• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTEK PELAPORAN DAN PENYIDIKAN PENCURIAN SEPEDA MOTOR DENGAN PEMBERATAN Studi Kasus Di Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRAKTEK PELAPORAN DAN PENYIDIKAN PENCURIAN SEPEDA MOTOR DENGAN PEMBERATAN Studi Kasus Di Kepolisian Resor Surabaya Selatan."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus Di Kepolisian Resor Surabaya Selatan

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

I PUTU SATRYA DHARMA

NPM. 0671010030

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA

(2)

Nama : I Putu Satrya Dharma

Temapat/Tgl Lahir : Surabaya, 15 November 1988

NPM : 0671010030

Konsentrasi : Pidana

Alamat : Aspol Kolombo 9a, Surabaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “PRAKTEK PELAPORAN DAN PENYIDIKAN PENCURIAN SEPEDA MOTOR DENGAN PEMBERATAN studi kasus di Kepolisian Resor Surabaya Selatan ” dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya ciptaan saya sendiri, yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bukan hasil jiplakan (plagiat).

Apabila di kemudian hari ternyata skripsi ini hasil jiplakan (plagiat) maka, saya bersedia dituntut di depan pengadilan dan dicabut gelar kesarjanaan (Sarjana Hukum) yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukumnya.

Mengetahui Surabaya, 10 Juni 2010

KAPROGDI Penulis

Subani SH, Msi I Putu Satrya Dharma

(3)

iv

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengambil judul“Praktek Pelaporan Dan Penyidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan Studi Kasus Di Kepolisian Resor Surabaya Selatan”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan sesuai kurikulum yang ada di fakultas hukum UPN “Veteran” Jawa Timur, dan untuk menambah wawasan, serta menerapkan dan membandingkan teori yang telah diterima dengan keadaan sebenarnya di masyarakat.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan dan dorongan oleh beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Haryo Sulistiyantoro, S.H., M.M selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang selalu siap membantu penulis serta selalu memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Sutrisno, S.H., M.Hum selaku Wadek II Fakultas Hukum Universitas

(4)

v

Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak. Prof. Dr. Wahyono. S.H. M.S dan Bapak. Drs. Warsito, S.H, M.Hum selaku Dosen penguji skripsi Ilmu Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

6. Bapak Subani, S.H., M.Si selaku Ketua Program Studi dan Dosen Pembimbing Utama dan Ibu. Mas Anienda Tien F, S.H, MH selaku dan Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Bahagia Dachi, SH selaku Kepala Kepolisian Resor Surabaya Selatan. 8. Bapak Leonard Sinambela selaku Kasat Reserse Kriminal Kepolisian Resor

Surabaya Selatan.

9. Bapak Shabda Purusha Putra selaku Kepala Unit I Pidana Umum Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

10. Bapak Kus Hartono dan Bapak Ali Imron selaku anggota Reserse Kriminal Unit I Pidana Umum Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

11. Bapak Pujiono selaku Kepala Unit II Pidana Ekonomi Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

(5)

vi

14. Bapak Sariyanto, S.Sos dan Bapak Taukhid Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

15. Kedua Kakek dan Nenekku I Nengah Tana dan Ni Ketut Seji yang selalu memberikan bantuan doa dan semangat.

16. Kedua Orang Tuaku I Wayan Oerip Soekarya dan Ni Made Puspawati yang selalu memberikan bantuan dana, semangat dan doa.

17. Kedua Saudaraku I Putu Bagus Jaya Suprana dan Desak Ayu Dewi Sartika yang telah memberikan semangat.

18. Teman-teman mahasiswa dan sahabat-sahabat khususnya Dony, Wahib, Fajar, Rudy, Reni, Lucia, Novi, Maya, Kiki, Manda dan Ruben yang telah membantu dan memberikan saran sebagai masukan di dalam penyusunan skripsi hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan penulisan yang selanjutnya, sehingga dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Surabaya, 10 Juni 2010

(6)

vii

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...………...iv

DAFTAR ISI... .vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

ABSTRAK ...xii

SURAT PERNYATAAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Kajian Pustaka ... 5

F. Metodelogi Penelitian ... 11

BAB II TINDAKAN OPERASIONAL PIHAK RESERSE KRIMINAL DALAM PELAPORAN DAN PENYIDIKAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PEMBERATAN... 16

(7)

viii

Dengan Pemberatan... 18

D. Proses Penyidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan... 20

E. Kasus Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan Di Wilayah Polres Surabaya Selatan... 37

1. Fakta Hukum... 37

2. Pertimbangan Hukum ... 38

3. Analisa Hukum ... 41

BAB III HAMBATAN DAN SOLUSI ATAS PELAPORAN DAN PENYIDIKAN PENCURIAN SEPEDA MOTOR DENGAN PEMBERATAN... 44

A. Jumlah Kasus Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan ... 44

B. Hambatan Atas Pelaporan Dan Penyidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan ... 47

C. Solusi Atas Pelaporan Dan Penyidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan ... 54

BAB IV PENUTUP... 57

A. Kesimpulan... 57

B. Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA

(8)

ix

Tabel 1 : Data-data Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Mulai Dari Bulan Januari 2009 Sampai Bulan Januari 2010

(9)

x

Gambar 1 : Skema Proses Pelaporan Dan Penyidikan Pencurian

(10)

xi Lampiran 3 : Surat Perintah Penyelidikan.

Lampiran 4 : Berita Acara Pemeriksaan Di Tempat Kejadian Perkara. Lampiran 5 : Surat Perintah Penyidikan.

Lampiran 6 : Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan. Lampiran 7 : Surat Perintah Penangkapan.

Lampiran 8 : Berita Acara Penangkapan. Lampiran 9 : Surat Perintah Penahanan.

Lampiran 10 : Surat Perintah Membawa Dan Menghadapkan Tersangka. Lampiran 11 : Berita Acara Penahanan.

Lampiran 12 : Surat Permintaan Perpanjangan Penahanan. Lampiran 13 : Surat Perintah Penggeledahan Rumah/Badan.

Lampiran 14 : Berita Acara Penggeledahan Rumah Tinggal/Tempat-tempat Tertutup Lainya.

Lampiran 15 : Berita Acara Penggeledahan Pakaian/Badan. Lampiran 16 : Surat Permintaan Izin Penggeledahan. Lampiran 17 : Surat Perintah Penyitaan.

Lampiran 18 : Berita Acara Penyitaan.

Lampiran 19 : Surat Permintaan Izin Penyitaan.

Lampiran 20 : Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Pinyidikan (SP2HP). Lampiran 21 : Daftar Pencarian Orang (DPO).

(11)

dan penyidikan sepeda motor dengan pemberatan oleh pihak Reserse Kriminal dan mengetahui hambatan dan solusi atas pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan oleh pihak Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode Yuridis Normatif, sumber data diperoleh dari literatur-literatur, karya tulis ilmiah, perundang-undangan yang berlaku dan data-data

pencurian sepeda motor dengan pemberatan di Kepolisian Resor Surabaya Selatan Unit I Pidum, analisa data menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek pelaporan dan penyidikan yang dilakukan oleh Pihak Reserse Kriminal

Kepolisian Resor Surabaya Selatan terhadap kasus tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan semua telah sesuai dengan standart oprasional Kepolisian berdasarkan atas Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan tugas dan

fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002, tentang Kepolisian Republik Indonesia, yaitu : pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

“Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka,

sifat-sifat yang ada di dalam setiap tindak pidana adalah sifat-sifat melanggar hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum”.1

Suatu tindak pidana yang terjadi di dalam masyarakat selalu mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun, dan itu tergantung pada warga masyarakatnya yang umumnya tingkat perekonomiannya kurang mampu,

berpendidikan rendah dan pengangguran, dalam keadaan krisis dengan banyaknya pengangguran dan tingkat perekonomian di zaman yang modern seperti sekarang ini yang semakin hari semakin meningkat, dapat menimbulkan niat masyarakat

untuk menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari salah satunya dengan melakukan tindak pidana pencurian.

Tindak pidana pencurian merupakan tindak pidana yang dengan maksud

mengambil dan memiliki barang milik orang lain dengan melawan hukum, tindak pidana ini tidak luput dari sasaran Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan untuk segera ditangani.

1 Wirjono Prodjodikoro,Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Cetakan kedua,

(13)

Salah satu jenis tindak pidana pencurian yang paling sering terjadi di dalam lingkungan warga masyarakat adalah pencurian sepeda motor dengan pemberatan

atau biasa disebut dengan (curanmor atau curat), tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan merupakan jenis tindak pidana pencurian terhadap harta benda, sifat dari tindak pidana pencurian adalah merugikan kekayaan korban dan

barang yang diambil harus berharga.

Kasus tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan di Kepolisian Resor Surabaya Selatan yang dijadikan obyek penelitian, yaitu : pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang dilakukan oleh tersangka Antonius alexander dengan Ferdinan rudolf lopulalan, kedua tersangka telah melakukan pencurian dengan pemberatan,dengan cara merusak sepeda motor korban dengan menggunakan kunci T, pada hari rabu sekitar jam 19.10 Wib di perum gunung sari indah blok BB no. 36 Surabaya.2

Prosedur pelaporan korban pencurian sepeda motor dengan pemberatan di Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yaitu :

1. Identitas diri pelapor : korban haruslah melapor terlebih dahulu pada bagian SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) dengan membawa identitas diri.

2. Korban juga harus membawa kelengkapan surat-surat sepeda motor, yang berupa BPKB dan STNK atau dokumen-dokumen lain yang diduga kuat dapat digunakan sebagai barang bukti kepemilikan.3

Proses penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan di Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yaitu :

1. Adanya pelaporan korban.

2. Dilakukannya penyitaan barang bukti. 3. Pemeriksaan saksi.

2Bio Data Kepala Unit I Pidana Umum, Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha

Putra, Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan, Jalan Dukuh Kupang XVI/26-28 Surabaya

(14)

4. Dilakukanya pengiriman barang bukti ke Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

5. Dibuatkan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP). 6. Berkas lengkap segera dilakukan P.21.4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka, rumusan masalah yang

akan diteliti adalah :

1. Bagaimana tindakan operasional pihak Reserse Kriminal dalam pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan ?

2. Apa hambatan dan solusi dalam pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tindakan pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan oleh pihak Reserse Kriminal.

2. Untuk mengetahui hambatan dan solusi atas pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan oleh pihak Reserse Kriminal.

D. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis :

a. Untuk mengetahui secara pasti teori ilmu hukum dalam kasus pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

(15)

b. Untuk pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan hukum pidana khususnya tentang kasus pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

c. Untuk menambah informasi bagi yang berkepentingan dalam kasus pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi Kepolisian adalah diharapkan agar selalu memberikan pengarahan kepada masyarakat agar kasus pencurian sepeda motor dengan

pemberatan yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat dapat segera ditangani oleh Kepolisian khususnya pihak Reserse Kriminal dan ditangkap pelakunya, agar kasus seperti ini tidak merajalela di

tengah-tengah masyarakat.

b. Bagi Pelaku adalah agar si pelaku jera dan tidak mengulangi tindak kejahatan tersebut.

c. Bagi Korban adalah agar dapat memberikan pemahaman kepada korban, tentang bentuk pencurian sepeda motor dengan pemberatan, agar dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap sepeda motornya di setiap

(16)

E. Kajian Pustaka

1. Tugas Dan Fungsi Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan salah satu instansi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat dimana peraturan pelaksanaannya berdasarkan tugas pokok dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diatur di dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan standart oprasional prosedur (SOP) Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam penegakan hukum kepada masyarakat tetap berdasarkan atas Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 2, merumuskan sebagai berikut :

Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

“Kepolisian adalah merupakan suatu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”. Pasal 13, merumuskan sebagai berikut :

Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

1. Untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. 2. Menegakkan hukum.

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat.5

5Pasal 2 Dan Pasal 13 , Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian

(17)

Menegakkan dan menjunjung tinggi hukum adalah merupakan salah satu tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menangani segala jenis

tindak pidana, yaitu : melalui proses penyelidikan dan proses penyidikan. Proses penyelidikan oleh pihak Kepolisian dilaksanakan setelah adanya pelaporan dari korban, prosedur pelaporan korban di Kepolisian Resor Surabaya

Selatan, adalah :

1. Korban harus melapor pada bagian SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian),

dengan membawa identitas diri.

2. Korban juga harus membawa berkas-berkas atau kelengkapan lain, yang nantinya akan digunakan dalam proses penyelidikan dan penyidikan.6

2. Proses Penyelidikan dan Penyidikan

Proses penyelidikan merupakan tindakan pertama yang akan dilakukan oleh Pihak Kepolisian, setelah adanya laporan oleh pihak korban, maka akan

segera melakukan proses penyelidikan.

Proses penyelidikan adalah Serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana

guna menentukan dapat atau tindakannya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.7

Setelah melakukan proses penyelidikan, kemudian Kepolisian

melakukan proses penyidikan, proses penyidikan adalah Serangkaian tindakan

6Op.cit

(18)

penyidikan dalam hal dan menurut tata cara yang diatur oleh undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti ini dapat membuat

terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.8

3. Pengertian Pencurian Dengan Pemberatan.

Pengertian pencurian adalah sebagaimana yang dimaksud di dalam

Pasal 362 KUHP, Pencurian sendiri mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 1. Perbuatan “mengambil”

2. Yang diambil harus “sesuatu barang”

3. Barang itu harus ”seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk ”memiliki” barang itu dengan ”melawan hak”.9

Pencurian dengan dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan adalah pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan arena diancam

dengan pidana lebih berat pula dari pencurian biasa.10

Pencurian dengan dengan pemberatan, merupakan pencurian yang

disertai unsur-unsur yang dapat memberatkan si pelaku, yaitu :

1. Pencurian pada waktu kebakaran, banjir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan, atau bahaya perang.

2. Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman, atau di pekarangan tertutup yang ada disitu ada rumah kediaman, dilakukan oleh

8Ibid, h. 118.

(19)

orang yang ada disitu tanpa setahu atau bertentangan dengan kehendak yang berhak.

3. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.

4. Pencurian yang dilakukan dengan jalan membongkar, merusak, atau memanjat, atau memakai anak kunci palsu, yaitu untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau dapat mengambil barang yang akan dicuri.11

Pengertian Mengambil adalah seseorang dapat dikatakan mengambil,

apabila telah melakukan perbuatannya secara paksa (merampas barang milik orang lain), dan tanpa persetujuan si pemilik.

Mengambil adalah mengambil untuk dikuasai, maksudnya pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya, apabila waktu memiliki barangnya sudah ada ditangannya, maka perbuatan ini bukan pencurian, tetapi penggelapan. Pengambilan (pencurian) itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang tersebut sudah pindah tempat, bila orang baru memegang saja barang itu, dan belum berpindah tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan sebagai mencuri, akan tetapi dia baru mencoba mencuri.12

Pengertian Sesuatu Barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang (manusia tidak termasuk), misalnya uang, baju, kalung, dsb.13

Menurut Van Bemmelen suatu perbuatan tindak pidana pencurian memiliki sifat yaitu merugikan kekayaan korban, maka barang yang diambil

harus berharga, misalnya sepeda motor, emas, uang dan barang-barang berharga lainnya.

11C.S.T Kansil, et al,Pokok-Pokok Hukum Pidana Hukum Pidana Untuk Tiap Orang,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, h. 145.

(20)

Barang itu seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain adalah sebagian kepunyaan orang lain, suatu barang yang bukan kepunyaan seseorang

tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar yang hidup di alam, barang-barang yang sudah dibuang oleh yang punya, dan sebagainya.

Pengertian ”Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud

untuk dimilikinya”. Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukan pencurian, seorang menemui barang dijalan kemudian diambilnya, bila pada waktu mengambil itu sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, masuk pencurian. Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa barang akan diserahkan pada polisi, akan tetapi serenta datang dirumah barang itu dimiliki untuk diri sendiri (tidak diserahkan pada polisi), dia salah menggelapkan, karena barang yang dimilikinya sudah berada ditangannya.14

Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimilikinya menurut penulis, adalah seseorang mengambil suatu barang dengan

mempunyai sifat untuk dimilikinya secara utuh, tanpa sepengetahuan dari orang lain.

Menurut Noyon-Langemeyer mengenai ”memiliki barang”

menjelmakan menjadi perbuatan tertentu suatu niat untuk memanfaatkan suatu barang menurut kehendaknya sendiri.

Menurut Van Bemelen melakukan suatu perbuatan yang di dalamnya jelas tampak suatu niat yang sudah lebih dulu ditentukan untuk menjadi satu-satunya orang yang berdaya memperlakukan barang itu menurut kehendaknya.

(21)

Dia juga berpendapat bahwa berbuat sesuatu dengan suatu barang seolah-olah pemilik barang itu, dengan perbuatan tertentu itu si pelaku melanggar hukum.15

Sifat melanggar hukum merupakan salah satu unsur dari suatu tindak pidana, di dalam tindak pidana disebutkan bahwa perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan pidana menganut azas legalitas (principle of legality), azas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sebagai demikian oleh suatu aturan undang-undang Pasal 1 ayat 1 KUHP, yaitu nullum delictum sine praevina lege poenali : Peristiwa pidana tidak akan ada, jika ketentuan pidana dalam undang-undang tidak ada terlebih dahulu.16

4. Pengertian Sepeda Motor.

Sepeda Motor merupakan kendaraan umum yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat, untuk menjalankan aktifitasnya agar tidak terganggu oleh kemacetan kota, sepeda motor merupakan kendaraan yang praktis dan sangat

berharga bagi pemiliknya.

Sepeda motor sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 1 ayat 20, Undang-undang nomor 22 tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

dan Pasal 1 ayat 2, Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, yaitu :

“Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua, atau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping”.17

15Wirjono Prodjodikoro,op.cit., h. 17. 16R. Soesilo,Op.cit, h. 27.

17Pasal 1 ayat 20, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

(22)

F. Metodelogi Penelitian Hukum

1. Jenis Dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian Yuridis Normatif, yaitu : mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat,

dan menjadi acuan perilaku setiap orang.18

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum deskriptif

bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.19

Jadi dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan tipe penelitian menggunakan penelitian hukum diskriptif.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder. Data Sekunder, adalah : data yang bersumber dari perundang-undangan atau terdiri dari bahan hukum, baik itu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer, yaitu : bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, dan terdiri dari :

18 Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum,PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2004, h. 52.

(23)

1. Norma atau kaidah dasar, yaitu : Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

2. Peraturan Perundang-undangan, yaitu : - Undang-undang.

- Peraturan pemerintah.

Berdasarkan teori diatas, maka Bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah :

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

3. Undang-undang nomor 2 tahun 2002, tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

4. Undang-undang nomor 22 tahun 2009, tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

5. Peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1993, tentang Kendaraan dan Pengemudi.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : memberikan penjelasan mengenai bahan

(24)

c. Bahan Hukum tersier, yaitu : bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya : kamus-kamus

(hukum), ensiklopedia, dan sebagainya.20 3. Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menganalisis skripsi

ini, adalah : Data Sekunder, yaitu : studi kepustakaan, dengan cara mempelajari buku-buku, Undang-undang, KUHP, Peraturan pemerintah yang berkenaan

dengan tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan.21 4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah metode

kualitatif, yaitu : menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis, kemudian hasilnya akan

dimanfaatkan untuk membahas permasalahan yang diajukan di dalam skripsi ini.22

5. Sistemetika Penulisan

Untuk mengetahui keseluruhan isi dari skripsi ini, maka dibuat suatu sistematika secara garis besar yang terdiri dari 4 (empat) bab, yang selengkapnya adalah sebagai berikut :

(25)

BAB I : merupakan pendahuluan yang meliputi uraian tentang latar belakang masalah, latar belakang ini adalah dasar dari pemilihan judul skripsi,

setelah di dapatkan permasalahan maka dimasukkan ke dalam rumusan masalah yang akan menjadi topik pembahasan. Di dalam bab I ini juga terdapat tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan metode penelitian. Agar

keempat bagian tersebut dapat digunakan dalam menentukan arah dari skripsi ini. Dengan maksud apa yang dikonsepkan dapat terarah dengan jelas. Dan

yang terakhir adalah sistematika penulisan yang berguna untuk meringkas poin yang ada di dalam skripsi.

