• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

Terhadap Dengan Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

SKRIPSI

OLEH :

APIEK DWI PANCANINGSIH

0743010111

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya) Oleh :

APIEK DWI PANCANINGSIH 0743010111

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 11 November 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Drs.

Kusnarto,

Msi

Ir.

Didiek

Tranggono,

M.si

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

NIP/NPT.1958122519900100

2.

Dr. Catur Suratnoaji, M.si

NIP/NPT. 368049400281

3.

Drs. Kusnarto, Msi

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

Mengetahui,

(3)

RUMAH TANGGA DI SURABAYA

(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

Disusun Oleh :

Apiek Dwi Pancaningsih

0743010111

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui ,

PEMBIMBING

Drs. Kusnarto, Msi

NIP. 19580801 198402 1001

Mengetahui,

DEKAN

 

 

 

(4)

KECEMASAN IBU – IBU RUMAH TANGGA

DI SURABAYA

(Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan

Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

Tangga di Surabaya)

Nama Mahasiswa

: Apiek Dwi Pancaningsih

NPM

:

0743010111

Program

Studi

:

Ilmu

Komunikasi

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Drs.

Kusnarto,

Msi

Ir.

Didiek

Tranggono,

M.si

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

NIP/NPT.1958122519900100

2.

Dr. Catur Suratnoaji, M.si

NIP/NPT. 368049400281

3.

Drs. Kusnarto, Msi

NIP/NPT. 19580801 198402 1001

Mengetahui,

(5)
(6)
(7)

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG

di Media Massa Dengan Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya” (Studi

Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Dengan

Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Drs. Kusnarto, Msi

selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak memberikan kritik, saran, dan masukan

hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof.Ir. Teguh Sudarto,MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2.

Ibu Dra. Hj. Suparwati,M.Si. Dekan FISIP – UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4.

Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5.

Bapak Drs. Kusnarto, Msi selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

dukungan, saran, dan kritik untuk penulis. Ibu Yuli Candrasari,S.sos,Msi dan Ibu Dra.

Sumardjijati, Msi selaku dosen penguji proposal skripsi, Bapak Ir. Didiek Tranggono,

Msi dan Bapak Catur selaku dosen penguji skripsi atas saran dan kritik nya.

(8)

Timur dan Klaten, Jawa Tengah, Terima kasih untuk doa yang tiada hentinya untuk

penulis.

8.

My new family in Surabaya. Special Thanks buat Evan Rheza Aditya “Terima kasih

untuk dukungan, waktu, kepercayaan, pengorbanan, kesetiaan, kesabaran yang semoga

selamanya tidak akan berujung, dan semua hal yang membuat kita tetap survive sampai

detik ini. Tetep berjuang dan semangat untuk kita”. Riski Saputri sahabat

se-perjuanganku se-perantauan, Dwi Aprilia, Desi Kurniawati “sukses untuk kita semua”

9.

Teman – teman Jurusan Ilmu Komunikasi Dyaksa, Akbar, Irfan, Siti, Orchid, Dwi,

Santy, Ratih, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih

terutama untuk membantu penulis menyebarkan kuisioner.

10. Teman – teman di kost Pondok Nirwana Baruk Utara 8 No. 2, Mbak Yah, Mbak Fian,

Mbak Fani, Aya, Ayu, Rima.

11. Dan teman – teman tersayang di Balikpapan, Anggita, Ayu, Ajeng, Anindhita, Anis,

Paska, Wily, Puput, Oki, Galih, dan semuanya yang juga tidak bisa disebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis berharap

kritik dan saran yang membangun agar Skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman Jurusan Ilmu Komunikasi, dan

khususnya bagi teman – teman yang melakukan penelitian pada bidang kajian yang sama seperti

(9)

Penulis

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………... ii

KATA PENGANTAR ………iv

DAFTAR ISI ………...ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

DAFTAR TABEL ……….xii

ABSTRAKSI ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah …. ………. 8

1.3 Tujuan Penelitian……….. ………. 8

1.4 Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ……… ………... 9

2.1.1 Komunikasi Massa ……….. 9

(11)

2.1.5 Kecemasan ………...18

2.1.6 Tabung gas LPG ………. 20

2.1.7 Khalayak Media Massa ………... 22

2.1.8 Ibu Rumah Tangga Sebagai Komunikan Media Massa ……….. 23

2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial….………. 25

2.1.10 Kerangka Pikir ………28

2.1.11 Hipotesis Penelitian……….29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Defisini Operasional dan Pengukuran Variabel………... 30

3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di media massa…... 30

3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga ………..…….………33

3.1.3 Pengukuran Variabel ………..………39

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ………..39

(12)

3.5 Metode Analisis Data ………... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ..……… 44

4.1.1 Media Elektronik ……… 55

4.1.2 Media Cetak ……… 56

4.1.3 Media Internet atau online ………. ……… 57

4.2 Kota Surabaya ……….. 58

4.3 Penyajian Data ……… 58

4.3.1 Identitas Responden ……….. 58

4.3.1.1 Usia Responden ……….59

4.4.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ………..………….. 61

4.3.2 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa..61

4.3.2.1 Frekuensi Menonton, Membaca, Melihat, dan Mendengar

Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa .. 62

4.3.2.2 Durasi Menonton, Membaca, Melihat, dan Mendengar

Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa ...69

(13)

4.3.3.2 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Sangat

Takut dan Tubuh Gemetar Ketika Mulai Menyalakan Kompor

(14)

Terkejut Ketika Mendengar Suara Dentuman atau Ledakan

Keras Walaupun Tidak Pasti Karena Ledakan Gas LPG ………. 78

4.3.3.4 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Ragu

– Ragu Ketika Membeli Tabung Gas LPG Karena Tidak Yakin

Dengan Kualitasnya ………. 80

4.3.3.5 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Sangat

Kecewa dan Sangat Tidak Puas Dengan Kualitas Tabung Gas …. 82

4.3.3.6 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Tidak

Nyaman Meletakkan Tabung Gas LPG di Dalam Rumah

Karena Jika Meledak Akan Melukai Orang – Orang Terdekat

dan Merusak Rumah. ……….. 85

4.3.3.7 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Merasa Takut

Yang Berlebihan dan Tangan Berkeringat Ketika Mengetahui

Adanya Peristiwa Kebakaran di Sekitar Mereka Karena Teringat

Peristiwa Meledaknya Tabung Gas LPG……….87

4.3.3.8 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Selalu

Memeriksa Keadaan Gas LPG, Kompor, dan Aksesorisnya

(15)

Gas LPG Yang Digunakan Mengalami Kebebocoran……….91

4.3.4.0 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Tetap Merasa

Tidak Aman Menggunakan Tabung Gas LPG Walapun

Dipastikan Sudah Berstandar Nasional ……….……...93

4.3.4.1 Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga Dengan Mengantisipasi

Yang Berlebihan Untuk Tidak Menggunakan Lagi Gas LPG,

Kompor, dan Aksesorisnya Ketika Melihat Ada Kerusakan atau

Cacat Sekalipun Tidak Yakin Membahayakan ………...99

4.5

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……… 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 104

5.2 Saran ………. .105

(16)

1.

Quisi

oner ……….………...… 51

2.

Post

Metro Balikpapan Online edisi30 Maret 2009………. 56

3.

Medi

a Indonesia Online edisi 1 November 2009 ……… 58

4.

Post

Metro Balikpapan edisi 2 Juli 2010……….………. 60

5.

Metr

o News edisi 2 Juli 2010 …………..……… 63

6.

Post

Metro Balikpapan 3 Juli 2010………... 64

7.

Post

Metro Balikpapan Online edisi 3 Juli 2010 ………. 66

8.

Post

Metro Online edisi 9 Juli 2010 ………. 67

9.

Medi

(17)

11.

Post

Metro Balikpapan edisi 23 Juli 2010 ……….. 70

(18)

Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

Penelitian ini didasarkan pada semakin maraknya pemberitaan meledaknya tabung gas LPG

di media massa seperti media elektronik (televisi dan radio), media cetak (koran, majalah,

tabloid), serta media online. Adanya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media

massa memberikan efek pada para audience nya, terutama kepada ibu – ibu rumah tangga yang

merupakan audience media massa sekaligus pengguna tabung gas LPG. Efek tersebut dapat

berupa kecemasan yang muncul akibat adanya pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini

pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa merupakan variabel X dan tingkat

kecemasan ibu – ibu rumah tangga merupakan variabel Y.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-R atau Stimulus-Respons.

Berdasarkan asumsi teori ini bahwa stimulus pasti akan memberikan pengaruh. Sesuai dengan

teori tersebut bahwa terpaan pemberitaan akan memberikan pengaruh berupa kecemasan pada

ibu – ibu rumah tangga yang menonton, mendengarkan, dan membaca pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG di media massa.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner. Pertanyaan dalam kuisioner

dikembangkan dari indikator – indikator variabel X dan Y. Untuk variabel X diberikan bentuk

pertanyaan terbuka, serta untuk variabel Y diberikan pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak Setuju (STS), serta Tidak Setuju (TS).

Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu – ibu rumah tangga yang berada di Surabaya.

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu semua ibu – ibu rumah

tangga yang berada di Surabaya berhak menjadi responden tanpa ada karakteristik tertentu.

Untuk menentukan jumlah responden maka digunakan rumus Yamane. Karena data berbentuk

ordinal maka ntuk menguji hubungan antara kedua variabel digunakan koofesien korelasi Rank

Spearman kemudian untuk memperjelas pembuktian hipotesis digunakan uji Ttest.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga

di Surabaya. Sehingga kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa pemberitaan di

media massa yang bermuatan berita negatif memberikan efek yang negatif pula kepada para

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman yang terus berkembang selalu diiringi dengan perkembangan informasi dan kebutuhan manusia. Sejalan dengan hal itu, masyarakat yang selalu membutuhkan informasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada guna mendapatkan informasi – informasi yang dibutuhkan. Penyampaian informasi tidak lepas dari adanya proses komunikasi yang juga membutuhkan sarana atau media sehingga informasi mampu tersampaikan dengan baik. Agar informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat diterima dengan baik, maka diperlukan pemilihan sarana atau media yang tepat pula.

Proses komunikasi dalam penyampaian informasi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bisa terjadi secara tatap muka (face to

face) atau secara tidak langsung bisa melalui media massa. Komunikasi melalui

media massa adalah komunikasi massa. Media massa yaitu alat – alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada

audience yang luas dan heterogen. Komunikasi massa bisa mengatasi hambatan

(20)

Alexis S. Tan menyebutkan terdapat empat fungsi dari media massa, yang pertama adalah memberi informasi, tujuan dari fungsi ini yaitu agar komunikan dapat mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, serta meraih keputusan. Yang kedua adalah mendidik, tujuan dari fungsi ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi komunikan untuk memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, dan tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Yang ketiga adalah fungsi mempersuasi, tujuan dari fungsi ini adalah memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Dan yang terakhir adalah fungsi menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikan.

Dalam menjalankan fungsinya untuk memberi informasi, komponen utama yang paling penting dalam menunjang fungsi ini adalah berita – berita yang disajikan di media massa. Berita adalah infomasi aktual tentang fakta – fakta dan opini yang menarik perhatian orang. Suatu berita yang akan dipublikasikan di media massa umumnya harus memenuhi salah satu unsur berita, diantaranya adalah aktualitas, kedekatan (proximity), keterkenalan (prominence), dampak (consequence), human interest yang mengandung unsur ketegangan,

ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, binatang, serta humor.

(21)

sumber informasi bagi komunikannya. Dalam istilah jurnalistik, fakta – fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, +

How).

Pemberitaan tentang meledaknya gas LPG yang marak dibicarakan belakangan ini adalah salah satu bentuk pemberitaan di media massa. Berbagai media massa seperti media elektronik yaitu radio dan televisi dan media cetak seperti koran dan majalah, serta internet memberitakan berbagai peristiwa meledaknya gas LPG di berbagai daerah di Indonesia pada bulan Juli 2010.

Seperti pemberitaan di media elektronik yaitu pada stasiun televisi swasta Metro TV. Dalam pemberitaannya di program acara Headline di Makassar, Yogyakarta, Tangerang, Jember, serta Cilacap. ( Sumber : www.metronews.com ). Selanjutnya untuk stasiun televisi swasta lainnya yaitu TV One mencatat beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Jakarta Barat dan di Pasuruan(Sumber: www.tvone.co.id). SCTV melalui program berita Liputan 6 juga memberitakan beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Bandun, Denpasar dan di Pontianak.(Sumber : www.berita.liputan6.com). RCTI melalui program berita Seputar Indonesia juga memberitakan meledaknya tabung gas LPG di Magelang. (Sumber : www.seputarindonesia.com)

(22)

gas lpg di Surabaya juga di beritakan oleh radio Suara Surabaya. (Sumber : www.rribandung.com dan www.jaringradio.suarasurabaya.net )

Untuk media cetak pun memberitakan beberapa peristiwa meledaknya tabung gas LPG di Samarinda pada edisi 16 Juli 2010. Tabloid Nova 5 Juli – 11 Juli 2010. Salah satunya pada artikel yang diberi judul “Tragedi Elpiji Terus Terjadi, Bayi Pun Belum Sempat Diberi Nama”. Pada artikel ini menceritakan sebuah peristiwa meledaknya tabung gas LPG 12 kg meledak di Tangerang. Kemudian masih di edisi yang sama juga diberitakan peristiwa ledakan tabung gas LPG di Medan.

Sementara untuk media online yaitu internet juga memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG di situs berita www.surabaya.detik.com. Situs ini memberitakan peristiwa meledaknya tabung gas LPG 3 kg di Malang.

Dari data Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) kasus ledakan tabung gas LPG paling sering terjadi di DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan Jakarta merupakan tempat yang pertama melakukan konversi gas LPG menerima konversi gas LPG.

(Sumber : www.alatpenghematbbm.com/search/lpg%2Bmeledak )

(23)

2008, 17 kasus terjadi pada 2009, serta mencapai 28 kasus terjadi hingga pertengahan 2010 ini.

(Sumber:www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/07/15/brk,20100715-26387,id.html

danhttp://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=149899 )

Sehingga kasus terbesar terjadi pada pertengahan 2010 yang mencapai angka 28 kasus yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Selanjutnya daerah dengan jumlah ledakan terbanyak berada di DKI Jakarta sebagai kota pertama penerima konversi minyak tanah ke gas LPG, selanjutnya disusul dengan Makassar dan Surabaya.

