• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 702011043 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 702011043 Full text"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMPROVE UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

SISWA

Artikel Ilmiah

Oleh: Hemi Kusnawan NIM: 702011043

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

PEMBELAJARAN TIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMPROVE UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

SISWA 1.)

Hemi kusnawan, 2.)Adriyanto Juliastomo GundoS.Si., M.Pd

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1.)

702011043@student.uksw.edu , 2.)adriyanto.gundo@staff.uksw.edu

Abstract

The problem of this research was about the passive reaction and students’ dependency upon the teacher in resolving their problems so that the students could not develop their creativities. The purpose of this study is to train students’ creative way of thinking in Information and Communication Technology subject matter. This study was done using pre-experiment method and one-shot case study design. The approach used was called improve learning method. After applying improve learning method, the average of students’ creative thinking skill reached 75.38%, about 4 students begin to appear, 9 students began to be improved and 12 students already accustomed to think creatively. The use of improve method achieved a good reaction from the students. This conclusion is proved by 86,56% from the total percentage of student’s response was on 81% - 100% of the total score. It was categorized as a very good category. In the end, the application of Improve method is able to train student’s creative thinking skill.

Keyword: Improve, Creative Thinking

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah pasif dan ketergantungan siswa terhadap guru untuk menyelesaikan masalah sehingga siswa sulit mengali kreatifitas yang ada pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran TIK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pre-experiment dengan one-shot case study design. Metode pembelajaran yang digunakan adalah improve. Setelah melakukan treatment metode pembelajaran improve, rata-rata kemampuan berfikir kreatif siswa menjadi hasil 75,38%, dan sebanyak 4 siswa mulai tampak, 9 siswa mulai berkembang dan 12 siswa membudaya dalam befikir kreatif. Penggunaan metode improve mendapat tanggapan yang baik dari siswa, hal ini dibuktikan dengan nilai Tanggapan siswa 86,56% yang berada pada 81% - 100% dengan kategori sangat baik. Penerapan metode improve mampu untuk melatih kemampuan befikir kreatif siswa.

Kata Kunci :improve, berfikir kreatif

1. Mahasiswa Fakultas Teknologi Informatika Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana

(7)

2

1. Pendahuluan

Peningkatan kemampuan berfikir siswa merupakan sesuatu hal yang sangat vital dalam dunia pendidikan. Karena dengan meningkatnya pola berfikir siswa yang kreatif maka akan berdampak pada hasil belajar siswa baik kognitif maupun afektif. Santrock (2008:366)kreativitas ialah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem. Sedangkan Berpikir kreatif dapat dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite Innovation Ltd, 2001).

Berdasarkan hasil wawancara pada saat observasi awal dengan guru mata pelajaran sejarah kelas XI MIA 1 SMA islam Sudirman Ambarawa, guru masih banyak menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah. Guru lebih aktif dan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran TIK dikelas dan suasana belajar terkesan kaku yang mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan secara optimal. Pelajaran TIK sangatlah menarik tetapi kadang siswa cenderung pasif dan bergantung kepada guru. Mereka malas mengali ide-ide yang sebenarnya mampu membuat atau menemukan hal baru. Selama proses pembelajaran TIK aktivitas siswa sangat beragam, seperti siswa kurang memperhatikan atau kurang serius mendengarkan pejelasan materi ajar dari guru, kurang mampu memikirkan cara untuk menyelesaikan persoalan, seperti beberapa siswa tidak mengerjakan tugas dari guru secara tepat waktu. Kondisi ini menunjukan bahwa kurangnya berfikir kreatif siswa dalam belajar mengajar rendah serta. Data tersebut didapat dari salah satu pengajar mata pelajaran TIK di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Penerapan metode pembelajaran improve diharapkan sebagai solusi.