BAB II : pada bab II merupakan bab pembahasan, dalam bab II ini akan

membahas tentang rumusan masalah pada bab I, yaitu : tindakan operasional pihak Reserse Kriminal dalam pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan, yang meliputi : skema proses pelaporan dan

penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan, proses pelaporan korban pencurian sepeda motor dengan pemberatan, proses penyelidikan korban pencurian sepeda motor dengan pemberatan, proses penyidikan korban

pencurian sepeda motor dengan pemberatan, terdiri atas : proses penangkapan, proses penahanan, proses penggeledahan, proses penyitaan, kasus pencurian sepeda motor dengan pemberatan di wilayah Polres Surabaya Selatan, terdiri

(26)

BAB III : pada bab III merupakan bab pembahasan, dalam bab III ini akan membahas tentang rumusan masalah pada bab I, yaitu : hambatan dan

solusi dalam pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan, yang meliputi : Jumlah kasus pencurian sepeda motor dengan pemberatan, hambatan atas pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor

dengan pemberatan, solusi atas pelaporan dan penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

BAB IV : pada bab IV adalah bab penutup atau akhir, dimana pada bab ini terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu : kesimpulan dari semua pokok bahasan (dari bab I, bab II, bab III) dan saran yang dapat diharapkan dapat berguna bagi

(27)

BAB II

TINDAKAN OPERASIONAL PIHAK RESERSE KRIMINAL DALAM PELAPORAN DAN PENYIDIKAN PENCURIAN SEPEDA MOTOR

DENGAN PEMBERATAN

A. Skema Proses Pelaporan Dan Penyidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan

Pemberatan

Adanya Pelaporan dengan Membawa Barang Bukti Kepemilikan

Penangkapan Tersangka Dan

Penyitaan Barang Bukti

Kirim Barang Bukti ke Polres Surabaya Selatan

Perpanjangan

Penahanan Selama 40 Hari ke Kejaksaan Negeri

(28)

B. Proses Pelaporan Korban Pencurian Sepeda

Motor Dengan Pemberatan

“Laporan adalah pemberitahuan yang

disampaikan oleh

seseorang karena hak dan

kewajibannya berdasarkan undang-undang kepada

pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi

peristiwa pidana”.23

Korban pencurian sepeda motor dengan pemberatan, wajib melapor kepada pihak kepolisian.Apabila suatu tindak pidana pencurian

sepeda motor itu terjadi di wilayah bagian Surabaya Selatan, maka korban dapat melapor ke Kepolisian Resor Surabaya Selatan atau ke Polsek-polsek yang masih berada

di dalam wilayah Resor Surabaya Selatan, tetapi apabila

23Pasal 1 Ayat 24, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Karya Anda, Surabaya, h. 4.

Negeri Dikirim Kejaksaan Dan BP

(29)

pencurian sepeda motor dengan pemberatan itu terjadi di wilayah bagian Kepolisian Resor Surabaya Timur, Kepolisian Resor Surabaya Utara, atau

Kepolisian Pelaksana Pengamanan Pelabuhan Tanjung Perak (KP3 Tanjung Perak), maka para korban tindak pidana haruslah melapor ke Kepolisian berdasarkan sub bagian wilayahnya. Hal tersebut dikarenakan setiap kantor

Kepolisian memiliki wilayah-wilayah tertentu di dalam proses penanganan penyelidikan, penangkapan, maupun penyelesaian suatu kasus tindak pidana.

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh korban untuk melapor ke bagian Sentra

Pelayanan Kepolisian (SPK) Kepolisian Resor Surabaya Selatan, berkaitan dengan terjadinya pencurian sepeda motor dengan pemberatan, yaitu :

1. Identitas diri pelapor : korban haruslah melapor terlebih dahulu pada bagian SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) dengan membawa identitas diri.

2. Korban juga harus membawa kelengkapan surat-surat sepeda motor, yang berupa BPKB dan STNK.

3. Apabila BPKB dan STNK sepeda motor tersebut milik sendiri dapat digunakan sebagai barang bukti kepemilikan dalam suatu penyidikan, tetapi apabila BPKB dan STNK sepeda motor tersebut milik orang lain, maka pelapor wajib menunjukkan kwitansi pembelian sepeda motor atau dokumen-dokumen lain yang diduga kuat dapat digunakan sebagai barang bukti kepemilikan.

4. Setelah korban melapor, pihak Kepolisian akan memberikan bukti lapor bahwa korban telah melapor Ke Kepolisian Resor Surabaya Selatan.

(30)

sebagai dasar hukumnya, yaitu Pasal 5a dan Pasal 5b Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.24

C. Proses Penyelidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan

Reserse Kriminal (Reskrim) merupakan salah satu bagian Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum di masyarakat.25

Penyelidikan bukanlah merupakan fungsi yang berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan, tetapi hanya merupakan salah satu cara atau metode atau sub dari pada fungsi penyidikan, yang mendahului tindakan lain, yaitu : penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, pengeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian, penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum.26

Penyelidik, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4 KUHAP adalah setiap pejabat Polisi Negara Kesatuan Republik Indonesia, adapun dalam praktek

untuk proses penyelidikan pelaku pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang dilakukan oleh pihak Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan, sebagaimana yang dimaksud dalam KUHAP, adalah :

Pasal 1 ayat 5 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut tata cara yang diatur di dalam undang-undang ini”.27

24Op.cit 25Ibid

26Djoko Prakoso,Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, h. 43.

(31)

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, dari adanya

laporan oleh korban pencurian sepeda motor, kemudian laporan tersebut diserahkan ke pada pihak Reserse Kriminal unit I Pidana Umum, selanjutnya akan dilakukan proses penyelidikan, antara lain :

1. Para anggota Reserse Kriminal unit I Pidana Umum dibantu dengan Kepala SPK (Sentra Pelayanan Kepolisisan) yang semuanya berjumlah 6 anggota, yang terdiri atas : 4 anggota Reserse Kriminal unit I Pidana Umum dan 2 anggota SPK menuju ke TKP (Tempat Kejadian Perkara). 2. Memasangkan Police Line di TKP untuk melakukan pemeriksaan sidik

jari yang ditinggalkan oleh pelaku.

3. Memeriksa saksi yang secara tidak sengaja melihat kejadian tersebut dan dimintai keterangannya.

4. Mencari barang bukti yang tertinggal di TKP.28

Apabila proses penyelidikan sudah dilaksanakan, dan pihak Reserse Kriminal sudah mendapatkan bukti pertama di tempat kejadian perkara (TKP) yang dapat membuktikan bahwa benar telah terjadi pencurian sepeda motor

dengan pemberatan, kemudian akan segera dilaksanakannya proses penyidikan oleh pihak Reserse Kriminal.

D. Proses Penyidikan Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan

Tahap penyelidikan dan penyidikan oleh penyidik Pihak Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang adanya tindak pertama.

(32)

2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian. 3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

4. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

5. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. 6. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

9. Mengadakan penghentian penyelidikan.

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.29 Proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik pihak Reserse Kriminal

Kepolisian Resor Surabaya Selatan, sebagaimana yang dimaksud dalam KUHAP, adalah :

Pasal 1 ayat 2 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut tata cara yang diatur oleh undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti ini dapat membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.30

Menurut De Pinto, menyidik berarti pemeriksaan permulaan oleh

pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum.31

Dalam KUHAP yang dapat menjadi seorang penyidik adalah terdapat di dalam pasal 6 ayat 1, merumuskan sebagai berikut :

“Penyidik adalah :

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia.

