• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN KARAKTER RELEGIUS MELALUI PEMBELAJARAN NAHWU SHOROF DI MI DARUL ULUM PALANGKA RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGUATAN KARAKTER RELEGIUS MELALUI PEMBELAJARAN NAHWU SHOROF DI MI DARUL ULUM PALANGKA RAYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IAIN Palangka Raya

105 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN JURUSAN TARBIYAH FTIK

IAIN PALANGKA RAYA

PENGUATAN KARAKTER RELEGIUS MELALUI PEMBELAJARAN NAHWU SHOROF DI MI DARUL ULUM PALANGKA RAYA

Widiyatul Fitriani1, Nor Afni2, Sulistyowati, M.Pd.I3

1IAIN Palangka Raya, 2IAIN Palangka Raya, 3IAIN Palangka Raya

Email: [email protected], [email protected], sulistyowati@iain- palangkaraya.ac.id.

Abstract Keywords:

Religious Character;

Nahwu Shorof Learning

Religious character is one of the characters developed in Indonesian education.

Religious character is the starting foundation one would expect to be able to realize a noble and morally upright generation. The MI Darul Ulum Palangka Raya is one of the madrassa that practiced amplification of religious character through the study of nahwu shorof. The study was intended to describe the strengthening of religious character through the study of Nahwu Shorof in the MI Darul Ulum Palangka Raya. Research methods use descriptive types of qualitative research used to describe or illustrate field conditions based on data already obtained. The sample in this study is the headmaster and Nahwu Shorof learning teacher. In their quest to collect data, researchers use methods of observation, interviews, and documentation. As for the datacollection techniques that researchers do through interviews with instructional questions, the data analysis used based on data collection of observations and documentaries obtained directly in the MI Darul Ulum Palangka Raya.

Research shows that the nahwu shorof learning has been able to strengthen the learner's religious character, among them, increased in Arabic literacy skills such as Malay and bald Arabic. Through it learners can read the religious books, correct the reading in worship, enhance the manners of the person.

Abstrak:

Kata Kunci:

Karakter Religius;

Pembelajaran Nahwu Shorof

Karakter religius merupakan salah satu karakter yang dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia. Karakter religius merupakan landasan awal yang diharapkan mampu mewujudkan generasi yang berakhlak mulia dan bermoral baik. MI Darul ulum Palangka Raya merupakan salah satu madrasah yang menerapkan penguatan karakter religius melalui pembelajaran Nahwu Shorof.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguatan karakter religius melalui pembelajaran Nahwu Shorof di MI Darul Ulum Palangka Raya. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang digunakan untuk memaparkan atau menggambarkan kondisi di lapangan berdasarkan data-data yang sudah diperoleh. Sampel pada penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru pembelajaran Nahwu shorof. Dalam perjalanan mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan mengajukan instrumen pertanyaan, analisis data yang digunakan berdasarkan pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi yang diperoleh langsung di MI Darul Ulum Palangka Raya. Hasil penelitian menujukkan bahwa dengan adanya pembelajaran Nahwu Shorof mampu memperkuat karakter religius peserta didik diantaranya meningkatnya keterampilan baca tulis bahasa arab seperti arab melayu dan arab gundul.

Melalui hal itu peserta didik dapat membaca kitab-kitab keagamaan, memperbaiki bacaan dalam beribadah, meningkatkan adab sopan santun kepada orang tua, guru, maupun teman.

I. PENDAHULUAN

Menurut Kemendiknas pendidikan karakter merupakan pembelajaran yang menumbuhkembangkan kepribadian yang sesuai dengan nilai luhur bangsa

(2)

IAIN Palangka Raya

106 kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu menerapkannya baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan warga negara (Rumainum, 2018: 9).

Pendidikan karakter merupakan proses penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik berdasarkan nilai agama, budaya serta falsafah bangsa (Kurniawan, 2021: 296). Menurut Kemendiknas ada 18 nilai pendidikan karakter yang wajib diterapkan di sekolah, meliputi Religius, Jujur, Toleransi atau Saling Menghargai, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Teliti, Menghargai Prestasi, Kerja Sama atau Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab. Bersumber pada perihal tersebut pendidikan karakter mempunyai tujuan meningkatkan nilai karakter bangsa, salah satunya karakter religius. Menurut Uparlan, karakter religius merupakan sikap patuh dalam melaksanakan keyakinan yang dianutnya, menghargai pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun (Sukatin, et al., 2021).

