8 BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam suatu penelitian landasan teori berupa pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dalam landasan teori ini berupa asumsi dan konsep yang mencakup lingkup studi yang akan diteliti.
A. Tinjauan Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepemimpinan
Pengertian tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Pengertian
bidang kegiatan hidup manusia. Oleh sebab itu maka sebelum dibahas mengenai pengertian kepemimpinan yang khusus mengacu pada bidang pendidikan, maka pengertian kepemimpinan yang bers ifat secara umum itulah yang perlu dipahami. Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani Handoko (1999:293) bahwa pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Pengertian kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan seseorang untuk memimpin yang diproyeksikan ke dalam bentuk-bentuk kegiatan atau proses mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan mengarahkan orang lain, sehingga mereka itu mau
berbuat, dan bertanggung jawab. Pemimpin juga mempunyai peranan yang besar terhadap kelompok atau organisasi yang dipimpinnya.
b. Fungsi Kepemimpinan
Efektivitas kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat didambakan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam keberhasilan organisasi. Namun demikian, belum terdapat kesepahaman tentang kriteria efektivitas kepemimpinan seseorang. Akan tetapi nampaknya telah diakui secara luas bahwa kemampuan mengambil keputusan merupakan salah satu kriteria utamanya. Kemampuan mengambil keputusan yang dimaksud adalah jumlah keputusan yang diambil yang bersifat praktis, realistik, dan dapat dilaksanakan serta memperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi. Kriteria lain yang dapat dan biasa digunakan adalah berkisar pada kemampuan seorang pemimpin menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki menurut Sondang P Siagian (1994:47-48) adalah:
1) Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
2) Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi.
3) Pemimpin selaku komunikator yang efektif.
4) Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik.
5) Pemimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Selaras dengan pendapat tersebut di atas, Kartini Kartono (1994:81) mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa
pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
c. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini secara singkat disebut sebagai gaya kepemimpinan (leadership style). Menurut Sutanto & Setiawan (2000) gaya kepemimpinan adalah sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Berbeda dengan Rivai (2003:64) yang mendefinisikan gaya kepemimpinan yaitu sekumpulan cirri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Jadi dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadiannya, karena gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara yang dimilikinya untuk memimpin bawahannya.
d. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan sekolah. Gaya kepemimpinan ini terkait dengan cara kepala sekolah untuk mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, kualitas kehidupan kerja, terutama tingkat prestasi sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Lebih lanjut lagi dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sebuah cara atau norma perilaku yang digunakan kepala sekolah dalam memimpin, membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, mengorganisir, dan mengawasi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan tingkah laku para guru dan staf dalam melaksanakan tugasnya di sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud dalam skripsi ini mengacu pada pengertian gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blancard (1982)
yaitu gaya kepemimpinan adalah polah tingkah laku yang ditampilkan seorang pemimpin ketika mencoba mempengaruhi tingkah laku orang lain seperti yang akan dipersepsikan oleh orang-orang yang akan dipengaruhi oleh pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan ini terbagi pada dua kecenderungan yaitu, berorientasi pada tugas (task behavior) dan berorientasi pada hubungan (relationship behavior).
e. Bentuk Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Hersey dan Blanchard (1982) pada dasarnya gaya kepemimpinan seseorang terbagi menjadi dua kecenderungan, yaitu berorientasi pada tugas (task behavior) dan berorientasi pada hubungan (relationship behavior).
Gaya kepemimpinan yang pertama yaitu pemimpin yang berorientasi pada tugas (task behavior), gaya pemimpin yang seperti ini ditandai dengan adanya beberapa hal seperti: pemimpin memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan, selalu mengadakan pengawasan secara ketat, meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin dan pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
Gaya kepemimpinan yang kedua yaitu pemimpin berorientasi pada hubungan (relationship behavior) dapat ditandai dengan beberapa gejala sebagai berikut: pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan terhadap bawahan, pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama yang saling hormat menghormati diantara sesame anggota kelompok.
f. Indikator Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan dalam skripsi ini adalah penilaian
guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan sekolah. Gaya kepemimpinan ini mengacu pada pengertian gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blancard (1982) yaitu gaya kepemimpinan adalah polah tingkah laku yang ditampilkan seorang pemimpin ketika mencoba mempengaruhi tingkah laku orang lain seperti yang akan dipersepsikan oleh orang-orang yang akan dipengaruhi oleh pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan ini terbagi pada dua kecenderungan yaitu, berorientasi pada tugas (task behavior) dan berorientasi pada hubungan (relationship behavior).
Indikator gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task behavior) adalah:
1) Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan terkait dengan tugas yang diberikan.
2) Pemimpin selalu mengadakan pengawasan yang ketat terhadap bawahannya.
3) Pemimpin menyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin dan petunjuk yang diberikan pemimpin.
4) Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan serta lebih mengutamakan hasil daripada proses.
Indikator gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan (relationship behavior) adalah:
1) Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada melakukan pengawasan terhadap bawahan.
2) Pemimpin selalu meilbatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
3) Pemimpin lebih bersifat penuh kekeluargaan.
4) Pemimpin percaya terhadap bawahan dan selalu melakukan hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati antar sesame anggota kelompok.
2. Tinjauan Tentang Etos Kerja Guru a. Pengertian Etos Kerja
Dewasa ini menjadi negara maju, dan terus berpacu dengan teknologi informasi tinggi pada dasarnya dimulai dengan suatu etos kerja yang sangat kuat untuk berhasil. Maka tidak dapat diabaikan etos kerja merupakan bagian yang patut menjadi perhatian dalam keberhasilan suatu perusahaan, perusahaan besar dan terkenal telah mem buktikan bahwa etos kerja yang militan menjadi salah satu dampak keberhasilan perusahaannya.
Etos kerja seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku, dan karakternya.
Etos berasal dari bahasa yunani ethos yakni karakter, cara hidup, kebiasaan seseorang, motivasi atau tujuan moral seseorang serta pandangan dunia mereka, yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif mengenai tatanan. Dengan kata lain etos adalah aspek evaluatif sebagai sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya, menurut Usman Pelly (1992:12) etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Dapat dilihat dari pernyataan di muka bahwa etos kerja mempunyai dasar dari nilai budaya, yang mana dari nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja masing-masing pribadi.
Menurut Toto Tasmara, (2002) Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik.
b. Pengertian Etos Kerja Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dalam Bab I, Pasal 1, Ayat (1)
dikatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran dan tugas guru sebagai pendidik yang merupakan pekerjaan sehari-hari dari seorang guru tidak boleh dilakukan asal-asalan hanya sekedar menggugurkan kewajiban, namun harus lebih dari itu. Selain menunaikan kewajiban, guru juga sebagai suri tauladan bagi peserta didiknya dimana semua tindak tanduk maupun tingkah lakunya akan selalu menjadi perhatian peserta didiknya.
Agar ilmu yang disampaikan bisa maksimal diterima oleh peserta didik, guru dalam proses pembelajaran harus berperilaku kerja yang positif. Tidak boleh seorang guru merencanakan pembelajaran yang asal- asalan dengan alasan bermacam-macam yang dibuat-buat karena perencanaan pembelajaran itu sangat penting untuk dilakukan dengan baik dan matang. Juga ketika proses belajar dan mengajar di dalam kelas, guru harus menampilkan perilaku yang baik, sabar, profesional, santun, mengayomi dan lain sebagainya agar peserta didik mudah menerima transfer ilmu yang diberikan oleh guru sebagai pendidiknya. Apalagi ketika proses evaluasi terhadap hasil pembelajaran, seorang guru harus benar-benar jujur, adil dan obyektif terhadap peserta didiknya agar proses evaluasi pembelajaran itu benar-benar bisa dijadikan sebagai bahan refleksi baik badi peserta didik maupun bagi guru itu sendiri. Agar perilaku mengajar yang positif itu bisa dikatakan sebagai perilaku mengajar yang profesional sehingga bisa memberi hasil sesuai dengan yang diharapkan, tentu perilaku mengajar yang positif itu harus berakar pada kesadaran, keyakinan maupun komitmen yang baik pada paradigma mengajar yang terpadu mulai dari perencanaan, proses belajar dan mengajar hingga proses evaluasi hasil belajar.