(33)

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang”.32

Proses penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian, terdiri atas : 1. Proses penangkapan.

2. Proses penahanan.

3. Proses penggeledahan. 4. Proses penyitaan.

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan

Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, adapun dalam praktek untuk proses penyidikan terhadap pelaku pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang dilakukan oleh pihak Reserse Kriminal Kepolisian Resor

Surabaya Selatan , yaitu :

1. Proses penyidikan pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang dilakukan berdasarkan atas laporan yang diterima maupun diketahui telah tertangkap tangan melakukan pencurian sepeda motor, penyidik yang mengetahui dan menerima laporan tentang terjadinya peristiwa tersebut, wajib segera melakukan pemanggilan dan penangkapan kepada tersangka atau pelaku pencurian sepeda motor dengan pemberatan, tetapi apabila terjadi salah tangkap terhadap yang diduga sebagai tersangka, maka sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Pasal 77 KUHAP akan dilakukan Pra Peradilan ke Pengadilan Negeri dan juga dapat dilakukan dengan jalan damai, tergantung pada pihak keluarganya, tetapi apabila tersangka yang dicurigai benar telah melakukan pencurian sepeda motor dengan pemberatan, maka akan segera ditindak lanjuti oleh pihak Reserse Kriminal.

2. Dilakukannya penyitaan terhadap barang bukti, baik barang bukti kepemilikan dan barang bukti pencurian sepeda motor dengan pemberatan oleh para penyidik atau penyidik pembantu atas izin dari

(34)

Ketua Pengadilan Negeri setempat melalui Surat Penyitaan, berupa : - BPKB atau STNK sepeda motor milik sendiri. Apabila BPKB dan

STNK milik orang lain, maka pelapor wajib memberikan kwitansi pembelian sepeda motor tersebut untuk digunakan sebagai barang bukti kepemilikan.

- Surat atau dokumen-dokumen yang dapat membuat terang terjadinya tindak pidana pencurian sepeda motor.

- Motor hasil pencurian, dan sebuah kunci T atau alat lain yang digunakan untuk melakukan aksi pencuriannya, sebagai barang bukti pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

3. Setiap orang yang melihat, mengalami, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa tindak pidana, dapat dijadikan sebagai saksi guna dimintai keterangannya untuk membuat terang suatu peristiwa tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

4. Dilakukan pengiriman barang bukti ke Kepolisian Resor Surabaya Selatan untuk segera melakukan pemeriksaan dan sidik jari, guna melengkapi :

- Berita Acara Pemeriksaan (BAP), terdiri atas : 1. Berita Acara Pemeriksaan Saksi, dan 2. Berita Acara Pemeriksaan Tersangka. - Administrasi penyidikan, terdiri atas :

1. Surat Laporan Polisi.

- Dibuatkan Surat Pemberitahuan Keluarga baik Surat Penahanan Tersangka dan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) yang ditujukan pada keluarga tersangka dan korban tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan.

(35)

untuk dibawa ke Pengadilan Negeri.

6. Mengajukan perpanjangan penahanan selama 40 (empat puluh) hari ke Kejaksaan Negeri, apabila masih ada kepentingan berkas perkara belum lengkap.

7. Apabila semua berkas perkara telah lengkap, segera dikirim ke Kejaksaan Negeri dan berkas perkara dinyatakan P.21 (lengkap) tersangka, barang bukti, dan saksi-saksi tersebut dilimpahkan ke Kejaksaan.33

1. Proses Penangkapan Tersangka Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan

Pengertian penangkapan sebagaimana yang dimaksud di dalam

KUHAP, yaitu :

Pasal 1 ayat 20 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur di dalam undang-undang ini”.34

Proses penangkapan merupakan salah satu bagian penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan oleh penyidik pihak Reserse Kriminal

Kepolisian Resor Surabaya Selatan, sebagaimana tercantum di dalam pasal 16, pasal 17, pasal 18 KUHAP, yaitu :

Pasal 16 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

1. Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penahanan.

2. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan.

Pasal 17 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang di duga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.

33Op.cit

(36)

Pasal 18 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.

2. Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu.

3. Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus diberikan kepada keluarganya setelah penangkapan dilakukan.35

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, adapun

dalam prakteknya untuk proses penangkapan terhadap pelaku pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang dilakukan oleh pihak penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yaitu :

1. Berdasarkan atas laporan korban dan terkumpulnya saksi-saksi yang dapat memberikan informasi atas keberadaan tersangka.

2. Berdasarkan pengintaian yang dilakukan oleh aparat Kepolisian. 3. Setelah keberadaan tersangka telah diketahui, kemudian Seluruh

anggota Pihak Reserse Kriminal Unit 1 Pidana Umum segera menuju ke tempat persembunyian tersangka untuk melakukan penyergapan dan penangkapan terhadap tersangka dengan menggunakan surat perintah penangkapan atas perintah dari pimpinan Kepolisian dan langsung menyita barang bukti yang di dapat pada waktu penangkapan, kecuali dalam hal tertangkap tangan.36

(37)

Penangkapan dalam hal tertangkap tangan dapat dilakukan oleh setiap orang hanya berlangsung antara ditangkapnya tersangka sampai ke pos polisi

atau orang yang menangkap pelaku segera memanggil pihak Kepolisian untuk datang ke lokasi, kemudian Kepolisian atau penyidik pihak Reserse Kriminal akan mengambil alih tersangka tanpa adanya surat perintah penangkapan, dan

akan ditahan tanpa adanya surat perintah penahanan apabila tersangka yang diketahui telah tertangkap tangan dan terbukti benar telah melakukan perbuatan

pidana, Surat perintah penangkapan dan surat perintah penahanan nantinya akan diberikan kepada keluarga korban, apabila ada informasi tentang keluarga korban.

Pengertian tertangkap tangan menurut Pasal 1 ayat 19 KUHAP, yaitu : Pasal 1 ayat 19 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukan bahwa dia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu”.37

2. Proses Penahanan Tersangka Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan

Pengertian penahanan sebagaimana yang dimaksud di dalam KUHAP, yaitu :

Pasal 1 ayat 21 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

(38)

“Penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.38

Menurut KUHAP ada berbagai macam jenis bentuk-bentuk penahanan yang dilakukan di dalam proses penyidikan, yaitu :

Di dalam Pasal 22 ayat 1 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

Jenis penahanan dapat berupa : 1. Penahanan rumah tahanan negara. 2. Penahanan rumah.

3. Penahanan kota.39

Cara pelaksanaan penahanan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 22 ayat 2, 3, 4, dan 5 KUHAP, yaitu :

Pasal 22 ayat 2, merumuskan sebagai berikut :

“Penahanan rumah dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau terdakwa dengan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan di dalam proses penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan”.

Pasal 22 ayat 3, merumuskan sebagai berikut :

“Penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan”.

Pasal 22 ayat 4, merumuskan sebagai berikut :

“Masa penangkapan dan atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan”.

Pasal 22 ayat 5, merumuskan sebagai berikut :

(39)

“Untuk penahanan kota pengurangan tersebut seperlima jumlah lamanya waktu penahanan sedangkan untuk penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamanya waktu penahanan”.40

Namun perlu diperhatikan adanya ketentuan pengecualian tentang penahanan yang diatur di dalam Pasal 29 ayat 1 KUHAP yaitu, merumuskan sebagai berikut :

“Dikecualikan dari jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut pada pasal 24, pasal 25, pasal 26, pasal 27, dan pasal 28, guna kepentingan pemeriksaan, penahanan terhadap tersangka atau terdakwa dapat diperpanjang berdasarkan alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena :

a. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau b. Perkara yang sedang diperiksa diancam pidana penjara sembilan

tahun atau lebih”.41

Adapun dalam praktek untuk proses penahanan terhadap pelaku pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang dilakukan oleh pihak penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 KUHAP yaitu : Pasal 20, merumuskan sebagai berikut :

Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud di dalam pasal 11 berwenang melakukan penahanan.

1. Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan.

2. Untuk kepentingan pemeriksaan hakim disidang pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan.

Pasal 21, merumuskan sebagai berikut :

(40)

1. Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.

2. Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan serta ditahan.

3. Tembusan surat perintah penahanan atau penahan lanjutan atau penetapan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harus diberikan kepada keluarganya.

4. Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan pemberian bantuan dalam tindak pidana”.

Pasal 24, merumuskan sebagai berikut :

1. Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari. 2. Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat 1 apabila diperlukan

guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk paling lama empat puluh hari.

3. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum berakhir pada waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

4. Setelah waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.42

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, proses

penahanan yang dilakukan oleh penyidik pihak Reserse Kriminal, dengan menggunakan surat perintah penahanan yang ditujukan kepada penyidik dan

(41)

penyidik pembantu atas perintah dari pimpinan Kepolisian, kemudian proses penahanan hanya dilakukan dalam waktu 20 (dua puluh) hari dan bila di dalam

20 (dua puluh) hari proses penyidikannya belum selesai, maka Penyidik akan meminta perpanjangan penahanan dengan menggunakan surat permintaan perpanjangan penahanan kepada Kejaksaan sebelum waktu 20 (dua puluh) hari

itu selesai, yaitu 10 (sepuluh) harinya sebelum proses penahanannya berakhir, penyidik harus segera meminta perpanjangan penahanan kepada Kejaksaan

selama 40 (empat puluh) hari.

Proses penyidikan semua berkas-berkas telah lengkap, antara lain bukti-buktinya telah lengkap, begitu juga dengan saksi-saksi sebelum 20 (dua puluh)

hari, misalnya 10 (sepuluh) hari berkas telah lengkap, maka segeralah dilakukannya P.21 (semua berkas, bukti, saksi dan tersangkanya akan diserahkan ke Kejaksaan).

Apabila di dalam proses penyidikan semua berkas-berkas telah lengkap, antara lain bukti-buktinya telah lengkap, begitu juga dengan saksi-saksinya, tetapi satu tersangka belum tertangkap, setelah 60 (enam puluh) hari masa

penahanan bisa dilakukan P.21 (semua berkas, bukti, saksi dan tersangkanya akan diserahkan ke Kejaksaan), dan di dalam berkas perkara nantinya akan diberikan DPO (Daftar Pencarian Orang).

(42)

tertangkap, dan saksi-saksinya juga belum lengkap, setelah 60 (enam puluh) hari masa penahanan, maka pihak penyidik berhak untuk segera melakukan

penghentian penyidikan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 huruf i KUHAP dengan menggunakan SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) yang akan diberikan kepada Kejaksaan, tersangka atau

keluarganya, dan penyidik akan segera mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.

Jadi, proses penahanan yang dilakukan oleh penyidik semuanya tetap berdasarkan atas KUHAP, dan juga bergantung pada proses penyidikan pihak Reserse Kriminal sebagai penyidik, proses penahanan dilakukan untuk melengkapi berkas perkara, dan tidak menutup kemungkinan pada waktu proses penyidikan munculnya tersangka baru, barang bukti baru dan saksi-saksi baru, yang digunakan untuk mendukung dan membuat terang suatu tindak pidana.43 3. Proses Penggeledahan Barang Bukti Pencurian Sepeda Motor Dengan

Pemberatan

Pengertian penggeledahan sebagimana yang dimaksud di dalam pasal

32 KUHAP, yaitu :

Pasal 32 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”.44 Penggeledahan ada 2 macam sebagaimana yang tertulis di dalam KUHAP, yaitu : penggeledahan rumah dan penggeledahan badan.

Pasal 1 ayat 17 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

43Op.cit

(43)

“Tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut tata cara yang diatur di dalam undang-undang ini”.

Pasal 1 ayat 18 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Tindakan penyidikan untuk mengadakan pemeriksaan badan atau pakaian tersangka untuk mencari benda-benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya untuk disita”.45

Perlindungan terhadap ketentraman rumah atau tempat kediaman orang merupakan dasar hak asasi manusia, menggeledah atau memasuki rumah atau

tempat kediaman orang dalam rangka menyidik suatu delik atau tindak pidana menurut hukum pidana, harus dibatasi dan diatur secara cermat.

Menggeledah rumah atau tempat kediaman merupakan suatu usaha

untuk mencari kebenaran, untuk mengetahui salah maupun tidak salahnya seseorang, Kepolisian berhak untuk menggeledah badan dan menggeledah rumah seseorang yang diduga sebagai tersangka yang melakukan perbuatan

pidana.46

Berarti menggeledah tidak selalu harus berarti mencari kesalahan seseorang, tetapi kadang-kadang juga bertujuan untuk mencari

ketidaksalahannya, penyidik harus betul-betul cermat dan mengikuti ketentuan-ketentuan tentang cara melakukan penggeledahan itu, agar terhindar dari pelanggaran ketentuan KUHP, yaitu Pasal 167 ayat 1 dan 429 ayat 1 KUHP.

Pasal 167 ayat 1 KUHP, merumuskan sebagai berikut :

(44)

“Barang siapa dengan melawan hukum masuk dengan memaksa ke dalam, atau dengan melawan hukum ada tinggal di dalam rumah atau tempat tertutup yang dipakai oleh orang lain, dan tidak dengan segera pergi dari tempat itu, atas permintaan orang yang berhak dipidana penjara selama-lamanya sembilan bulan penjara atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus rupiah”.47

Pasal 429 ayat 1 KUHP, merumuskan sebagai berikut :

“Pegawai negeri yang dengan melampaui batas kekuasaannya atau dengan tidak memperlihatkan peraturan yang ditentukan dalam undang-undang umum, masuk ke dalam rumah atau ke dalam ruangan atau pekarangan yang tertutup, yang di pakai oleh orang lain, tidak dengan kemauan orang itu atau jika pegawai negeri itu dengan melawan hukum ada di tempat itu dan tidak dengan segera ia pergi dari tempat setelah diperintahkan oloeh atau atas nama yang berhak, dipidana penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah”.48

Dalam KUHAP ditentukan bahwa hanya penyidik atau anggota Kepolisian yang diperintah yang boleh melakukan penggeledahan badan atau memasuki rumah orang, itupun dibatasi dengan ketentuan bahwa

penggeledahan badan dan penggeledahan rumah hanya dapat dilakukan dengan adanya surat izin penggeledahan atas izin dari ketua pengadilan negeri, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 33 dan pasal 37 KUHAP, yaitu :

Pasal 33 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

1. Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan runah yang diperlukan.

2. Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari penyidik, petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat memasuki rumah.

3. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya.

(45)

4. Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi, dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir.

5. Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuatkan suatu berita acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan.49

Pasal 37 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

1. Pada waktu menangkap tersangka, penyelidik hanya berwenang menggeledah pakaian termasuk benda yang dibawanya serta, apabila terdapat dugaan keras dengan alasan yang cukup bahwa pada tersangka tersebut terdapat benda yang disita.

2. Pada waktu menangkap tersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan atau menggeledah badan tersangka.50

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, adapun

dalam prakteknya untuk Proses penggeledahan terhadap tersangka tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan oleh pihak penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yaitu :

1. Pada waktu melakukan penangkapan terhadap tersangka pencurian sepeda motor dengan pemberatan, pihak penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan berhak untuk melakukan penggeledahan, baik penggeledahan rumah tersangka maupun penggeledahan badan tersangka tanpa surat izin dari ketua pengadilan negeri setempat.

2. Dalam melaksanakan penggeledahan pihak penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan harus disaksikan oleh ketua RT dan 2 (dua) orang saksi, dikarenakan untuk menghindari penyangkalan tersangka atas sesuatu yang ditemukan dalam penggeledahan, atau tuduhan tersangka kepada penyidik apabila

(46)

terjadi sesuatu pada waktu penggeledahan, misalnya : hilangnya suatu benda milik sang pemilik rumah.

3. Membuat berita acara setelah 2 (dua) harinya melakukan penggeledahan.

4. Melakukan penggeledahan badan, bagi yang di duga sebagai tersangka, dan melakukan penangkapan kepada tersangka pencurian sepeda motor dengan pemberatan.51

4. Proses Penyitaan Barang Bukti Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan

Pengertian penyitaan sebagaimana yang dimaksud di dalam pasal 1 ayat 16 KUHAP, yaitu :

Pasal 1 ayat 16, merumuskan sebagai berikut :

“Serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan”.52

Proses penyitaan yang dilakukan oleh Kepolisian, sebagaimana yang dimaksud di dalam pasal 38, pasal 39 ayat 1, pasal 40 KUHAP, yaitu :

Pasal 38 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

1. Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat.

2. Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilaman penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi ketentuan ayat 1 penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh persetujuannya.

Pasal 39 ayat 1 KUHAP, merumuskan sebagai berikut : 1. yang dapat dikenakan penyitaan adalah :

51Op.cit

(47)

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.

b. Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya.

c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan tindak pidana.

e. Benda yang lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

Pasal 40 KUHAP, merumuskan sebagai berikut :

“Dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukti”.53

Pihak Kepolisian di dalam melakukan proses penyitaan harus dengan

adanya surat izin penyitaan dari ketua pengadilan negeri setempat, sebagaimana yang telah disebutkan dalam KUHAP.

Menurut Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Shabda Purusha Putra Satuan

Reserse Kriminal Kanit I Pidum Kepolisian Resor Surabaya Selatan, adapun dalam prakteknya untuk proses penyitaan barang bukti tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan oleh pihak penyidik Reserse Kriminal

Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yaitu :

1. Dalam hal tertangkap tangan penyidik pihak Reserse Kriminal berhak langsung mengambil barang bukti pencurian sepeda motor dengan pemberatan, tanpa memakai surat izin penyitaan dari pengadilan negeri, dikarenakan telah terbukti benar melakukan perbuatan pidana. 2. Penyidik pihak Reserse Kriminal berhak melakukan penyitaan, pada saat dilakukannya penangkapan tersangka pencurian sepeda motor

(48)

dengan pemberatan, penggeledahan rumah tersangka atau penggeledahan badan tersangka bila telah ditemukannya barang yang diduga digunakan untuk melakukan suatu kejahatan, dengan menggunakan surat izin penyitaan dari pengadilan negeri, misalnya : Kunci T, sepeda motor, dan surat-surat atau dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan pencurian sepeda motor dengan pemberatan.54

Apabila proses penyidikan yang dilakukan oleh pihak Reserse Kriminal

Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yang meliputi : Proses penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan telah dilaksanakan, kemudian akan segera dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), berarti semua berkas

perkara telah lengkap, dan akan segera dikirim ke Kejaksaan Negeri dan berkas perkara dinyatakan P.21 (lengkap) semua berkas perkara, tersangka, barang bukti, dan saksi-saksi tersebut dilimpahkan ke Kejaksaan.

E. Kasus Pencurian Sepeda Motor Dengan Pemberatan Di Wilayah Polres Surabaya Selatan

1. Fakta Hukum

Salah satu kasus pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang di

dapat melalui wawancara dengan pihak Reserse Kriminal Kepala Unit I Pidana Umum Inspektur Dua (IPDA) Bapak. Sabda Purusha Putra yang

terjadi di wilayah Kepolisian Resor Surabaya Selatan, yaitu : tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan yang dilakukan oleh tersangka Antonius alexander dengan Ferdinan rudolf lopulalan, kedua

tersangka ini telah melakukan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor

(49)

pada hari rabu, sekitar jam 19.10 Wib di perum gunung sari indah blok BB no. 36 Surabaya.

Urutan kejadiannya, yaitu : pertama, tersangka Antonius alexander dijemput oleh teman tersangka yang bernama Ferdinan rudolf lopulalan, kemudian kedua tersangka ini berangkat mencari sasaran, dan sesampainya di

perum gunung sari indah blok BB no. 36 Surabaya, kedua tersangka melihat ada sepeda motor yamaha mio yang di parkir di depan rumah dan sedang

ditinggal oleh pemiliknya, selanjutnya tersangka Ferdinan rudolf lopulalan menyerahkan sebuah kunci palsu berbentuk letter T yang sudah dipersiapkan oleh kedua tersangka untuk mencuri sepeda motor tersebut kepada Antonius

alexander, kemudian Antonius alexander turun dan melaksanakan aksinya dengan mencuri sepeda motor tersebut dengan cara merusak kunci kontak dengan menggunakan kunci palsu berbentuk letter T tersebut, dan setelah

aksinya berhasil kedua tersangka segera melarikan diri, kedua tersangka di dalam melakukan aksinya sempat diketahui oleh Ariyandi (saudara korban) dan Ariyanto (pemilik sepeda motor), kemudian saudara korban dan pemilik

sepeda motor sempat mengejar kedua tersangka namun tidak berhasil. 2. Pertimbangan Hukum

Kasus yang terjadi antara tersangka Antonius alexander dan Ferdinan

(50)

motor merupakan barang berharga bagi pemiliknya, pencurian ini dapat dikatakan sebagai tindak pidana karena memiliki sifat merugikan kekayaan

korban dan barang yang diambil oleh tersangka haruslah barang berharga, misalnya : sepeda motor korban. Kasus diatas dapat dikatakan pencurian dengan pemberatan dikarenakan telah mengandung unsur-unsur pencurian di

dalam pasal 362 KUHP dan mengandung unsur-unsur pencurian di dalam pasal 363 KUHP yang dapat memberatkan tersangka.

