MINUMAN YANG GO PUBLIK DI
BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Diajukan oleh :
MAX KHARISTO RATAG
0512010028/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan karuniaanya,, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Volume Perdagangan Saham Dan Varian Return Saham Terhadap Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia” dapat terselesaikan dengan baik dan dengan kesungguhan hati.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii
4. Ibu Dra. Ec. Hj. Luky Susilowati, MP., sebagai dosen pembimbing utama
yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi
mahasiswa.
6. Ucapan terima kasih kepada Keluargaku, Bapak dan Ibu yang senantiasa
memberikan do’a dan dukungan baik moral maupun materiil dengan tulus
iklas.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.
Surabaya, Oktober 2010
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah ... 1
1.2. Perumusan masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 8
2.2.1. Pasar Modal Efisien ... 2.2.1.1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak form) ... 9
2.2.1.2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong Form) ... 9
2.2.1.3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form) ... 11
2.2.2. Gambaran Umum Saham ... 11
2.2.2.1. Pengertian Saham ... 11
2.2.2.4. Analisis Saham ... 22
2.2.3. Gambaran Umum Dan Pengertian Spread Harga Saham ... 27
2.2.4. Teori Spread ... 29
2.2.5. Gambaran Umum Bid-Ask Spread Saham ... 30
2.2.6. Analisa Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Saham ... 32
2.2.6.1. Volume Perdagangan ... 32
2.2.6.2. Varians Returns ... 34
2.2.7. Pengaruh Volume Perdagangan Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham ... 36
2.2.8. Pengaruh Varians Return Saham Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham ... 37
2.3. Model Konseptual ... 37
2.4. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 39
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Populasi Penentuan Sampel ... 40
3.2.1. Populasi ... 40
3.2.2. Sampel ... 41
3.4. Model Dasar Dan Analisa Data ... 41
3.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 42
3.5.1. Uji Normalitas ... 42
3.5.2. Uji Multikolinieritas ... 43
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas ... 43
3.5.4. Uji Autokorelasi ... 43
3.6. Uji Hipotesis ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 45
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 45
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 45
4.1.3. Gambaran Umum PT. Fast Food Indonesia Tbk ... 46
4.1.4. Gambaran Umum Indofood Sukses Makmur Tbk ... 47
4.1.5. Gamabaran Umum Mayora Indah Tbk ... 48
4.1.6. Gambaran Umum SMART Tbk ... 49
4.1.7. Gambaran Umum PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ... 50
4.2. Penyajian Data ... 50
4.2.1 Variabel Volume Perdagangan (X1) ... 50
4.2.2 Variabel Varians Return (X2) ... 52
4.2.3 Variabel Bid Ask Spread (Y) ... 53
4.3. Analisis Data ... 54
4.3.1. Uji Normalitas ... 54
4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59 4.4. Pembahasan ... 60
4.4.1. Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Bid Ask Spread ... 4.4.2. Pengaruh Varians Return Terhadap Bid Ask Spread ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 64 5.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel 1.1. Data Bid Ask Spread Perusahaan Makanan Dan Minuman
Tahun 2006 s/d 2008 ... 3
Tabel 2.1. Indeks Saham di BEI ... 18
Tabel 3.1. Sampel Penelitian ... 38
Tabel 4.1. Data Volume Perdagangan Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009 ... 51
Tabel 4.2. Data Varians Return Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009 ... 52
Tabel 4.3. Data Bid Ask Spread Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007 s/d 2009 ... 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 54
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinier ... 56
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 57
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 57
Tabel 4.8 Hasil Uji t ... 59
Gambar 2.2 Proses Penawaran dan Pemasaran Efek di Pasar Perdana dan Pemasaran ... 16 Gambar 2.3 Proses Perdagangan Pada Pasar Sekunder ... 16 Gambar 4.1 Kurva Durbin Watson ... 55
ix Lampiran 1 : Input Data
Lampiran 2 : Input Data Perusahaan
Lampiran 3 : Data Volume Perdagangan Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007-2009
Lampiran 4 : Data Varians Return Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007-2009
Lampiran 5 : Data Bid Ask Spread Perusahaan Food and Beverage Tahun 2007-2009
Lampiran 6 : Hasil Uji Normalitas
BURSA EFEK INDONESIA
Max Kharisto Ratag
Abstraksi
Pasar modal merupakan salah satu lembaga perantara yang menghubungkan pihak membutuhkan dana dengan pihak mempunyai kelebihan dana,kehadiran pasar modal dapat dilihat sebagai wahana alternatif bagi investor dalam berivenstasi. Bid-ask merupakan selisih harga beli tertinggi yang trader (pemegang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dan trader bersedia menjual suatu saham.Pengetahuan tentang bid-ask spread sangat perlu bagi investor terutama yang mengharapakan memperoleh capital gain,karen hal ini dipandangi sebagai salah satu komponenn biaya dalam perdagangan saham Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh volume perdagangan terhadap bod-ask spread harga saham dan memperoleh bukti empiris pengeruh varian return saham terhadap bid-ask spread harga saham .
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Volume Perdagangan (X1), Variance Return (X2) dan Spread Harga Saham (Y). Skala pengukuran variabel menggunakan skala rasio. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food yang listing di BEI mulai tahun 2006 sampai tahun 2008. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda (Regresi Linier Multiple).
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan volume perdagangan tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham dan return saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham.
Keywords : variance return , volume perdagangan, spread harga saham
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Studi empiris mengenai perilaku pasar saham beserta pelakunya telah
banyak dilakukan oleh peneliti, dari berbagai pihak dengan tujuan dan
kepentingan masing-masing. Salah satu obyek perilaku pasar saham yaitu tentang
perilaku bid ask spread harga saham dengan penyebab adanya serta yang
mempengaruhi bid ask spread harga saham.
Pasar modal merupakan salah satu lembaga perantara yang
menghubungkan pihak membutuhkan dana dengan pihak mempunyai kelebihan
dana. Pasar modal dapat menyalurkan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
Pasar modal diharap mampu menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan
disamping perbankan yang berupa kredit investasi. Kehadiran pasar modal dapat
dilihat sebagi wahana dan alternatif bagi investor dalam berinvestasi. Dengan
melakukan investasi pada surat berharga, investor mengharp tingkat keuntungan
yang lebih tinggi dari pada hanya menanamkan dana di bank dalan bentuk
deposito.
Surat berharga khususnya saham merupakanpilihan investasi yang cukup likuid, karena mudah diperjualbelikan. Seandainya harga saham meningkat, maka nilai perusahaan juga meningkat. Namun demikian ketika harga sahamsutau perushaan turun, maka akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan.