Menurut Sinamo (2009:33) seperangkat perilaku mengajar positif yang berakar pada kesadaran, keyakinan, disertai komitmen pada
paradigma kerja yang integral merupakan etos kerja profesional dari seorang guru. Dikaitkan dengan perilaku kerja positif yang didefinisikan oleh Sinamo (2009:33), maka semua tugas utama guru dalam bekerja juga harus dilaksanakan dengan perilaku yang positif. Mendidik harus dengan perilaku positif, mengajar harus dengan perilaku positif, membimbing juga harus dengan perilaku positif, dan seterusnya.
Pengertian etos kerja guru dalam skripsi ini adalah persepsi guru dalam melaksanakan tugas yang ditunjukan dalam perilaku kerjanya pada sebuah sekolah yang menyangkut disiplin kerja, kebiasaan-kebiasaan bekerja, tanggung jawab serta dedikasi dan loyalitas guru terhadap pekerjaannya.
c. Indikator Etos Kerja Guru
Indikator etos kerja guru ini mengacu pada pengertian dari Toto Tasmara (2002) yang mengartikan bahwa etos kerja guru adalah totalitas kepribadian guru serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dapat terjalin dengan baik. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal penting seperti:
1) Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin.
Orientasi ke masa depan ini mengacu pada silabus dan RPP yang dibuat oleh guru yang bersangkutan dengan kompetensi yang ingin dicapai dengan lebih terrencana dan terarah.
2) Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat penting guna efesien dan efektivitas bekerja. Berkaitan dengan waktu yang tersedia bagi guru dalam menyelesaikan materinya yang di rancang dalam RPP yang dibuatnya. Guru dituntut untuk efektif dan efisien dalam melakukan pembelajaran di sekolah.
3) Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan. Kurikulum dan pembelajaran dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sesuai rencana yang telah disusun.
4) Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.
Hemat terkait dengan efektif dan efisien waktu dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah sehingga tidak ada waktu kosong atau pelajaran kosong.
5) Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk untuk selalu berkreasi dan berinovatif.
3. TinjauanTentang Kinerja Guru a. Pengertian Kinerja Guru
Menurut kamus bahasa Indonesia, kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan, kemampuan kerja. Kemudian A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai .hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja guru dapat pula diartikan sebagai prestasi sebagai hasil yang dicapai guru, prestasi yang dimaksud ini bukan berarti banyaknya kejuaraan yang diperoleh guru tetapi suatu keberhasilan yang salah satunya nampak dari suatu proses belajar mengajar. Untuk mencapai kinerja maksimal, guru harus berusaha mengembangkan seluruh kompetensi yang dimilikinya dan juga manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada dilingkungan sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.
b. Tugas Pokok Guru dalam Pembelajaran
Guru berhadapan dengan siswa adalah pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses belajar berlangsung. Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomulikasi mengasuh dan menjadi belajar yang baik bagi siswanya untuk tubuh dan berkembang menjadi dewasa.
Menurut Sukadi (2001:26) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.
Adapun penjelasan dari kelima tugas pokok tersebut yaitu:
1) Merencanakan Kegiatan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru dituntut membuat perencanaan pembelajaran, fungsi perencanaan pembelajaran ialah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya. Sehingga proses belajar mengajar akan benar-benar terskenario dengan baik, efektif dan efesien. Dalam praktik pengajaran di sekolah, terdapat beberapa bentuk persiapan pembelajaran, yaitu:
a) Analisis materi pelajaran
b) Program tahunan/ program semester c) Silabus/ satuan pelajaran
d) Rencana pembelajaran
e) Program perbaikan dan pengayaan
Dalam membuat lima rencana tersebut biasanya guru di bantu oleh kepala sekolah juga rekannya yang biasanya dimusyawarahkan dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Organisasi guru semacam ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan
salah satu aktivitas ini di sekolah. Guru harus menunjukkan penampilan yang terbaik bagi para guru siswanya. Penjelasannya mudah di pahami, penguasaan keilmuannya benar, menguasai metodologi, dan seni pengendalian siswa. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman belajar yang baik bagi para siswanya sehingga siswa merasa senang dan termotivasi belajar bersamanya. Menurut Sukadi, tugas guru adalah mengoptimalkan bakat dan minat kemampuan para siswa. Untuk itu di perlukan seni didaktik. Guru juga pandai menggunakan teknologi pembelajaran sehingga menarik bagi para siswa.
3) Mengevaluasi Kegiatan Pembelajaran
Langkah guru berikutnya adalah mengevaluasi hasil pembelajaran. Segala sesuatu yang terencana harus di evaluasi agar dapat di ketahui apakah sudah direncanakan telah sesuai dengan realisasinya serta tujuan yang ingin dicapai dan apakah siswa telah dapat mencapai standar kompetensi yang di tetapkan. Selain itu, guru juga dapat mengetahui apakah metode ajarannya telah tetap sasaran.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi, seorang guru harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan. Selain itu, guru juga hars memperhatikan soal-soal evaluasi yang di gunakan.
Soal-soal yang telah dibuat hendaknya dapat mengukur kemampuan siswa.
4) Ketaatan guru pada disiplin tugas
Di dalam lembaga pendidikan telah dibuat aturan-aturan yang harus diindahkan oleh para guru maupun tenaga pendidikan lainnya.
Bahkan sebagai pegawai negeri. Aturan-aturan tersebut telah dibakukan menjadi aturan kepegawaian. Hal ini untuk menjadi kelencaran jalanya proses belajar mengajar maupun citra baik dari masyarakat yang ingin memanfaatkan jasa lembaga tersebut.
c. Kompetensi Guru
Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah mencapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1) Kompetensi Paedagogik 2) Kompetensi Kepribadian 3) Kompetensi Professional 4) Kompetensi Sosial
Adapun penjelasan dari keempat kompetensi tersebut adalah:
1) Kompetensi Paedagogik
Adalah mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar. Dalam Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi .kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi paedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat scenario pembelajaran memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana
belajar yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia.
2) Kompetensi Kepribadian
Kepribadian guru ini meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan adakalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksudnya guru harus dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya berbuat salah.
Kepribadian guru penting karena guru merupakan cerminan prilaku bagi siswa-siswanya. Menurut Moh. Uzer Usman (2003:16) kemampuan kepribadian guru meliputi mengembangkan kepribadian, berinteraksi dan berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, melaksanakan administrasi sekolah, menaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
3) Kompetensi Profesional
Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini memiliki prinsip yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai denga prestasi
kerja
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan sepanjang hayat
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
4) Kompentensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri dalam menghadapi orang lain. Dalam peraturan pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kompensasi social adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta pendidikan, dan masyarakat sekitar. Kemampuan sosial sangat penting karena manusia bukan makhluk individu. Segala kegiatannya pasti dipengaruhi juga oleh pengaruh orang lain.
Kompetensi sosisal seorang guru merupakan modal dasar guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan. Saiful Hadi (2007) berpendapat kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang meliputi:
a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkat kemampuan professional.
b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok.
d. Indikator Kinerja guru
Ada beberapa indikator yang dapat dilihat peran guru dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar. Indikator kinerja tersebut adalah:
1) Kemampuan merencanakan belajar mengajar. Kemampuan ini meliputi:
a) Menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan.
b) Menyesuaikan analisa materi pelajaran c) Menyusun program semester
d) Menyusun program atau pembelajaran
2) Kemempuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemampuan ini meliputi:
a) Tahap pra intruksional b) Tahap intruksional
c) Tahap evaluasi dan tidak lanjut
3) Kemampuan mengevaluasi. Kemampuan ini meliputi:
a) Evaluasi normatif b) Evaluasi formatif c) Laporan hasil evaluasi
d) Pelakanaan program perbaikan dan pengayaan
Jadi menurut penulis, kinerja guru yang terdapat di atas merupakan indikator positif dari kinerja guru. Sedangkan kinerja guru yang bersifat negatif meliputi, guru belum menguasai penyusunan program semester, guru belum melaksanakan pra intruksional, dan guru tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat normatif.
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian pendidikan tentang pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah, etos kerja guru, dan kinerja guru adalah:
a) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2011) yang berjudul
terhadap . Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru SMP Katolik Wijana Jombang. Gaya kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMP Katolik Wijana Jombang. Sedangkan Gaya kepemimpinan transaksional secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja guru SMP Katolik Wijana Jombang.
Persamaan penelitian Munawaroh dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda, menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel sama-sama berhubungan dengan gaya kepemimpinan dan kinerja guru. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada waktu penelitian, subyek penelitian serta obyek penelitiannya yaitu etos kerja guru.
b) Hasil penelitian yang diadakan oleh Yuniar (2011) yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Di Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru, serta satu variabel terikat yaitu kinerja guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru sehingga untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru.
Persamaan penelitan tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, merupakan jenis penelitian pendidikan dengan pendekatan kuantitatif.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat penelitian, subyek
penelitian, obyek penelitian yaitu untuk penelitian tersebut menggunakan variabel motivasi kerja sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menggunakan variabel etos kerja.
c) Hasil
terhadap Kinerja Guru dengan Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Sebagai Variabel Moderasi pada Sekolah Dasar Negeri UPTD Pendidikan . Pada penelitian ini peneliti bertujuan menganalisis pengaruh etos kerja terhadap kinerja guru, pengaruh etos kerja terhadap kinerja guru dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderasi, dan pengaruh etos kerja terhadap kinerja guru dengan lingkungan kerja sebagai variabel moderasi. Hasil dari penilitian ini adalah terbukti bahwa etos kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan variabel etos kerja guru, dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh etos kerja guru terhadap kinerja guru. Sedangkan perbedaannya adalah tempat penelitian dan juga pada penelitian tersebut menggunakan variabel moderasi.
d) Hasil penelitian Ade Nasrun (2011) yang berju
Kerja dan Sikap Amanah dengan Kinerja Guru pada SMA-SMA Islam
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar untuk
mengetahui hubungan antara etos kerja dan sikap amanah dengan kinerja guru. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 11 variabel yang terdiri dari 10 independent variable (IV) dan 1 dependent variable (DV). Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara etos kerja dan sikap amanah guru dengan kinerja guru pada guru SMA-SMA Islam YPI Al-Azhar.
Persamaan dari penelitian ini dan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan variabel etos kerja guru dan kinerja guru, dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dari etos kerja guru dengan kinerja guru. Sedangkan perbedaannya adalah
pada penelitian tersebut menggunakan variabel sikap amanah guru sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Dari keempat penelitian terdahulu tersebut telah membuktikan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi secara signifikan terhadap kinerja guru hal ini berarti bahwa pola tingkah laku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin dalam artian kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah akan berpengaruh terhadap kinerja guru yang menyangkut prestasi kerja atau hasil kerja yang baik yang ditampilakan oleh guru dalam hal kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selanjutnya etos kerja guru juga akan mempengaruhi kinerja guru secara signifikan. Etos kerja yang merupakan perlaku kerja yang ditunjukan oleh guru yang berwujud kebiasaan kerja, pola tingkah laku yang terbiasa dalam sebuah atmosfer kerja di sekolah juga mampu mempengaruhi kinerja guru bahkan mungkin lebih berpengaruh terhadap kinerja guru daripada gaya kepemimpinan kepala sekolah.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan argumentasi logis untuk sampai pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Kerangka berpikir berguna untuk mengintegrasikan teori-teori dan hasil penelitian yang terpisah-pisah menjadi satu rangkaian utuh dengan menggunakan logika deduktif yang mengarah pada penemuan jawaban sementara yang disebut hipotesis.
Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud disini mengacu pada pengertian gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blancard (1982) yaitu gaya kepemimpinan adalah polah tingkah laku yang ditampilkan seorang pemimpin ketika mencoba mempengaruhi tingkah laku orang lain seperti yang akan dipersepsikan oleh orang-orang yang akan dipengaruhi oleh pemimpin tersebut.
Gaya kepemimpinan ini terbagi pada dua kecenderungan yaitu, berorientasi pada tugas (task behavior) dan berorientasi pada hubungan (relationship behavior).
Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader) pada suatu sekolah harus
mengusahakan dengan maksimal agar keefektifan perilaku kepemimpinannya dapat terwujud. Pemimpin yang baik, dapat menjalankan organisasi sekolah dengan baik, pola komunikasi dapat berlangsung dengan lancar, memiliki metode dan prosedur yang jelas, dan seluruh personalia dapat diorganisasikan dengan baik untuk menjalankan tugas-tugasnya masing-masing dalam mewujudkan tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Disamping itu tingkat kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat motivasi seseorang. Kinerja guru dipengaruhi oleh motivasi yang diberikan oleh pemimpinnya yaitu kepala sekolah, semakin tinggi tingkat motivasi guru, maka akan berdampak pada semakin tinggi kinerja guru.
Motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada guru ini dibentuk dari gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ditunjukkan, sehingga gaya kepemimpinan ini memiliki berpengaruh terhadap kinerja guru yaitu prestasi guru yang menyangkut kegiatan dalam mempersiapkan pelajaran, proses kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi pengajaran yang diselenggarakan oleh guru.
Etos kerja dalam penelitian ini adalah persepsi guru dalam melaksanakan tugas yang ditunjukan dalam perilaku kerjanya pada sebuah sekolah yang menyangkut disiplin kerja, kebiasaan-kebiasaan bekerja, tanggung jawab serta dedikasi dan loyalitas guru terhadap pekerjaannya Etos kerja merupakan sebagai sikap yang mendasari diri sendiri dan dunia kehidupan yang dipancarkannya. Etos kerja merupakan aspek evaluatif dan bila dihubungkan dengan dunia kerja, maka etos membentuk aktivitas yang bermakna bagi kehidupan dan lingkungannya.
Etos dapat membentu aktivitas yang berupa partisipasi atau kepedulian dunia lingkungannya. Etos kerja yang baik dan lingkungan kerja yang baik akan membuat guru lebih rajin dalam melakasanakan tugas-tugas kependidikannya sehingga guru yang rajin akan mampu membentuk kinerja yang baik pula.
Selain gaya kepemimpinan kepala sekolah dan etos kerja yang mempengaruhi kinerja guru secara parsial, gaya kepemimpinan dan etos kerja apabila keduanya bersama-sama meningkat maka guru-guru akan termotivasi oleh kepala sekolah menjadi lebih bersemangat dan lebih rajin sehingga akan membentuk suatu sistem kerja yang baik secara bersama yang akan membentuk
etos kerja yang tinggi dalam suatu lingkup pekerjaan sehingga apabila keduanya sama-sama meningkat maka kinerja guru juga akan meningkat.
Dari hubungan antar variabel tersebut, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir Sumber: peneliti (2013)
C. Hipotesis
Menurut Arikunto (2006:71) menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Secara bersama-sama terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan etos kerja guru terhadap kinerja guru pada Al-Azhar Syifa Budi Solo.
2. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru pada Al-Azhar Syifa Budi Solo.
3. Etos kerja guru berpengaruh terhadap kinerja guru pada Al-Azhar Syifa Budi Solo.
4. Etos kerja guru memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja guru daripada gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Etos Kerja Guru (X2)
Kinerja Guru (Y)