitian tentang metode pengobatan yang berdasakan pengetahuan lokal di Indonesia ini. Di Sumatera Utara sendri penelitian mengenai pengobatan tradisional telah dilakukan oleh Syahruddin Lubis pada tahun 1995

(26)

7 yang menunjukkan bahwa terdapat banyak pengetahuan mengenai pengobatan tradisional di Sumatera Utara. Dalam penelitian tersebut juga memaparkan mengenai pengetahuan masyarakat tentang berbagai jenis penyakit dan pengobatannya. Dalam kesimpulan penelitaiannya Syahruddin menyatakan bahwa seluruh suku yang ada di Sumatera Utara memiliki metode tersendiri dalam pengobatan tradisional.

Setiap etnis memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bagitu juga dengan pengetahuan dan pemanfaatan pengobatan tradisional. Kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Apabila kesehatan terganggu maka aktivitas sehari-hari akan terganggu. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa proses penyembuhan dan perawatan kesehatan bisa dilakukan dengan pengobatan tradisional maupun pengobatan modern. Di Indonesia banyak ditemukan obat-obatan kesehatan yang bersifat alami selain pengobatan modern.

Etnis Karo adalah salah satu yang sangat melestarikan metode pengobatan mereka sampai saat ini. Etnis Karo memiliki keyakinan bahwa obat tradisional Karo sangat bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh atau meningkatkan kesehatan.

Meskipun kemajuan teknologi kedokteran dan pengobatan modern pada saat ini sangat pesat, etnis Karo tetap menggunakan pengobatan tradisional sebagai metode pengobatan yang mereka pilih. Pengobatan alternatif adalah yang paling sering digunakan dan dipercayai untuk menyembuhkan penyakit dalam kebudayaan etnis Karo. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional tersebut merupakan salah satu komponen program pelayanan kesehatan dasar, serta merupakan suatu

(27)

8 alternatif untuk memenuhi bidang kesehatan bagi mereka. Agar peranan obat tradisional dapat lebih ditingkatkan, perlu didorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dari suatu obat.

Keberadaan dukun patah adalah salah satu contoh nyata bahwa pengobatan tradisional Karo menjadi metode pengobatan yang sering dipilih oleh masyarakat.

Pengobatan tradisional yang mengupayakan pengembalian fungsi anggota gerak yang tidak normal akibat patah tulang atau sejenisnya. Pengobatan tradisional patah tulang atau dukun patah hampir terdapat di semua provinsi di Indonesia. Khususnya di Sumatera Utara ada berbagai jenis dukun patah tulang yaitu mulai dari dukun patah guru singa, dukun patah pergendangen, dukun patah malumta dan dukun patah batuerdan. Sekali lagi ini membuktikan bahwa pengobatan tradisional Karo ternyata bisa eksis di tengah masyarakat yang pada kenyataannya telah berada dalam kemajuan ilmu medis formal bersama dukungan kecanggihan teknologinya.

Selain dukun patah yang begitu populer ternyata ada juga pengobatan tradisional Karo yang sangat menarik yaitu pengobatan tradisional penyakit Karangen di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat.

Pengobatan ini menjadi menarik karena cuma ada satu orang yang bisa meramunya, orang tersebut dipanggil Bolang (tabib) oleh masyarakat sekitar dan orang-orang yang pernah berobat dengannya. Pengobatan tradisional untuk penyakit Karangen di Desa Kutagajah sendiri menggunakan ramuan yang diracik atau dibuat oleh Bolang (tabib) menggunakan beberapa bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan desa tersebut. Dari berbagai macam tumbuhan yang diperoleh Bolang (tabib)

(28)

9 pengobatan tradisonal untuk penyakit Karangen tidak semua bahan dapat diperoleh di sekitar desa tersebut, beberapa bahan harus didapatkan di luar desa seperti kulit kerang (salah satu bahan baku untuk pengobatan penyakit Karangen) yang tidak ada di desa tersebut, karena lokasi geografis Desa Kutagajah berada di bawah kaki gunung Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang tidak memungkinkan adanya kulit kerang karena desa tersebut dikelilingi oleh gunung.

Karangen (karangen) atau batu kandung kemih (bladder calculi) adalah batu yang terbentuk dari endapan mineral di dalam kandung kemih. Saat batu kandung kemih menyumbat saluran kemih, akan timbul keluhan berupa sulit dan nyeri saat buang air kecil, bahkan kencing berdarah (hematuria). Batu kandung kemih terjadi saat kandung kemih tidak bisa mengeluarkan semua urine yang tertampung di dalamnya. Hal ini menyebabkan mineral dalam urine akan mengendap, mengeras, mengkristal, dan menjadi batu di kandung kemih.

Kondisi-kondisi yang dapat memicu terbentuknya karangen(batu karang) adalah:

a. Peradangan akibat infeksi kandung kemih

b. Peradangan akibat terapi radiasi (radioterapi) di area panggul c. Pembesaran prostat

d. Penggunaan kateter (selang kencing)

e. Riwayat batu ginjal atau operasi pada kandung kemih

f. Divertikel (kantong yang terbentuk di dinding kandung kemih) g. Sistokel (kandung kemih turun)

(29)

10 h. Penyakit yang memengaruhi persarafan kandung kemih, seperti diabetes,

cedera tulang belakang, dan stroke

Selain kondisi di atas, sering makan makanan berlemak, manis, atau tinggi garam, dehidrasi yang berkepanjangan, dan kekurangan vitamin A atau B juga bisa memicu batu kandung kemih.

Pengobatan tradisional Karangen oleh tabib (Bolang) yang menjadi kajian dalam penelitian ini menjadi penting karena si Bolang di Desa Kutagajah ini menjadi satu-satunya tabib di Desa Kutagajah yang bisa mengobati penyakit Karangen. Lebih jauh lagi Bolang melakukan pengobatan Karangen menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari rempah-rempah tradisional tanpa campuran bahan kimia dan masih sangat alami sebagai ramuannya. Hampir seluruhbagian dari tumbuhan dijadikan sebagai obat tradisional mulai dari batang, akar, daun, batang dan sebagainya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas penulis ingin melihat bagaimana proses pengobatan tradisional Karangen ini bisa berjalan dan dipercaya masyarakat luas sebagai salah satu metode pengobatan yang mereka yakini bisa menyembuhkan penyakit mereka, serta bagaimana proses dari metode pengobatan tradisional ini dilakukan oleh Bolang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pengobatan tradisional Karo khususnya di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat. Selain itu penelitian ini juga berusaha untuk inventarisir pengetahuan

(30)

11 masyarakat tentang pengobatan tradisional dan bagaimana bentuk-bentuk pemanfaatan dari pengetahuan yang mereka miliki. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis terutama dalam meningkatkan kemampuan dalam menulis kajian ilmiah dan hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu sosial khususnya Antropologi Kesehatan.

1.2 Tinjauan Pustaka

Antropologi medis adalah cabang ilmu antropologi yang mulai berkembang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ilmu ini membahas sistem kesehatan secara transkultural. Masalah lain yang dibahas adalah adalah faktor bioekologi dan sosial budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan, timbulnya penyakit. Para dokter memandang antropologi medis sebagai biobudaya, yakni ilmu yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi tentang keduanya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit (Foster dan Anderson, 2006:3). Jadi, antropologi medis adalah sebuah kajian interdisiplin antara ilmu kesehatan dan budaya. Dengan kata lain Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring perkembangan kebudayaan manusia. di bidang antropologi medis, etnomedisin memunculkan termonologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan tradisionil,

(31)

12 pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral (Foster dan Anderson, 2006:62). Menurut kerangka etnomedisin, penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa, lelembut, makhluk halus, manusia, dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan personalistik. Penyakit juga dapat disebabkan karena terganggunya keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap dalam tubuh seperti panas dingin dan sebagainya.

Kajian tentang ini disebut kajian naturalistik atau nonsupranatural. Di dalam realitas, kedua prinsip tersebut saling tumpang tindih, tetapi sangat berguna untuk mengenai mengenai konsep-konsep dalam etnomedisin (Foster dan Anderson, 2006 :63-64).

Khusus untuk pengobatan penyakit naturalistik, biasanya digunakan bahan- bahan dari tumbuhan (herbal medicine) dan hewan (animal medicine), atau gabungan kedua. Sementara untuk penyakit personalitik banyak digunakan pengobatan dengan ritual dan magi. Salah satu cabang etnomedisin adalah animal medicine. Model pengobatan ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Pengobatan dengan memanfaatkan bagian tubuh hewan, seperti mengambil empedu kobra, penis kuda, cula badak, fetus (bayi) kijang, dan sebagainya.

2. Pengobatan dengan memanfaatkan aktivitas atau produksi hewan, misalnya menggunakan susu, madu, telur, lintah untuk menyedot darah, sengatan labah. Pengobatan ini tidak menyakitkan hewan.

(32)

13 Kajian model pengobatan ini di Indonesia masih sangat langka. Kajian ini pernah menjadi bagian dari kajian folkor yang termasuk dalam konteks pembicaraan mengenai hewan sebagai makanan manusia (bukan obat) (Danandjaya, 1997:185-187). Karena langkanya pengkajian mengenai animal medicine ini, maka perlu kirannya hal tersebut segera diteliti.