Dari keseluruhan jumlah peristiwa meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah di Indonesia, berdasarkan data dari PUSKEPI (Pusat Studi Kebijakan Publik) LPG yang lebih sering meledak adalah yang berukuran 3 kg, data yang disebutkan PUSKEPI menyebutkan angka lebih dari 38 kasus. LPG 3 kg yang meledak yaitu LPG dari program konversi minyak tanah ke gas LPG pemerintah. Sementara untuk yang berukuran 12 kg dan 50 kg hanya berkisar 18 dan 1 kasus saja.

(24)

luka bakar ringan, luka permanen, hingga meninggal dunia. Disebutkan pula bahwa wanita korban ledakan tabung gas LPG yaitu rata - rata dengan ekonomi menengah kebawah.

(Sumber :http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=68397)

Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, penyebab tabung gas LPG utamanya yang berukuran 3 kg yaitu dikarenakan buruknya kualitas kompor, tabung, dan aksesorisnya seperti selang, regulator, dan katup. Selanjutnya penempatan tabung gas pada ruangan yang kurang ventilasi, serta kecerobohoan pengguna akibat kurangnya pengetahuan tentang pamakaian gas LPG. (Sumber : http://www.groovylegacy.com/2010/07/penyebab-tabung-elpiji-meledak/ )

(25)

Berkaitan dengan permasalahan itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Peneliti merasa tertarik meneliti objek tersebut untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa.

Dalam hal ini peneliti memilih sumber pemberitaan dari media massa dikarenakan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG diberitakan hampir di semua media massa baik elektronik maupun cetak. Media massa elektronik seperti televisi di stasiun swasta Metro TV, TV One, Global TV, Trans TV, Trans7, RCTI, SCTV, Indosiar, TPI, TVRI, serta beberapa radio lokal . Dan juga berbagai media cetak seperti surat kabar (koran) juga tabloid hingga media online atau internet.

(26)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat mengaplikasikan teori – teori yang diperoleh oleh peneliti selama menimba ilmu di Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Surabaya, khususnya teori – teori komunikasi yang berkaitan tentang komunikasi massa.

2. Manfaat Praktis

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut A.Devito merupakan komunikasi yang ditujukan

kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya. Komunikasi massa

merupakan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio

dan visual yang lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku.

Selanjutnya Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble juga memperjelas

bahwa sesuatu bisa dikatakan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal – hal

di bawah ini :

1. Komunikatornya mengandalkan peralatan modern dalam menyebarkan

pesan seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, film, atau gabungan

dari semua media tersebut.

2. Komunikatornya dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud

mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling

mengenal.

3. Pesan menjadi milik publik atau bisa didapat dan diterima publik.

(28)

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper atau penapis informasi

yaitu sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan

melalui media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda.

Menurut Alexis S. Tan (1981) terdapat sifat khusus yang dimiliki komunikasi

massa, yang pertama adalah penerima pesan dalam komunikasi massa paling tidak

mempunyai heterogenitas susunan anggotanya yang berasal dari berbagai

kelompok lapisan masyarakat, tidak saling mengenal dan berinteraksi satu dan

lainnya, dan tidak memiliki pemimpin atau organisasi formal. Selanjutnya yang

kedua berkaitan dengan komunikatornya yang merupakan organisasi sosial yang

mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah

orang banyak yang terpisah, yaitu biasanya media massa seperti surat kabar,

majalah, stasiun atau jaringan televisi dan radio.

Bittner mengemukakan, dalam komunikasi massa membutuhkan adanya

gatekeeper dalam proses penerimaan pesan. Dalam komunikasi massa selain

melibatkan unsur – unsur komunikasi sebagaimana umumnya, juga dibutuhkan

peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan

informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri, didalamnya ada beberapa

individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi itu sampai kepada

audience nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut gatekeeper. Jadi, informasi

yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh

(29)

2.1.2 Media Massa

Media massa (mass media) adalah channel, media atau medium, saluran,

sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yaitu

komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Yang termasuk media massa

umumnya adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, film, serta internet.

Jenis media massa dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Media massa cetak (printed media), yaitu media massa yang dicetak dalam

lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa cetak

secara rinci meliputi koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet

atau ½ plano), tabloid ( ½ broadsheet), majalah ( ½ tabloid, atau kertas

ukuran folio atau kwarto), buku ( ½ majalah), newletter (folio, kwarto,

jumlsh halaman lazimnya 4-8 halaman), serta buletin ( ½ majalah, jumlah

halaman lazimnya 4 – 8 halaman). Sementara berdasarkan isi nya dapat

dibedakan menjadi jenis tulisan berita, opini, dan feature.

2. Media massa elektronik (electronic media), yaitu jenis media massa yang

isinya disebarrluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan

menggunakan teknologi elektro. Jenis media massa ini adalah televisi,

radio, dan film.

3. Media online atau internet, yaitu media massa yang dapat ditemukan di

internet atau situs web. (Sumber :

(30)

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan

dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat

komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media

massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses

pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial).

Menurut Dennis Mc Quail (1997), terdapat peran dari media massa, yaitu :

1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan

industri lain utamanya dalam periklanan / promosi.

2. Sumber kekuatan serta alat control, manajemen, dan inovasi masyarakat.

3. Lokasi (forum) untuk menampilkan sejumlah peristiwa yang terjadi di

masyarakat.

4. Wahana pengembangan budaya, tata cara, mode, gaya hidup, dan norma.

5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.

Media massa juga memiliki karakteristik, pertama publisitas, yaitu

disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. Kedua universalitas,

yaitu pesan bersifat umum tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa

umum di berbagai tempat serta menyangkut kepentingan umum karena sasaran

pendengarnya orang banyak. Ketiga periodisitas, yaitu tetap atau berkala,

misalnya harian, mingguan, bulanan, atau siaran sekian jam per hari. Keempat

kontinuitas, yaitu berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode

(31)

seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan lain sebagainya.

Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepaa publik.

2.1.3 Fungsi media massa sebagai penyaji informasi

Sebagai penyaji informasi, media massa memuat berita – berita tentang fakta

– fakta yang terjadi di lapangan. Fakta – fakta tersebut dicari oleh wartawan,

kemudian dituangkannya dalam bentuk tulisan yang nantinya akan menjadi

sumber informasi bagi audience nya. Fakta yang dimaksud disini adalah adanya

kejadian yang benar – benar terjadi di masyarakat.

Menurut Jakob Oetama (2001), sebuah berita bukan saja tentang suatu

kejadian yang aktual dan bermakna, tetapo laporan tantang suatu kejadian yang

actual dan bermakna. Kejadiannya sendiri adalah sesuatu yang objektif,

sedangkan bagaimana kejadian itu dipilih adalah sesuatu yang subjektif. Sehingga

fakta di lapangan yang disajikan di media massa tidak akan berbobot tinggi jika

tidak ada makna yang terkandung dalam berita tersebut. (Basuki 1983:5)

Berita di media massa sendiri sebagai sumber informasi bagi para audience,

Maryono Basuki membagi berita berdarkan beberapa aspek. Berdasarkan sifat

kejadian terdapat empat jenis berita, yaitu berita yang sudah diguga akan terjadi,

berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak, berita tentang peristiwa yang

direncanakan akan terjadi, serta berita tentang gabungan peristiwa tak terduga dan

tidak terduga.

Berdasarkan masalah yang dicakup yaitu merujuk kepada aspek kehidupan

yang ada di tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan

(32)

Berdasarkan lingkup pemberitaan, berita di media massa dapat digolongkan

menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah

berita disebut berlingkup lokal kalau peristiwa yang dilaporkannya terjadi di

sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau paling-paling

di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup

nasional kalau pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dapat

dirasakan oleh Negara lain.

Berdasarkan sifat pemberitaan, sifat berita bisa dilihat dari isinya.

Ada isi berita yang memberitahu, mendidik, menghibur, memberikan contoh,

mempengaruhi, dan sebagainya.

2.1.4 Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG

Pemberitaan yang dimaksud adalah tayangan berita meledaknya tabung gas

LPG tentang adanya peristiwa meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan

melalui media massa, baik cetak, elektronik, maupun internet. Terpaan

pemberitaan di media massa ini ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu – ibu

rumah tangga.

Dalam pemberitaan tersebut diinformasikan tentang sebuah peristiwa

meledaknya tabung gas LPG di sejumlah wilayah. Lokasi pemberitaan diberitakan

secara detail oleh wartawan. Pemberitaan juga mencatumkan tanggal terjadinya

peristiwa hingga waktu terjadinya peristiwa.

Sejumlah pemberitaan melengkapinya dengan narasi tentang bagaimana

(33)

korban atau keluarga korban,yaitu mulai dari gejala – gejala tabung gas LPG

meledak hingga detik peristiwa meledaknya tabung gas LPG terjadi.

Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG juga dilengkapi dengan

mencantumkan pendapat dan tanggapan dari pihak – pihak tertentu seperti

Kapolsek, pihak Pertamina, dan pihak RT setempat, dan lain sebagainya.

Di beberapa pemberitaan juga menceritakan bagaimana kondisi fisik hingga

psikologis korban ledakan tabung gas LPG melalui wawancara yang dilakukan

oleh wartawan pada korban. Korban banyak mengungkapkan tentang perasaan

nya pasca terjadinya peristiwa ledakan.

Untuk media cetak umumnya dilengkapi gambaran tentang detail peristiwa

melalui foto atau gambar ilustrasi lokasi pasca peledakan. Sementara untuk media

elektronik dilengkapi dengan video tentang lokasi peledakan bahkan ditambahkan

dengan kesaksian para keluarga korban hingga warga sekitar lokasi peledakan.

Untuk media radio mencoba memberikan gambaran tentang detail peristiwa

melalui runtutan narasi yang benar – benar menggambarkan keadaan lokasi pasca

peledakan. Untuk penyajian pemberitaan di media online hampir sama dengan

media cetak. Dari definisi diatas maka pemberitaan meledaknya tabung LPG

dapat diartikan sebagai sebuah sajian pemberitaan meledaknya tabung gas LPG

yang dikemas sedemikian rupa oleh media – media massa dengan

menggambarkan betapa membahayakan tabung gas LPG jika meledak.

2.1.5 Kecemasan

Menurut Post (1978), kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak

menyenangkan yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif seperti ketegangan,

(34)

Freud (Dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai

suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu

seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud kecemasan melibatkan

persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan rekasi terhadap sesuatu yang

dianggap berbahaya.

Lefrancois (1980) juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang

tidak menyenangkan yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja menurut Lefrancois

pada kecemasan bahaya bersifat kabur. Misalnya adanya hambatan terhadap keinginan

pribadi, adanya perasaan – perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran.

Johston (1971) menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan,

ketidakpuasan, perasaan tidak aman, atau adanya permusuhan dengan orang lain.

Kartono (1981) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah kondisi psikis dalam ketakutan

dan kecemasan yang kronis tanpa adanya rangsangan yang spesifik.

Wignyosoebroto (1981) ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan.

Pada ketakutan apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara

nyata, sedangkan kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan jelas dan

tepat.

Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama kecemasan

normal yaitu pada saat individu masih telah menyadari adanya konflik – konflik dalam

diri individu yang menyebabkan adanya rasa cemas. Kemudian yang kedua berkenaan

(35)

adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas sehingga kecemasan kemudian

dapat menjadi bentuk pertahanan diri

Menurut Bucklew (1980) membagi kecemasan dalam dua tingkat, yaitu :

1. Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala – gejala kejiwaan

seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonstrasi, perasaan tidak menentu dan

sebagainya.

2. Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada

gejala – gejala fisik, terutama pada fungsi system syaraf misalnya tidak dapat

tidur, jantung berdebar – debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.

Menurut Kartono (1981), menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi

yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, serta sering dalam keadaan

excited atau gempar gelisah.

Sue dkk (1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat

hal berikut :

1. Manifestasi kognitif, yaitu terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali

memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang terjadi.

2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu

seperti gemetar.

3. Perubahan somatic muncul dalam keadaan mulut kering

Murray (1974) menngemukakan sumber – sumber kecemasan adalah kebutuhan

(36)

Disamping itu, kecemasan juga didefiniskan sebagai reaksi emosional pada berbagai

kekhawatiran.

Secara klinis gangguan kecemasan pada seorang individu dapat dilihat melalui tanda

– tanda diantaranya adalah merasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung, merasa tegang, takut pada keramaian, gangguan pada pola tidur,

mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, serta keluhan – keluhan

somantik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar –

debar, sesak nafas, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya. (Hawari,

2006:66-67)

Tidak semua orang mengalami kecemasan, hal ini tergantung pada struktur

kepribadiannya. Seseorang akan menderita kecemasan apabila yang bersangkutan tidak

mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Seseorang yang memiliki

kepribadian pencemas akan lebih cenderung lebih mudah mengalami gangguan

kecemasan lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas. Seseorang yang

memiliki kepribadian pencemas memiliki ciri – ciri :

1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang.

2. Memandang masa depan dengan rasa was – was atau khawatir.

3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum.

4. Sering merasa tidak bersalah atau menyalahkan orang lain.

5. Gerakan sering serba salah , tidak tenang, bila duduk gelisah.

6. Sering mengeluh, dan khawatir berlebihan terhadap sesuatu.

7. Mudah tersinggung, marah, suka membesar – besarkan masalah kecil.

8. Sering bimbang dan ragu dalam mengambil keputusan.

(37)

10. Sering bertindak histeris ketika emosi. (Hawari, 2006:64-65)

2.1.6 Tabung Gas LPG

LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil

produksi dari kilang minyak atau kilang gas. Komponen utamanya adalah gas

propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina memasarkan

LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. Berdasarkan komposisi

propane dan butane, LPG dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu LPG

propane, yang sebagian besar terdiri dari C3 , LPG butane yang sebagian besar

terdiri dari C4 , Mix LPG, yang merupakan campuran dari propane dan butane.

LPG butane dan LPG mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat umum

untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG propane biasanya dipergunakan di

industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat

dan lainnya.

LPG Pertamina yang dipasarkan dalam kemasan tabung (3 kg, 6 kg, 12 kg, 50

kg) dan curah merupakan LPG mix, dengan komposisi + 30% propane dan 70%

butane. Varian lain adalah LPG odourless (tidak berbau). Zat mercaptan biasanya

ditambahkan kepada LPG untuk memberikan bau yang khas, sehingga kebocoran

gas dapat dideteksi dengan cepat.