Bid ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang trade
(pemegang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dan trader bersedia menjual suatu saham. Menurut penelitian Stoll (1989) dalam
Barbara Gunawan dan Yulia Indah (2005) dinyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari (1) kepemilikan saham (inventory honding), (2) pemrosesan pesanan (order prosessing), (3) asimetri informasi. Biaya kepemilikan menunjukkan trade off antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham.
Pengetahuan tentang bid ask spread sangat perlu bagi investor terutama yang mengharapkan memperoleh capital gain, karena hal ini dipandang sebagi salah satu komponen biaya dalam perdagangan saham. Dalam penelitiannya, Kim dan Ismail (1996) menggunakan variabel bid ask spread ini sebagai ukuran biaya informasi. Bid ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dan dealer bersedia menjual suatu saham. Menurut penelitian Stoll (1989) dalam Barbara Gunawan dan Yulia Indah (2005) dinyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari (1) kepemilikan saham (inventory holding), pemrosesan pesanan (order processing), (3) asimetri informasi.
semua pelaku di pasar modal Upaya penutup resiko rugi dicerminkan dengan bid-ask spread. Oleh karena itu dealer sebagai pertisipan pasar modal selalu berusaha
menentukan spread secara wajar dengan mempertimbangkan kondisi tertentu. Dari ketiga biaya yang melahirkan bis-ask spread adalah biaya pemrosesan.
Berikut adalah data mengenai nilai dari bid-ask spread perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2006 hingga tahun 2008.
Tabel 1.1
Data Bid Ask Spread Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2007s/d 2009
No. Nama Perusahaan Tahun Volume
Perdagangan 2 Indofood Sukses Makmur Tbk 2007 7.933.000.000 0,760
2008 7.035.000.000 1,183 5 PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2007 981.000.000 1,448
2008 1.507.000.000 0,769
2009 517.000.000 0,437
Sumber : PT.Bursa Efek Indonesia
pada perusahaan PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2008. Sedangkan yang memiliki nilai bid ask spread nol terkecil adalah pada PT Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2006, pada perusahaan Mayora Indah Tbk tahun 2008, dan pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2006. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai bid ask spread terbesar adalah SMART Tbk pada tahun 2007. Nilai bid ask spread yang didapat pada perusahaan tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki selisih yang tinggi atau rendah, atau bahkan tidak terdapat perbedaan. Penurunan dan peningkatan pada volume perdagangan akan mempengaruhi nilai bid ask spread perusahaan.
keseluruhan nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor dalam mata uang.
Studi Chan dan Seow maupun Miller (1998) dalam Halim dan Hidayat (2000) memberikan bukti empiris mengenai pengaruh negatif terhadap bid-ask spread . berdasarkan penelitian terdahulu tentang bid-ask spread yang ada di latar
belakang masalah ini, diperoleh hasil yang berbeda-beda. Dengan dasar itulah, ditemukan alasan yang kuat dan termotivasi utnuk melakukan penelitian mengenai bid-ask spread saham dari industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Alasan memilih perusahaan yang bergerak dalam industri makanan dan minuman karena industri makanan dan minuman akan survive dan paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya, sebab dalam kondisi krisis konsumen akan membatasi konsumsi-nya dengan memenuhi kebutuhan dan mengurangi barang sekunder.
Peneliti mengacu pada penelitian Ambarwati (2008), yaitu menggunakan variabel return saham, volume perdagangan, dan varians return saham untuk mempengaruhi bid-ask spread harga saham. Dilihat dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka judul penelitian ini adalah ”Analisis Pengaruh Volume Perdagangan dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread pada Perusahaan Makanan dan Minuman Go Public”.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah volume perdagangan berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham?
2. Apakah varians return saham berpengaruh terhadap bid-ask spread harga saham?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengeruh volume perdagangan
terhadap bid-ask spread harga saham.
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengeruh varian return saham terhadap bid-ask spread harga saham.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Investor
Penelitian ini diharpkan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi.
2. Bagi peneliti lain
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Halim dan Hidayat (2000) meneliti tentang pengaruh volume perdagangan
dan return terhadap bid ask spread saham industri rokok di Bursa Efek Jakarta
dengan model korelasi kesalahan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return
saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap bid ask speard saham.
Variabel return saham dan varian return saham secara parsial mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap bid ask spread saham perusahaan.
Sedangkan varibel volume perdagangan saham secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap bid ask spread saham perusahaan.
Sedangkan Ambarwati (2008) meneliti tentang pengaruh volume
perdagangan sahamdan varian return saham terhadap bid ask spread saham pada
perusahaan manufaktur yang tergabung dalan indeks LQ 45 periode tahun
2003-2005. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama return
saham, volume perdagangan saham dan variance return mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap bid ask spread.
Penelitian yang dilakukan A. Abhyankar, D. Ghosh, E. Levin dan R. J.
Limmack meneliti tentang ”Bid Ask Spread, Trading Volume and Volatility: Intra
Day Evidence From The London Stck Exchenge”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa rata-rata bid ask spread menunjukkan bahwa setiap saat
spread sangat tinggi di pasar terbuka, yagn relatif konstan sepanjang hari dan
semakin luas pada saat penutupan. Pola serupa terjadi diseluruh sahan dipartisi
berdasarkan likuiditas.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal Efisien
Efficient Market atau pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa
dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang mungkin
terjadi dengan cepat dan akurat (Robbet Ang, 1997:17). Konsep Efficient Market
ini menyatakan bahwa pemodal selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia
dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang mereka
transaksikan. Jadi harga yang berlaku di pasar sudah tergantung faktor informasi
yang bersifat historis. Merefleksikan kejadian yang telah diumumkan tetapi belum
dilaksanakan seperti saham bonus, tetapi pembagian saham bonus belum
dibagikan, dan merefleksikan prediksi atas informasi masa yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (1998), bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak
hanya dari segi ketersediaan informasinya saja, tetapi juga dapat dilihat dari
kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan
informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja
disebu efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).
Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan para pelaku pasar
dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan
efisiensi pasar secara keputusan atau disicionally efficient market.
Kunci utama untuk mengukur pasar modal yang efisien adalah hubungan
antara harga sekuritas dengan informasi, dimana informasi yang dapat digunakan
sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi private. Fama
dalam Jogiyanto (1998), menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar
berdasarkan ketiga macam bentuk informasi, yaitu:
2.2.1.1.Effisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form)
Pasar dikatakan efisien dalan bentuk lemah, jika harga-harga dari
sekutitas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi
masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar
secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang
menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika
pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat
digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang
efisien bentuk lemah, investor tidak dapt menggunakan informasi masa lalau
untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal (Ambarwati, 2008:29)
2.2.1.2.Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong Form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat, jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all
publicly available information) termasuk informasi yang berada di
laporan-laporan keuangan perushaan emiten. Semua informasi yang dipublikasikan akan
tersebar dan diterima oleh pemodal pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga
harga secaralangsung dan cepat melakukan penyesuaian dan investor tidak
mendaptkan keuntungan yang normal. Informasi yang dipublikasikan antar lain
1. Informasi yang mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang
mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini
merupakan informasi dalan bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten.
Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di
perusahaan emiten. Misalnya seperti pengumuman laba, pengumuman
pembagian deviden, pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman
merger dan akuisisi dan lain sebagainya.
2. Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekutitas sejumlah perusahaan.
Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau
peraturan dari regularor yang hanya berdampak pada harga sekuritas
perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. Misalnya seperti
regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan yang harus dipenuhi oleh
semua bank. Inforamsi ini akan mempengaruhi secara langsung harga
sekuritas tidak sebuah bank saja, tetapi mungkin semua emiten di dalam
industri perbankan.
3. Informasi yang mempengaruhi harga sekuritas semua perusahaan yang
terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau
peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Contoh
regulasi adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan arus kas
yang dilakukan oleh semua perusahaan. Regulasi ini akan mempunyai dampak
pada harga sekuritas, tidak hanya untuk sebuah perusahaan saja atau
perusahaan-perusahaan di suatu industri, tetapi mungkin berdampak langsung
2.2.1.3.Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form)
Pasar dikatakan efisien dalan bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua inforamasi yang tersedia termasuk
informasi private. Jika pasar efisien dalan bentuk ini berhubungan satu dengan
yang lain, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat
memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai
informasi private (Ambarwati, 2008:29).
Salah satu jenis inforasi private adalah jenis informasi yang berasal dari
orang dalam (insider information) yang mempunyai akses atas informasi berharga
mengenai keputusan penting yang telah direncanakan oleh perusahaan. Sehingga
dengan odal informasi tersebut mereka melakukan analisa dan mengambil posisi
transaksi yang sesuai. Pada saat pengumuman perseroan tersebut dikeluarkan,
maka informasi tersebut menjadi tersedia bagi masyarakat dan akan mendongkrak
harga saham tersebut. Informasi private yang demikian mampu memberikan
keuntugnan abnormal yang konsisten bagi para pemodal yang memiliki informasi
tersebut (Ambarwati, 2008:29)
2.2.2. Gambaran Umum Saham 2.2.2.1.Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seorang atau badan dalam suatu perushaan atu perseroan terbatas. Wujud saham
adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmaji & Fakrudin, 2001:5).
2.2.2.2.Jenis-Jenis Saham
Sedangkan menurut jenisnya saham dibedakan menjadi 2, (Badan
pengawasan pasar modal, 2003:9) yaitu:
a. Saham biasa, merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh
emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis
yang paling populer di pasar modal. Jenis ini memiliki karakteristik seperti:
1) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.
2) Hak suara proporsional pada pemilihan fireksi serta keputusan lain yang
ditetapkan pada rapat umum pemegang saham.
3) Deviden, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalan rapat
umum pemegang saham.
4) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan
kepada masyarakat.
b. Saham preferen, memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pembayaran deviden dalam jumlah yang tetap.
2) Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan
dilikuidasi.
2.2.2.3.Mekanisme Perdagangan Saham
A. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder
Menurut (Badan pengawas pasar modal, 2002:30), Pasar modal di
Indonesia terdiri dari pasar perdana dana sekunder: Pasar perdana (Samsul,
2006:46) adalah tempat atau sarana bagi perusahaan untuk pertama kali
menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat umum. Sebelum
menawarkan saham di pasar perdana (Tandelilin, 2006:14), perusahaan emiten
sebelumnya akan mengeluarkan inforamsi mengenai perusahaan secara detail
(disebut juga prospektus).
Pasar Sekunder (Badan Pengawas Pasar Modal, 2003:31) adalah pasar
dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan. Pasar
sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau
menjual efek-efek yang tercatat di Bursa Efek setelah terlaksananya penwaran
perdana. Di pasar ini efek-efek diperdagangkan dari satu inbestor kepada
investor lainnya. Pasar sekunder (Tandelilin, 2006:16) dimanfaatkan untuk
perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi, warna maupun sekuritas
derivatif (opsi dan future).
B. Pasar Perdana
1) Proses Perdagangan pada Pasar Perdana
Pada umumnya proses perdagangan saham dan obligasi pada pasar
Gambar 2.1
Proses Perdagangan Pasar Perdana
Sumber: Badan pengawas pasar modal (2003:31)
2) Prosedur Penawaran dan Pemasaran Efek di Pasar Perdana
a) Penawaran perdana suatu saham atau obligasi suatu perusahaan
kepada investor publik melalui penjaminan emisi dan agen penjualan.
Tata cara pemesanan saham atau obligasi seperti “harga penawaran”,
“jumlah saham yang ditawarkan”, “masa penawaran”, dan informasi
lain yang penting yang harus dipublikasikan di surat kabar berskala
nasional, dn jug dibagikan ke publik dalam bentuk prospektus.
b) Investor yang juga berminat dapat memesan saham atau obligasi
dengan cara menghubungai penjaminan emisi atau agen penjual, dan
kemudian mengikut prosedur yang telah ditetapkan.
c) Investor kemudian melakukan pemesanan saham atau obligasi tersebut
dengan disertai pembayaran.
d) Penjamin emisi dan agen penjualan kemudian mengumumkan hasil
penawaran umum tersebut kepada investor yang telah melakukan
pemesanan.
e) Proses penjatahan saham atau obligasi (biasa disebut dengan
penjamin emisi dan emiten yang mengeluarkan saham atau obligasi
sehubungan denganproses penjatahan, ada beberapa istilah yang harus
diperhatikan:
(1) “Undersubscribed” adalah kondisi dimana total saham atau
obligasi yang dipesan investor kurang dari total saham atau
obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini, semua
investor pasti akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai
dengan jumlah yang dipesan.
(2) “Undersubscribed” adalah kondisi dimana total saham atau
obligasi yang dipesan investor kurang dari total saham atau
obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini, semua
investor pasti akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai
dengan jumlah yang dipesan, atau bahkanmungkin tidak
mendapatkan sama sekali.
f) Apabila jumlah saham atau obligasi yang didapat oleh investor kurang
dari jumlah yang dipesan atau telah terjadi “oversubscribed”, maka
kelebihan dana investor akan dikembalikan (proses ini sering disebut
“refund”).
g) Saham atau obligasi tersebut didisttibusikan melalui penjamin emisi
Gambar 2.2
Proses penawaran dan pemasaran efek di pasar perdana dan pemasaran
Sumber: Badan pengawas pasar modal (2003:33) Periode
1) Proses Perdagangan pada Pasar Sekunder
Proses perdagangan saham dan obligasi pada pasar sekunder dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Proses Perdagangan Pada Pasar Sekunder
Sumber: Badan pengawas pasar modal (2003:33)
Broker
Perusahaan-perusahaan efek yagn telah mendapat izin sebagai
aktiva jual beli efek di bursa efek. Perusahaan efek membeli dan atau
menjual efek berdasarkan perintah jual dan atau perintah jual beli dari
investor. Setiap perusahaan mempunyai karywan yang disebut sebagai
”wakil perantara pedagang efek” yang mempunyai wewenang untuk
memasukkan semua perintah jual ataupun perintah beli ke dalam sistem
perdagangan yang terdapat di bursa efek.
Sejak tahun 1995, proses perdagangan efek di BEJ telah dilakukan
dengan sistem yang terkomputerisasi yang disebut dengan JATS atau
Jakarta Automated Trading System. Sistem ini beroperasi berdasarkan
”sistem tawar menawar (auction)” dan secara terus menerus selama
periode perdagangan.
Sementara itu di BES sudah mempunyai sistem perdagangan
secara jarak jauh (remote system) sejak tahun 1996 yang disebut SMART
(Surabaya Market Information & Automatic Remote Trading).
Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakart
sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi
dan derivatif menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia) pada 1 Desember 2007.
Periode perdagangan di kedua bursa efek dibagi menjadi dua sesi
setiap harinya, yang dimulai dari pukul 9.30 pagi dan berakhir pukul 16.00.
Bagaimana perintah (order) beli dan perintah (order) jual dari
semakin banyak investor bisa cocok (matched). Mekanisme “matching”
a) Prioritas Harga
Artinya, siapapun yang memasukkan order permintaan dengan harga
beli (bid price) yang paling tinggi, akan mendapatkan prioritas utama
untuk dapat “bertemu” dengan siapapun yang memasukkan order
penawaran dengan harga jual (offer price atu ask price) yang paling
rendah.
b) Prioritas Waktu
Artinya, siapapun yang memasukkan order beli atau jual beli dahulu,
akan mendapatkan prioritas pertama untuk dicocokkan (matched) oleh
sistem.
c) Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indicator harga dari seluruh saham yang
tercatat di bursa efek. Indeks ini biasanya merefleksikan kondisi pasar
modal dan kondisi perekonomian setahun negara secara umum.
Saat ini terdapat 6 (enam) jenis indeks harga saham di BEI:
Tabel 2.1.
Indeks Harga Saham di BEI
Indeks Harga Saham Penjelasan
1. Indeks Individual Indeks harga masing-masing saham terdapat
harga dasarnya atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI
2. Indeks Harga Saham Sektoral Semua saham yang termasuk dalan
masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks harga saham
gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index)
4. Indeks LQ 45 Indeks yang tertinggi 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang termasuk ke dalam LQ 45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII
(Jakarta Islamic Index)
JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakumulasi syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam. dengan kata lain, dalam indeks ini dirumuskan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat islam.
6. Indeks papan utama dan
papan pengembangan
Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan
(Sumber: www.idx.com)
a. Aturan Perdagangan, Biaya dan Pajak Saham
bursa efek menggolongkan perdagangan saham dalam 3 pasar:
1) Pasar Reguler
2) Pasar Negosiasi
3) Pasar Tunai
Perdagangan saham diatas dapat dijelaskan sebagi berikut:
1) Pasar Reguler
Saham-saham pada pasar reguler diperdagangan dalam satuan
”lot” dan berdasarkan mekanisme tawar menawar yang berlangsung
secara terus menerus selam periode perdagangan. Harga-harga yang
terjadi di pasar ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan di BEI.
Persyaratan dan kondisi yang berlaku saat ini untuk transaksi di
a) Saham diperdagangan dalam standar satuan perdagangan lot, dimana 1
lot sama dengan 500 lembar saham.
b) Pergerakan harga saham:
(1) Untuk harga saham dibawah Rp. 500 per lembar, fraksi harga
ditentukan sebagian kelipatan Rp. 5 per lembar dan maksimum
pergerakan harga adalah Rp. 50
(2) Untuk harga saham yang harganya antara Rp. 500 dan Rp. 5000
per lembar, fraksi harga ditentukan sebagai kelipatan Rp. 25 per
lembar dan maksimum pergerakan harga adalah Rp. 250 per
lembar.
(3) Untuk harga saham di atas Rp. 5000 per lembar, fraksi harga
ditentukan sebgai kelipatan Rp. 50 per lembar dan maksimum
pergerakan harga adalah Rp. 500 per lembar.
(4) Mekanisme terjadinya transaksi (matching) diselesaikan
berdasarkan prinsip prioritas waktu dan priritas harga
2) Pasar Negosiasi
Pasar negosiasi delaksanakan berdasarkan tawar menawar individu
antar anggota bursa beli dan bangsa jual dengan berpedoman pada kurs
terakhir di pasar reguler.
3) Pasar Tunai
Pasar tunai terdedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota bursa dalam
dilaksanakan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika (cash
& carry).
b. Penyelesaian (Settlement)
Waktu penyelesaian transaksi bursa di pasar negosiasi ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antar AB jual dan AB beli dan diselesaikan
secara pertransaksi (tidak netting). Bila tidak ditetapkan, maka
penyelesaian transaksi bursa dilakukan selambat-lambatnya pada hari
bursa ketiga setelah terjadinya transasi (T+3) atau hari bursa yang sama
dengan terjadinya transaksi (T+0) khusus untuk hari bursa terakhir
perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu.
Penyelesaian transaksi bursa di pasar negosiasi dilakukan dengan
pemindahan secara langsung oleh anggota bursa jual dan anggota bursa beli
dan tidak dijamin KPEI.
c. Biaya-Biaya Transaksi
Untuk setiap transaksi seorang investor harus membayar komisi ke
perusahaan efek berdasarkan perjanjian antara kedua belah pihak. Komisi
tidak boleh melebihi 1% (satu persen) dari total nilai pembelian atau
penjualan.
