• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika pada kelas VIII unggulan dan reguler dengan pokok bahasan kubus dan balok di SMP Negeri 2 Playen tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika pada kelas VIII unggulan dan reguler dengan pokok bahasan kubus dan balok di SMP Negeri 2 Playen tahun 2012."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

i

KORELASI MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII UNGGULAN DAN REGULER DENGAN POKOK

BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 2 PLAYEN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Maria Tyas Palupi 081414045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

KORELASI MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII UNGGULAN DAN REGULER DENGAN POKOK

BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 2 PLAYEN TAHUN 2012

Disusun oleh: Maria Tyas Palupi

NIM: 081414045

Telah disetujui oleh: Pembimbing

(3)

iii SKRIPSI

KORELASI MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII UNGGULAN DAN REGULER DENGAN POKOK

BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 2 PLAYEN TAHUN 2012

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Maria Tyas Palupi

NIM: 081414045

Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal: 26 November 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. ... Sekretaris : Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. ... Anggota I : Drs. A. Sardjana, M.Pd. ... Anggota II : Drs. Thomas Sugiarto, M.T. ... Anggota III : Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. ...

Yogyakarta, 26 November 2012

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tuhanku tak akan memberi ular beracun pada yang minta roti, cobaan yang engkau alami tak melebihi kekuatanmu”

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku kepada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang luar biasa dalam hidupku,

Bapak dan Ibu tercinta Y. Widada dan Y. Sulastri,

Kakakku FK. Jati P. dan Bayu Ari P.,

Adikku E. Kartika,

Almamaterku,

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 November 2012 Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Tyas Palupi

Nomor Induk Mahasiswa : 081414045

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul

Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 26 November 2012 Yang menyatakan,

(7)

vii ABSTRAK

Maria Tyas Palupi. 2012. Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (2) korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (3) proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (4) proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Jenis penelitian merupakan penelitian korelasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Playen semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada bulan April sampai Mei 2012. Data penelitian ini berupa nilai tes hasil belajar matematika dan skor motivasi belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk data hasil belajar matematika dan metode kuesioner untuk data motivasi belajar matematika yang telah diujicobakan dengan uji validitas dan reliabilitas. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Playen sebanyak 122 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis data rasio dan interval dan pengolahan data dilakukan secara statistik deskriptif dan korelasi Pearson Product Moment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat (1) korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,390 dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 15,21% (2) terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,422 dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar17,81% (3) proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 51,67%, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah 48,33%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0%. Proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII reguler yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 27,42%, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah 72,58%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0% (4) proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan yang tuntas adalah 66,67 % dan siswa yang tidak tuntas adalah 33,33 %. Proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler yang tuntas adalah 32,26% dan siswa yang tidak tuntas adalah 67,74%.

(8)

viii ABSTRACT

Maria Tyas Palupi. 2012. Correlation between Motivation and the Result of Mathematics Learning of Cube and Cuboid on Eighth Grade of Superior and Regular Class at SMP Negeri 2 Playen Year 2012. Skripsi. Yogyakarta: Mathematics Study Program. Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This study was aimed at finding (1) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning of the SMP Negeri 2 Playen grade eight superior class students 2012 (2) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning of the SMP Negeri 2 Playen grade eight regular class students 2012 (3) the motivational proportion of learning mathematics between grade eight superior class and grade eight regular class at SMP Negeri 2 Playen 2012 (4) proportion of mathematics learning between grade eight superior class and grade eight regular class at SMP Negeri 2 Playen 2012. This study was a correlation study.

This study was done at SMP Negeri 2 Playen semester two 2011/2012 on April until May 2012. The data collected in form of mathematics test score and mathematics motivation score. To obtain the mathematics score a test was employed, while to obtain the motivation score a questionnaire was employed. The techniques employed had been tested using validity and reliability test. The participants of the study were the 122 students of grade eight at SMP Negeri 2 Playen. This study employed ratio and interval data. To process the data, statistic descriptive and Pearson Product Moment correlation were employed.

Through the study, the writer found that (1) there was positive correlation between students’ motivation and students’ mathematics results eighth superior graders at SMP Negeri 2 Playen 2012. This was shown by the correlation coefficient 0.390 and motivational effect to mathematics results 15.21 % (2) the writer found positive correlation between motivation and mathematics result of the eight regular graders at SMP Negeri 2 Playen 2012. This was shown by the correlation coefficient 0.422 and motivational effect to mathematics result 17.81% (3) proportion of mathematics learning of superior class that had high motivation was 51.67% students, 48.33% students had medium motivation, while 0% students had low motivation. Proportion of mathematics learning of regular class that had high motivation was 27.42% students, 72.58% students had medium motivation, while 0% students had low motivation. (4) Students of superior class mathematics learning proportion that could pass the standard minimum score were 66.67%, while those that could not pass were 33.33%. Students of regular class mathematics learning proportion that could pass the standard minimum score were 32.26%, while those that could not pass were 67.74%.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih serta anugerah-Nya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan berkat, anugerah, dan kasih yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

2. Drs. A. Sardjana, M.Pd. selaku dosen pembimbing terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

(10)

x

5. Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

6. Para dosen Pendidikan Matematika yang penuh kesabaran dan kesetiaan mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh ilmu di Program Pendidikan Matematika.

7. Syarifatul Hidayah, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 2 Playen yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk melakukan penelitian.

8. Rini Astari, S.Pd selaku Guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Playen yang telah memberikan kesempatan dan bantuan.

9. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun ajaran 2011/2012 yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.

