(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa
Terhadap Dengan Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya)
SKRIPSI
OLEH :
APIEK DWI PANCANINGSIH
0743010111
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya) Oleh :
APIEK DWI PANCANINGSIH 0743010111
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 11 November 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1.
Drs.
Kusnarto,
Msi
Ir.
Didiek
Tranggono,
M.si
NIP/NPT. 19580801 198402 1001
NIP/NPT.1958122519900100
2.
Dr. Catur Suratnoaji, M.si
NIP/NPT. 368049400281
3.
Drs. Kusnarto, Msi
NIP/NPT. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
RUMAH TANGGA DI SURABAYA
(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya)
Disusun Oleh :
Apiek Dwi Pancaningsih
0743010111
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi
Menyetujui ,
PEMBIMBING
Drs. Kusnarto, Msi
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
DEKAN
KECEMASAN IBU – IBU RUMAH TANGGA
DI SURABAYA
(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan
Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah
Tangga di Surabaya)
Nama Mahasiswa
: Apiek Dwi Pancaningsih
NPM
:
0743010111
Program
Studi
:
Ilmu
Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui,
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1.
Drs.
Kusnarto,
Msi
Ir.
Didiek
Tranggono,
M.si
NIP/NPT. 19580801 198402 1001
NIP/NPT.1958122519900100
2.
Dr. Catur Suratnoaji, M.si
NIP/NPT. 368049400281
3.
Drs. Kusnarto, Msi
NIP/NPT. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG
di Media Massa Dengan Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya” (Studi
Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Drs. Kusnarto, Msi
selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak memberikan kritik, saran, dan masukan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof.Ir. Teguh Sudarto,MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2.
Ibu Dra. Hj. Suparwati,M.Si. Dekan FISIP – UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4.
Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.
5.
Bapak Drs. Kusnarto, Msi selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
dukungan, saran, dan kritik untuk penulis. Ibu Yuli Candrasari,S.sos,Msi dan Ibu Dra.
Sumardjijati, Msi selaku dosen penguji proposal skripsi, Bapak Ir. Didiek Tranggono,
Msi dan Bapak Catur selaku dosen penguji skripsi atas saran dan kritik nya.
Timur dan Klaten, Jawa Tengah, Terima kasih untuk doa yang tiada hentinya untuk
penulis.
8.
My new family in Surabaya. Special Thanks buat Evan Rheza Aditya “Terima kasih
untuk dukungan, waktu, kepercayaan, pengorbanan, kesetiaan, kesabaran yang semoga
selamanya tidak akan berujung, dan semua hal yang membuat kita tetap survive sampai
detik ini. Tetep berjuang dan semangat untuk kita”. Riski Saputri sahabat
se-perjuanganku se-perantauan, Dwi Aprilia, Desi Kurniawati “sukses untuk kita semua”
9.
Teman – teman Jurusan Ilmu Komunikasi Dyaksa, Akbar, Irfan, Siti, Orchid, Dwi,
Santy, Ratih, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih
terutama untuk membantu penulis menyebarkan kuisioner.
10. Teman – teman di kost Pondok Nirwana Baruk Utara 8 No. 2, Mbak Yah, Mbak Fian,
Mbak Fani, Aya, Ayu, Rima.
11. Dan teman – teman tersayang di Balikpapan, Anggita, Ayu, Ajeng, Anindhita, Anis,
Paska, Wily, Puput, Oki, Galih, dan semuanya yang juga tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis berharap
kritik dan saran yang membangun agar Skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman Jurusan Ilmu Komunikasi, dan
khususnya bagi teman – teman yang melakukan penelitian pada bidang kajian yang sama seperti
Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………... ii
KATA PENGANTAR ………iv
DAFTAR ISI ………...ix
DAFTAR GAMBAR……….. x
DAFTAR LAMPIRAN ………. xi
DAFTAR TABEL ……….xii
ABSTRAKSI ………. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2 Perumusan Masalah …. ………. 8
1.3 Tujuan Penelitian……….. ………. 8
1.4 Manfaat Penelitian ………. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ……… ………... 9
2.1.1 Komunikasi Massa ……….. 9
2.1.5 Kecemasan ………...18
2.1.6 Tabung gas LPG ………. 20
2.1.7 Khalayak Media Massa ………... 22
2.1.8 Ibu Rumah Tangga Sebagai Komunikan Media Massa ……….. 23
2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial….………. 25
2.1.10 Kerangka Pikir ………28
2.1.11 Hipotesis Penelitian……….29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Defisini Operasional dan Pengukuran Variabel………... 30
3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di media massa…... 30
3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga ………..…….………33
3.1.3 Pengukuran Variabel ………..………39
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ………..39
3.5 Metode Analisis Data ………... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ..……… 44
4.1.1 Media Elektronik ……… 55
4.1.2 Media Cetak ……… 56
4.1.3 Media Internet atau online ………. ……… 57
4.2 Kota Surabaya ……….. 58
4.3 Penyajian Data ……… 58
4.3.1 Identitas Responden ……….. 58
4.3.1.1 Usia Responden ……….59
4.4.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ………..………….. 61
4.3.2 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa..61
4.3.2.1 Frekuensi Menonton, Membaca, Melihat, dan Mendengar
Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa .. 62
4.3.2.2 Durasi Menonton, Membaca, Melihat, dan Mendengar
Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa ...69
4.3.3.2 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Sangat
Takut dan Tubuh Gemetar Ketika Mulai Menyalakan Kompor
Terkejut Ketika Mendengar Suara Dentuman atau Ledakan
Keras Walaupun Tidak Pasti Karena Ledakan Gas LPG ………. 78
4.3.3.4 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Ragu
– Ragu Ketika Membeli Tabung Gas LPG Karena Tidak Yakin
Dengan Kualitasnya ………. 80
4.3.3.5 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Sangat
Kecewa dan Sangat Tidak Puas Dengan Kualitas Tabung Gas …. 82
4.3.3.6 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Tidak
Nyaman Meletakkan Tabung Gas LPG di Dalam Rumah
Karena Jika Meledak Akan Melukai Orang – Orang Terdekat
dan Merusak Rumah. ……….. 85
4.3.3.7 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Takut
Yang Berlebihan dan Tangan Berkeringat Ketika Mengetahui
Adanya Peristiwa Kebakaran di Sekitar Mereka Karena Teringat
Peristiwa Meledaknya Tabung Gas LPG……….87
4.3.3.8 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Selalu
Memeriksa Keadaan Gas LPG, Kompor, dan Aksesorisnya
Gas LPG Yang Digunakan Mengalami Kebebocoran……….91
4.3.4.0 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Tetap Merasa
Tidak Aman Menggunakan Tabung Gas LPG Walapun
Dipastikan Sudah Berstandar Nasional ……….……...93
4.3.4.1 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Mengantisipasi
Yang Berlebihan Untuk Tidak Menggunakan Lagi Gas LPG,
Kompor, dan Aksesorisnya Ketika Melihat Ada Kerusakan atau
Cacat Sekalipun Tidak Yakin Membahayakan ………...99
4.5
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……… 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 104
5.2 Saran ………. .105
1.
Quisi
oner ……….………...… 51
2.
Post
Metro Balikpapan Online edisi30 Maret 2009………. 56
3.
Medi
a Indonesia Online edisi 1 November 2009 ……… 58
4.
Post
Metro Balikpapan edisi 2 Juli 2010……….………. 60
5.
Metr
o News edisi 2 Juli 2010 …………..……… 63
6.
Post
Metro Balikpapan 3 Juli 2010………... 64
7.
Post
Metro Balikpapan Online edisi 3 Juli 2010 ………. 66
8.
Post
Metro Online edisi 9 Juli 2010 ………. 67
9.
Medi
11.
Post
Metro Balikpapan edisi 23 Juli 2010 ……….. 70
Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya).
Penelitian ini didasarkan pada semakin maraknya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG
di media massa seperti media elektronik (televisi dan radio), media cetak (koran, majalah,
tabloid), serta media online. Adanya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media
massa memberikan efek pada para audience nya, terutama kepada ibu – ibu rumah tangga yang
merupakan audience media massa sekaligus pengguna tabung gas LPG. Efek tersebut dapat
berupa kecemasan yang muncul akibat adanya pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini
pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa merupakan variabel X dan tingkat
kecemasan ibu – ibu rumah tangga merupakan variabel Y.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-R atau Stimulus-Respons.
Berdasarkan asumsi teori ini bahwa stimulus pasti akan memberikan pengaruh. Sesuai dengan
teori tersebut bahwa terpaan pemberitaan akan memberikan pengaruh berupa kecemasan pada
ibu – ibu rumah tangga yang menonton, mendengarkan, dan membaca pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner. Pertanyaan dalam kuisioner
dikembangkan dari indikator – indikator variabel X dan Y. Untuk variabel X diberikan bentuk
pertanyaan terbuka, serta untuk variabel Y diberikan pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak Setuju (STS), serta Tidak Setuju (TS).
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu – ibu rumah tangga yang berada di Surabaya.
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu semua ibu – ibu rumah
tangga yang berada di Surabaya berhak menjadi responden tanpa ada karakteristik tertentu.
Untuk menentukan jumlah responden maka digunakan rumus Yamane. Karena data berbentuk
ordinal maka ntuk menguji hubungan antara kedua variabel digunakan koofesien korelasi Rank
Spearman kemudian untuk memperjelas pembuktian hipotesis digunakan uji Ttest.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga
di Surabaya. Sehingga kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa pemberitaan di
media massa yang bermuatan berita negatif memberikan efek yang negatif pula kepada para
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perubahan zaman yang terus berkembang selalu diiringi dengan perkembangan informasi dan kebutuhan manusia. Sejalan dengan hal itu, masyarakat yang selalu membutuhkan informasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada guna mendapatkan informasi – informasi yang dibutuhkan. Penyampaian informasi tidak lepas dari adanya proses komunikasi yang juga membutuhkan sarana atau media sehingga informasi mampu tersampaikan dengan baik. Agar informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat diterima dengan baik, maka diperlukan pemilihan sarana atau media yang tepat pula.
Proses komunikasi dalam penyampaian informasi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bisa terjadi secara tatap muka (face to
face) atau secara tidak langsung bisa melalui media massa. Komunikasi melalui
media massa adalah komunikasi massa. Media massa yaitu alat – alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada
audience yang luas dan heterogen. Komunikasi massa bisa mengatasi hambatan
Alexis S. Tan menyebutkan terdapat empat fungsi dari media massa, yang pertama adalah memberi informasi, tujuan dari fungsi ini yaitu agar komunikan dapat mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, serta meraih keputusan. Yang kedua adalah mendidik, tujuan dari fungsi ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi komunikan untuk memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, dan tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Yang ketiga adalah fungsi mempersuasi, tujuan dari fungsi ini adalah memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Dan yang terakhir adalah fungsi menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikan.
Dalam menjalankan fungsinya untuk memberi informasi, komponen utama yang paling penting dalam menunjang fungsi ini adalah berita – berita yang disajikan di media massa. Berita adalah infomasi aktual tentang fakta – fakta dan opini yang menarik perhatian orang. Suatu berita yang akan dipublikasikan di media massa umumnya harus memenuhi salah satu unsur berita, diantaranya adalah aktualitas, kedekatan (proximity), keterkenalan (prominence), dampak (consequence), human interest yang mengandung unsur ketegangan,
ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, binatang, serta humor.
sumber informasi bagi komunikannya. Dalam istilah jurnalistik, fakta – fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, +
How).
Pemberitaan tentang meledaknya gas LPG yang marak dibicarakan belakangan ini adalah salah satu bentuk pemberitaan di media massa. Berbagai media massa seperti media elektronik yaitu radio dan televisi dan media cetak seperti koran dan majalah, serta internet memberitakan berbagai peristiwa meledaknya gas LPG di berbagai daerah di Indonesia pada bulan Juli 2010.
Seperti pemberitaan di media elektronik yaitu pada stasiun televisi swasta Metro TV. Dalam pemberitaannya di program acara Headline di Makassar, Yogyakarta, Tangerang, Jember, serta Cilacap. ( Sumber : www.metronews.com ). Selanjutnya untuk stasiun televisi swasta lainnya yaitu TV One mencatat beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Jakarta Barat dan di Pasuruan(Sumber: www.tvone.co.id). SCTV melalui program berita Liputan 6 juga memberitakan beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Bandun, Denpasar dan di Pontianak.(Sumber : www.berita.liputan6.com). RCTI melalui program berita Seputar Indonesia juga memberitakan meledaknya tabung gas LPG di Magelang. (Sumber : www.seputarindonesia.com)
gas lpg di Surabaya juga di beritakan oleh radio Suara Surabaya. (Sumber : www.rribandung.com dan www.jaringradio.suarasurabaya.net )
Untuk media cetak pun memberitakan beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Samarinda pada edisi 16 Juli 2010. Tabloid Nova 5 Juli – 11 Juli 2010. Salah satunya pada artikel yang diberi judul “Tragedi Elpiji Terus Terjadi, Bayi Pun Belum Sempat Diberi Nama”. Pada artikel ini menceritakan sebuah peristiwa meledaknya tabung gas LPG 12 kg meledak di Tangerang. Kemudian masih di edisi yang sama juga diberitakan peristiwa ledakan tabung gas LPG di Medan.
Sementara untuk media online yaitu internet juga memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG di situs berita www.surabaya.detik.com. Situs ini memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG 3 kg di Malang.
Dari data Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) kasus ledakan tabung gas LPG paling sering terjadi di DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan Jakarta merupakan tempat yang pertama melakukan konversi gas LPG menerima konversi gas LPG.
(Sumber : www.alatpenghematbbm.com/search/lpg%2Bmeledak )
2008, 17 kasus terjadi pada 2009, serta mencapai 28 kasus terjadi hingga pertengahan 2010 ini.
(Sumber:www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/07/15/brk,20100715-26387,id.html
danhttp://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149899 )
Sehingga kasus terbesar terjadi pada pertengahan 2010 yang mencapai angka 28 kasus yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Selanjutnya daerah dengan jumlah ledakan terbanyak berada di DKI Jakarta sebagai kota pertama penerima konversi minyak tanah ke gas LPG, selanjutnya disusul dengan Makassar dan Surabaya.
Dari keseluruhan jumlah peristiwa meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah di Indonesia, berdasarkan data dari PUSKEPI (Pusat Studi Kebijakan Publik) LPG yang lebih sering meledak adalah yang berukuran 3 kg, data yang disebutkan PUSKEPI menyebutkan angka lebih dari 38 kasus. LPG 3 kg yang meledak yaitu LPG dari program konversi minyak tanah ke gas LPG pemerintah. Sementara untuk yang berukuran 12 kg dan 50 kg hanya berkisar 18 dan 1 kasus saja.
luka bakar ringan, luka permanen, hingga meninggal dunia. Disebutkan pula bahwa wanita korban ledakan tabung gas LPG yaitu rata - rata dengan ekonomi menengah kebawah.
(Sumber :http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=68397)
Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, penyebab tabung gas LPG utamanya yang berukuran 3 kg yaitu dikarenakan buruknya kualitas kompor, tabung, dan aksesorisnya seperti selang, regulator, dan katup. Selanjutnya penempatan tabung gas pada ruangan yang kurang ventilasi, serta kecerobohoan pengguna akibat kurangnya pengetahuan tentang pamakaian gas LPG. (Sumber : http://www.groovylegacy.com/2010/07/penyebab-tabung-elpiji-meledak/ )
Berkaitan dengan permasalahan itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Peneliti merasa tertarik meneliti objek tersebut untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.
Dalam hal ini peneliti memilih sumber pemberitaan dari media massa dikarenakan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG diberitakan hampir di semua media massa baik elektronik maupun cetak. Media massa elektronik seperti televisi di stasiun swasta Metro TV, TV One, Global TV, Trans TV, Trans7, RCTI, SCTV, Indosiar, TPI, TVRI, serta beberapa radio lokal . Dan juga berbagai media cetak seperti surat kabar (koran) juga tabloid hingga media online atau internet.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat mengaplikasikan teori – teori yang diperoleh oleh peneliti selama menimba ilmu di Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Surabaya, khususnya teori – teori komunikasi yang berkaitan tentang komunikasi massa.
2. Manfaat Praktis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut A.Devito merupakan komunikasi yang ditujukan
kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya. Komunikasi massa
merupakan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio
dan visual yang lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku.
Selanjutnya Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble juga memperjelas
bahwa sesuatu bisa dikatakan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal – hal
di bawah ini :
1. Komunikatornya mengandalkan peralatan modern dalam menyebarkan
pesan seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, film, atau gabungan
dari semua media tersebut.
2. Komunikatornya dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud
mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling
mengenal.
3. Pesan menjadi milik publik atau bisa didapat dan diterima publik.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper atau penapis informasi
yaitu sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan
melalui media massa.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda.
Menurut Alexis S. Tan (1981) terdapat sifat khusus yang dimiliki komunikasi
massa, yang pertama adalah penerima pesan dalam komunikasi massa paling tidak
mempunyai heterogenitas susunan anggotanya yang berasal dari berbagai
kelompok lapisan masyarakat, tidak saling mengenal dan berinteraksi satu dan
lainnya, dan tidak memiliki pemimpin atau organisasi formal. Selanjutnya yang
kedua berkaitan dengan komunikatornya yang merupakan organisasi sosial yang
mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah
orang banyak yang terpisah, yaitu biasanya media massa seperti surat kabar,
majalah, stasiun atau jaringan televisi dan radio.
Bittner mengemukakan, dalam komunikasi massa membutuhkan adanya
gatekeeper dalam proses penerimaan pesan. Dalam komunikasi massa selain
melibatkan unsur – unsur komunikasi sebagaimana umumnya, juga dibutuhkan
peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan
informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri, didalamnya ada beberapa
individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi itu sampai kepada
audience nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut gatekeeper. Jadi, informasi
yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh
2.1.2 Media Massa
Media massa (mass media) adalah channel, media atau medium, saluran,
sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yaitu
komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Yang termasuk media massa
umumnya adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, film, serta internet.
Jenis media massa dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Media massa cetak (printed media), yaitu media massa yang dicetak dalam
lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa cetak
secara rinci meliputi koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet
atau ½ plano), tabloid ( ½ broadsheet), majalah ( ½ tabloid, atau kertas
ukuran folio atau kwarto), buku ( ½ majalah), newletter (folio, kwarto,
jumlsh halaman lazimnya 4-8 halaman), serta buletin ( ½ majalah, jumlah
halaman lazimnya 4 – 8 halaman). Sementara berdasarkan isi nya dapat
dibedakan menjadi jenis tulisan berita, opini, dan feature.
2. Media massa elektronik (electronic media), yaitu jenis media massa yang
isinya disebarrluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan
menggunakan teknologi elektro. Jenis media massa ini adalah televisi,
radio, dan film.
3. Media online atau internet, yaitu media massa yang dapat ditemukan di
internet atau situs web. (Sumber :
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media
massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses
pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial).
Menurut Dennis Mc Quail (1997), terdapat peran dari media massa, yaitu :
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan
industri lain utamanya dalam periklanan / promosi.
2. Sumber kekuatan serta alat control, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3. Lokasi (forum) untuk menampilkan sejumlah peristiwa yang terjadi di
masyarakat.
4. Wahana pengembangan budaya, tata cara, mode, gaya hidup, dan norma.
5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Media massa juga memiliki karakteristik, pertama publisitas, yaitu
disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. Kedua universalitas,
yaitu pesan bersifat umum tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa
umum di berbagai tempat serta menyangkut kepentingan umum karena sasaran
pendengarnya orang banyak. Ketiga periodisitas, yaitu tetap atau berkala,
misalnya harian, mingguan, bulanan, atau siaran sekian jam per hari. Keempat
kontinuitas, yaitu berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode
seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan lain sebagainya.
Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepaa publik.
2.1.3 Fungsi media massa sebagai penyaji informasi
Sebagai penyaji informasi, media massa memuat berita – berita tentang fakta
– fakta yang terjadi di lapangan. Fakta – fakta tersebut dicari oleh wartawan,
kemudian dituangkannya dalam bentuk tulisan yang nantinya akan menjadi
sumber informasi bagi audience nya. Fakta yang dimaksud disini adalah adanya
kejadian yang benar – benar terjadi di masyarakat.
Menurut Jakob Oetama (2001), sebuah berita bukan saja tentang suatu
kejadian yang aktual dan bermakna, tetapo laporan tantang suatu kejadian yang
actual dan bermakna. Kejadiannya sendiri adalah sesuatu yang objektif,
sedangkan bagaimana kejadian itu dipilih adalah sesuatu yang subjektif. Sehingga
fakta di lapangan yang disajikan di media massa tidak akan berbobot tinggi jika
tidak ada makna yang terkandung dalam berita tersebut. (Basuki 1983:5)
Berita di media massa sendiri sebagai sumber informasi bagi para audience,
Maryono Basuki membagi berita berdarkan beberapa aspek. Berdasarkan sifat
kejadian terdapat empat jenis berita, yaitu berita yang sudah diguga akan terjadi,
berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak, berita tentang peristiwa yang
direncanakan akan terjadi, serta berita tentang gabungan peristiwa tak terduga dan
tidak terduga.
Berdasarkan masalah yang dicakup yaitu merujuk kepada aspek kehidupan
yang ada di tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan
Berdasarkan lingkup pemberitaan, berita di media massa dapat digolongkan
menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah
berita disebut berlingkup lokal kalau peristiwa yang dilaporkannya terjadi di
sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau paling-paling
di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup
nasional kalau pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dapat
dirasakan oleh Negara lain.
Berdasarkan sifat pemberitaan, sifat berita bisa dilihat dari isinya.
Ada isi berita yang memberitahu, mendidik, menghibur, memberikan contoh,
mempengaruhi, dan sebagainya.
2.1.4 Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG
Pemberitaan yang dimaksud adalah tayangan berita meledaknya tabung gas
LPG tentang adanya peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan
melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun internet. Terpaan
pemberitaan di media massa ini ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu – ibu
rumah tangga.
Dalam pemberitaan tersebut diinformasikan tentang sebuah peristiwa
meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah. Lokasi pemberitaan diberitakan
secara detail oleh wartawan. Pemberitaan juga mencatumkan tanggal terjadinya
peristiwa hingga waktu terjadinya peristiwa.
Sejumlah pemberitaan melengkapinya dengan narasi tentang bagaimana
korban atau keluarga korban,yaitu mulai dari gejala – gejala tabung gas LPG
meledak hingga detik peristiwa meledaknya tabung gas LPG terjadi.
Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG juga dilengkapi dengan
mencantumkan pendapat dan tanggapan dari pihak – pihak tertentu seperti
Kapolsek, pihak Pertamina, dan pihak RT setempat, dan lain sebagainya.
Di beberapa pemberitaan juga menceritakan bagaimana kondisi fisik hingga
psikologis korban ledakan tabung gas LPG melalui wawancara yang dilakukan
oleh wartawan pada korban. Korban banyak mengungkapkan tentang perasaan
nya pasca terjadinya peristiwa ledakan.
Untuk media cetak umumnya dilengkapi gambaran tentang detail peristiwa
melalui foto atau gambar ilustrasi lokasi pasca peledakan. Sementara untuk media
elektronik dilengkapi dengan video tentang lokasi peledakan bahkan ditambahkan
dengan kesaksian para keluarga korban hingga warga sekitar lokasi peledakan.
Untuk media radio mencoba memberikan gambaran tentang detail peristiwa
melalui runtutan narasi yang benar – benar menggambarkan keadaan lokasi pasca
peledakan. Untuk penyajian pemberitaan di media online hampir sama dengan
media cetak. Dari definisi diatas maka pemberitaan meledaknya tabung LPG
dapat diartikan sebagai sebuah sajian pemberitaan meledaknya tabung gas LPG
yang dikemas sedemikian rupa oleh media – media massa dengan
menggambarkan betapa membahayakan tabung gas LPG jika meledak.
2.1.5 Kecemasan
Menurut Post (1978), kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak
menyenangkan yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif seperti ketegangan,
Freud (Dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai
suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu
seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud kecemasan melibatkan
persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan rekasi terhadap sesuatu yang
dianggap berbahaya.
Lefrancois (1980) juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang
tidak menyenangkan yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja menurut Lefrancois
pada kecemasan bahaya bersifat kabur. Misalnya adanya hambatan terhadap keinginan
pribadi, adanya perasaan – perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran.
Johston (1971) menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan,
ketidakpuasan, perasaan tidak aman, atau adanya permusuhan dengan orang lain.
Kartono (1981) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah kondisi psikis dalam ketakutan
dan kecemasan yang kronis tanpa adanya rangsangan yang spesifik.
Wignyosoebroto (1981) ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan.
Pada ketakutan apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara
nyata, sedangkan kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan jelas dan
tepat.
Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama kecemasan
normal yaitu pada saat individu masih telah menyadari adanya konflik – konflik dalam
diri individu yang menyebabkan adanya rasa cemas. Kemudian yang kedua berkenaan
adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas sehingga kecemasan kemudian
dapat menjadi bentuk pertahanan diri
Menurut Bucklew (1980) membagi kecemasan dalam dua tingkat, yaitu :
1. Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala – gejala kejiwaan
seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonstrasi, perasaan tidak menentu dan
sebagainya.
2. Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada
gejala – gejala fisik, terutama pada fungsi system syaraf misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar – debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Menurut Kartono (1981), menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi
yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, serta sering dalam keadaan
excited atau gempar gelisah.
Sue dkk (1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat
hal berikut :
1. Manifestasi kognitif, yaitu terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang terjadi.
2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu
seperti gemetar.
3. Perubahan somatic muncul dalam keadaan mulut kering
Murray (1974) menngemukakan sumber – sumber kecemasan adalah kebutuhan
Disamping itu, kecemasan juga didefiniskan sebagai reaksi emosional pada berbagai
kekhawatiran.
Secara klinis gangguan kecemasan pada seorang individu dapat dilihat melalui tanda
– tanda diantaranya adalah merasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung, merasa tegang, takut pada keramaian, gangguan pada pola tidur,
mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, serta keluhan – keluhan
somantik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar –
debar, sesak nafas, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya. (Hawari,
2006:66-67)
Tidak semua orang mengalami kecemasan, hal ini tergantung pada struktur
kepribadiannya. Seseorang akan menderita kecemasan apabila yang bersangkutan tidak
mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Seseorang yang memiliki
kepribadian pencemas akan lebih cenderung lebih mudah mengalami gangguan
kecemasan lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas. Seseorang yang
memiliki kepribadian pencemas memiliki ciri – ciri :
1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang.
2. Memandang masa depan dengan rasa was – was atau khawatir.
3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum.
4. Sering merasa tidak bersalah atau menyalahkan orang lain.
5. Gerakan sering serba salah , tidak tenang, bila duduk gelisah.
6. Sering mengeluh, dan khawatir berlebihan terhadap sesuatu.
7. Mudah tersinggung, marah, suka membesar – besarkan masalah kecil.
8. Sering bimbang dan ragu dalam mengambil keputusan.
10. Sering bertindak histeris ketika emosi. (Hawari, 2006:64-65)
2.1.6 Tabung Gas LPG
LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil
produksi dari kilang minyak atau kilang gas. Komponen utamanya adalah gas
propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina memasarkan
LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. Berdasarkan komposisi
propane dan butane, LPG dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu LPG
propane, yang sebagian besar terdiri dari C3 , LPG butane yang sebagian besar
terdiri dari C4 , Mix LPG, yang merupakan campuran dari propane dan butane.