Komisi atau biaya transaksi transaksi berbeda antara perusahaan efek satu
dengan yang lainnya, pada dasarnya hal taersebut didasarkan pada
prosentase tertentu dari nilai total transaksi jual/beli atau a% x (jumlah
saham x harga saham). Komisi atau biaya tersebut tidak termasuk pajak
d. Pajak
Pajak pendapatan sebesar 0,1% juga akan dibebankan pada transaksi
penjualan atau 0,1% x (jumlah saham yang dijual x harga saham).
e. Bagaimana Mendapatkan Deviden
Untuk berhak mendapatkan deviden, investor harus membeli
saham paling lambat pada ”Cum Dividend Date”. Dalam kasus saham
tanpa warkat, investor harus sudah tercatat namanya sebagai pemegang
saham dicatat emiten (tugas ini dilakukan KSEI dan Biro Administrasi
Efek), paling lambat pada tanggal pencatatan.
2.2.2.4.Analisis Saham A. Harga Saham
Menurut Husnan (1998:285), upaya untuk merumuskan bagaimana
menentukan harga saham yang seharusnya, telah dilakukan setiap analisis
keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang
menarik. Dalam penilain saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai
buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham (Tandelilin, 2003:183).
Analisis saham (Husnan, 1998:285), bertujuan untuk menaksir nilai
intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya
dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai
intrinsik (NI) menunjukkan preset value arus kas yang diharapkan dari
saham tersebut.
a. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebtut dinilai
undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli
atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued
(harganya terlalu mahal), dan karenya seharusnya dijual.
c. Apabila NI = harga pasar saat inik maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
d. Model evaluasi (penilaian) saham.
model penilain merupakan suatu mekanisme untuk merubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau
yang diamati) menjadi pikiran tentang harga saham.
B. Analisis Fundamental
Analisis fundamental (Susanto dan Subardi, 2002:2) menyatakan
suatu metode peramalan pergerakaninstrumen dinansial di waktu mendatang
berdasarkan pada perekonomian, politik, linkgungan dan faktor-faktor relevan
lainnya serta statistik yang me mpunyai permintaan dana penawarn
instrumen finansial tersebut.
Sedangkan menurut Halim (2003:17) dalam analisis ini dinyatakan
bahwa, saham memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya).
Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga
pasarnya gunak menentukan apakah harga pasar tersebut mencerminkan nilai
intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh
Ide dasar pendekatan ini adalah, bahwa harga saham akan dipengaruhi
oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh
industri dan perekonomian secara makro.
Menurut Halim (2002:21) ada beberapa pendekatan yang bisa
digunakan dalam analisis ini, adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Deviden
Deviden merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari
pembayaran deviden resikonya lebih kecil dari capital gain dan deviden
dapat diperkirakan sebelumnya.
Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayar dapat menjadi
informasi yang kurang baik bagi perusahaan, karena deviden sebagai tanda
tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden yang dibayar
sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan saat ini dan
masa mendatang.
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini sering digunakna oleh analisis saham untuk menilai harga
saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan
keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio
ini menggambarkan kesediaan investor embayar suatu jumlah tertentu
C. Analisis Teknikal
Analisis teknikal (Susanto dan Subardi, 2002:2) menyatakan suatu
metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan
pasar di masa mendataqng dengan cara memperlajari grafik harga saham,
volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan.
Sedangkan menurut Halim (2002:25) analisis ini dimulai dengan cara
memperhatikan perubahan saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini
beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan
dimand terhadap saham tersebut, Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam
analisis ini adalah:
a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand.
b. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang
rasional maupun irasional.
c. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
d. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.
e. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari
diagram dari perilaku pasar.
f. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali
dimasa mendatang.
Menurut Halim (2005:29) ada lima pendekatan yang bisa digunakan
a. Teori Dow
Teori ini beruapya untuk menyelidiki bagaimana trend yang terjadi
di pasar saham, baik saham individual maupun secara keseluruhan.
pergeseran tersebut meliputi primary movement, secondary movement dan
tertiary movement.
b. BarChat
Dalam pendekatan ini digunakan tiga tipe dasar diagram, yaitu:
diagram garis, diagram batang dan diagram titik. Ketiganya menggunakan
grafik batang (bar chat) yang menunjukkan volume saham yang
diperdagangkan pada masing-masing perubahan harga.
c. Breadth of MarketAnalysis
Analisis keluasan pasar (breadth of market) dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan
jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya
diakumulasikan.
d. Relative StrengthAnalysis
Analisis kekuatan relatif ini berupaya mengidentifikasikan saham
yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang
memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham
lain pada saat bull market dibandingkan dengan saham lain. Dengan
memilih investasi pada saham seperti itulah seoranginvestor akan
mendapat return tertinggi, karena kekuatan relatif tersebut cenderung tidak
e. Moving AverageAnalysis
Analisis ini memfokuskan pada harga dan atau moving average
dengan cara mengamati berbagi perubahan harga yang terjadi pada
beberapa hari terakhir pada saat penutupan harga.
Investor dianjurkan untuk membeli saham pada saat:
1) Moving average line merata dan harga saham melampaui garis
tersebut.
2) Harga berada dibawah moving average line yang sedang naik.
3) Harga berada di atas moving average line yang turun, namun kembali
naik sebelum mencapai garis tersebut.
2.2.3. Gambaran Umum dan Pengertian Spread Harga Saham
Bid price adalah harga dimana dealer bersedia untuk membeli (Saphiro
dan Balbier, 2000), pengertian yang sama tentang bid price juga disampaikan oleh
Mishkin dan Eakins (2000) yaitu harga dimana dealer berkeinginan untuk
membayar saham untuk investasi. Masih menurut Saphiro dan Balbier (2000) bid
price adalah harga dimana seseorang dapat membeli suatu sekuritas atau currency.
Pembelian ini dilakukan oleh dealer. Dealer adalah seorang yang mempermudah
kegiatan transaksi di pasar yaitu meliputi pembelian danpenjualan sekuritas,
sebagaimana investor (yang tidak memiliki sekuritas) dealer menggunakan
uangnya membeli lebih rendah dan menjual dengan harga lebih tinggi suatu
sekuritas. Dealer melakukan pembelian sekuritas dengan menggunakan kurs beli,
dan kurs beli ini hanya mempunyai arti jika dealer bersedia untuk membelinya
Pengertian ask price juga banyak dikemukan oleh beberapa penulis,
antara lain oleh Miskin dan Eakin (2000) bahwa ask price adalah harga dimana
dealer berkeinginan untuk menjual saham. Sedangkan menurut Saphiro dan
Balbier (2000) adalah harga dimana seorang dapat menjual sekuritas atau
currency. Seperti halnya pada ask price bahwa penawarn itu dilakukan oleh
dealer. Dealer melakuakn treansaksi penjualan sekuritas dengan menetapkan kurs
jualnya, dan kurs ini mempunyai arti jika dealer bersedia menjualnya dengan
harga tersebut, sehingga harga jual ditentukan oleh dealer.