10.Sekertariat JPMIPA, yang dengan sabar telah memberikan kemudahan berbagai urusan sehingga penulis tidak menghadapi kesulitan yang berarti. 11.Kedua orang tua tercinta, Yohanes Widada dan Yuliana Sulastri atas

perhatian, dukungan, doa, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 12.Kakak tercinta Fransiskus Krista Jati Prasetya, Bayu Ari Pranawa, Maria

Widawati yang telah memberi semangat, doa, hiburan, dan dukungan berupa tenaga, waktu dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

xi

14.Teman-teman kost Ceria, teman-teman seperjuangan, teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008 yang selama ini berproses dan berjuang bersama.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikian penulisan tugas akhir ini disusun dan mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Batasan Istilah ... 6

F. Tujuan ... 9

(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Matematika... 11

B. Pengertian Belajar ... 12

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13

D. Belajar Matematika ... 15

E. Hasil Belajar ... 16

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 17

G. Motivasi Siswa Dalam Belajar Matematika ... 19

H. Jenis Kelas di SMP N 2 Playen ... 29

I. Kubus dan Balok ... 31

J. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 43

C. Populasi Penelitian ... 44

D. Perumusan Variabel ... 44

E. Bentuk Data ... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 46

G Instrumen Penelitian ... 47

H. Metode Analisis Data ... 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 60

(14)

xiv

C.Perhitungan Proporsi Motivasi dan Hasil Belajar Matematika ... 68

D. Analisis Data Penelitian ... 71

E. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 43

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika ... 48

Tabel 3.3. Skor Alternatif Jawaban Angket ... 49

Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Ulangan Harian Kubus dan Balok ... 51

Tabel 3.5. Skor Butir Soal Tes Ulangan Harian Kubus dan Balok ... 52

Tabel 3.6. Kriteria Motivasi Belajar Matematika ... 56

Tabel 3.7. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Matematika ... 57

Tabel 3.8. Koefisien Korelasi ... 59

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 62

Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika .... 63

Tabel 4.3. Perhitungan Validitas Intrumen Hasil Belajar Matematika ... 64

Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 64

Tabel 4.5. Data Siswa ... 65

Tabel 4.6. Deskripsi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Unggulan ... 66

Tabel 4.7. Deskripsi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Reguler ... 66

(16)

xvi

Tabel 4.9. Deskrispsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Reguler ... 67 Tabel 4.10. Jumlah Siswa Unggulan Berdasarkan Interpretasi ... 68 Tabel 4.11. Data Jumlah Siswa Unggulan Berdasarkan Ketuntasan

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

Lampiran A.1 Soal yang Valid dan Diujikan Untuk Validitas ... 89

Lampiran A.2 Lembar Jawab Soal ... 91

Lampiran A.3 Kunci Jawaban dan Pedoman Pensekoran... 95

Lampiran A.4 Hasil Skor Uji Coba ... 107

Lampiran A.5 Validitas Butir Soal ... 108

Lampiran A.6 Reliabilitas Soal ... 110

Lampiran A.7 Jawaban Soal Ulangan Harian Siswa ... 112

Lampiran A.8 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika yang Diujikan ... 124

Lampiran A.9 Data Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika 127 Lampiran A.10 Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 132

Lampiran A.11 Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika Setelah Validasi ... 134

Lampiran A.12 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika yang Valid ... 135

Lampiran A.13 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 138

Lampiran A.14 Tabel Nilai r Product Moment ... 142

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Data Penelitian ... 143

Lampiran B.2 Satistik Deskripstif ... 147

Lampiran B.3 Data Interpretasi Motivasi Belajar Matematika ... 148

(18)

xviii LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Surat Ijin Penelitian ... 156 Lampiran C.2 Surat Keterangan Penelitian... 157 Lampiran C.3 Pernyataan Validator Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 158 Lampiran C.4 Pernyataan Validator Instrumen Motivasi Belajar Matematika 159 LAMPIRAN D

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem ... 18

Gambar 2. Kubus ... 31

Gambar 3. Bagian-bagian Kubus ... 31

Gambar 4. Jaring-jaring Kubus ... 33

Gambar 5. Balok ... 36

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Pertama merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh siswa setelah lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Siswa yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama pada umumnya adalah anak umur 13–15 tahun. Pada rentang usia tersebut, anak mulai tumbuh berkembang menjadi remaja.

Pada Sekolah Menengah Pertama banyak terjadi pengelompokan siswa secara homogen berdasarkan prestasi belajar siswa. Praktik pengelompokan ini dikenal dengan istilah ability grouping. Ability grouping adalah praktik memasukkan beberapa siswa dengan kemampuan setara dalam kelompok yang sama. Praktik ini bisa dilakukan pada pembagian kelompok di dalam satu kelas atau pembagian kelas di dalam satu sekolah. Jadi ada kelas unggulan dan juga kelas terbelakang di dalam satu sekolah (Anita Lie, 2010:39)

Praktik pengelompokkan siswa secara homogen juga terjadi di SMP Negeri 2 Playen. SMP Negeri 2 Playen beralamat di Gading, Playen, Gunungkidul. Menurut keterangan dari wakil kepala sekolah urusan kurikulum, SMP tersebut sudah menggunakan sistem pengelompokkan siswa secara homogen sejak 2 tahun yang lalu, yaitu sejak tahun 2009. Proses pengelompokkan dilakukan saat pertama kali siswa mendaftarkan

(21)

diri di SMP tersebut. Pertama-tama siswa yang mendaftar harus lolos seleksi nilai ujian nasional SD, maksudnya adalah para siswa harus bersaing dengan siswa lain menggunakan nilai ujian nasional SD. Setelah lolos seleksi nilai, kemudian pihak sekolah melakukan tes potensi akademik. Dari tes potensi akademik tersebut, kemudian hasilnya akan di rangking. Siswa yang menduduki rangking-rangking teratas akan masuk di kelas unggulan dan siswa lainnya akan masuk pada kelas reguler.

Menurut pernyataan wakil kepala sekolah urusan kurikulum SMP Negeri 2 Playen, walaupun siswa dikelompokkan dalam kelas tertentu, namun tidak ada perbedaan perlakuan. Kelas unggulan maupun kelas reguler mendapatkan fasilitas dan perlakuan sama. Namun, beliau mengatakan bahwa ada beberapa kekurangan dan kelebihan dari sistem pengelompokkan tersebut. Kelebihannya adalah guru lebih mudah dalam mengajar siswa, karena rata-rata kemampuan siswa setiap kelas sama. Kelebihan lainnya adalah pada kelas unggulan suasana belajar menjadi kodusif dan persaingan menjadi ketat hal tersebut dikarenakan siswa kelas unggulan mempunyai harapan yang tinggi terhadap pencapaian prestasi. Sedangkan kekurangannya adalah siswa kelas reguler kadang merasa dirinya adalah kumpulan siswa kurang pintar, sehingga kadang terjadi kesenjangan sosial antara kelas unggulan dengan kelas reguler.