Penanaman nilai-nilai karakter religius kepada peserta didik ialah salah satu cara mewujudkan falsafah bangsa yaitu sila pertama Pancasila yang didalamnya memiliki arti bahwa akhlak serta spritualitas agama sangat berfungsi sebagai pondasi utama untuk kesatuan bangsa (Istifany, 2018).

Karakter religius merupakan sikap seseorang yang patuh dalam melaksanakan keyakinan agama sebagai landasan awal terwujudnya hidup rukun. Jadi internalisasi karakter religius adalah upaya mendalami nilai-nilai agama sehingga tertanam dalam diri peserta didik berwatak baik serta berbudi pekerti luhur (Setyaningsih & Rochma, 2020). Karakter religius mempunyai beberapa indikator yaitu perilaku serta sikap yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan agama lain.

Penguatan karakter religius di sekolah bisa diterapkan melalui kegiatankegiatan keagamaan ataupun muatan pembelajaran yang berbasis agama, hal ini disampaikan oleh Sari D.R dalam penelitiannya yang berjudul

“Implementasi Karakter Religius melalui Kegaiatan Keagamaan di MI Hidayatuth Tholibin Kalidawir Tulungagung”. Berdasarkan penelitian tersebut penguatan karakter religius dapat melalui muatan pembelajaran yang lainnya seperti yang dilakukan di MI darul Ulum Palangka Raya. MI Darul Ulum

(3)

IAIN Palangka Raya

107 Palangka Raya merupakan sekolah yang pembelajarannya memadukan pendidikan antara madrasah dan pesantren.

MI Darul Ulum Palangka Raya mempunyai visi sekolah yaitu “Terwujudnya siswa religius, cerdas, terampil, mandiri, serta berwawasan luas” dan misi sekolah diantarnya: 1) Menyelenggarakan, pendidikan berciri khas umum pondok pesantren, 2) Mempersiapkan lulusan yang mampu memasukkan nilai-nilai keislaman dan mengamalkan masyarakat, serta 3) Mempersiapkan lulusan yang IPTEK dilandasi IMTAQ. Tujuan sekolah MI Darul Ulum Palangka Raya antara lain : 1) Terlaksananya pendidikan, bimbingan dan kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, 2) Terbentuknya peserta didik yang berkembang secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, 3) Tercapainya hasil belajar yang optimal serta lulusan yang berkualitas dan berprestasi, 4) Terbentuknya Madrasah yang representif untuk pengembangan pendidikan tingkatan Ibtidaiyah atau Dasar, 5) Menjadi wadah bagi para stakeholder serta pemerhati pendidikan untuk ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan hubungan kemitraan yang harmonis, 6) Teraktualisasinya segenap potensi Madrasah dan terealisasinya program-program Madrasah, 7) Terciptanya dedikasi yang tinggi terhadap bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bermacam karya ilmiah serta keahlian, 8) Terlaksanya lembaga dan kehidupan pendidikan yang Islami, serta 9) Lahirnya generasi yang berakhlakul karimah dan bertaqwa kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala.

Berdasarkan hal tersebut MI Darul Ulum Palangka Raya lebih menguatkan pendidikan karakter religius kepada peserta didik, perihal itu sebab nilai-nilai religius merupakan pendidikan berarti yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik. Aspek pendukung yang dapat menunjang terbentuknya karakter religius pada peserta didik sangat penting dan perlu diperhatikan oleh sekolah khususnya tenaga pendidik. Salah satu cara untuk menggapai visi misi MI Darul Ulum Palangka Raya lewat penguatan karakter religius melalui pembelajaran Nahwu Shorof. Pembelajaran Nahwu Shorof di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya untuk menguatkan karakter religius. Nahwu merupakan ilmu yang menekuni kaidah-kaidah bahasa Arab supaya mengetahui tingkatan, letak kata serta bentuk huruf dan harakat terakhir pada suatu kalimat. Shorof adalah ilmu untuk mengenal

(4)

IAIN Palangka Raya

108 atau alat untuk mengenal dan memahami suatu kata (mufrod) dikala kata tersebut berdiri sendiri serta sudah mendapati perubahan dari bentuk aslinya, ataupun dari seluruh yang berkaitan dengannya, sehingga mampu dipelajari asal usul kata maupun perubahan yang meliputinya (Elham, 2014).