Mengacu pada latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Apakah pembelajaran metode IMPROVE dapat melatih kemampuan berfikir siswa utuk meningkatkan hasil belajar siswa?. Tujuan penelitian ini untuk melatih pemahaman serta akan menggali potensi berfikir mereka sendiri dan dengan metode improve di harapkan kreatifitas dari siswa akan senantiasa terasah hari demi hari. karena disini guru memancing dan tidak membatasi kreatifitas dari siswa untuk berfikir secara kritis, di harapkan dengan metode maka akan tercipta suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian yang revelan. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Librani Livia P dkk

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Trigonometri Dengan Menggunakan

(8)

3

Penelitian yang dilakukan Anton David Prasetiyo dkk “ Berfikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Matematika. ”.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu secara umum penelitian yang dilakukan oleh Librani Livia P, Sri Utami, Wardani Rahayu dan Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan metode pembelajaran yang sama yaitu improve. serta penelitian ini menggunakan indikator yang sama seperti yang digunakan oleh Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah yaitu berfikir kreatif.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu dalam penelitian yang dilakukan oleh Librani Livia P, Sri Utami, Wardani Rahayu dan Anton David Prasetiyo adalah pada metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah, pelajaran yang diambil adalah matematika sedangkan dalam penelitian ini kompetensi yang diambil adalah TIK. Sedangakan penelitian yang dilakukan oleh Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah sedangkan penelitian ini menggunakan metode improve.

Berfikir kreatif sangat memungkinkan siswa untuk memecahkan sebuah masalah dengan lebih baik. Karena akan mengali kemampuan siswa dalam berfikir. Hal ini juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Munandar (1990) berpikir kreatif adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepat gunaan, dan keragaman jawaban. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan yang dibuat, Munandar (2009:192) yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek – aspek sebagai berikut: (1) Berpikir lancar (Fluent thinking; (2) Berpikir luwes (Flexible thinking); (3) Berpikir Orisinil (Original thinking); (4 Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability);. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif antara lain meliputi :

1. Keterampilan berpikir lancar

a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan b. Menghasilkan motivasi belajar

c. Arus pemikiran lancar

2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel) a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam b. Mampu mengubah cara atau pendekatan c. Arah pemikiran yang berbeda

3. Keterampilan berpikir orisinil a. Meberikan jawaban yang tidak lazim

b. Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain

(9)

4

4. Keterampilan berpikir terperinci(elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan b. Memperinci detail-detail

c. Memperluas suatu gagasan [9]

Improve Metode ini didesain oleh ilmuwan bernama Mevarech dan Kramarski. Aktivitas pembelajaran dengan metode IMPROVE ini dilakukan terhadap kelompok–kelompok kecil pada kelas yang heterogen.

IMPROVE merupakan sebuah akronim dari Introducing the new concepts, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaining mastery, Verification and Enrichment. Penjabaran dari akronim di atas mendeskripsikan tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajarannya.

1. Introducing the New Concept. Siswa diberikan suatu konsep baru oleh guru tanpa memberikan hasil akhir atau bentuk jadinya saja. Konsep ini diberikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa terlibat secara aktif dan dapat menggali kemampuan diri mereka sendiri.

2. Meta-cognitive Questioning. Pertanyaan yang dapat diajukan guru kepada siswa meliputi pertanyaan pemahaman misalnya seorang guru memberikan permasalahan kepada siswa mengenai suatu materi, setelah itu guru bertanya kepada siswa, “Apa masalah ini?”, pertanyaan koneksi merupakan pertanyaan mengenai apa yang siswa dapat sekarang dengan apa

yang telah didapatnya dahulu, misalnya, “Apakah masalah sekarang sama

atau berbeda dari pemecahan masalah yang telah Anda lakukan dimasa

lalu?”, Pertanyaan strategi berkaitan dengan solusi-solusi yang akan diajukan

siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya seperti “Strategi apa yang cocok untuk memecahkan masalah tersebut?”dan pertanyaan

refleksi yang mendorong siswa untuk mempertimbangkan cara atau strategi

yang telah diajukannya seperti “Apakah strategi itu merupakan solusi yang

masuk akal untuk memecahkan masalah ini?”.

3. Practicing. Siswa diajak untuk berlatih memecahkan masalah secara langsung. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan penguasaan materi dan mengasah kemampuan serta keterampilan siswa.

4. Reviewing and Reducing Difficulties. Biasanya pada saat latihan langsung, siswa banyak mengalami kesulitan. Pada tahap ini guru mencoba untuk melakukan review terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi siswa dalam memahami materi dan memecahkan permasalahan.

5. Obtaining Mastery. Siswa diberikan tes yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi siswa.

(10)

5

menguasai materi dan siswa mana yang belum mencapai batas kelulusan yang dikategorikan sebagai siswa yang belum menguasai materi.

7. Enrichment. Pada tahap ini dilakukan pengayaan terhadap siswa yang belum menguasai materi dengan kegiatan remedial. [3]

Pengaplikasian improve dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ada 7 tahap yang harus dilakukan secara step by step [3],yaitu :

Pada tahap pertama, guru memberikan konsep baru (Introducing the New Concept) terkait materi yang akan disampaikan menggunakan media pembelajaran dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali kemampuan siswa sendiri seperti; tools-tools apa sajakah yang kalian ketahui utuk membuat logo?, bagaimana penggunaan tools tersebut? dan lain sebagainya.

Selanjutnya, siswa dihadapkan pada suatu kasus mengenai materi yang terkait. Setelah itu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif (Meta-cognitive Questioning) terkait materi pembelajaran seperti; (1) Mengenai apa keseluruhan masalah yang di hadapi untuk menentukan pembuatan logo?, (2) Bagaimana cara untuk menyelesaikan pembuatan logo tersebut?, (3) apa perbedaan kasus ini dengan kasus yang telah dijelaskan sebelumnya? (Mevarech dan Kramarski)

Kemudian siswa berlatih (Practicing) untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini guru berkeliling untuk memantau latihan yang dilakukan siswa serta memberikan bimbingan serta bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan (Reviewing and Reducing Difficulties). Setelah latihan, siswa mencatat semua kegiatan yang telah dilakukan terkait materi pembelajaran. Terakhir siswa mengisi jurnal harian yang telah disiapkan oleh guru.

Setelah melakukan pembelajaran, pada pertemuan berikutnya siswa diberikan tes (Obtaining Mastery) untuk mengetahui penguasaan materi siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

Dari hasil tes tersebut guru melakukan verifikasi (Verification) untuk mengetahui siswa mana yang telah mencapai batas kelulusan dan siswa mana yang belum. Langkah selanjutnya adalah pengayaan (Enrichment) yang ditujukan jika ada siswa yang tuntas dalam proses pembelajaran.

3. Metode Penelitian

(11)

6

data dan dapat mewakili seluruh poulasi, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pre-experiment. Dalam penelitian ini kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen. Pemilihan kelas eksperimen dipilih atas rekomendasi guru TIK.

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu one-shot case study design. One-one-shot case study design dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. [4] terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Rancangan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 One-shot case study design

X O

Perlakuan terhadap variabel

independen

(Treatment of independent variable)

Pengamatan atau pengukuran terhadap

variabel dependen

(Observation or

measurement of dependent variable)

Keterangan :

X : Kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen

O : Kejadian pengukuran atau pengamatan.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam Prakikum adalah untuk mendapatkan nilai kemampuan berfikir kreatif siswa.

Tahapan Penelitian, Penelitian ini dilakasanakan melalui tiga tahap, yaitu (1) Tahap persiapan, (2) Tahap pelaksanaan, (3) Tahap ahkir.

Tabel 3.2. Tahapan penelitian [5]

No Tahapan Penelitian Keterangan

1 Tahap persiapan - Studi pendahuluan - Perumusan masalah

2 Tahap pelaksanaan - Pemilihan desain penelitian - Penyusunan instrumen - Pengumpulan data 3 Pengolahan akhir - Analisis data

- Perumusan kesimpulan - Penyusunan laporan

(12)

7

dari studi pendahuluan ini. Pemahaman teori didapat dari studi pustaka berupa jurnal, dan buku (baik cetak maupun elektronik). Perumusan masalah penelitian menjadi kegiatan berikutnya setelah studi pendahuluan.

Tahapan kedua yaitu pelaksanaan, terdiri dari pemilihan desain penelitian, penyusunan instrumen, dan pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah metode pre-experiment, menurut Sugiyono, 2011 dengan bentuk one-shot case study design.

Penelitian dilakukan di SMA Islam Sudirman Ambarawa pada semester pertama tahun ajaran 2014/2015, dengan menggunakan satu. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA SMA Islam Sudirman Ambarawa, yaitu kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen.

Penerapannya dilakukan pada mata pelajaran TIK, dengan standar

kompetensi ”menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis”.

Kompetensi dasar yang dipelajari adalah ” membuat logo dengan perangkat

lunak pembuat grafis”. Penelitian difokuskan pada nilai kemampuan brfikir

kreatif siswa dengan lembar penilaian praktikum. Lembar metode observasi bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran TIK, serta perilaku kreatif siswa siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Metode lembar angket digunakan sebagai bukti pendukung keberhasilan penerapan gaya mengajar improve. Persepsi siswa tentang penggunaan gaya mengajar improve dapat diketahui dari hasil lembar angket. Aspek penilaian dalam lembar penilaian ketrampilan., dan penugasan yang diberikan oleh guru.

Tahap terakhir adalah penyusunan laporan. Laporan disusun berdasarkan hasil dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Pembuktian teori dan konsep, penarikan kesimpulan, serta pemberian saran untuk penelitian selanjutnya menjadi bagian dari tahap ini.

Sampel merupakan yaitu sebagian populasi yang akan di jadikan penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan.Sampel yang digunakan adalah XI MIA 1 dengan jumlah siswa 26 orang.

Penelitian ini dilakukan selama tiga pertemuan pada mata pelajaran TIK dengan materi teknik shaping. Penerapan metode improve di kelas mengikuti tahapan yang di aplikasikan oleh Ni Nengah Dwi dan apriani [6] sebagai berikut:

Tabel 3.3. Penerapan Metode improve [6]

(13)

8

Metode ini didesain oleh ilmuwan bernama Mevarech dan Kramarski. Aktivitas pembelajaran dengan metode IMPROVE ini dilakukan terhadap kelompok–kelompok kecil pada kelas yang heterogen.

IMPROVE merupakan sebuah akronim dari Introducing the new concepts, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaining mastery, Verification and Enrichment. Penjabaran dari akronim di atas mendeskripsikan tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajarannya.

Improve Guru Siswa

Introducing  Memberikan peta konsep tentang logo logo.

 tools-tools apa sajakah yang kalian ketahui utuk membuat logo?,

 bagaimana

 Bertanya tentang bagaimana cara membuat logo dan berfikir bagaimana cara-cara baru untuk

menyelsaikan pembuatan logo.

 Aspek yang di nilai Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif kepada siswa terkait materi pembelajaran

Siswa berlatih memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru

Guru memberikan review terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi siswa pada saat latihan

Melakukan tes pada pertemuan berikutnya untuk mengetahui penguasaan materi siswa

Melakukan verifikasi untuk mengetahui siswa mana yang mencapai batas kelulusan dan siswa mana yang belum mencapai batas kelulusan

(14)

9

penggunaan tools tersebut?

yaitu berfikir orisinil pada indikator Pro-aktif

Meta-cognitive  Memberikan pertanyaan pemahaman kepada peserta didik berkaitan dengan contoh logo yng telah di berikan

