• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat dalam menghadapi Bonus Demografi di Indonesia: Refleksi Teologis Yehezkiel 3:16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat dalam menghadapi Bonus Demografi di Indonesia: Refleksi Teologis Yehezkiel 3:16"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN

Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat dalam menghadapi Bonus Demografi di Indonesia: Refleksi Teologis Yehezkiel 3:16

Sugeng Santoso1, Yohana Natassha2, Yehuda Indra Gunawan3, Esther Natasaputera4

1,2,3,4 Sekolah Tinggi Teologi Ekumene, Jakarta

Correspondence: ynatassha@sttekumene.ac.id

Abstract: The demographic bonus is a phenomenon that will occur in Indonesia in 2030 – 2045 and will have an impact on all people's lives. This phenomenon requires the role of all levels of society including the church. This article aims to provide an understanding of the role of the church as the guardian of the people according to Ezekiel 3:16 in dealing with the demographic bonus in Indonesia. The discussion in this paper uses a qualitative approach with the technique of writing a literature review or literature study. The results of the study show that the church must play a role in dealing with the demographic bonus through the pillars or functions of church services.

The church can carry out various concrete actions that are holistic in nature that can be useful in all aspects of the life of the congregation and society. In this case, the church must be the guardian of the people who warn the congregation of all life problems, not only spiritual problems.

Keywords: church; demographic bonus; Ezekiel

Abstrak: Bonus demografi adalah fenomena yang akan terjadi di Indonesia pada tahun 2030-2045 dan akan berdampak pada seluruh kehidupan masyarakat. Fenomena ini membutuhkan peran seluruh lapiran masyarakat termasuk gereja. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang peran gereja sebagai penjaga umat menurut Yehezkiel 3:16 dalam menghadapi bonus demografi di Indonesia. Pembahasan dalam tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik penulisan literature review atau studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja harus berperan dalam menghadapi bonus demografi melalui pilar atau fungsi pelayanan gereja. Gereja dapat melakukan berbagai aksi nyata yang bersifat holistik yang dapat berguna dalam seluruh aspek kehidupan jemaat dan masyarakat.

Dalam hal ini, gereja harus menjadi penjaga umat yang memperingatkan jemaat atas seluruh permasalahan kehidupan tidak hanya masalah rohani. Penelitian ini memiliki kontribusi bagi gereja untuk berperan aktif dalam seluruh kehidupan umat. Gereja tidak hanya berfokus pada pelayanan gerejawi tetapi harus dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan jemaat dan masyarakat.

Kata kunci: bonus demografi; peran gereja; Yehezkiel

PENDAHULUAN

Pada tahun 2017 Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas mengeluarkan siaran pers yang menyatakan bahwa pada tahun 2030 – 2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi.1 Bonus demografi adalah jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode ini diprediksi mencapai 64 persen dari total penduduk Indonesia yang kemungkinan sebesar 297 juta jiwa. Dalam

1 Thohir Afandi, “Bonus Demografi 2030-2040: Strategi Indonesia Terkait Ketenagakerjaan Dan Pendidikan,” Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2017): 1–2.

e-ISSN 2722-662X

Vol. 3, No 1, Desember 2021 (11-20) http://e-journal.bmptkki.org/index.php/thronos

(2)

S. Santoso et al.: Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat…

sebuah pidato pada acaea peringatan Hari Keluarga Nasional, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa bonus demografi harus dikelola dengan tepat agar tidak menjadi bencana demografi. Landasan pemikiran ini adalah bonus demografi dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua, pada satu sisi adalah peluang dan di sisi lain adalah bencana. Oleh karena itu, presiden mengajak masyarakat untuk mempersiapkan diri yang dapat dimulai dari keluarga.

Bonus demografi menjadi peluang jika sumber daya manusia yang produktif dapat disebarkan ke berbagai sektor pekerjaan. Dalam hal ini, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia dapat ditingkatkan serta beban hidup pun berkurang. Hal ini dikare- nakan, beban hidup usia non-produktif ditanggung oleh usia produktif. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus dapat memetik manfaat dari bonus demografi. Pemerintah sudah melakukan berbagai persiapan antara lain peningkatan kualitas pendidikan melalui bantuan-bantuan pendidikan; meningkatkan pendidikan vokasi dan pendidikan non formal; meningkatkan lapangan pekerjaan dalam berbagai sektor. Tujuan dari program- program tersebut adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dari segi pendidikan dan keterampilan.

Tantangan terbesar dari bonus demografi yaitu adanya keterbukaan pasar tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Terbukanya pasar tenaga kerja memungkinkan untuk tenaga kerja asing bekerja di Indonesia dan sebaliknya. Selain itu, kemajuan teknologi dimana segala sesuatu dapat diakses melalui internet dapat menjadi ancaman serius.

Adanya internet menyebabkan segala sesuatu dapat diakses dengan mudah. Salah satu contohnya adalah muncul beberapa e-commerce yang menjadi platform penjualan di Indonesia. Beberapa tahun lalu, orang-orang pergi ke toko untuk membeli sesuatu namun saat ini semua orang dapat berbelanja dari rumah. Salah satu dampak terbesar adalah toko-toko tidak lagi memerlukan pekerja-pekerja yang banyak. Mereka tidak lagi mem- butuhkan pekerja untuk promosi atau yang dikenal SPG (Sales Promotion Girl) dengan jumlah yang banyak. Kemajuan teknologi juga menghasilkan mesin-mesin yang dapat memproduksi makanan, kebutuhan sehari-hari, mainan dan lain-lain. Perusahan-peru- sahaan beralih untuk menggunakan mesin yang dapat memproduksi lebih banyak dari manusia. Dan hanya membutuhkan beberapa orang yang mengoperasikan mesin tersebut.

Oleh karena itu, jika tidak ditangani dengan baik maka bonus demografi menye- babkan berbagai masalah baik secara ekonomi maupun sosial. Dampak terbesar adalah meningkatnya pengangguran, karena tenaga kerja lebih banyak dibandingkan lapangan pekerjaan. Hal ini berdampak pada penurunan tingkat ekonomi di Indonesia, karena daya beli masyarakat semakin rendah. Kemudian, pengangguran juga berdampak secara sosial dimana tingkat kejahatan akan semakin tinggi bahkan potensi kelompok-kelompok radikal pun semakin tinggi.

Persiapan dalam menghadapi bonus demografi ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi seluruh lapisan masyarakat, termasuk gereja. Gereja yang merupakan persekutuan orang percaya dapat ikut serta dalam mempersiapkan jemaat dalam menghadapi bonus demografi. Dalam konteks ini, gereja tidak hanya membawa jemaat ke dalam dan fokus pada hal-hal yang bersifat rohani. Gereja juga memiliki tugas untuk membawa jemaat berkontribusi dalam penyelesaian masalah-masalah sosial.

(3)

THRONOS: Jurnal Teologi Kristen, Vol 3, No 1, Desember 2021

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengungkapkan tentang peran gereja sebagai penjaga umat untuk menghadapi fenomena bonus demografi. Bonus demografi merupakan fenomena yang akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat, khususnya masalah ekonomi dan sosial. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wasisto bahwa bonus demografi akan menjadi bencana jika tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang baik hingga berdampak pada situasi sosial. Dalam situasi normal Indonesia belum siap menghadapi bonus demografi jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi kurang baik ditambah adanya pandemic Covid-19. Selanjutnya, Wasisto juga berpendapat tentang tiga penyebab pertumbuhan ekonomi tidak berkua- litas yaitu indeks pembangunan manusia yang timpang, angka melek huruf dan angka ketercukupan gizi usia dini. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal terpenting dalam menghadapi bonus demografi. Pemerintah pun melakukan berbagai program untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Upaya dalam menghadapi bonus demografi harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk gereja. Selama ini, gereja selalu identik dengan hal-hal yang bersifat rohani dan mengabaikan aspek kehidupan lainnya. Padahal peran dan fungsi gereja tidak hanya berfokus pada hal-hal rohani saja. Jika melihat pada cara hidup gereja atau jemaat mula-mula, mereka tidak hanya bertekun untuk berdoa dan memuji Allah tetapi juga memiliki kepedulian dan hidup dalam persekutuan yang erat. Zaluchu memaparkan tentang definisi persekutuan atau koinonia yang mengarah pada sikap dan perilaku untuk bersatu di dalam perbedaan, membangun komunikasi yang sehat dan menjadi bagian satu dengan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa gereja tidak hanya berperan dalam perkara rohani namun dalam seluruh aspek kehidupan jemaat. Akan tetapi, gereja cenderung mengabaikan hal-hal diluar kegiatan rohani dan membedakan antara rohani dan sekuler. Bahkan, ajaran-ajaran di gereja cenderung memandang masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sebagai akibat dari perbuatan setan atau dosa yang dilakukan oleh jemaat. Akibatnya gereja berfokus pada hal-hal seputar dunia rohani dan mengabaikan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidu- pan sehari-hari jemaat. Seperti yang dikutip oleh Zaluchu dari tulisan Makarawung bahwa gereja saat ini sedang bermasalah dengan polanya. Pola yang dimaksud adalah pola yang sesuai dengan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul. Oleh karena itu, gereja harus kembali pada peran sebagai penjaga umat bukan saja dalam hal-hal rohani tetapi juga menyentuh seluruh aspek kehidupan.

Jika berkaca dalam Perjanjian Lama, dijumpai seorang nabi bernama Yehezkiel.

Dalam Perjanjian Lama, nabi yang bertugas sebagai jurubicara Allah tidak hanya berbicara tentang hal-hal keagamaan saja. Nabi seringkali terlibat dalam masalah sosial, ekonomi bahkan politik di Israel. Yehezkiel adalah salah satu nabi yang cukup berperan di masa-masa awal pembuangan dan berlatarbelakang seorang imam. Yehezkiel tidak hanya dipanggil menjadi seorang nabi, tetapi Yehezkiel 3:17 mencatat bahwa ia harus menjadi penjaga bagi Israel. Dalam konteks ini digunakan kata tsope yang berarti one who stationed on the wall and was responsible to inform the nation’s leadership of any danger (1Sam 14:16; 2Sam 18:24).2 Seorang penjaga biasanya bertugas di tembok kota dan mempunyai tugas untuk memberitahukan kepada pemimpin kota tersebut jika ada musuh atau

John E. Hartley, “Tzope,” Theological Dictionary Of The Old Testament (Chicago: Moody Press, 2003).

(4)

S. Santoso et al.: Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat…

bahaya. Tugas ini menjadi sangat penting untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan sebuah kota. Dalam hal ini, seorang penjaga tidak dapat menghindari malapetaka yang akan terjadi, tetapi ia memperingatkan pemimpin dan seluruh rakyat untuk memper- siapkan diri.

Oleh karena itu, dalam tulisan ini peneliti akan memaparkan tentang peran gereja sebagai penjaga umat dalam menghadapi bonus demografi di Indonesia. Penulis menggunakan konsep peran penjaga yang diberikan Tuhan kepada nabi Yehezkiel (Yeh.

3:16-21). Situasi yang dialami oleh Yehezkiel dan gereja masa kini tentu berbeda, tetapi gereja dapat mengambil peran yang sama sebagai penjaga umat untuk menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi, khususnya bonus demografi di Indonesia.

Dalam Perjanjian Lama, nabi yang bertugas sebagai jurubicara Allah tidak hanya berbicara tentang hal-hal keagamaan saja. Nabi seringkali terlibat dalam masalah sosial, ekonomi bahkan politik di Israel. Yehezkiel adalah salah satu nabi yang cukup berperan di masa – masa awal pembuangan dan berlatarbelakang seorang imam. Yehezkiel tidak hanya dipanggil menjadi seorang nabi, tetapi Yehezkiel 3:17 mencatat bahwa ia harus menjadi penjaga bagi Israel. Dalam konteks ini digunakan kata

hp,co

(tsope) yang berarti one who stationed on the wall and was responsible to inform the nation’s leadership of any danger (1Sam 14:16; 2Sam 18:24).3 Seorang penjaga biasanya bertugas di tembok kota dan mem- punyai tugas untuk memberitahukan kepada pemimpin kota tersebut jika ada musuh atau bahaya. Tugas ini menjadi sangat penting untuk menjaga keamanan dan kesejah- teraan sebuah kota. Demikian pula dengan Yehezkiel yang harus menjadi penjaga bangsa Israel demi kesejahteraan mereka.

Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dipaparkan peran gereja sebagai penjaga umat menurut Yehezkiel 3:16 dalam menghadapi fenomena bonus demografi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjadi dasar pemikiran bagi gereja untuk berkontribusi pada seluruh kehidupan jemaat dan masyarakat. Dalam konteks penelitian ini, gereja dapat ikut serta dalam menghadapi bonus demografi di Indonesia. Hal ini dapat dimulai dari jemaat gereja dan masyarakat sekitar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dengan teknik penelitian yaitu literature review atau studi pustaka. Teknik ini digunakan karena artikel ini menggunakan kajian teoritis untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain sebagainya.4 Cresswell menekankan bahwa pendekatan ini berguna untuk memahami manusia dalam konteks sosialnya dengan menciptkan gambaran menyeluruh dan kompleks.5 Dalam hal ini, peneliti melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi dan dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun. Data sekunder yang digunakan adalah jurnal, majalah, surat kabar dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Tahap penulisan dimulai dari menentukan masalah, menyusun

3 Ibid.

4 Sudaryono, Metodologi Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif Dan Mix Methode (Depok: Rajawali Press, 2017).

5 John W. Creswell, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset: Memilih Di Antara Lima Pendekatan (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2015).

(5)

THRONOS: Jurnal Teologi Kristen, Vol 3, No 1, Desember 2021

kajian teori atau pembahasan dan melakukan literatur review atau tinjauan pustaka dari buku ataupun penelitian sebelumnya.

PEMBAHASAN

Dalam kehidupan bangsa Israel, nabi memiliki peranan yang sangat penting khususnya pada masa monarki atau kerajaan. Nabi dikenal sebagai seseorang yang berbicara atas nama Allah dan menyampaikan pesanNya, Nabi melayani berdasarkan panggilan khu- sus dari Allah. Menariknya, nabi tidak hanya berbicara tentang masalah-masalah rohani tetapi juga seluruh aspek kehidupan seperti moral, sosial, politik dan ekonomi. Hal ini didasari oleh pemahaman bahwa kegagalan dalam implementasi hukum Taurat berdam- pak pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, nabi memberikan perhatian pada nasih dan kesejahteraan bangsa Israel.

Yehezkiel adalah salah satu nabi yang memberikan perhatian penuh kepada bangsa Israel, tidak hanya masalah agama tetapi kesejahteraan bangsanya. Dalam Yehezkiel 1:1- 3, Yehezkiel dengan rinci memberikan informasi tentang waktu, tempat dan situasi yang dihadapinya. Yehezkiel memulai pelayanannya pada usia tiga puluh tahun di tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang dan berlatar belakang seorang imam. Longmaan berpendapat bahwa his membership in a priestly family reveals itself throughout the book in Ezekiel’s concern with the temple and its rituals.6 Keimaman Yehezkiel dibuktikan melalui tulisannya yang menekankan pada bait suci dan ritual kegamaan. Bullock berpendapat bahwa peran imam dan nabi yang bertemu dalam diri Yehezkiel memberikan kekuatan untuk membawa kerajaan Allah dalam kehidupan bangsa Israel.7 Sang nabi memberikan informasi bahwa ia berada di tepi sungai Kebar. Sungai Kebar atau yang dikenal dengan istilah Nehar-Kebar, kemungkinan adalah naru kabari, yaitu sebuah saluran air buatan dari sungai Efrat yang berawal di sebelah utara Babel, mengalir ke Tenggara melewati Nipur dan bertemu kembali dengan sungai Efrat di bagian bawah Ur.8 Informasi ini menegaskan bahwa Yehezkiel berada di pembungan dan hidup bersama-sama dengan orang buangan di Babel.

Yehezkiel memulai pelayananNya setelah melihat tentang kemuliaan Allah (Yeh.2).

Penglihatannya tentang kemuliaan Allah di Babel seringkali dipahami bahwa hukuman atas Yehuda akan segera terlaksana dan kemuliaan Allah telah meninggalkan mereka.

Yehezkiel memiliki panggilan yang berbeda dengan nabi lainnya. Yehezkiel 3:16 mencatat bahwa Tuhan telah menetapkannya menjadi penjaga kaum Israel. Hal ini merupakan tugas khusus selain panggilannya untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Yehuda. Digunakan kata

hp,co

(tsope) yang berarti one who stationed on the wall and was responsible to inform the nation’s leadership of any danger (1 Sam 14:16; II Sam 18:24).9 Konsep penjaga diawali oleh sistem masyarakat agraria kuno di Israel. Mereka memiliki kebiasaan untuk mendirikan sebuah bangunan yang lebih tinggi dan menem- patkan seorang penjaga. Hal ini dilakukan untuk mengawasi lading dari binatang dan pencuri pada saat musim panen. Kebiasaan ini digunakan juga dalam menjaga sebuah kota, dimana raja akan menempatkan seorang penjaga di atas tembok untuk mengawasi

6 Tremper Longman III, An Introduction To The Old Testament (Michigan: Zondervan Press, 2014).

7 Hassell Bullock, Kitab Nabi - Nabi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2014).

8 Anton T. Pearson, The Wycliffe Bible Commentary Vol II (Malang: Gandum Mas, 2005).

Hartley, “Tzope.”

(6)

S. Santoso et al.: Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat…

kota dari serangan musuh.10 Di Timur Dekat Kuno, kota-kota biasa didirikan di wilayah yang lebih tinggi agar musuh sulit untuk menyerang dan cenderung lebih subur. Seorang penjaga harus selalu berjaga di segala situasi untuk memberikan peringatan kepada penduduk kota tersebut jika ada serangan musuh. Pada masa itu, seorang penjaga adalah tugas yang paling penting dan harus dilakukan oleh orang yang dapat dipercaya.

Tugas sebagai penjaga adalah tugas yang sangat tepat jika diberikan kepada seorang nabi. Hal ini dikarenakan, nabi tidak hanya menyampaikan berita yang berhubu- ngan dengan agama tetapi juga perilaku sosial dalam masyarakat. Seperti halnya seorang penjaga yang selalu berdiri di atas tembok kota atau banteng, ia pun selalu melihat segala aktifitas baik di jalan maupun pasar. Dalam hal ini, penjaga sangat mengetahui orang- orang di kota itu, baik kebiasaan maupun gaya hidupnya.11 Hal ini juga senada dengan pelayanan nabi, mereka tidak hanya memperhatikan masalah-masalah agama dan ritual, tetapi juga seluruh aspek kehidupan. Tugas Yehezkiel sebagai penjaga pun dijelaskan pada Yehezkiel 3:18-21. Yehezkiel harus memperingatkan kepada mereka, jika mende- ngarkan sesuatu firman dari Tuhan. Kemudian, jika Yehezkiel tidak melakukan tugas tersebut maka Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawa mereka. Henry pun menambahkan the prophet, as a watchman, must take notice of what God said concerning this people and he must give notice of what he heard.12 Tugas Yehezkiel sebagai penjaga juga disampaikan kembali pada Yehezkiel 33:1-20 dalam bagian tentang pengharapan bagi Israel. Tugas ini diingatkan kembali sebelum berita kejatuhan Yerusalem dan ia pun sembuh dari bisu.

Tugas dan panggilan Yehezkiel dapat diimplementasikan dalam kehidupan masa kini, khususnya dalam peran Gereja menghadapi fenomena bonus demografi di Indone- sia. Bonus demografi adalah besarnya penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih tinggi dibandingkan usia non produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Berdasarkan sensu penduduk tahun 2000 ditemukan bahwa Indonesia telah mengalami transisi demografi. Dalam sensus tersebut ditemukan bahwa penduduk usia 15-64 tahun pada tahun 1970 berjumlah sekitar 63-65 juta jiwa dan telah berkembang menjadi 133-135 juta jiwa pada akhir tahun 2000. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk usia produkti mengalami kenaikkan dua kali lipat selama 30 tahun. Adapun transisi demografis yang ditandai dengan kenaikkan dua kali lipat jumlah usis produktif bekerja (15-64 tahun), diiringi dengan penundaan pertumbuhan usia penduduk muda (di bawah 15 tahun) dan semakin sedikitnya penduduk manula (di atas 64 tahun) seperti yang tercatat dalam sensus penduduk, dikenal dengan bonus demografi (demographic dividend). Berdasarkan proyeksi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami ledakan bonus demografi pada tahun 2030 – 2045.

10 Matthew Henry, Matthew Henry Commentary On The Whole Bible (Peabody: Hendrickson Publisher, 2006).

11 Ibid.

12 Ibid.

(7)

THRONOS: Jurnal Teologi Kristen, Vol 3, No 1, Desember 2021

Bonus demografi merupakan fenomena yang terjadi hanya satu kali dalam sebuah Negara. Bahkan dikenal dengan istilah the window of opportunity. Jika Indonesia bisa melewati fase ini dengan baik, maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Hal ini disebabkan adanya jumlah tenaga kerja produktif yang dapat meningkatkan daya beli dan inventasi. Di sisi lain, bonus demografi dapat menjadi ancaman yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Maka pemerintah Indonesia telah melakukan langkah- langkah sebagai persiapan menghadapi bonus demografi. Berdasrkan data Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan I-2021 mengalami penu- runan sebesar 0,74% dibandingkan sebelumnya.13 Adanya pandemi Covid – 19 belum dapat diatasi oleh pemerintah. Hal ini menjadi penghambat langkah pemerintah untuk menghadapi bonus demografi pada tahun 2030.

Jika melihat pada situasi ekonomi Indonesia dan adanya pandemi Covid 19, maka bonus demografi belum dapat menjadi jaminan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Kebijakkan yang disusun pemerintah untuk menghadapi bonus demografi dapat digunakan dalam kondisi normal, tanpa pandemi. Dan tanpa pandemi saja, peme- rintah cukup sulit untuk menghadapi bonus demografi jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi makro Indonesia sejak krisis moneter tahun 1998 dan 2008. Bonus demografi menjadi jendela bencana jika penduduk usia produkti tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan. Akibatnya, adalah pengangguran semakin menumpuk dan rasio ketergan- tungan semakin besar. Bencana ini tidak hanya berdampak dari segi ekonomi, tetapi juga seluruh aspek kehidupan. Secara sosial, peningkatan pengangguran dapat berdampak pada naiknya tingkat kriminalitas, pengedaran narkotika, peningkatan jumlah pekerja seks komersil, peningkatan kasus aborsi bahkan masalah terorisme pun sulit disele- saikan.

Bonus demografi dengan segala akibatnya adalah sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, diperlukan peran serta seluruh lapisan masya- rakat untuk membantu pemerintah dalam menghadapi bonus demografi. Salah satunya

13 Badan Pusat Statistik, “STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi,” Berita Resmi Statistik No. 15/02/, no.

15 (2019): 1–12.

(8)

S. Santoso et al.: Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat…

adalah peran gereja. Hal ini cukup menarik karena gereja tentu tidak terlibat dalam sector ekonomi. Tetapi, gereja dapat memiliki peran untuk menjadi penjaga bagi umatnya. Hal ini senada dengan tugas nabi Yehezkiel yang bertugas memperingatkan umat adanya penghukuman dan malapetaka yang akan terjadi. Seperti halnya tugas penjaga kota yang dapat memperingatkan raja dan seluruh penduduk untuk bersiap menghadapi serangan musuh dan tidak bisa menghindarinya. Dalam arti, musuh akan tetap dapat menyerang dan kesusahan pasti aka nada, tetapi mereka sudah mempersiapkan segalanya. Hal yang sama dengan gereja yang dapat menjadi sarana untuk memperingatkan umat adanya bonus demografi di Indonesia.

Salah satu bentuk persiapan pemerintah dalam menghadapi bonus demografi ada- lah peningkatan kualitas pendidikan usia produktif. Hal ini dapat terlaksana jika dimulai dari kelompok terkecil yaitu keluarga. Setiap keluarga memiliki kesadaran untuk meningkatkan kuliatas pendidikan anggotanya. Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya ditandai dengan masuk ke sekolah-sekolah internasional atau mahal, tetapi me- ningkatkan keahlian dan keterampilan. Hal ini dapat dilakukan oleh gereja melalui pilar atau fungsi pelayanan gereja, seperti diakonia, didaskalia dan marturia.

Dalam fungsi kerygma atau didaskalia yang bukan saja dilakukan melalui kotbah tetapi juga pewartaan melalui kesaksian hidup. Tugas pewartaan selalu dihubungkan dengan pengajaran yang tidak hanya disampaikan melalui kotbah tetapi juga program pengajaran lainnya. Gereja dapat melakukan penyuluhan melalui program-program pewartaan sebagai wujud sosialisasi dan membuka wawasan jemaat. Selain itu, pewar- taan juga dapat mendidik jemaat agar tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan.

Diakonia adalah tugas pelayanan gereja yang bertujuan agar jemaat tumbuh dan berkembang untuk menyelamatkan manusia. Biasanya gereja melalukan aksi nyata untuk menyatakan kasih Allah. Dalam menghadapi bonus demografi, gereja harus menjalankan pelayanan diakonia secara holistik atau menyentuh seluruh aspek kehidu- pan jemaat. Gereja dapat mengarahkan jemaat untuk membuat usaha yang dapat meng- hasilkan pendapatan hingga membuka lapangan pekerjaan yang baru. Adanya pelatihan- pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan membangun kemitraan dengan insti- tusi lain juga perlu dilakukan oleh gereja.

Dalam menjalankan seluruh perannya, gereja hadir bagi semua orang dan bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan. Gereja tidak hanya berdampak pada jemaat tetapi juga menggabungkan diri sebagai anggota masyarakat melalui berbagai kegiatan.

Salah satu bentuknya adalah pelayanan misi holistik. Holistik berarti menekankan keseluruhan dan keterkaitan antar bagian. Gultom berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang holistik, ia bukan hanya makhluk spiritual tetapi juga makhluk sosial, makhluk ekonomi, makhluk budaya dan ada di dalam konteks dunia yang didalamnya karya Allah terus berlangsung.14 Pelayanan misi harus memenuhi seluruh kebutuhan dasar manusia yang mulai kebutuhan akan Allah, makanan, kasih perumahan, kesehatan mental dan sebagainya.

14 Junifrius Gultom, Teologi Misi Pentakostal: Isu- Isu Terpilih (Jakarta: Bethel Press, 2015).

(9)

THRONOS: Jurnal Teologi Kristen, Vol 3, No 1, Desember 2021

KESIMPULAN

Bonus demografi adalah fenomena yang terjadi satu kali dalam kehidupan sebuah bangsa. Fenomena ini bisa menjadi jendela kesempatan untuk meningkatkan perekono- mian sebuah bangsa atau jendela bencana. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah mengadakan berbagai persiapan untuk menghadapi bonus demografi. Akan tetapi, situasi ekonomi Indonesia setelah krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 ditambah pandemi Covid-19 tidak menunjukkan peningkatan secara signifikan. Bahkan, ekonomi Indonesia turun dalam triwulan pertama 2021. Hal ini membutuhkan peran dari seluruh lapisan masyarakat. Salah satu persiapan yang penting adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan keterampilan. Tujuannya adalah agar sumber daya manusia dapat bersaing dengan tenaga kerja dari Negara lain.

Dalam menghadapi fenomena bonus demografi ini juga membutuhkan peran gereja. Gereja tidak hanya dapat berperan pada hal-hal rohani, tetapi seluruh aspek kehidupan jemaat dan berdampak bagi masyarakat. Gereja dapat berperan sebagai

“penjaga” umat seperti yang ditugaskan kepada nabi Yehezkiel dalam Yeh. 3:16.

Yehezkiel tidak hanya dipanggil menjaid seorang nabi tetapi juga seorang penjaga.

Konsep penjaga diambil dari kehidupan masyarakat pada masa itu yang bertugas di atas banteng/tembok untuk melihat apakah ada serangan musuh. Jika ada serangan musuh, maka ia bertugas untuk memperingatkan raja dan rakyat didalam kota tersebut untuk bersiap-siap. Seorang penjaga tidak dapat menghindari adanya serangan musuh, tetapi ia harus memperingatkan kepada seluruh penduduk kota tersebut. Oleh karena itu, seorang penjaga adalah orang yang sangat dipercaya oleh pemimpin kota tersebut. Selain itu, seorang penjaga juga mengetahui kebiasaan dan gaya hidup penduduk kota tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa penjaga tidak hanya bertugas dalam hal keamanan tetapi juga memahami seluruh aspek kehidupan penduduk kota tersebut.

Gereja pun diharapkan memiliki peran yang sama untuk memperingatkan jemaat untuk menghadapi bonus demografi. Fenomena ini tidak dapat dihindari dan pasti akan terjadi, tetapi diperlukan persiapan untuk menghadapinya. Peran ini dapat dilakukan oleh gereja melalui fungsi pelayanan gereja, seperti didaskalia, diakonia dan marturia.

Gereja berperan untuk memberikan pemahaman kepada jemaat akan adanya fenomena tersebut dan mengajak jemaat untuk meningkatkan kualitas hidup, khusus pendidikan dan keterampilan. Gereja dapat mengadakan program-program yang bersifat holistik atau menyentuk seluruh aspek kehidupan jemaat dan masyarakat.

Penelitian ini diharapan menjadi dasar pemikiran bagi Gereja untuk berperan dalam menghadapi bonus demografi di Indonesia. Kesempatan dan tantangan dari fenomena bonus demografi sangat berdampak pada seluruh masyarakat termasuk jemaat Gereja. Oleh karena itu, peran Gereja dapat dimulai dari jemaat yang dipersiapkan untuk menghadapi fenomena tersebut dan dapat berkembang pada seluruh lapisan masyarakat.

REFERENSI

Afandi, Thohir. “Bonus Demografi 2030-2040: Strategi Indonesia Terkait

Ketenagakerjaan Dan Pendidikan.” Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2017): 1–2.

Bullock, Hassell. Kitab Nabi - Nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2014.

Creswell, John W. Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset: Memilih Di Antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2015.

(10)

S. Santoso et al.: Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat…

Gultom, Junifrius. Teologi Misi Pentakostal: Isu- Isu Terpilih. Jakarta: Bethel Press, 2015.

Hartley, John E. “Tzope.” Theological Dictionary Of The Old Testament. Chicago: Moody Press, 2003.

Henry, Matthew. Matthew Henry Commentary On The Whole Bible. Peabody: Hendrickson Publisher, 2006.

III, Tremper Longman. An Introduction To The Old Testament. Michigan: Zondervan Press, 2014.

Pearson, Anton T. The Wycliffe Bible Commentary Vol II. Malang: Gandum Mas, 2005.

Statistik, Badan Pusat. “STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi.” Berita Resmi Statistik No.

15/02/, no. 15 (2019): 1–12.

Sudaryono. Metodologi Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif Dan Mix Methode. Depok:

Rajawali Press, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Peran sali/a dalam rongga mulut sangatlah penting" tidak hanya dalam proses terjadinya karies namun juga dalam proses remineralisasi gigi. Sekresi sali/a yang memadai

”ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY DI KAWASAN JALAN RAYA PUPUTAN NITI MANDALA RENON DENPASAR TAHUN 2016” tepat

Penelitian lapangan yang mengambil lokasi di makam Ki Ageng Besari Tegalsari Jetis di Ponorogo ini menyoroti bentuk-bentuk keyakinan dan ritual yang dipraktekkan

&ari eerapa pengertian terseut dapat disimpulkan aha leukopenia adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah  putih

BIDANG TATAKELOLA PEMERINTAHAN FIELD OF GOVERNANCE... BIDANG KEAGAMAAN

Bila terbukti data dan informasi tidak akurat atau dipalsukan maka rumah sakit siap menerima risiko gagal akreditasi dan rumah sakit mengajukan ulang permohonan

Nisbah pucuk akar memberikan gambaran perbandingan antara bagian pucuk semai dengan akar. Kolonisasi ektomikoriza pada umumnya akan meningkatkan biomasa akar sehingga bibit

Perhitungan komputasi dari ke dua senyawa tersebut[1], yang memodelkan sistem senyawa donor elektron / senyawa penghubung / senyawa penarik/akseptor elektron, dilakukan