• Tidak ada hasil yang ditemukan

Viabilitas Serbuk Sari Teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze, Fam. Menyanthaceae) Dengan teknik Uji Warna, in-vitro dan Squash Kepala Putik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Viabilitas Serbuk Sari Teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze, Fam. Menyanthaceae) Dengan teknik Uji Warna, in-vitro dan Squash Kepala Putik."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN 978-602-294-065-4

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL BIOSAINS I

Diterbitkan Oleh :

Program Studi Magister Biologi

Program Pascasarjana

(2)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL BIOSAINS I 2014 “Biodiversitas Sebagai Penunjang Ketahanan Pangan”

Denpasar, 29 Desember 2014

Editor :

Prof. Dr. Drs. I Ketut Junitha, MS Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc, Ph.D

Ir. Made Pharmawati, M.Sc., Ph.D Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D

Dr. Ir. Yenni Ciawi

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN ... ii DAFTAR ISI ... iii MODIFIKASI PATI TALAS KIMPUL DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK SOHUN (STARCH NOODLE) ... 1

Anak Agung Istri Sri Wiadnyani, I Wayan Rai Widarta ... 1 VIABILITAS SERBUK SARI BUNGA TERATAI SUDAMALA (Nymphoides indica (L.) Kuntze, MENYANTHACEAE) DENGAN UJI WARNA, IN-VITRO DAN SQUASH KEPALA PUTIK ... 12

Gusti Ayu Nyoman Budiwati, Eniek Kriswiyanti, I Gusti Ayu Sugi Wahyuni ... 12 KARAKTERISTIK DAN VIABILITAS SERBUK SARI RAGAM KELAPA (Cocos nucifera, L.) DI BALI ... 20

Eniek Kriswiyanti ... 20 TANGGAP TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN EKSTRAK KRANDALIT, FRAKSI HUMAT, DAN MOLIBDENUM (Mo) PADA INCEPTISOLS PRAFI MANOKWARI ... 26

Ishak Musaad, Dwiana Wasgito Purnomo, Murtiningrum, Yohanis Amus Mustamu ... 26 BIOASSAY EKSTRAK KASAR (CRUDE EXTRACT) DAUN BROTOWALI (Tinospora crispa (L) Miers) PADA BAKTERI GRAM POSITIF DAN BAKTERI GRAM NEGATIF ... 35

Ida Ayu Putu Suryanti ... 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN TINGKAT PERTUMBUHAN ANAKAN SEBAGAI BUKTI TAKSONOMI PENDUKUNG VARIETAS Pandanus tectorius ASAL PULAU ROSWAR, TELUK WONDAMA, WEST PAPUA ... 41

Nurhaidah I. Sinaga1, Martinus Iwanggin1, Cicilia M.E. Susanti1 ... 41 STRUKTUR ANATOMI AKAR, BATANG DAN DAUN SERTA PENYEBARAN STOMATA DAN TRIKOMATA PADA Monochoria vaginalis (Burm. F.) Presl ... 48

Ni Putu Adriani Astiti ... 48 PERKEMBANGAN STRUKTUR MORFOLOGI EMBRIO CENDANA (Santalum Album Linn.) DARI BUNGA MEKAR HINGGA TERBENTUKNYA BUAH MUDA ... 55

Ni Putu Yuni Astriani Dewi1, Eniek Kriswiyanti1,2, Ni Nyoman Darsini2... 55 DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN RAMBUTAN RAPIAH (Nephelium lappaceum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KUNYIT ... 64

Anak Agung Istri Mirah Dharmadewi1, Ni Putu Adriani Astiti 1, Luh Putu Wrasiati2 ... 64 PELAKSANAAN AWIG-AWIG FAKTOR KEBERHASILAN BIOLOGI KONSERVASI JALAK BALI (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) DI KEPULAUAN NUSA PENIDA ... 72

(4)

12

VIABILITAS SERBUK SARI BUNGA TERATAI SUDAMALA (Nymphoides indica (L.) Kuntze,

MENYANTHACEAE) DENGAN UJI WARNA, IN-VITRO DAN SQUASH KEPALA PUTIK

VIABILITY OF SUDAMALA’S LOTUS POLLEN (Nymphoides indica (L.) Kuntze, MENYANTHACEAE) BASED ON COLOR TEST, IN-VITRO AND STIGMA’S SQUASH.

Gusti Ayu Nyoman Budiwati, Eniek Kriswiyanti, I Gusti Ayu Sugi Wahyuni

Program Studi Magister Biologi, Universitas Udayana

Email: gustiayubudiwati@gmail.com

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berkecambah (viabilitas) serbuk sari teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) dengan uji warna, in-vitro dan squash kepala putik. Sampel serbuk sari diambil dari 10 bunga (5 individu) dari bunga sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekar, tempat pengambilan sampel di Danau Beratan Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Metode: uji warna aniline blue dalam laktofenol, in vitro 0,8% agar dalam 30% larutan gula dan squash kepala putik menggunakan fiksatif Farmer dan pewarnaan 1 % aniline blue. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe bentuk serbuk sari teratai Sudamala: bulat, minuta, prolate spheroidal. Persentase viabilitas serbuk sari tertinggi pada uji warna ± 100% dari bunga sebelum mekar, mekar dan setelah mekar, paling rendah pada uji in - vitro yaitu dari bunga sebelum mekar ± 0%, baru mekar ± 1,1% (0-9,40%) dan setelah mekar ± 5,61% (0-21,56%) sedangkan pada squash kepala putik dari bunga sebelum mekar ± 0%, mekar ± 14,44 (0-85,71%), dan setelah mekar ± 84,96% (70,93-92,45%).

Kata kunci: serbuk sari, uji viabilitas, Nymphoides indica

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the viability of Sudamala’s lotus pollen germination by colortest, in-vitro and stigma’s squash. Flowersare usedrespectively- each 10 (5 individual) of before anthesis, anthesis and after anthesis, samples were taken from Candi Kuning village, Lake Beratan, Baturiti, Tabanan. The methods: aniline blue’s color test in laktofenol, in-vitro 0,8% jellyin 30% sugar and stigma’s squash use fixative Farmer. The results showedthe type of pollen forms from Lotus Sudama lawere: circular,prolate spheroidalminuta and ruga. The percentage of pollen’s viability from before anthesis, anthesis and after anthesis by color test, showed a very high viability is ± 100%. In –vitro test before anthesis showed the pollen’s viability wa s ± 0%, anthesis ± 1,10% (0-9,40%) and after anthesis ± 5,61% (0-21,56%). Stigma’s squash method showed before anthesis was ± 0%, anthesis ± 14,44 % (0-85,71%), and after anthesis ± 84,96% (70,93-92,45%).

(5)

PENDAHULUAN

Di Indonesia telah ditemukan tiga spesies tanaman teratai yaitu Nympheae pubescens, N. stellata, N. nouchali (Steenis dkk., 2005). Di Bali, khususnya di daerah Gianyar, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ditemukan beberapa jenis teratai berdasarkan warna bunga yaitu teratai Sudamala (Nymphoides indica), teratai Kuning, teratai Biru Tua (Nymphaea stellata Wild), teratai Merah Muda, teratai Ungu Tua, teratai Ungu Muda, teratai Putih (Nymphaea nouchali Burm f.), teratai Biru Muda (Nymphaea stellata Wild), teratai Tutur, teratai Dedari dan teratai Brumbun. Diantara teratai tersebut yang paling menarik dan langka adalah teratai Sudamala (Budiwati, 2014).

Menurut masyarakat di Bali, teratai Sudamala (Nymphoides indica) digolongkan ke dalam keluarga teratai – terataian tetapi hasil penelusuran pustaka teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) tidak tergolong ke dalam keluarga teratai. Tetapi termasuk familia Menyanthaceae yang merupakan tanaman bisah air (Marwat et al, 2009). Tanaman ini hidup menahun, memiliki akar geragih yang pendek, batang berbentuk silindris, daun berbentuk bulat (orbicularis), berbunga banyak dengan mahkota berukuran kecil berbulu halus, berwarna kuning dan ada yang berwarna putih, pada corolla, bagian pusatnya berwarna kuning (Marwat et al, 2009).

Pada umumnya tanaman ini merupakan tanaman kosmopolitan dengan distribusi yang luas, namun akibat adanya eutrofikasi dan reklamasi lahan menyebabkan tanaman ini terancam punah (Ornduff, 1966). Hal ini sesuai dengan pernyataan Shibayama and Yasuro (2003) yang menyebutkan bahwa Nymphoides indica (L.) Kuntze merupakan tanaman yang terancam punah. Tanaman ini di Bali ditanam sebagai tanaman hias dan sebagai sarana upacara keagamaan, di Papua New Guinea, tanaman ini digunakan untuk merangsang kehamilan. Di Vietnam tanaman ini digunakan untuk menurunkan demam, menyegarkan badan, serta meredakan masuk angin dan perut kembung (Wiart, 2006).

Reproduksi pada tanaman teratai umumnya secara generatif dan vegetatif (Tjiptrosoepomo, 2005), pada teratai Sudamala belum ada yang melaporkan cara perkembangbiakannya apakah secara generatif atau vegetatif. Reproduksi generatif merupakan perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan biji, yang diawali dengan peristiwa penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Salah satu penyebab dari gagalnya suatu tanaman membentuk biji atau pembuahan adalah sterilitas serbuk sari. Parameter penting dalam menentukan keberhasilan penyerbukan salah satunya adalah fertilitas serbuk sari, karena setelah penyerbukan serbuk sari harus hidup dan mampu berkecambah. Fertilitas serbuk sariditentukan oleh kemampuan serbuk sari berkecambah (viabilitas), viabilitas yang tinggi merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan persilangan tanaman (Widiastuti dan Endah, 2008). Hilangnya viabilitas serbuk sari sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban relatif (Shivanna et al., 1991).

Untuk mengetahui fertilitas serbuk sari dapat dilakukan uji viabilitas serbuk sari. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian mengenai viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) dengan teknik uji warna 1% aniline blue dalam laktofenol, in - vitro dan squash kepala putik.

MATERI DAN METODE

(6)

14

Uji viabilitas serbuk sari :

a. Uji warna 1 % aniline blue dalam laktofenol

Serbuk sari teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) yang telah diambil kemudian dikumpulkan pada mikrotube yang telah diberi zat warna 1% aniline blue dalam laktofenol dan dibiarkan selama 10 menit (Bhojwani dan Bhatnagar, 1999). Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop olymphus. Dihitung jumlah serbuk sari dengan dinding mengkerut dan tidak menyerap warna serta serbuk sari yang tidak mengkerut dan dapat menyerap warna, dilakukan pengamatan untuk 10 preparat dan dihitung rata – ratanya dalam persentase (Kriswiyanti, dkk., 2010).

b. Uji viabilitas serbuk sari secara in vitro

Serbuk sari dari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indicaL.) Kuntze) diambil dan ditaburkan pada 10 gelas benda yang telah berisi media 0,8% agar dalam 30% larutan gula kemudian diinkubasi selama ±24 jam (Bhojwani dan Bhatnagar, 1999). Setelah diinkubasi selama ± 24 jam kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop, diamati serbuk sari dengan panjang buluh yang terbentuk sama atau lebih panjang dari diameter serbuk sari. Dihitung persentase perkecambahan serbuk sari.

c. Uji viabilitas serbuk sari dengan teknik squash kepala putik

Kepala putik dari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica L.) Kuntze) dipotong dan dimasukkan ke dalam mikrotube yang telah berisi fiksatif Farmer selama ± 24 jam. Fiksatif dibuang dan diganti dengan larutan clearing 10% NAOH selama 1-5 menit, pewarnaan dengan 1% aniline blue dalam laktofenol selama 2-5 menit. Kemudian kepala putik diletakkan pada gelas benda dan ditutup, disquash. Diamati serbuk sari yang berkecambah pada kepala putik. Pengamatan mikroskopik dengan mikroskop, viabilitas serbuk sari (%) = jumlah serbuk sari yang berkecambah dibagi dengan jumlah serbuk sari yang berkecambah dan tidak kali seratus persen (Kriswiyanti, dkk., 2010).

