• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG MAGGOT PADA PAKAN KOMERSIL DENGAN FEEDING RATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG MAGGOT PADA PAKAN KOMERSIL DENGAN FEEDING RATE"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

SKRIPSI

Oleh :

SUCI AZRINA HARI SIKUMBANG 170302016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

SKRIPSI

Oleh :

SUCI AZRINA HARI SIKUMBANG 170302016

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajamen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)
(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Suci Azrina Hari Sikumbang NIM : 170302016

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penambahan Tepung Maggot pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp)” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitka nmaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Medan, Januari 2022

Suci Azrina Hari Sikumbang Nim. 170302016

(5)

SUCI AZRINA HARI SIKUMBANG. Pengaruh Tepung Maggot pada Pakan Komersil dengan Feeding Rate Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh DR. ERI YUSNI, M. SC.

Ikan lele adalah salah satu ikan air tawar yang memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan mudah untuk dibudidayakan. Salah satu faktor yang menjadi kendala dalam usaha budidaya ikan lele adalah pakan yang sering digunakan masyarakat memiliki harga yang relatif mahal sehingga banyak pembudidaya mencari bahan baku alternatif tambahan dalam produksi pakan. Tepung maggot merupakan salah satu bahan baku yang cukup efektif dalam menekan biaya produksi pakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung maggot pada pakan komersil dengan feeding rate berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2021.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu penambahan tepung maggot pada pakan komersil dengan tiga taraf yaitu P1 (80% Pakan Komersil + 20% Tepung Maggot), P2 (65% Pakan Komersil + 35% Tepung Maggot) dan P3 (50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot) dan Faktor kedua yaitu feeding rate dengan tiga taraf yaitu F1 (Feeding Rate 3%), F2 (Feeding Rate 4%) dan F3 (Feeding Rate 5%). Penelitian ini dilakukan selama 60 hari pemeliharaan untuk mengetahui pertambahan bobot, pertumbuhan panjang, Feed Convertion Rasio (FCR), tingkat kelangsungan hidup, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung maggot pada pakan komersil dengan feeding rate berbeda menunjukan adanya pengaruh berbeda sangat nyata (P≤0,01) terhadap peningkatan bobot, dan pertambahan panjang dengan perlakuan terbaik pada P3F3 (50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot Feeding Rate 5%) dan pengaruh berbeda nyata (P≤0,05) terhadap Feed Convertion Rasio (FCR) dengan perlakuan terbaik pada P3F1 (50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot Feeding Rate 3%) dan pada tingkat kelangsungan hidup tergolong baik.

Kata Kunci : Ikan Lele, Tepung Maggot, Feeding rate Pertumbuhan, FCR

(6)

SUCI AZRINA HARI SIKUMBANG. The Effect Of Maggot Flour on Commercial Feed with Different Feeding Rates on The Growth and Survival of Sangkuriang Catfish (Clarias gariepinus). Guided by DR. ERI YUSNI, M. SC.

Catfish is one of the freshwater fish that has a relatively fast growth and is easy to cultivate. One of the factors that become an obstacle in the catfish farming business is that the feed that is often used by the community has a relatively expensive price, so many farmers are looking for additional alternative raw materials in feed production. Maggot flour is one of the raw materials that is quite effective in reducing feed production costs. The purpose of this study was to determine the effect of adding maggot flour to commercial feed with different feeding rates on the growth and survival of catfish. This research was conducted from July to August 2021. The experimental design used was a Factorial Randomized Block Design (RAK) with 2 factors and 3 replications. The first factor is the addition of maggot flour to commercial feed with three levels, namely P1 (80% Commercial Feed + 20% Maggot Flour), P2 (65% Commercial Feed + 35% Maggot Flour) and P3 (50% Commercial Feed + 50% Maggot Flour ) and the second factor is the feeding rate with three levels, namely F1 (Feeding Rate 3%), F2 (Feeding Rate 4%) and F3 (Feeding Rate 5%). This research was conducted for 60 days of maintenance to determine weight gain, length growth, Feed conversion ratio (FCR), survival rate, and water quality. The results showed that the addition of maggot flour to commercial feed with different feeding rates showed a very significant effect (P≤0.01) on increasing weight, and increasing length with the best treatment at P3F3 (50% Commercial Feed + 50%

Maggot Flour Feeding). Rate 5%) and significantly different effect (P≤0.05) on the Feed Conversion Ratio (FCR) with the best treatment at P3F1 (50%

Commercial Feed + 50% Maggot Flour Feeding Rate 3%) and the survival rate was classified as good.

Keywords : Catfish, Maggot Flour, Feeding rate Growth, FCR

(7)

Penulis bernama Suci Azrina Hari Sikumbang dilahirkan di Kota Perdagangan pada tanggal 16 Desember 1999 merupakan Anak dari pasangan Bapak Zulhairi Sikumbang dan Ibu Zahara Marpaung dan merupakan anak kedua dari 3 bersaudara.

Pendidikan formal pertama diawali di SD Muhammadiyah 02 Perdangangan yang berakhir pada tahun 2011. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di MTs Al- Washliyah 02 Perdagangan dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 1 Bandar dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2017. Pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2020 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Ombolata Simenari , Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, provinsi Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan pada tahun 2021.

Penulis aktif sebagai anggota keorganisasian Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) periode 2019/2020.

(8)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Penambahan Tepung Maggot pada Pakan Komersil dengan Feeding Rate Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) ”. yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan S1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zulhairi Sikumbang dan Ibunda Zahara Marpaung, Serta Kakak tercinta Adhelia Miranda Sikumbang dan Adik Terkasih Setian Ardiansyah Sikumbang yang telah mencurahkan kasih sayang dan doa kepada penulis serta memberikan tenaga, waktu dan materi yang tidak dapat penulis balas jasanya.

2. Ibu Dr. Eri Yusni M.Sc, Bapak Ir, Syammaun Usman, MP dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar S.Pi, M. Si selaku dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah meberikan ilmu, arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis.

3. Ibu Desrita S.Pi., M.Si Selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

(9)

melakukan penelitian di UPTD Balai Benih Ikan kota Binjai.

6. Seluruh Mahasiswa Angkatan 2017.

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita.