(1) apa keseluruhan masalah yang di hadapi untuk menentukan pembuatan logo?, (2) Bagaimana cara untuk menyelesaikan pembuatan logo tersebut?, (3) apa perbedaan kasus ini dengan kasus yang telah dijelaskan sebelumnya?  Menjawab pertanyaan pemahaman yang diajukan oleh guru dengan

mengembangkan dan memperkaya gagasan tentang pembuatan logo

 Aspek yang dinilai kemampuan mengelaborasi dengan indikator pro-aktif

Practicing  Mengajak peserta didik berlatih memecahkan masalah tentang pembuatan logo dengan corel draw

 guru berkeliling untuk memantau latihan yang dilakukan siswa serta memberikan bimbingan serta bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan

 peserta didik berlatih

memecahkan masalah tentang pembuatan logo dengan corel draw dengan memikirkan cara-cara yang berbeda.

 aspek yang dinilai yaitu berfikir luwes dengan indikator pro-aktif

Reviewing  Memberikan

review terhadap

kesalahan-kesalahan yang

(15)

10 dihadapi siswa.  Obtaining mastery  Memberikan kesempatan peserta didik untuk

mempraktekan pembuatan logo pada coreldraw untuk membuat logo diri sendiri atau logo perusahaan.

 Mempraktekan pembuatan logo objek pada corel draw untuk membuat logo nama sendiri atau perusahaan

 aspek yag dinilai berfikir lancar dengan indikator tanggung jawab ( siswa dengan cepat melihat kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut)

 aspek yang dinilai berfikir lancar dengan indikator disiplin

(siswa

menyelasaikan tugas yang di dapat tepat waktu)

 aspek yang dinilai berfikir lancar dengan indikator jujur (siswa membuat logo dengan kemampuan diri sendiri)

Verification  Melakukan

penilaian kepada peserta didik yang

berpartisipasi dalam pembelajaran

 Menunujukan hasil pembuatan logo

Enrichment  Mengadakan

remidial kepada peserta didik yang belum menguasai materi.

(16)

11

4. Hasil dan Pembahasan

Perhitungan penilaian siswa untuk mengetahui perilaku kreatif siswa selama mengikuti proses pembelajaran TIK. Hal ini dilakukan dengan mengamati aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi. Mengacu pada indikator berfikir kreatif siswa. Pengamatan dilakukan dengan cara memberi nilai pada lembar observasi yang telah disediakan. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran yang sudah mengetahui dan hafal dengan peserta didiknya supaya hasil yang diperoleh akurat. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan pada kelas eksperimen. Hasil perhitungan lembar observasi akan dibandingkan antara pengunaan metode konvensional dengan metode improve.

Tabel 4.1. lembar aspek penilaian siswa

Aspek berpikir kreatif Pertemuan pertama

Pertemuan kedua

Aspek berpikir lancar dengan indikator relijius dengan kemampuan membaca dan mengikuti kegiatan doa bersama dengan baik dan benar pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua setelah treatment mendapatkan nilai 96 % di karenakan setiap awal pelajaran di mulai dengan bacaan doa.

96% 96%

Aspek berpikir Lancar dan berfikir luwes pada indikator Tanggung jawab dengan kemampuan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi serta menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi mendapatkan nilai 59,60 % secara keseluruhan kemudian pada

pertemuan kedua mendapatkan nilai 76,90 % setelah treatment.

59,60% 76,90%

Aspek berpikir lancar dengan indikator disiplin dengan kemampuan siswa mampu menyelesaikan tugas tepat waktu mendapatkan nilai keseluruhan 59,60 % pada pertemuan pertama dan 78,80 % pada pertemuan kedua setelah treatment.

59,60% 78,80%

Aspek berpikir Orisinil, Kemampuan mengelaborasi, Berfikir luwes, Berpikir lancar yang terdapat pada indikator pro aktif dengan kemampuan

mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru dalam membuat gambar atau desain, mengembangkan/memperkaya gagasan orang lain. menyelesaikan suatu masalah dengan memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya dan bekerja lebih cepat dan

(17)

12

Mendapat nilai keseluruhan sebanyak 53,80 % pada pertemuan pertama dan 62,50% pada pertemuan kedua setelah treatment.

Aspek berpikir lancar pada indikator jujur dengan kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, mendapatkan nilai keseluruhan sebesar 96% dan 96% pada pertemuan kedua setelah treatment.

96% 96%

Prosentase keseluruhan 66,54% 75,38%

Hasil lembar observasi ini didukung dengan lembar penilian sikap siswa terkait berfikir keatif yang didapat dari pihak sekolah dan di modifikasi dengan guru terkait aspek berfikir kreatif. Terdiri dari 5 indikator yang setiap indikator terdapat beberapa aspek berfikir kreatif siswa. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut sebelum metode improve di terapkan nilai berfikir kreatif didapat hasil 66,54% sedangkan setelah treatment dilakukan di dapat hasil 75,38%

Perhitungan melalui praktikum digunakan untuk mendapatkan nilai kemampuan berfikir kreatif siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil praktikum siswa untuk mengisi lembar kreatifitas yang dari SMA Islam Sudirman Ambarawa yang telah di modifikasi bersama pihak guru mata pelajaran TIK dan menggunakan indikator berfkir kreatif. Pengamatan dilakukan dengan cara mengisi checklist lembar penilaian praktikum yang telah disediakan. Pengisian lembar praktikum dilakukan oleh guru mata pelajaran yang sudah mengetahui dan hafal dengan peserta didiknya supaya hasil yang diperoleh akurat. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.2 Lembar Penilaian Observasi

Pertemuan Kreatifitas

BT MT MB MK

Pertemuan 1 12 siswa 10 siswa 2 siswa 1 siswa

Pertemuan 2 0 siswa 4 siswa 9 siswa 12 siswa

(18)

13

Tabel 4.3 Lembar Penilaian Ketrampilan

Pertemuan pertama Pertemuan kedua

 Amar Amrullah

Amar amrulah mendapakan checklist pada kolom belum tampak (BT) dikarenakan siswa hanya menggunakan 1 indikator berfikir kreatif yaitu berfikir lancar yaitu dengan menggunakan hanya teknik shaping dalam pembuatan logo yang dibuat. Dan terlihat siswa masih terpaku pada apa yang guru ajarkan.

- Selanjutnya pada pertemuan kedua dengan menggunakan metode improve siswa mendapatkan checklist pada kolom mulai berkembang (MB) hal ini diperoleh dari siswa yang menggunakan 3 indikator berfikir kreatif siswa. yaitu berfikir lancar dengan menggunakan teknik shaping dalam pembuatan logo dan tidak terpaku lagi dari contoh yang diberikan oleh guru. Berfikir luwes karena siswa menggunakan tool lain selain shaping yaitu menggunakan drop shadow tool. Serta berfikir orisinil yaitu desain logo ini dibuat untuk pembuatan gambar pada kaos

 Hendra Mustika

Hendra mustika mendapakan checklist pada kolom mulai tampak (MT) dikarenakan siswa menggunakan 2 indikator berfikir kreatif yaitu berfikir lancar dengan menggunakan teknik shaping dalam pembuatan logo yang dibuat. Berfikir luwes karena siswa menggunakan tool lain selain

(19)

14

shaping yaitu menggunakan fix text to path untuk membuat huruf menjadi melengkung

menjadi melengkung dan menggunakan powerclip untuk memasukan sebuah gambar. Berfikir orisinil logo yango yang dibuat ini akan digunakan untuk memberi identitas dari kelompoknya. Kemampuan mengelaborasi dengan memberi jawaban bahwa arti dari logo tersebut baster merupakan arti dari barisan siswa terminal, maho merupakan nama dari organisasi. 58 merupakan nomor identitas organisasi. Dan gambar tanggan mengengam piston artinya mereka gemar memodifikasi motor mereka.