Dari kasus diatas kedua tersangka telah melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan, dikarenakan mengandung unsur dalam pencurian, yaitu :

1. “Mengambil” : kedua tersangka telah memiliki niat untuk mengambil sepeda motor korban untuk dikuasainya, dan sepeda motor tersebut telah berpindah tempat dengan telah dimiliki oleh

kedua tersangka.

2. “Sesuatu barang” : barang yang dicuri oleh kedua tersangka

adalah sebuah sepeda motor yamaha mio.

3. “Seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain” : sepeda motor

(51)

4. “Memiliki barang itu dengan melawan hukum” : kedua tersangka mengambil sepeda motor korban dengan sengaja dan dengan

niatan untuk memiliki sepeda motor korban

Pencurian ini merupakan tindak pidana yang memiliki sifat merugikan kekayaan korban, dan barang yang diambil oleh tersangka harus berharga,

misalnya sepeda motor milik korban.

Pencurian tersebut juga didukung dengan keadaan tertentu yang dapat

memberatkan pelaku, yaitu :

1. Pencurian pada waktu kebakaran, banjir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar,

kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan, atau bahaya perang.

2. Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman, atau

di pekarangan tertutup yang ada di situ ada rumah kediaman, dilakukan oleh orang yang ada disitu tanpa setahu atau bertentangan dengan kehendak yang berhak.

3. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.

4. Pencurian yang dilakukan dengan jalan membongkar, merusak,

(52)

masuk ke tempat kejahatan atau dapat mengambil barang yang akan dicuri

Sanksi yang dapat diberikan dari pihak penyidik reserse kriminal oleh kedua pelaku pencurian sepeda motor dengan pemberatan diatas berdasarkan pertimbangan hukum yang ada, adalah : kedua pelaku akan dijatuhi hukuman

penjara selama-lamanya 9 (sembilan) tahun.

Apabila kasus diatas hanya terdiri atas satu orang pelaku, dan

mempunyai niatan untuk mengambil barang milik orang lain tersebut dengan adanya suatu kesempatan memungkinkannya untuk melakukan tindak pidana pencurian, maka sanksi yang dapat diberikan dari pihak penyidik reserse

kriminal oleh pelaku pencurian berdasarkan pertimbangan hukum yang ada, adalah : pelaku akan dijatuhi hukuman penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun.

3. Analisa Hukum

Kasus tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan yang terjadi pada hari rabu, sekitar jam 19.10 Wib di perum gunung sari indah blok

BB no. 36 Surabaya, yang dilakukan oleh tersangka Antonius alexander dan Ferdinan rudolf lopulalan dengan korban Ariyanto, adalah :

1. Bahwa kedua tersangka telah melanggar pasal 363 ayat 3e,4e, dan 5e,

(53)

- Ayat 3e : barang siapa melakukan pencurian pada waktu malam hari, dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya,

dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau bertentangan dengan kemauan orang yang berhak.

- Ayat 4e : pencurian itu dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih.

- Ayat 5e : pencurian itu dilakukan dengan jalan membongkar, merusak,

atau memanjat, atau memakai anak kunci palsu, yaitu untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau dapat mengambil barang yang akan dicuri.

2. Mengandung unsur-unsur pasal 363 KUHP, yaitu :

- Barang siapa : yang dimaksud barang siapa dalam kasus tindak pidana pencurian sepeda motor dengan pemberatan ini adalah tersangka

Antonius alexander dan Ferdinan rudolf lopulalan.

- Melakukan pencurian pada waktu malam hari dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang

yang ada disitu tiada dengan setahunya atau bertentangan dengan kemauan orang yang berhak : kedua tersangka telah melakukan tindak pidana pencurian sepeda motor yamaha mio yang diparkir di depan

(54)

sepeda motor pada pukul 19.10 Wib di perum gunung sari indah blok BB no.36 Surabaya.

- Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih : dengan unsur ini tindak pidana pencurian sepeda motor yamaha mio yang diparkir di depan rumah milik saudara Ariyanto, pada pukul 19.10 Wib di perum

gunung sari indah blok BB no.36 Surabaya, telah dilakukan oleh dua orang tersangka, yaitu : Antonius alexander dan Ferdinan rudolf

lopulalan.

- Pencurian yang dilakukan dengan jalan membongkar, merusak, atau memanjat, atau memakai anak kunci palsu, yaitu untuk dapat masuk ke

tempat kejahatan atau dapat mengambil barang yang akan dicuri : dengan unsur ini tindak pidana pencurian sepeda motor yamaha mio yang diparkir di depan rumah milik saudara Ariyanto, pada pukul

19.10 Wib di perum gunung sari indah blok BB no.36 Surabaya, telah dilakukan oleh dua orang tersangka dengan jalan untuk mengambil sepeda motor korban dengan merusak kunci kontak sepeda motor

korban, menggunakan kunci palsu berbentuk letter T. 3. Jadi Kesimpulannya, yaitu :

Berdasarkan hasil analisa kasus diatas, maka unsur yang dapat

(55)

melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal : 363 ayat 3e, 4e, dan 5e KUHP.

Suatu tindak pidana pencurian sepeda motor, dapat dikatakan sebagai pencurian biasa, apabila pencurian sepeda motor tersebut mengandung unsur-unsur yang ada di dalam pasal 362 KUHP, yaitu :

1. Perbuatan “mengambil”

2. Yang diambil harus “sesuatu barang”

3. Barang itu harus ”seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk ”memiliki”

Referensi

Dokumen terkait

Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium dini menular (dalam dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari), stadium II (6 minggu-6 bulan atau 4-6

Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah.. Bandung:

Sedangkan menurut Sugiyono Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan cara mengorganisir data kedalam kategori,

Kebijakan tentang kewajiban pembuatan sumur resapan di Kota Pekanbaru terlepas dari pengawasan yang tidak dilakukan oleh dinas terkait dalam implementasi peraturan daerah

Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menge- tahui perbedaan hasil kualitas hidup antara berbagai metode manajemen nyeri pada pasien nyeri

American Association of Clinical Endocrinologists, American College of Endocrinology, and Associazione Medici Endocrinologi Medical Guidelines for Clinical Practice

Sebagai kosmologi hidup manusia Maluku, nilai yang terkandung di dalam falsafah hidop orang basudara membuka diri untuk dapat digunakan bukan saja oleh manusia

1) Komisi V DPR RI meminta Kementerian PUPR dalan hal ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menyiapkan secara optimal infrastruktur jalan untuk mendukung kelancaran lalu lintas