Medan, Januari 2022

Suci Azrina Hari Sikumbang

(10)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 4

Kerangka Pemikiran ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Hipotesa Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias gariepinus) ... 7

Maggot ... 9

Pakan ... 11

Protein ... 13

Lemak ... 14

Kadar Air ... 15

Feed Convertion Ratio (FCR) ... 16

Feeding Rate ... 17

Pertumbuhan Benih Ikan Lele ... 19

Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 20

Kualitas Air ... 21

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Praktik ... 23

Alat dan Bahan ... 23

Rancangan Percobaan ... 23

Prosedur Praktek Kerja Lapangan Persiapan Wadah Pemeliharaan ... 25

Persiapan Air Media Pemeliharaan ... 25

Persiapan Ikan Uji Pemeliharaan ... 26

Persiapan Pakan Uji ... 29

Pemeliharaan Ikan Uji ... 29

Pengamatan Hasil ... Pertumbuhan Panjang ... 30

Pertumbuhan Bobot ... 30

Rasio Konversi Pakan ... 31

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 32 Pembahasan ... 44 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 51 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

No Teks Halaman

1. Kerangka pemikiran ... 5

2. Ikan lele sangkuriang (clarias gariepinus) ... 7

3. Peningkatan bobot ikan lele sangkuriang (H10 - H60) ... 33

4. Rata-rata peningkatan bobot ikan lele sangkuriang ... 33

5. Pertambahan panjang ikan lele sangkuriang (H10) – (H60) ... 36

6. Rata-rata pertumbuhan ikan lelesangkuriang ... 37

7. Rasio konversi pakan pada (H10 – H60) ... 39

8. Nilai rata-rata rasio konversi pakan ... 40

(13)

No Teks Halaman

1. Kandungan nutrisi pakan komersil ... 26

2. Kandungan nutrisi tepung maggot ... 26

3. Analisis variasi (anova) terhadap bobot (gr) ikan lele sangkuriang ... 34

4. Rata-rata standard error peningkatan bobot ikan lele sangkuriang ... 35

5. Analisis variasi (anova) terhadap panjang(cm) ikan lele sangkuriang ... 37

6. Rata-rata standard error peningkatan panjang ikan lele sangkuriang ... 38

7. Analisis variasi terhadap feed convertion ratio ikan lele sangkuriang ... 40

8. Hasil rata-rata standard error fcr ikan lele sangkuriang ... 41

9. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang ... 42

10. Parameter kualitas air selama penelitian ... 43

(14)

No Teks Halaman

1. Denah Penempatan Ember ... 57

2. Teknik Perhitungan Dosis Pakan pada Setiap Perlakuan ... 58

3. Jumlah Perhitungan Pakan Selama Penelitian ... 59

4. Data Pengamatan Petambahan Bobot Ikan Lele Selama Pemeliharaan ... 64

5. Hasil SPSS Bobot (gr) Ikan Lele ... 66

6. Data Pengamatan Petumbuhan Panjang Ikan Lele ... 71

7. Hasil SPSS Panjang (cm) Ikan Lele ... 73

8. Data Perhitungan FCR Ikan Lele ... 78

9. Hasil SPSS FCR (Feed Convertion Ratio) Ikan Lele ... 80

10. Data Pengamatan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 85

11. Data Pengamatan Kualitas Air Ikan Lele ... 87

12. Alat dan Bahan Penelitian ... 88

13. Pembuatan Kombinasi Pakan Komersil dengan Maggot ... 90

14. Kegiatan Penelitian ... 93

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi perikanan Indonesia tidak hanya dilihat dari luasnya perairan laut yang dimiliki bangsa ini, tetapi juga dari luasnya lahan di darat yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengembangkan budidaya perikanan. Salah satu upaya untuk mendorong peningkatan ekonomi perikanan budidaya adalah melalui kebijakan percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. Melalui kebijakan industrialisasi, pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya, pembangunan infrastruktur, pengembangan sistem investasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sumberdaya manusia, diselenggarakan secara terintegritas berbasis industri untuk peningkatan produksi, produktivitas dan nilai tambah (Sianturi et al., 2018).

Ikan adalah hewan berdarah dingin dengan ciri khas mempunyai tulang belakang, insang dan sirip. Ikan sangat bergantung pada air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Setiap organisme yang hidup dalam suatu perairan tergantung terhadap semua yang terjadi pada faktor abiotik (Anwar et al., 2015).

Dalam usaha budidaya ikan, kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.

Kondisi air sebagai media hidup biota air, harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi biota yang dipelihara. Kualitas air tersebut meliputi kualitas fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika misalnya suhu, kecerahan dan kedalaman. Faktor

(16)

kimia diantaranya pH, DO, CO2 dan N𝑯𝟑-N. Untuk menjaga kualitas air pada budidaya ikan lele harus dilakukannya rekayasa manusia. Sudah banyak peneliti yang melakukan upaya untuk menjaga kualitas air yaitu salah satunya dengan mengkombinasikan pakan ikan karena sisa hasil pencernaan mampu mempengaruhi kualitas air, Selain di pakan kita harus juga mampu merekayasa langsung pada perairan budidayanya (Kusumawati et al., 2018).

Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan ikan, biasanya berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan, Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal, dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan. Manajemen pakan ikan merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa bahan baku, pakan buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk ikan, serta memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna oleh ikan (Amalia et al., 2018).

Nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam budidaya ikan. Beberapa komponen nutrisi yang sangat penting dan harus tersedia dalam pakan ikan antara lain adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta mineral.

Nutrisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ikan. Kekurangan salah satu nutrisi dapat menurunkan laju

(17)

pertumbuhan, menyebabkan penyakit, sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan laju pertumbuhan terhambat (Niode at al., 2016).

Pengembangan pakan komersil untuk organisme akuatik secara tradisional tergantung pada tepung ikan sebagai sumber protein. Namun demikian, berkurangnya ketersediaan tepung ikan dan meningkatnya harga tepung ikan telah mendorong dilakukannya penelitian untuk mencari bahan pengganti sumber protein tersebut. Pemilihan bahan-bahan dan formulasi pakan ikan dapat mempengaruhi dampak lingkungan pada industri akuakultur (Sepang et al., 2021).

Kandungan protein maggot lebih tinggi dari pada kandungan pakan komersil yaitu berkisar antara 20 – 25%. Maggot juga memiliki fungsi sebagai pakan alternatif untuk ikan yang dapat diberikan dalam bentuk Segar. Walaupun penggunaan maggot tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya bahan pakan, namun setidaknya penggunaan maggot dapat diaplikasikan bersama pakan komersil sehingga otomatis biaya produksi dapat ditekan tanpa mengurangi pertumbuhan ikan (Putri et al., 2019).

Larva lalat (maggot) ini tergolong kebal dan dapat hidup di lingkungan yang cukup ekstrim, seperti di media/sampah yang banyak mengandung garam, alkohol, acids/asam dan amonia. Mereka hidup di suasana yang hangat, Serangga BSF memiliki beberapa karakter diantaranya dapat mereduksi sampah organik, dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup tinggi, tidak membawa gen penyakit, mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (40-50%), masa hidup sebagai larva cukup lama (± 4 minggu), dan mudah dibudidayakan (Suciati & Faruq, 2020).

(18)

Penambahan tepung maggot pada pakan komersil yaitu yang pertama penambahan 80% pakan komersil dan 20% tepung maggot, yang kedua penambahan 65% pakan komersil dan 35% tepung maggot dan yang ketiga penambahan 50% pakan komersil dan 50% tepung maggot. Dengan taraf feeding rate yang diberikan yaitu 3%, 4% dan 5%. Diharapkan perlakuan yang dilakukan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan yang cepat denggan feed convertion ratio (FCR) yang rendah sehingga meningkatkan harga jual dengan

biaya produksi yang rendah.