(22)

(kelas reguler), dan sebaliknya anak menjadi sangat percaya diri karena berada dalam kumpulan siswa pilihan (kelas unggulan). Hal tersebut berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Motivasi siswa mungkin menjadi beraneka ragam dengan adanya pengelompokan kelas, karena dimungkinkan adanya perpindahan kelas pada setiap kenaikan kelas. Siswa reguler mungkin menjadi termotivasi untuk belajar karena ingin berpidah ke kelas ungulan, dan siswa kelas unggulan termotivasi untuk belajar karena tidak ingin berpindah ke kelas reguler.

(23)

Intensitas masalah yang ada pada kelas reguler cenderung lebih terlihat dibandingkan dengan kelas unggulan. Hal ini terlihat dari hasil belajar matematika yang dicapai siswa kelas VIII unggulan maupun reguler masih banyak yang belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Jumlah siswa yang belum memenuhi standar KKM di kelas reguler lebih banyak jika dibandingkan dengan kelas unggulan.

Sebenarnya ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab untuk mencapai keberhasilan belajar. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986:75). Oemar Hamalik (2007:179) juga menyatakan bahwa motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang kelompok yang tidak punya motivasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil).

(24)

Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di

SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Siswa sering malas-malasan saat belajar matematika. 2. Siswa menganggap pelajaran matematika itu sulit

3. Siswa menganggap pelajaran matematika kurang menyenangkan. 4. Motivasi siswa dalam belajar matematika kurang.

5. Siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran matematika.

6. Guru masih menggunakan metode konvensional saat mengajar matematika.

7. Hasil belajar/nilai yang diperoleh siswa masih banyak yang belum memenuhi standar KKM.

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tidak semua masalah diteliti dan dibahas. Hal tersebut mengingat adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dana dan untuk lebih memperdalam analisa terhadap data yang dihasilkan dalam penelitian. Maka penelitian ini akan dibatasi pada “Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok

(25)

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah korelasi dan berapa besar korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012?

2. Adakah korelasi dan berapa besar korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012?

3. Berapakah proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012?

4. Berapakah proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012?

E. Batasan Istilah

1. Motivasi Belajar Matematika

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar matematika adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar (siswa) dapat tercapai.

2. Hasil Belajar Matematika

(26)

ditandai dengan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika. Dalam peneliti ini hasil belajar yang ingin diketahui hanya dibatasi pada pokok bahasan kubus dan balok.

3. Kelas Unggulan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kelas unggulan adalah kelas dimana siswa-siswanya merupakan siswa pilihan. Saat tes masuk SMP siswa–siswa tersebut menduduki peringkat tertinggi dan dapat menduduki kursi di kelas unggulan. Dalam hal ini kelas unggulan yang berada di SMP Negeri 2 Playen adalah kelas A dan B. 4. Kelas Reguler

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kelas reguler adalah kelas dimana siswa-siswa yang duduk di kelas tersebut adalah selain siswa yang menduduk i kelas unggulan. Dalam hal ini kelas reguler di SMP Negeri 2 Playen adalah kelas C dan D.

5. Korelasi

Korelasi adalah suatu hubungan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan korelasi adalah hubungan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler di SMP N 2 Playen.

6. Proporsi

(27)

mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah dan juga persentase siswa yang memperoleh hasil atau nilai matematika sesuai KKM (tuntas) dan di bawah KKM (tidak tuntas) dari kelas VIII unggulan maupun reguler.

Dari beberapa batasan istilah tersebut di atas, dapat dijelaskan maksud dari judul penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara daya penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika dengan perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif ditandai dengan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika pada siswa kelas unggulan (siswa-siswa pilihan) dan reguler (selain siswa unggulan) di kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012, serta untuk mengetahui berapakah persentase siswa yang tergolong mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah dan juga persentase siswa yang memperoleh hasil atau nilai matematika sesuai KKM (tuntas) dan di bawah KKM (tidak tuntas) dari kelas VIII unggulan maupun reguler.

(28)

F. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012.

2. Korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012. 3. Proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan

reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012.

4. Proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012.

G. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru, agar guru dapat lebih memotivasi siswanya dalam belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena dengan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar juga dapat meningkat. 2. Bagi Siswa

(29)

dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar terkait dengan matematika.

3. Bagi Peneliti

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Matematika

Matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang sulit

untuk didefinisikan. Definisi matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung bagaimana pertanyaan itu dijawab, dimana pertanyaan itu dijawab,

siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.

Pengertian matematika dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

(2007: 554) disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan

dalam penyelesaian masalah bilangan.

Herman Hudojo (1988:3) secara singkat mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang

tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Matematika tersusun secara hirarkis maksudnya adalah bahwa matematika mempelajari tentang

pola keteraturan dan tentang struktur yang terorganisasi. Matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam

matematika itu sendiri terdapat konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami konsep selanjutnya. Kemudian penalaran matematika dilakukan

secara deduktif maksudnya adalah proses pengerjaan matematika harus secara

(31)

deduktif, matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Dalam matematika,

suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.

Pengertian lain matematika juga disampaikan oleh James dan James,

mereka mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan

yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri (dalam Erman Suherman, 2001:18).

Jadi, dari beberapa pengertian matematika yang diungkapkan oleh para

ahli, pengertian matematika dalam penelitian ini adalah ilmu mengenai bilangan-bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain, dimana matematika terbagi atas tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri yang disusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.

B. Pengertian Belajar

Banyak orang memberikan definisi mengenai kata “belajar”. Kegiatan belajar memang tidak bisa lepas dari kehidupan. Beberapa pakar memberikan pengertian belajar menurut pendapat mereka masing-masing.

Gagne mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

(32)

Hilgard mengatakan bahwa belajar berarti pembentukan atau shaping tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan (dalam Mulyati,

2005:2). Artinya bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang memang diupayakan agar terjadi perubahan pada diri individu.

Mulyati juga memberikan kesimpulan tentang definisi belajar. Belajar

merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan

perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan (Mulyati, 2005:5). Suyono mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011:9).

Jadi dari beberapa definisi belajar menurut para ahli, pengertian belajar dalam penelitian ini adalah pembentukkan tingkah laku melalui kontak dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,

memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian yang dilakukan bukan kerena peristiwa kebetulan dalam rangka mencapai tujuan peningkatan

diri atau perubahan diri.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Telah dikemukakan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah

laku melalui kontak dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan

(33)

mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri. Namun, berhasil baik atau tidaknya belajar tersebut tergantung dari bermacam-macam faktor. Faktor

tersebut antara lain adalah faktor-faktor individual yaitu (Ngalim Purwanto, 1996:102-103):

1. Kematangan

Seseorang akan berhasil dengan baik dalam belajar apabila taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan potensi-potensi jasmaniah

atau rohaninya telah matang untuk belajar sesuai kapasitasnya. Jadi seseorang akan berhasil dalam belajar apabila hal yang mereka pelajari sesuai dengan kematangan dan kapasitas diri seseorang.

2. Kecerdasan

Selain kematangan, keberhasilan seseorang dalam belajar juga

ditentukan dari kecerdasannya. Sebagai contoh anak usia 14 tahun ke atas umumnya sudah matang untuk mempelajari ilmu pasti, namun tidak semua anak tersebut pandai dalam ilmu pasti, mereka mempunyai kelebihan dan

kekurangan masing-masing dalam menguasai suatu ilmu. Sehingga berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar juga ditentukan dari

kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing individu. 3. Latihan

Kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang akan semakin

dikuasai dengan latihan, karena dengan sering latihan maka mereka akan lebih sering mengulangi sesuatu. Sebaliknya, tanpa latihan pengetahuan

(34)

Sehingga orang yang lebih banyak melakukan latihan akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang melakukan

latihan. 4. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif. Motif merupakan pendorong bagi

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif Instrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang tersebut dapat menguasai pengetahuan

tertentu. Seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika orang tersebut mengetahui betapa penting hasil yang akan dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya.

5. Sifat-sifat Pribadi Seseorang

Tiap orang mempunyai sifat kepribadiannya masing-masing. Ada

yang mempunyai sifat keras hati, tekun dalam usaha, malas, dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut sedikit banyak turut mempengaruhi sampai manakah hasil belajarnya dapat dicapai.

D. Belajar Matematika

Telah diuraikan sebelumnya tentang pengertian belajar dan juga

pengertian matematika. Matematika adalah ilmu mengenai bilangan-bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain. Matematika terbagi atas tiga bidang yaitu

(35)

Kemudian belajar diartikan sebagai pembentukkan tingkah laku melalui kontak dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar dilakukan bukan kerena peristiwa kebetulan dalam rangka mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri.

Dari pengertian matematika dan belajar tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa belajar matematika adalah pembentukan tingkah laku

untuk memperoleh pengetahuan terkait dengan matematika, yaitu ilmu mengenai konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam bidang aljabar, analisis, dan geometri.

E. Hasil Belajar

Secara umum hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah

laku. Namun beberapa ahli memberikan pengertian tentang hasil belajar dengan berbagai versi. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (dalam Agus Suprijono, 2009:6). Dimana

ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(36)

ketrampilan gerakan dasar, perspektual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Agus Suprijono mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Agus Suprijono, 2009:7). Artinya bahwa hasil belajar

dilihat secara menyeluruh dari berbagai aspek bukan dilihat secara terpisah. Nana Sudjana memberikan pengertian tentang hasil belajar, yaitu hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana, 2009:3).

Jadi dari beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli, pengertian hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku atau tingkah laku

secara keseluruhan, dimana tingkah laku sebagai hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses maka pasti ada hal yang diproses dan ada hasil dari pemrosesan. Menurut Ngalim Purwanto

(1996:106-107), kegiatan belajar itu sendiri dapat dianalisis dengan pendekatan anlisis sistem, dengan pendekatan tersebut kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kegiatan

(37)

Gambar 1. Bagan Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem

(Ngalim Purwanto, 1996:106)

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)

merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (teaching-learning process). Terhadap proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah

faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan

dimanipulasikan (instrumental input) untuk menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam meghasilkan keluaran tertentu.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, yang dimaksud dengan masukan mentah (raw input) adalah siswa yang memiliki karakteristik

tertentu baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minat, tingkat kecerdasan, bakat,

INSTRUMENTAL INPUT

TEACHING-LEARNING PROCES

RAW INPUT

ENVIRONMENTAL INPUT

(38)

motivasi, kemampuan kognitif dan sebagainya. Semua hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajar.

Kemudian yang termasuk dalam instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasi adalah kurikulum, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang

berlaku di sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya yang dimaksud dengan environmental input adalah lingkungan alam dan sosial.

G. Motivasi Siswa Dalam Belajar Matematika

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam

subjek untuk melakukan aktivitas tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Berikut beberapa definisi yang diungkapkan para ahli tentang motivasi. Menurut Sardiman (1986:75) motivasi merupakan serangkaian

usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan

berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu bisa dirangsang dari luar, namun motivasi itu sendiri tumbuh dari dalam diri seseorang.

Motivasi adalah menggunakan hasrat paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil

(39)

kegagalan frustasi (Yasin Musthofa, 2007:47). Menurut McDonald motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (dalam Oemar Hamalik, 2007:173).

Jadi dari beberapa definisi motivasi yang diungkapkan oleh

beberapa ahli, maka pengertian motivasi dalam penelitian ini adalah daya dorong atau daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan

sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Macam-macam Motivasi

Menurut Sardiman, motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri

seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986:88).

Kemudian jika dilihat dari segi tujuan kegiatan, misalnya kegiatan belajar maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar

itu sendiri. Sebagai contoh siswa melakukan kegiatan karena benar-benar ingin mendapatkan ilmu, bukan karena ingin dipuji atau karena

(40)

Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman, 1986:90).