Berdasarkan apa yang diungkapkan Foster dan Anderson kita bisa tahu secara garis besar mengenai posisi antropologi medis dan etnomedisin yang berkenaan dengan tema dari apa yang akan dibahas dalam tulisan ini. Bahwa adanya penyakit yang menyebabkan orang yang sehat menjadi sakit adalah erat kaitannya dengan antropologi kesehatan yang memang menjadikan itu semua menjadi objek kajian yang tentunya sangat diperlukan untuk melihat sejauh apa peranan dan posisi pengobatan tradisional di masyarakat pada kenyataannya, apalagi di era yang sudah penuh dengan perkembangan ilmu pengetahuan medis dengan segala kecanggihan teknologi peralatan medisnya.

Setelah tinjauan teoritis tentang antropologi kesehatan dan etnomedisin kita juga perlu melihat dan memahami tentang apa itu keaadaan sehat dan bagaimana itu keadaan sakit dan penyakit. Keadaan sehat yang dimiliki oleh manusia sangat membantu manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Oleh karena itu manusia akan selalu menjaga kesehatannya dan mengembalikan kesehatannya jika mereka dilanda sakit. Mengenai gangguan kesehatan maka akan ditemukan keluhan sakit (illness) dan gejala penyakit (disease). Sarwono (2007:31) mengatakan secara ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Penyakit atau

(33)

14 disease ini bersifat objektif kata Sarwono. Sebaliknya, sakit (illnes) merupakan penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit yang disebut dengan fenomena subjektif.

Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan siperilaku sendiri, atau orang lain, atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksud disini tidak hanya terbatas pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan kelompok tetapi juga kategori kesejahtraan sosial.

Konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh manusia melahirkan suatu bentuk perilaku, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan perilaku sehat dan perilaku sakit (Marimbi, 2009:108):

1. Perilaku sehat (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit , kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.

2. Perilaku sakit (illnes behavior) adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang individu yang merasakan sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha-usaha mengobati penyakit tersebut.

(34)

15 Pengobatan tradisional dapat dinyatakan sebagai suatu tindakanindividu sebagai salah satu alternatif dari banyak pilihan pengobatan. Suchman dalam (Sudarma, 2008:56) membagi tindakan mengenai tanggapan ataspenyakit atau keadaan sakit sebagai berikut:

1. Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan,individu atau keluarga bisa saja melakukan pengobatan ke rumah sakitatau ke pengobat tradisional.

2. Melakukan perawatan medis disaat orang menerima pelayanan dariberbagai unit tetapi pada lokasi yang sama. Dalam hal ini individu ataukeluarga yang sakit dapat melakukan dua upaya pengobatan sekaligusyakni pengobatan modern dan pengobatan tradisional namun tidak dalamtempat yang berjauhan.

3. Melakukan pengobatan sendiri, dalam hal ini juga individu dapat memakai obat tradisional ataupun obat modern.

4. Menghentikan pengobatan.

Tindakan kesehatan juga nyata dalam keluarga, dimana keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota yang sakit atau menderitapenyakit. Fungsi keluarga sebagai fungsi pemeliharaan jelas berbeda dalam setiapmasyarakat, fungsi pemeliharaan anggota yang sakit dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri atau juga bisa dilayani oleh lembaga tertentu seperti rumah sakitatau panti jompo. Tindakan keluarga dalam menanggapi penyakit anggota keluarganya jugaberagam mulai dari melakukan perawatan dan pengobatan di rumah atau bisa juga dengan membawanya ke orang yang dianggap mampu

(35)

16 mengobati anggota keluarga yang sakit baik itu sistem medis modern ataupun di bawa ke pengobat tradisional.

Begitu juga mengenai sistem perawatan kesehatan yang dipilih oleh informan terbagi atas 3 (Kalangie, 1994:29):

a. Sistem perawatan kesehatan populer umum

Sistem perawatan ini dikenal dengan istilah self treatment atau dengan home remedies, dimana pencegahan atau pengobatan yang dilakukan condong disediakan untuk gangguan kesehatan oleh penderita atau keluarganya (secara emik) dianggap ringan atau masih bisa diatasi sendiri.

Komposisi obat yang digunakan umumnya adalah yang dapat dibeli bebas di apotek, toko obat atau warung, disamping obat-obat tradisional yang dibeli atau dibuat sendiri.

b. Sistem perawatan kesehatan kedukunan/tradisional

Sistem perawatan kesehatan kedukunan/tradisional ini berpegang pada kepercayaan, pengetahuan serta praktek pencegahan dari penyakit sertapengobatan yang diperoleh dalam proses pewarisan tradisi dari generasi ke generasi dalam bentuk-bentuk personalistik atau naturalistik, atau kedua-duanya.

c. Sistem perawatan kesehatan professional

Sistem perawatan kesehatan profesional ini ditangani oleh para profesional (dokter atau paramedik) yang berkeahlian berbagai jenis. Sistem medis adalah pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang menyangkut perilaku yang sengat untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari

(36)

17 tingkah laku khusus tersebut belum tentu menghasilkan kesehtan yang baik. Terdapat sutu struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk memudahkan kita dalam pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan peranan dan kewajiban-kewajiban antara pasien dan penyembuh atau bisa dikatakan sebagai tenaga kesehatan.