Rumusan masalah

Dalam penelitian ini digunakan tepung maggot sebagai bahan tambahan dalam pakan komersil, maggot merupakan salah satu sumber protein hewani tinggi karena mengandung kisaran protein 30-45%. Protein pada pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Penambahan tepung maggot pada pakan komersil dapat mendukung pertumbuhan dan kelulushidupan ikan.

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh penambahan tepung maggot pada pakan komersil dengan feeding rate berbeda terhadap pertumbuhan panjang dan bobot ikan lele

sangkuriang?

2. Adakah pengaruh perlakuan dengan feeding rate berbeda terhadap konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang?

3. Adakah perlakuan terbaik yang memberikan pengaruh pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan lele sangkuriang?

(19)

Kerangka pemikiran

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan, Benih ikan sangat rentan dalam menerima asupan makanan yang gizinya tidak sesuai yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui dosis dan persentase pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan.

Feeding rate merupakan persentase pakan yang diberikan pada ikan sesuai

dengan biomassa ikan. Feeding rate yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimum serta penggunaan pakan yang efesien.

Penambahan tepung maggot (Hermetia illucens) kedalam pakan komersil terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dengan membandingkan ukuran dan berat ikan tersebut di dalam akuarium. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Budidaya Ikan Lele

Feeding rate yang berbeda Penambahan tepung maggot

pada pakan komersil

1. Penambahan 20% tepung maggot dan 80% pakan komersil

2. Penambahan 35% tepung maggot dan 65% pakan komersil

3. Penambahan 50% tepung maggot dan 50% pakan komersil

4.

Meningkatkan Pertumbuahan dan Kelangsungan Hidup

Ikan Lele

FR 3%

FR 4%

FR 5%

Kombinasi Kualitas Air :

Suhu pH

Oksigen Terlarut

(20)

Tujuan Penelitian :

Sesuai rumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung maggot pada pakan komersil

dengan feeding rate berbeda terhadap pertumbuhan panjang dan bobot ikan lele sangkuriang.

2. Mengetahui pengaruh perlakuan dengan feeding rate berbeda terhadap konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang.

3. Mengetahui perlakuan dan feeding rate terbaik dari penambahan tepung maggot pada pakan komersil terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang.

Hipotesa Penelitian

H0 : Penambahan tepung maggot pada pakan komersil tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang.

H1 : Penambahan tepung maggot pada pakan komersil berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan serta untuk mengetahui cara meningkatkan atau mempercepat pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dengan perlakuan berbeda dan penerapan feeding rate yang baik dan tepat.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Menurut Windriani (2017), Klasifikasi ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 2. Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)

Ikan lele sangkuriang adalah jenis ikan tawar yang sangat banyak diminati oleh masyarakat, harganya yang merakyat juga tekstur dan rasa yang gurih dan nikmat membuat ikan ini sangat familiar dan banyak digandrungi oleh semua kalangan masyarakat dari usia muda sampai yang tua. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik. Pemeliharaan ikan bertujuan untuk menghasilkan ikan siap konsumsi (Ardika et al., 2020).

(22)

Ikan lele sangkuriang secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Lele sangkuriang memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepalanya pipih ke bawah (depressed) dengan bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga di atas insang. Mulut terletak pada ujung moncong (terminal) dengan dilengkapi 4 buah sungut (kumis).

Mulut lele dilengkapi gigi atau hanya berupa permukaan kasar di mulut bagian depan. Di dekat sungut, terdapat alat olfaktori yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan yang kurang berfungsi dengan baik. Ikan ini memiliki tiga buah sirip tunggal, yakni sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal), dan sirip dubur (anal). Sirip punggung dan sirip dubur tersebut berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Sirip dadanya dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut patil. (Windriani, 2017).

Habitat ikan lele sangkuriang di sungai dengan arus yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Pada siang hari ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Di Indonesia ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang penting. Lele lokal atau yang sering disebut walking catfish merupakan lele Sumatera Utara habitat asli di Indonesia.

Dinamakan walking catfish karena kemampuanya untuk berjalan didaratan untuk mencari makanan atau lingkungan yang cocok. Lele sangkuriang berjalan dengan menggunakan sirip pektoral untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan (Heri, 2019).

Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat dan

(23)

memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Jika ikan lele sangkuriang diberi pakan yang banyak mengandung protein nabati, maka pertumbuhannya lambat. Faktor lain yang menguntungkan adalah sumber protein berbasis insekta tidak berkompetisi dengan manusia sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak, termasuk unggas dan ikan (Siagian, 2020).

Maggot

Klasifikasi maggot (Hermetia illucens) menurut Suciati dan Mokolensang et al. (2017) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Stratiomyidae Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

Maggot (Hermetia illuncens) adalah organisme yang berasal dari telur lalat black soldier fly (BSF) dan salah satu orgnisme pembusuk karena mengonsumsi

bahan-bahan organik untuk tumbuh. Keunggulan dari maggot lalat black soldier yaitu memiliki tekstur yang kenyal dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim alami yang dapat meningkatkan kemampuan daya cerna ikan terhadap pakan. (Sepang et al., 2021).

Larva lalat (maggot) ini tergolong kebal dan dapat hidup di lingkungan yang cukup ekstrim, seperti di media/sampah yang banyak mengandung garam, alkohol, acids/asam dan amonia. Mereka hidup di suasana yang hangat, dan jika udara lingkungan sekitar sangat dingin atau kekurangan makanan, maka maggot

(24)

tidak mati tapi mereka menjadi fakum /idle/tidak aktif menunggu sampai cuaca menjadi hangat kembali atau makanan sudah kembali tersedia. Mereka juga dapat hidup di air atau dalam suasana alkohol. Serangga ini memiliki beberapa karakter diantaranya dapat mereduksi sampah organik, dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup tinggi, tidak membawa gen penyakit, mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (40-50%), masa hidup sebagai larva cukup lama (± 4 minggu), dan mudah dibudidayakan (Suciati & Faruq, 2020).

Berdasarkan berbagai insekta yang dapat dikembangkan sebagai pakan, kandungan protein larva cukup tinggi, yaitu 40-50% dengan kandungan lemak berkisar 29-32%. Maggot memiliki fungsi pakan alternatif untuk ikan yang dapat diberikan dalam keadaan segar. Walaupun penggunaan maggot tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya pakan, namun maggot dapat diaplikasikan bersama pakan komersil sehingga biaya produksi dapat ditekan. Maggot juga memiliki kandungan anti jamur dan antimikroba sehingga apabila dikonsumsi ikan akan tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur (Amandanisa & Suryadarma, 2020).

Harga pakan ikan saat ini memiliki harga yang semakin naik, untuk menekan harga pakan maka diperlukan alternatif seperti penambahan protein dari protein hewani. Salah satu bahan pakan alternatif sebagai sumber protein hewani adalah maggot yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. Sumber protein dari bahan baku yang berbeda lebih baik dibandingkan dengan sumber protein dengan bahan baku yang sama.

Dalam penelitian Siagian (2020) terdapat nilai laju pertumbuhan bobot spesifik pada setiap perlakuan mengalami peningkatan ikan lele sangkuriang yang

(25)

dipelihara dengan pemberian komposisi pakan berbeda memberikan dampak lebih baik terhadap nilai laju pertumbuhan spesifik dimana perlakuan yaitu C (pemberian pakan pelet HI-PRO-VITE 781-1+50 % larva BSF) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pelakuan A (pemberian pakan 100%

pellet HI-PRO-VITE 781-1).