Spread adalah perbedaan harga saat investor memiliki suatu sekuritas dan
harga saat mereka menjual kembali ke publik (Saphiro dan Balbier, 2000). Selisih
ini merupakan biaya yang ditanggung dan jug merupakan biaya yang ditanggung
dan juga merupakan return yang diharapkan oleh dealer. Dealer adalah pihak
yang menghubungkan pembeli dan penjual yang akan melakukan pembelian dan
penawaran sekuritas pada harga yang telah ditetapkan (Mishkin dan Eakin, 2000)
kurs beli dan kurs jual merupakan harga-harga dimana dealer bersedia membeli
dan menjual dan akan menyesuaikan harga naik atau turun untuk membawa
jumlah yang dibeli dan dijual kearah yang diinginkan. Dealer akan memperoleh
keuntungan dari perbedaan harga jual dan harga beli tersebut.
Dealer adalah market maker yang siap akan membeli financial asset atau
menjualnya. Dealer akan membeli sekuritas pada harga (bid price) yang lebih
kecil dibandingkan saat dia akan menjual sekuritas yang sama (ask price)
karena mereka mengarahkan tujuan mereka sendiri dan menanggung resiko
mereka sendiri.
2.2.4. Teori Spread
Teori mengenai spread tidak terlepas oleh adanya aktivitas yang dilakukan
oleh anggota buras yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekutitas di
pasar modal. Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dan
Peraturan Pemerintah RI No. 45 tahun 1995, perusahaan efek adalah pihak yang
melaksanakan kegiatan adalah penjamin emisi efek (PPE), Perantara pedagang
efek (PPE) dan Manajer investasi (MI).
Dengan demikian maka penelitian tentang spread lebih dihubungkan
secara erat dengan PPE (dealer) dari pada dengan perantara investasi (broker).
Dealer adalah pihak yang dalam pelaksanaan transaksi jual beli sekutitas atau
saham, mempunyai andil yang besar dalam pasar modal. Banyak hal yang telah
dealer lakukan agar proses transaksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dalam perdagangan sekuritas investor yang berkeinginan untuk membeli
dan atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan tidaklah selalu
memperoleh harapan tersebut secara simultan. Keinginan investor tersebut
terealisir dalam waktu cukup lama pada harga pasar yang sebenarnya. Oleh karena
market maker baik dealer atau broker mengenai adanya ketidaksamaan waktu
tersebut terhadap order yang dihadapi investor. Dealer dan broker dapat dikatakan
sebagai perantara perdangan sekuritas yang dilakukan individu secara tidak
langsung. Broker akan melakukan transaksi atas nama investor untuk
memperoleh keuntungan sendiri. Market maker tersebut memperoleh kompensasi
karena aktivitas membeli dilakukan pada saat harga beli (bid price) lebih rendah
daripada true price dan menjual saham pada saat harga jual (ask price) lebih
tinggi daripada true price. Perbedaan harga ini disebut bid ask spread, (Stoll,
1989).
Menurut Hamilaton (dalam Esther, 1999) menyatakan ada dua model
spread yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread merupakan selisih
harga bid dan harga ask yang menyebarkan dealer ingin memperdagangkan
sekuritas dengan aktivitas sendiri, sedangkan market spread adalah selisih highest
bid dan lower ask yang terjadi pada saat tertentu. Oleh karena itu, kedua spread
itu tidak dapat saling menggantikan. Spread yang diketahui ada di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) adalah market spread. Hal ini disebabkan aktivitas BEJ lebih
bersifat competitives order matching market atau dikenal dengan order driven
market system dimana investor hanya dapat diperbolehkan menyerahakan order
jual beli dan melakukan transaksi melalui broker. Investor tidak bisa langsung
bertransaksi di lantai bursa.
2.2.5. Gambaran Umum Bid-Ask Spread Saham
Abdul dan Nasuhi (2000) mendefinisikan bid ask spread sebagi selisih
harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli saham dengan harga jual
terendah yang dealer bersedia menjual.
Bid ask spread adalah selisih antara bid price dengan ask pricedisebt
bid-ask spread (Ambarwati, 2008). Selisih ini merupakan biaya yang ditanggung
yang menghubungkan pembeli dan penjual yang akan melakukan pembelian dan
penawaran sekuritas pada harga yang telah ditetapkan (Mishkin dan Eakin, 2000)
kurs beli dan kurs jual merupakan harga-harga dimana dealer bersedia membeli
dan menjual akan me nyesuaikan harga naik atau turun untuk membawa
jumlah yang dibeli dan dijual ke arah yang diinginkan. Dealer akan memperoleh
keuntungan dari perbedaan harga jual dan harga beli tersebut. Spread adalah
perbedaan antara harga juala dan harga beli. Spread dibuat oleh dealer tentunya
sesuai dengan mekanisme pasar dan Stoll (1989) menyatakan bahwa bid ask
spread terbentuk oleh tiga komponen biaya yaitu investor holding cost, order
processing cost dan adverse information cost.
Forjan dan McCorry (1995) meneliti dan menemukan bahwa
berkurangnya asimetri informasi karena pengumuman stock split mengakibatkan
bid ask spread mengecil. Sementara itu, Chan dan Seow (1995) melakukan studi
kasus terhadap perubahan bid ask spread saham perusahaan Telfonos de Mexico
yang disebabkan oleh adanya biaya pemilikan dan asimetri informasi. Mereka
menggunakan risiko sekuritas, harga sekuritas, volume perdagangan dan jumlah
market makers sebagai proksi biaya pemilikan. Erwind an Miller (1998)
mendapatkan bukti bahwa harga saham, volume perdagangan, dan varians return
saham signifikan berpengaruh tarhadap bid ask spread saham, baik secara
univariat maupun mutivariat, sebelum dan sesudah saham tersebut dimasukkan
ke indeks S&P 500. Pengamatan terhadap perilaku musiman bid ask spread telah
asosiasi perilaku musiman antara bid ask spread dengan volume perdagangan,
jumlah traders, dan ukuran order flow rata-rata.
2.2.6. Analisa Variabel-variabel yang mempengaruhi bid-ask spread saham 2.2.6.1.Volume Perdagangan
Informasi yang lengkap merupakan kunci pokok dan sangat
mempengaruhi dalam memutuskan tindakan dalam seluruh aktivitas dibidang
jual-beli saham di bursa efek. Informasi (misalnya profil perusahaan, informasi
keuangan perusahaan dan sebagainya sangat mempengaruhi jumlah transaksi
saham dan sensitive terhadap terjadinya fluktuasi membuat para investor mampu
mengantisipasi keadaan.