Metode asetolisis

Serbuk sari difiksasi dalam AGG (Asam Asetat Glasial) selama 24 jam, disentrifugasi selama 5 menit, dicuci dengan air. Air dibuang diganti dengan larutan asetolisis AAG 9 bagian dan 1 bagian asam sulfat pekat, tabung reaksi diletakkan dalam water bath yang telah berisi air mendidih, biarkan tetap mendidih selama 15 menit. Setelah dingin dicuci dengan air beberapa kali, disentrifugasi selama 5-10 menit. Air dibuang diganti dengan glyserin jelly yang telah dicampur 1% safranin. Penutupan dan labeling (Berlyn and Miksche, 1976). Serbuk sari diamati dengan mikroskop untuk menentukan tipe bentuk (panjang, lebar dan diameter serbuk sari) dengan menggunakan mikrometri.

Parameter serbuk sari yang diukur meliputi panjang, lebar dan diameternya dilihat secara acak dibawah mikroskop, kemudian diukur dengan menggunakan mikrometri untuk mengukur panjang axis polar dan diameter bidang equatorial yang disebut indeks P/E. Serbuk sari yang diukur berasal dari 80 butir serbuk sari yang di ambil secara acak dari 10 gelas benda.

HASIL

Tipe Bentuk dan Struktur Serbuk Sari TerataiSudamala (Nymphoides Indica (L.) Kuntze) dengan Metode Asetolisis

(7)

kelas tipe Prolate Spheroidal. Sedangkan diameternya berkisar antara 10-25µm sehingga termasuk kelompok Minuta. Berdasarkan tipe aperture termasuk kelompok Ruga (Erdtman, 1952) (gambar 1).

Gambar 1. Foto serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze)

Keterangan: A. Serbuk sari teratai Sudamala; a.Aperture B. Pengukuran serbuk sari dengan menggunakan mikrometri; a. Eksin; b. Intin; c. Aperture

Viabilitas (%) Serbuk Sari Teratai Sudamala (Nymphoides Indica (L.) Kuntze) Dengan Uji Warna,

In - Vitro Dan Squash Kepala Putik

Berdasarkan hasil perhitungan viabilitas serbuk sari dari bunga teratai Sudamala sebelum mekar (Gambar 2), baru mekar dan setelah mekar dengan menggunakan metode uji warna 1% aniline blue dalam laktofenol, in vitro dan squash kepala putik : pada uji warna serbuk sari bunga teratai Sudamala sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekar menunjukkan viabilitas yang sangat tinggi yaitu ± 100%. Pada uji in - vitro viabilitas serbuk sari dari bunga sebelum mekar± 0%, baru mekar ± 1,10% (0 - 9,40%) dan setelah mekar ±5,61% (0 - 21,56%). Pada squash kepala putik viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala dari bunga sebelum mekar ± 0%, baru mekar ± 14,44% (0 – 85,71%), dan setelah mekar ± 84,96% (70,93 – 92,45%).

Gambar 2. Foto serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekar dengan uji warna 1% aniline blue dalam laktofenol

Keterangan: A. Serbuk sari teratai Sudamala baru mekar; B. foto serbuk sari teratai Sudamala; a. Serbuk sari viabel; b. Serbuk sari tidak viabel

c

a

b

a

A B

(8)

16

PEMBAHASAN

Viabilitas Serbuk Sari Dengan Uji Warna

Hasil uji viabilitas serbuk sari dengan metoda uji warna 1% aniline blue dalam laktofenol (Bhojwani dan Bhatnagar, 1999), menunjukkan bahwa serbuk sari dari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica) sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekar memiliki viabilitas yang sangat tinggi yaitu ±100%. Serbuk sari bunga sebelum mekar menunjukkan viabilitas sebesar ±100%, hal ini disebabkan karena serbuk sari sel – selnya meristematik sehingga dapat menyerap warna dengan baik, namun serbuk sari belum masak. Serbuk sari masak ditandai dengan lepasnya serbuk sari dari kepala sari (anther) (Prana, 2007).