Contohnya dalam kegiatan belajar seseorang melakukan kegiatan belajar bukan karena ingin mendapatkan pengetahuan tetapi karena ingin mendapatkan nilai baik, ingin mendapat pujian dan lain

sebagainya.

Jadi jika dilihat dari segi tujuannya, maka motivasi ekstrinsik

tidak secara langsung berhubungan dengan esensi yang sebenarnya. Sehingga motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar

3. Motivasi Belajar Matematika

Sardiman (1986:75) memberikan pengertian mengenai motivasi dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah

(41)

belajar itu dapat tercapai. Dalam motivasi dikatakan “keseluruhan” daya penggerak di dalam diri seseorang karena seseorang dalam melakukan

sesuatu hal pasti disebabkan oleh beberapa hal atau motif yang bersama-sama menggerakkan orang tersebut untuk melakukan sesuatu.

Sardiman (1986:75) juga mengungkapkan bahwa motivasi belajar

adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranan motivasi belajar yang khas tersebut adalah dalam hal penumbuhan gairah,

merasa senang, dan semangat untuk belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Dari beberapa definisi motivasi yang telah dikemukakan, maka motivasi belajar matematika dapat diartikan sebagai keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar

matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar (siswa) dapat tercapai.

4. Ciri-ciri Siswa yang Mempunyai Motivasi

Ciri-ciri pada diri setiap orang yang memiliki motivasi adalah sebagai berikut:

(42)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang dicapainya).

c. Menununjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(Sardiman, 1986:82)

Dalam buku Ali Imron (1996:88), Brown mengungkapkan ciri-ciri

siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi yaitu:

a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau acuh tak acuh b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan

c. Mempunyai antusiasme yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru

d. Ingin selalu bergabung dengan kelompok kelas e. Ingin identitas dirinya diakui orang lain

f. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri

(43)

Mengacu pada pendapat para ahli terkait dengan beberapa ciri motivasi pada diri seseorang, kemudian penulis memberikan gambaran

terhadap beberapa ciri seseorang dikatakan mempunyai motivasi tinggi yaitu:

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin f. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal h. Tertarik kepada guru

i. Tertarik pada mata pelajaran yang dijarkan

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut di atas, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat (Sardiman,1986:83). Dalam

kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan motivasi yang cukup kuat, karena jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk belajar maka

dalam kegiatan belajar akan berhasil.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi. Menurut

(44)

a. Umur

Dalam hal ini umur menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi motivasi, karena umur menentukan kematangan seseorang dalam bertindak. Sehingga motivasi yang timbul pada diri seseorang juga tergantung dari umur seseorang.

b. Kondisi Fisik

Kondisi fisik juga mempengaruhi motivasi seseorang

untuk melakukan sesuatu. Kondisi fisik seseorang yang sehat atau fit akan lebih mendukung seseorang untuk melakukan sesuatu dibandingkan dengan orang yang kondisi fisiknya

kurang baik.

c. Kekuatan Intelegensi

Kekuatan intelegensi membuat seseorang yang satu dengan yang lain mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan sesuatu hal sehingga motivasi yang timbul dalam

diri seseorang pun juga tergantung dari kekuatan intelegensi setiap individu.

Menurut Ali Imron (1996:99) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:

a. Cita-cita

(45)

diri seseorang untuk melakukan sesuatu pun menjadi berbeda-beda pula.

b. Kemampuan siswa

Seperti halnya dengan kekuatan intelegensi, kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu hal mungkin

berbeda dengan siswa yang lain. Karena itu motivasi yang timbul dalam diri tiap siswa pun menjadi berbeda-beda

tergantung dari kemampuannya. c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa bisa berupa kondisi fisik dan kondisi

psikologi. Kondisi fisik siswa yang sehat dan fit umumnya membuat siswa mempunyai motivasi yang lebih baik untuk

melakukan suatu hal, dibandingkan dengan siswa yang kondisi fisiknya kurang baik. Begitu pula dengan kondisi psikologi siswa, mungkin jika siswa terganggu psikologinya misalkan

sedang mengalami stress akan membuat siswa kurang berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu hal. Sehingga

motivasi siswa dalam melakukan sesuatu akan menjadi kurang. d. Kondisi Lingkungan Belajar

Kondisi lingkungan belajar turut menjadi faktor

(46)

dalam belajar, dibandingkan dengan kelas yang tidak kondusif dan tidak mendukung untuk proses belajar.

e. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa

Upaya guru dalam membelajarkan siswa turut berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Guru yang tinggi

gairahnya dalam mengajar akan menjadikan siswa juga bergairah dalam belajar. Guru yang bersunggh-sungguh dalam

mengajar, menjadikan tingginya motivasi siswa dalam belajar. Mengacu pada pendapat para ahli terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, kemudian penulis memberikan gambaran

terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu: a. Umur

b. Kondisi siswa

c. Kondisi lingkungan belajar

d. Kemampuan dan kekuatan intelegensi siswa

e. Cita-cita, dan

f. Upaya guru membelajarkan siswa

Beberapa faktor tersebut berpengaruh pada diri siswa dalam menumbuhkan motivasi untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah motivasi untuk belajar.

6. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam melakukan sesuatu pasti dibutuhkan suatu pendorong atau

(47)

pula dalam belajar, motivasi sangatlah diperlukan. Menurut Sardiman (1986:84) hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin

tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu, jadi motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Motivasi berfungsi dalam kegiatan belajar, antara lain adalah

sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukkan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan harus sesuai dengan rumusan

tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu

usaha karena adanya motivasi. (Sardiman, 1986:84-85)

Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat

prestasi atau hasil belajarnya (Sardiman, 1986:85). Oemar Hamalik (2007:179) mengungkapkan bahwa motivasi sangat penting karena suatu

(48)

yang tidak mempunyai motivasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi memang berperan penting dalam kegiatan

belajar dan pencapaian hasil belajar.

H. Jenis Kelas di SMP N 2 Playen

Kelas VIII di SMP N 2 Playen dikelompokkan menjadi dua jenis kelas,

yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Dua kelas merupakan kelas unggulan, yaitu kelas A dan B, sedangkan dua kelas lainnya merupakan kelas reguler

yaitu kelas C dan D.

Berdasarkan keterangan dari wakil kepala sekolah urusan kurikulum, SMP N 2 Playen menggunakan sistem pengelompokan kelas menjadi kelas

unggulan dan kelas reguler sejak dua tahun terakhir ini, yaitu mulai tahun 2009. Acuan yang digunakan SMP N 2 Playen untuk pelaksanaan

pengelompokan kelas tersebut berdasarkan musyawarah rapat dinas, dan musyawarah intern SMP N 2 Playen, namun tidak menyimpang dari aturan pemerintah.

Proses penyaringan siswa ke dalam kelas-kelas tertentu dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu melalui penyaringan siswa saat

pendaftaran masuk SMP N 2 Playen berdasarkan nilai akhir ujian Nasional SD. Siswa yang diterima adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi dari seluruh pendaftar, dan jumlahnya terbatas kuota kelas yang disediakan SMP N

2 Playen. Setelah siswa lolos penyaringan berdasarkan nilai hasil ujian nasional SD, langkah berikutnya adalah penyaringan siswa berdasarkan tes

(49)

Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA. Dari hasil tes potensi akademik tersebut siswa dapat dikelompokkan ke dalam kelas unggulan dan kelas

reguler. Siswa yang mempunyai peringkat atas akan masuk pada kelas unggulan A dan B, kemudian sisanya masuk ke dalam kelas reguler C dan D.

Meskipun demikian, setiap tahun beberapa siswa dari kelas unggulan

maupun reguler dapat bertukar posisi. Jadi proses selanjutnya adalah pada saat kenaikan kelas, seluruh siswa diurutkan atau dirangking kembali berdasarkan

jumlah nilai ulangan umum murni, selanjutnya seperti langkah awal siswa yang menduduki urutan atas akan menduduki kelas ungulan dengan demikian semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menduduki kelas

unggulan. Sehingga jika dilihat dari segi kemampuan belajar, siswa kelas VIII yang masuk dalam kelas unggulan lebih baik dibandingkan dengan siswa

kelas reguler.

Penerapan sistim ini mempunyai bebarapa kelemahan, yang pertama adalah bahwa siswa menjadi berada pada kelompok yang homogen, padahal

sebenarnya sekolah seharusnya menjadi miniatur masyarakat yang heterogen. Kelemahan yang lainnya adalah perlakuan kelas yang masih tidak ada

perbedaan antara kelas unggulan dan reguler, padahal sebenarnya dengan adanya pengelompokan kelas maka kemampuan siswa tiap jenis kelas akan berbeda, jadi sebaiknya diberikan perlakuan yang berbeda tergantung

(50)

I. Kubus dan Balok

1. Kubus

a. Pengertian Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi kongruen yang disebut sisi. Bangun ruang ABCDEFGH di bawah ini

adalah kubus yang dibatasi oleh 6 sisi yang berbentuk persegi kongruen, yaitu ABCD, EFGH, ABFE, CDHG, BCGF, dan ADHE.

b. Bagian-bagian Kubus

Gambar 3. Bagian-bagian Kubus

D

Gambar 2. Kubus

(51)

Perhatikan kubus ABCDEFGH di atas. Kubus tersebut memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

1.) Titik Sudut

Titik sudut adalah perpotongan antara 3 bidang atau sisi pada kubus. Sebuah kubus ABCDEFGH memiliki 8 titik sudut yaitu

A, B, C, D, E, F, G, dan H. Titik G adalah perpotongan antara bidang DCGH, BCGF, dan EFGH.

2.) Rusuk

Rusuk adalah perpotongan antara 2 bidang atau sisi. Kubus ABCDEFGH memiliki 12 rusuk yang sama panjang, yaitu AB,

BC, CD, AD, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan EH. Rusuk AB misalnya perpotongan antara bidang ABCD dan ABFE.

3.) Sisi

Sisi pada kubus adalah bidang-bidang yang membentuk kubus. Kubus ABCDEFGH memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang

kongruen, yaitu :

ABCD berhadapan dengan EFGH

CDHG berhadapan dengan ABFE BCGF berhadapan dengan ADHE 4.) Diagonal Sisi

Diagonal sisi adalah diagonal-diagonal dari bidang sisi kubus. Kubus memiliki 6 sisi masing-masing sisi memiliki 2 diagonal.

(52)

panjang, yaitu AF, BE, AC, BD, BG, CF, CH, DG, AH, DE, EG, dan FH.

5.) Bidang Diagonal

Bidang diagonal adalah bidang pada kubus yang dibatasi oleh 2 rusuk sejajar dan 2 diagonal sisi yang sejajar. Bidang diagonal

kubus berbentuk persegi panjang. Kubus ABCDEFGH memiliki 6 bidang diagonal yang kongruen, yaitu: BCHE,

ADGF, ABGH, CDEF, AEGC, DHFB 6.) Diagonal Ruang

Diagonal ruang adalah diagonal dari bidang diagonal. Kubus

mempunyai 4 diagonal ruang yaitu CE, BH, DF, AG.

c. Jaring-Jaring Kubus

Jaring-jaring kubus adalah suatu gambar datar yang memuat semua sisi-sisi tegak dengan bentuk dan besarnya yang sebenarnya, sedangkan hubungan antara sisi-sisi tersebut tetap masih ada.

Berikut merupakan contoh jaring-jaring kubus:

(53)

d. Panjang Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Kubus

Misalkan pada kubus ABCDEFGH dengan

panjang rusuk � cm. Karena sisi-sisi kubus

berbentuk persegi yang kongruen maka panjang diagonal-diagonal bidang kubus

sama panjang.

Perhatikan AC diagonal persegi ABCD.

Maka �� =√��2+��2

=√�2 +2

=√2�2

=�√2 satuan panjang

Adapun diagonal ruang CE merupakan diagonal dari persegi panjang ACGE.

(54)

Jadi pada kubus dengan panjang rusuk � cm mempunyai

panjang diagonal bidang �√2�� dan panjang diagonal ruang

�√3��.

e. Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) bangun ruang tersebut. Kubus memiliki enam buah bidang

dan tiap bidang berbentuk persegi, jika panjang rusuk kubus adalah �

maka

Luas Permukaan Kubus = 6 × luas persegi × 1 satuan luas = 6 × ( �×� ) × 1 satuan luas

= 6�2 satuan luas

f. Volume Kubus

Volume kubus adalah banyaknya satuan volume yang tepat mengisi penuh kubus tersebut. Rumus Volume Kubus dengan panjang

rusuk = � adalah:

� =�×�×� × 1 satuan volume

atau

� =�3× 1 satuan volume

2. Balok

a. Pengertian Balok

(55)

bawah adalah balok ABCDEFGH yang dibatasi oleh 3 pasang sisi yang berbentuk persegi panjang yang masing-masing kongruen, yaitu:

o ABCD dan EFGH

o ABFE dan DCGH o BCGF dan ADHE

Gambar 5. Balok

b. Bagian-bagian Balok

Bagian-bagian balok adalah sebagai berikut: 1.) Titik sudut

Titik sudut adalah perpotongan antara 3 bidang atau sisi pada

balok. Sama seperti kubus, balok ABCDEFGH mempunyai 8 titik sudut yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H .

2.) Rusuk

Rusuk adalah perpotongan antara 2 bidang atau sisi. Balok mempunyai 3 kelompok rusuk yang masing-masing adalah sama

panjang. Pada balok ABCDEFGH, 3 pasang rusuknya adalah:

o AB, CD, EF dan GH o AD, BC, EH dan FG

o AE, BF, CG dan DH 3.) Sisi

Sisi pada balok adalah bidang-bidang yang membentuk balok. Balok mempunyai 3 pasang sisi yang masing-masing kongruen.

Pada balok ABCDEFGH sisi-sisinya adalah:

A B

C D

E F

(56)

o ABFE dan DCGH

o ABCD dan EFGH o BCGF dan ADHE 4.) Diagonal sisi

Diagonal sisi adalah diagonal-diagonal dari bidang sisi balok.

Balok mempunyai 6 sisi maka maka balok mempunyai 12 diagonal sisi yang terbagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing sama

panjang, yaitu:

o AF, DG, BE dan CH o BG, AH, CF dan DE o AC, EG, BD dan FH 5.) Bidang diagonal

Bidang diagonal adalah bidang pada balok yang dibatasi oleh 2 rusuk sejajar dan 2 diagonal sisi yang sejajar. Balok mempunyai 6 bidang diagonal. Pada balok ABCDEFGH bidang diagonalnya

adalah :

o BCHE dan ADGF o ABGH dan CDEF

o AEGC dan DHFB 6.) Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah diagonal dari bidang diagonal. Balok mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang. Balok

(57)

c. Jaring-Jaring Balok

Jaring-jaring balok adalah suatu gambar datar yang memuat

semua sisi-sisi tegak dengan bentuk dan besarnya yang sebenarnya, sedangkan hubungan antara sisi-sisi tersebut tetap masih ada.

Berikut merupakan contoh jaring-jaring balok:

Gambar 6. Jaring-jaring Balok

d. Panjang Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Balok

Pada balok ABCDEFGH, misalkan AB= � cm, BC= � cm, dan

AE= � cm, maka diagonal bidang berbeda-beda panjangnya sedangkan

diagonal ruangnya sama panjang. Perhatikan gambar di bawah ini.

A B

C D

E F

(58)

Diagonal ruang CE merupakan diagonal dari persegi panjang ACGE. Adapun AC merupakan diagonal dari persegi panjang ABCD.

Jadi, �� = √��2+��2

=��2+2 satuan panjang

�� =√��2+��2

=�(�2+�2) +�2

=��2+�2+�2 satuan panjang

Maka, panjang diagonal ruang suatu balok dengan panjang = �

cm, lebar = � cm, dan tinggi = � cm adalah ��2+�2+�2 cm.

e. Luas Permukaan Balok

Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) bangun ruang tersebut. Balok terdiri dari 3 pasang persegi

panjang yang kongruen . Perhatikan gambar di bawah ini.

(59)

Balok tersebut terdiri dari 2 persegi panjang berukuran ��, 2

persegi panjang berukuran ��, dan 2 persegi panjang berukuran

��. Jadi,

Luas Permukaan balok = 2 ��+ 2 ��+ 2 ��

= 2(��+��+��) satuan luas

f. Volume Balok

Volume balok adalah banyaknya satuan volume yang tepat

mengisi penuh balok tersebut. Rumus Volume Balok dengan panjang =

�, lebar = �, dan tinggi = � adalah:

� =�×�×�× 1������������

atau

� =���������������

Oleh karena �� merupakan luas alas, maka volume balok dapat

dinyatakan sebagai berikut.

����������� =��������×������× 1 ������������

J. Kerangka Berpikir

Pada dasarnya dalam pribadi setiap siswa selalu mempunyai motivasi

dalam diri untuk melakukan sesuatu (kegitan belajar). Begitu pula siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen. Mereka mempunyai

motivasi yang mungkin berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Khususnya dalam belajar matematika pasti siswa kelas unggulan dan reguler mempunyai motivasi yang bervariasi, mungkin tinggi, sedang, ataupun

(60)

Dalam kegiatan belajar khususnya dalam belajar matematika motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang bisa

berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki

subyek belajar (siswa) dapat tercapai.

Motivasi dalam belajar berperan untuk menggerakkan dan mendorong

seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, dengan adanya motivasi seseorang menjadi terarah untuk mencapai tujuannya serta dapat menyeleksi perbuatan-perbuatan apa yang bermanfaat bagi tujuannya tersebut. Selain itu motivasi

akan mendorong seseorang untuk berusaha dan mencapai prestasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan

kata lain bahwa dengan adanya usaha yang didasari dengan motivasi maka seseorang yang belajar tersebut akan dapat menghasilkan prestasi yang baik.

Dari uraian di atas dan landasan teori yang ada, motivasi belajar

matematika mempunyai hubungan dengan hasil belajar matematika. Khususnya pada siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen,

motivasi belajar matematika yang ada dalam diri siswa mempunyai hubungan dengan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.

Sehingga dapat diajukan dugaan sementara mengenai hubungan antara

(61)

1. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playentahun 2012.

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasi. Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada,

berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Suharsimi Arikunto, 2006:270).

Dilihat dari sumber data yang dijadikan sebagai subyek penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian populasi. Penelitian populasi digunakan untuk meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian

(Suharsimi Arikunto, 2006:130).

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Playen yang beralamat di Gading, Playen, Gunungkidul.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei semester

genap tahun ajaran 2011/2012.

Tabel 3.1. Rencana Pelaksanan Penelitian

No. Keterangan Waktu

1. Observasi sekolah April 2012

2. Pengambilan data uji validitas instrumen motivasi belajar matematika

16 Mei 2012

3. Pengambilan data uji validitas instrumen hasil belajar matematika

21 Mei 2012

4. Pengambilan data motivasi dan hasil belajar matematika

29 dan 31 Mei 2012

(63)

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi

Arikunto, 2006:130). Pengertian lain populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 2004:182). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012, yang terdiri dari dua kelas unggulan (A, B) dan dua kelas reguler (C, D). Dapat dikatakan juga bahwa siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 tergolong dalam dua populasi yang berbeda, yaitu populasi kelas unggulan (A dan B) serta populasi kelas reguler (C dan D).

D. Perumusan Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Jadi yang dimaksud dengan variabel penelitian dalam

penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai obyek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan.

Sugiyono (2009:61) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

(64)

2. Variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

bebas.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah motivasi

belajar matematika siswa. Dimana siswa terbagi dalam kelompok kelas yang berbeda yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Sehingga motivasi belajar matematika siswa kelas

unggulan adalah (Xu) dan motivasi belajar matematika siswa kelas reguler adalah (Xr

2. Variabel terikat (dependen) ).

Variabel terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat (Y)

pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika (Y). Dimana siswa terbagi dalam kelompok kelas yang berbeda yaitu kelas

(65)

E. Bentuk Data

Data adalah sesuatu yang dibutuhkan atau digunakan dalam penelitian

dengan menggunakan parameter tertentu yang telah ditentukan (Duwi Priyatno, 2008:7).

Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sedangkan

pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berupa pemberian soal dilakukan untuk mendapatkan data dari hasil belajar matematika siswa,

yang berupa nilai matematika siswa. Data tersebut bertipe rasio.

Data berupa rasio karena data hasil belajar matematika berupa nilai yang dapat dilakukan perhitungan aritmatika, menggunakan jarak yang sama

dan mempunyai nilai 0. Sedangkan non tes berupa kuesioner untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika siswa, berupa skor

motivasi siswa dengan tipe data interval. Data berbentuk interval karena tipe data ini menggunakan jarak data yang sama, yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket) mengenai motivasi siswa terkait dengan belajar

matematika. Dalam hal ini data dinyatakan dalam bentuk angka (skor).

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan metode pengumpulan data yang tepat, agar data yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sugiyono menjelaskan bahwa teknik pengumpulan

(66)

Mengingat banyaknya jumlah responden yang akan diteliti, maka penelitian ini menggunakan metode kuesioner (angket) sebagai metode

pengumpulan data motivasi belajar matematika siswa. Kuesioner (angket) merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Kuesioner (angket) dibuat dengan menggunakan acuan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009:134). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan fenomena sosial adalah motivasi siswa terkait dengan belajar

matematika.

Sedangkan untuk pengumpulan data mengenai hasil belajar

matematika siswa digunakan tes berupa pemberian soal ulangan harian terkait materi yang telah dipelajari.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar matematika siswa adalah berupa kuesioner (angket) dan alat untuk mengukur hasil belajar matematika siswa adalah berupa tes ulangan harian. Angket yang

digunakan adalah angket tertutup, dimana dalam angket tersebut pernyataan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengaharapkan jawaban responden

(67)

tersedia. Sedangkan tes soal yang diberikan adalah berupa soal uraian dan jumlah soal disesuaikan dengan SK dan KD yang hendak dicapai.

1. Koesioner (Angket)

a. Tujuan Penyusunan Instrumen

Kuesioner ini bertujuan untuk mengungkap dan mendapatkan

data yang diinginkan peneliti. Data tersebut adalah tentang motivasi belajar matematika pada siswa kelas unggulan dan pada siswa kelas

reguler di kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. b. Kisi-Kisi

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika

No Indikator Jumlah

item

Nomor item ( + ) ( - ) 1. Tekun menghadapi

tugas

2 3 17

2. Ulet menghadapi kesulitan

8 14, 15 18,19,20,

23, 25,34 3. Menunjukkan minat

terhadap bermacam-macam masalah

7 4, 5, 7, 9, 10

21, 32

4. Lebih senang bekerja mandiri

3 8, 16 24

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

3 11, 12 22

6. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

2 27 31 pelajaran yang dijarkan

3 1 30, 33

Gambar

Tabel 4.10. Jumlah Siswa Unggulan Berdasarkan Interpretasi .....................
Gambar 1. Bagan Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem ....................
Gambar 1. Bagan Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem
Gambar 2. Kubus
+7

Referensi

Dokumen terkait

lnstrumen virtual ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman grafis LabVIEW LabVIEW berorientasi pada objek komputer yang dikembangkan untuk membuat fasilitas kominukasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Blora telah melaksanakan melaksanakan pengadaan pengadaan mobil unit layanan jantung keliling program dana bagi hasil tembakau dengan

Tokoh perempuan utama dalam keempat novel ini secara ekonomi tidak digambarkan sebagai pihak yang kekurangan, begitu pula dalam kehidupan sosial, jauh sebelum kehadiran

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

The o¢cial policy of this course is that no makeup exams will be o¤ered, because the …rst two exams are in class and the third exam is during

Selagi semua orang, termasuk kepala desa tidak tahu apa yang hendak dilakukan dua penunggang kuda itu, tiba-tiba salah seorang dari mereka menerjang ke kiri dimana

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Lama pemeliharaan ikan bandeng pada tambak yang tercemar limbah Pb dan Cd memberikan peningkatan terhadap nilai skoring kerusakan atrophy dan Hiyalinisasi