Selanjutnya untuk menguatkan kerangka berpikir penulis mengutip apa yang dikatakan oleh Giddens. Giddens dalam (Damsar, 2009:187-193) selanjutnya membagi kepercayaan dapat tumbuh dan berkembang dalam dua lingkungan yakni pada masyarakat pramodern dan modern. Masyarakat pramodern yang dimaksudkan Giddens disini adalah bukan masyarakat yang benar-benar terisolasi melainkan juga masyarakatyang sedang menuju masyarakat industri atau masyarakat transisi.

Dalam masyarakat modern kepercayaan dapat tumbuh dan berkembang pada sistem abstrak seperti transaksi uang dan etika profesional, juga dapat berkembang padarelasi personal seperti persahabatan, yang terakhir adalah pada orientasi masadepan seperti misalnya kontrak, atau kontrak bisnis. Sedangkan dalam masyarakat pra modern kepercayaan dapat tumbuh dalam empat lingkungan yakni:

1. Hubungan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan sosial yang dapat diandalkan. Orang-orang dalam hubungan sosial terebut

(37)

18 biasanya memilikirasa kedekatan dan biasanya memiliki interaksi yang tinggi sehingga dapat membentuk relasi kepercayaan.

2. Komunitas Masyarakat Lokal

Komunitas lokal dalam hal ini bukan romantisme budaya melainkan lebih kepada arti penting dari relasi lokal yang diatur oleh konteks tempat.

Giddens melihattempat sebagai sebuah hubungan yang dapat menimbulkan persahabatan, olehkarenanya dapat menumbuhkan kepercayaan.

3. Kosmologi Religius

Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang menyediakan interpretasi yang menguntungkan bagi manusia dan lingkunganalam. Kosmologi religius menyediakan interpretasi moral dan praktik bagi kehidupan sosial dan pribadi, dan bagi dunia alam, yang mempresentasikan alamyang aman bagi pemeluknya.

4. Tradisi

Tradisi diartikan sebagai sebuah rutinitas atau perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh suatu masyarakat tertentu. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitkanmasa lalu dan masa yang akan datang. Tradisi dalam hal ini bukanlah sekedarperilaku kosong yang berorientasi kepada kebiasaan saja melainkan memilikimakna intrinsik. Makna aktivitas rutin berada dalam penghormatan atau pemujaan.

Di dalam sistem medis pengobatan tradisional masih digunakan karena model pengobatan ini dianggap suatu pengobtan yang diperoleh secara turun- temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yng berasal dari luar

(38)

19 indonesia, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat, (dokter atau paramedik) yang berkeahlian berbagai jenis.

Secara sederhana Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara obat, dan pengobatannya, yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-temurun dan diterapkan sebagai metode pengobatan. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran dari bahan secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Pengobatan tradisional merupakan keseluruhan dari pengetahuan, keterampilan, dan praktek yang ada berdasarkan teori, keyakinan serta pengalaman yang memiliki adat istiadat berbeda di masing-masing daerah yang pemanfaatannya dalam menjaga kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik secara fisik maupun jasmani. Pengobatan tradisional juga biasanya disebut dengan pengobatan alternatif (Supriadi, 2014). Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati merupakan sumber kekayaan yang tidak ada habisnya. Pada zaman yang sudah serba modern ini, ternyata pengobatan tradisional masih diakui keberadaannya oleh masyarakat Indonesia dan malah di beberapa etnis seperti etnis Karo pengobatan tradisional menjadi pilihan utama bagi mereka. Istilah kembali ke alam atau sering disebut dengan back to nature menjadi pembicaraan yang sangat sering didengar saat ini karena semakin banyaknya manfaat pengobatan tradisional yang dirasakan oleh masyarakat kita sebagai metode pengobatan yang mumpuni.

(39)

20 Pengobatan tradisional ini adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain selain ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. Dalam tiga puluh tahun terakhir ini berbagai istilah telah digunakan untuk cara-cara pengobatan yang berkembang dimasyarakat. WHO menyebut hal tersebut dengan “traditional medicine” atau pengobatan tradisional. Namun demikian ada juga dari kalangan ilmiah yang menyebutkannya dengan “traditional healing” atau penyembuhan tradisional. Ada juga yang menyebutkannya dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine dan alternative medicine (Agoes, 1992:59).

Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2013 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional menyatakan bahwa, pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman, keterampilanturun-temurun atau pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat (Menkes RI,2013), dan dalam pasal tiga dikatakan bahwa pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis keterampilan,ramuan,pendekatan agama dan supranatural.

a. Pengobat tradisional mempunyai keterampilan yang terdiri dari: pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, alupresuris,akupunturis dan chiroprator.

b. Pengobat tradisional ramuan yaitu pengobat tradisional dengan ramuan Indonesia: jamu, gurah, tabib, shinse, homeopathy dan aromatherapist.

(40)

21 c. Pengobatn tradisional dengan menggunakan pendekatana agama:Agama

Kristen, Agama Islam, Katolik ataupun Budha dan Hindu.

d. Pengobatan tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional:

tenaga dalam (Prana), paranormal, reiky master, qigong dan dukun kebatinan.

Dari tinjauan teoritis mengenai pengobatan tradisional di atas ada banyak hal yang bisa dijadikan alasan kenapa pembahasan tentang pengobatan tradisional menjadi sangat penting dan menarik. Kita bisa lihat awal mula dari mana pengobatan tradisional itu bisa ada dan mengikuti perkembangannya hingga menjadi bagian dari metode pengobatan selain dari ilmu medis (formal) yang dipercaya dan dipilih masyarakat sebagai alat untuk penyembuhan penyakitnya.

Penyembuhan terhadap suatu penyakit di dalam sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku didalam masyarakat sesuai dengan kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi berbagai masalah di dalam hidup, diantaranya sakit, manusia berusaha untuk mencari obat untuk kesembuhan penyakitnya itu. Bukan hanya pengalaman, faktor sosial, faktor budaya dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan. Akan tetapi, organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik modern maupun tradisional, sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku mencari pengobatan.

Pemahaman perilaku penyembuh untuk mencapai kesempurnaan ilmu penyembuhannya, menurut Clifford Geertz (2018:117), guna memperoleh kemampuan menjadi penyembuh, disamping diwarisi, diperoleh juga melalui belajar. Apa yang dikatakan Clifford Geertz mengenai ini berkenaan dengan

(41)

22 bagaimana sebenarnya para penyembuh itu mendapatkan pengetahuan tentang metode pengobatan sehingga akhirnya bisa diterapkan sebagai suatu metode pengobatan yang diterima oleh masyarakat.

Dengan mengacu kepada teori-teori tersebut penulis akan coba terapkan dalam objek kajian yang menjadi masalah dalam tulisan ini yang akan coba dirangkum secara mendalam dengan membatasinya dalam beberapa bagian yang terdapat pada rumusan masalah penelitian. Dalam tulisan ini akan merangkum bagaimana metode pengobatan tradisional penyakit Karangen, bagaimana pemanfaatan dan pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan tradisional Karangen, bagaimana proses pengobatan Karangen dan bagaimana proses mendapatkan bahan-bahan tumbuhan obat yang difokuskan pada satu desa bernama Desa Kutagajah yang dilakukan oleh penyembuh yang disebut oleh masyarakat setempat dengan sebutan Bolang (tabib).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teori yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah yang terbagi dalam beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana pengetahuan konsep sehat dan sakit masyarakat Desa Kutagajah?

2. Bagaimana metode pengobatan tradisional yang diketahui masyarakat Desa Kutagajah?

3. Faktor apa yang melatarbelakangi orang berobat ke Bolang?

(42)

23 4. Bagaimana proses pengobatan Karangen yang dilakukan oleh Bolang?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep sehat dan sakit pada masyarakat Desa Kutagajah.

2. Untuk mendeskripsikan metode pengobatan tradisional yang diketahui masyarakat Desa Kutagajah.

3. Untuk mengetahui Faktor apa yang melatarbelakangi orang berobat ke Bolang.

4. Untuk mengetahui proses pengobatan Karangen yang dilakukan oleh Bolang

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis:

1. Sebagai sumber pemikiran dan referensi dari Antropologi Kesehatan,yang orientasinya meneliti kajian Pengetahuan dan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Karangen, tulisan ini juga sebagai referensi oleh Mahasiswa yang ingin meniliti lebih lanjut terhadap penyakit tersebut.

2. Dapat menambahkan wawasan pengetahuan bagi kita semua.

Manfaat Praktis:

1. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan untuk masyarakat umum mengenai pengobatan/penyembuhan penyakit Karangen sehingga mengetahui diagnosis dari penyakit tersebut.

(43)

24 2. Untuk mendapatkan gelar sarjana.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi.Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan.Istilah “etnografi”

digunakan untuk menunjuk aktivitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir “sebuah etnografi” (Spradley, 2007:21).Dalam metode etnografi penelitian yang dilakukan adalah bersifat kualitatif.Penelitian kualitatif Spradley atau lebih dikenal dengan penelitian kualitatif etnografi adalah studi kualitatif terhadap diri individu atau sekelompok dengan tujuan mendeksripsikan karakteristik kultural lebih mendalam secara sistematis dalam ruang dan waktu mereka sendiri.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif (etnografi) untuk mengumpulkan data-data penelitian. Etnografi merupakan bagian pokok penelitian antropologi yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang detail tentang berbagai aktivitas budaya suatu kelompok masyarakat tertentu.Menurut Spradley (1980) dalam Endraswara (2017:33) etnografi merupakan pekerjaan mendeksripsikan suatu kebudayaan.Deskripsi kebudayaan tersebut diperoleh melalui aktivitas pengamatan langsung atau melalui penelitian lapangan (fieldwork) sebagai ciri khas antaropologi budaya. Tulisan etnografi dapat menginformasikan perilaku dan penilaian manusia dalam berbagai cara dengan menunjukkan pilihan dan pembatasan yang berada di jantung dari kehidupan sosial. Sebagai peneliti lapangan, etnografer berpartisipasi dalam kehidupan orang lain, mengamati dan mendokumentasikan masyarakat dengan

(44)

25 berbagai peristiwa, mengambil catatan lapangan secara rinci, melakukan wawancara, dan sejenisnya.Sebagai penulis, etnografer mengatur, menafsirkan, dan menuliskan data yang dikumpulkan, serta menyajikan pendapat dan informasi sebagai teks.

Dalam penelitian kualitatif masih bersifaf sementara, tentatif, dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan penelitian. Dalam penelitian kualitatif ada tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian yaitu :

1. Masalah yang sejak awal hingga akhir dibawa oleh peneliti tetap sama.

2. Masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan.

3. Masalah yang dibawa oleh peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus mengganti judul.

Tujuan utama etnografi adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.Sebagaimana dikemukakan oleh Malinowsky (Spradley, 2007:3) tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangan tentang dunianya.Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda.Tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar dari masyarakat.

(45)

26 Malinowsky dalam (Spradley, 2007:5) mengatakan bahwa tujuan kita dalam etnografi adalah “untuk memahami sudut pandang penduduk asli”.Etnografer mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu dia menyelidiki makna tingkah laku itu.Etnografer melihat berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih dari itu dia juga menyelediki makna yang diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai objek itu.

Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi emosional, tetapi lebih dari itu dia juga menyelediki makna rasa takut, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain.

Dari penjabaran para ahli di atas bisa dikatakan bahwa metode etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas.Dengan teknik observasi partisipasi, etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena mengharuskan partisipasi peneliti secara langsung dalam sebuah masyarakat atau komunitas sosial tertentu dalam penelitiannya.Selain itu kekuatan wawancara mendalam juga menjadi teknik yang menjadi paduan yang sempurna dengan observasi partisipasi dalam tujuannya mencapai suatu data yang kaya dan valid.

Dalam penelitian kualitatif ada dua macam data yang akan dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari field research sehingga data yang diharapkan bisa tercapai secara objektif dan faktual. Adapun cara mendapatkan data primer ialah: Observasi Partisipasi dan Wawancara.

1.6.1 Observasi Partisipasi

(46)

27 Teknik pengumpulan data dalam etnografi menggunakan observasi partisipasi di dalam kehidupan sehari-hari informan dalam kondisi yang sebenarnya dalam rangka mendapatkan interpretasi mereka dan makna sosial dari tindakan dari kegiatan tersebut.Observasi adalah salah satu tindakan untuk mengamati gejala peristiwa yang secara cermat dan langsung di lapangan ataupun lokasi penelitian, kemudian mencatat perilaku dan kejadian pada keadaan sebenarnya.

Observsi partisipasi tidak hanya menempatkan peneliti sebagai bagian dari subjek penelitian tersebut tetapi juga bagaimana caranya seseorang peneliti dapat menghadirkan pandangan dunia subjek penelitian tersebut sebagai bagian dari karakteristik penelitiannya. Instrument terpenting dalam teknik ini adalah peneliti itu sendiri, dimana seorang peneliti harus mampu membangun atau menempatkan diri sebagai orang “dalam” sekaligus sebagai orang “luar” dari masyarakat tersebut.