 Rika Fitriani

Rika fitriani mendapakan checklist pada kolom mulai

berkembang (MB)

dikarenakan siswa menggunakan 3 indikator berfikir kreatif yaitu berfikir lancar dengan menggunakan teknik shaping dalam pembuatan logo yang dibuat. Berfikir luwes dengan menggunakan tool lain yaitu drop shadow tool untuk memberi efek bayangan pada logo bayangan. Serta berfiki orisinil logo yang dibuat F untuk mengambarkan nama dari rika fitriani dengan artian warna hijau yang menggambarkan pribadi yang memiliki sebuah keinginan dan huruf balok yang menandakan keteguhan.

(20)

15

pembuatan logo yang dibuat. Berfikir luwes mampu menggunakan tool lain yaitu artistic media tool untuk menambah brush bunga. Berfikir orisinil logo yang dibuat untuk memberi logo pada toko bunga. Serta kemampuan mengelaborasi dengan memberi jawaban arti dari logo tersebut F mewakili nama Fitriani, tulisan flower dan gambar bunga merupakan apa yang di jual dalam toko tersebut. Warna orange mengambarkan keramahan.

 Eny Widiyastutik

Eny widiyastutik mendapakan checklist pada kolom mulai berkembang (MB) dikarenakan siswa menggunakan 3 indikator berfikir kreatif yaitu berfikir lancar dengan menggunakan teknik shaping dalam pembuatan logo yang dibuat. Berfikir luwes dengan menggunakan tool lain yaitu menggunakan powerclip untuk memasukan huruf E kedalam lingkaran. Berfikir orisinil logo yang dibuat untuk memberi logo pada outlet miliknya. Kemampuan mengelaborasi dengan memberi jawaban arti dari logo tersebut E mewakili inisial nama eny, warna biru menggambarkan wawasan yang luas dan kesuksesan.

(21)

16

Dilihat dari tingkat berfikir kreatif siswa, untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang telah diberikan, Jumlah siswa pada kelas eksperimen sejumlah 26 siswa. Pada kelas eksperimen setelah metode improve diterapkan kreatifitas siswa meningkat dengan 4 siswa mulai tampak kreatifitasnya, 9 siswa mulai berkembang kreatifitasnya dan 12 siswa membudaya kreatifitasnya. Dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajar menggunakan metode improve meningkat dari pembelajaran yang menggunakan metode konvensional yang biasa digunakan oleh guru yang berupa ceramah dan menggunakan media power point.

Penelitian ini juga didukung oleh angket tanggapan siswa untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran menggunakan metode improve pada kelas eksperimen XI MIA 1. Skala pernyataan positif dan negatif mengacu pada skala likert[7]. Ada 10 pertanyaan, untuk pertanyaan positif pada nomor satu sampai lima dan pertanyaan negatif enam sampai sepuluh. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Hasil angket tanggapan siswa

No. Pernyataan Prosentase

1. Materi pembelajaran TIK dapat saya pelajari dan dipahami dengan lebih mudah melalui belajar dengan metode improve .

88,80%

2. Saya lebih senang belajar dengan menggunakan metode improve dibandingkan dengan cara belajar yang sebelumnya.

82,40%

3. Belajar dengan menggunakan metode improve, ternyata belajar corel draw itu menyenangkan.

90,40%

4. Metode improve yang digunakan guru dalam mengajar sangat membantu saya dalam melatih berfikir.

83,20%

5. Saya ingin dalam setiap mengajar , guru menggunakan metode improve. 88% 6. Saya tidak paham materi corel draw pada pembelajaran dengan metode

improve.