Jika dibandingkan dengan minyak tanah, LPG memiliki nilai lebih. LPG jelas

(38)

lingkungan. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kompor minyak tanah, kompor

dengan menggunakan gas LPG memiliki panas yang lebih tinggi. Suhu

pembakaran utamanya saat memasakan juga dapat diatur sesuai keinginan

pengguna. Namun begitu, gas LPG juga memiliki beberapa kekurangan yaitu

harga yang sedikit lebih mahal jika dibandingkan bahan bakar memasak lainnya,

selain itu juga peralatan seperti kompor gas pun juga mahal, terkecuali bagi

mereka yang mendapatkan pertalatan dari konversi gas yang dilakukan

pemerintah.

Terdapat sifat umum dari gas LPG, diantaranya adalah :

1. Tekanan gas LPG cukup besar, bila bocor maka akan membentuk gas,

memuai, dan mudah meledak.

2. Berat jenis LPG lebih besar daripada udara sehingga cenderung bergerak

ke bawah.

3. Gas LPG tidak mengandung racun.

4. Berbau sehingga mudah mendeteksi adanya kebocoran.

(Sumber : www.pertamina.com )

2.1.7 Khalayak Media Massa

Khalayak dalam komunikasi massa yang sangat beragam, yaitu jutaan

penonton televisi, pendengar radio, pembaca koran, majalah, tabloid, dan

pengakses internet. Masing – masing masyarakat berbeda satu dan lainnya, namun

masing – masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. (

(39)

Menurut Hiebert dan kawan – kawan, audience dalam komunikasi massa

setidaknya – tidaknya memiliki karakter dapat berbagi pengalaman dan

dipengaruhi oleh hubungan social diantara mereka. Audience cenderung tersebar

di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Audience cenderung

heterogen dan berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial sehingga anonim

atau tidak saling kenal. Sementara secara fisik audience terpisah dari

komunikatornya. Komunikan juga memiliki ciri aktif jika mengetahui adanya

pemberitaan yang mereka sukai di media massa, dan juga terkadang selektif

dalam memilih pemberitaan yang sesuai kebutuhannya.

Menurut Melvin de Fleur dan Sandra Bell Rokeach (1988) menjelaskan tiga

teori yang menjelaskan tentang khalayak media massa, yang pertama Individual

Differences Perspective, Social Categories Perspective, serta Social Relation

Perspective.

Berdasarkan teori Individual Differences Perspective menggambarkan

perilaku khalayak tentang pengaruh individu terhadap media massa. Dijelaskan

bahwa pengaruh media massa pada masing – masing individu berbeda dan

tergantung pada kondisi psikologis individu nya terhadap masa lalunya. Individu

bertindak berbeda dalam menanggapi dan merespon pesan yang disampaikan di

media massa sehingga respon pesan pun berbeda.

Social Categories Perspective menjelaskan adanya suatu perkumpulan sosial

yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan,

pendapatan, kesempatan, dan lain sebagainya. Adanya perkumpulan sosial

(40)

nilai, dan sikap. Sehingga mereka akan cenderung bereaksi sama pada pesan

khusus di media massa yang mereka terima.

Sementara itu, Social Relation Perspective menjelaskan bahwa dampak dari

pesan di media massa diubah dengan sangat hebat oleh individu yang memiliki

kekuatan hubungan sosial dengan anggota khalayak. Hal ini mengakibatkan,

individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota khalayak yang

didapatkannya dari media massa. Artinya antar individu tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.

2.1.8 Ibu – Ibu Rumah Tangga

Dalam penelitian ini, pengertian rumah tangga yaitu sekelompok orang yang

tinggal dibawah satu atap atau satu bangunan yang mempunyai dapur dan

anggaran rumah tangga yang sama dapat terdiri dari anggota-anggota tambahan

atau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan dan

dipimpin oleh satu kepala keluarga.

Seseorang wanita dikatakan sebagai ibu rumah tangga jika sudah dalam status

menikah tanpa memandang profesi karena dalam kenyataannya ibu rumah tangga

tidak selalu hanya menjalankan fungsinya di rumah sebagai seorang istri dan ibu,

melainkan beberapa dari mereka juga menjalankan fungsi nya sebagai pencari

nafkah atau bekerja di luar rumah.

Melihat beberapa ciri yang disebutkan sebagai kategori khalayak media

massa, maka ibu rumah tangga juga bisa dikatakan sebagai komunikan dari media

(41)

pemberitaan di media massa yang sesuai kebutuhannya. Sehingga mereka menjadi

lebih aktif dalam mencari – cari pemberitaan yang mereka sukai di media massa.

Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, maka akan

hubungan yang kuat antara keaktifan ibu – ibu melihat pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG di media massa karena mereka menyadari bahwa tabung gas LPG

sendiri adalah kebutuhan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Memperhatikan hal tersebut, maka dalam penelitian ini difokuskan pada

masyarakat Surabaya yaitu ibu – ibu rumah tangga.

2.1.9 Teori S-R dan Teori Belajar Sosial

Teori S-R adalah teori komunikasi yang paling dasar. Teori ini dipengaruhi

oleh disiplin psikologi, khususnya tentang aliran behavioristik. Teori tersebut

menggambarkan hubungan stimulus respon. Teori ini menunjukkan komunikasi

sebagai proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana.

Teori S-R mengasumsikan bahwa kata – kata verbal (lisan, tulisan), isyarat –

isyarat non verbal, gambar – gambar dan tindakan tertentu akan merangsang

orang lain untuk memberikan respon tertentu.

Teori S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang

berkenaan dengan faktor manusia. Secara imlisit, terdapat sebuah asumsi bahwa

dalma teori S-R ini perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya

(42)

kekuatannya dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau

kemamuan bebasnya.

Unsur – unsur yang terdapat dalam teori ini adalah :

a. Stimulus

b. Respons

Jadi perubahan sikap tergantung pada stimulus yang diterima seperti yang

[image:42.612.196.479.378.414.2]

ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1

Teori S-R

Secara lebih rinci dalam teori ini dijelaskan bahwa stimulus dalam situasi

tertentu berupa objek dalam lingkungan, suatu pola pengindraan, atau suatu

pengalaman, dan kombinasi ketiga nya. Sifat khas stimulus adalah agak kompleks

yang dapat berupa sebuah sirkulasi antara yang satu dan yang lain dan yang pasti

akan mempengaruhi kita tentang fenomena yang akan dijelaskan. Sedangkan

respons merupakan respon tertentu terhadap stimulus tertentu (Fisher, 1980 : 196)

Dari uraian tersebut berkenaan dengan permasalahan yang diangkat oleh

peneliti bahwa stimulus dalam penelitian ini adalah terpaan pemberitaan

(43)

meledaknya tabung gas LPG di media massa. Respons adalah berupa tingkat

kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya. Berdasarkan teori ini dapat

diasumsikan bahwa pemberitaan meledaknya tabung gas LPG sebagaimana yang

dikemas oleh media massa sedemikian rupa dapat menimbulkan kecemasan pada

ibu – ibu rumah tangga yang merupakan audience media massa sekaligus

pengguna tabung gas LPG.

Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dikemukakan oleh Bandura.

Dimana menurut teori ini belajar terjadi karena peniruan (imitation). Kemampuan

meniru respon orang lain misalnya meniru bunyi yang sering didengar adalah

penyebab utama belajar (Rakhmat, 2004 : 62)

Berdasarkan teori ini dapat diketahui bahwa pada saat melihat, menonton,

maupun mendengarkan pemberitaan tentang meledaknya tabung gas LPG

berulang – ulang, maka masyarakat akan mengalami proses belajar. Dalam proses

belajar tersebut masyarakat mempelajari tentang berbagai pengetahuan tentang

meledaknya tabung gas LPG seperti pengertian, penyebab, cara pencegahan dan

lain sebagainya. Karena memiliki motivisi dan kepentingan yang sesuai dengan

kebutuhan, maka berbagai pemberitaan tersebut akan mendorong masyakat untuk

melakukan tindakan – tindakan sebagai upaya pencegahan ledakan tabung gas

LPG.

2.1.10 Kerangka Pikir

Peristiwa meledaknya tabung gas LPG di beberapa wilayah di Indonesia

(44)

seperti radio dan televisi, media cetak seperti surat kabar (koran), tabloid, majalah,

hingga internet. Media massa memberitakannya secara serempak dengan berbagai

gaya pemberitaan yang beragam. Satu peristiwa tidak hanya diberitakan pada satu

media massa saja, melainkan media – media lainnya turut memberitakan peristiwa

serupa.

Pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa kemudian yang

diperhatikan, dimengerti, dan diterima oleh masyarakat terutama ibu – ibu rumah

tangga memberikan gambaran betapa menakutkannya jika tabung gas LPG yang

menjadi kebutuhan primer mereka meledak sewaktu – waktu. Dari sejumlah

peristiwa yang diberitakan di media massa sama – sama memberikan gambaran

yang menakutkan terutama tentang akibat meledaknya tabung gas LPG yang

menimpa para korbannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan

pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa terhadap tingkat

kecemasan ibu – ibu rumah tangga di media massa. Dalam penelitian ini terpaan

pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dinyatakan sebagai

variabel X, sedangkan tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga adalah variabel

Y. Bagaimana keterkaitan hubungan antara kedua variabel tersebut nantinya akan

diukur dengan melihat total skor yang dikumpulkan melalui data hasil penyebaran

kuisioner kepada responden. Jika skor tinggi menunjukkan tingkat kecemasan ibu

– ibu rumah tangga dikategorikan kuat setelah mengetahui pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah

(45)

kecemasan ibu – ibu rumah tangga dikategorikan sedang setelah mengetahui

pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa. Maksudnya yaitu ibu –

ibu merasa cemas setelah mengetahui terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas

LPG di media massa, namun tingkat kecemasan itu tidak terlalu kuat dan tidak

terlalu lemah juga. Jika skor rendah menunjukkan tingkat kecemasan ibu – ibu

rumah tangga dikategorikan lemah setelah mengetahui pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG di media massa. Hal ini berarti ibu – ibu rumah tangga tidak

merasa cemas setelah melihat terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di

media massa.

Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan

(46)

X

[image:46.612.127.531.137.620.2]

Y Y

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Terpaan Pemberitaan

Meledaknya Tabung Gas LPG di media massa

Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya :

1. Merasa khawatir yang berlebihan terhadap pemberitaan.

2. Merasa sangat takut takut hingga gemetar menyalakan kompor gas LPG.

3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman atau ledakan keras.

4. Menjadi ragu-ragu membeli tabung gas LPG dan aksesorisnya.

5. Merasa kecewa yang sangat mendalam dengan kualitas tabung gas LPG yang kurang baik.

6. Merasa sangat tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah.

7. Merasa sangat takut dan tangan berkeringat mengetahui peristiwa kebakaran.

8. Memeriksa tabung gas LPG setiap waktu. 9. Bingung bertindak menghandapi ancaman. 10. Merasa tidak aman sekalipun LPG sudah

sesuai SNI.

11. Mengantisipasi yang berlebihan dengan tidak menggunakan jika LPG cacat walaupun tidak membahayakan.

(47)

2.1.11 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis atau

dugaan sementara dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut :

Terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk mengetahui perbedaan persepsi dari berbagai pihak mengenai definisi

operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka peneliti akan

menjelaskan variabel dalam penelitian ini :

Variabel bebas : Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media

massa.

Variabel terikat : Tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga di Surabaya

3.1.1 Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa

(Variabel X)

Pemberitaan yang dimaksud adalah berita tentang adanya peristiwa

meledaknya tabung gas LPG yang dipublikasikan melalui media massa, baik

cetak, elektronik, maupun internet yang ditonton, dibaca, dan didengar oleh ibu –

ibu rumah tangga.

Definisi operasionalnya adalah frekuensi menonton pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG di media massa dan jumlah waktu yang digunakan oleh ibu – ibu

rumah tangga untuk membaca, mendengar, dan menonton terpaan pemberitaan.

Semakin sering pemberitaan dipublikasikan di media massa maka akan

(49)

Terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media massa dapat

diwujudkan dalam indikator :

1. Frekuensi, yaitu seberapa sering responden mengetahui pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton,

mendengar, serta membaca di media massa dalam satu bulan terakhir.

2. Durasi, seberapa lama responden responden mengetahui pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa melalui kegiatan menonton,

mendengar, serta membaca di media massa.

3.1.2 Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga (Variabel Y)

Tingkat kecemasan dioperasionalkan sebagai penggambaran dari sejauh mana

kecemasan ibu – ibu rumah tangga terhadap tabung gas LPG pasca pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa. Tingkat kecemasan disini di

maksudkan sebagai bentuk ketakutan ibu – ibu rumah tangga yang berkembang

menjadi rasa cemas terhadap ancaman meledaknya tabung gas LPG yang marak

terjadi. Kecemasan ini muncul seiring dengan adanya pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG yang marak diberitakan di media massa dan menjadi sajian

informasi yang diterima ibu – ibu rumah tangga. Kecemasan cenderung bentuk

luapan emosional negatif ibu – ibu rumah tangga yang disebabkan adanya terpaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa.

Perlu diingat bahwa kecemasan tidak selalu terjadi pada setiap orang, itu

berarti kecemasan tidak mutlak di rasakan oleh ibu – ibu rumah tangga dengan

(50)

kecemasan tiap – tipa orang pun tidak sama, sehingga tingkat kecemasan ibu – ibu

rumah tangga pun bisa beragam, ada yang tergolong tinggi, sedang, hingga

rendah. Adapun indikator dari tingkat kecemasan ini diantaranya adalah :

1. Merasa khawatir yang berlebihan mengetahui pemberitaan meledaknya tabung

gas LPG di media massa karena sama – sama pengguna tabung gas LPG dan

berpotensi mengalami peristiwa serupa.

2. Merasa sangat takut menyalakan kompor gas LPG sehingga merasakan gejala

tubuh gemetar akibat maraknya terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG

di media massa .

3. Terkejut yang berlebihan mendengar suara dentuman keras atau ledakan keras

karena teringat peristiwa ledakan tabung gas LPG di media massa juga

menimbulkan dentuman atau ledakan keras.

4. Menjadi ragu – ragu membeli tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya

walaupun lebih mudah di temukan daripada minyak tanah karena tidak yakin

dengan kualitas tabung gas LPG yang dibeli.

5. Merasa sangat kecewa dan tidak puas dengan kualitas tabung gas LPG yang

kurang baik dan menjadi cemas menggunakan LPG karena kualitasnya yang

kurang baik sebagaimana yang marak diberitakan di media massa bahwa tabung

gas LPG rawan meledak.

6. Merasa tidak nyaman meletakkan tabung gas LPG di dalam rumah karena

berpotensi melukai orang – orang terdekat dan merusak rumah jika terjadi

ledakan.

7. Merassa sangat takut sehingga tangan berkeringat ketika mengetahui peristiwa

kebakaran karena teringat pemberitaan di media massa jika peristiwa kebakaran

(51)

8. Memeriksa tabung gas LPG, kompor, dan aksesorisnya setiap waktu untuk

memastikan kondisinya baik – baik saja karena merasa cemas jika meninggalkan

rumah LPG bisa meledak kapan saja.

9. Merasa bingung bertindak menghadapi ancaman ledakan ketika tabung gas yang

digunakan mengalami kebocoran.

10. Merasa tetap tidak aman sekalipun LPG sudah sesuai SNI karena merasa masih

berpotensi meledak.

11. Mengantisipasi yang berlebihan dengan memilih untuk tidak memakai gas LPG,

kompor, dan aksesorisnya jika ada yang cacat sekalipun tidak yakin

membahayakan.

Indikator – indikator tersebut nantinya akan dijabarkan dalam pertanyaan –

pernyataan yang lebih operasional. Pernyataan yang operasional inilah yang akan

menjadi skala pengukur (Singarimbun, 1989 :134).

Cara pengukurannya yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan –

pertanyaan mengenai objek penelitian. Dalam penelitian untuk mengetahu tingkat

kecemasan ibu – ibu rumah tangga ini, responden diminta untuk menjawab

sejumlah pertanyaan yang didasarkan oleh indikator yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Pilihan jawaban yang disediakan pada tiap pertanyaan terbagai

dalam empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak

Setuju (STS), Tidak Setuju (ST).

3.1.3 Pengukuran Variabel

Skala yang sering dipakai dalam polling adalah skala penilaian (rating scale)

(52)

sering disebut skala likert. Prosedurnya relatif mudah untuk dijalankan. Satu

bagian pernyataan diseleksi yang menggambarkan dukungan atau penentangan

akan suatu objek. Setelah setiap pernyataan siap, baru dibuat skala persetujuan.

Responden ditanyakan sikapnya dalam skala singkat setuju atau

ketidaksetujuannya dalam setiap pernyataan. Skala persetujuan ini boleh jadi

mempunyai dua pilihan (setuju-tidak setuju) atau boleh jadi mempunyai lebih

banyak pilihan tergantung pada tujuan dari pertanyaan. Yang seringkali dipakai

adalah lima kategori (sangat setuju-setuju-tidak menjawab-tidak setuju-sangat

tidak setuju) (Erriyanto, 1999:216-217)

Dalam beberapa riset, skala likert dapat digunakan dengan meniadakan

pilihan jawaban ragu – ragu. Alasannya karena kategori ragu – ragu memiliki

makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan

ragu – ragu. Disediakannya jawaban ditengah – tengah terutama bagi responden

yang ragu – ragu akan memilih jawaban yang mana. Selain itu responden memilih

jawaban untuk memilih amannya. Yang terakhir, disediakannya jawaban di tengah

– tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data

yang diperlukan banyak yang hilang. (Kriyantono, 2007:134)

Untuk mengetahui tingkat kesemasan ibu – ibu rumah tangga dilakukan

pemberian skor pada pilihan jawaban pertanyaan :

Sangat setuju (SS) = skor 4

Setuju (S) = skor 3

(53)

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1

Untuk pilihan jawaban sangat setuju menunjukkan bahwa responden sangat

setuju dengan pernyataan yang dijelaskan dalam item pertanyaan, kemudian

untuk pilihan jawaban setuju menunjukkan bahwa responden setuju dengan

pernyataan yang disebutkan dalam item pertanyaan, untuk pilihan jawaban tidak

setuju menunjukkan bahwa responden tidak menyetujui pernyataan pada item

pertanyaan, selanjutnya pilihan jawaban sangat tidak setuju menunjukkan

bahwa responden sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang disebutkan

dalam item pertanyaan.

Pilihan jawaban hanya digolongkan menjadi 4 kategori jawaban

dengan meniadakan jawaban ”ragu – ragu” (undecided). Hal ini

didasarkan menurut pendapat Hadi (1986:20) sebagai berikut :

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa

memberikan jawaban, netral dan ragu – ragu. Kategori ini

merupakan jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban di tengah yang menimbulkan multi

interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan

menjawab ke tengah ( central tendency), terutama bagi mereka

yang ragu – ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya

data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang

(54)

Setiap pilihan jawaban dikategorikan kedalam tiga interval, yaitu tinggi,

sedang, rendah. Penentuan interval dilakukan dengan rumus :

R(range)=skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

tertinggi (sangat setuju, skor 4) dikalikan dengan jumlah keseluruhan

item yang terdapat dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai terendah (Sangat tidak setuju, skor 1) dikalikan dengan

jumlah keseluruhan item dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk

interval Tinggi, Sedang, dan Rendah.

Jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 11

item. Sehingga penghitungannya :

Skor Terendah = 11 x 1 =11

Skor Tertinggi = 11 x 4 = 44

Range = 44-11 = 11

(55)

Berdasarkan rumus diatas maka tingkat kecemasan responden dikategorikan

sebagai berikut :

Rendah  11- 21

Sedang 22 – 32

Tinggi  33 – 44

Maka dari perhitungan lebar interval tersebut dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 11 - 21

maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung rendah. Yaitu

ibu – ibu rumah tangga tidak cemas karena akibat pemberitaan

meledaknya tabung gas LPG di media massa.

2. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 22 - 32

maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung sedang. Yaitu

ibu – ibu rumah tangga merasa cemas tapi tidak terlalu kuat dan tidak

lemah juga.

3. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 33 - 44

maka tingkat kecemasan ibu – ibu rumah tangga cenderung tinggi. Yaitu

ibu – ibu rumah tangga menjadi sangat cemas akibat pemberitaan

(56)

Sementara itu untuk mengukur variabel terpaan pemberitaan meledaknya

tabung gas LPG di media massa yaitu frekuensi dan durasi dapat dilakukan

melalui :

1. Indikator Frekuensi :

R = Frekuensi terpaan tinggi dikurangi terpaan terendah

K = Interval atau kategori yang diinginkan

Indikator Frekuensi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang

dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.

2.Indikator Durasi

R = Durasi terpaan tinggi dikurangi durasi terpaan terendah

K = Interval atau kategori yang diinginkan

Indikator Durasi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang dilihat

dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.

Untuk mengetahui frekuensi dan durasi repsonden tertinggi maupun terendah

dapat dilihat melalu jawaban responden yang berupa pertanyaan terbuka.

Kemudian setelah mendapatkan hasil dari frekuensi dan durasi dengan

menggunakan rumus diatas, maka untuk mengetahui tinggi rendahnya pada I = Jarak Pengukuran (R)

Jarak Interval

I = Jarak Pengukuran (R)

(57)

variabel terpaan pemberitaan meledaknya tabung gas LPG di media sigunakan

rumus :

R(range)=skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

tertinggi dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam

kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui haisl perkalian dari pemberian skor

dengan nilai terendah dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam

kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk

Tinggi, Sedang, dan Rendah.

2.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 2.3.1 Populasi

Dari judul yang diambil oleh peneliti, responden dari penelitian ini yaitu ibu –

ibu rumah tangga. Selanjutnya lokasi penelitian yaitu di Surabaya, maka populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah ibu – ibu rumah tangga di

Surabaya, yaitu 515.385 jiwa Sumber : Situs Resmi Dinas Kependudukan dan

(58)

2.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu jumlah ibu

rumah tangga di Surabaya. Teknik penarikan sampel dilakukan adalah teknik

simple random sampling. Teknik random sampling adalah salah satu jenis

sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam teknik pengambilan anggota sampel

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan karakteristik tertentu.

Anggota populasi dianggap relatif homogen atau sama. Ibu – ibu rumah tangga

disini dianggap homogen, yaitu sama – sama menggunakan tabung gas LPG tanpa

melihat pekerjaan, status ekonomi, agama, dan karakteristik lainnya karena rata –

rata pengguna tabung gas LPG adalah ibu – ibu rumah tangga . Homogenitas dari

ibu – ibu rumah tangga itu lah salah satunya menjadi acuan peneliti memilih

teknik ini.

Jumlah populasi yaitu ibu rumah tangga di Surabaya yaitu 515.385 jiwa.

Penarikan sampel dari jumlah ibu rumah tangga di Surabaya akan ditentukan

dengan rumus Yamane :

n= N

Nd2+1

Keterangan :

(59)

N= Jumlah populasi

d=Presisi 10% derajat ketelitian (0,1)

n= 515.385

515.385 . (0,1)2+1

= 515.385

5154,85

= 99,9 dibulatkan menjadi 100

Didapatkan 100 responden, ini berarti 100 sampel yang digunakan dari

keseluruhan jumlah populasi ibu – ibu rumah tangga di Surabaya yaitu sebanyak

100 orang. Ibu – ibu rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah di Surabaya

berpotensi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan bisa dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara

terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada

kuisioner. Selain itu dalam menyebarkan kuisioner yang diajukan jika

terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden maka peneliti

(60)

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui bahan – bahan pustaka yang terkait

dengan masalah – masalah yang akan diteliti. Bahan – bahan pustaka

didapat dari buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya. Data

sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi – instansi terkait.

2.5 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

statistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel,

yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk menguji hubungan antara kedua nya maka digunakan koofesien

korelasi Rank Spearman, karena data dalam penelitian ini berbentuk data ordinal

yaitu berjenjang atau bertingkat antara antara satu data dengan yang lainnya tidak

sama. Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :

ρ = koofesien korelasi Rank Spearman

n = jumlah sampel

di = jumlah total hitungan Rank X dan Rank Y

(Supangat,Andi,2007:362)

ρ= 1 – 6 ∑d

i

2
(61)

Untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y ke dalam rumus

Rank Spearman maka diperlukan tabel penolong sebagai berikut :

[image:61.612.128.514.211.318.2]

Tabel 3.1

Table Penolong Koofesien Korelasi Rank Spearman

Responden X Y Rank X Rank Y di di2

1 2 3 4

Dst

Jumlah d

i

2

Ada ataupun tidak adanya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks.

Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0, 0000 dapat diartikan bahwa

kedua variabel yang dikorelasikan terdapatnya korelasi.

Intepretasi kuat atau lemahnya korelasi dapat juga diketahui dari besar

kecilnya angka dalam indeks korelasi. Semakin besar angka dalam indeks

korelasi, semakin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.

Tabel 3.2

Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0 – 0,55 Hubungan Tidak Kuat

0,56 – 0,65 Hubungan Cukup Kuat

0,66 – 0,75 Hubungan Kuat

0,76 – 0,99 Hubungan Sangat Kuat

1 Hubungan Sangat Sempurna

[image:61.612.127.513.530.615.2]
(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Media massa di Indonesia tergolong menjadi media elektronik yaitu

televisi dan radio, media cetak yaitu surat kabar, tabloid, majalah, dan lain

sebagainya, media online atau internet.

4.1.1 Media Elektronik

Media elektronik terdiri dari televisi dan radio. Stasiun televisi swasta di

Indonesia yang menjadi acuan bagi peneliti yaitu Global TV, Metro TV, TPI,

RCTI, TV One, Trans TV, SCTV, TPI, Trans 7, serta stasiun televisi milik negara

TVRI. Stasiun televisi tersebut memberitakan tentang meledaknya tabung gas

LPG di sejumlah wilayah di Indonesia dan pastinya disiarkan secara nasional

sehingga dijangkau oleh masyarakat Surabaya.

Global TV Global TV adalah adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. Berawal

dari sebuah stasiun televisi swasta lokal di Jakarta, Global TV belakangan

meluaskan siaran ke 5 kota besar lainnya. Global TV diluncurkan sejak tanggal 8

Oktober 2002 di Jakarta dan diresmikan sejak tanggal 1 Januari 2005 di Jakarta dan dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI dan TPI. Stasiun ini pada awalnya didirikan untuk

(63)

pada perkembangannya juga menyiarkan acara-acara non-MTV dengan

pembagian 8 jam untuk Global TV, 8 jam untuk MTV dan 8 jam untuk

Nickelodeon yang juga pernah ditayangkan di antv. Pada awalnya pula, kartun jenis Nickelodeon adalah kartun yang banyak di Global TV, namun sekarang juga

menyiarkan kartun non-Nickelodeon, termasuk anime. Beberapa acara yang

disiarkan. Beberapa acara berita yang ditayangkan di stasiun televisi ini adalah

Global Pagi, Global Siang, Berita Global, Global Malam,

Gambar

Gambar 2.1 Teori S-R
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Table Penolong Koofesien Korelasi Rank Spearman
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bangsa Indonesia yang tengah melakukan reformasi menuju kehidupan demokratis pada menghujung abad ke-20, harus berpikir bahwa semua institusi harus dapat mendukung untuk

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi pearson yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel kepuasan kerja dengan

Setelah rangkaian itu bisa kalian buat kalian akan langsung tau penggunaan transistor pada rangkaian itu sebagai saklar arus listrik yang dimana arus yang mengalir dari tegangan

Dari hasil analisis persepsi responden diketahui bahwa menurut responden pada penelitian ini gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Butik Kharisma Indonesia adalah

Dikarenakan terdapat kayawan yang mutasi pada saat adanya perubahan PTKP, maka kantor pusat harus melakukan pembetulan perhitungan PPh 21 dari awal tahun terlebih

Hasil estimasi nilai intrinsik dengan menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation antara Rp2.607 per lembar saham sampai dengan Rp2.624, harga saham

Dari hasil penelitian ini menunjukkan Public Relations PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya telah melakukan serangkaian strategi Public

tidak sedang dalam penelitian peneliti lain, memilih instruktur pelatihan. Masalah yang akan diteliti adalah mengenai pengaruh metode. latihan neuralactivation