Viabilitas Serbuk Sari Dengan Metoda In-vitro

Berdasarkan hasil pengamatan viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) dengan metode in-vitro yaitu pada bunga sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekarmenunjukkan bahwa viabilitas serbuk sari dari bunga sebelum mekar sebesar 0%, bunga baru mekar sebesar 1,10% (0 - 9,40%) dan bunga setelah mekarsebesar 5,61% (0 - 21,56%). Viabilitas serbuk sari dari bunga sebelum mekar sebesar 0%, hal ini disebabkan karena serbuk sari belum masak ditandai dengan belum lepasnya serbuk sari dari dalam anther (Prana, 2007).

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan serbuk sari secara in vitro antara lain :jenis tanaman, waktu pengumpulan serbuk sari, musim, metode pengambilan serbuk sari, penyimpanan dan kerapatan serbuk sari serta kondisi lingkungan perkecambahan seperti suhu, media, dan pH (Galleta, 1983).

Rendahnya viabilitas serbuk sari dapat disebabkan karena komposisi dan konsentrasi media perkecambahan yang digunakankurang sesuai. Menurut Wang et al. (2004) komposisi dan konsentrasi media yang digunakan dalam uji perkecambahan serbuk sari dapat mempengaruhi viabilitas serbuk sari pada berbagai jenis tanaman. Selain komposisi dan konsentrasi media, rendahnya viabilitas serbuk sari dapat disebabkan karena suhu dan kelembaban. Pada umumnya suhu yang lebih rendah akan lebih baik bagi perkecambahan serbuk sari, namun hal ini juga tergantung dari genotip tanaman yang digunakan (Parfitt and Almehdi, 1984). Pada suhu yang rendah tidak menyebabkan perubahan kandungan air serbuk sari, karena air tersebut terikat dan tidak membeku (Widiastuti dan Endah, 2008).

Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat mempengaruhi viabilitas serbuk sari. Suhu yang baik bagi perkecambahan serbuk sari secara in vitro berkisar antara 15 - 35 oC, sedangkan suhu optimumnya adalah 25oC . Pada suhu yang terlalu tinggi yaitu berkisar antara 40 - 50oC, serbuk sari tidak akan berkecambah karena pada suhu yang terlalu tinggi maka penguapan juga akan semakin tinggi, penguapan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan serbuk sari mengering, sedangkan apabila suhu terlalu rendah misalnya di bawah 10oC serbuk sari akan mengalami dehidrasi dan mengkerut sehingga tidak mampu berkecambah (Darjanto dan Satifah, 1990). Viabilitas serbuk sari pada sebagian besar tanaman dapat dipertahankan pada kelembaban relatif 0-30% (Setiawan dan Ruskandi, 2005).

(9)

Gambar 3. Foto serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) hasil uji in - vitro Keterangan: a.Serbuk sari tidak membentuk buluh (nonviabel); b. Serbuk sari membentuk buluh (viabel)

Viabilitas Serbuk Sari Dengan Squash Kepala Putik

Viabilitas serbuk sari dengan squash kepala putik dari bunga sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekarmenunjukkan bahwaviabilitas serbuk sari dari bunga sebelum mekar sebesar ±0%, bunga baru mekar ±14,44% (0 - 85,71%) dan bunga setelah mekar±84,96% (70,93 - 92,45%). Persentase viabilitas serbuk sari dari bunga sebelum mekar sebesar ±0 %, hal ini disebabkan karena pada bunga sebelum mekar, serbuk sari belum masak sehingga tidak terjadi penyerbukan (polinasi).

Viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala dengan squash kepala putik pada bunga setelah mekar menunjukkan viabilitas yang tinggi. Menurut Lubis (1993) serbuk sari dikatakan memiliki viabilitas rendah jika persentasenya dibawah 60%. Viabilitas serbuk sari dari bunga baru mekar lebih rendah dibandingkan bunga setelah mekar hal ini disebabkan karena serbuk sari membutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses imbibisi air, garam – garam anorganik, dan sukrosa. Pada bunga setelah mekar lebih banyak serbuk sari yang sudah melakukan proses imbibisi untuk pertumbuhan buluhnya sehingga lebih banyak serbuk sari yang berkecambah dibandingkan dengan bunga baru mekar, dimana pada bunga baru mekar belum semua serbuk sari telah selesai melakukan proses imbibisi sehingga belum banyak serbuk sari yang berhasil membentuk buluh.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan serbuk sari dalam membentuk buluh antara lain: reseptivitas kepala putik, kondisi serbuk sari, serta faktor luar yaitu suhu dan kelembaban. Putik yang reseptif ditandai dengan perubahan warna pada putik menjadi lebih terang, pori – pori kepala putik membesar, tangkai putik mulai lurus, putik memproduksi cairan ekstraseluler.

Gambar 6. Foto serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) hasil squash kepala putik

Keterangan : A.Serbuk sari tidak berkecambah (tidak viabel); B. Serbuk sari berkecambah (viabel). b

a

A B

(10)

18

Berdasarkan hasil uji viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala dengan uji warna, in vitro dan squash kepala putik menunjukkan bahwa viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamalatertinggi pada uji warna mencapai 100% baik dari bunga sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekar, dan pada squash kepala putik bunga setelah mekar mencapai 84,96%. Viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala terendah terdapat pada uji in vitro dan squash kepala putik dari bunga sebelum mekar yaitu 0%, hal ini menunjukkan bahwa penyerbukan bunga teratai Sudamala terjadi setelah bunga mekar (Kasmogami).

Teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya merupakan tipe bunga Self-incompatibility.Nymphoides indica (L.) Kuntze merupakan tanaman Perenial, Makrofita, Herkogami, Geitonogami, dengan tipe yang khas yaitu Heterostilidan Self incompatibility (Sibayama and Yasuro, 2003). Inkompatibilitas (incompatibility) adalah tanaman dengan serbuk sari dan bakal biji (ovulum) yang normal tidak mampu untuk membentuk biji disebabkan karena gangguan fisiologis yang menghalangi terjadinya pembuahan. Penyebab terjadinya ketidakserasian sendiri adalah : a. Butir-butir serbuk sari tidak menempel pada kepala putik, atau b. Butir serbuk sari berkecambah pada stigma atau buluh serbuk sari gagal mempenetrasi stigma (Candra, 2013).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : Tipe bentuk serbuk sari teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze):bulat, prolate spheroidal, minuta dan ruga. Persentase viabilitas serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides indica (L.) Kuntze) tertinggi pada uji warna 1% aniline blue dalam laktofenol mencapai 100%, baik dari bunga sebelum mekar, baru mekar dan setelah mekar dan pada squash kepala putik bunga setelah mekar mencapai 84,96%. Persentase viabilitas terendah pada uji in vitro dan squash kepala putik dari bunga sebelum mekar yaitu 0%, menunjukkan tipe penyerbukan Kasmogami dan teratai Sudamala termasuk tanaman perenial, makrofita, herkogami, geitonogami, heterostilidan self incompatibility.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kepada Bapak Drs. Pande Ketut Sutara, M. Si.dan Drs. Martin Joni, M. Si., atas masukan, kritik, dan sarannya. Sumampan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Universitas Udayana. Jurnal Simbiosis, 2 (1):122-134.

Candra, A. 2013. Pemuliaan Tanaman “Self Incompatibility and Male Sterility”. Jurusan Argoteknologi Fakultas PertanianUniversitas Riau.

(11)

Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology and Plant Taxonomy Angiosperms (An Introduction to Palynology I).The Chronica Co. New York.

Kriswiyanti, E., N. K. Y. Sari, dan H. R. Wahyuningtyas. 2010. Uji Viabilitas Serbuk Sari buah Naga (Hylocereus spp.) dengan Metode Pewarnaan, In-Vitro, Hanging-Droff dan Squash Kepala Putik. Prosiding Seminar Nasional Biologi, Fakultas Biologi UGM, 568:575.

Marwat, S. K., M. A. Khan., M. Ahmad and M. Zafar. 2009. Nymphoides Indica (L.) Kuntze, A New Record For Pakistan. Department of Plant Sciences, Quaid-i-Azam University, Islamabad. Journal Pakistan, 41(6): 2657-2660.

Ornduff, R. 1966. The Origin of Dioecism From Heterostyly in Nymphoides (Menyanthaceae). Journal Evolution. 20: 309-314.

Parfitt, D. E. and A.A. Almehdi. 1984. Liquid Nitrogen Storage of Pollen From Five Cultivated Prunus Spesies. Departement of Pomology.University of California, Davis, CA 95616. 19(1):69-70. Prana, M. S. 2007. Studi Biologi Pembungaan pada Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott.). Pusat

penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong 16911. Jurnal Biodiversitas. 8 (1): 63-66.

Setiawan dan O. Ruskandi. 2005. Teknik Penyimpanan Serbuk Sari Tiga Kultivar Kelapa Dalam. Jurnal Teknik Pertanian. Available at :http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt10105k.pdf. Opened:14.8.2012

Shivanna, K. R., H. F. Linkens and M.Cresti. 1991. Pollen Viability and Pollen Vigor. Theory Application Genetic.81: 38 – 42

Shibayama, Y.and Y. Kadong. 2003. Floral Morph Composition and Pollen Limitation in The Seed Set of Nymphoides indica populations. Graduate School of Science and Technology and Faculty of Science, Kobe University. Japan. Ecological Research.18: 725-737

Steenis, C. G. G. J. V. 2005. Flora. Cetakan ke 5.PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Cetakan ke-15.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wang, Z., Y. Ge, M. Scott, G. Spangenberg. 2004. Viability and longevity of Pollen from Transgenic and Non Transgenic Tall Fescue (Festuca arundinacea) (Poaceae) Plants. Available at :www. Biotek.Lipi.go.id/perpus/index.php?=show detail.Opened :30.12.2013

Gambar

Gambar 1. Foto serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides  indica (L.) Kuntze)
Gambar 3. Foto serbuk sari bunga teratai Sudamala (Nymphoides  indica (L.) Kuntze) hasil uji in - vitro Keterangan: a.Serbuk sari tidak membentuk buluh (nonviabel); b

Referensi

Dokumen terkait

Total quality management (TQM) merujuk pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen

Imam Bukhari, Shahih Bukhari, JuzII, Beirut Libanon: Darul KutubAl-Alamiah, h.. keunggulan kualitas barang dan kelemahan barang yang mereka tawarkan. Hal ini menunjukkan

Bila dibandingkan dengan diagram scattered yang lain, yaitu Gambar 4.1 s/d Gambar 4.7, hasil uji coba skenario 1 pada dataset 4 ini menunjukkan sebaran data yang lebih

Konstribusi utama dari penelitian ini adalah menerapkan E-GA dengan penambahan operator kromosom dengan inisialisasi awal menggunakan QP untuk meminimalkan biaya

Sementara itu pemerintah telah mencanangkan Indonesia Sehat 2010, yang merupakan  paradigma baru yaitu pardigma sehat, yang salah satunya menekankan pendekatan promotif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanolik daun Sambung nyawa (Gynura procumbens (Luor) Merr) pada proliferasi sel kanker payudara tikus yang

Operasi penangkapan pancing ulur menggunakan rumpon sebagai alat bantu pe- nangkapan ikan, sehingga kegiatan penang- kapan ikan terkonsentrasi pada suatu wilayah

Hal ini berbeda dengan kelompok ratio (1:11) yang fertilitasnya lebih rendah disebabkan karena jumlah betinanya banyak dan jantan yang dibutuhkan kurang sehingga