44,80%

7. Saya lebih suka cara belajar yang sebelumnya dari pada menggunakan metode improve.

47,20%

8. Belajar dengan metode improve.tidak menyenangkan. 48%

9. Metode improve.yang digunakan guru dalam mengajar tidak membantu saya memahami materi.

49,60%

10. Saya tidak menginginkan metode improve digunakan pada saat pelajaran.

43%

(22)

17

pembelajaran improve. Sesuai dengan hasil tanggapan siswa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran improve berbantuan memperoleh tanggapan yang baik dari siswa sesuai dengan kategori dan kriteria skor angket.

Diskusi yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode IMPROVE ini adalah faktor kerja sama antar siswa yang saling membantu terhadap siswa yang malas berfikir.

5. Simpulan dan Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran improve dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam mata pelajaran TIK. Tingkat berfikir kreatif siswa pada kelas eksperimen setelah diberikan treatment mengalami peningkatan. Angket tanggapan siswa mendapatkan persentase sebesar 86,56% dan berada pada kategori sangat baik, itu berarti sesuai dengan tujuan penelitian yaitu penerapan metode improve dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam mata pelajaran TIK.

Bagi Peneliti selanjutnya, peneliti yang ingin meneliti dengan tema yang sama diharapkan dapat menerapkan pada mata pelajaran lain, apakah dengan menerapkan pada mata pelajaran lain dapat improve dapat digunakan secara efektif dan maksimal. Untuk mencoba membadingkan disarankan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas(PTK) karena dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen.

6. Daftar Pustaka

[1] Anton David Prasetiyo, Lailatul Mubarokah. BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASAR MASALAH MATEMATIKA. Vol.2, No.1, Maret 2014.

[2]Librani Livia P, Sri Utami, Wardani Rahayu, UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TRIGONOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMPROVE DI SMAN 50 JAKARTA. Vol.9 No.2 2010.

[3] Mevarech, Z. R & Kramarski, B. Mathematical Modeling and Meta-cognitive Instruction. Bar-Ilan University, Ramat-Gan 52900 Israel. [Online]. Tersedia di:

http://www.icme-organisers.dk/tsg18/S32MevarechKramarski.pdf (13 April 2015)

[4] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

[5] Dawson, Catherine. 2010. Metode Penelitian Praktis Sebuah Panduan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(23)

18

Komunikasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Vol. 1 No. 4. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

[7] Solihatin, Entin & Raharjo, 2011, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: PT Bumi Aksara.

[8] Uno, H. B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Menjaga yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 3.1 X Perlakuan terhadap variabel
Tabel 4.1. lembar aspek penilaian siswa Aspek berpikir kreatif Pertemuan
Tabel 4.2 Lembar Penilaian Observasi
Tabel 4.3 Lembar Penilaian Ketrampilan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tikar dalam kehidupan masyarakat lama Melayu luas penggunaannya. Tikar dalam kehidupan masyarakat lama Melayu luas penggunaannya. Betapapun bersihnya lantai atau telah sedia ada alas

Tidak hanya kesiapan fisik yang dibutuhkan, akan tetapi juga perlu memahami fungsi dan peran reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi perempuan, karena dapat

Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai apakah ukuran

Untuk menentukan besarnya jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel

Terhadap akses pasar produk UKM, upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan pemetaan potensi ekspor produk UKM ke ASEAN dan negara lain serta memfasilitasi promosi produk UKM

Selanjutnya pada skala prioritas II yaitu Mendesak tapi tidak penting dilakukan pada UMKM dengan skala kecil dengan jumlah pelaku sebanyak 968 pelaku (17%) karena para pelaku UMKM

Peran pemerintah terhadap pelabuhan-pelabuhan UPP sangat mendukung menjadi pelabuhan Badan Layanan Umum (BLU) terhadap pelabuhan yang sudah memenuhi syarat.

Pembuatan aplikasi ini menggunakan metodologi pengembangan multimedia yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Terdapat 6 tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan