• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT FISIK SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS TEBU (Bagasse), INDIGOFERA DAN MOLASES DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SIFAT FISIK SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS TEBU (Bagasse), INDIGOFERA DAN MOLASES DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

SIFAT FISIK SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS TEBU (Bagasse), INDIGOFERA DAN

MOLASES DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA

Oleh:

SARAH NAULI 11880120191

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(2)

SKRIPSI

SIFAT FISIK SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS TEBU (Bagasse), INDIGOFERA DAN

MOLASES DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA

Oleh:

SARAH NAULI 11880120191

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk melaksanakan Penelitian

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(3)
(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

“…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS.

Al-Mujadalah: 11)

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin…

Dengan izin serta ridha-Mu ya Allah aku bisa sampai ke tahap ini, akhirnya amanah ini dapat aku selesaikan dengan baik.

Puji serta syukur tak henti-hentinya aku ucapkan kepada-Mu yaAllah, shalawat bertangkaikan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasullah

Sallahu Alaihi Wassalam.

Semoga karya kecil ini menjadi amal bagiku dan menjadi kebanggan bagi keluargaku.

Karya kecil yang penuh pembelajaran ini ku persembahkan untuk Ibunda Marwiyah Lubis dan Ayahanda Edi Sofyan tercinta, yang tiada hentinya selama ini memberiku kasih sayang, doa, semangat, dukungan

dan nasihat serta pengorbanan yang tak ternilai harganya. Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan, kesehatan serta kebahagian kepada ibu dan ayah. Yaa Allah, berikanlah kesempatan kepadaku untuk

dapat selalu membahagiakan kedua orang tuaku.

Terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Bapak Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si dan Bapak Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si atas segala bantuan, motivasi, nasehat, dukungan serta ilmu yang diberikan kepada

saya. Semoga Allah Subhanahu WaTa’ala membalas segala kebaikan Bapak.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Sarah Nauli dilahirkan di Kota Pekanbaru pada tanggal 26 Juni 1999. Lahir dari pasangan Ayahanda Edi Sofyan dan Ibunda Marwiyah Lubis, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan yang telah ditempuh yaitu masuk sekolah dasar di SD Negeri 181 Pekanbaru pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di MTS Muhammadiyah - 09 KHA. DAHLAN SIPIROK, Desa Kampung Setia, Kec. Sipirok, Kab. Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan ke MAM - 05 KHA. DAHLAN SIPIROK, Desa Kampung Setia, Kec. Sipirok, Kab. Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara dengan Jurusan IPA dan tamat pada tahun 2018.

Pada tahun 2018 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pada bulan Juli Sampai Agustus tahun 2020 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BIB Tuah Sakato Payakumbuh, Sumatera Barat. Pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2021 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Yayasan Khaznatul’Ilmi Rumah Tahfidz Qur’an Mutiara Madani, Jalan.

Mahasantri Km.16, Perum Mustamindo Permai 1, Blok E No.1, Desa.Rimbo Panjang, Kec. Tambang, Kab.Kampar, Provinsi Riau.

Pada tanggal 18 Januari 2023 penulis dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) melalui sidang tertutup Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru dengan judul skripsi “Sifat Fisik Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas Tebu (Bagasse), Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda” di bawah bimbingan Bapak Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si. dan Bapak Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Sifat Fisik Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas Tebu (Bagasse), Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada kesempatan bahagia ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang turut ikut serta membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Edi Sofyan dan Ibunda Marwiyah Lubis mereka adalah yang terhebat yang selalu ada menjadi inspirasi buat penulis.

Adik-adik tersayang Ismail Habibi, Amanda, Buchori, dan Alicia yang tak pernah bosan mengingatkan penulis untuk berusaha dan selalu berdo’a agar semua dipermudah oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Kalianlah orang-orang yang sangat berharga dalam hidup penulis yang tak akan tergantikan hingga kapan pun, terima kasih kalian telah banyak memberikan do’a, motivasi, materi dan moril kepada penulis selama menempuh pendidikan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Hairunas Rajab, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M. Agr., Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Ir.

Elfawati, M.Si, selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, M.Si selaku Wakil Dekan III.

5. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P selaku Ketua Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Bapak Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing II sekaligus

(9)

Penasehat Akademik (PA) yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan arahan, masukkan, dan saran serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

7. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M. Agr. Sc selaku penguji I dan Ibu Evi Irawati, S.Pt., M.P selaku penguji II yang telah memberikan arahan, masukan dan saran dalam melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini.

8. Bapak Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si. selaku Penasehat Akademi saya, terima kasih atas motivasi dan arahannya selama perkuliahan ini.

9. Bapak dan ibu dosen selaku staf pengajar yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan, karyawan serta seluruh civitas akademik Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang membantu dalam melayani dan mendukung dalam hal administrasi.

10. Rekan seperjuangan Tim Silase sekaligus sahabat saya : Arbiansyah dan Gilang Febriyansyah yang telah melewati masa-masa berjuang bersama dari awal penulisan proposal, penelitian, penulisan laporan hasil penelitian hingga selesainya ini skripsi ini.

11. Teman-teman semasa kuliah jurusan Peternakan angkatan 2018 Kelas A, B, C, dan D, Febi, Rina, Septya, Bayu, Fadli, dan Kintan yang telah banyak memberikan do’a, semangat, bantuan, dukungan serta motivasi terbaik selama masa perkuliahan ini.

12. Teman-teman KKN Yayasan Khaznatul’Ilmi Rumah Tahfidz Qur’an Mutiara Madani, Wirda, Dea, Ari yang telah memberikan do’a, semangat, bantuan, dukungan serta motivasi terbaik selama masa perkuliahan ini.

13. Teman-teman yang selalu membantu dalam penelitian yaitu Indra Gunawan, S.Pt, Julia Afrianti, S.Pt, Reni Rahayu, Hari Subagyo, Galih Gunawan, S.Pt, Amar Sakti Syahputra Ritonga S.Pt, Taufiq Hidayat, S.Pt, dan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

14. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

(10)

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas semua kebaikan mereka, memberikan kemudahan serta keberkahan atas segala urusannya. Penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan lagi dengan saran dan kritikan semua pihak, semoga skripsi ini bermanfaat bukan hanya bagi penulis tetapi juga untuk seluruh pembaca. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis

(11)

i KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahiwabarakatuh

Puji syukur kepada Allah Subhanhu wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sifat Fisik Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas Tebu (Bagasse), Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda”.

Salawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga dan para sahabat Rasulullah. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si. sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Elviriadi, S.Pi., .M.Si.

sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan motivasi sampai menyelesaikan skripsi ini. Kepada seluruh rekan- rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyelesaian skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis

(12)

ii

SIFAT FISIK SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS TEBU (Bagasse), INDIGOFERA DAN MOLASES

DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA

Sarah Nauli (11880120191)

Di bawah bimbingan Muhamad Rodiallah dan Elviriadi INTISARI

Pakan merupakan salah satu faktor keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena itu, penyediaan pakan harus memanfaatkan bahan yang mudah di peroleh dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Pemanfaatan limbah ampas tebu sebagai bahan pakan sumber energi alternatif merupakan salah satu upaya dalam mengatasi masalah lingkungan dan penyediaan pakan yang terbatas dimusim kemarau dalam bentuk silase ransum komplit berbasis ampas tebu, indigofera dan molases dengan komposisi yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas fisik (aroma, warna, tekstur, keberadaan jamur, dan pH) silase ransum komplit berbasis ampas tebu, indigofera dan molases dengan komposisi yang berbeda. Pembuatan silase dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial, 3 faktor level ampas tebu + indigofera, 2 faktor level molases, masing- masing unit perlakuan di ulang 3 kali. Faktor A adalah level ampas tebu + indigofera yaitu A1 = 100% ampas tebu + 0% indigofera; A2 = 75% ampas tebu + 25% indigofera; A3 = 50% ampas tebu + 50% indigofera dan Faktor B adalah level molases yaitu B0 = 5% molases dan B1 = 10% molases. Peubah yang diukur adalah aroma, warna, tekstur, keberadaan jamur, dan pH. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan analisis ragam, apabila antar perlakuan berpengaruh nyata maka dilakukan uji Duncan taraf 1% dan 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan A dan perlakuan B (P<0,01) terhadap warna, dan tekstur, namun tidak berinteraksi terhadap aroma, keberadaan jamur, dan pH.

Faktor A berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aroma, warna, tekstur, dan pH. Faktor B berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna, tekstur, dan keberadaan jamur. Dapat disimpulkan komposisi 25% indigofera + 5% molases memberikan hasil terbaik untuk warna dan tekstur silase.

Kata Kunci : Ampas tebu, indigofera, kualitas fisik, molases, silase.

(13)

iii

PHYSICAL PROPERTIES OF COMPLETE RATION SILAGE BASED ON BAGASSE (Bagasse), INDIGOFERA AND

MOLASSES WITH DIFFERENT COMPOSITION

Sarah Nauli (11880120191)

Under the guidance of Muhamad Rodiallah and Elviriadi

ABSTRACT

Feed is one of the success factors of livestock business, more than half of production costs are used to meet feed needs. Therefore, the provision of feed must utilize ingredients that are easy to obtain and do not compete with human needs.The use of bagasse waste as feed material for alternative energy sources is one of the efforts in overcoming environmental problems and providing limited feed in the dry season in the form of complete ration silage based on bagasse, indigofera and molasses with different compositions. The purpose of this study was to determine the physical qualities (odor, colours, texture, presence of mushrooms, and pH) complete ration silage based on bagasse, indigofera and molasses with different compositions. Silage was carried out at the Laboratory of Nutrition and Feed Technology, Faculty of Agriculture and Animal Sciences, State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau. This study used a completely randomized factorial design, 3 factors of bagasse + indigofera level, 2 factors of molasses level, and each treatment unit was repeated 3 times.The factor A used level of bagasse + indigofera, namely A1 = 100% bagasse + 0% indigofera; A2 = 50% bagasse + 50% indigofera; A3 = 75% bagasse + 25% indigofera and the factor B used level of molasses, namely B0 = 5% molasses and B1 = 10%

molasses. The variables measured were odor, colours, texture, presence of mushroom, and pH. The data obtained were analyzed based on analysis of variance, if between treatments had a significant effect then Duncan's test was carried out at 1% and 5% levels. The results of this study indicated that there was an interaction between treatment A and treatment B (P<0.01) on colours and texture, but did not interact with odor, presence of mushroom, and pH. Factor A had a very significant effect (P<0.01) on odor, colours, texture, and pH. Factor B had a very significant effect (P<0.01) on colours, texture, and presence of mushroom. It was concluded that the addition of 25% indigofera + 5% molasses gives the best results for the color and texture of silage.

Keywords : Bagasse, indigofera, physical qualities, molasses, silage.

(14)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SINGKAT ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian... 3

1.3. Manfaat Penelitian... 3

1.4. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Ampas Tebu ... 5

2.2. Indigofera (Indigofera zolligeriana) ... 6

2.3. Molases... 7

2.4. Silase ... 8

2.5. Kualitas Fisik... 9

2.5.1. Aroma ... 10

2.5.2. Warna ... 11

2.5.3. Tekstur ... 11

2.5.4. Keberadaan Jamur ... 12

2.5.5. pH ... 12

III. MATERI DAN METODE ... 13

3.1. Waktu dan Tempat ... 13

3.2. Bahan dan Alat ... 13

3.2.1. Bahan ... 13

3.2.2. Alat ... 13

3.3. Metode Penelitian ... 13

3.4. Pengukuran Parameter... 14

3.5. Prosedur Penelitian ... 15

3.5.1. Tahap I Pembuatan Silase Ransum Komplit Ampas Tebu ... 15

3.5.2. Tahap II Pengujian Silase Ransum Komplit Ampas Tebu ... 16

3.5.3. Prosedur Analisis Kualitas Fisik ... 16

3.6. Analisis Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(15)

v

4.1. Aroma ... 21

4.2. Warna ... 22

4.3. Tekstur ... 25

4.4. Keberadaan Jamur ... 27

4.5. pH Silase ... 28

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 30

5.2.Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 38

(16)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kriterian Penilaian Fisik Silase ... 10

3.1. Rincian Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial ... 14

3.2. Kriterian Penilaian Fisik Silase ... 18

3.3. Analisis Sidik Ragam ... 19

4.1. Nilai Rataan Aroma Silase Ampas Tebu ... 21

4.2. Nilai Rataan Warna Silase Ampas Tebu ... 22

4.3. Nilai Rataan Tekstur Silase Ampas Tebu ... 25

4.4. Nilai Rataan Keberadaan Jamur Silase Ampas Tebu ... 27

4.5. Nilai Rataan pH Silase Ampas Tebu ... 28

(17)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Gambar Ampas Tebu ... 5

2.2. Gambar I Indigofera sp ... 6

2.3. Gambar Molases... 7

3.1. Gambar Proses Pembuatan Silase Ransum Komplit Ampas Tebu ... 15

4.2. Gambar interaksi antara ampas tebu dengan indigofera (A) dan komposisi molases (B) terhadap warna silase ampas tebu ... 23

(18)

viii DAFTAR SINGKATAN

Kkal Kilokalori

Kg Kilogram

g Gram

RAL Rancangan Acak Lengkap

Ca Kalsium

mL Mililiter

BK Bahan Kering

NDF Neutral Detergent Fiber ADF Acid Detergent Fiber TDN Total Digestible Nutrient pH Potential of Hydrogen

mg Miligram

(19)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Persentase Penambahan Air dan Molases ... 38 2. Data dan Anasilis Aroma Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas tebu,

Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda ... 39 3. Data dan Anasilis Warna Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas tebu,

Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda ... 42 4. Data dan Anasilis Tekstur Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas tebu,

Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda ... 48 5. Data dan Anasilis Keberadaan Jamur Silase Ransum Komplit Berbasis

Ampas tebu, Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda ... 52 6. Data dan Anasilis pH Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas tebu,

Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda ... 55 7. Dokumentasi Penelitian ... 58

(20)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Pakan hijauan berasal dari rerumputan merupakan salah satu pakan utama yang mulai sulit dirasakan ketersediannya oleh seluruh peternak yang berada di Indonesia maupun di Provinsi Riau saat ini. Maka dari itu penyediaan pakan harus diusahakan dengan memanfaatkan bahan yang mudah diperoleh dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Penyediaan pakan yang berkualitas dapat dilakukan selain dengan pemberian rumput lapang, dapat juga dengan pemanfaatan berbagai hasil sampingan pertanian (Harahap, 2017). salah satu hasil sampingan pertanian yang dapat dimanfaatkan adalah ampas tebu.

Ampas tebu merupakan limbah dari sisa batang tebu yang telah dihancurkan dan di ekstraksi untuk diambil niranya (Christiyanto dan Subrata, 2005).

Menurut Badan Pusat Statistik (2020) luas areal perkebunan tebu di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 418.996 Ha. Total produksi tebu nasional tahun 2021 lebih dari 2 juta ton (Dirjen Perkebunan, 2021). Ampas tebu merupakan limbah pabrik gula yang banyak ditemukan dan dapat mencemari lingkungan apabila tidak dimanfaatkan (Kusuma, 2009).