Tujuan pembelajaran Nahwu Shorof antara lain supaya mengenal kalam Arab dan memahami kandungan Al-Qur’an serta hadits yang rumit dipahami (Dodi, 2013). Ada pula peran ilmu nahwu shorof merupakan mengenali hukum akhir dari sebuah kata yang termasuk berkharokat dammah, fathah dan kasrah serta menelaah perubahan ikatan antarkata (Zulifan, 2018).

Berdasarkan paparan diatas, peneliti menemukan keunikan dari MI Darul Ulum Palangka Raya, sehingga peneliti merasa perlu mengadakan penelitian secara mendalam. Oleh sebab itu peneliti menganggap bahwa perlunya diadakan penelitian tentang “Penguatan Karakter Religius melalui Pembelajaran Nahwu Shorof di MI Darul Ulum Palangka Raya”.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pembelajaran Nahwu Shorof di MI Darul Ulum Palangka Raya yang bertujuan untuk menguatkan karakter religius peserta didik. Oleh sebab itu jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah dan Guru pembelajaran Nahwu Shorof. Wawancara digunakan untuk menggali data tentang pembelajaran Nahwu Shorof sehingga dapat menguatkan karakter religius peserta didik. Instrument observasi digunakan untuk mengamati bagaimana proses pembelajaran Nahwu Shorof di kelas. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data terkait persiapan guru sebelum mengajar, bahan ajar yang diajarkan kepada peserta didik dan ketika kegiatan pembelajaran Nahwu Shorof sedang berlangsung serta proses wawancara.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksaan Pendidikan Karakter Religius di MI Darul Ulum Palangka Raya

(5)

IAIN Palangka Raya

109 Pendidikan karakter merupakan pondasi yang sepatutnya ditanamkan kepada anak sejak usia dini, karena hal tersebut dapat menjadi awal dari pembentukan kemampuan anak dalam pengembangan potensi dirinya.

Pendidikan karakter adalah upaya membentuk kecerdasan anak berupa pembiasaan dalam perilaku dan pengalaman yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat serta lingkungannya (Narulita et al., 2017). Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak sehingga dapat mewujudkan akhlakul karimah (Hambali

& Yulianti, 2018). Menurut T. Ramli, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengutamakan esensi terhadapa sikap dan kepribadian sehingga dapat membangun peserta didik yang berkarakter (Aidah et al., 2021).

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai kepribadian kepada peserta didik yang memuat komponen pengetahuan, kesadaran, dorongan, serta adanya keingingan dan perilaku untuk menjalankan nilai-nilai positif pada Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan agar terciptanya insan kamil (Hidayat & Sukitman, 2020).

Pendidikan karakter bertujuan untuk menyeimbangkan proses pembelajaran yang semestinya tidak hanya ditekankan pada kemampuan kognitifnya saja, namun lebih menekankan pada ranah afektif peserta didik. Salah satu nilai karakter bangsa yang dikembangkan dalam Pendidikan karakter yaitu karakter religius. Cara-cara meningkatkan karakter religius dapat dilakukan cara pembiasaan setiap hari sebelum dan mengakhiri kegiatan belajar dengan do’a, berdo’a setelah shalat guna berserah diri pada Allah Subhaanahu wa ta’ala, dan mengikuti pengajian (Hasanah et al., 2019).

Karakter religius adalah segala bentuk perilaku baik pikiran, perkataaan maupun tindakan seseorang yang mencerminkan nilai-nilai atau ajaran kepercayaan yang dianutnya. Karakter religius merupakan sikap taat pada agama dan toleran terhadap agama lain (Asdiqoh, 2019).

Karakter religius mempunyai nilai yang berhubungan antara individu dengan tuhan, sesama, dan lingkungannya. Indikator karakter religius yang diterapkan di MI darul Ulum Palangka Raya lebih menekankan pada

(6)

