Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29 – 30 Oktober 2015
PELATIHAN KONSELOR PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK (PMBA) DI DESA BUKIT
KABUPATEN KARANGASEM
N.W. A. Utami, K.T. Adhi dan L.S. Ani
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Corresponding author: arya_utami@yahoo.com
P-PKM-10
Metode
1. Pelatihan dan Penyuluhan Konselor PMBA dengan topik:
A. Pencegahan stunting sejak masa pra-konsepsi sampai usia 2 tahun (1000 Hari Pertama Kehidupan).
B. Pemberian ASI Eksklusif
C. Pembuatan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan bahan pangan lokal.
D. Penganekaragaman pola konsumsi pangan lokal sesuai pedoman DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). 2. Praktek/Demonstrasi:
A. Penyediaan pangan dan penyiapan makanan beragam, bergizi, berimbang dan aman.
B. Pembuatan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan bahan pangan lokal.
Kesimpulan
Bahwa kegiatan penyuluhan yang disertai dengan pelatihan konseling dan praktek/demonstrasi dapat meningkatkan pengetahuan kader posyandu, yang merupakan salah satu tokoh pemberdayaan masyarakat, untuk mendorong pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman dengan menggunakan pangan lokal pada rumah tangga di daerah rawan pangan Kabupaten Karangasem, Bali.
Daftar pustaka
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. BPS Provinsi Bali (2013). Laporan Tahunan Provinsi Bali, Denpasar
BPS Kabupaten Karangasem (2014). Statistik Daerah Kabupaten Karangasem.
Ucapan terima kasih
Kepada Kepala Desa Bukit, Kepala Sekolah SD 1 Bukit Kepala Puskesmas II Karangasem dan Bidan Desa Bukit yang telah membantu kegiatan PKM ini.
Pendahuluan
Indonesia termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat prevalensi stunting tinggi (30-39%) dimana prevalensi ini meningkat dari 36,8% (2007) menjadi 37,2% (2013) (Riskesdas, 2013). Stunting
memerlukan perhatian khusus karena meningkatkan risiko terhambatnya pertumbuhan motorik dan mental, penurunan kemampuan intelektual, produktivitas serta peningkatan risiko obesitas dan penyakit tidak menular/degeneratif di masa mendatang. Penelitian awal dilakukan di Desa Pidpid dan Desa Nawakerti (Kecamatan Abang); Desa Bukit (Kecamatan Karangasem) dan Desa Tianyar Timur (Kecamatan Kubu) ditemukan adanya “Keluarga Belum Sadar Gizi”, antara lain hanya 24% responden memberikan ASI eksklusif. Pemberian susu formula dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dilakukan oleh responden yang tidak menyusui secara eksklusif. Jenis MPASI yang diberikan antara lain bubur beras, pisang, nasi dan air rebusan beras (titisan).
Dari latar belakang di atas, terjadinya stunting di Karangasem menunjukkan kurangnya pengetahuan dan rendahnya perilaku sadar gizi di tingkat rumah tangga.
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah terwujudnya kader posyandu sebagai konselor pemberian makan bayi dan anak (PMBA) yang selanjutnya dapat mendorong pemberian ASI Eksklusif dan MPASI pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman dengan menggunakan pangan lokal sebagai dasar ketahanan pangan bagi rumah tangga miskin di daerah yang termasuk rawan pangan Desa Bukit, Kabupaten Karangasem, Bali.
Hasil dan pembahasan
Rata-rata kader posyandu telah bekerja > 5 tahun, yang berarti seharusnya mereka telah memiliki pengetahuan tentang PMBA, tetapi yang kami dapatkan adalah 60% kader yang mengetahui tentang PMBA, terutama tentang ASI Eksklusif dan cara melakukan konseling. Setelah pelatihan terdapat peningkatan pengetahuan yaitu menjadi 93,3% kader yang mengetahui tentang PMBA (tabel 1). Terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan (p<0.05) sebelum dan sesudah diberikan pelatihan (tabel 2).
Tingkat Pengetahuan
Pre-test f (%)
Post-test f (%)
Baik 18 (60,0) 28 (93,3)
Cukup 12 (40,0) 2 (6,7)
Jumlah 30 (100) 30 (100)
Pre-test Post-test
Rata-rata 68.33 87.33 Standar Deviasi 10.20 12.85 t Stat -10.11449117
Correlation 0.622 p(T<=t) one-tail 2.5472E-11 p(T<=t) two-tail 5.0944E-11
Tabel 2. Distribusi perbandingan nilai Pre-test dan Post-test
Tabel 1. Distribusi tingkat pengetahuan kader posyandu