Ampas tebu mengandung protein kasar 2,4%, bahan kering 99,8%, abu 2,9%, lemak kasar 3,3%, serat kasar 21,1%, dan lignin 20 – 21% (Harmayani dkk., 2021). Komposisi serat ampas tebu terdiri dari selulosa 35,01%, hemiselulosa 25,24%, lignin 6,4%, silikat 9,35% (Hidayati dkk., 2016). Menurut Badan Pusat Statistik (2021) luas areal perkebunan tebu di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 418.996 Ha. Ampas tebu limbah yang belum termanfaatkan secara optimal akibat memiliki kandungan nutrisi yang rendah terutama komponen serat yang tinggi.

Data yang tertera limbah tebu banyak ditemukan sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Pengolahan ampas tebu diperlukan untuk meningkatkan kuliatas bahan pakan. Beberapa penelitian dengan tujuan meningkatkan kualitas ampas tebu telah banyak dilakukan secara biologi (Okano et al., 2006).

(21)

2 Menurut Pangestu (2003), terdapat beberapa keuntungan jika limbah tebu menjadi pilihan sumber pakan bagi pengembangan ternak ruminansia, yaitu toleran terhadap musim panas, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah tersedia pada musim kemarau saat pakan hijauan yang lain kurang tersedia.

Menurut Schroeder (2004), silase adalah pakan yang diawetkan yang di proses dari bahan berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian dan bahan baku alami lainnya dengan kadar air tingkat tertentu. Teknologi ini berfungsi bukan hanya untuk meningkatkan nutrisi tetapi meningkatkan daya simpan sehingga pakan menjadi awet. Produk silase yang dihasilkan tersebut harus memiliki nutrisi yang tinggi dan komplit sehingga memenuhi kecukupan nutrien bagi pertumbuhan dan produksi ternak. Pengolahan ampas tebu diperlukan untuk meningkatkan kualitas bahan pakan. Beberapa penelitian dengan tujuan meningkatkan kualitas ampas tebu telah banyak dilakukan secara biologi (Okano et al., 2006).

Agar menghasilkan silase yang komplit maka dilakukan penambahan hijauan indigofera yang memiliki kandungan protein yang tinggi, indigofera memiliki kemampuan untuk melengkapi nutrisi dari silase komplit terutama dalam penyediaan kandungan proteinnya. Sebagai pakan hijauan yang memiliki protein yang tinggi indigofera dapat bertahan pada lahan kering hingga 25%

kapasitas lapangan (Herdiawan dan Krisnan, 2014). Kandungan nutrien yang dimiliki indigofera antara lain protein kasar 24,57%, serat kasar 18,18%, kalsium 1,59%, fosfor 0,22%, dan energi 2.667 kkal/kg (Ondho, 2020). Lunsin et al.,2015 menyatakan pengunaan molases 5% pada proses fermentasi ampas tebu dapat menurunkan NDF 80.5% menjadi 78.8% dan kandungan ADF 54.8% menjadi 53.4% dibandingkan dengan tanpa pemberian molases. Penambahan molases pada silase sebagai sumber energi dan mineral baik mikro maupun makro, sehingga dapat memacu pertumbuhan mikroba didalam rumen yang mengakibatkan ternak mampu mencerna serat kasar.

Keuntungan penggunaan molases sebagai bahan pakan adalah kadar karbohidrat yang tinggi, mineral, vitamin yang cukup (Yudith, 2010). Kandungan nutrisi molases yaitu bahan kering 67,6%, protein kasar 4%, lemak kasar 0,38%, TDN 81%, fosfor 0,02% dan kalsium 1,5% (Wirihadinata, 2010).

(22)

3 Disamping rasanya manis molases dapat memperbaiki aroma dan rasa pada pakan. Kartadisastra (1997) menyatakan ternak ruminansia lebih menyukai pakan yang memiliki rasa manis dan hambar dari pada rasa asin atau pahit. Silase dengan penambahan molases mempunyai warna coklat, dengan aroma seperti caramel dan memiliki rasa yang manis. Sehingga ternak lebih suka dengan silase dengan penambahan molases.

Menurut Kartadisastra (1997) bahwa keadaan fisik dan kimiawi pakan yang dicerminkan kenampakan, bau, rasa, dan tekstur menunjukkan daya tarik ternak dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi pengolahan pakan hijauan dengan sistem silase selama 35 hari diharapkan mampu mempertahankan kualitas fisik ampas tebu yang dijadikan silase.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis telah melakukan penelitian mengenai, “Sifat Fisik Silase Ransum Komplit Berbasis Ampas Tebu (Baggase), Indigofera dan Molases dengan Komposisi yang Berbeda”.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sifat fisik silase ransum komplit berbasis ampas tebu yang disilase dengan komposisi indigofera dan molases ditinjau dari uji fisik (aroma, warna, tekstur, pH, dan keberadaan jamur.

2. Meningkatkan kualitas bahan pakan ternak berbasis ampas tebu berserat tinggi dengan komposisi indigofera dan molases melalui proses silase ransum komplit.

1.3. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian yaitu :

1. Memberikan informasi mengenai teknologi peningkatan kualitas bahan pakan berbasis ampas tebu berserat tinggi dengan komposisi indigofera dan molases melalui proses silase ransum komplit untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia.

(23)

4 2. Memberikan informasi kepada peternak tentang pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif dalam meningkatkan produksi ternak ruminansia.

3. Menjadikan solusi dalam memecahkan keterbatasan ketersediaan dan kualitas pakan hijauan untuk pertumbuhan dan produksi ternak ruminansia.

1.4. Hipotesis

1. Penambahan Indigofera 25% dan molases 5% pada silase ransum komplit berbasis ampas tebu mampu meningkatkan kualitas fisik meliputi aroma, warna, tekstur, keberadaan jamur dan pH.

2. Komposisi molases pada proses silase menghasilkan kualitas fisik silase terbaik dinilai dari aroma, warna, tekstur, keberdaan jamur, dan pH.

3. Adanya interaksi komposisi level indigofera dan molases yang berbeda terhadap kualitas fisik silase ransum komplit berbasis ampas tebu, indigofera dan molases dengan komposisi yang berbeda.

4. Lama fermentasi selama 35 hari dapat mempertahankan kualitas fisik silase ransum komplit berbasis ampas tebu, indigofera dan molases dengan komposisi yang berbeda.

(24)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ampas Tebu

Tebu merupakan salah satu komoditas pertanian yang menempati posisi penting, karena 70% produksi gula dunia berasal dari tanaman tebu (Khan and Khatri, 2006). Ampas tebu merupakan limbah pabrik gula yang banyak ditemukan dan akan mengganggu apabila tidak dimanfaatkan (Kusuma,2009). Ampas tebu adalah hasil sampingan yang dihasilkan setelah proses penggilingan atau hasil sampingan dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Ampas tebu mengandung protein kasar 2,4%, bahan kering 99,8%, abu 2,9%, lemak kasar 3,3%, serat kasar 21,1%, dan lignin 20 – 21% (Harmayani dkk., 2021, Dotaniya et al., 2016). Pangestu (2003) melaporkan ampas tebu dapat dijadikan sebagai bahan pakan karena toleran terhadap musim panas, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah tersedia pada musim kemarau saat pakan hijauan kurang tersedia. Ampas tebu dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Ampas Tebu

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

Kusumu (2009) menyatakan ampas tebu tidak menguntungkan jika diberikan sebagai pakan tunggal karena kandungan gizinya rendah. Kadar protein ampas tebu kurang dari 4% dan TDN kurang dari 40% bahan kering, sehingga pemanfaatannya perlu dipadukan dengan sumber konsentrat kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan ternak (Kamil dkk., 2004). Menurut Korison (2009), saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu untuk bahan pakan termak, dikarenakan ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi (19,7%) dengan kadar protein rendah.

(25)

6 Limbah tebu yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pucuk, daun, bagasse, dan molasse, sedangkan limbah lain seperti abu dan blotong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Yuliani dan Nugraheni, 2009).

2.2. Indigofera (Indigofera Zolligeriana)

Indigofera Zolligeriana adalah jenis leguminosa yang sangat potensial dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Tanaman ini mempunyai kandungan protein kasar yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, banjir dan tanah yang kurang subur ( Ali dkk., 2021). Polong Indigofera berukuran 1,5-4 cm, yang berisi 6-8 biji, berwarna hijau disaat muda dan coklat pada saat matang. Selain itu, Indigofera dapat dikembangkan di wilayah beriklim kering (Ondho, 2020). Indigofera sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18% juga toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al., 2007). Indigofera dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Indigofera sp.

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

Menurut Yusmadi et al. (2014) mengatakan bahwa, pakan sapi aceh yang sangat baik dalam menghadapi musim kemarau diberikan adalah dari sumber leguminosa karena dari jenis tersebut kandungan nutrisi masih lebih baik dibandingkan rumput. Tarigan dan Ginting, (2011) melaporkan Indigofera zollingeriana dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber protein dengan kandungan senyawa sekunder berupa total fenol (8,9 g/kg BK), total tannin (0,8 g/kg BK) dan condensed tanin (0,5 g/kg BK) tergolong sangat rendah.

(26)

7 2.3. Molases

Molases pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk berbagai produk samping yang berasal dari tanaman dengan kandungan gula yang tinggi, berbentuk cairan kental serta warna coklat gelap. Akan tetapi istilah tersebut saat ini lebih banyak digunakan sebagai produk samping dari tanaman tebu atau bit (Perez, 1983). Molases merupakan larutan kental yang mengandung gula dan mineral, merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan tebu menjadi gula yang umumnya berwarna coklat kemerah-merahan dan mengkristal (Sumarsih dkk., 2009). Molases digunakan dalam ransum ternak ruminansia bertujuan untuk meningkatkan palabilitas ransum, meningkatkan aktivitas mikroba rumen, mengurangi sifat berdebu ransum, sebagai bahan pakan pengikat dalam pembuatan pelet dan untuk meningkatkan energi ransum (Murni dkk., 2008).

Molases dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Molases

Sumber: dokumentasi penelitian (2022)

Keuntungan penggunaan molases untuk pakan adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak (Yudith, 2010). Penambahan karbohidrat seperti tetes atau molases untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri (Eko dkk., 2012). Nurul dkk. (2012) menyatakan bahwa penambahan molases sebagai sumber energi mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak dalam proses pemeraman dan dengan bertambahnya mikrobia maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar protein kasar. Kandungan gizi molases yaitu Bahan Kering 67,5%, Protein kasar 4,00%, Lemak kasar 0,08%, Serat kasar 0,9%, dan abu 11,9% (Mucra dan Harahap 2017).

(27)

8 Molases mengandung nutrisi cukup tinggi untuk kebutahan bakteri, sehingga dapat dijadikan bahan alternatif sebagai sumber karbon dalam media fermentasi (Kusmiati dkk., 2007).

2.4.Silase

McDonald et al. (2002), menyatakan silase adalah salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikroba oleh bakteri asam laktat yang disebut ensilase dan berlangsungnya di dalam tempat yang disebut silo. Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam silo, sebuah tempat tertutup rapat dan kedap udara, pada suasana an aerob tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri an aerob untuk membantu asam laktat (Mugiawati, 2013). Silase dengan mutu baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang tidak dikehendaki, serta mendorong berkembangnya bakteri asam laktat yang sudah ada pada bahan (Sadahiro et al., 2004).

Silase (Silage) adalah bahan pakan yang disimpan dalam bentuk segar dengan kandungan air 60-70% melalui proses fermentasi dalam silo. Contoh : Silase jagung yang sudah mengalami pencacahan sepanjang 10-50 mm yang dikeringkan, ditambah bahan aditif kemudian dimasukkan kedalam silo yang dapat dibuat dari semisal drum, plastik, dan lain-lain (Mucra dan Harahap, 2017).

Tujuan dari pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan, limbah pertanian dan bahan pakan alami lainnya agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, kemudian diberikan sebagai pakan bagi ternak sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau (Indah, 2016).

Pembuatan silase lebih menjanjikan diterapkan pada bidang peternakan, selain untuk pengawetan pakan, juga bertujuan agar bahan baku yang berkadar air tinggi secara langsung dapat digunakan sehingga secara aplikasi pembuatan silase dapat memotong jalur produksi pakan menjadi lebih singkat (Allaily dkk., 2011).

Macaulay (2004) menyatakan bahwa silase dengan pH 3,2 - 4,2 tergolong pada silase yang berkualitas baik sekali.

(28)

9 pH silase berhubungan dengan produksi asam laktat pada proses ensilase, pH yang rendah mencerminkan produksi asam laktat yang tinggi (Kung dan Shaver, 2001).Tujuan dibuatnya silase adalah untuk memaksimalkan pengawetan dan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan lainnya, serta bisa disimpan dalam waktu yang lama (Direktorat Pakan Ternak, 2011).

Kushartono dan Iriani (2005) menyatakan dalam pembuatan silase perlu diperhatikan beberapa aspek penting yang akan menunjang dalam hal pembuatan maupun ketersediaan bahan, media fermentasi dalam pembuatan silase. Kualitas silase diperlihatkan oleh beberapa parameter yaitu pH, suhu, warna, dan kandungan asam laktatnya, tekstur yang halus, berwarna hijau kecoklatakan, bila dikepal tidak keluar air dan bau, kadar air 60-70% dan baunya wangi (Ratnakomala dkk., 2006).

2.5. Kualitas Fisik

Kualitas fisik merupakan bagian dari karekteristik mutu yang berhubungan dengan nilai kepuasan konsumen terhadap bahan (Noviagama, 2002). Sifat fisik lebih banyak digunakan dalam industri pangan, misalnya dalam merancang alat (penanganan) dan sarana (penyimpanan) serta untuk memilih komoditi yang cocok untuk produksi atau penciptaan produk baru (Jayusmar,2000). Menurut Jayusmar (2002) sifat-sifat partikel dipengaruhi oleh jenis dan ukuran partikel, teknik pembuatan, jenis dan kondisi perekat distribusi partikel, kerapatan partikel, kadar air, dan pengerjaan lanjut papan partikel.

Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisik setelah silase dibuka, meliputi warna, bau, tekstur dan adanya mikroba (Haustein, 2003). Warna silase merupakan salah satu indikator kulitas fisik silase, warna seperti asal merupakan kualitas silase yang baik (Alvianto dkk., 2015).

Menurut Saun dan Heinrichs (2008) silase yang berkualitas baik akan menghasilkan warna yang hampir menyamai warna tanaman atau pakan sebelum diensilasi, warna silase dapat menggambarkan hasil dari fermentasi, dominasi asam asetat akan menghasilkan warna kekuningan sedangkan warna hijau berlendir dipicu oleh tingginya aktivitias bakteri Clostridia yang menghasilkan asam butirat dalam jumlah yang cukup tinggi.

(29)

10 Warna kecoklatan bahkan hitam dapat terjadi pada silase yang mengalami pemanasan cukup tinggi, warna gelap pada silase mengindikasikan silase berkualitas rendah (Despal dkk., 2011). Warna coklat muda dikarenakan hijau daun dari klorofil telah hancur selama proses ensilase, sedangkan warna putih mengindikasikan pertumbuhan jamur yang tinggi (Umiyasih dan Wina, 2008).

Kriteria penilaian fisik silase dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Fisik Silase

Kriteria Baik Sekali Baik Sedang Buruk Warna Hijau tua Hijau

Kecoklatan

Hijau Kecoklatan

Tidak hijau

Cendawan dan lendir

Tidak ada Sedikit Lebih banyak

Banyak

Kebersihan Bersih Bersih Kurang bersih Kotor

Bau Asam Asam Kurang asam Busuk

Rasa Keasaman Asam Asam Tidak asam

pH 3,2-4,2 4,2-4,5 4,5-4,8 >4,8

N-NH3 <10% total N 12-15% total N >20% total N >20% total N Asam

Butirat

Tidak ada Sedikit Banyak Banyak

Sumber : Bolsen dan Sapienza (1993).

2.5.1. Aroma

Aroma silase dapat dijadikan sebagai salah satu petunjuk ada tidaknya penyimpangan yang terjadi pada silase, aroma pada silase memiliki aroma yang asam karena selama proses ensilase berlangsung terjadi proses fermentasi (Prayitno dkk., 2020). Pada umumnya aroma yang diterima hidung dan otak merupakan ramuan atau 4 campuran dari aroma utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus (Solihin, 2015). Menurut Siregar (1996) bahwa, secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu rasa dan bau asam tetapi segar dan enak.

Utomo (1999) menambahkan bahwa aroma silase yang baik agak asam, bebas dari bau manis, bau ammonia dan bau H2S silase dengan atau tanpa penambahan starter.

(30)

11 Simanihuruk dkk. (2007) menjelaskan bahwa bau asam yang dihasilkan pada silase disebabkan oleh bakteri asam laktat aktif bekerja menghasilkan asam organik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harlinae (2015) yang menyatakan dalam proses pembuatan silase bakteri an aerob aktif bekerja menghasilkan asam organik yang mengeluarkan bau asam pada silase. Soekanto dkk. (1980) menyatakan karakteristik aroma silase yang baik ditunjukkan dengan skor 2-3 yaitu tidak asam/tidak busuk sampai aroma asam.

2.5.2. Warna

Warna silase merupakan salah satu parameter dari penilaian kualitas fisik silase, warna silase yang seperti warna asal yaitu berwarna hijau atau hijau kekuning-kuningan merupakan silase dengan kualitas yang paling baik (Prayitno dkk., 2020).

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu bahan makanan antara lain tekstru, warna, cita rasa dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor yang lain dipertimbangkan secara visual (Winarno, 1995). Silase yang berkualitas baik akan memiliki warna yang menyerupai bahan asalnya (Suwitary dkk., 2018). Menurut Siregar (1996) warna silase yang baik yaitu berwarna hijau atau kecoklatan.

2.5.3. Tekstur

Ridla et al. (2007) menyatakan silase yang berkualitas baik memiliki tekstur yang lembut, tidak berlendir dan tidak berjamur. Tekstur silase bisa menjadi lembek jika kadar air hijauan pada pembuatan silase masih cukup tinggi, sehingga silase banyak menghasilkan air sehingga mempengaruhi tekstur pakan yang dihasilkan. Macaulay (2004) menyatakan bahwa tekstur silase dipengaruhi oleh kadar air pada awal proses fermentasi, silase dengan kadar air yang tinggi (>80%) akan memperlihatkan tekstur yang berlendir dan lunak, sedangkan silase berkadar air rendah (<30%) akan bertekstur kering. Zakariah (2015) menyatakan silase yang baik memiliki tekstur yang masih jelas, yaitu tidak menggumpal, dan tidak lembek.

(31)

12 2.5.4. Keberadaan jamur

Fermentasi yang baik adalah fermentasi yang mempunyai permukaan yang tidak berjamur (Lendrawati dkk., 2009). McDonald et al. (2002) menyatakan pertumbuhan jamur pada silase disebabkan oleh belum maksimalnya kondisi kedap udara sehingga jamur- jamur akan aktif pada kondisi kedap udara sehingga jamur akan aktif pada kondisi aerob dan tumbuh dipermukaan silase. Hal ini sesuai dengan pendapat Regan (1997) apabila udara (oksigen) masuk maka populasi yeast dan jamur akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses respirasi.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kapang pada pakan adalah suhu, kelembapan, kadar air, waktu, derajat invasi kapang, kerusakan pakan, serangga dan kutu (Ahmad,2009).

Ratnakomala dkk. (2006) mengatakan bahwa kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah proses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo sehingga tidak tercapai suasana di dalam silo yang an aerob, tidak tersedianya karbohidrat terlarut (WSC), berat kering (BK) awal yang rendah sehingga silase menjadi terlalu basah dan memicu pertumbuhan organisme pembusuk yang tidak diharapkan.

2.5.5. pH Silase

Nilai pH silase merupakan salah satu parameter untuk menentukan penilaian kualitas silase (Prayitno dkk., 2020). Penentuan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter digital, ambil larutan silase masukkan kedalam gelas ukur tambahkan air aquades secukupnya lalu pH meter dicelupkan kedalam gelas ukur hasilnya akan langsung diketahui dengan membaca angka yang ditunjukkan oleh alat (Sudarmadji, 1997). Sandi dkk. (2010) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan menjadi empat kategori, yaitu sangat baik (pH 3,2-4,2), baik (Ph 4,2-4,5), sedang (pH 4,5-4,8), dan buruk (pH >8).

McDonald et al. (1991) menyatakan dengan menjaga kondisi lingkungan tetap an aerob dan asam (pH sekitar 4), silase dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa kerusakan.

(32)

13 III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2022.

Untuk pembuatan silase ransum komplit berbasis ampas tebu serta pengujian fisik dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan

Pada Penelitian ini bahan yang digunakan adalah ampas tebu yang diperoleh dari penjual es tebu sekitaran Kecamatan Tuah Madani, Kecamatan Binawidya, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru. indigofera (Indigofera zollingeriana) diperoleh dari kebun University Agriculture Reasearch and Development (UARSD) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, molases yang diperoleh dari toko pakan ternak di Pekanbaru dan silase.

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan adalah mesin pencacah (Chopper), mesin penggiling pakan (grinder), gelas piala 1.000 mL, gelas ukur, gunting, pisau, cup, tali, plastik cor hitam, ember plastik, spatula, botol plastik 1 L untuk silo, chopper, karet gelang, parang, lakban, kardus, karung, sarung tangan timbangan analitik, kamera, pipet tetes, pH meter, formulir penilaian, alat tulis.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial (3x2) dengan 3 ulangan yang terdiri dari 2 faktor.

Faktor A adalah level ampas tebu dengan indigofera, terdiri dari : A1 = 100% ampas tebu + 0% indigofera

A2 = 75% ampas tebu + 25% indigofera A3 = 50% ampas tebu + 50% indigofera

(33)

14 Faktor B adalah molases, terdiri dari :

B0 = 5% molases B1 = 10% molases

Rincian Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rincian Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial Faktor A: Level Ampas

Tebu dan Indigofera Ulangan Faktor B: Level Molases Jumlah Rataan

B0: 5% B1: 10%

Pengaruh Kombinasi A x B

A1: 100% ampas tebu + 0% indigofera

U1 - -

U2 - -

U3 - -

Jumlah - - -

Rataan - - -

STDEV - -

A2: 75% ampas tebu + 25% indigofera

U1 - -

U2 - -

U3 - -

Jumlah - - -

Rataan - - -

STDEV - -

A3: 50% ampas tebu + 50% indigofera

U1 - -

U2 - -

U3 - -

Jumlah - - -

Rataan - - -

STDEV - -

Total Jumlah - - -

Total Rataan - - -

3.4. Pengukuran Parameter

Pengukuran parameter meliputi kualitas fisik yaitu aroma, warna, tekstur, pH, dan keberadaan jamur.

(34)

15 3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Tahap I Pembuatan Silase Ransum Komplit Ampas Tebu

Terlebih dahulu pemotongan limbah ampas tebu ±2-3 cm dengan menggunakan mesin chopper. Kemudian pakan dilayukan selama 4 jam pada ruang terbuka sehingga kadar airnya 60-70%.

Setelah itu ditimbang untuk mendapatkan berat kering ampas tebu.

Indigofera dijemur sampai kering hingga dapat dijadikan tepung dan digiling menggunakan mesin grinder. Indigofera diambil bagian daun saja. Limbah ampas tebu selanjutnya dicampur dengan tepung indigofera dan molases sesuai perlakuan lalu diaduk sampai merata. Hasil campuran ransum tersebut dimasukkan ke dalam botol plastik silo, dipadatkan, ditutup rapat dalam keadaan an aerob kemudian dilakban lalu diberikan kode sesuai perlakuan. Silase difermentasi selama 35 hari ditempat yang teduh. Proses pembuatan silase ransum komplit dapat dilihat pada Gambar 3.1.

.

Gambar 3.1. Bagan Proses Pembuatan Silase Komplit Ampas Tebu Pencacahan limbah ampas tebu dipotong ±2-3 cm lalu

dilayukan selama 4 jam di ruangan terbuka, daun indigofera dikeringkan hingga dapat dijadikan tepung.

Pencampuran Ampas Tebu + Indigofera + Molases sampai merata

Molases 5% dan 10%

Pembungkusan Proses fermentasi selama 35 hari

Pembukaan silase Uji kualitas fisik 50 panelis tidak terlatih

(aroma, warna, tekstur, pH, dan keberadaan jamur)

Pengolahan data Persiapan Bahan

(Ampas tebu, Indigofera, dan Molases)

(35)

16 3.5.2. Tahap II Pengujian Silase Secara Fisik

Setelah fermentasi silase selama 35 hari, silase dikeluarkan dari dalam botol silo kemudian masing-masing silase dilakukan analisis berdasarkan tampilan fisik oleh 50 orang panelis tidak terlatih untuk memberikan skor pada masing- masing perlakuan. Penilaian fisik silase yaitu aroma, warna, tekstur, pH, dan keberadaan jamur.

Kriteria panelis adalah mempunyai perhatian dan minat, sehat, tidak dalam keadaan sakit, tidak buta warna, panelis harus memiliki waktu khusus untuk penilaian serta mempunyai kepekaan yang dibutuhkan.

3.5.3. Prosedur Analisis Kualitas Fisik

1. Tata cara panelis menilai kualitas fisik silase :

1. Tahap awal peneliti membuka bahan yang telah di silase selama 35 hari.

2. Setiap bahan perlakuan di susun diatas meja sesuai urutan perlakuan untuk melihat urutan bahan perlakuan.

3. Setelah selesai disusun panelis yang tidak terlatih masuk kedalam ruangan yang telah di susun bahan perlakuan untuk menilai bahan silase.

4. Setiap panelis sebelum masuk kedalam ruangan di berikan kertas untuk penilaian bahan perlakuan.

5. Setiap kertas berisi penilaian aroma, warna, tekstur, pH, keberadaan jamur dengan nilai 1 sampai 4.

6. Panelis akan menilai bahan sesuai dengan urutan pada kertas dan memberi nilai, panelis yang dibutuhkan berjumlah 50 orang.

7. Setelah panelis selesai menilai akan berlangsung keluar ruangan dan berganti dengan panelis yang lain.

8. Setiap panelis yang selesai menilai akan diberikan minuman dan makanan ringan.

2. Penentuan Aroma

Penilaian aroma silase dilakukan menggunakan indra penciuaman (sangat asam, asam, agak asam, busuk).

(36)

17 3. Warna

Penilaian terhadap warna didasarkan pada tingkat kegelapan atau perubahan warna pada silase yang dihasilkan silase (hijau kekuningan, hijau kecoklatan, hijau tua, tidak hijau).

4. Tekstur

Penilaian tekstur dilakukan dengan mengambil sebanyak 50 g silase dari masing-masing ulangan dan dirasakan dengan meraba tekstur yang dihasilkan (lembut dan sulit dipisahkan, lembut dan mudah dipisahkan, kasar dan mudah dipisahkan dan sangat kasar).

5. Keberadaan Jamur

Keberadaan jamur dilihat dengan indra penglihatan ada atau tidaknya jamur pada silase yang baru dibuka, kemudian ditimbang bobotnya dengan rumus sebagai berikut :

% Keberadaan Jamur =

6. pH Silase

Penentuan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter digital, ambil larutan silase masukkan kedalam gelas ukur tambahkan air aquades secukupnya lalu pH meter dicelupkan kedalam gelas ukur hasilnya akan langsung diketahui dengan membaca angka yang ditunjukkan oleh alat.

Bobot silase yang berjamur Bobot total silase

× 100 %

(37)

18 Pengamatan fisik dilakukan dengan membuat skor untuk setiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.2. Nilai untuk setiap kriteria silase

Kriteria Karakteristik Skor

Bau Asam 3 - 3,9

Tidak asam/ tidak busuk 2 - 2,9

Busuk 1 - 1,9

Keberadaan Jamur Tidak ada/sedikit (kurang dari 2% dari total silase)

3 - 3,9 Cukup (2-5% dari total silase) 2 - 2,9 Banyak (lebih dari 5% dari total

silase)

1 - 1,9

Warna Coklat muda 3 - 3,9

Coklat kehitaman 2 - 2,9

Hitam 1 - 1,9

Tekstur Padat (tidak menggumpal, tidak

berlendir, remah)

3 - 3,9 Agak lembek (agak

menggumpal, terdapat lendir)

2 - 2,9 Lembek (menggumpal,

berlendir dan berair)

1 - 1,9

pH Baik sekali 3 - 3,9

Baik 2 - 2,9

Buruk 1 - 1,9

Sumber : Macaulay (2004). Soekanto dkk.(1980).

3.6. Analisis Data

Data hasil penelitian akan direkapitulasi dan diolah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial sesuai dengan teori Steel dan Torrie (1995) dengan analisis sidik ragam. Model linier analisis ragam sebagai berikut :

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Ɛijk

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke- k

µ : Rataan umum

αi : Pengaruh utama faktor A taraf ke-i (1,2,3) βj : Pengaruh utama faktor B taraf ke-j (1,2,3)

(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j

(38)

19 ijk : Pengaruh galat percobaan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf

ke-j dan ulangan ke-k i : Faktor A 1, 2, dan 3 j : Faktor B 1 dan 2 k : Ulangan 1, 2, dan 3

Tabel 3.3. Tabel Analisis Sidik Ragam Sumber

Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01

A ɑ - 1 JKA KTA KTA/KTB - -

B b – 1 JKB KTB KTB/KTG - -

A × B (ɑ - 1)(b - 1) JKAB KTAB KTAB/KTG - -

Galat (ɑb)(r – 1) JKG KTG - - -

Total rab – 1 JKT - - - -

Keterangan :

Faktor Koreksi (FK) =

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = - FK Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Jumlah Kuadrat Faktor A (JKA) = Jumlah Kuadrat B (JKB) =

Faktor Kuadrat AB (JKAB) = JKP – JKA – JKB Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKG) = JKT – JKP Kuadrat Tengah Faktor A (KTA) =

Kuadrat Tengah Faktor B (KTB) = Kuadrat Tengah AB (KTAB) = Kuadrat Tengah Galat (KTG) =

Kuadrat Tengah Perlakuan =

F hit A =

F hit B =

(39)

20

F hit AB =

Uji lanjut dengan Duncan’s Multiple Rangen Test (DMRT) dilakukan jika terdapat pengaruh yang nyata (Steel dan Torrie, 1995).

(40)

30 V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Terjadi interaksi antara komposisi indigofera dan molases yang berbeda terhadap warna silase.

2. Komposisi indigofera pada silase ampas tebu mempengaruhi aroma, warna, tekstur, dan pH.

3. Komposisi molases yang berbeda pada silase ampas tebu mempengaruhi warna, tekstur, dan keberadaan jamur.

4. Formulasi 75% ampas tebu, 25% indigofera dan 5% molases memberikan hasil terbaik untuk aroma, warna, tekstur silase ampas tebu.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vitro untuk mengetahui nilai kecernaan silase ampas tebu dengan komposisi indigofera dan molases yang berbeda.

(41)

31 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. Z. 2009. Cemaran Kapang Pada Pakan dan Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. 28(1): 15-22.

Allaily, N., Ramli, dan R. Ridwan. 2011. Kualitas Silase Ransum Komplit Berbahan Baku Pakan Lokal. Jurnal Agripet, 11(2): 35-40.

Alvianto, A., Muhtarudin dan Erwanto. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Sumber Karbohidrat pada Silase Limbah Sayuran Terhadap Kualitas Fisik dan Tingkat Palabilitas Silase. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.

3(4): 196-200.

Anjalani, R., L. Silitonga dan M.H. Astuti. 2017. Kualitas Silase Rumput Gajah yang Diberi Tepung Umbi Talas Sebagai Aditif Silase. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 6(1): 29-33.

Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Tebu Indonesia. No: 05100.2109. BPS – Statistics Indonesia. Jakarta. 86 Hal.

Banu, M., H. Supratman dan Y. H. Astuti. 2019. Pengaruh Berbagai Bahan Aditif Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Silase Jerami Jagung (Zea mays.L).

Jurnal Ilmu Ternak. 19(2): 90-96.

Barokah, Y., A, Ali, dan E, Erwan. 2017. Nutrisi Silase Pelepah Kelapa Sawit yang Ditambah Biomassa Indigofera (Indigofera zollingeriana). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 20(2): 59-68.

Christiyanto, M. dan A. Subrata. 2005. Perlakuan Fisik dan Biologis pada Limbah Industri Pertanian terhadap Komposisi Serat. Laporan Kegiatan. Pusat Studi Agribisnis dan Agroindustri. Universitas Diponegoro. Semarang.

Daud, M., M.A. Yaman, dan Zulfan. 2014. Kualitas Fisik dan Kimia Pakan Berbahan Dasar Kangkung (Ipomoea aquatica) Fermentasi Probiotik dalam Ransum Itik Pedaging. Prosiding. Seminar Nasional Bioresource untuk Pembangunan Ekonomi Hijau, IPB International Convention Center, Bogor: 87-97.

Dhalika, T., A. Budiman dan A. R. Tarmidi. 2021. Pengaruh Penambahan Molases pada Proses Ensilase Terhadap Kualitas Silase Jerami Ubi Jalar (Ipomoea batatas). Jurnal Ilmu Ternak. 21(1):33-39

Despal, I.G. Permanam S.N. Safarina dan A.J. Tatra. 2011. Penggunaan Berbagai Sumber Karbohidrat Terlarut Air untuk Meningkatkan Kualitas Silase Daun Rami. Media Peternakan. 34(1): 67-79.

Direktorat Pakan Ternak. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia. Direktorat Jendral Peternakan dan esehatan Hewan. Jakarta.

Hal 32.

(42)

32 Eko, D. 2012. Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Halim A. 2018. Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kandungan Nutrisi Silase Jerami Jagung yang Ditambah Daun Lantoro (Leucena leocephala), Tetes (Molases) dan Lactobacillus. Publikasi Ilmiah. Program Studi Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

Harmayani, R., N. A. Fajri, dan N. M. A. Kartika. 2021. Komposisi Kimia Limbah Ampas Tebu Sebagai Pakan Ruminansia. Jurnal Agribisnis dan Peternakan. 1(2): 35-40.

Harahap, A. E. 2017. Kualitas Bakteri Asam Laktat Isolasi Jerami Padi dengan penambahan berbagai Level Molases. Jurnal Peternakan. 14(1): 25-30.

Hassen, A., N. F. N. G. Rethman, W. A. Van Niekerk and T. J. Tjelele. 2007.

Influence of Season/year and Species on Chemical Composition and In- vitro Digestibility of Five Indigofera Accessions. Journal Animal Feed Science Technology. 136(3-4): 312-322.

Haustein, S. 2003. Evaluating Silase Quality. http://wwwl.agic.gov.ab.ca. Diakses pada 1 April 2022 Pukul 15:13 Wib.

Herdiawan, I. dan R. Krisnan. 2014. Produktivitas dan pemanfaatan tanaman leguminosa pohon Indigofera zollingeriana pada lahan kering. Wartazoa.

24(2): 75-82.

Herlinae. 2015. Karakteristik Fisik Silase Campuran Daun Ubi Kayu dan Rumput Kumpai. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 4(2): 80-83.

Herlinae, Yasmima, Rumiasih. 2015. Pengaruh aditif EM4 dan gula merah terhadap karakteristik silase rumput gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 4(1): 27-30.

Hidayati, A.S., D. S. Nur., S. Kurniawan., N. W. Restu., dan B. Ismuyanto. 2016.

Potensi Ampas Tebu sebagai Alternatif Bahan Baku Pembuatan Karbon Aktif. Jurnal Natural B. 3(4): 312-217.

Indah, A.S. 2016. Kandungan Protein kasar dan Serat Kasar Silase Pakan Lengkap Berbahan Utama Batang Pisang (Musa paradisiaca) dengan Lama Inkubasi yang Berbeda. Skripsi. Program Ilmu Peternakan Universitas Hasanuddin. Makasar.

Indraningsih dan Sumiarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu Didalam Sawah dan Tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 112.

Jayusmar. 2000. Pengaruh Suhu dan Tekanan Pengempaan terhadap Sifatb Fisik Wafer Ransum Komplit dari Limbah Pertanian Sumber Serat dan Leguminosa untuk Ternak Ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

(43)

33 Jayusmar, E. Trisyulianti dan J. Jachja. 2001. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik wafer ransum dari limbah pertanian sumber serat dan leguminosa untuk ternak ruminansia. Media Peternakan.24(3): 76-80.

Kamil, K., A.D. Latifuddin dan A. Budiman. 2004. Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Bahan Kering dan Efisiensi Penggunaan Pakan pada Domba yang Diberi Pakan Pellet Komposisi Ampas. Jurnal Ilmu Ternak. 4(2): 62- 68.

Khan, I.A., and A. Khatri. 2006. Plant Regeneration Via Organogenesis or Somatic Embryogenesis in Sugarcane: Histological Studies. Pak. J. Bot.

38: 631-636.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal 74-75.

Kojo, RM., Rustandi, Y.R.L. Tulung, dan S.S. Malalantang. 2015. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Tepung Jagung terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Gajah (Pennisentrum purpureum cv). Jurnal zootec.35(1):21-29.

Korison. 2009. Pengaruh Tingkat Penggunaan Ampas Tebu (Bagasse) Fermentasi dalam Ransum Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Kung, L. And R. Shaver. 2001. Interpretation and Use of Silage Fermentation Analysis Reports. J. Focus on Forage. 13(3): 18-21.

Kurniawan. W, Teguh Wahyono, Natsir Sandiah, Hamdan Has, La Ode Nafiu, Astriana Napirah. 2019. Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Fermentasi Silase Kombinasi Sorgum Stay green (Sorgum bicolor L. Moench) – Indigofera zolingeriana dengan Perbedaan Komposisi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 6(1): 62-69.

Kushartono, B. dan Iriani, N. 2005. Silase Tanaman Jagung sebagai Pengembangan Sumber Pakan Ternak. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Balai Penelitian Ternak. Bogor: Hal. 3-5.

Kusmiati, R, Tamat, Swasono, J. Eddy dan I. Ria. 2007. Produksi Glukan dari dua Galur Agrobacterium sp. Pada Media Mengandung Kombinasi Molases dan Urasil. Biodiversitas. 8(1): 123-129.

Kusuma, K.J. 2009. Pengaruh Penggunaan Ampas Tebu (Bagasse) Fermentasi dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Macaulay, A. 2004. Evaluating Silage Quality.

http://www1.agric.gou.ab.ac/d.hmtl. Diakses pada tanggal 31 Maret 2022 Pukul 15:05 Wib.

(44)

34

Macaulay, A. 2004. Evaluating Silage Quality.

http:www1.agric.gou.ab.ac/deparment/deptdoc.nsf/all/for4009.html.

Diakses pada tanggal 1 April 2022 Pukul 23:32 Wib.

Manyamu, G.J.S. I. Sibanda. C. Chakoma. C. Mutisi. And P. Ndiweni, 2003. The Intake and Palability of Four Different Types of Napier Grass (Pennisetum purpureum) Silage Fed to Sheep. Asian Australasian Journal of Animal Sciences.16(6): 823-829.

McDonald, P., A. R. Henderson, and S. J. E. Heron. 1991. The Biochemistry of Silase. Second Edition, Marlow: Chalcombe. Pp 340.

McDonald, P., A. R. Henderson, and S. J. E. Heron. 1999. The Biochemistry of Silage. Britain : Chalcombe Publication. Pp 340.

McDonald, P., Edward, R. A. and Greenhalg, J. F. D. 2002. Animal Nutrition 6th Ed. Prentice Hall. Gospost. Landon. Pp 42-154.

Mucra, D.A dan A.E. Harahap. 2017. Pengetahuan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Hal 132.

Mugiawati, R.E. 2013. Kadar Air dan pH Silase Rumput Gajah pada Hari ke-21 dengan Penambahan Jenis Aditif dan Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ternak Ilmiah. 1(1): 201-207.

Murni, R., S. Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku ajar teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan. Universitas Jambi, Jambi.

Muwakhid, B., Soebarinoto., O, Sofjan, A, Am. 2007. Pengaruh Penggunaan Inokulum Bakteri Asam Laktat terhadap Kualitas Silase Limbah Sayuran Pasar Sebagai Bahan Pakan. Jurnal Indonesia Trop Anim Agric. 32: 159- 166.

Noviagama, V. R. 2002. Penggunaan tepung geblek sebagai bahan perekat alternatif dalam pembuatan wafer ransum komplit. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurul, A., M, Junus dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Malang.

Okano, K., y. Iida, M. Samsuri, B. Prasetya, T. Usagawa, and T. Watanabe, 2006.

Comparisson of In Vitro Digestibility and Achemical Composition among Sugarcane Baggase Treated by Four White Rot Funi. Animal Science Journal. 77(1): 308-3013.

Ondho, Y. S. 2020. Manfaat Indigofera sp dibidang Reproduksi Ternak. UNDIP Press. Semarang. 62 hal.

(45)

35 Pangestu, E. 2003. Evaluasi Potensi Nutrisi Fraksi Pucuk Tebu pada Ternak

Ruminansia. Media Peternakan. 5: 65-70.

Perez, R. 1983. Molasses. Tropical Feeds and Feeding Systems. Pp 1-7.

Prayitno, A. H., D. Pantaya., dan B. Prasetyo. 2020. Penerapan Teknologi Silase di Masa Pandemi Covid-19 dan Musim Kemarau di Kelompok Ternak Limusin Jagir Jember. Pengabdian Masyarakat: Polije Proceedings Series, Hal 10-15.

Putra, A.H., P. Anwar., dan Jiyanto. 2021. Kualitas Fisik Silase Daun Kelapa Sawit dengan Penambahan Bahan Aditif Ektrak Cairan Asam Laktat.

Jurnal Green Swarnadwipa. 10(3): 351-362.

Ratnakomala, S., Ridwan, R., Kartina, G., dan Widyastuti, Y. 2006. Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1B-L terhadap kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Biodiversitas.7.(2):131- 134.

Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The/Wet Dry Tropics for Small Landholder Farmer. Thesis. Faculty of Science, Nothern Territory University. Autralia. Pp 1-131.

Ridla, M., R. Nahrowi, L. Abdullah dan T. Toharmat. 2007. Milk yield quality and safety of dairy cattle fed silage composed of organic components of garbage. J. Ferment. Bioeng. 77: 572-574.

Sadahiro, O. O. Masaharu, P. Pimpaporn, N. Sunee, K. Damrussiri and H.

Supanit. 2004. Effect of a Commercial in Oculant the Fermentation Quality of ABP Silage in Thailand. Japan Agricultural Research Quarterly. 38(2):125-128.

Sandi, S., E.B. Laconi., A. Sudarman., K.G. Wiryawan dan D. Mangundjaja.

2010. Kualitas Nutrisi Silase Berbahan Baku Singkong yang diberi Enzim Cairan Rumen Sapi dan Leuconotoc mesenteroides. Media Peternakan.

3(1): 25-30.

Saun, R. J. V., and A. J. Heinrich. 2008. Trouble Shooting silage problem. In Proceedings of the Mid-Atlantic Conference: Pensylvania, 26 May 2008.

Penn State Collage. Pp 2-10.

Schroeder JW. 2004. Silage Fermentation and Preservation. Extension Dairy Specialist. AS-1254. www.ext.nodak.edu/extpubs/ansci/dairy/as1254.htm.

Diakses pada tanggal 28 Maret 2022 Pukul 23:32 Wib.

Simanihuruk, K., J. Sianipar., L.P. Batubara., A. Tarigan., R. Hutasoit., M.

Hutauruk., Supriyatna., M. Situmorang dan Taryono. 2007. Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit sebagai Pakan Basal Kambing Kacang Fase Pertumbuhan. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Sumatera Utara.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulis

Implikasi pengaturan yang demikian, yakni bahwa layanan syariah hanya dapat dilaksanakan oleh Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang sematamata melaksanakan

Gambar D.10 Perbandingan Tingkat Pengetahuan dengan Prodi Responden Mahasiswa.... D-13 Gambar D.11 Perbandingan Kepedulian dengan Jenis

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALLA yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Prinsip kerja dari relai tersebut ialah mendeteksi adanya arus lebih yang melebihi nilai setting yang telah ditentukan, baik yang disebabkan oleh adanya gangguan

Dosen pembimbing Kerja Praktik adalah dosen Program Studi Matematika yang mendapat tugas dari Departemen Pendidikan Matematika atas usulan Ketua Program Studi