Dalam penerapannya pada penelitian skripsi ini, observasi partisipasi yang dilakukan peneliti adalah dengan tinggal dan menetap serta hidup bersama dengan objek penelitian (dalam hal ini tentunya bolang dan keluarganya, beberapa pasien Karangen yang berobat kepada bolang serta semua yang terlibat dalam keseharian bolang). Untuk memperoleh data yang luas pada saat melakukan penelitian, peneliti tinggal di rumah bolang sehingga bisa menyaksikan dan mengamati secara langsung kegiatan bolang dalam menerima pasien Karangen dan melihat bagaimana bolang meracik obat untuk pasien walaupun memang pada kenyataannya ada beberapa hal yang memang sifatnya rahasia dan bolang tidak

(47)

28 memberikan izin akses sama sekali untuk hal-hal tertentu yang memang dirahasiakan olehnya.

1.6.2 Wawancara

Data etnografi juga diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (depth interview) dalam bentuk wawancara tidak terstruktur.Wawancara ini menghasilkan respon verbal dari informan.Selain itu data personal dari informan dan riwayat hidupnya menjadi data pendukung dalam melakukan analisis etnografi.

Pada penerapannya dalam penlitian ini peneliti menyusun dan menggunakan pedoman wawancara (interview guide).Pedoman wawancara disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara terhadap informan. Selain menggunakan pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan alat perekam (recorder) untuk mengantisipasi kelupaan akan informasi yang telah diperoleh karena kemampuan daya ingat dan mencatat peneliti yang terbatas maka adanya alat perekam sangat membantu dalam penelitian ini. Peneliti juga menggunakan kamera sebagai bukti dan penganut data-data lapangan pada saat penelitian.

Metode wawancara atau interview mencakup cara penelitian dalam mencari informasi yang tepat serta mendapatkan keterangan dari informan terkait apa yang akan diteliti. Wawancara yang dilakukan penulis merupakan wawancara mendalam (depth interview) sehingga penulis melakukan kegiatan living in di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat tepatnya di rumah bolang. Tinggal menetap bersama objek yang diteliti adalah suatu keharusan dalam penelitian

(48)

29 etnografi.Selama tinggal di rumah bolang peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap bolang, Bi Lida (anak bolang) dan beberapa pasien bolang yang pada saat penelitian berlangsung sedang berobat kepada bolang. Adapun pasien-pasien bolang yang diwawancarai secara mendalam yaitu: Bapak Agus, Bapak T. Kaban, Bapak Nasib Karo-karo, Ibu Rosida br. Surbakti, Bapak Porman Sembiring, Bapak Jhontra Tarigan, Bapak Arapen Ginting Suka, Bapak Kursi Ginting, Bapak Koran Tarigan, dan Ibu Inganta br. Gurusinga. Kemudian wawancara juga dilakukan kepada perangkat Desa Kutagajah dan warga yang masih satu wilayah atau berdekatan dan berinteraksi dengan bolang.

Selain data primer, data skunder diperlukan untuk mendukung data primer.Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui analisa data berupa :

a. Studi kepustakaan melalui buku-buku ilmiah atau jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.

b. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian.

c. Sumber online/internet dan sumber-sumber lain yang relevan dengan topik dan masalah penelitian.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.Alasan memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian adalah karena dari informasi yang peneiti dapat bahwa pengobatan

(49)

30 tradisional Karangen oleh bolang yang menjadi kajian dalam penelitian ini menjadi sangat penting karena si bolang yan berdiam di Dusun Cinta Rakyat, Desa Kutagajah ini menjadi satu-satunya tabib di Desa Kutagajah yang bisa mengobati penyakit Karangen.Lebih menarik lagi bolang melakukan pengobatan Karangen menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari rempah-rempah tradisional tanpa campuran bahan kimia dan masih sangat alami sebagai ramuannya.Hampir seluruhbagian dari tumbuhan dijadikan sebagai obat tradisional mulai dari batang, akar, daun, batang dan sebagainya.

Kemudian yang menambah ketertarikan penulis adalah bahwa sebelumnya penulis juga mendengar pengobatan Karangen yang dilakukan bolang ini pasiennya bukan hanya warga sekitar dan warga Desa Kutagajah saja melainkan sudah sampai ke kota-kota lain di Sumtera Utara dan bahkan yang berobat juga ada yang dari pulau Jawa. Atas dasar inilah peneliti memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian.Sebab menjadi menarik ketika hanya ada satu tabib (bolang) saja yang mempunyai pengetahuan lokal mengobati penyakit Karangen dan pasiennya juga sudah ada yang dari luar pulau Sumatera.

1.7. Pengalaman Penelitian

Saya sudah mengenal bolang ini sudah cukup lama. Apalagi temat daerah beliau sangat dekat dengan tempat tinggal saya. Ayah saya juga sangat mengenal baik dengan bolang tersebut. Lalu karena beliau sangat terkenal sebagai tabib untuk menyembuhkan suatu penyakit terutama penyakit karangen, dengan hanya obat- obat herbal yang beliau ambil dari hutan, membuat saya tertarik.

(50)

31 Apalagi ketika sudah banyak saya tahu testimoni dari pasien bolang yang terbukti ampuh menyembuhkan penyakit tersebut. Ada beberapa pasien mengaku bahwa sebelum berobat kepada bolang, pernah mencoba pengobatan dari rumah sakit bahkan sampai luar negeri. Namun hasilnya nihil. Akhirnya mendengar dari mulut ke mulut tentang kemampuan bolang dapat menyembuhkan penyakit karangen, membuat pasien tersebut akhirnya mencoba secara tradisional. Benar saja, beberapa bulan berobat rutin dengan bolang, pasien tersebut sembuh total.

Dari pengalaman itu, saya semaki tertarik untuk menjadikan bolang menjadi bahan skripsi saya nanti. Apalagi ini sangat dekat kaitannya dengan antropoogi kesehatan yang selama ini saya pelajari di bangku perkuliahan. Sangat menarik untuk diteliti dan dianalisis alasan bolang sangat mampu menyembuhkan penyakit tersebut hanya dengan obat alami.

Akhirnya saya pun mengajukan judul ini ke jurusan dengan sebelumnya konsultasi dengan dosen pembimbing akademik saya. Dosen PA saya pun akhirnya setuju jika saya mengambil judul tersebut. Lalu akhirnya saya mengajukan ke Kepala Departeman Antropologi Sosial dan mengajukan Bapak Nurman Achmad sebagai dosen pembimbing skripsi saya. Kepala Departeman Antropologi Sosial pun akhirnya setuju saya mengambil judul ini dan Bapak Nurman Achmad sebagai dosen pembingbing saya. Selanjutnya saya pun langsung melakukan penelitian ke lapangan.

Dikarenakan ayah saya dan diri saya sudah mengenal terlebih dahulu kepada bolang tersebut, tak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri. Apalagi saya dan

(51)

32 bolang dari suku yang sama yakni suku karo. Komunikasi berjalan dengan baik tanpa hambatan apapun. Bolang pun sangat memberikan respon yang baik kepada saya saat saya bertanya dan melakukan wawancara. Bahkan memperbolehkan saya mengikuti dan melihat proses mengobati pasien dan mencari obat di hutan. Saya melakukan penelitian ini selama satu bulan dan tidak menemukan hambatan yang sulit saat pengambilan data maupun wawancara.hanya saja jalan kesana kurang bagus saat usim hujan,karna banyak truk pengangkut sawit yang erusak jalan utaa ke desa tersebut. Tetapi semuanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan alur dan outline pertanyaan yang sudah saya buat sebelumnya.

(52)

33 BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Desa Kutagajah 2.1.1 Letak Geografis Desa Kutagajah

Desa Kutagajah secara administratif berada di Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat. Luas wilayah Desa Kutagajah adalah 854 Ha yang mana jumlah itu sekitar 3,61 % dari total luas dari Kecamatan Kutambaru yaitu 23.683 Ha2. Jarak dari kantor Desa Kutagajah ke ibukota Kecamatan Kutambaru adalah 9 Km. Titik koordinat Kantor Desa Kutagajah berada di 03° 25' 14,94" Lintang Utara dan 98° 12' 10,14" Bujur Timur.

Gambar 1. Kantor Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat

2 Kecamatan Kutambaru Dalam angka 2019

Gambar

Gambar 1. Kantor Desa Kutagajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat
Gambar 2. Foto Wawancara dengan Salah Satu Perangkat Desa Kutagajah  Sumber. Dokumentasi Pribadi Penulis
Tabel 1.Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama  Sebulan Terakhir danTidak Berobat Jalan Menurut Alasan Utama Tidak Berobat
Gambar 4. Foto Bolang Nangani Sembiring Gurky  Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua tanda-tanda dalam komposisi audio dan visual yang terdapat dalam iklan 3 versi kebebasan wanita di televisi yang kemudian

mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler) dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak

Skripsi yang berjudul “Keragaman Tanah Pada Berbagai Satuan Lahan di Desa Setu Kecamatan Jasinga Bogor” merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

halus - sedang lemah; agak teguh (lembab), tiiak lekat dan tiiak plastis (basah); pori-pori halus, sedang, kasar sedikii; perakaran tiiak ada, batas jelas rata.. sedang

16 16/2001 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten

1) Keinginan untuk dapat hidup. Keinginan dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini orang mau

Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalahsalah satu bentuk satuanpendidikan formal dalam binaan Kantor Kementerian Agama yang menyelenggarakan

Adapun yang menjadi judul skripsi ini yaitu “KAJIAN ANALISA SIMULASI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER MENGGUNAKAN BLOWER YANG DIMODIFIKASI MENJADI SUPERCHARGER DENGAN SISTEM