• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR RISIKO KATARAK DI RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA PROVINSI BALI

NI WAYAN YULI YUDIANTI NIM.1420015037

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR RISIKO KATARAK DI RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA PROVINSI BALI

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI WAYAN YULI YUDIANTI NIM.1420015037

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 01 Juli 2016

Pembimbing,

(Made Pasek Kardiwinata, S.KM.,M.Kes ) NIP : 197701012005011001

(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 01 Juli 2016 Tim Penguji Skripsi

Ketua (Penguji I)

(dr. Ni Wayan Septarini, MPH) NIP.198009292008012015

Anggota (Penguji II)

(dr. I Made Sutarga, M.Kes ) NIP : 195308211980121001

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit

Mata Bali Mandara Provinsi Bali” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada : 1. dr. I Md. Ady Wirawan, MPH, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Udayana.

2. Ni Luh Putu Suariyani, S.KM., M.Htlh-IntDev, selaku Kepala Bagian Peminatan Epidemiologi

3. Made Pasek Kardiwinata, S.KM., M.Kes yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. Ni Wayan Septarini, MPH, selaku penguji I yang telah memberi masukan dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. dr. I Made Sutarga, M.Kes, selaku penguji II yang telah memberi masukan dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat atas dukungan dan kerjasamanya.

7. Teman-teman IKM matrikulasi angkatan 2014 dan teman-teman reguler yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Jajaran pimpinan dan staf Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali, khususnya Bidang Penunjang Medik yang telah memberi kesempatan kepada

(6)

vi

saya untuk menempuh pendidikan S1 di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

9. Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan dukungan selama menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

10.Suami dan putra-putriku tercinta yang telah memberi semangat dan dukungan selama menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

11.Adik-adik reguler angkatan tahun 2012 serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Denpasar, Juli 2016

(7)

vii

Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali

ABSTRAK

Angka kejadian katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara cukup tinggi, periode Januari-Desember 2015 terdapat 3.283 kasus katarak dari 11.081 kasus penyakit mata. Banyak faktor dikaitkan dengan kejadian katarak, antara lain umur, pekerjaan, riwayat Diabetes mellitus pada keluarga, perilaku merokok, trauma pada mata, dan tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol, dengan sampel kasus adalah penderita katarak dan kontrol adalah penderita bukan katarak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 sampel kasus dan 40 sampel kontrol.

Hasil penelitian didapatkan variabel yang merupakan faktor risiko katarak adalah

umur ≥ 60 tahun (OR=7,741; 95%CI=1,878-22,903), dan tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari (OR=7,039; 95%CI=2,871-31,824).

Simpulan yang dapat ditarik adalah umur ≥ 60 tahun, dan tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

Kata kunci: Faktor Risiko, Katarak, Rumah Sakit Mata Bali Mandara

(8)

viii

Risk Factors of Cataract at Bali Mandara Eye Hospital

ABSTRACT

The number of cataracts incidents at Bali Mandara Eye Hospital is fairly high, since January until late December 2015 there were 3,283 cases of cataracts than 11 081 cases of eye disease. These are several factors have been associated with cataract incident such as: age, occupation, education level, family history of diabetes mellitus, smooking behavior, trauma in the eye, and not consume vegetable and fruit routinely. The study aim was to determine the risk factors of cataracts in Bali Mandara Eye Eye Hospital. The design of this study was a analytical case control, with a sample of cases is cataract patients and controls is not a cataract patients. The number of samples in this study were 40 sample cases and 40 control samples.

The result showed that the variable which are cataract’s risk factors consist of

aged over 60 years (OR= 7,741; 95% CI = 1.878 to 22.903), and do not consume vegetable and fruit routinely. (OR= 7,039; 95% CI = 2.871 to 31.824).

The conclusions of this study are aged over 60 years, and do not consume vegetable and fruit routinely are the risk factor of cataracts in Bali Mandara Eye Hospital.

Keywords: Risk Factors, Cataracts, Bali Mandara Eye Hospital

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Pertanyaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1.4.1Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined. 1.4.2Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined.

1.5.1Manfaat Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 1.5.2Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(10)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Katarak ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Patofisiologi Katarak ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Gejala dan Tanda Katarak ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Teori Henrik L. Blum ... Error! Bookmark not defined. 2.4.1Lingkungan ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2Perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.4.3 Keturunan (Genetik) ... Error! Bookmark not defined. 2.4.4 Pelayanan Kesehatan ... Error! Bookmark not defined. BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . Error! Bookmark not defined.

3.1 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Variabel dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3.2Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. BAB IV METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

(11)

xi

4.7 Analisa Data ... Error! Bookmark not defined. 4.7.1 Analisis Univariat ... Error! Bookmark not defined. 4.7.2 Analisis Bivariat ... Error! Bookmark not defined. BAB V HASIL ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali ... Error!

Bookmark not defined.

5.2 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 5.3 Hasil Analisis Bivariat ... Error! Bookmark not defined. 5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali

Mandara Provinsi Bali ... Error! Bookmark not defined. BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 6.1 Faktor Risiko Umur Terhadap Kejadian Katarak ... Error! Bookmark not

defined.

6.2 Faktor Risiko Pekerjaan Terhadap Kejadian Katarak .. Error! Bookmark not defined.

6.3 Faktor Risiko Riwayat DM Pada Keluarga Terhadap Kejadian Katarak ... Error! Bookmark not defined. 6.4 Faktor Risiko Perilaku Merokok Terhadap Kejadian Katarak ... Error!

Bookmark not defined.

6.5 Faktor Risiko Trauma Pada Mata Terhadap Kejadian Katarak ... Error! Bookmark not defined.

6.6 Faktor Risiko Tidak Konsumsi Sayur/Buah Setiap Hari Terhadap Kejadian Katarak ... Error! Bookmark not defined. 6.7 Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB VII ... Error! Bookmark not defined.

(12)

xii

SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 7.1 Simpulan... Error! Bookmark not defined. 7.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional... Tabel 5.1 Karakterisitik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Status

Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, dan Tingkat Pendapatan... Tabel 5.2 Distribusi Faktor Umur Terhadap Kejadian Katarak Pada

Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali... Tabel 5.3 Distribusi Faktor Pekerjaan Terhadap Kejadian Katarak Pada

Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali... Tabel 5.4 Distribusi Faktor Riwayat DM Pada Keluarga Terhadap

Kejadian Katarak Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali... Tabel 5.5 Distribusi Faktor Perilaku Merokok Terhadap Kejadian Katarak Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali... Tabel 5.6 Distribusi Faktor Trauma Mata Pada Keluarga Terhadap

Kejadian Katarak Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali... Tabel 5.7 Distribusi Faktor Tidak Konsumsi Sayur/buah Setiap Hari

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 16

(15)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

CI : Confident Interval

DM : Diabetes Mellitus

IK : Interval Konfidens

KEMENKES : Kementerian Kesehatan

OR : Odds Ratio

PT : Perguruan Tinggi

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

THT : Telinga Hidung Tenggorokan WHO : World Health Organization

f : Frekuensi

p : tingkat kemaknaan

% : persen

< : lebih kecil dari

> : lebih besar dari

≤ : lebih kecil sama dengan

≥ : lebih besar sama dengan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 3. Kuesioner Penelitian Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit

Mata Bali Mandara Provinsi Bali ... 4. Tabel Matrik Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata

Bali Mandara Provinsi Bali ... 5. Output SPSS ... 6. Ethical Clearance ... 7. Ijin Penelitian Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Provinsi Bali ... 8. Ijin Penelitian Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi

Bali ...

44 45

46

49 53 67

68

69

(17)
(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian katarak yang cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%).Sekitar 16-22% penderita katarak yang dioperasi berumur di bawah 55 tahun. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% per tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita baru katarak (Pusdatin Kemenkes RI, 2014).

Penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh glaukoma dan Age related Macular Degeneration (AMD). Sebesar 21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak (Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Katarak atau kekeruhan lensa mata menyebabkan terhalangnya sinar yang masuk ke retina. Bila kekeruhan lensa semakin meningkat maka penglihatan akan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Kebutaan akibat katarak bukan hanya menjadi beban pribadi penderita, tetapi juga menjadi beban bagi orang di sekelilingnya. Kondisi ini memberi dampak buruk bagi produktivitas, kualitas hidup, serta kesejahteraan baik individu maupun lingkup yang lebih besar, komunitas serta negara. Oleh karena itu, selain menjadi masalah kesehatan masyarakat, katarak juga menjadi masalah sosial ekonomi yang harus diatasi guna memutus rantai kebutaan, dan memperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang (Perdami, 2013).

(19)

Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan bawaan sejak lahir, penyakit, trauma, efek samping obat, dan radiasi sinar matahari. Tetapi umumnya penyebab terbesar adalah proses penuaan. Faktor risiko katarak antara lain Diabetes Mellitus (DM), terlalu lama terpapar sinar matahari langsung, dan kebiasaan merokok (WHO, 2015). Faktor risiko katarak dapat berupa faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat berasal dari dalam tubuh sendiri, antara lain: umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor ekstrinsik berasal dari luar tubuh termasuk faktor demografi dan lingkungan. Adapun faktor ekstrinsik dapat berupa pajanan kronis sinar matahari, kebiasaan merokok, nutrisi, alkohol, derajat sosial ekonomi, dan status pendidikan. Faktor lingkungan kerja, baik yang berasal dari proses kerja maupun dari peralatan kerja dapat berdampak buruk pada mata pekerja (Tana, L, 2006). Terkait dengan faktor pajanan kronis terhadap sinar matahari terdapat jenis pekerjaan yang berisiko terpajan sinar matahari seperti petani dan nelayan (Tana, L, 2007)

(20)

Studi pendahuluan dengan teknik sampling pada beberapa rekam medis pasien katarak rawat jalan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali pada tanggal 18-21 Januari 2016 mendapatkan pasien yang terdiagnosa katarak mengeluh penglihatan kabur dan silau sejak tiga bulan yang lalu disertai rasa gatal, berarir, dan mata seperti ada pasir. Umur pasien rata-rata di atas 50 tahun, namun ada juga yang berumur antara 30-50 tahun, dan anak-anak.Hasil wawancara dengan dr.Indah Kencanawati, Sp.M menyatakan umur merupakan faktor risiko utama katarak, disamping riwayat DM dan paparan sinar ultraviolet langsung selama lebih dari 4 jam sehari.

Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali adalah rumah sakit khusus mata yang menjadi pusat rujukan dan pelayanan kesehatan mata utama di Provinsi Bali.Selain pelayanan kesehatan mata juga terdapat pelayanan kesehatan Kulit dan THT. Berdasarkan laporan 10 Besar Penyakit pada Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2014, penyakit katarak menduduki peringkat teratas dengan presentase sebesar 29%. Dari data kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali periode Januari-Desember 2015 terdapat 11.801 kasus penyakit mata, sebagian besar adalah katarak yaitu sebanyak 3.283 kasus.

(21)

dapat dilakukan sesuai faktor risiko (Tana L, 2007). Penelitian mengenai faktor risiko katarak masih sangat jarang dan sejauh ini belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali sebagai upaya pencegahan penyakit katarak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , diketahui bahwa katarak merupakan penyakit dengan kasus terbesar dan merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia. Katarak merupakan penyakit dengan kasus terbesar pada kegiatan rawat jalan Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.Penyebab katarak bersifat multifaktorial dan belum diketahui secara pasti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah umur merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

2. Apakah pekerjaan merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

3. Apakah riwayat DM merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

(22)

5. Apakah trauma pada mata merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

6. Apakah tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

1.4 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko katarak pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui umur sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

2. Mengetahui pekerjaan sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

3. Mengetahui riwayat DM sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

4. Mengetahui perilaku merokok sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

5. Mengetahui trauma pada mata sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

(23)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakit katarak dan faktor risikonya secara umum

2. Dapat menjadi referensi serta acuan bagi penelitian faktor risiko kejadian katarak selanjutnya, terutama di Rumah Sakit.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai informasi atau masukan bagi masyarakat tentang faktor risiko katarak sehingga dapat mencegah terjadinya katarak.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk menentukan program preventif dalam mengatasi penyakit katarak.

3. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali dalam menentukan program manajemen buta katarak, seperti upaya penyuluhan kesehatan kerja, pentingnya asupan gizi bagi kesehatan mata, serta peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan mata.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(24)
(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Katarak

Katarak berasal dari bahasa Yunani, Katarrhakies yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama, kecuali pada katarak karena trauma dan kongenital. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan lensa ditemukan pada berbagai lokalisasi pada lensa seperti korteks dan nukleus. Katarak umumnya adalah penyakit umur lanjut, akan tetapi dapat juga terjadi akibat kelainan kongenital, atau penyakit penyulit mata lokal menahun. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit okular lainnya. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus dapat menimbulkan katarak (Ilyas, 2012).

Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh orang awam sampai menjadi cukup padat dan menimbulkan kebutaan. Namun katarak pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar, dan slitlamp (Vaughan, 2000).

2.2 Patofisiologi Katarak

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan

(26)

kalsium meningkat, namun kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak, tidak ditemukan glutation (Vaughan, 2000).

Perkembangan katarak meningkat pada pasien diabetes mellitus. Meningkatnya kasus dibetes sejalan dengan meningkatnya kejadian katarak. Enzim aldose reduktase berperan mengubah glukosa menjadi sorbitol. Akumulasi sorbitol intraseluler menyebabkan perubahan osmotik yang mengakibatkan serat lensa menurun. Peningkatan akumulasi sorbitol menciptakan efek hiperosmotik dan akhirnya membentuk kekeruhan lensa. Selanjutnya kadar glukosa meningkat di dalam humor aquos yang menyebabkan glikasi lensa sehingga terjadi kerusakan pada lensa (Illyas, 2012). Pada katarak traumatik, terjadi pembengkakan lensa akibat trauma tumpul maupun tajam. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus maupun korpus vitreum masuk ke dalam struktur lensa. Mata menjadi merah, dan mungkin terjadi perdarahan intraokular (Vaughan, 2000).

2.3 Gejala dan Tanda Katarak

Katarak terkadang tidak menimbulkan rasa sakit tetapi mengganggu penglihatan, seperti penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap tanpa rasa sakit pada umur tua. Seseorang yang menderita katarak akan mengalami kesulitan untuk membaca dan kehilangan persepsi warna karena pada saat melihat tulisan akan terlihat warna yang cenderung kuning. Salah satu keluhan dini pada katarak adalah silau. Hal ini terjadi karena berkurangnya refleks terhadap cahaya yang disebabkan oleh opasitas lensa. Warna pupil keruh (putih susu) karena opasitas lensa.

(27)

lain. Selain pemeriksaan tajam penglihatan juga dilakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, lup, atau lampu celah (slitlamp) dengan pupil yang dilebarkan. Tajam penglihatan umumnya turun secara langsung sebanding dengan kepadatan katarak (Vaughan, 2000).

2.4 Teori Henrik L. Blum

Menurut Blum, status kesehatan seseorang atau masyarakat merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal manusia.Secara garis besar status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor lingkungan mempengaruhi sebanyak 45 persen, faktor perilaku 30 persen, faktor pelayanan kesehatan 20 persen, dan faktor genetik hanya berpengaruh 5 persen terhadap status kesehatan (Hapsari, 2009):

1.4.1 Lingkungan

Lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan yang terbesar terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kemudian diikuti perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan social. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya air, udara, tanah, iklim. Dalam penelitian ini, aspek lingkungan lebih ditekankan pada paparan sinar matahari langsung. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, kepercayaan, pendidikan dan ekonomi. Faktor lingkungan yang dikaji dalam penelitian ini menekankan pada pekerjaan dan trauma pada mata sebagai faktor risiko katarak.

1. Pekerjaan

(28)

lensa sehingga merusak struktur protein lensa, selanjutnya menyebabkan kekeruhan pada lensa. Penelitian oleh Ulandari, (2012) dimana hasil uji statistik pada analisis multivariat menunjukkan nilai OR=13; 95%CI=1,71-113,25, ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan di luar gedung dengan kejadian katarak, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan di luar gedung merupakan faktor risiko untuk terjadinya katarak. Terdapat hubungan yang kuat antara pekerjaan yang terpapar sinar matahari langsung pada responden umur 20-29 tahun dengan katarak dengan nilai OR=5,9: 95%CI=2,1-17,1 (Sinha, dkk.,2009). Penelitian Tana L, (2009) melaporkan pajanan sinar matahari langsung pada pekerjaan diluar gedung lebih tiggi 1,3 kali dibanding pekerjaan di dalam gedung. Terkait dengan faktor pajanan kronis terhadap sinar matahari terdapat jenis pekerjaan yang berisiko terpajan sinar matahari seperti petani dan nelayan.

2. Trauma Pada Mata

Trauma atau cedera pada mata mengakibatkan terjadinya erosi epitel pada lensa. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa mencembung. Penderita lebih banyak berasal dari pekerja industri yang tidak menggunakan alat pelindung pada mata (Vaughan, 2000). Katarak traumatik dapat terjadi setelah terjadi trauma pada mata, biasanya terjadi pada pekerja lapangan umur produktif (Sharma, dkk., 2016). Rasyid, dkk., (2010) dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara trauma pada mata dengan kejadian katarak. Katarak terjadi akibat adanya kecelakaan yang mengenai mata dan dapat terjadi pada semua umur, dapat berupa pukulan keras, tembus, menyayat, dan bahan kimia.

(29)

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan, kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manumur itu sendiri, di samping itu dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, ekonomi dan perilaku lain yang melekat pada diri manusia. Faktor perilaku yang dikaji dalam penelitian ini menekankan pada perilaku yang berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya kesehatan mata yaitu perilaku merokok, dan tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari.

1. Perilaku merokok

Perilaku merokok berkaitan dengan terpaparnya mata dengan asap rokok secara terus menerus. Asap rokok mengandung radikal bebas yang dapat merusak protein dan lipid membran sel pada korteks lensa. Penelitian Pratiwi, (2011) menunjukkan kebiasaan merokok merupakan faktor risiko katarak OR=2,6. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Pujianto (2004), dalam penelitiannya menyatakan bahwa merokok memiliki risiko untuk terjadi katarak sebesar 5,8 kali lebih besar dibanding tidak merokok.

2. Tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari

(30)

kekeruhan lensa yang bermakna secara statistik. Penurunan aktivitas antioksidan merusak keseimbangan redoks lensa yang mengarah pada pembentukan katarak. Pemberian antioksidan dapat memberi proteksi jangka panjang terhadap katarak serta dapat memperlambat progresivitas katarak.

2.4.3 Keturunan (Genetik)

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manumur yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes mellitus. Faktor keturunan yang dikaji dalam penelitian ini menekankan pada umur dan riwayat penyakit DM.

1. Umur

Katarak pada umumnya terjadi karena proses penuaan. Besarnya jumlah penderita katarak berbanding lurus dengan jumlah penduduk umur lanjut. Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh, biasanya terjadi pada umur diatas 50 tahun (Illyas, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Arimbi, (2012) pada responden kategori umur 55-64 tahun berisiko menderita katarak 5,6 kali dibandingkan pada kategori kelompok umur 30-44 tahun dengan 95%CI = 1,8-17,3. Pada penelitian Pujianto, (2004) umur ≥60 tahun merupakan variabel yang paling berpengaruh untuk terjadinya katarak, risiko katarak mencapai 9 kali dibanding umur < 66 tahun.

2. Riwayat Diabetes Mellitus (DM) Pada Keluarga

(31)

silang diperoleh OR = 4,9 dengan 95%CI (2,09-11,9) menunjukkan responden pada kategori penderita DM mempunyai risiko untuk menderita katarak sebanyak 4,9 kali dibanding dengan responden kategori tidak DM. Penelitian Fauzi, (2014) pada analisis bivariat menunjukkan penderita DM mempunyai risiko untuk menderita katarak sebanyak 3,7 kali.

2.4.4 Pelayanan Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alasan-alasan dan keadaan hukum yang menjadi DASAR GUGATAN ini adalah sebagai berikut: Bahwa Para Penggugat adalah ahli waris dari Nyonya Oewij Wijen berdasarkan Surat

Patel dan Patel (2014) menguji efisiensi pasar modal India menggunakan GARCH dan terbukti bahwa pasar modal India efisien dalam bentuk lemah.Selanjutnya, Al Jafari menggunakan

Selain itu, katalis asam homogen tidak dipengaruhi oleh kehadiran asam lemak bebas dalam bahan baku sehingga dapat mengkonversi metil ester dari bahan baku dengan

Gerakan bahu / lengan D Sesekali Reguler/teratur dengan jeda Hampir kontinu Postur pergelangan tangan / tangan. E Hampir lurus

dilaksanakan tindakan prosentase yang dicapai sebesar 28,57% meningkat menjadi 50% setelah siklus I. Berdasarkan hasil observasi dan analisis, meskipun siklus I terjadi

Nah, apa yang kamu lakukan kalau kamu suka dan percaya diri serta puas hati, bisa jadi itu tanda bahwa hal itu bakat yang kamu miliki. Misalnya kamu mendapat tugas

Skala itu dibagi ke dalam tujuh atau lima kategori dan karena konsep yang akan dinilai bersifat kualitatif, maka kategori yang digunakan bersifat kualitatif, dan

Hasil dari penelitian ini adalah Etnis Cina mempunyai cara tersendiri dalam menyusun anggaran keuangan keluarganya, anggaran keluarga bagi etnis cina merupakan