Kegiatan perdagangan saham tidak berbeda dengan perdagangan pada
umumnya yang melibatkan penjual dan pembeli. Dari adanya perdagangan saham
yang terjadi maka akan menghasilkan volume perdagangan saham. Hal ini
menyebabkan jumlah transaksi saham atau volume saham yang diperjual belikan
dapat berubah-ubah setiap hari. Tinggi rendahnya volume perdagangan saham
adalah penilaian yang dipengaruhi oleh banyak factor. Seperti kinerja perusahaan,
kebijakan direksi dalam investasi lain, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah,
tingkat pendapatan, laju inflasi, penawaran dan permintaan dan kemampuan
analisa efek harga saham itu sendiri juga merupakan sebagian hal-hal yang
berpengaruh terhadap volume perdagangan saham dan masih banyak lagi factor
yang mempengaruhinya (Fitra, 2007:22).
Volume perdagangan saham merupakan aktivitas perdagangan saham
analisis teknis menyatakan bahwa volume perdagangan saham ditentukan
semata-mata oleh adanya interaksi kekuatan permintaan dan penawaran. Jumlah saham
yang ditransaksikan di pasar sekunder ini dalam periode bulanan dengan tingkat
harga yang terbentuk melalui mekanisme pasar. Volume saham yang
diperdagangkan merupakan petunjuk lain mengenai kekuatan dan kelemahan
teknis.
Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang
diper-dagangkan pada hari tertentu (Abdul dan Nasuhi, 2000). Perdagangan suatu
saham yang aktif, yaitu dengan volume per-dagangan yang besar, menunjukkan
bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut
cepat diper-dagangkan. Ada kemungkinkan dealer akan mengubah posisi
kepemilikan sahamnya pada saat perdagangan saham semakin tinggi atau dealer
tidak perlu memegang saham dalam jumlah terlalu lama. Volume perdagangan
akan menurunkan kos pemilikan saham sehingga menurunkan spread. Dengan
demikian semakin aktif perdagangan suatu saham atau semakin besar volume
perdagangan suatu saham, maka semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut
yang berarti akan mem-persempit bid-ask spread saham tersebut.
Halim dan Hidayat (2000) berpendapat bahwa perdagangan suatu saham
yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa
saham tersebut digemari investor. Dan artinya saham tersebut cepat
diperdagangkan. Kondisi dengan memungkinkan trader untuk tidak perlu
memegang saham dalam waktu yang terlalu lama sehingga menurunkan inventory
2.2.6.2.Varians Return
1. Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi atau
return ekpektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang (Jogiyanto, 2003:109).
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Retrun realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini
juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan
risiko di masa datang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2. Saham
Saham ialah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas
(Gitosudarno, 2002:265).
a. Saham biasa. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak
istimewa.
b. Saham bonus. Saham bonus, diciptakan dari pos cadangan perseroan, yang
terbentuk dari uang kontan yang tidak dibagikan kepada para pemegang
3. Return Saham
Dari pengertian mengenai return maupun saham yang telah dijelaskan dan
dijabarkan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa return saham adalah
pengembalian dari modal atau investasi yang telah di investasikan oleh investor ke
pada suatu perusahaan tertentu. Jadi apabila saham yang ditanamkan oleh investor
itu bernilai besar maka return saham yang diperoleh pada akhirnya nanti juga
besar, begitu juga dengan sebaliknya apabila saham yang di investasikan oleh
investor itu dalam jumlah yang kecil maka hasil yang didapatkan pada akhirnya
nanti juga tidak begitu besar.
Saham juga mempunyai beberapa macam jenisnya seperti yang telah di
jelaskan diatas yaitu saham biasa, saham bonus (Gitosudarmo, 2002:265).
4. Varian Return
Halim dan Hidayat (2000) mengatakan bahwa variabel lain yang mewakili
inventory holding costs dan pengaruhnya terhadap Spread harga saham adalah
resiko saham yang ditunjukkan oleh variance return. Resiko diperoleh dari
pengurangan expected return dengan retrun dan kemungkinannya return kurang
expected return (Fabozzi dan Modigliani, 1996). Variance Return menunjukkan
variabilitas return di seputar return normal. Semakin tinggi variance return
menunjukkan semakin bervariasi nya return harian yang diperoleh investor. Hal
ini mencerminkan ketidakpastian pasar yang tinggi. Variance Return berkorelasi
positif dengan resiko (Ambarwati:2008). Variance Return yang tinggi berarti
resiko yang dihadapi juga cukup tinggi, karena itu dealer akan memberikan
alasan ini, maka variance return di hipotesakan berhubungan positif dengan
bid-RATARAHDT = Rata-rata aritmatika return harian dalam tahun
a = awal periode, yaitu mulai 1 januari tahun XXXX
t = Tanggal hari efektif tahun XXXX
n = Jumlah hari
2.2.7. Pengaruh Volume Perdagangan Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham
Menurut Brennan dan Copeland (1988) dalam (Fatmawati dan Asri, 1999: 106),
melakukan pengembangan model yang berbasis pada argumentasi bahwa adanya
hubungan yang negatif antar biaya saham dan biaya transaksi akan memberikan
sinyal yang kurang menguntungkan bagi investor mengenai prospek perusahaan
yang semakin menguntungkan. Dengan demikian sinyal positif akan
mengakibatkan semakin besar jumlah pemegang saham baik institusional maupun
individual dan berimplikasi pada semakin besarnya volume perdagangan di pasar
saham. Saham yang aktif diperdagangkan berarti banyak diminati investor
sehingga volume perdagangannya tinggi. Akan tetapi dalam proses transaksinya
volume perdagangan yang tinggi, tidak diiringi dengan semakin tingginya biaya
pemesanan nya (order pressing cost-nya) sehingga mempersempit Spread.
dengan bukti empiris studi Chan dan Seow (1995) dalam Erwin dan Miller
(1998).
2.2.8. Pengaruh Varians Return Saham Terhadap Bid Ask Spread Harga Saham
Varians return dalam hal ini mewakili risiko saham yang disinyalir dapat
mempengaruhi besar kecilnya bid ask spread saham. Varian return saham
mewakili risiko saham yang dihadapi oleh dealer. Risiko saham yang semakin
tinggi menyebabkan dealer berusaha menutupnya dengan spread yang lebih
besar. Argumen ini didukung oleh hasil penelititan Branch dan Freed maupun Stoll
(1978) dalam Nany dan Aris (2004) yang menunjukkan bahwa varian return
saham berhubungan positif dengan bid ask spread.
Ambarwati (2008) menyatakan bahwa variance return berkorelasi positif
dengan bid ask spread. Variance return yang tinggi berarti resikonya juga tinggi
sehingga dealer mempersempit spread untuk mengantisipasi besarnya resiko.
Secara simultan harga volume perdagangan saham dan variance return saham
mempunyai pengaruh terhadap bid ask spread (Yulianto, 2001). Secara parsial
volume perdagangan tidak mempunyai pengaruh terhadap bid ask spread.
Sedangkan varian return saham mempunyai pengaruh terhadap bid ask spread.
2.3.Model Konseptual Volume Perdagangan
Saham
Bid-Ask Spread Harga Saham Varian Return
2.4. Hipotesis
1. Diduga volume perdagangan berpengaruh negatif terhadap bid ask spread
harga saham.
2. Diduga varian return saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread
METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Variabel terikat (Dependent Variabel) yaitu spread harga saham dan
dinotasikan dengan simbol Y.
Variabel bebas (Independent Variabel). Variabel bebas yang diduga
berpengaruh terhadap variabel Y ada dua dan disimbolkan dengan X1 dan X2
yang masing-masing adalah:
a. Volume perdagangan (X1) adalah aktivitas perdagangan saham di pasar
saham tepatnya sekunder dalam periode tertentu (dalam penelitian ini adalah
periode harian) dengan satuan.
b. Variance return (X2) merupakan tingkat penyimpangan dari sebuah saham
dalam mengahasilkan return, sehingga varian return sering diproksikan
sebagai resiko saham ,baik secara individual maupun secara bersama-sama
(portofolio)
3.1.2. Pengaruh Variabel
Pengaruh dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel dependent adalah spread harga saham yang dilaporkan periode ini
yaitu spread pada penutupan hari perdagangan dengan skala rasio.
Keterangan:
BAt = bid ask spread saham pada hari ke t+1
HAt = harga ask pada hari ke t+1
HBt = harga bid pada hari ke t+1
RBAt = bid ask spread saham pada hari ke t
b. Volume perdagangan merupakan variabel independent yang digunakan dalam
penelitian ini, yang merupakan sebagai jumlah lembar saham yang
diperdagangankan pada hari ke-t, dengan satuan uni
c. Variance Return Saham
RATARAHDT =
RATARAHDT = Rata-rata aritmatika return dalam tahun
a = awal periode, yaitu mulai 1 januari tahun XXXX
t = Tanggal efektif tahun XXXX
n = Jumlah hari
3.2.Populasi dan Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adlaah seluruh perusahaan food and
3.2.2. Sampel
Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa yang dimaksud sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan
sampel yang digunkan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dengan berdasarkan kriteria tertentu, kriteria tersebut adalah:
1. Perusahaan food and beverages yang memiliki perdagangan yang aktif.
2. Perusahaan food and beverages yagn memiliki laporankeuangan lengkap
tahun 2006-2008 sesuai dengan yang diutuhkan dalam penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut maka perusahaan food and beverages yang
dapat digunakan sebagai sampel sebanyak 5 perusahaan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1. Sampel Penelitian
Kode Emiten
ADES PT. Fast Food Indonesia Tbk
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
MYOR Mayora Indah Tbk
DLTA SMART Tbk
AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
(Sumber: JSX Statistik)
3.3.Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan
diambil dari Bursa Efek Jakarta.
3.4.Model Dasar dan Analisa Data
Arikunto (2000:296) mengemukakan, ”analisis regresi berganda sebagai
analisa tentang hubungan antara satu dependetn variabel dengan dua atau lebih
berganda (regresi linier multiple), yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel
independet yaitu volume perdagangan. Variance return terhadap variabel
dependent yaiut spread harga saham.
Adapun model regresi linier berganda tersebut adalah:
Y=α+β1X1+ β2X2+ε
Keterangan:
Y = spread harga saha
α = konstanta
β1-2 = koefisien regresi
X1 = variance return
X2 = volume perdagangan
ε = standart error
3.5.Pengujian Asumsi Klasik
Kuncoro (2004:89) menyatakan bahwa dalam praktik, beberapa masalah
sering muncul pada saat analisis regresi digunakan untuk mengestimasi suatu
model dengan sejumlah data. Masalah tersebut termasuk dalam pengujian asumsi
klasik yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas
dan uji autokoralasi.
3.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi
variabel dependen, variabel independen atau keduanya me miliki distribusi
normal. Dengan menggunakan program bantu SPSS distribusi kenormalan data
dapat diketahui dari sebaran titik yang ada disekitar garis normal probability plot.
3.5.2. Uji Multikolinieritas
Rangkuti (2005:85) menyatakan bahwa multikolinieritas terjadi apabila
masing-masing variabel independen memiliki korelasi yang sangat tinggi.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam
penelitian ini dengan melihat nilai VIF (variance inflation factor) dan TOL
(tolerance). Jika VIF>dari 5, maka variabel tersebut mempunayi persoalan
multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya dan TOL=0
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2001:69). Salah satu uji heteroskedastisitas
adalah uji Gletser, dalam uji Gletser mengusulkan untuk mergres nilai absolut
residual terhadap variabel bebas dengan persamaan sebagai berikut (Ggozali,
2001:72):
|Ut| = α + β Xt + vi
3.5.4. Uji Autokorelasi
Rangkuti (2005:127) mendefinisikan autokorelasi sebagai korelasi antara
masing-masing pengamatan yang terdapat pada data time series (data berurutan
berdasarkan waktu) atau data cross sectional (data yang dibuat berdasarkan
3.6.Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji t. Uji t dipergunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Adapun
prosedur adalah sebagai berikut:
a. H0 : B1 = B2 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara X1 atau X2
terhadap Y)
Ha : B1 = B2 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antar X1 atau X2 terhadap Y)
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05
c. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
- Apabila nilai probalitas > 0,05 H0 diterima dan Ha ditolak artinya model
regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh sikap,
motivasi dan kepribadian terhadap persepsi manajer atas informasi
akuntansi keuangan.
- Apabila nilai probabilitas < 0,05 H0 ditolak dan Ha diterima artinya model
regresi yang dihasilakan cocok untuk mengetahui pengaruh sikap,
motivasi, dan kepribadian terhadap persepsi manajer atas informasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952. program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956, mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:
Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.
Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan
berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.
Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.
4.1.3. Gambaran Umum PT. Fast Food Indonesia Tbk
Pada tahun 1979, hak Franchise Kentucky Fried Chicken di Indonesia diberikan oleh pemilik Kentucky Fried Chicken saat itu yaitu Heublein, inc kepada PT. Gelael Supermarket. Untuk lebih mengkonsentrasikan pada industri Fast Food, pada tahun 1978, pemilik PT. Gelael Supermarket mendirikan PT. Fast Food Indonesia dan sekaligus mengalihkan hak Franchise Kentucky Fried Chicken di Indonesia kepada perseroan.