Pakan

Pakan dalam budidaya ikan dapat dibedakan menjadi pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan yang terdapat di lingkungan ikan hidup dan tidak dilakukan pengolahan pakan. Pakan buatan (pelet) merupakan makanan yang diramu dari beberapa macam bahan makanan yang nilai nutrisi dan daya cernanya sudah diatur kemudian diolah menjadi bentuk khusus. Kandungan nutrisi dalam pakan merupakan unsur yang penting dalam budidaya perikanan.

Secara umum nutrisi yang harus terkandung di dalam pakan ikan diantaranya adalah protein, lemak, asam lemak esensial, karbohidrat, kalsium dan fosfor.

Pakan komersial yang beredar di pasaran sudah diramu sehingga nutrisi yang terkandung sudah lengkap (Bagayo et al., 2019).

Nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam budidaya ikan. Beberapa komponen nutrisi yang sangat penting dan harus tersedia dalam pakan ikan antara lain adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta mineral.

Nutrisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ikan. Kekurangan salah satu nutrisi dapat menurunkan laju pertumbuhan, menyebabkan penyakit, sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan laju pertumbuhan terhambat (Niode at al., 2016).

(26)

Pakan yang baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pemberian pakan yang nilai nutrisinya kurang baik dapat menurunkan kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhannya akan lambat (tumbuh kerdil), bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi (malnutrisi). Banyaknya zat-zat gizi yang diperlukan ikan untuk pertumbuhannya berbeda-beda (Amalia et al., 2018).

Peningkatan pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah ketersediaan pakan bagi ikan budidaya baik itu pakan alami maupun pakan buatan yang tersedia secara kualitas dan kuantitas. Salah satu masalah pada usaha budidaya ikan adalah pengadaan pakan yang tidak seimbang dengan kebutuhan ikan yang akan mengakibatkan produksi ikan tidak optimal. Pemberian pakan yang tepat sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan. Jenis pakan yang dikonsumsi dapat berupa pakan alami dan pakan buatan yang mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ikan. Selain itu pemberian pakan diharapkan dapat menyebabkan keseimbangan pemenuhan gizi oleh ikan (Niode at al., 2016).

Pakan akan diproses dalam tubuh ikan dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan membangun jaringan dan daging, sehingga pertumbuhan ikan akan terjamin. Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi, kondisi lingkungan mendukung, dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi cepat sesuai dangan yang diharapkan Pakan

(27)

berperan penting sebagai makanan yang sangat dibutuhkan oleh ikan (Amalia et al., 2018).

Pakan yang komponennya terdiri dari dua atau lebih sumber protein dapat memicu pertumbuhan ikan selama penggabungan itu saling melengkapi kekurangan masing-masing sumber bahan pakan, sehingga akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pakan yang hanya mengandung satu sumber protein.

Walaupun karbohidrat dalam pakan diperlukan dalam jumlah yang rendah namun apabila kekurangan atau kelebihan akan mempengaruhi keseimbagan energi sehingga pemanfaatan protein dan lemak untuk pertumbuhan terganggu (Sarumaha et al., 2021).

Protein

Komponen protein mempunyai peran penting dalam suatu formula pakan ternak karena terlibat dalam pembentukan jaringan tubuh dan terlibat aktif dalam metabolisme vital seperti enzim, hormon, antibodi dan lain sebagainya Protein yang bersumber pada insekta lebih ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara alamiah. Insekta dilaporkan memiliki efisiensi konversi pakan yang tinggi dan dapat dipelihara serta diproduksi secara massal. Di samping itu, budidaya insekta dapat mengurangi limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan (Siagian, 2020).

Faktor yang berpengaruh terhadap indeks glikemik dalam makanan adalah protein. Semakin tinggi kandungan protein dalam makanan maka indeks glikemiknya semakin rendah. Salah satu karakteristik protein adalah mampu memicu sekresi insulin tanpa meningkatkan glukosa darah. Hal ini dapat terjadi karena sekresi insulin yang dipicu oleh adanya protein relatif lebih lemah jika

(28)

dibandingkan dengan karbohidrat. Selain itu proses pencernaan protein juga dapat memicu pelepasan hormon (kolesistokinin) yang dapat meningkatkan rasa kenyang. Oleh karena itu protein merupakan makronutrien yang memiliki efek rasa kenyang yang lebih lama dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak (Probosari, 2019).

Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga, Jenis dan umur ikan menentukan jumlah kebutuhan protein. Untuk mengetahui kebutuhan energi pada ikan, harus terlebih dahulu mengetahui tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan bagi petumbuhan. Pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Protein dalam pakan dengan nilai biologis tinggi akan memacu penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding dengan protein yang bernilai biologis rendah. Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada formulasi pakan ikan (Masitoh et al., 2015).

Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat dan memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Jika ikan lele diberi pakan yang banyak mengandung protein nabati, maka pertumbuhannya lambat. Faktor lain yang menguntungkan adalah sumber protein berbasis insekta tidak berkompetisi dengan manusia sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak, termasuk unggas dan ikan (Siagian, 2020).

Lemak

Kandungan nutrisi pakan yang lengkap selalu dikaitkan dengan bahan yang digunakan dalam menyusun formulasi pakan. Salah satu nutrien pakan yang

(29)

penting yang dibutuhkan ikan yaitu protein dan lemak. Lemak merupakan sumber energi yang terbesar bagi tubuh ikan. Lemak sebagai pengganti sumber energi yang disumbangkan oleh protein, sehingga protein dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan. Kebutuhan lemak bagi ikan berbeda-beda dan sangat tergantung dari stadia ikan, jenis ikan dan lingkungan (Marzuqi dan Anjusary, 2013).

Komposisi nutrisi pakan yang digunakan menunjukkan semakin banyak Peningkatan lemak yang tinggi pada pakan akan meningkatkan kandungan energi dalam bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Council (1993) bahwa penggunaan lemak yang tinggi pada pakan akan menghasilkan penimbunan lemak yang terlalu banyak sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bahkan dapat menurunkan kualitas daging ikan (Sarumaha et al., 2021).

Lemak adalah salah satu zat makanan utama yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ikan, karena lemak memiliki nilai sumber energi yang tinggi yang dapat digunakan aktifitas sehari-hari ikan seperti berenang, mencari makan, menghindari musuh, pertumbuhan, dan ketahanan tubuh. Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak penting karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung di dalamnya (Munisa et al., 2015).

Kadar Air

Dalam Penelitian Musdalifah (2016) tingginya kadar air pada perlakuan disebabkan karena kadar air tepung tinggi sehingga semakin banyak konsentrasi penambahan tepung maka kadar air yang dihasilkan tinggi. Tingkat kekeringan

(30)

pakan sangat menentukan daya tahan pakan karena apabila pakan buatan mengandung banyak air maka akan menjadi lembab. Dalam kondisi ini apabila pakan disimpan terlalu lama akan ditumbuhi jamur. bahwa semakin lama bahan dikeringkan hasil bahan semakin baik karena kadar air yang semakin menurun (Musdalifah, 2019).

SNI menetapkan standar mutu kadar air yaitu menetapkan 12%, serat kasar sebesar 10,10% sementara SNI menetapkan 3%, serta lemak sebesar 12,72%

sementara SNI menetapkan 12%. Kandungan Nutrisi bahan baku pakan digunakan pada kondisi kadar air ˂3%. Semakin tinggi kadar air dalam bahan baku pakan, persentase kandungan nutrisi semakin rendah. Kadar air yang semakin tinggi pada bahan baku pakan menyebabkan kelembaban yang tinggi sehingga mutu dan pertumbuhan bakteri tinggi sehingga mempengaruhi kehigenisan dari baha baku pakan (Sihite, 2013).

Pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan akan terhenti, dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama. Disamping itu juga pengolahan dapat digunakan untuk meningkatkan nilai Kadar air dan kadar protein akan mengalami perubahan akibat adanya perlakuan lama pengeringan (Yuarni et al., 2015).

Feeding Convertion Ratio (FCR)

Dalam hal budidaya salah satu hal yang diperhatikan adalah konversi pakan untuk mengurangi biaya produksi. Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai konversi pakan berarti tingkat efisiensi

(31)

pemanfaatan pakan lebih baik, sebaliknya apabila konversi pakan besar, maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik. Dengan demikian konversi pakan menggambarkan tingkat efisiensi pemanfaatan pakan yang dicapai (Iskandar dan Elrifadah, 2015).

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan dengan bobot total ikan pada akhir pemeliharaan dikurangi dengan jumlah bobot ikan mati dan bobot awal ikan selama pemeliharaan. Nilai konversi pakan digunakan untuk mengetahui baik buruknya kualitas pakan yang diberikan untuk pertumbuhan ikan. Rendahnya konversi pakan berarti makin tinggi efisiensi pakan tersebut dan sebaliknya makin tinggi nilai konversi pakan maka makin rendah efisiensinya (Arifin dan Rumondang, 2017).

Feed convertion rasio (FCR) adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio

jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan budidaya. Jika nilai FCR = 1 artinya untuk memproduksi 1 kg daging ikan dalam sistem akuakultur dibutuhkan 1 kg pakan semakin besar nilai FCR, maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging kultur. FCR seringkali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha akuakultur (Mardhiana et al., 2017).

Feeding Rate

Salah satu upaya dari manajemen pakan ialah pengaturan dalam waktu pemberian dan jumlah/dosis pakan yang diberikan. Upaya tersebut sangat penting untuk meningkatkan efisiensi pakan, pertumbuhan ikan, serta menjaga kualitas perairan, sehingga dapat mendukung keberhasilan dalam suatu usaha budidaya,

(32)

dan pakan merupakan pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup. Dua hal utama dalam manajemen pakan adalah penerapan kuantitas atau jumlah pakan yang diberikan (feeding rate) dan frekuensi pemberian pakan (feeding frequency) (Akbar et al., 2020).

Feeding rate adalah jumlah pakan yang diberikan setiap hari pada ikan dan dihitung berdasarkan biomassa. Persentase pakan (feeding rate) yang cukup, berkualitas tinggi, dan tidak berlebihan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan usaha budidaya ikan. Pemberian pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ikan. Apabila pakan yang diberikan terlalu sedikit maka pertumbuhan ikan menjadi lambat dan terjadi persaingan antar ikan dalam memperoleh pakan (Zahra et al., 2019).

Frekuensi pemberian pakan ditentukan oleh spesies dan ukuran ikan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan seperti laju pengosongan lambung ikan. Pembudidaya ikan yang ingin memaksimalkan konsumsi pakan, pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan harus memperhatikan nafsu makan dan tingkat kekenyangan ikan yang dibudidayakannya karena masing-masing ikan mempunyai perbedaan dalam hal tersebut dan secara umum pengosongan perut akan merangsang nafsu makan sehingga interval optimum (Akbar et al., 2020).

Pada penelitian Akbar et al (2020) mengenai feeding rate berbeda dimana pakan yang berlebih dimanfaatkan tubuh untuk pertambahan bobot, semakin tinggi nilai feeding rate maka semakin besar berat ikan yang dihasilkan.

Pertumbuhan ikan terjadi apabila energi yang disimpan lebih besar dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivitas tubuh ikan. Energi tersebut didapatkan dari pakan yang diberikan. Pada perlakuan 3% pertumbuhan beratnya

(33)

lebih rendah dibandingkan perlakuan 5%. hal ini dikarenakan ketersedian energi pada perlakuan 5% lebih tinggi dari perlakuan 3%.

Pertumbuhan Ikan Lele

Secara umum pertumbuhan merupakan parameter yang utama dalam mengetahui pengaruh makanan terhadap aktivitas metabolsime tubuh. Definisi pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu keturunan, jenis kelamin, parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternalnya adalah pakan dan suhu perairan. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bergantung kepada ketersediaan bahan pakan yang dapat dikonsumsinya (Makhrojan, 2019).

Pertumbuhan merupakan proses bertambahan panjang dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan.

pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan baik dalam berat, panjang maupun volume selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahan sel otot dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh ikan sehingga menyebabkan penambahan berat atau panjang ikan (Mulqan et al., 2017).

Pertumbuhan ikan berhubungan erat dengan padat tebar, pakan dan lingkungan. Peningkatan padat tebar akan diikuti dengan peningkatan jumlah

(34)

pakan, buangan metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan dapat menurunkan kualitas air. Padat tebar ikan mempengaruhi derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, sehingga memungkinkan terjadinya kegagalan dalam proses produksi. Tingkat kematian ikan akan dapat ditekan jika didukung oleh cara pengelolaan yang tepat. Dengan pengelolaan yang baik dalam budidaya seperti penentuan padat tebar yang tepat maka tingkat kelangsungan hidup ikan akan maksimal (Prasetio et al., 2016).

Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan untuk pertumbuhan (Rihi, 2019).

Kelulushidupan ikan tidak dipengaruhi secara langsung oleh pakan.

Ketersediaan makanan dalam penelitian ini diduga cukup untuk memenuhi kebutuhan ikan. Tingginya kelangsungan hidup menunjukkan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan. Tingkat kelangsungan hidup dapat dipengaruhi oleh kualitas air terutama suhu dan kandungan oksigen. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Suhu air sangat berkaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen ikan (Delima et al., 2017).

(35)

Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan. Faktor probiotik diketahui memberikan pengaruh terhadap kelulushidupan. Probiotik pada budidaya ikan banyak dilakukan misalnya penggunaan jenis Bacillus spp. sebagai prebion dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air melalui penyeimbangan populasi mikroba dan mengurangi jumlah patogen dan secara bersamaan mengurangi penggunaan senyawa-senyawa kimia dan meningkatkan pertumbuhan serta kesehatan hewan inang (Pratama et al., 2017).

Tingkat kelangsungan ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50%

sedang dan kurang dari 30% tidak baik. Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan (Mulyani et al., 2014).

Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan sebaiknya tetap dijaga kualitasnya agar tetap menjadi media yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan atau organisme lain yang dibudidayakan. Mengingat akan pentingnya kondisi perairan yang baik maka perlu dilakukan upaya untuk tetap menjaga kualitasnya namun tetap dalam kondisi yang aman, murah, praktis dan harus ramah lingkungan (Lestari et al., 2013).

Kualitas air merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan. Sumber air yang baik dalam kegiatan budidaya seharusnya

(36)

memenuhi kriteria baku mutu air sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan semestrinya. Pengembangan budidaya perikanan secara intensif dicirikan dengan adanya peningkatan kepadatan ikan dan suplai pakan yang seluruhnya menggunakan pakan buatan (Panggabean et al., 2016).

Ikan lele sangkuriang mampu bertahan hidup dalam kondisi kualitas air yang buruk namun keadaan itu akan berpengaruh pada pertumbuhannya. kondisi air sebagai media hidup biota air, harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi biota yang dipelihara. Kualitas air tersebut meliputi kualitas fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika misalnya suhu, kecerahan dan kedalaman. Faktor kimia diantaranya pH, DO, CO2 dan N𝑯𝟑-N (Kusumawati et al., 2018).

Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele sangkuriang secara intensif adalah 25 – 300C. Adapun parameter lain yang harus di perhatikan adalah umumnya ikan lele sangkuriang hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 mg/L. Sering kandungan oksigen berubah secara mendadak, misalnya akibat penguraian bahan organik. Keasaman atau pH yang baik bagi lele sangkuriang adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada insang, sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele sangkuriang (Qalit et al., 2017).

pH merupakan salah satu gambaran tentang kemampuan suatu perairan dalam memproduksi garam mineral, yang mana bila pH tidak sesuai dengan kebutuhan organisme yang dipelihara, akan menghambat pertumbuhan ikan. pH yang ideal berkisar antara 6 – 8. Pertumbuhan ikan akan terhambat jika nilai pH, Suhu dan kualitas air lainnya tidak sesuai dengan kebutuhannya (Alfin, 2016).

(37)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni–Agustus 2021. Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Benih Ikan Kota Binjai, Jl. Labu, Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 buah bak fiber sebagai tempat aklimatisasi ikan dan pengendapan air, 27 buah ember berdiameter 50 cm dan tinggi 30 cm sebagai wadah pemeliharaan ikan.

Timbangan digital digunakan untuk menimbang bobot ikan. Kertas milimeter blok digunakan untuk mengukur panjang ikan. Tanggok untuk menangkap dan memindahkan ikan uji. Blender digunakan untuk menghaluskan maggot. Selang sipon digunakan untuk menyipon air. pH meter, termometer dan DO meter digunakan untuk mengukur kualitas air. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dan kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) ukuran panjang ±13 cm dengan berat ±15 gr sebanyak 270 ekor. Air bersih, kombinasi tepung maggot dan pakan komersil.

Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pertama penambahan tepung maggot dan pakan komersil dengan dosis yang berbeda P1 (80% pakan komersil dan 20% tepung maggot), P2 (65% pakan komersil dan

(38)

35% tepung maggot). P3 (50% pakan komersil dan 50% tepung maggot). Dengan faktor kedua Feeding rate 3 (tiga) taraf masing-masing 3%, 4% dan 5% dengan 3 (tiga) kali pengulangan. Menurut Hanafiah (1997) Model Linear yang digunakan adalah sebagai berikut :

Hijk = π + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eijk Keterangan :

Hijk = Hasil akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i π = Nilai tengah umum

Pj = Pengaruh faktor perlakuan ke-j Pk = Pengaruh faktor perlakuan ke-k

Pj x Pk = Interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k

Eijk = Eror akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i i = 1, 2, …., u (u = ulangan)

j = 1, 2, …., p ke-1 (p = perlakuan ke-1) k = 1, 2,…... p ke-2 (p = perlakuan ke-2)

Kombinasi Perlakuan :

P1

P1F1

Penambahan 80% pakan komersil dan 20% tepung maggot dengan feeding rate 3%

P1F2

Penambahan 80% pakan komersil dan 20% tepung maggot dengan feeding rate 4%

P1F3

Penambahan 80% pakan komersil dan 20% tepung maggot dengan feeding rate 5%

P2

P2F1

Penambahan 65% pakan komersil dan 35% tepung maggot dengan feeding rate 3%

P2F2

Penambahan 65% pakan komersil dan 35% tepung maggot dengan feeding rate 4%

(39)

P2F3

Penambahan 65% pakan komersil dan 35% tepung maggot dengan feeding rate 4%

P3

P3F1

Penambahan 50% pakan komersil dan 50% tepung maggot dengan feeding rate 3%

P3F2

Penambahan 50% pakan komersil dan 50% tepung maggot dengan feeding rate 3%

P3F2

Penambahan 50% pakan komersil dan 50% tepung maggot dengan feeding rate 3%

Pengambilan data dilakuakan 6 kali dengan interval pengukuran dan pengambilan data setiap 10 hari selama 60 hari. Pada penelitian ini parameter yang di uji yaitu pertumbuhan, kelangsungan hidup, efesiensi pakan dan parameter penunjang yaitu Suhu, pH air dan oksigen terlarut.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah Pemeliharaan

Wadah sebagai media pemeliharaan ikan lele yang digunakan adalah 27 unit ember plastik untuk pengujian/percobaan. Wadah yang dapat menampung air sebanyak 28 liter.

Sebelum wadah dipakai untuk melakukan penelitian dilakukan pencucian wadah dengan garam, setelah wadah bersih kemudian di keringkan dibawah sinar matahari selama 1 hari, setelah itu wadah diberikan nomor plot sesuai pada perlakuan percobaan yang diberikan pada denah penempatan ember ikan lele (Lampiran 1).

Persiapan Air Media Pemeliharaan

Air merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan, Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumur galian yang dinaikkan

(40)

dengan pompa. Air diendapkan selama ± 96 jam atau 4 (empat) hari sampai kadar keasaman air mencapai netral yaitu pH = 6,5 - 7 yang bertujuan untuk menghindari kematian ikan dan zat - zat berbahaya. Selanjutnya air diisi kedalam ember sebanyak 28 liter. Setelah itu air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan.

Persiapan Ikan Uji Pemeliharaan

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele yang memiliki ukuran panjang ±13 cm dan bobot ± 15 gr sebanyak 270 ekor. Ikan lele didapatkan dari UPTD Balai Benih Ikan kota Binjai, Sumatera Utara. Ikan diletakkan ke dalam media sementara yang telah diendapkan sebelum dimasukkan ke dalam media pemeliharaan, ikan di aklimatisasi selama ± 4 (empat) hari sehingga ikan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak mengalami stres.

Persiapan Pakan Uji Teknik Perhitungan Pakan

Pakan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial dengan protein 30%. Kandungan nutrisi pakan komersil dan tepung maggot dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan Uji Ikan Lele (sp) Kode

Pakan

Bentuk Pakan

Protein (%)

Lemak (%)

Kadar Air (%)

781-2 Tepung 30% 5% 12%

Sumber : (SNI 7548:2009)

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Protein Tepung maggot Bentuk

Pakan

Protein (%)

Lemak (%) Kadar Air (%) Tepung/Bahan

Kering

33% 27,50% 10,79%

Sumber : (Amandanisa & Suryadarma, 2020).

(41)

Maggot didapatkan dalam bentuk segar atau hidup, sehingga proses yang dilakukan adalah mematikan maggot dengan disiram air panas, maggot yang sudah mati dijemur pada sinar matahari sampai kering, kemudian maggot kering dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak menggunakan tapisan sehingga diperoleh tepung maggot yang siap digunakan sebagai bahan pakan ikan.

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil 781-2 dengan jumlah protein 30% dan tepung maggot dengan jumlah protein 33%. Untuk memperoleh protein seimbang yaitu 30% maka tepung maggot dicampur dengan sedikit dedak padi yang memiliki kandungan protein 8% sehingga menghasilkan jumlah protein tepung maggot menjadi 30%. Menurut Aprilia & Yusni (2018) Untuk mendapatkan jumlah protein, digunakan metode segiempat (Pearson’s Square Method), dimana Protein basal adalah bahan baku untuk membuat pakan dengan

kandungan protein <20% sedangkan protein suplemen adalah bahan baku untuk membuat pakan dengan kandungan protein >20%. yang telah dijabarkan dibawah ini :

Kandungan Protein

yang diinginkan

Dikurangi 30% Hasilnya

Protein Suplemen T. Maggot : 33%

22%+

25%

Protein Basal

Dedak Padi : 8% 3

(42)

Dedak Padi :

Tepung Maggot

Sehingga untuk mendapatkan campuran protein 30% diperoleh dengan mencampurkan 12% Dedak Padi dan 88% Tepung Maggot. Dalam penghitungan pakan, pakan yang dicampur pada setiap perlakuan mempunyai protein 30%, sehingga dapat di cari berapa pengurangan pakan komersil yang digunakan untuk efisiensi. Cara mencari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

X Kadar protein

P1 + = 30

P2 + = 30

P3 + = 30

Setelah diketahui berapa persen pengurangan pakan komersil yang digunakan, selanjutnya ditentukan berapa gram (g) pakan komersil, dedak padi dan tepung maggot yang diberikan dengan menggunakan perhitungan pemberian pakan ikan per 10 hari. Perhitungan persentase pakan komersil dan tepung maggot dalam 1 kg dapat dilihat pada (Lampiran 4).

3 25

X 100 = 88%

22 25

X 100 = 12%

Persen pakan yang digunakan 100

19,5 + 10,5 = 30

15 + 15 = 30 24 + 6 = 30

(43)

Pencetakan Pakan

Penambahan tepung maggot pada pakan komersil dilakukan dengan cara tepung maggot yang telah jadi ditimbang terlebih dahulu diikuti dengan penimbangan dedak padi dan pakan komersil dalam bentuk tepung. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga merata. Kemudian tepung maggot yang dicampur dengan dedak padi dan pakan komersil diberi air sebanyak 350 ml/kg dan dibiarkan sampai 5 menit. Jika seluruh campuran pakan sudah tercampur merata, campuran pakan tersebut dioven dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Pakan yang telah jadi sebaiknya dijemur dibawah sinar matahari setiap hari agar menghindari jamur dan pakan dapat bertahan lebih lama.

Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) sebagai ikan uji setelah diaklimatisasi dipelihara selama 60 hari. Ikan lele sangkuriang dimasukkan ke tiap-tiap ember sebanyak 10 ekor dengan volume air 28 liter atau kepadatan 1 ekor/2,8 liter air. Ikan lele sangkuriang diberi pakan percobaan sesuai dengan perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 18.00 WIB dengan persentase pemberian pakan 3%, 4% dan 5% dari bobot ikan. Selanjutnya dalam menjaga agar kualitas air berada pada kisaran normal, setiap hari akan dilakukannya penyiponan sisa pakan dan kotoran ikan serta pergantian air minimum 10% dari volume total air. Kemudian, air yang terbuang akan diganti kembali dengan air yang telah diendapkan. Pengamatan kualitas air dilakukan setiap 10 hari Suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO).

(44)

Pengamatan Hasil

Peningkatan Bobot Harian

Peningkatan bobot harian ikan dapat dihitung menggunakan rumus menurut Huismann (1976) yang diacu oleh Eriyusni (2006) sebagai berikut :

Keterangan :

DWG : Laju pertumbuhan

W2 : Panjang ikan pada waktu (gr) W1 : Panjang ikan pada waktu (gr) T2 – T1 : Waktu pengambilan data

Pertambahan Panjang Harian

Pertumbuhan panjang harian ikan dapat dihitung menggunakan rumus menurut Huismann (1976) yang diacu oleh Eriyusni (2006) sebagai berikut :

Keterangan :

DLG : Laju pertumbuhan

W2 : Panjang ikan pada waktu (cm) W1 : Panjang ikan pada waktu (cm) T2 – T1 : Waktu pengambilan data

Konversi Pakan (Feed Convertion Ratio)

Menurut Kordi (2009), rasio konversi pakan dapat dihitung menggunakan rumus :

(45)

Keterangan :

FCR : Feed Convertion Ratio

F : Jumlah total pakan yang diberikan (gram) Wt : Bobot ikan uji pada akhir penelitian (gram) W0 : Bobot ikan uji pada awal penelitian (gram)

Survival Rate (SR)

Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) Menurut Effendie (1997) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

SR : Survival Rate (%)

Nt : Jumlah ikan di akhir penelitian (ekor) N0 : Jumlah ikan awal penelitian (ekor)

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk tabulasi dan penyajian grafik. dan hasil data percobaan ditabulasi secara statistik dengan menggunakan analyisis of variance (ANOVA) dan uji F pada selang kepercayaan 95%, untuk melihat

perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut. Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

x 100%

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan sampel ikan lele sangkuriang dilakukan setiap 10 hari sekali selama 60 hari masa pemeiharaan. Adapun objek yang diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh penambahan tepung maggot pada pakan komersil dengan feeding rate berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele

sangkuriang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pertumbuhan panjang (cm), pertumbuhan bobot (g), feed convertion ratio (FCR), kelangsungan hidup dan parameter kualitas air.

Adapun perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah P1 (penambahan 20% tepung magot dan 80% pakan komersil), P2 (penambahan 35%

tepung maggot dan 65% pakan komersil), P3 (penambahan 50% tepung maggot dan 50% pakan komersil) dengan perlakuan feeding rate F1 (feeding rate 3%), F2 (feeding rate 4%) dan F3 (feeding rate 5%).

Peningkatan Bobot Ikan Lele Sangkuriang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 60 hari dengan perlakuan penambahan tepung maggot pada pakan komersil dengan feeding rate yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang. Diagram peningkatan bobot setiap 10 hari dapat dilihat pada Gambar 3, diagram peningkatan bobot rata-rata ikan lele dapat dilihat pada Gambar 4, ANOVA peningkatan bobot ikan terdapat pada Tabel 4, dan untuk nilai rata – rata serta standard error peningkatan bobot dapat dilihat pada Tabel 5.

Rata-rata peningkatan bobot ikan lele sangkuriang terlihat pada (Lampiran 5).

(47)

Gambar 3. Peningkatan bobot ikan lele sangkuriang (H10 - H60)

Peningkatan bobot tertinggi selama masa penelitian pada masing-masing perlakuan terdapat pada hari ke 60 dimana pada P1F1 = 3,63 g, P1F2 = 3,99 g, P1F3 = 5,87 g, P2F1 = 4,67 g, P2F2 = 5,07 g, P2F3 = 6,08 g, P3F1 = 5,29 g, P3F2 = 6,82 g dan P3F3 = 7,36 g, sedangkan peningkatan bobot terendah selama masa penelitian pada masing-masing perlakuan terdapat pada hari ke 10 dimana pada P1F1 = 1,89 g, P1F2 = 1,96 g, P1F3 = 2,41 g, P2F1 = 1,82 g, P2F2 = 2,53 g, P2F3 = 2,76 g, P3F1 = 3,34 g, P3F2 = 3,95 g dan P3F3 = 3,94 g.

Gambar 4. Rata-rata peningkatan bobot ikan lele sangkuriang

(48)

Hasil pada Gambar 4 menunjukkan bahwa perubahan peningkatan berat ikan lele yang telah dipelihara selama 60 hari berkisar 16,76 – 32,11 g.

peningkatan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P3F3 sebesar 32,11 g, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 30,71 g, kemudian diikuti perlakuan P3F1 sebesar 26,77 g, kemudian diikuti perlakuan P2F3 sebesar 26,59 g, kemudian diikuti perlakuan P2F2 sebesar 24,10 g, kemudian diikuti perlakuan P1F3 sebesar 21,78 g, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 19,60 g, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 18,36 g, Sedangkan peningkatan bobot terendah terdapat pada P1F1 sebesar 16,76 g, dengan berat akhir 32,16 g.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan penambahan tepung maggot pada pakan komersil terhadap peningkatan bobot ikan lele seperti pada (Lampiran 6). Dengan hasil dari uji analisis variasi (ANOVA) yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis variasi terhadap bobot (g) ikan lele sangkuriang Sumber Variasi Jumlah

Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Sig.

Maggot 155.438 2 77.719 440.247 0.000**

Feeding_rate 17.600 2 8.800 49.848 0.000**

Maggot* Feeding_rate 15.981 4 3.995 22.631 0.000**

Total 6998.880 248

**(Sangat berbeda nyata) (P≤0,01)

Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis variansi (ANOVA) perbedaan peningkatan bobot secara signifikan. Dari nilai signifikasi perlakuan maggot dan feeding rate serta interaksi maggot dengan feeding ratesebesar 0.000 yang berarti

perlakuan (≤0,01), hal ini menunjukkan bahwa sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap peningkatan bobot ikan. Sehingga dilanjutkan dengan uji lanjutan menggunakan SPSS yang dapat

(49)

menunjukkan perbedaan antar perlakuan terhadap peningkatan bobot ikan lele sangkuriang.

Tabel 4. Hasil standard eror peningkatan bobot (g) ikan lele sangkuriang Perlakuan

Hari

H10 H20 H30 H40 H50 H60

P1

P1F1

1.89a 2.08a 2.61a 3.13a 3.64a 3.61a

±0.06 ±0.13 ±0.20 ±0.32 ±0.42 ±0.35

P1F2

1.96a 2.66b 2.87a 3.27a 3.58a 3.83a

±0.07 ±0.06 ±0.16 ±0.29 ±0.28 ±0.48 P1F3 2.40b 2.71b 3.16a 3.81ab 3.87ab 5.95cd

±0.13 ±0.17 ±0.22 ±0.32 ±0.45 ±0.45

P2

P2F1 1.82a 2.43ab 2.62a 3.87ab 4.29abc 4.54ab

±0.05 ±0.05 ±0.30 ±0.24 ±0.32 ±0.49 P2F2 2.47b 3.31c 4.07b 4.39bc 4.68bcd 5.19bc

±0.14 ±0.20 ±0.27 ±0.24 ±0.28 ±0.36 P2F3 2.75b 3.31c 4.37bc 4.49bc 5.33de 6.16bcd

±0.36 ±0.37 ±0.47 ±0.43 ±0.51 ±0.70

P3

P3F1 3.33c 4.14d 4.39bc 4.73cd 4.92cd 5.21bc

±0.16 ±0.10 ±0.09 ±0.07 ±0.10 ±0.44 P3F2 3.94d 3.97d 4.85bc 5.11cd 6.00e 6.81de

±0.06 ±0.22 ±0.29 ±0.20 ±0.23 ±0.37 P3F3 3.94d 4.09d 5.15c 5.34d 6.23e 7.36e

±0.07 ±0.21 ±0.23 ±0.19 ±0.20 ±0.35

Keterangan : a b c d e menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa penambahan maggot dengan feeding rate berbeda setiap 10 hari sekali terdapat perbedaan nilai disetiap

perlakuan dan juga terdapat perbedaan notasi huruf. notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda antar perlakuan sedangkan pada notasi huruf yg berbeda, menujukkan adanya perbedaan antar perlakuan yg signifikan terhadap pertumbuhan peningkatan bobot ikan lele.

Gambar

Gambar 2. Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
Gambar 3. Peningkatan bobot ikan lele sangkuriang (H10 - H60)
Gambar 5. Pertambahan panjang ikan lele sangkuriang (H10) – (H60)  Hasil pada Gambar 5 menunjukkan pertambahan panjang tertinggi selama  pada masing-masing perlakuan terdapat pada hari ke 60 dimana pada P1F1 =  1,2  cm, P1F2 = 1,1 cm, P1F3 = 1,5 cm, P2F1 =
Gambar 6. Rata-rata pertumbuhan ikan lele sangkuriang
+4

Referensi

Dokumen terkait

cukup efektif terhadap program pengembangan simantri, dengan rata-rata pencapain skor mencapai 77,31 %. Walaupun pemahaman petani masih belum optimal dalam penerapan

dengan kebutuhan ikan dan kemampuan beradaptasi, sehingga diduga bahwa lebih tingginya kelulushidupan ikan pada perlakuan C (dosis 30 %) dibandingkan dengan perlakuan

Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel Jenis Rute dan Pelayanan Trip dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan keputusan masyarakat

Menurut pendapat peneliti dalam menciptakan kondisi sehat , selamat dan bekerja pada lingkungan yang aman, yaitu guna mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model CD- CCPS dalam perkuliahan Pendalaman IPA pada mahasiswa calon guru SD dapat lebih meningkatkan level pemahaman konsep

Judul : Pengaruh Penagihan Pajak Melalui Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Bekasi. Penagihan

Bentuk unit pelayanan institusional adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas berbasis Rumah Sakit dan unit pelayanan kesehatan jiwa komunitas

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel ( Daucus carota , L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan