IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA
SUBMATERI POKOK KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN
SMA KELAS XII
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh:
Annisaningtyas Ardananeswari 0905669
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA
SUBMATERI POKOK KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN
SMA KELAS XII
Oleh
Annisaningtyas Ardananeswari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Annisaningtyas 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA
SUBMATERI POKOK KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN
SMA KELAS XII
Disusun oleh:
Annisaningtyas Ardananeswari 0905669
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Sri Mulyani, M.Si
NIP. 196111151986012001
Pembimbing II
Galuh Yuliani, Ph. D
NIP. 198007252001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI
Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
ABSTRAK
Penelitian ini yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Submateri Pokok Kenaikan Titik Didih Larutan SMA Kelas XII” bertujuan untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini metode pre experiment dengan bentuk One Group Pretest-Postest
Design. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas XII IPA pada salah satu SMA
negeri di Kota Bandung sebanyak 41 orang. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan mencakup keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, tanggapan guru dan siswa, serta kendala-kendala yang dialami di dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara memunculkan level makroskopik dan mempertautkanya dengan level submikroskopik dan level simbolik pada setiap konsep. Level makroskopik dimunculkan melalui animasi pengukuran titik didih larutan. Siswa dibimbing untuk memahami konsep pada level submikroskopik dan simbolik melalui diskusi yang dibantu dengan animasi. Secara umum, pembelajaran ini mendapat respon yang positif baik dari guru maupun siswa. Kendala-kendala yang dialami dalam proses pembelajaran lebih mengarah pada pengoperasian proyektor, media pembelajaran yang kurang jelas, pengkondisian kelas dan alokasi waktu. Berdasarkan hasil analisis, strategi pembelajaran ini berdampak terhadap penguasaan konsep siswa, dengan perolehan N-Gain rata-rata sebesar 67,2%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa tergolong pada peningkatan sedang.
Kata kunci: Strategi Pembelajaran, Intertekstual, Kenaikan Titik Didih Larutan,
ABSTRACT
A research entitled “The Intertextual Learning Strategy Implementation in the Main Submaterial of Grade XII Senior High School, Boiling Point Elevation of Solution, has an aim to get illustration and information about The Intertextual Learning Strategy Implementation in the Main Submaterial of Grade XII Senior High School, Boiling Point Elevation of Solution, and also to know about the influence of the learning strategy implementation to the concept mastery afterit was implemented. The method that was used in this research is Pre Experiment method with One Group Pretest – Postest Design. The subjects of this research were 41(forty one) XII grade students of one of State Senior High Schools in Bandung. The intertextual learning strategy implementation in the main submaterial, Boiling Point Elevation of Solution, covers the teaching and learning
process, teacher’s and students’ opinions, also the obstacles during the teaching
and learning process. The teaching and learning process was done by showing the macroscopic level and connecting it with the submicroscopic and simbolic level in each concept. The macroscopic level is emerged through animation of solution boiling point measurement. The students were guided to understand the concept in the submicroscopic and simbolic level through discussion, helped by the animation. Generally, this teaching and learning process has got positive response from the students and also the teacher. The obstacles occured during the teaching and learning process were more about the utilization of the projector, the unclear teaching and learning media, the conditioning of the class and the time alocation.
Based on the result of the analysis, this learning strategy impacts the students’
concept mastery. By counting the normalized Gain Points, the average N-Gain is 67,2%. This shows that the enhancement of students’ concept mastery is classified as Medium Enhancement.
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Penjelasan Istilah ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 6
B. Representasi Kimia ... 8
C. Hasil Belajar Doamin Kognitif ... 10
D. Deskripsi Materi Sifat Koligatif: Kenaikan Titik Didih Larutan ... 16
1. Kenaikan Titik Didih Larutan Nonelektrolit ... 17
2. Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit ... 18
3. Diagram Fasa Relatif Terhadap Pelarut Murni ... 20
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Subjek Penelitian ... 22
B. Lokasi Penelitian ... 22
D. Alur Penelitian ... 24
E. Instrumen Penelitian ... 26
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 27
G. Teknik Pengumpulan Data ... 28
H. Teknik analisis Data ... 28
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Uraian Indikator Dan Konsep yang Digunakan dalam Pembelajaran ... 32
B. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Intertekstual pada Submateri Pokok Kenaikan Titik Didih Larutan ... 34
C. Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Pembelajaran Intertekstual pada Submateri Pokok Kenaikan Titik Didih Larutan ... 57
D. Kendala-kendala Selama Proses Pembelajaran ... 66
E. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Pada Submateri Pokok Kenaikan Titik Didih Larutan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN ... 91
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Nilai Siswa ... 29
3.3 Skala Katagori Kemampuan ... 30
3.4 Peningkatan Penguasaan Konsep Menurut Hake ... 30
3.5 Kriteria Angket Tanggapan Siswa ... 31
4.1 Rincian Indikator dan Konsep Setelah Direvisi ... 33
4.2 Representasi Kimia pada Konsep Mendidih ... 37
4.3 Representasi Kimia pada Konsep Titik Didih ... 40
4.4. Tabel Pengaruh Tekanan Terhadap Titik Didih Air ... 41
4.5 Representasi Kimia Pada Konsep Titik Didih Zat Terlarut Nonvolatil Lebih Tinggi Dari Pelarut Murninya ... 43
4.6 Representasi Kimia pada Konsep Kenaikan Titik Didih Larutan ... 44
4.7 Representasi Kimia pada Konsep Keberadaan Zat Terlarut Nonvolatil Menurunkan Tekanan Uap Larutan ... 46
4.8 Representasi Kimia pada Konsep Diagram Fasa Larutan Relatif Terhadap Pelarut Air ... 48
4.9. Kenaikan titik didih berbagai larutan nonvolatil pada berbagai konsentrasi ... 49
4.10 Representasi Kimia pada Konsep Kenaikan Titik Didih Larutan Merupakan Salah Satu Sifat Koligatif Larutan ... 50
4.11 Representasi Kimia pada Konsep Pengaruh Zat Terlarut Elektrolit Pada Kenaikan Titik Didih Larutan ... 52
4.12 Representasi Kimia pada Konsep Pengaruh Kemampuan Ionisasi Larutan Elektrolit Terhadap Kenaikan Titik Didih Larutan ... 53
4.13 Representasi Kimia pada Konsep Perhitungan Sifat Koligatif Kenaikan Titik Didih Larutan ... 55
4.15 Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa pada Setiap Konsep Secara
Keseluruhan ... 74
4.16. Tabel penguasaan konsep setiap kelompok siswa sebelum dan sesudah pembelajaran ... 75
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tiga Level Representasi dalam Kimia ... 9
2.2 (a)Perbatasan Fasa pada Air Murni saat mendidih, (b)Perbatasan Fasa pada Larutan Gula 0,02 M pada Suhu yang Sama ... 17
2.3 Perbatasan Fasa Larutan Gula pada Suhu yang Sama namun pada Konsentrasi Yang Berbeda ... 18
2.4 (a) Perbatasan fasa larutan gula, (b) Perbatasan fasa larutan NaCl pada konsentrasi yang sama ... 19
2.5 Diagram Fasa Larutan Relatif Terhadap Pelarut Air ... 21
3.1 Model One Group Pretest-Postest Design ... 22
3.2 Bagan alur Penelitian ... 24
4.1 Video Proses Pendidihan Air ... 35
4.2 Animasi Proses Pendidihan Air Dalam Sistem Tertutup ... 39
4.3 Simulasi Percobaan Pengukuran Titik Didih Larutan Volatil Dan Nonvolatil ... 42
4.4 Grafik Persentase Tanggapan Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Tiga Kelompok Siswa Secara Keseluruhan ... 57
4.5 Grafik Respon Siswa terhadap Ketertarikan pada Pembelajaran Menggunakan Strategi Pembelajaran Intertekstual. ... 58
4.6 Grafik Respon Siswa terhadap Kemudahan pada Pembelajaran Menggunakan Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 59
4.7 Grafik Respon Siswa terhadap Media pada Pembelajaran Menggunakan Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 60
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
4.9 Penguasaan Konsep Siswa Sebelum dan Sesudah Proses
Pembelajaran ... 69
4.10 Peningkatan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 70
4.11 Peningkatan Penguasaan Konsep pada Tiap Kelompok ... 70
4.12 Penguasaan Konsep Siswa Sebelum dan Sesudah Proses
Pembelajaran pada Kelompok Tinggi ... 71
4.13 Penguasaan Konsep Siswa Sebelum dan Sesudah Proses
Pembelajaran pada Kelompok Sedang ... 72
4.14 Penguasaan Konsep Siswa Sebelum dan Sesudah Proses
Pembelajaran pada Kelompok Rendah... 73
4.15 Jawaban Kebanyakan Siswa untuk Gambar Molekul Air pada Fasa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Hasil Validasi Tes Tertulis ...91
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...106
3 Instrumen Penelitian ...142
3.1.Soal Pretest-Posttest ...142
3.2.Angket ...150
3.3.Format Pedoman Observasi ...152
3.4.Format Wawancara Guru...156
3.5.Format wawancara Siswa ...157
4 Tabulasi Pengolahan Data ...158
4.1.Pengelompokan Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ...158
4.2.Pengolahan Skor Pretest dan Posttest ...159
4.3.Pengolahan Skor Angket ...165
5 Representasi Kimia ...173
6 Hasil Observasi dan Wawancara ...183
6.1. Hasil Observasi Guru ...183
6.2.Transkrip Wawancara Guru...187
6.3.Transkrip Wawancara Siswa ...189
7 Media Pembelajaran ...192
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan
perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena
perubahan ini dapat diamati melalui penjelasan teoritis dan deskripsi secara
matematis atau perhitungan (Depdiknas, 2006).
Sampai saat ini, pelajaran kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami
oleh sebagian siswa. Hal ini disebabkan oleh konsep-konsep yang dimiliki ilmu
kimia memiliki keabstrakan yang tinggi. Gabel (Chittleborough, 2002) pun
menyatakan bahwa kimia merupakan materi yang abstrak dan sulit untuk
dipelajari. Sejalan dengan pernyataan yang lain, berdasarkan hasil penelitian
empiris (Ben-Zvi et al., 1987, 1988; Johnstone, 1991, 1993; Nakhleh,
1992; Gabel, 1998, 1999; Chittleborough, 2001 dalam Chandrasegaran, 2007)
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep kimia, hal tersebut
dikarenakan ilmu kimia bersifat abstrak. Selain karena ilmu kimia memiliki
tingkat keabstrakan yang tinggi, kesulitan yang dialami siswa dalam memahami
ilmu kimia pun disebabkan karena siswa tidak dihadapkan pada pengalaman
sehari-hari yang dialaminya.
Untuk mempermudah siswa memahami suatu konsep dalam kehidupan
sehari-hari, siswa perlu bekerja dengan objek-objek yang kongkret, memperoleh
fakta-fakta yang ada, tidak sekedar menghafalkan. Sehingga menurut Gabel
(Chittleborough, 2002) tugas gurulah untuk membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep dan istilah baru yang dianggap abstrak menjadi lebih konkret
dengan menggunakan media pengajaran visual, deskripsi baik oral maupun verbal,
dan penjabaran secara simbolis. Menurut Sirhan (2007) untuk lebih mudah
memahami dan membangun konsep-konsep kimia secara utuh maka ketiga level
2
tersebut meliputi level makroskopik, level submikroskopik dan level simbolik.
Pertautan di antara representasi pada level yang berbeda-beda tersebut
(makroskopik, submikroskopik dan simbolik) dipandang sebagai salah satu
hubungan intertekstual (Wu, 2003).
Pada umumnya proses pembelajaran kimia tidak dilandasi oleh ketiga level
tersebut. Proses pembelajaran kimia hanya terfokus pada penyelesaian soal yang
hanya melibatkan level simbolik, tidak dikorelasikan dengan fenomena alam
sebagai level makroskopik dan pengalaman sehari-hari siswa. Ditambah lagi fakta
bahwa ilmu kimia yang disampaikan guru pada umumnya didominasi oleh level
simbolik (Winiati, 2008). Hal ini mengindikasikan kurangnya hubungan antara
fenomena kimia, representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik dan
simbolik) dan konsep yang relevan (Kozma, 2000 dalam Wu, 2002) sehingga
siswa sulit memahami kimia. Adanya pengetahuan siswa tentang ilmu kimia tanpa
pemahaman yang jelas akan menyebabkan kebingungan yang dikarenakan tidak
adanya hubungan yang simultan antara level makroskopik, submikroskopik dan
simbolik yang ada di dalam ilmu kimia (Treagust, 2003).
Untuk mencapai pemahaman yang memadai dalam ilmu kimia maka
dilakukan dengan meningkatkan kemampuan menjelaskan dan mendeskripsikan
level makroskopik (salah satunya berupa eksperimen), submikroskopik
(contohnya menjelaskan mengenai atom, molekul dan ion), dan simbolik
(contohnya berupa lambang, rumus, persamaan, pemodelan) serta kemampuan
menghubungkan diantara ketiganya secara tepat. Berdasarkan hal tersebut maka
harus diterapkan suatu strategi pembelajaran yang dapat mempertautkan ketiga
level representasi dan juga dapat menghubungkan ketiga level representasi
tersebut secara utuh. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi
pembelajaran intertekstual.
Bersandar pada makna intertekstualitas dan masalah masalah yang
diuraikan di atas maka pada penelitian sebelumnya telah dikembangkan suatu
strategi pembelajaran intertekstual khususnya pada submateri pokok kenaikan titik
didih larutan. Materi kenaikan titik didih larutan diambil dalam pengembangan
3
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
titik didih lebih ditekankan pada level makroskopik dan simbolik. Sebagai contoh,
praktikum digunakan sebagai representasi dari level makroskopik, dan
perhitungan matematis dari persamaan kenaikan titik didih larutan digunakan
sebagai representasi level simbolik. Akibatnya, siswa sulit memahami level
submikroskopik pada materi kenaikan titik didih mengenai alasan mengapa terjadi
kenaikan titik didih (Ulfah, 2009).
Meskipun strategi pembelajaran intertektual mengenai sifat koligatif
larutan pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan telah dikembangkan
sebelumnya oleh Ulfah (2009) namun, strategi tersebut belum diimplementasikan
dalam pembelajaran di kelas maka untuk memperoleh gambaran dan informasi
mengenai implementasi strategi pembelajaran intertektual mengenai sifat koligatif
larutan pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan tersebut maka strategi
pembelajaran ini haruslah diimplementasikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Implementasi Strategi
Pembelajaran Intertekstual pada Submateri Pokok Kenaikan Titik Didih Larutan
SMA Kelas XII?”. Rumusan masalah dalam penelitian ini dirinci melalui pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Bagaimana keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada
submateri pokok kenaikan titik didih larutan?
2. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap strategi pembelajaran
intertektual pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan?
3. Bagaimana pengaruh dari implementasi strategi pembelajaran intertekstual
pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan terhadap penguasaan
4
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran dan
informasi mengenai implementasi pembelajaran intertekstual pada submateri
pokok kenaikan titik didih larutan yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk perbaikan dalam rangka memperoleh pembelajaran intertekstual yang lebih
baik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa
pihak terkait.
1. Bagi siswa:
a. Dapat memberikan kemudahan dalam memahami ilmu kimia yang
secara umum yang dianggap sulit dengan cara mempelajari kimia
melalui penggunaan ketiga level representasi terutama pada submateri
pokok kenaikan titik didih larutan.
b. Meningkatkan pemahaman konsep pada submateri pokok kenaikan
titik didih larutan.
2. Bagi guru:
a. Memberikan alternatif strategi pembelajaran untuk pembelajaran kimia
pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan.
b. Memberikan acuan untuk penggunaan strategi pembelajaran
intertekstual pada materi kimia yang lain.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman
peneliti dalam menganalisis strategi pembelajaran intertekstual
khususnya pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang
dapat dijadikan acuan perbaikan pengembangan strategi pembelajaran
5
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman terhadap istilah yang
terdapat dalam penelitian ini maka diberikan definisi operasional dari
istilah-istilah sebagai berikut:
a. Strategi pembelajaran yaitu perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (David
dalam Sanjaya, 2006)
b. Level makroskopik adalah representasi dari fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati
langsung (Johnstone, 1982 dalam Chittleborough, Treagust, dan Mocerino,
2003).
c. Level submikroskopik adalah representasi mengenai partikel nyata yang
tidak dapat dilihat secara langsung seperti elektron, molekul dan atom
(Johnstone, 1982 dalam Chittleborough, Treagust, dan Mocerino, 2003).
d. Level Simbolik adalah representasi dari fenomena kimia yang
menggunakan berbagai model seperti tanda, gambar, aljabar, dan bentuk
perhitungan (Johnstone, 1982 dalam Chittleborough, Treagust, dan
Mocerino, 2003).
e. Representasi kimia terdiri dari level makroskopik, submikroskopik dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di salah satu SMA
Negeri di Bandung yang sedang mempelajari materi sifat koligatif larutan pada
submateri pokok kenaikan titih didih larutan. Dalam penelitian ini digunakan satu
kelas sebagai kelas eksperimen.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di salah satu Sekolah Menengah Atas
Negeri yang ada di Kota Bandung.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre
experiment. Metode pre experiment menurut Sukmadinata (2008) adalah
penelitian yang tidak menggunakan sama sekali penyamaan karakteristik
(random) dan tidak ada pengontrol variabel. Dalam desain penelitian ini,
kelompok tidak diambil secara acak atau berpasangan dan tidak ada kelompok
pembanding.
Metode pre experiment digunakan karena penelitian ini merupakan
penelitian uji coba sehingga pada penelitian ini tidak ada kelas kontrol sebagai
pembanding. Metode pre experiment yang digunakan adalah One Group
Pretest-Posttest Design.
Gambar 3.1. One Group Pretest-Posttest Design
23
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
Keterangan:
O1 : Tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest)
X : Perlakuan berupa pembelajaran melalui strategi pembelajaran
intertekstual
24
D. Alur Penelitian
Bagan alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.
Analisis Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Submateri Pokok
Kenaikan Titik Didih Larutan (Ulfah,2009)
Pembuatan perangkat Pembelajaran
Pembuatan Instrumen Penelitian
Uji Coba Implementasi Validasi
Revisi Revisi
Pretest
Implementasi Observasi
Posttest
Pengumpulan data
Analisis data
Temuan dan Pembahasan
Penarikan Kesimpulan Angket
Wawancara
Gambar 3.2. Bagan alur Penelitian penelitian
Tahap Pelaksanaan
25
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
Berdasarkan alur penelitian yang telah dibuat, penelitian yang dilakukan
terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan menganalisis strategi
pembelajaran intertekstual yang sudah dikembangkan oleh peneliti
sebelumnya yaitu oleh Ulfah (2009), kemudian dianalisis kesesuaikan
dengan standar isi untuk submateri kenaikan titik didih larutan yang
selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan pertimbangan
dosen pembimbing.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdasarkan langkah pembelajaran yang telah
direvisi, revisi media yang akan digunakan dalam penelitian dan
pembuatan instrumen penelitian. Media dan RPP yang telah dibuat lalu
diuji cobakan kepada beberapa siswa kemudian dilakukan revisi sesuai
dengan uji coba. Instrumen penelitian yang berupa tes tertulis, angket,
lembar observasi dan pedoman wawancara divalidasi oleh dosen jurusan
pendidikan kimia FPMIPA UPI.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap implementasi
pembelajaran di sekolah. Langkah pertama yang dilakukan adalah
pemberian pretest kepada siswa sebagai acuan awal dalam menentukan
seberapa besar peranan strategi pembelajaran intertekstual dilakukan.
Setelah itu pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual
dilakukan dikelas eksperimen berdasarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun dan diobservasi oleh guru mata pelajaran
kimia. Langkah selanjutnya adalah pemberian posttest setelah
26
Pemberian angket pada siswa juga dilakukan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap implementasi strategi pembelajaran intertekstual
pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan kelas XII. Untuk data
tambahan dilakukan wawancara dengan siswa dan guru untuk mengetahui
tanggapan dan kritik juga saran terhadap keterlaksanaan strategi
pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik didih
larutan.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data hasil penelitian yang
diolah secara deskriptif. Berdasarkan analisis secara keseluruhan maka
didapat kesimpulan penelitian.
E. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar,
angket, pedoman wawancara siswa dan guru dan pedoman observasi. Secara rinci
instrumen tersebut sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Perangkat tes yang digunakan adalah tes hasil belajar, perangkat
tes yang digunakan ini berupa soal pilihan ganda dan essay. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang kenaikan
titik didih larutan. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan
setelah pembelajaran (posttest), lalu hasilnya dibandingkan.
2. Angket
Angket digunakan untuk mengukur tanggapan siswa terhadap
pembelajaran kenaikan titik didih larutan menggunakan strategi
27
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
3. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai
tanggapan siswa dan guru secara lebih mendalam mengenai keterlaksanaan
strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik
didih larutan.
Wawancara dengan siswa meliputi tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran, media yang digunakan, kesulitan yang dialami dan
saran untuk perbaikan implementasi strategi pembelajaran intertekstual
pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan yang lebih baik.
Wawancara dengan guru meliputi tanggapan guru mengenai
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok
kenaikan titik didih larutan. Tanggapan tersebut meliputi kelebihan dan
kekurangan strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok
kenaikan titik didih larutan, serta saran untuk perbaikan implementasi
strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik
didih larutan yang lebih baik.
4. Format Observasi
Format observasi berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai proses
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok
kenaikan titik didih larutan yang meliputi keterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran, ketepatan konsep, dan saran. Format observasi diisi oleh
guru yang mengamati implementasi strategi pembelajaran intertekstual
pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan.
F. Pengujian Instrumen
Sebelum soal-soal pretest dan posttest yang dibuat diujikan dalam
penelitian, maka perlu dilakukan validasi butir soal. Validasi dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur apakah instrumen soal pilihan ganda dan essay yang akan
dikembangkan sudah tepat dan sesuai dengan indikator dan konsep yang telah
28
mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menjaga agar instrumen yang
digunakan mempunyai validitas yang tinggi, maka dalam penelitian ini dilakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis, angket, dan wawancara,
dan format observasi. Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.1
berikut ini.
Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
Data Jenis Data
Sumber
data Keterangan
Tes tertulis Pemahaman Konsep Siswa Dilakukan sebelum dan sesudah
Instrumen tes tertulis yang telah divalidasi dan diujikan kepada siswa,
dan akan didapat data skor pretest dan skor posttest. Sebelumnya siswa
dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok tinggi, kelompok sedang
dan kelompok rendah. Langkah-langkah pengelompokan siswa adalah
sebagai berikut.
a. Menjumlahkan skor semua siswa. Untuk menghitung rata-rata dan
strandar deviasi menggunakan Microsoft Excel
29
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
1) Kelompok tinggi yaitu siswa yang mempunyai skor sebanyak skore
rata-rata ditambah standar deviasi
2) Kelompok sedang yaitu siswa yang mempunyai skros sebanyak skor
antara -1 SD dan +1 SD
3) Kelompok rendah yaitu siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang
kurang dari nilai tersebut
Secara umum penentuan batas-batas kelompok dapat dilihat dari Tabel
berikut,
Tabel 3.2. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Nilai Siswa (Arikunto,
2012)
Batas Nilai Keterangan
x ( ̅ + SD) Kelompok Tinggi
( ̅ - SD) < x < ( ̅ + SD) Kelompok Sedang
x ( ̅ - SD) Kelompok Rendah
Keterangan:
x = nilai siswa
̅ = nilai rata-rata
= Standar Deviasi
Setelah mendapatkan kelompok siswa. Skor pretest dan posttest siswa
diubah menjadi sebuah nilai dengan rumus:
Nilai Siswa =
×100
Menurut Arikunto (2009) nilai siswa dikelompokan berdasarkan
penguasaan konsep terhadap materi yang dipelajari yang terdiri dari kriteria
sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik seperti ditunjukkan pada
30
Tabel 3.3. Skala Katagori Kemampuan
Nilai Katagori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
2. Menghitung peningkatan hasil Belajar Siswa dengan N-Gain (Normalitas
Gain)
N-Gain =
Pengelompokan peningkatan penguasaan konsep siswa sesuai kriteria
(Hake, 1998),seperti yang tertera pada Tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4. Peningkatan Penguasaan Konsep Menurut Hake (Hake, 1998)
Nilai Gain (g) Katagori
>0,71 Peningkatan Tinggi
0,7 > g > 0,3 Peningkatan sedang
< 0,30 Peningkatan rendah
3. Angket
Data angket yang diperoleh diolah dengan skala Likert. Setiap pilihan
jawaban diberi skor tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
Penyataan positif :
Sangat setuju : 5
Setuju : 4
Ragu-ragu : 3
31
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014 Pernyataan negatif:
Sangat setuju : 1
Setuju : 2
Ragu-ragu : 3
Tidak setuju : 4 Sangat Tidak Setuju : 5
Setelah data diperoleh, selanjutnya dikatagorikan dengan ketentuan
skor rata-rata (Keller, 1987) seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Kriteria Angket Tanggapan Siswa (Keller, 1987)
Skor Rata-Rata Kriteria
1,00 – 1,49 Tidak Baik
1,50 – 2,49 Kurang Baik
2,50 – 3,49 Cukup Baik
3,50 – 4,49 Baik
4,50 – 5,00 Sangat Baik
4. Data Observasi dan Hasil Wawancara
Data-data ini digunakan sebagai data pendukung yang digunakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai implementasi strategi
pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap konsep dalam submateri pokok kenaikan titik didih larutan
disampaikan oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri hal ini
diharapkan agar siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang terdapat dalam
submateri pokok kenaikan titik didih larutan dan metode diskusi diharapkan cocok
untuk pembelajaran ini. Proses pembelajaran kenaikan titik didih ini disampaikan
dengan mempertautkan level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik serta
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Level makroskopik dimunculkan
dengan cara animasi percobaan pengukuran titik didih sehingga siswa dapat menggali
fenomena-fenomena kimia melalui pengalamannya sendiri juga dengan menampilkan
video atau gambar-gambar yang sesuai. Level submikroskopik dimunculkan dengan
cara memberikan pertanyaan yang mengajak siswa berpikir tentang fenomena yang
dilihatnya. Dengan diberikannya gambaran submikroskopik melalui simbol-simbol
dan animasi sebagai level simbolik dapat membuat sesuatu yang abstrak menjadi
terlihat nyata, siswa pun lebih mudah memahami setiap konsep. Hanya saja dalam
implementasi masih terdapat kendala-kendala seperti konten yang terlalu banyak
sehingga pada akhir pembelajaran siswa mulai jenuh dengan pembelajaran.
Kendala-kendala lain yang dialami dalam proses pembelajaran lebih mengarah pada
pengkondisian/penguasaan kelas oleh peneliti yang kurang optimal.
2. Secara keseluruhan siswa dan guru merespon baik terhadap implementasi
87
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
mempertautkan ketiga level representasi tetapi juga menggunakan gambar-gambar
dan video yang menarik bagi siswa dan strategi pembelajaran intertekstual dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih
baik.
3. Penguasaan konsep siswa terhadap submateri pokok kenaikan titik didih
larutan dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual setelah mengalami
peningkatan. Nilai rata postes sebesar 72,07% dibandingkan dengan nilai
rata pretes sebesar 14,51%. Berdasarkan perhitungan N-Gain, diperoleh N-Gain
rata-rata sebesar 67,2% sehingga termasuk peningkatan sedang.
B. Saran
Secara garis besar, rekomendasi perbaikan untuk pengembangan dan
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada submateri pokok kenaikan titik
didih larutan terbagi menjadi empat katagori yaitu:
a. Konten/ isi materi
Konten/ isi materi yang menjadi sektor penelitian terlalu banyak dan
kompleks. Oleh karena itu sebaiknya penelitian ini terfokus pada kenaikan
titik didih larutan agar konsep esensial pada submateri ini tersampaikan
dengan baik. Selain itu, diharapkan dengan pembagian konsep esensial yang
diperlukan dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa
dengan baik. Adapun media yang harus direvisi seperti video yang tidak
terlihat jelas terlihat oleh siswa dan gambar yang kurang sesuai dengan
konsep yang disampaikan.
b. Metode Penyampaian Materi
Pada penyampaian submateri pokok kenaikan titik didih ini
menggunakan model pembelajaran inkuiri dan menggunakan metode diskusi
88
lebih banyak untuk siswa berdiskusi. Agar semua konsep tersampaikan
dengan baik sebaiknya guru lebih memperhatikan waktu yang tersedia agar
pembelajaran tidak terkesan terburu-buru.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan sudah cukup baik tetapi ada
beberapa bagian yang tidak terlihat jelas oleh siswa seperti video pendidihan
air. Animasi pengukuran titik didih pada level submikroskopik tidak
menggunakan perumapamaan jumlah partikel zat terlarut sehingga siswa
bingung melihat perbandingan dan pengaruh banyaknya partikel zat terlarut
berbagai konsentrasi terhadap kenaikan titik didih. Sehingga harus adanya
perbaikan agar siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang terdapat
pada submatri pokok kenaikan titik didih larutan.
d. Pengelolaan Pembelajaran
Sebagai seorang guru harus pandai mengelola pembelajaran, terutama
yang berkaitan dengan waktu dan pengkondisian kelas sebelum dilaksanakan
pembelajaran agar siswa siap untuk menerima materi yang akan disampaikan.
Sehingga persiapan pembelajaran harus disiapkan lebih cepat agar tidak ada
waktu yang terbuang untuk menunggu alat operasional disiapkan untuk proses
pembelajaran. Untuk mengoptimalisasi penggunaan media sehingga
pembelajaran akan jauh lebih baik. Dapat digunakan pointer sehingga guru
89
Annisaningtyas Ardananeswari, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. dkk. (2003). Standar Belajar Mengajar.Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Edisi revisi V. Jakarta : Rineka Cipta
Chandrasegaran, A. L. et al. (2007). “The Development of A Two-Tier Multiple- Choise Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Students’ Abiliti To Describe and Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation”. Chemistry Education Research and Practice.8, (3), 293-307
Chittleborough, G., Treagust, D., and Mecerino, M. (2002). “Contraints to the development of first year university chemistry student’ mental model of chemical phenomena”. International journal of science education.
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Davidowitz, B. dan Chittleborough, G. (2009). “Linking the microscopic and sub -microscopic levels: Diagram” dalam Model and Modeling in Science Education, Multiple Representations in chemical education. United Kingdom: Springer
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalan Pengajaran Kimia. Bandung Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.
Jufri, A. W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta
Keller, J.M. (1987). “Development and Use of the ARCS Model of Instructional Design”. Journal of Instructional Development. 10, (3) 2-10
Nabar, D. (2002). Kualitas Pendidikan dan Tunjangan Fungsional Guru. [Online]. Available:
90
bp=&pver=5.0&pid=&ID=404&cat=web&os=&over=&hrd=&Opt1=&O pt2=&Opt3. [20/10/05].
Nashar,H. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta: Delia Press
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Silberberg, M.S. (2007). Principles of General Chemistry (First Ed.). New York: McGraw-Hill
Sirhan, G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of Turkish Science Education. 4, (2), pp 2-20.
Tim penyusun KBBI. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai pustaka.
Ulfah, M. (2009). Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Submateri Pokok Kenaikan Titik Didih Larutan SMA Kelas XII. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Winiati. (2008). Analisis Pengajaran Guru Kimia Kelas XI pada Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Intertekstualitas Ilmu Kimia. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Wu, K.H. (2002). Linking the Microscopic View of Chemistry to Real Life Experience: Intertextual in a High-school Science Classroom. School of
Education.
Wu, K.H, Krajcik J.S, and Soloway, E. (2000). Promoting Conceptual Understanding of Chemical Representasions : Students’ Use of a Visualization Tool in the Classroom. Makalah pada pertemuan Tahunan