IAIN Palangka Raya

110 sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

Pendidikan karakter religius di MI Darul Ulum dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis agama seperti melalui mata pelajaran dan kegiatan- kegiatan yang menunjang terbentuknya karakter religius. Hal ini selaras dengan pendapat Sahlan bahwa dalam penguatan karakter relegius dapat dilaksanakan melalui: kebijakan kepala sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, budaya dan kebiasaan yang dilakukan semua penduduk sekolah secara terus-menerus. Beberapa kegiatan dan pembelajaran yang dilakukan di MI Darul Ulum Palangka Raya adalah membaca doa sebelum belajar, belajar menulis huruf-huruf hijaiyah dengan benar, menghafal surah-surah dan menyampaikan maknanya, serta belajar membaca kita gundul. Peserta didik yang pandai dalam baca tulis bahasa Arab akan lebih mudah memahami kitab-kitab, tentu saja hal itu berpengaruh pada ibadah dan pemahaman peserta didik terhadap agama. Dengan demikian penguatan karakter religius yang diharapkan oleh sekolah dapat tercapai. Hal tersebut juga tidak terlepas dari upaya yang perlu dilakukan dalam mewujudkannya yaitu dengan memberikan contoh keteladan disekolah, menciptakan lingkungan sekitar yang tentram, nyaman, dan tenang serta ikut bertindak dengan hati yang ikhlas (Suryanti & Widayanti, 2018).

Pelaksanaan karakter religius di MI Darul Ulum Palangka Raya didukung oleh semua unsur sekolah, seperti kepala sekolah, guru, dan staff lainnya. Pihak sekolah menyampaikan bahwa karakter religius peserta didik harus selalu dikuatkan, agar tetap stabil dan tidak berkurang. Peserta didik yang memiliki karakter religius yang kuat akan tercermin pada sikap dan kepribadiannya, tidak hanya di sekolah, tapi juga di rumah, lingkungan dan dikehidupannya sehari-hari.

B. Pembelajaran Nahwu Shorof di Darul Ulum Palangka Raya

Pembelajaran Nahwu Shorof di MI Darul Ulum Palangka Raya dilaksanakan dari sekitar tahun 2008. Pembelajaran Nahwu Shorof diajarkan kepada peserta didik dari kelas IV, V dan VI. Pada mulanya pembelajaran Nahwu Shorof di MI Darul Ulum Palangka Raya hanya

(7)

IAIN Palangka Raya

111 diajarkan pada sore hari sehabis shalat ashar ditempat kanak-kanak belajar mengaji yang penyelenggaraannya diadakan di langgar Baiturrahman. Bersamaan berjalannya waktu jumlah kanak-kanak yang belajar mengaji terus mengalami peningkatan, sehingga didirikanlah pondok pesantren Darul Ulum yang sekarang dikenal dengan Lembaga Pendidikan Darul Ulum Palangka Raya yang di dalamnya memuat pembelajaran Nahwu Shorof.

Al-Mutarjim menyatakan bahwa Nahwu shorof adalah alat dalam menekuni dan menguasai bahasa Arab, yang peranannya lebih penting dari pada ilmu-ilmu yang lain. Ilmu nahwu merupakan ilmu untuk mengetahui tingkatan akhir setiap kata pada sebuah kalimat, mengetahui harakat akhir serta memahami aturan i’robnya, bina’nya, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Sedangkan ilmu shorof adalah ilmu yang membicarakan mengenai bentuk maupun asal usul kata pada bahasa Arab dan semua perubahan yang berkaitan dengannya, baik bersifat penambahan dan pengurangan (Sholikha, 2020).

Pembelajaran Nahwu Shorof merupakan pembelajaran terkait kitabkitab keagamaan berbasis bahasa arab dari guru kepada peserta didik. Melalui metode atau cara tertentu agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Salah satu tolak ukur dari sebuah keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan yang terdapat pada sekolah bisa dilihat dari kurikulumnya. Sesungguhnya pembelajaran pada bidang akademik di MI Darul Ulum Palangka Raya serupa dengan sekolah pada umumnya. Namun untuk kurikulum pembelajaran Nahwu shorof yang diterapkan di MI Darul Ulum Palangka Raya bersumber pada kebijakan yayasan yaitu mengikuti Pondok Pesantren Darussalam Banjarmasin.

Materi pembelajaran Nahwu Shorof yang diajarkan di MI Darul Ulum Palangka Raya berdasarkan tingkatan, yang mana untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah sendiri dimulai dari tingkatan paling dasar yang di istilahkan dengan tingkatan Ali Bin Abi Thalib. Pembelajaran Nahwu Shorof tingkatan Ali bin Abi Thalib ini umumnya mengulas tentang memahami Isim, fi’il dan Hurf sedangkan pembelajaran Shorof mengenal huruf illat’ serta macammacam Bina’. Pembelajaran Nahwu Shorof berguna untuk memperdalam pemahaman berbahasa arab dengan benar sesuai kaidah

(8)

IAIN Palangka Raya

112 bahasa, serta terhindar dari kesalahan dalam berbicara ataupun baca tulis bahasa Arab, hal tersebut cenderung bisa memudahkan dalam mempelajari kitab-kitab keilmuwan berupa al-Qur’an, kitab kuning maupun kitab lainnya. Khalilulloh menyebutkan bahwa hal yang perlu dicermati ketika mengajar Nahwu Shorof, antara lain: 1) memberikan contoh-contoh terkait materi yang dipelajari, agar proses pembelajaran tidak membosankan dan mudah dimengerti peserta didik; 2) menulis contoh yang diberikan di papan tulis setelah itu dipaparkan artinya; 3) penjelasan materi dikaitkan dengan ilmu bahasa dan keterampilan berbahasa arab lainnya (Khasanah, 2021).

Pembelajaran Nahwu Shorof tentunya tidak terlepas dari pembelajaran Bahasa Arab yang memerlukan penjabaran dan uraian secara mendetail seperti melalui metode ceramah. Metode ceramah adalah suatu interaksi guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran secara lisan yang diharapkan dapat menghasilkan manfaat untuk diamalkan dalam kehidupan. Metode ceramah merupakan pemaparan pembelajaran dengan penyampaian materi melalui lisan kepada peserta didik baik menggunakan alat bantu atau tidak (Adriansyah et al., 2020). Menurut Dzamarah & Zain metode ceramah adalah alat komunikasi untuk menyampaikan pembelajaran secara lisan dan pemberian contoh yang kemudian dituliskan di papan tulis, yang bertujuan agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru (Amaliah et al., 2014).

Berdasarkan hasil penelitian di MI Darul Ulum Palangka Raya dalam proses penyampaian pembelajaran Nahwu Shorof guru menggunakan metode ceramah berupa pemaparan materi sesuai bab kepada peserta didik. Pembelajaran Nahwu Shorof yang diajarkan guru di MI Darul Ulum Palangka Raya di awali dengan memberikan materi lalu menuliskan materi itu di papan tulis. Setelah itu guru menerangkan maksud dari materi yang diajarkan serta memberikan contoh, hal ini dilakukan agar peserta didik menguasai materi yang disampaikan.

C. Penguatan Karakter Religius di MI Darul Ulum Palangka Raya melalui Pembelajaran Nahwu Shorof.

(9)

IAIN Palangka Raya

113 Penguatan karakter religius tentunya sangat dibutuhkan dalam sebuah pendidikan di sekolah. Terutama melalui pembelajaran Nahwu Shorof yang nantinya ilmu yang sudah diperoleh menjadi bekal untuk peserta didik setelah lulus dari MI Darul Ulum Palangka Raya. Dalam mempelajari Nahwu Shorof banyak manfaat yang pastinya sangat berguna untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari berupa pemahaman yang mendalam terkait kaidah bahasa arab dan kemampuan berbicara, serta baca tulis kitab-kitab ilmu keagamaan. Hal ini selaras dengan hasil pengamatan Wahyono di Pondok Pesantren Al-Bidayah TegalBesar Kaliwates Jember dengan judul “Strategi Kiai Dalam Mensukseskan Pembelajaran Nahwu dan Shorof”. Bahwa dengan mempelajari Nahwu Shorof pada kitab kuning dapat mencapai pemahaman yang mendalam mengenai isi kitab dan penguasaan berbahasa arab sebagai bahasa kitab baik secara hafalan dan praktek. Sehingga jika hal itu dilakukan secara terus menerus oleh peserta didik maka karakter religius akan menguat dan mampu memahami berbagai isi kitab-kitab keagamaan.

Menurut Hifdhi, Ilmu Nahwu Shorof memiliki beberapa manfaat, yaitu:

(1) peserta didik dapat mengetahui susunan bentuk kata bahasa arab yang terdapat pada sumber ajaran agama Islam berupa Al-Qur’dan hadis, sehingga dengan itu seseorang dapat mengerti kitab keilmuwan agama yang ditulis dalam bahasa Arab, (2) mampu merangkai kata-kata bahasa arab dengan susunan yang benar dan sesuai berdasarkan kaidah-kaidah ilmu Nahwu, (3) untuk menentukan tingkatan-tingkatan kata serta menguasai secara mendalam pengertian sebuah kalimat dengan benar (Ramadan, 2017).

Dalam hal ini manfaat pembelajaran Nahwu Shorof jika dikaitkan dengan penguatan karakter religius diharapkan mampu menguatkan akhlak mulia peserta didik dengan kefasihan membaca kitab Allah, kalam Rasulullah, dan bertutur kata dengan sopan. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya dari proses pembelajaran Nahwu Shorof dimana guru sebelum memulai pembelajaran melakukan pembiasaan berupa doa bersama dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter relegius pada peserta didik.

(10)

IAIN Palangka Raya

114 Hal ini sejalan dengan pendapat Muhaimin yang menyebutkan bahwa ada beberapa keadaan serta pelaksanaan nilai yang membentuk dasar penanaman karakter religius, yaitu: 1) Mewujudkan karakter religius yang dapat dilakukan melalui pendekatan hubungan dengan Allah SWT. Dalam pelaksanaan kegiatan religius di sekolah yang bersifat ibadah, antara lain melakukan sholat berjamaah, membaca ayat suci Al-Qur’an dengan hikmat, berdoa bersama dan lain sebagainya. 2) Mewujudkan budaya relegius yang lebih menempatkan sekolah menjadi institusi sosial yang berbasis religius dengan membentuk interaksi antar sosial yang baik (Suryanti & Widayanti, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan guru di MI Darul Ulum Palangka Raya, pembelajaran Nahwu Shorof dapat meningkatkan penguatan karakter religius peserta didik. Sehingga hal tersebut berdampak positif yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari berdoa, memperbaiki bacaan dalam beribadah, mampu bertutur kata yang sopan dengan memikirnya terlebih dahulu apakah ucapan yang ingin dilantorkan pantas atau tidak, memperhatikan lawan bicara, berbicara yang baik atau lebih baik diam karena sebaik-baik pekataan ialah kalam Allah yaitu Al-Qur’an dan Hadis baginda Rasulullah, berteman dengan lingkungan yang baik serta mampu memahami secara mendalam pengetahuan tentang Islam. Dengan hal ini secara tidak langsung dapat memperkuat karakter relegius peserta didik di Darul Ulum Palangka Raya.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di MI Darul Ulum Palangka Raya terkait Penguatan Karakter Religius melalui Pembelajaran Nahwu Shorof. Peneliti menyimpulkan beberapa hal yaitu; 1) Indikator karakter religius yang diterapkan untuk penguatan karakter religius di MI darul Ulum Palangka Raya lebih menekankan pada sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. 2) Metode pembelajaran yang digunakan guru, diantaranya; a) memberikan contoh yang banyak terkait materi yang dipelajari, agar proses pembelajaran tidak membosankan dan mudah dipahami peserta didik; b) menulis contoh yang diberikan di papan

(11)

IAIN Palangka Raya

115 tulis kemudian dijelaskan maksudnya; c) penjelasan materi dikaitkan dengan ilmu bahasa dan keterampilan berbahasa arab lainnya. 3) Pembelajaran Nahwu Shorof dapat menguatkan karakter religius peserta didik tercermin pada sikap dan kepribadiannya dengan meningkatnya pemahaman peserta didik dalam menguasai kitab-kitab keilmuan agama, baca tulis Al- Qur’ an, kitab kuning berbentuk arab gundul, serta kalam Rasulullah. Sehingga penguatan karakter yang didapat nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan peserta didik mulai dari berdoa, membetulkan bacaan dalam beribadah, bertutur kata yang sopan, mencermati lawan bicara, bergaul dengan lingkungan yang baik.

REFERENSI

Aidah, S.N,. 2021. Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bojonegoro: Tim Penerbit KBM Indonesia.

Adriansyah, M. A., Sintara, I. D., Pramujie, G. V. C., & Salsabila, A. (2020).

Meningkatkan Komitmen Organisasi Melalui Pelatihan Manajemen Diri.

PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat), 2(1), 81.

https://doi.org/10.30872/plakat.v2i1.3827

Amaliah, R. R., Fadhil, A., & Narulita, S. (2014). Penerapan Metode Ceramah dan Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI di SMA Negeri 44 Jakarta. Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’an, 10(2), 119–131.

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/view/4441

Asdiqoh, S. (2019). Implementasi pendidikan karakter pada siswa madrasah aliyah negeri 1 boyolali. LP2M Press IAIN Salatiga.

Dodi, L. (2013). METODE PENGAJARAN NAHWU SHOROF (Ber-kaca dari Pengalaman Pesantren). Tafaqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian

Keislaman, 1(1), 100–122.

http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/6

Elham, Elfiansyah. 2014. Kaidah-Kaidah Bahasa Arab Dasar- Dasar Ilmu Nahwu dan Shorof Bagi Pemula dan Lanjut Usia. Samarinda:

Mujahidin Press

Hambali, M., & Yulianti, E. (2018). Ekstrakurikuler Keagamaan Terhadap Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik Di Kota Majapahit.

Pedagogik, 5(2), 193–208.

Hasanah, F., Kamalludin, C., & Kamalludin, K. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Religius Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Kota Bogor. Ibriez : Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, 4(2), 217–222.

https://doi.org/10.21154/ibriez.v4i2.80

(12)

IAIN Palangka Raya

116 Hidayat, H., & Sukitman, T. (2020). Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Di Mi Tarbiyatus Shibyan Jadung Dungkek Sumenep. Autentik : Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 4(1), 33–41.

https://doi.org/10.36379/autentik.v4i1.50

Istifany, P. (2018). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Religius Dan Karakter Kebangsaan di Madrasah Tsanawiyah Al Falah Jatinangor Sumedang.

Jurnal Pendidikan Karakter, 8(1), 84–94.

https://doi.org/10.21831/jpk.v8i1.21677

Khasanah, U. (2021). Manajemen pembelajaran nahwu shorof di pondok pesantren apik kesugihan. 5(1), 107–133.

Moh Wahyu, K. (2021). Penguatan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah Di SD Muhammadiyah 4 Batu. Jurnal Elementaray School (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ke-SD-an), 8(2), 295-302.

Narulita, S., Aulia, R. N., Wajdi, F., & Khumaeroh, U. (2017). Pembentukan Karakter Religius Melalui Wisata Religi. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 1(1), 159–162.

http://semnastafis.unimed.ac.id

Ramadan, A. A. P. (2017). Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri ( UIN ) Mataram.

Setyaningsih, R., & Rochma, S. N. (2020). Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius Siswa Di Madrasah Ibtidaiyyah Nurussalam Mantingan. El- Ibtidaiy:Journal of Primary Education, 3(2), 83.

https://doi.org/10.24014/ejpe.v3i2.10590

Sukatin & m.shoffa Saifillah al-Faruq. 2021. Pendidikan Karakter. Sleman : Deepublish

Suryanti, E. W., & Widayanti, F. D. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Religius. Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH 2018), September, 254–262.

Wahyono, I. (2019). Strategi Kiai Dalam Mensukseskan Pembelajaran Nahwu Dan Shorof di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegalbesar Kaliwates Jember. Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 3(2), 106-121.

Zakariyah, A. (2021). Penguatan Pendidikan Agama Islam melalui integrasi pembelajaran di madrasah dan pesantren: studi kasus di pondok pesantren Al-Ishlah Paciran Lamongan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Zulifan, M. 2018. Bahasa Arab untuk Semua. Jakarta: Gramedia Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan problematika non linguistik yang pertama adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang timbul dari faktor lingkungan yang meliputi:

Dalam penelitian ini pengamatan produktivitas tenaga kerja dilakukan secara langsung dilapangan yaitu dengan metode Uji Petik Pekerjaan.Dengan metode ini kita dapat

Menurut Capah (2006), tulang yang normal mengandung kadar protein sebesar 20%, dengan demikian, peningkatan kadar hara N pada kompos lumpur IPAL yang sangat tinggi

Selain itu untuk kelas I, II, dan III yang menekankan pada penguasaan kompetensi membaca, menulis, dan berhitung untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan

Berdasarkan data Tabel warna kuning telur diatas, perlakuan yang menampakkan pengaruh dari kromium terhadap warna kuning telur, dimana R0 berbeda nyata dengan R2

Dalam stratigrafi tradiosional pengertian lapisan tidak terlalu ditekankan, bahkan definisinyapun tidak ada, Dalam stratigrafi tradiosional pengertian lapisan tidak

1 CAP-3 M/s Technical Associates Pakistan (Pvt) Ltd Lahore Ch.. Izhar Construction (Pvt)

Untuk menghasilkan data statistik, pengguna aplikasi ini, yaitu pegawai bagian sirkulasi Perpustakaan IPB, nantinya cukup mengisi form dengan parameter