• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN TERHADAP WARGABINAAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I A CIPINANG DIKAITKAN KONSEP PEMASYARAKATAN DALAM UNDANG-UNDANG NO.12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN TERHADAP WARGABINAAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I A CIPINANG DIKAITKAN KONSEP PEMASYARAKATAN DALAM UNDANG-UNDANG NO.12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

2 ABSTRAK

Rangkaian peristiwa teror berupa pemboman yang terjadi di wilayah Negara

Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut kepada masyarakat luas, baik warga negara

Indonesia ataupun warga negara asing yang sedang berada di Indonesia maupun diluar

wilayah Indonesia sekalipun. Pemberantasan terhadap aksi terorisme yang terjadi

menunjukkan hasil yang cukup baik, tetapi tidak dalam hal pembinaan bagi para pelaku yang

tertangkap dan dihukum. Belum adanya peraturan baku mengenai tata cara pembinaan

khusus bagi pelaku tindak pidana terorisme menjadi faktor utama mengingat kejahatan ini

berbeda karakteristiknya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis bermaksud untuk

meneliti 3 (tiga) pokok permasalahan yaitu, pertama, mengenai konsep pembinaan serta

penempatan dalam Lembaga Pemasyarakatan saat ini sudah tepat bagi wargabinaan pelaku

tindak pidana terorisme, kedua, mengenai kendala yang terjadi dalam pembinaan

wargabinaan terorisme, ketiga, mengenai upaya pembinaan pelaku tindak pidana terorisme

dilihat dari karakteristik kejahatannya dalam Lembaga Pemasyarakatan dikaitkan dari

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris yang

bertujuan untuk memperoleh analisis data-data hukum guna memperoleh gambaran yang

menyeluruh dan sistematis mengenai norma hukum serta asas hukum dalam peraturan hukum

yang berlaku, yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pertama, faktor belum adanya aturan

baku yang seragam berlaku di seluruh Lapas di Indonesia mengenai tata cara pembinaan bagi

wargabinaan terorisme ini, kedua, keterbatasan pengetahuan para sipir serta keterbatasan

sarana dan prasarana yang dapat mendukung berjalannya pembinaan bagi wargabinaan

terorisme dan ketiga upaya yang dapat dilakukan dalam menangani pembinaan wargabinaan

(2)

3 ABSTRACT

The series of terror events in the form of bombings that occurred in the territory of the

Republic of Indonesia has caused fear to the public, both Indonesian citizens or foreign nationals

who were in Indonesia and outside Indonesia territory though. Eradication of terrorism that

occurred showed fairly good results, but not in terms of coaching for the perpetrators are caught

and punished. The absence of standard regulations about the manner of special coaching for the

perpetrators of terrorism became a major factor given the different characteristics of this crime.

Based on these problems, the authors intend to examine the 3 (three) the subject matter, namely,

first, the concept of coaching as well as placement in a correctional institution is now right for

wargabinaan perpetrators of terrorism, second, the constraints that occur in coaching

wargabinaan terrorism, third, the construction effort of the perpetrators of criminal acts of

terrorism seen in the characteristics of crimes linked to Correctional Institutions of Law Number

12 Year 1995 on Correctional.

The research was conducted using juridical approach that aims to obtain empirical data

analysis of the law in order to obtain a comprehensive and systematic legal norms and principles

of law in the applicable legislation, relating to the issues under study.

From the results of this study indicate that, first, a factor the absence of a uniform rule

that applies in all prisons in Indonesia regarding the procedures for wargabinaan fostering

terrorism, the second, limited knowledge of the guards as well as limited facilities and

infrastructure that can support the passage of coaching for terrorism wargabinaan and third

attempts to do in dealing with terrorism wargabinaan coaching itself.

Kata Kunci :

1. Lembaga Pemasyarakatan

2. Pembinaan dalam pemasyarakatan

Referensi

Dokumen terkait

Eksistentialisme and Humanisme edisi terjemahan cetakan I .Yogyakarta: Pustaka Pelakjar.. The Existentialism of Jean-Paul Sartre , New York:

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal: (1) wujud kesantunan pada iklan radio berbahasa Jawa berupa, pemenuhan maksim

The objectives of this report are to describe the process of teaching vocabulary using picture for second grade students in SD Negeri Ngebung 1 Kalijambe, to

terkandung pada pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, 3) mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita

Perancis berarti layar). Selain pengangkatan karya sastra ke dalam bentuk film, ada juga fenomena pengalihan wahana dari film ke dalam bentuk novel yang sering disebut

Analisis Kelayakan Finansial Industri Enzim Protease Biduri (Studi Kasus di Koperasi Ponpes Al-Ishlah Grujugan Bondowoso); Agung Basuki Putranto; 051710101089; 2011: 61

Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak diatas fondasi, berfungsi untuk meratakan beban yang diterima oleh fondasi, juga berpungsi sebagi pengunci dinding agar

Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Menyusun Karangan Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching dnd Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri