• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI GANGGUAN KOMUNIKASI DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, CITRA DAN REPUTASI PTPN V DI PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KORELASI GANGGUAN KOMUNIKASI DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, CITRA DAN REPUTASI PTPN V DI PEKANBARU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

1 | P a g e

KORELASI GANGGUAN KOMUNIKASI DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, CITRA DAN REPUTASI PTPN V DI PEKANBARU

Anuar Rasyid, Evawani Elysa Lubis Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Riau

e-mail: anuarkmp03@yahoo.co.id

Abstrak

Komunikasi yang efektif dan efisien akan tercapai bila gangguan komunikasi dapat diminimalisir. Tujuan penelitian menganalisis korelasi gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi PTPN V di Pekanbaru. Desain penelitian survei deskriptif explanatori. Populasi penelitian sebanyak 418 orang. Sedangkan sampel dalam Penelitian sebanyak 250 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional stratified random sampling. Hasil penelitian adalah terdapat korelasi sangat signifikan positif antara gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat citra dan reputasi perusahaan.

Gangguan komunikasi dapat diminimalisir sehingga meningkatkan pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi PTPN V di Pekanbaru.

Kata kunci: citra perusahaan, gangguan komunikasi, pemberdayaan masyarakat, reputasi perusahaan

PENDAHULUAN

Pembangunan masyarakat merupakan suatu keniscayaan yang mesti menjadi fokus perhatian dan tanggung jawab semua pihak. Pihak-pihak yang terlibat tersebut baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi). Pemerintah diharapkan mampu mengkoordinasikan berbagai program atau kegiatan yang ada. Berbagai program yang ada memungkinkan masyarakat dan korporasi berpartisipasi aktif.

Program TJSP pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikenal dengan PKBL. Pelaksanaan TJSP di Indonesia dipayungi oleh Undang-Undang No. 40 tahun 2007, Pasal 74 yaitu Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. Di dalam Undang-Undang ini pada pasal 74 dinyatakan bahwa semua Perseroan Terbatas wajib hukumnya melaksanakan TJSP, sehingga TJSP menjadi bagian dari rencana penganggaran perusahaan.

Selanjutnya, Peraturan Menteri Negara BUMN No: PER 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 Pasal 9. Badan Usaha Milik Negara menyisihkan 1-2% dari laba bersih untuk PKBL. Pengertian PKBL telah dituangkan dalam surat Keputusan Menteri BUMN tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan Nomor: KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 pada pasal 1 ayat 4 yakni: “Program Bina Lingkungan adalah program

(2)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

2 | P a g e

pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.”

Perusahaan PTPN V adalah salah satu BUMN yang beroperasi di wilayah Riau pada beberapa kota/kabupaten. Kota/kabupaten tersebut antara lain: Pekanbaru, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Indragiri Hilir, Siak.

Perusahaan PTPN V melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui program PKBL, yaitu Program kemitraan dan Bina Lingkungan.

Kota Pekanbaru merupakan salah satu dari beberapa kabupaten/kota yang berada di sekitar PTPN V. Kota Pekanbaru merupakan wilayah yang paling dekat dengan kantor pusat PTPN V dari beberapa kabupaten/kota yang lain. Bidang sektor yang dibantu lebih beragam diterima oleh masyarakat yang ada di Kota Pekanbaru dibandingkan kabupaten/kota yang lain. Permasalahan yang dihadapi dalam menerima pinjaman dana lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota yang lain.

Setiap unsur memiliki peranan dan sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan kedelapan unsur ini saling bergantung satu sama lainnnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi (Cangara 2012). Salah satu unsur yang perlu diperhatikan untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien adalah gangguan komunikasi , hambatan (noise). Cangara (2012) menyatakan beberapa gangguan komunikasi diantaranya sebagai berikut; gangguan komunikasi teknis, gangguan komunikasi semantik dan psikologis, gangguan komunikasi fisik. Gangguan komunikasi teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan komunikasi , sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise), sedangkan gangguan komunikasi semantik terjadi disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Kemudian gangguan komunikasi psikologis terjadi dikarenakan adanya persoalan-persoalan dalam diri individu, misalnya rasa curiga pada komunikator, situasi berduka atau karena gangguan komunikasi kejiwaan. Selanjutya gangguan komunikasi fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi georgrafis misalnya jarak jauh, tidak ada sarana, gangguan komunikasi organik.

Berdasarkan dari berbagai penjelasan yang telah dikemukakan, penelitian bertujuan menganalisis korelasi gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi perusahaan. Diharapkan Penelitian dalam memberikan analisis gangguan komunikasi dalam implementasi komunikasi TJSP PTPN V di Pekanbaru dan sebagai masukan bagi TJSP PTPN V dan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dalam membangun citra dan reputasi PTPN V di Pekanbaru.

(3)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

3 | P a g e

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di kawasan wilayah kerja PTPN V di Pekanbaru.

Perseroan Terbatas Perkebunan Nasional (PTPN V) beralamat di Jl. Rambutan No. 43. Pekanbaru. Penelitian dilakukan pada masyarakat sekitar PTPN V yang menerima bantuan program kemitraan TJSP PTPN V di Pekanbaru. Penelitian dirancang menggunakan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian kuantitatif survei deskriptif explanatori.

Pengumpulan data dilakukan melalui empat tahapan yaitu: (1) Survei pendahuluan terhadap 30 orang penerima bantuan TJSP PTPN V; (2) Pengumpulan data primer yaitu menggunakan instrumen berupa kuesioner tertutup yang disebarkan kepada 250 orang responden; (3) Wawancara terstruktur dilakukan terhadap kepala bagian TJSP PTPN V Pekanbaru, Kepala Bagian Dinas Koperasi dan Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) Propinsi Riau serta tujuh orang penerima bantuan TJSP PTPN V; (4) Pengumpulan data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari pihak-pihak dan lembaga-lembaga terkait yaitu TJSP PTPN V, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Populasi penelitian adalah masyarakat yang menerima bantuan pinjaman lunak di Kota Pekanbaru pada Tahun 2010, 2011 2012, 2014 sebanyak 418 orang. Pengambilan sampel pada Penelitian dilakukan secara proporsional stratified random sampling. Sampel diambil dalam persentasi yang sama yaitu 60%. Secara terperinci populasi dan sampel terdapat pada Tabel 3.

Untuk menganalisis implementasi komunikasi dalam program TJSP PTPN V dimanfaatkan analisis statistik deskriptif dan uji korelasional rank Spearman dimanfaatkan untuk menganalisis korelasi antara komunikator, pesan, saluran dengan pemberdayaan masyarakat citra, dan reputasi PTPN V. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 21. Analisis kualitatif juga digunakan untuk menjelaskan data primer dan data sekunder yang diperoleh di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanggapan Sampel terhadap Peubah Gangguan Komunikasi, Pemberdayaan Masyarakat, Citra dan Reputasi PTPN V

Hasil penelitian didapatkan dari kuesioner yang disebarkan kepada 250 orang responden. Kuesioner tersebut berisikan pernyataan dan pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Pernyataan dan pertanyaan berkaitan dengan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat pada program kemitraan PTPN V di Pekanbaru. Setelah Kuesioner dijawab oleh responden, kemudian data hasil

(4)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

4 | P a g e

kuesioner tersebut dibahas dalam Tabel 1 sampai Tabel 6. Adapun Hasil dan Pembahasan sebagai berikut:

Gangguan komunikasi bisa terjadi pada sumber, pesan, media, penerima.

Cangara (2012) menyatakan beberapa gangguan komunikasi diantaranya sebagai berikut;: gangguan komunikasi teknis, gangguan komunikasi semantik dan psikologis, gangguan komunikasi fisik. Gangguan komunikasi teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan komunikasi , sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise), sedangkan gangguan komunikasi semantik terjadi disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.

Kemudian gangguan komunikasi psikologis terjadi dikarenakan adanya persoalan-persoalan dalam diri individu, misalnya rasa curiga pada komunikator, situasi berduka atau karena gangguan komunikasi kejiwaan. Selanjutya gangguan komunikasi fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi georgrafis misalnya jarak jauh, tidak ada sarana.

Pemberdayaan Masyarakat.--Akibat/ efek/ pengaruh adalah hasil yang terjadi pada pihak penerima/ komunikan. Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, merupakan sikap dan tingkah laku individu, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Jika sikap dan tingkah laku individu tersebut sesuai, maka komunikasi dapat dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya (Sendjaja 2008, Muhammad 2009, Cangara 2012). Efek yang diinginkan dari program TJSP adalah pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, aspek-aspek yang dijadikan tujuan program TJSP untuk memberdayakan masyarakat perlu diperhatikan dengan baik.

Citra Perusahaan.--Tanggapan balik/ umpan balik/feedback yakni tanggapan balik dari pihak penerima/ komunikan atas pesan yang diterimanya.

DeVito (1997) menyatakan bahwa umpan balik adalah informasi yang dikirim balik ke sumbernya. Menurut Cangara (2012) umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

Jefkins (2004) memberikan definisi citra adalah kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Kotler (2005) mengungkapkan bahwa citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. Citra berkaitan erat dengan suatu penilaian, tanggapan, opini, kepercayaan publik, asosiasi atau simbol-simbol tertentu terhadap suatu perusahaan. Citra tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Moore (2004) menyatakan terdapat beberapa jenis citra (image), yakni: citra bayangan (mirror image), citra yang berlaku (current image), citra yang diharapkan (wish image), citra majemuk (multiple image), serta citra perusahaan (corporate image).

(5)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

5 | P a g e

Citra perusahaan berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra perusahaan yang positif lebih dikenal dan diterima oleh publiknya mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing dan berkaitan dengan kegiatan tanggungjawab sosial yang dilakukan (Ardianto 2007). Manfaat program TJSP perusahaan salah satunya adalah citra positif dari masyarakat sebagai komunikannya. Oleh karena itu, kesan, persepsi, penilaian, tanggapan, opini dan kepercayaan publik harus dijaga dengan sebaik mungkin (Sendjaya 2008).

Pelaksanaan program TJSP yang baik akan dapat membangun reputasi perusahaan. Berdasarkan data, diketahui bahwa melalui Komunikator, pesan dan saluran yang diaplikasikan secara maksimal akan dapat meningkatkan reputasi. Hal senada juga disampaikan oleh Wibisono (2007) bahwa sepuluh manfaat penerapan TJSP, yakni: (1) Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan; (2) Layak mendapatkan social license to operate; (3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan; (4) Melebarkan akses sumber daya; (5) Membentangkan akses menuju market; (6) Mereduksi biaya; (7) Memperbaiki korelasi dengan stakeholders; (8) Memperbaiki korelasi dengan regulator; (9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; (10) Peluang mendapatkan penghargaan.

Model pelaksanan TJSP juga bemacam-macam. Setidaknya terdapat empat model pelaksanaan TJSP yang umum digunakan di Indonesia. Keempat model tersebut antara lain: (1) Terlibat langsung. Dalam melaksanakan program TJSP, perusahaan melakukannya sendiri tanpa melalui perantara atau pihak lain.

Pada model ini perusahaan memiliki satu bagian tersediri atau bisa juga digabung dengan bagian yang lain, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosial perusahaan termasuk TJSP, (2) Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau groupnya. Pada model ini biasanya perusahaan sudah menyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur dalam kegiatan yayasan. Contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan sebagai perantara dalam melakukan TJSP antara lain; Danamon peduli, Sampoerna Foundation, kemudian PT. Astra International yang mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan PT. Unilever Indonesia yang mendirikan Yayasan Unilever Indonesia, (3) Bermitra dengan pihak lain. Dalam menjalankan TJSP perusahaan menjalin kerjasama, dengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah, lembaga pemerintah, media massa dan organisasi lainnya. Seperti misalnya Bank Rakyat Indonesia yang memiliki program TJSP yang terintegrasi, dengan strategi perusahaan dan bekerjasama dengan pemerintah, mengeluarkan produk pemberian kredit untuk rakyat atau yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat, (4) Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu (Kartini 2013; Solihin 2009).

Berdasarkan data Tabel 1, diketahui bahwa secara umum sampel terhadap gangguan komunikasi TJSP PTPN V adalah pada kategori tinggi. Hal ini terlihat rataan total bernilai 3,09. Indikator gangguan komunikasi meliputi antara lain;

faktor fisik, faktor psikologis, gangguan komunikasi teknis dan gangguan komunikasi semantik. Berdasarkan data Tabel 1, diketahui bahwa total rataan

(6)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

6 | P a g e

skor tanggapan sampel terhadap peubah pemberdayaan masyarakat adalah pada kategori tinggi sebesar 3,15. Hal ini menandakan efek dari program TJSP PTPN V yang dilaksanakan menjadikan masyarakat berdaya. Selanjutnya diketahui bahwa total rataan skor tanggapan sampel terhadap citra perusahaan secara keseluruhan dengan kategori tinggi sebesar 2,87. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan masyarakat penerima bantuan terhadap citra perusahaan adalah baik. Program kemitraan PTPN V dapat membangun citra positif perusahaan. Selain citra perusahaan, reputasi perusahaan merupakan tanggapan balik/ umpan balik/feedback. Feedback/ tanggapan balik/ umpan balik yakni tanggapan balik dari pihak penerima/ komunikan atas pesan yang diterimanya. Berdasarkan data Tabel 1, diketahui bahwa total rataan skor tanggapan sampel terhadap reputasi perusahaan adalah pada kategori tinggi sebesar 3,12. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan masyarakat penerima bantuan terhadap reputasi perusahaan adalah baik. Program TJSP PTPN V dapat membangun reputasi yang positif terhadap perusahaan.

Tabel 1 Rataan skor tanggapan sampel terhadap peubah gangguan

komunikasi, pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi PTPN V

Peubah

Rataan Skor*

Gangguan komunikasi 3,20

Pemberdayaan masyarakat 3,15

Citra perusahaan 2,87

Reputasi perusahaan 3,12

Rataan Peubah 3,09

Keterangan: * Selang Skor 1-1,75=Rendah; 1,76-2,51=Sedang; 2,52- 3,27=Tinggi; 3,28-4=Sangat tinggi

Hasil respon dari penerima bantuan berkaitan dengan beberapa indikator tersebut sebagai berikut, tanggapan sampel terhadap faktor fisik ada pada kategori tinggi, dengan nilai total rataan sebesar 3,25.

Sebagian besar penerima bantuan merasakan bahwa sangat sedikit gangguan komunikasi yang terjadi dalam proses komunikasi program TJSP PTPN V Pekanbaru. Dari sisi gangguan komunikasi fisik, sampel menilai bahwa ketika berkomunikasi, mereka tidak mendapatkan kesulitan melihat langsung wajah karyawan TJSP PTPN V, dalam menyampaikan informasi. Mereka juga dapat mendengarkan dengan baik, merespon dengan baik dan kondisi fisik mereka juga dalam keadaan sehat. Dari sisi gangguan komunikasi psikologis, sampel merespon bahwa karyawan TJSP PTPN V memiliki kepribadian yang

(7)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

7 | P a g e

baik, sehingga masyarakat merasa nyaman berkomunikasi. Sampel tidak mengalami kesulitan secara psikologis terhadap suku, agama dan status sosial karyawan, sebagai pelaksana program TJSP PTPN V. Dari sisi gangguan komunikasi semantik, sampel menilai bahwa mereka tidak menghadapi kesulitan terhadap kata-kata, bahasa dan istilah-istilah yang digunakan ketika berkomunikasi dengan karyawan TJSP PTPN V. Dari sisi gangguan komunikasi teknis, sampel merasa tidak ada gangguan komunikasi yang berarti berkaitan dengan peralatan teknis ketika berkomunikasi. Mereka mudah berkomunikasi secara tatap muka tanpa gangguan komunikasi dari handphone berdering.

Sampel tidak mendapati speaker rusak, mikropon rusak atau suara gaduh, sehingga suara tidak jelas, ketika penyuluhan/ ceramah/ pelatihan. Infokus juga menampilkan gambar yang jelas dan listrik tetap stabil ketika pelatihan/ ceramah.

Korelasi Gangguan Komunikasi dengan Pemberdayaan Masyarakat, Citra dan Reputasi Perusahaan

Berdasarkan data Tabel 27, diketahui bahwa terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat dan citra serta reputasi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima yaitu terdapat korelasi yang signifikan dan positif antara gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat dan citra serta reputasi perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin sedikit gangguan komunikasi maka dapat meningkatkan kemampuan, pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi perusahaan. Berikutnya, terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi (fisik, psikologi, semantik dan teknis) dengan peubah pemberdayaan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bisa mengurangi gangguan komunikasi dalam berkomunikasi maka mampu meningkatkan pemberdayaan di masyarakat penerima bantuan.

Tabel 2 Korelasi gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi perusahaan

Gangguan komunikasi

Koefisien korelasi rank Spearman (rs) pada Pemberdayaan

Masyarakat

Citra Perusahaan

Reputasi Perusahaan

Fisik 0,450** 0,311** 0,413**

Psikologis 0,450** 0,377** 0,427**

Semantik 0,440** 0,389** 0,511**

Teknis 0,431** 0,276** 0,492**

(8)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

8 | P a g e

Total 0,442** 0,311** 0,467**

Keterangan: ** sangat signifikan pada p<0,01

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi (fisik, psikologi, semantik dan teknis) dengan peubah citra perusahaan. Hal ini bermakna bahwa semakin sedikit gangguan komunikasi dalam proses komunikasi maka mampu meningkatkan citra positif perusahaan pada pandangan masyarakat penerima bantuan. Akhirnya, terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi (fisik, psikologi, semantik dan teknis) dengan peubah reputasi perusahaan. Hal ini mengindikasikan semakin baik mengelola gangguan komunikasi dalam berkomunikasi maka dapat membangun reputasi perusahaan yang baik pada pandangan masyarakat sebagai stakeholders eksternal.

Korelasi indikator gangguan komunikasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat

Gangguan komunikasi dalam komunikasi yang dapat menyebabkan terganggunya kecermatan dalam menerima pesan (Riswandi 2009), seperti perbedaan budaya, perbedaan karakter maupun tidak paham teknologi dapat dikurangi. Secara alami pelaku komunikasi akan melakukan penyesuaian- penyesuaian perilaku komunikasinya.

Tabel 3 Korelasi indikator gangguan komunikasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat

Indikator Koefisien korelasi rank Spearman (r

s) pada

KD PS MK AA KL PG KT SP TD

Gangguan Fisik

0,320

**

0,243*

*

0,519*

* 0,671** 0,576** 0,477*

*

0,249*

*

0,532*

*

0,470*

*

Gangguan Psikologis

0,484

**

0,381*

*

0,425*

* 0,415** 0,547** 0,517*

*

0,356*

*

0,505*

*

0,447*

*

Gangguan Semantik

0,315

**

0,238*

*

0,519*

* 0,679** 0,569** 0,470*

*

0,244*

*

0,526*

*

0,467*

*

Gangguan Teknis

0,257

**

0,189*

*

0,679*

* 0,605** 0,565** 0,456*

*

0,204*

*

0,493*

*

0,450*

*

Keterangan: ** sangat signifikan pada p<0,01 dan * signifikan pada p< 0,05

(9)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

9 | P a g e

PKD= Kebutuhan Dasar, PBP=Partisipasi, PMK=Meningkatkan Kekuatan, PBA=Aturan-aturan, PKM=Kemandirian Lokal

PKOG=Pengetahuan, PBK=Keterampilan, PS=Sikap, PP=Tindakan

Berdasarkan Tabel 3 diketahui, bahwa sebagian besar indikator gangguan komunikasi terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) indikator pemberdayaan masyarakat. Hal ini mengindikasi bahwa secara keseluruhan semakin sedikit gangguan komunikasi dalam berkomunikasi, maka semakin meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi fisik dengan indikator pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan- aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Hal ini mengindikasi bahwa secara keseluruhan semakin mampu gangguan komunikasi fisik diminimalisir dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan.

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi psikologis dengan indikator pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan- aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan gangguan komunikasi psikologis yang mampu diminilisir dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi psikologis dengan indikator pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan.

Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin sedikit gangguan komunikasi semantik dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Terdapat juga korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi teknis dengan indikator pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin serasi dimensi waktu dalam berkomunikasi dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses

(10)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

10 | P a g e

pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan.

Secara keseluruhan indikator pemberdayaan dinilai baik oleh masyarakat.

Rincian indikator pemberdayaan dinilai baik tersebut antara lain; meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar, berpartisipasi dalam proses pembangunan, meningkatkan kekuatan, aturan-aturan, kemandirian lokal, pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa melalui program TJSP PTPN V berhasil memberdayakan masyarakat dengan baik Begitu juga, indikator gangguan komunikasi direspon baik oleh masyarakat.

Hasil riset program TJSP dan konsep pemberdayaan ekonomi di Afrika Selatan oleh Sharlene (2012) menyatakan bahwa para pimpinan perusahaan di Afrika Selatan berhasil memberdayakan ekonomi melalui komitmen mereka dalam mengimplementasikan program TJSP. Selanjutnya, Situmeang (2012) menyatakan terdapat korelasi sangat nyata dan nyata yang positif antara tingkat persepsi masyarakat dan tingkat keberdayaan masyarakat, kecuali untuk korelasi antara persepsi di bidang ekonomi dengan keberdayaan di bidang sosial dan pengelolaan lingkungan hidup, persepsi di bidang sosial dengan keberdayaan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Hasbullah (2012) menyatakan bahwa Peran program TJSP dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir cenderung masih lemah dan bersifat sporadis, hal ini terlihat dari kinerja sebagian besar program TJSP yang dinilai belum cukup memenuhi harapan masyarakat dan kurang berfokus pada upaya pengelolaan kawasan pesisir terpadu.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui, bahwa sebagian besar indikator gangguan komunikasi terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) indikator citra perusahaan. Hal ini mengindikasi bahwa semakin sedikit gangguan komunikasi dalam berkomunikasi, maka semakin meningkatkan citra positif perusahaan pada pandangan sampel. Secara keseluruhan terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi fisik dengan indikator ekonomi dan sosial. Hal ini mengindikasi bahwa semakin bisa gangguan komunikasi fisik diminimalisir dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan citra positif perusahaan pada aspek ekonomi dan sosial.

Tabel 4 Korelasi gangguan komunikasi dengan citra perusahaan Indikator Koefisien korelasi rank Spearman (r

s) pada Ekonomi Sosial Lingkungan

Gangguan Fisik 0,327** 0,521** 0,087

Gangguan Psikologis 0,379** 0,690** 0,062

Gangguan Semantik 0,478** 0,616** 0,075

(11)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

11 | P a g e

Gangguan Teknis 0,379** 0,397** 0,054

Keterangan: ** sangat signifikan pada p<0,01 dan * signifikan pada p< 0,05

Secara keseluruhan terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi psikologis dengan indikator ekonomi dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan komunikasi psikologis yang mampu diminilisir dalam proses komunikasi, maka dapat meningkatkan citra positif perusahaan pada aspek ekonomi dan sosial. Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi psikologis dengan indikator ekonomi dan sosial Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin sedikit gangguan komunikasi semantik dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan citra positif perusahaan pada aspek ekonomi dan sosial. Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi teknis dengan indikator ekonomi dan sosial Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin serasi dimensi waktu dalam berkomunikasi maka dapat meningkatkan citra positif perusahaan pada aspek ekonomi dan sosial.

Secara keseluruhan citra perusahaan dinilai baik oleh masyarakat.

Program kemitraan PTPN V dapat membangun citra positif perusahaan.

Indikator-indikator pada peubah citra perusahaan terdiri atas; aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Tangapan masyarakat berkaitan dengan beberapa indikator tersebut, terdapat pada data Tabel 1. Begitu juga, tanggapan masyarakat terhadap gangguan komunikasi dinilai baik (Tabel 1). Sehingga indikator yang ada pada citra perusahaan dan gangguan komunikasi sebagian besar memiliki korelasi sangat signifikan positif.

Korelasi indikator gangguan komunikasi dengan indikator reputasi perusahaan

Berdasarkan Tabel 4 diketahui, bahwa secara keseluruhan sebagian besar indikator gangguan komunikasi terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) indikator reputasi perusahaan. Hal ini mengindikasi bahwa secara keseluruhan semakin sedikit gangguan komunikasi dalam berkomunikasi, maka semakin meningkatkan reputasi perusahaan menjadi lebih baik pada pandangan masyarakat, sebagai stakeholders eksternal.

Secara keseluruhan terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi fisik dengan indikator kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih baik pada pandangan masyarakat. Hal ini mengindikasi bahwa secara keseluruhan semakin bisa gangguan komunikasi fisik diminimalisir dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan kepercayaan, kredibilitas,

(12)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

12 | P a g e

responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih positif pada pandangan masyarakat.

Tabel 4 Korelasi indikator gangguan komunikasi dengan indikator reputasi perusahaan

Indikator Koefisien korelasi rank Spearman (rs) pada Kepercaya

an Kredibilitas

Responsibilit y

Akuntabilita s

Mengelola Resiko Faktor Fisik 0,538** 0,403** 0,336** 0,479** 0,311**

Faktor

Psikologis 0,510** 0,340** 0,412** 0,437** 0,436**

Gangguan komunikasi Semantik

0,536** 0,359** 0,568** 0,558** 0,526**

Gangguan komunikasi Teknis

0,516** 0,333** 0,548** 0,542** 0,522**

Keterangan: ** sangat signifikan pada p<0,01

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi psikologis dengan indikator kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih baik pada pandangan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan gangguan komunikasi psikologis yang mampu diminilisir dalam berkomunikasi, maka dapat meningkatkan kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi positif dan baik pada pandangan masyarakat.

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi psikologis dengan indikator kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih baik pada pandangan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin sedikit gangguan komunikasi semantik dalam berkomunikasi, maka

(13)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

13 | P a g e

dapat meningkatkan kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih baik pada pandangan masyarakat.

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi teknis dengan indikator kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih baik pada pandangan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin serasi dimensi waktu dalam berkomunikasi dapat meningkatkan kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis menjadi lebih positif dan baik pada pandangan masyarakat.

Penilaian masyarakat penerima bantuan secara keseluruhan terhadap reputasi perusahaan adalah baik.Program kemitraan PTPN V dapat membangun reputasi perusahaan. Indikator-indikator pada peubah reputasi perusahaan terdiri atas. Tangapan masyarakat berkaitan dengan beberapa indikator tersebut, terdapat pada data Tabel 21. Begitu juga, tanggapan masyarakat penerima bantuan terhadap gangguan komunikasi dinilai baik (Tabel 26). Sehingga indikator yang ada pada reputasi perusahaan dan gangguan komunikasi sebagian besar memiliki korelasi sangat signifikan positif.

Reputasi merupakan konsep yang penting bagi organisasi/perusahaan.

Dalam era komunikasi yang serba cepat seperti sekarang ini, reputasi menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Untuk itu, reputasi harus dikelola dengan baik dengan menciptakan komunikasi yang tepat dan strategis.

Cravens dan Oliver (2006) menyatakan bahwa reputasi perusahaan jauh lebih dari citra perusahaan atau identitas perusahaan karena melibatkan dimensi temporal. Helm (2007) mengamati bahwa ada konsensus telah dicapai mengenai arti inti dan bangunan-blok reputasi perusahaan, meskipun ada kesepakatan yang cukup tentang efek positif yang berasal dari memiliki reputasi yang baik. Menurut Firestein (2006) reputasi adalah penentu terkuat dari keberlanjutan setiap organisasi. Sementara strategi selalu dapat diubah, ketika reputasi serius terluka, sulit bagi suatu organisasi untuk pulih.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh British Telecom (2002) tentang dampak TJSP pada reputasi penelitian. Penelitian menemukan bahwa TJSP merupakan 25 persen dari reputasi aset perusahaan. Dengan demikian, meningkatkan reputasi melalui TJSP merupakan tujuan penting karena reputasi baik mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu produk yang dianggap lebih handal dan berkualitas tinggi (McWilliams dan Siegel, 2001). Penegasan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh British Institute Market and Opini Research Internasional (MORI) Dawkins dan Lewis (2003). Selanjutnya hasil penelitian Tapscott dan Tiscoll (2003) menemukan bahwa kebutuhan pendekatan komunikasi proaktif dalam ekonomi global dipertimbangkan oleh para ahli sebagai pusat reputasi perusahaan dan membangun hubungan.

(14)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

14 | P a g e

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan antara lain:

Terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara gangguan komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat dan citra serta reputasi perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin sedikit gangguan komunikasi maka dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat, citra dan reputasi perusahaan.

Secara umum terdapat korelasi sangat signifikan positif (p<0,01) antara indikator gangguan komunikasi yaitu gangguan komunikasi fisik, gangguan komunikasi psikologis, gangguan komunikasi semantik dan gangguan komunikasi teknis pada peubah gangguan komunikasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat meliputi perencanaan program, proses pelaksanaan program, kompatibilitas program, output program, sesuai dengan kebutuhan penerima, ada kebaruan/novelty, dapat dipercaya, mudah dimengerti dan memecahkan permasalahan pengguna, indikator citra meliputi aspek ekonomi aspek sosial dan indikator reputasi perusahaan terdiri atas, kepercayaan, kredibilitas, responsibility dan akuntabilitas, serta mengelola resiko bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

Berlo DK. 1960. The Process of Communication An Intriduction to Theory and Practice. New York (US): Holt, Rinehart and Winston Inc.

Cangara H. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID): RajaGrafindo Persada.

_________.2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta (ID):

RajaGrafindo Persada.

DeFleur, Melvin L. 1982. Theories of Mass Communication. Edisi kelima. London (GB): Longman.

DeVito JA. 2009. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta (ID): Professional Books.

Hasbullah T. 2012. Desain strategi tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumber daya pesisir Kota Bontang (Studi Kasus PT Pupuk Kaltim). [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Ife J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice. Australia (AU): Longman.

(15)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

15 | P a g e

______. 2003. Community Development: Community-based Alternatives in an Age of Globalization. 2nd Edition. New South Wales (AU): Pearson Education Australia.

Jahi A. 2006. Pemberdayaan: Dalam Teori dan Praktek. Bogor (ID): Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan, IPB.

Karsidi R. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Petani dan Nelayan Kecil. Dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor (ID): IPB Press.

Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Indeks.

Moreno A, Capriotti P. 2009. Communicating CSR, citizenship and sustainability on the web. Journal of Communication Management. 13 (2):157-175.

Nielsen AE, Thomsen C. 2009. CSR communication in small and medium-sized enterprises: A study of the attitudes and beliefs of middle managers.

Corporate Communications. An International Journal. 14(2):176-189.

O’Connor A, Shumate M. 2010. An economic industry and institutional level of analysis of corporate social responsibility communication. Management Communication Quarterly. 24(4):529–551.doi.10.1177/089331890935 8747.

Silalahi U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung (ID): Refika Aditama.

Situmeang IVO. 2012. Komunikasi organisasi melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan).

[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung (ID):

Alfabeta.

Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial.

Bandung (ID) : Refika Aditama.

Sumaryo. 2009. Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan

(16)

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian FISIP Universitas Riau

--- ----

16 | P a g e

masyarakat: Kasus di Provinsi Lampung. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.Jakarta (ID): Bina Rena Pariwara.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No: PER 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No: PER 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 Pasal 9.

Ron I. 2003. Corporate social investment and branding in the new South Africa.

Journal of Brand Management. 10(4):303-311.

Undang-Undang No. 40 tahun 2007, Pasal 74 yaitu Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas.

Verboven H. 2011. Communicating CSR and business identity in the chemical industry through mission slogans. Business Communication Quarterly 74(4):415-.doi.10.1177/1080569911424485.

Gambar

Tabel 1  Rataan skor tanggapan sampel terhadap peubah gangguan
Tabel 2  Korelasi gangguan  komunikasi dengan pemberdayaan masyarakat,  citra dan reputasi perusahaan
Tabel 3  Korelasi indikator gangguan komunikasi dengan indikator  pemberdayaan masyarakat
Tabel 4 Korelasi gangguan  komunikasi dengan citra perusahaan  Indikator  Koefisien korelasi rank Spearman (r
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rekapitulasi Data Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten

Oleh karena itu, Kanjeng Bupati pun ingin segera memusyawarah- kannya dengan para demang dan punggawa yang hadir dalam pertemuan itu.. Kanjeng Bupati Wiranegoro

Kombinasi propilen glikol level rendah (garis berwarna hitam) menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan HPMC menurunkan aktivitas antibakteri, namun pada propilen glikol

Apa yang dijelaskan di atas sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, karena disorientasi belajar siswa sebagian besar berakar pada internal siswa itu sendiri, apalagi bagi

penelitian ini adalah pemanfaatan kulit pisang raja difermentasi MOL dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan serta menurunkan konversi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemampuan adaptasi mahasiswa secara fisiologis dalam studi lapangan matakuliah Arsitektur Vernakular dan hasil belajar

signifikan terhadap kekerasan material dengan media air pada daerah Plastizised zone 2) Ada pengaruh kecepatan potong dan berat material yang hilang terhadap