LPG butane dan LPG mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat umum
untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG propane biasanya dipergunakan di
industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat
dan lainnya.
LPG Pertamina yang dipasarkan dalam kemasan tabung (3 kg, 6 kg, 12 kg, 50
kg) dan curah merupakan LPG mix, dengan komposisi + 30% propane dan 70%
butane. Varian lain adalah LPG odourless (tidak berbau). Zat mercaptan biasanya
ditambahkan kepada LPG untuk memberikan bau yang khas, sehingga kebocoran
gas dapat dideteksi dengan cepat.
Jika dibandingkan dengan minyak tanah, LPG memiliki nilai lebih. LPG jelas
lingkungan. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kompor minyak tanah, kompor
dengan menggunakan gas LPG memiliki panas yang lebih tinggi. Suhu
pembakaran utamanya saat memasakan juga dapat diatur sesuai keinginan
pengguna. Namun begitu, gas LPG juga memiliki beberapa kekurangan yaitu
harga yang sedikit lebih mahal jika dibandingkan bahan bakar memasak lainnya,
selain itu juga peralatan seperti kompor gas pun juga mahal, terkecuali bagi
mereka yang mendapatkan pertalatan dari konversi gas yang dilakukan
pemerintah.
Terdapat sifat umum dari gas LPG, diantaranya adalah :
1. Tekanan gas LPG cukup besar, bila bocor maka akan membentuk gas,
memuai, dan mudah meledak.
2. Berat jenis LPG lebih besar daripada udara sehingga cenderung bergerak
ke bawah.
3. Gas LPG tidak mengandung racun.
4. Berbau sehingga mudah mendeteksi adanya kebocoran.
(Sumber : www.pertamina.com )
2.1.7 Khalayak Media Massa
Khalayak dalam komunikasi massa yang sangat beragam, yaitu jutaan
penonton televisi, pendengar radio, pembaca koran, majalah, tabloid, dan
pengakses internet. Masing – masing masyarakat berbeda satu dan lainnya, namun
masing – masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. (
Menurut Hiebert dan kawan – kawan, audience dalam komunikasi massa
setidaknya – tidaknya memiliki karakter dapat berbagi pengalaman dan
dipengaruhi oleh hubungan social diantara mereka. Audience cenderung tersebar
di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Audience cenderung
heterogen dan berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial sehingga anonim
atau tidak saling kenal. Sementara secara fisik audience terpisah dari
komunikatornya. Komunikan juga memiliki ciri aktif jika mengetahui adanya
pemberitaan yang mereka sukai di media massa, dan juga terkadang selektif
dalam memilih pemberitaan yang sesuai kebutuhannya.
Menurut Melvin de Fleur dan Sandra Bell Rokeach (1988) menjelaskan tiga
teori yang menjelaskan tentang khalayak media massa, yang pertama Individual
Differences Perspective, Social Categories Perspective, serta Social Relation
Perspective.
Berdasarkan teori Individual Differences Perspective menggambarkan
perilaku khalayak tentang pengaruh individu terhadap media massa. Dijelaskan
bahwa pengaruh media massa pada masing – masing individu berbeda dan
tergantung pada kondisi psikologis individu nya terhadap masa lalunya. Individu
bertindak berbeda dalam menanggapi dan merespon pesan yang disampaikan di
media massa sehingga respon pesan pun berbeda.
Social Categories Perspective menjelaskan adanya suatu perkumpulan sosial
yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan,
pendapatan, kesempatan, dan lain sebagainya. Adanya perkumpulan sosial
nilai, dan sikap. Sehingga mereka akan cenderung bereaksi sama pada pesan
khusus di media massa yang mereka terima.
Sementara itu, Social Relation Perspective menjelaskan bahwa dampak dari
pesan di media massa diubah dengan sangat hebat oleh individu yang memiliki
kekuatan hubungan sosial dengan anggota khalayak. Hal ini mengakibatkan,
individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota khalayak yang
didapatkannya dari media massa. Artinya antar individu tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.
2.1.8 Ibu – Ibu Rumah Tangga
Dalam penelitian ini, pengertian rumah tangga yaitu sekelompok orang yang
tinggal dibawah satu atap atau satu bangunan yang mempunyai dapur dan
anggaran rumah tangga yang sama dapat terdiri dari anggota-anggota tambahan
atau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan dan
dipimpin oleh satu kepala keluarga.
Seseorang wanita dikatakan sebagai ibu rumah tangga jika sudah dalam status
menikah tanpa memandang profesi karena dalam kenyataannya ibu rumah tangga
tidak selalu hanya menjalankan fungsinya di rumah sebagai seorang istri dan ibu,
melainkan beberapa dari mereka juga menjalankan fungsi nya sebagai pencari
nafkah atau bekerja di luar rumah.
Melihat beberapa ciri yang disebutkan sebagai kategori khalayak media
massa, maka ibu rumah tangga juga bisa dikatakan sebagai komunikan dari media
pemberitaan di media massa yang sesuai kebutuhannya. Sehingga mereka menjadi
lebih aktif dalam mencari – cari pemberitaan yang mereka sukai di media massa.
Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, maka akan
hubungan yang kuat antara keaktifan ibu – ibu melihat pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa karena mereka menyadari bahwa tabung gas LPG
sendiri adalah kebutuhan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Memperhatikan hal tersebut, maka dalam penelitian ini difokuskan pada
masyarakat Surabaya yaitu ibu – ibu rumah tangga.
2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial
Teori S-R adalah teori komunikasi yang paling dasar. Teori ini dipengaruhi
oleh disiplin psikologi, khususnya tentang aliran behavioristik. Teori tersebut
menggambarkan hubungan stimulus respon. Teori ini menunjukkan komunikasi
sebagai proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana.
Teori S-R mengasumsikan bahwa kata – kata verbal (lisan, tulisan), isyarat –
isyarat non verbal, gambar – gambar dan tindakan tertentu akan merangsang
orang lain untuk memberikan respon tertentu.
Teori S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang
berkenaan dengan faktor manusia. Secara imlisit, terdapat sebuah asumsi bahwa
dalma teori S-R ini perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya
kekuatannya dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau
kemamuan bebasnya.
Unsur – unsur yang terdapat dalam teori ini adalah :
a. Stimulus
b. Respons
Jadi perubahan sikap tergantung pada stimulus yang diterima seperti yang
[image:42.612.196.479.378.414.2]ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1
Teori S-R
Secara lebih rinci dalam teori ini dijelaskan bahwa stimulus dalam situasi
tertentu berupa objek dalam lingkungan, suatu pola pengindraan, atau suatu
pengalaman, dan kombinasi ketiga nya. Sifat khas stimulus adalah agak kompleks
yang dapat berupa sebuah sirkulasi antara yang satu dan yang lain dan yang pasti
akan mempengaruhi kita tentang fenomena yang akan dijelaskan. Sedangkan
respons merupakan respon tertentu terhadap stimulus tertentu (Fisher, 1980 : 196)
Dari uraian tersebut berkenaan dengan permasalahan yang diangkat oleh
peneliti bahwa stimulus dalam penelitian ini adalah terpaan pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa. Respons adalah berupa tingkat
kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Berdasarkan teori ini dapat
diasumsikan bahwa pemberitaan meledaknya tabung gas LPG sebagaimana yang
dikemas oleh media massa sedemikian rupa dapat menimbulkan kecemasan pada
ibu – ibu rumah tangga yang merupakan audience media massa sekaligus
pengguna tabung gas LPG.
Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dikemukakan oleh Bandura.
Dimana menurut teori ini belajar terjadi karena peniruan (imitation). Kemampuan
meniru respon orang lain misalnya meniru bunyi yang sering didengar adalah
penyebab utama belajar (Rakhmat, 2004 : 62)
Berdasarkan teori ini dapat diketahui bahwa pada saat melihat, menonton,
maupun mendengarkan pemberitaan tentang meledaknya tabung gas LPG
berulang – ulang, maka masyarakat akan mengalami proses belajar. Dalam proses
belajar tersebut masyarakat mempelajari tentang berbagai pengetahuan tentang
meledaknya tabung gas LPG seperti pengertian, penyebab, cara pencegahan dan
lain sebagainya. Karena memiliki motivisi dan kepentingan yang sesuai dengan
kebutuhan, maka berbagai pemberitaan tersebut akan mendorong masyakat untuk
melakukan tindakan – tindakan sebagai upaya pencegahan ledakan tabung gas
LPG.
2.1.10 Kerangka Pikir
Peristiwa meledaknya tabung gas LPG di beberapa wilayah di Indonesia
seperti radio dan televisi, media cetak seperti surat kabar (koran), tabloid, majalah,
hingga internet. Media massa memberitakannya secara serempak dengan berbagai
gaya pemberitaan yang beragam. Satu peristiwa tidak hanya diberitakan pada satu
media massa saja, melainkan media – media lainnya turut memberitakan peristiwa
serupa.
Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa kemudian yang
diperhatikan, dimengerti, dan diterima oleh masyarakat terutama ibu – ibu rumah
tangga memberikan gambaran betapa menakutkannya jika tabung gas LPG yang
menjadi kebutuhan primer mereka meledak sewaktu – waktu. Dari sejumlah
peristiwa yang diberitakan di media massa sama – sama memberikan gambaran
yang menakutkan terutama tentang akibat meledaknya tabung gas LPG yang
menimpa para korbannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan
pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat
kecemasan ibu – ibu rumah tangga di media massa. Dalam penelitian ini terpaan
pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dinyatakan sebagai
variabel X, sedangkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga adalah variabel
Y. Bagaimana keterkaitan hubungan antara kedua variabel tersebut nantinya akan
diukur dengan melihat total skor yang dikumpulkan melalui data hasil penyebaran
kuisioner kepada responden. Jika skor tinggi menunjukkan tingkat kecemasan ibu
– ibu rumah tangga dikategorikan kuat setelah mengetahui pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah
kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan sedang setelah mengetahui
pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Maksudnya yaitu ibu –
ibu merasa cemas setelah mengetahui terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas
LPG di media massa, namun tingkat kecemasan itu tidak terlalu kuat dan tidak
terlalu lemah juga. Jika skor rendah menunjukkan tingkat kecemasan ibu – ibu
rumah tangga dikategorikan lemah setelah mengetahui pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah tangga tidak
merasa cemas setelah melihat terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di
media massa.
Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan
X
[image:46.612.127.531.137.620.2]Y Y
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Terpaan Pemberitaan
Meledaknya Tabung Gas LPG di media massa
Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya :
1. Merasa khawatir yang berlebihan terhadap pemberitaan.
2. Merasa sangat takut takut hingga gemetar menyalakan kompor gas LPG.
3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman atau ledakan keras.
4. Menjadi ragu-ragu membeli tabung gas LPG dan aksesorisnya.
5. Merasa kecewa yang sangat mendalam dengan kualitas tabung gas LPG yang kurang baik.
6. Merasa sangat tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah.
7. Merasa sangat takut dan tangan berkeringat mengetahui peristiwa kebakaran.
8. Memeriksa tabung gas LPG setiap waktu. 9. Bingung bertindak menghandapi ancaman. 10. Merasa tidak aman sekalipun LPG sudah
sesuai SNI.
11. Mengantisipasi yang berlebihan dengan tidak menggunakan jika LPG cacat walaupun tidak membahayakan.
2.1.11 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis atau
dugaan sementara dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut :
Terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mengetahui perbedaan persepsi dari berbagai pihak mengenai definisi
operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka peneliti akan
menjelaskan variabel dalam penelitian ini :
Variabel bebas : Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media
massa.
Variabel terikat : Tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya
3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa
(Variabel X)
Pemberitaan yang dimaksud adalah berita tentang adanya peristiwa
meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan melalui media massa, baik
cetak, elektronik, maupun internet yang ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu –
ibu rumah tangga.
Definisi operasionalnya adalah frekuensi menonton pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa dan jumlah waktu yang digunakan oleh ibu – ibu
rumah tangga untuk membaca, mendengar, dan menonton terpaan pemberitaan.
Semakin sering pemberitaan dipublikasikan di media massa maka akan
Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dapat
diwujudkan dalam indikator :
1. Frekuensi, yaitu seberapa sering responden mengetahui pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton,
mendengar, serta membaca di media massa dalam satu bulan terakhir.
2. Durasi, seberapa lama responden responden mengetahui pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton,
mendengar, serta membaca di media massa.
3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga (Variabel Y)
Tingkat kecemasan dioperasionalkan sebagai penggambaran dari sejauh mana
kecemasan ibu – ibu rumah tangga terhadap tabung gas LPG pasca pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa. Tingkat kecemasan disini di
maksudkan sebagai bentuk ketakutan ibu – ibu rumah tangga yang berkembang
menjadi rasa cemas terhadap ancaman meledaknya tabung gas LPG yang marak
terjadi. Kecemasan ini muncul seiring dengan adanya pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG yang marak diberitakan di media massa dan menjadi sajian
informasi yang diterima ibu – ibu rumah tangga. Kecemasan cenderung bentuk
luapan emosional negatif ibu – ibu rumah tangga yang disebabkan adanya terpaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa.
Perlu diingat bahwa kecemasan tidak selalu terjadi pada setiap orang, itu
berarti kecemasan tidak mutlak di rasakan oleh ibu – ibu rumah tangga dengan
kecemasan tiap – tipa orang pun tidak sama, sehingga tingkat kecemasan ibu – ibu
rumah tangga pun bisa beragam, ada yang tergolong tinggi, sedang, hingga
rendah. Adapun indikator dari tingkat kecemasan ini diantaranya adalah :
1. Merasa khawatir yang berlebihan mengetahui pemberitaan meledaknya tabung
gas LPG di media massa karena sama – sama pengguna tabung gas LPG dan
berpotensi mengalami peristiwa serupa.
2. Merasa sangat takut menyalakan kompor gas LPG sehingga merasakan gejala
tubuh gemetar akibat maraknya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG
di media massa .
3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman keras atau ledakan keras
karena teringat peristiwa ledakan tabung gas LPG di media massa juga
menimbulkan dentuman atau ledakan keras.
4. Menjadi ragu – ragu membeli tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya
walaupun lebih mudah di temukan daripada minyak tanah karena tidak yakin
dengan kualitas tabung gas LPG yang dibeli.
5. Merasa sangat kecewa dan tidak puas dengan kualitas tabung gas LPG yang
kurang baik dan menjadi cemas menggunakan LPG karena kualitasnya yang
kurang baik sebagaimana yang marak diberitakan di media massa bahwa tabung
gas LPG rawan meledak.
6. Merasa tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah karena
berpotensi melukai orang – orang terdekat dan merusak rumah jika terjadi
ledakan.
7. Merassa sangat takut sehingga tangan berkeringat ketika mengetahui peristiwa
kebakaran karena teringat pemberitaan di media massa jika peristiwa kebakaran
8. Memeriksa tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya setiap waktu untuk
memastikan kondisinya baik – baik saja karena merasa cemas jika meninggalkan
rumah LPG bisa meledak kapan saja.
9. Merasa bingung bertindak menghadapi ancaman ledakan ketika tabung gas yang
digunakan mengalami kebocoran.
10. Merasa tetap tidak aman sekalipun LPG sudah sesuai SNI karena merasa masih
berpotensi meledak.
11. Mengantisipasi yang berlebihan dengan memilih untuk tidak memakai gas LPG,
kompor, dan aksesorisnya jika ada yang cacat sekalipun tidak yakin
membahayakan.
Indikator – indikator tersebut nantinya akan dijabarkan dalam pertanyaan –
pernyataan yang lebih operasional. Pernyataan yang operasional inilah yang akan
menjadi skala pengukur (Singarimbun, 1989 :134).
Cara pengukurannya yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan –
pertanyaan mengenai objek penelitian. Dalam penelitian untuk mengetahu tingkat
kecemasan ibu – ibu rumah tangga ini, responden diminta untuk menjawab
sejumlah pertanyaan yang didasarkan oleh indikator yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Pilihan jawaban yang disediakan pada tiap pertanyaan terbagai
dalam empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak
Setuju (STS), Tidak Setuju (ST).
3.1.3 Pengukuran Variabel
Skala yang sering dipakai dalam polling adalah skala penilaian (rating scale)
sering disebut skala likert. Prosedurnya relatif mudah untuk dijalankan. Satu
bagian pernyataan diseleksi yang menggambarkan dukungan atau penentangan
akan suatu objek. Setelah setiap pernyataan siap, baru dibuat skala persetujuan.
Responden ditanyakan sikapnya dalam skala singkat setuju atau
ketidaksetujuannya dalam setiap pernyataan. Skala persetujuan ini boleh jadi
mempunyai dua pilihan (setuju-tidak setuju) atau boleh jadi mempunyai lebih
banyak pilihan tergantung pada tujuan dari pertanyaan. Yang seringkali dipakai
adalah lima kategori (sangat setuju-setuju-tidak menjawab-tidak setuju-sangat
tidak setuju) (Erriyanto, 1999:216-217)
Dalam beberapa riset, skala likert dapat digunakan dengan meniadakan
pilihan jawaban ragu – ragu. Alasannya karena kategori ragu – ragu memiliki
makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan
ragu – ragu. Disediakannya jawaban ditengah – tengah terutama bagi responden
yang ragu – ragu akan memilih jawaban yang mana. Selain itu responden memilih
jawaban untuk memilih amannya. Yang terakhir, disediakannya jawaban di tengah
– tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data
yang diperlukan banyak yang hilang. (Kriyantono, 2007:134)
Untuk mengetahui tingkat kesemasan ibu – ibu rumah tangga dilakukan
pemberian skor pada pilihan jawaban pertanyaan :
Sangat setuju (SS) = skor 4
Setuju (S) = skor 3
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1
Untuk pilihan jawaban sangat setuju menunjukkan bahwa responden sangat
setuju dengan pernyataan yang dijelaskan dalam item pertanyaan, kemudian
untuk pilihan jawaban setuju menunjukkan bahwa responden setuju dengan
pernyataan yang disebutkan dalam item pertanyaan, untuk pilihan jawaban tidak
setuju menunjukkan bahwa responden tidak menyetujui pernyataan pada item
pertanyaan, selanjutnya pilihan jawaban sangat tidak setuju menunjukkan
bahwa responden sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang disebutkan
dalam item pertanyaan.
Pilihan jawaban hanya digolongkan menjadi 4 kategori jawaban
dengan meniadakan jawaban ”ragu – ragu” (undecided). Hal ini
didasarkan menurut pendapat Hadi (1986:20) sebagai berikut :
1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa
memberikan jawaban, netral dan ragu – ragu. Kategori ini
merupakan jawaban yang memiliki arti ganda instrument.
2. Tersedianya jawaban di tengah yang menimbulkan multi
interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan
menjawab ke tengah ( central tendency), terutama bagi mereka
yang ragu – ragu akan kecenderungan jawabannya.
3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya
data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang
Setiap pilihan jawaban dikategorikan kedalam tiga interval, yaitu tinggi,
sedang, rendah. Penentuan interval dilakukan dengan rumus :
R(range)=skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah
Jenjang yang diinginkan
Keterangan :
a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
tertinggi (sangat setuju, skor 4) dikalikan dengan jumlah keseluruhan
item yang terdapat dalam kuisioner.
b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
dengan nilai terendah (Sangat tidak setuju, skor 1) dikalikan dengan
jumlah keseluruhan item dalam kuisioner.
c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk
interval Tinggi, Sedang, dan Rendah.
Jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 11
item. Sehingga penghitungannya :
Skor Terendah = 11 x 1 =11
Skor Tertinggi = 11 x 4 = 44
Range = 44-11 = 11
Berdasarkan rumus diatas maka tingkat kecemasan responden dikategorikan
sebagai berikut :
Rendah 11- 21
Sedang 22 – 32
Tinggi 33 – 44
Maka dari perhitungan lebar interval tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 11 - 21
maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung rendah. Yaitu
ibu – ibu rumah tangga tidak cemas karena akibat pemberitaan
meledaknya tabung gas LPG di media massa.
2. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 22 - 32
maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung sedang. Yaitu
ibu – ibu rumah tangga merasa cemas tapi tidak terlalu kuat dan tidak
lemah juga.
3. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 33 - 44
maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung tinggi. Yaitu
ibu – ibu rumah tangga menjadi sangat cemas akibat pemberitaan
Sementara itu untuk mengukur variabel terpaan pemberitaan meledaknya
tabung gas LPG di media massa yaitu frekuensi dan durasi dapat dilakukan
melalui :
1. Indikator Frekuensi :
R = Frekuensi terpaan tinggi dikurangi terpaan terendah
K = Interval atau kategori yang diinginkan
Indikator Frekuensi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang
dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.
2.Indikator Durasi
R = Durasi terpaan tinggi dikurangi durasi terpaan terendah
K = Interval atau kategori yang diinginkan
Indikator Durasi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang dilihat
dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.
Untuk mengetahui frekuensi dan durasi repsonden tertinggi maupun terendah
dapat dilihat melalu jawaban responden yang berupa pertanyaan terbuka.
Kemudian setelah mendapatkan hasil dari frekuensi dan durasi dengan
menggunakan rumus diatas, maka untuk mengetahui tinggi rendahnya pada I = Jarak Pengukuran (R)
Jarak Interval
I = Jarak Pengukuran (R)
variabel terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media sigunakan
rumus :
R(range)=skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah
Jenjang yang diinginkan
Keterangan :
a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
tertinggi dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam
kuisioner.
b. Skor terendah diperoleh melalui haisl perkalian dari pemberian skor
dengan nilai terendah dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam
kuisioner.
c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk
Tinggi, Sedang, dan Rendah.
2.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 2.3.1 Populasi
Dari judul yang diambil oleh peneliti, responden dari penelitian ini yaitu ibu –
ibu rumah tangga. Selanjutnya lokasi penelitian yaitu di Surabaya, maka populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah ibu – ibu rumah tangga di
Surabaya, yaitu 515.385 jiwa Sumber : Situs Resmi Dinas Kependudukan dan
2.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu jumlah ibu
rumah tangga di Surabaya. Teknik penarikan sampel dilakukan adalah teknik
simple random sampling. Teknik random sampling adalah salah satu jenis
sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam teknik pengambilan anggota sampel
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan karakteristik tertentu.
Anggota populasi dianggap relatif homogen atau sama. Ibu – ibu rumah tangga
disini dianggap homogen, yaitu sama – sama menggunakan tabung gas LPG tanpa
melihat pekerjaan, status ekonomi, agama, dan karakteristik lainnya karena rata –
rata pengguna tabung gas LPG adalah ibu – ibu rumah tangga . Homogenitas dari
ibu – ibu rumah tangga itu lah salah satunya menjadi acuan peneliti memilih
teknik ini.
Jumlah populasi yaitu ibu rumah tangga di Surabaya yaitu 515.385 jiwa.
Penarikan sampel dari jumlah ibu rumah tangga di Surabaya akan ditentukan
dengan rumus Yamane :
n= N
Nd2+1
Keterangan :
N= Jumlah populasi
d=Presisi 10% derajat ketelitian (0,1)
n= 515.385
515.385 . (0,1)2+1
= 515.385
5154,85
= 99,9 dibulatkan menjadi 100
Didapatkan 100 responden, ini berarti 100 sampel yang digunakan dari
keseluruhan jumlah populasi ibu – ibu rumah tangga di Surabaya yaitu sebanyak
100 orang. Ibu – ibu rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah di Surabaya
berpotensi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan bisa dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara
terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada
kuisioner. Selain itu dalam menyebarkan kuisioner yang diajukan jika
terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden maka peneliti
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui bahan – bahan pustaka yang terkait
dengan masalah – masalah yang akan diteliti. Bahan – bahan pustaka
didapat dari buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya. Data
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi – instansi terkait.
2.5 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
statistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Untuk menguji hubungan antara kedua nya maka digunakan koofesien
korelasi Rank Spearman, karena data dalam penelitian ini berbentuk data ordinal
yaitu berjenjang atau bertingkat antara antara satu data dengan yang lainnya tidak
sama. Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :
ρ = koofesien korelasi Rank Spearman
n = jumlah sampel
∑di = jumlah total hitungan Rank X dan Rank Y
(Supangat,Andi,2007:362)
ρ= 1 – 6 ∑d
i
2Untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y ke dalam rumus
Rank Spearman maka diperlukan tabel penolong sebagai berikut :
[image:61.612.128.514.211.318.2]Tabel 3.1
Table Penolong Koofesien Korelasi Rank Spearman
Responden X Y Rank X Rank Y di di2
1 2 3 4
Dst
Jumlah ∑d
i
2Ada ataupun tidak adanya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks.
Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0, 0000 dapat diartikan bahwa
kedua variabel yang dikorelasikan terdapatnya korelasi.
Intepretasi kuat atau lemahnya korelasi dapat juga diketahui dari besar
kecilnya angka dalam indeks korelasi. Semakin besar angka dalam indeks
korelasi, semakin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.
Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0 – 0,55 Hubungan Tidak Kuat
0,56 – 0,65 Hubungan Cukup Kuat
0,66 – 0,75 Hubungan Kuat
0,76 – 0,99 Hubungan Sangat Kuat
1 Hubungan Sangat Sempurna
[image:61.612.127.513.530.615.2]BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Media massa di Indonesia tergolong menjadi media elektronik yaitu
televisi dan radio, media cetak yaitu surat kabar, tabloid, majalah, dan lain
sebagainya, media online atau internet.
4.1.1 Media Elektronik
Media elektronik terdiri dari televisi dan radio. Stasiun televisi swasta di
Indonesia yang menjadi acuan bagi peneliti yaitu Global TV, Metro TV, TPI,
RCTI, TV One, Trans TV, SCTV, TPI, Trans 7, serta stasiun televisi milik negara
TVRI. Stasiun televisi tersebut memberitakan tentang meledaknya tabung gas
LPG di sejumlah wilayah di Indonesia dan pastinya disiarkan secara nasional
sehingga dijangkau oleh masyarakat Surabaya.
Global TV Global TV adalah adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. Berawal
dari sebuah stasiun televisi swasta lokal di Jakarta, Global TV belakangan
meluaskan siaran ke 5 kota besar lainnya. Global TV diluncurkan sejak tanggal 8
Oktober 2002 di Jakarta dan diresmikan sejak tanggal 1 Januari 2005 di Jakarta dan dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI dan TPI. Stasiun ini pada awalnya didirikan untuk
pada perkembangannya juga menyiarkan acara-acara non-MTV dengan
pembagian 8 jam untuk Global TV, 8 jam untuk MTV dan 8 jam untuk
Nickelodeon yang juga pernah ditayangkan di antv. Pada awalnya pula, kartun jenis Nickelodeon adalah kartun yang banyak di Global TV, namun sekarang juga
menyiarkan kartun non-Nickelodeon, termasuk anime. Beberapa acara yang
disiarkan. Beberapa acara berita yang ditayangkan di stasiun televisi ini adalah
Global Pagi, Global Siang, Berita Global, Global Malam,