• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KABUPATEN PASAMAN BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KABUPATEN PASAMAN BARAT."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukanuntukmemenuhisebagiandarisyarat

Untukmemperolehgelar magister pendidikan

Programstudiadministrasipendidikan

OLEH :

SAIFUL DUSKI

1204783

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PengaruhMotivasiBerprestasidanSistemKompensasiTerhadapKinerjaManaj erialKepalaSekolah di SekolahDasarNegeri

se-Pasaman Barat

Oleh SaifulDuski

S.Pd. ISTAI-YAPTIP Pasaman Barat, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas AdministrasiPendidikan

© SaifulDuski 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Pembimbing I

Prof. H. UdinSyaefudinSa’ud, Ph.D

NIP.19530612 198103 1 003

Pembimbing II

Dr. EndangHerawan, M.Pd NIP.19600810198603 1 001

Mengetahui

Ketua Program StudiAdministrasiPendidikan

Prof. H. UdinSyaefudinSa’ud, Ph.D

(4)

1

Saiful Duski, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sistem pendidikan nasional Indonesia berupaya agar terjaminnya

pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi

pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

globalisasi. Dalam era globalisasi yang sedang terjadi saat ini pendidikan di

Indonesia dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks dan persaingan

sumber daya manusia yang semakin ketat, sehingga dibutuhkan sumber daya

manusia yang unggul dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Salah satu upaya pemerintah untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia

yang unggul tersebut adalah melalui pendidikan yang dimulai dari pendidikan

dasar.

Secara konsepsional, yang bertanggungjawab secara mikro atas

penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar adalah kepala sekolah. Kepala

sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar

dalam mengembangkan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Berkembangnya

semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan

pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan serta perkembangan kualitas

profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang dilakukan

oleh kepala sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling

berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan

Supriadi (Mulyasa, 2007:23) bahwa: “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah,

iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.

Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen

pendidikan pendidikan secara micro, yang secara langsung berkaitan dengan

(5)

Saiful Duski, 2014

Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 12 ayat 1 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi

sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana”.

Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya

sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002 :90)

adalah sebagai berikut:

1). Peranan hubungan antar perseorangan.

a) Figurehead, berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah

sebagai lambang sekolah.

b) Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk

menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat

melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai

tujuan.

c) Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara

kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar

sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara

antara guru, staf dan siswa.

2).Peranan informasional.

a) Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan

terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi

yang berpengaruh terhadap sekolah.

b) Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk

menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf,

dan orang tua murid.

c) Spokesman. Kepala sekolah menyebarkan informasi kepada lingkungan

di luar yang dianggap perlu.

3). Sebagai pengambil keputusan.

a) Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan

(6)

3

baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan

yang timbul di lingkungan sekolah.

b) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala

sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan

memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.

c) Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater).

Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti

siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang

disediakan dan dibagikan.

d) A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan

pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memenuhi

kebutuhan sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin sekaligus juga manajer di sekolahnya

harus mempunyai kinerja yang efektif agar mampu mencapai visi dan misi

sekolah. Hal tersebut sebagaimana Martin dan Millower serta Willower dan

Kmetz (Mulyasa, 2012:63) bahwa kinerja kepala sekolah yang efektif

setidaknya memiliki indikator yang berkaitan sekali dengan ilmu manajerial,

yaitu:

1) Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya dan mampu mendorong semua warga sekolahnya untuk mewujudkannya.

2) Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja seluruh warga sekolah.

3) Senantiasa memprogramkan dan menyempatkan diri untuk mengadakan pengamatan terhadap berbagai aktivitas guru dan pembelajaran di kelas serta memberikan umpan balik (feedback) yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran. 4) Mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang prosedur

untuk meminimalisir stress dan konflik negatif.

5) Mendayagunakan berbagai sumber belajar dan melibatkan seluruh warga sekolah secara kreatif, produktif dan akuntabel.

6) Memantau kemajuan peserta didik baik secara individual maupun kelompok, serta memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan pembelajaran.

(7)

Saiful Duski, 2014

Dari ciri-ciri kinerja kepala sekolah yang efektif di atas terlihat bahwa

kepala sekolah harus memiliki ilmu manajerial untuk dapat mewujudkan

hal-hal seperti berikut ini: 1) Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan,

sasaran, dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf, 2)

Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merealisasikan keseluruhan

rencana untuk menggapai visi, mengemban misi, menggapai tujuan dan

sasaran sekolah, 3) Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan

penugasan, dan memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang

telah ditetapkan, 4) Mampu membangun kerjasama tim (team work)

antar-guru, antar-staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah, 5)

Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan

profesional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, dan 6) Mampu

melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka mampu melihat

sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan sekolahnya.

Di lapangan, ilmu manajerial kepala sekolah terkesan rendah,

sebagaimana yang telah dilakukan uji terhadap ilmu manajerial kepala sekolah

oleh Departemen Pendidikan Nasional, (Suhardiman, 2011:246-247)

diperoleh dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia sebanyak 70% tidak

kompeten ilmu manajerialnya, padahal ilmu manajerial itu merupakan

kekuatan kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik.

Terry ((Burhanudin, 2005:530) mengatakan bahwa “Kegiatan manajemen adalah berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan”. Empat aspek tersebut adalah dimensi manajerial kepala sekolah, dengan demikian empat aspek manajemen tersebut berarti dapat menunjukkan

manajerial kepala sekolah.

Di Kabupaten Pasaman Barat Kepala Sekolah Dasar Negeri masih

rendah manajerialnya. Sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan

(8)

5

akreditasi sekolah di Pasaman Barat yaitu hanya 2,32% yang terakreditasi A,

36,68% yang terakreditasi B, dan 61% terakreditasi C, sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 1.1

Akreditasi Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012

No Nama Kecamatan Jumlah

Sekolah

Sumber data : Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat

Aspek yang menjadi penyebab rendahnya nilai akreditasi sekolah yang

dimaksud adalah sistem pengelolaan sekolah. Pengelolaan tersebut salah

satunya berasal dari ilmu manajerial yang dimiliki kepala sekolah. Di samping

akreditasi sekolah terdapat pula lulusan sekolah yang rendah dibandingkan

kabupaten/ kota se propinsi. Sebagaimana terlihat dalam data berikut:

Tabel 1.2

Hasil Ujian Nasional Per-Kabupatan di Propinsi Sumatera Barat Tahun 2012

No Nama Kabupaten/ Kota Hasil Ujian Nasional

(9)

Saiful Duski, 2014

7 Kab.Tanah Datar 73,5 16

8 Kab.Sijunjung 77,23 11

9 Kab.Kep.Mentawai 70,12 19

10 Kab.Pas. Barat 70,68 18

No Nama Kabupaten/ Kota Hasil Ujian Nasional

Angka Rangking

11 Kab.Solok Selatan 77,68 10

12 Kab.Dharmasraya 72,87 17

13 KotaBukittinggi 85,64 1

14 KotaPadang 82,46 2

15 KotaPd. Panjang 80,06 3

16 KotaSawahlunto 79,98 4

17 KotaSolok 78,68 6

18 KotaPayakumbuh 78,12 9

19 KotaPariaman 79,65 5

Sumber data : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Propinsi Sumatera Barat Tahun 2012 dengan pengolahan seperlunya

Tabel tersebut menunjukkan kualitas pendidikan di Kabupeten Pasaman

Barat berada pada urutan ke 18 dari 19 Kabupeten yang ada. Sedangkan urutan

ke 19 adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dinilai memang dinilai

merupakan kabupaten tertinggal di Propinsi Sumatera Barat. Hal ini tentulah

menunjukkan bahwa pengelolaan proses belajar mengajar di sekolah dianggap

belum baik dan hal tersebut sangat terkait dengan aspek actuating dan

controlling yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dalam proses

belajar mengajar.

Secara lebih eksplisit, penulis juga melihat kinerja kepala sekolah yang

ada di Kabupaten Pasaman Barat dari Permendiknas RI Nomor 13 Tahun

2007 sebanyak 16 (enam belas) poin pekerjaan yang harus dilaksanakan

kepala sekolah hanya mampu dilaksanakan rata-rata tiga poin saja yaitu: 1)

Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat pelaksanaan. 2)

Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,

(10)

7

keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,

transparan dan efisien. Ke tiga poin tersebut adalah yang hampir dilakukan

oleh seluruh kepala sekolah, sedangkan 13 poin yang harus dikerjakan oleh

kepala sekolah cendrung diabaikan meskipun ada yang melaksanakan namun

masih belum sesuai harapan.

Begitu pula dilihat dari permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang

standar pengelolaan pendidikan yang memuat tentang a) Perencanaan

program, b) Pelaksanaan rencana kerja, c) Pengawasan dan evaluasi, d)

Kepemimpinan sekolah, e) Sistem informasi manajemen. Dari standar

pengelolaan pendidikan tersebut semua poin di atas kepala Sekolah Dasar

Negeri di Kabupaten Pasaman Barat masih rendah.

Bertolak dari pandangan penulis tersebut maka penulis melakukan

observasi tanggal 15 Oktober 2013 ke beberapa SD Negeri di Kecamatan Koto

Balingka, Kecamatan Sungai Beremas dan Kecamatan Lembah Melintang dan

Kecamatan Sungai Aur yang masih dalam Kabupaten Pasaman Barat, dengan

mewawancarai beberapa gurunya, penulis menanyakan bagaimana kepala

sekolah dalam menyampaikan visi misi sekolah maupun dalam hal kepala

sekolah membangun hubungan baik dengan tenaga pendidik lainnya untuk

mampu bekerjasama secara harmonis dalam mewujudkan program-program

sekolah. Beberapa guru mengatakan hal yang hampir sama dengan Adirsan,

guru sekolah dasar di Kecamatan Sungai Aur mengatakan bahwa:

(11)

Saiful Duski, 2014

Hasil dari studi eksplorasi awal, terlihat banyak item kelemahan dari

kepala sekolah namun di sini yang penulis sorot adalah yang berkaitan dengan

fungsi manajerial kepala sekolah, ternyata tidak terjalin hubungan komunikasi

yang baik dari kepala sekolah terhadap guru-guru sekolahnya dalam mencapai

tujuan sekolah dan hal ini berkaitan dengan aspek manajerial dari kepala

sekolah, kepala sekolah terlihat kurang membangun hubungan kerja yang

harmonis baik antara kepala sekolah dan guru maupun antara sesama guru.

Banyak sekolah yang penulis temui ternyata kepala sekolah bekerja sendiri

dan membiarkan guru-guru sekolah yang dipimpinnya bekerja tanpa adanya

perbaikan-perbaikan pembelajaran sehingga menghasilkan mutu pendidikan

yang rendah.

Keadaan di atas sebagaimana hasil wawancara penulis dengan beberapa

orang pengawas pada tanggal 16 Desember 2013, Devirawati pengawas

sekolah dasar Kecamatan Sungai Beremas, mengatakan:

Sekolah dasar yang berada di daerah binaan saya sebanyak 8 dari 11 sekolah, dalam hasil evaluasi diri sekolah yang untuk tahun 2013 yang lalu terdapat beberapa kelemahan utama pada kepala sekolah diantaranya adalah dalam membuat perencanaan sekolah tidak atas dasar musyawarah dengan stakeholder, kemudian dalam membuat laporan dana BOS belum transfaran terhadap guru-guru di sekolahnya serta hamper tidak adanya supervisi kelas. Untuk level kabupaten supervisi dan manajerial berkisar angka 0 sampai 1 rata-rata pelaksanaannya, sedangkan rata-rata secara dimensi untuk di Sungai Beremas yang ada bukti otentiknya tentang kinerja manajerial kepala sekolah hanya berkisar 20% saja.

Tabel 1.3

Kinerja kepala sekolah Kecamatan Sungai Beremas wilayah binaan 1 Tahun 2013

No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai

1 SDN 01 Sungai Beremas Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 17

Pengawasan 15

2 SDN 02 Sungai Beremas Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

3 SDN 05 Sungai Beremas Perencanaan program 20

(12)

9

Pengawasan 10

4 SDN 06 Sungai Beremas Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

5 SDN 07 Sungai Beremas Perencanaan program 25

Pelaksanaan rencana kerja 20

Pengawasan 18

No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai

6 SDN 08 Sungai Beremas Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

7 SDN 10 Sungai Beremas Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 20

Pengawasan 15

8 SDN 11 Sungai Beremas Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

Rata-rata 16,5

Sumber: EDS dari pengawas sekolah dasar Sungai Beremas

Dari rata-rata tersebut diartikan bahwa hanya sebesar 16,5% saja setiap

aspek yang ada bukti temuannya.

Masih pada tanggal 16 Desember 2013, Fauzan, pengawas di Sekolah

Dasar Negeri Kecamatan Koto Balingka mengatakan:

(13)

Saiful Duski, 2014

Dan Fauzan, juga memberikan sebagian hasil evaluasi diri sekolah

binaannya yang bersumber dari hasil evaluasi diri sekolah dengan mengambil

hanya bagian yang terkait dengan kinerja manajerial kepala sekolah sebagai

berikut:

Tabel 1.4

Kinerja kepala sekolah Kecamatan Koto Balingka wilayah binaan 1 Tahun 2013

No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai

1 SDN 01 Koto Balingka Perencanaan program 25

Pelaksanaan rencana kerja 18

Pengawasan 10

2 SDN 03 Koto Balingka Perencanaan program 15

Pelaksanaan rencana kerja 10

Pengawasan 5

3 SDN 05 Koto Balingka Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 16

Pengawasan 10

4 SDN 07 Koto Balingka Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

5 SDN 08 Koto Balingka Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

6 SDN 09 Koto Balingka Perencanaan program 20

Pelaksanaan rencana kerja 15

Pengawasan 10

Rata-rata 14,67

Sumber: EDS dari pengawas sekolah dasar Koto Balingka

Dari rata-rata tersebut diartikan bahwa hanya sebesar 14,67% saja setiap

aspek yang ada bukti temuannya.

Masih pada tanggal 16 Desember 2013, M. Yusuf, pengawas sekolah

dasar Kecamatan Lembah Melintang mengatakan:

(14)

11

visi misinya seharusnya 1 kali 2 tahun direvisi, dalam membuat program sekolah pun tidak matang, terdapat juga kepala sekolah yang tidak mampu membina tata usaha dan tata usaha pun sering berganti sehingga pengarsipan sering tidak ada, disamping itu kepala sekolah yang diangkat pada umumnya honorer sehingga wajar hasil kinerja rendah,lagi pula kepala sekolah memang lebih banyak mengurus urusan rutin harusnya bisa dikelola tata usaha, ini akibat tidak adanya sertifikat diklat kepala sekolah yang diangkat.

M. Yusuf, juga memberikan sebagian dari hasil evaluasi diri sekolah

binaannya dari data evaluasi diri sekolah yang terkait kinerja manajerial

kepala sekolah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Kinerja kepala sekolah Kecamatan Lembah Melintang wilayah binaan 1 Tahun 2013

No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai

1 SDN 02 Lembah Melintang Perencanaan program 33

Pelaksanaan rencana kerja 30

Pengawasan 28

2 SDN 04 Lembah Melintang Perencanaan program 35

Pelaksanaan rencana kerja 30

Pengawasan 27

3 SDN 05 Lembah Melintang Perencanaan program 40

Pelaksanaan rencana kerja 38

Pengawasan 35

4 SDN 07 Lembah Melintang Perencanaan program 33

Pelaksanaan rencana kerja 30

Pengawasan 25

5 SDN 19 Lembah Melintang Perencanaan program 35

Pelaksanaan rencana kerja 33

Pengawasan 30

6 SDN 11 Lembah Melintang Perencanaan program 35

Pelaksanaan rencana kerja 30

Pengawasan 25

7 SDN 12 Lembah Melintang Perencanaan program 40

Pelaksanaan rencana kerja 37

Pengawasan 35

8 SDN 15 Lembah Melintang Perencanaan program 24

Pelaksanaan rencana kerja 22

Pengawasan 20

9 SDN 21 Lembah Melintang Perencanaan program 33

Pelaksanaan rencana kerja 30

Pengawasan 29

10 SDN 23 Lembah Melintang Perencanaan program 24

(15)

Saiful Duski, 2014

Pengawasan 20

Rata-rata 30,3

Sumber: EDS dari pengawas sekolah dasar Lembah Melintang

Dari rata-rata tersebut diartikan bahwa hanya sebesar 30,3% saja setiap

aspek yang ada bukti temuannya.

Dari penjelasan yang diberikan oleh pengawas yang berasal dari tiga

kecamatan dan hasil penilaian kinerja kepala sekolah tersebut memberikan

gambaran kinerja manajerial kepala sekolah baru sebatas pengerjaan hal-hal

yang rutin saja, belum menjalankan sebagaimana manajerial kepala sekolah

yang seharusnya seperti yang terdapat dalam permendiknas Nomor 13 dan 19

Tahun 2007, sehingga berdasarkan kondisi yang digambarkan oleh tiga

pengawas tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja manajerial kepala

Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten pasaman Barat perlu diperbaiki.

Menurut Dharma (Suhardiman, 2011:247) banyaknya kepala sekolah

yang kurang memenuhi standar, kondisi ini tidak lepas dari proses

rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah yang berlaku saat ini. Di

beberapa daerah, termasuk di kabupaten Pasaman Barat posisi kepala

sekolah tergantung Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan. Proses dari guru

untuk menjadi kepala sekolah bisa saja terjadi hanya beberapa hari saja,

bahkan beberapa jam melalui seleksi biasa, seperti seleksi Calon Pegawai

Negeri Sipil.

Di samping keadaan di atas pasti ada faktor penyebab lainnya sehingga

kinerja manajerial kepala sekolah tidak efektif. Sebagaimana penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Suhardiman (2008) menyimpulkan bahwa

pengaruh rekrutmen, kompetensi dan kompensasi terhadap kinerja kepala

sekolah sangat tinggi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hartini (2010) menyimpulkan

terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial maupun secara bersama-sama

antara kualifikasi akademik, pengalaman kerja dan motivasi terhadap kinerja

(16)

13

positif dan signifikan antara Motivasi Berusaha terhadap Kinerja Kepala

Sekolah. Supono (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa terdapat

hubungan positif dan signifikan antara motivasi, kompetensi dan kepuasan

kerja terhadap kinerja kepala sekolah. Suhardiman (2011), menemukan

pengaruh langsung yang signifikan antara kompensasi kepala sekolah terhadap

kinerja kepala sekolah.

Menurut Margaret Dale (2003:30), “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial adalah motivasi berprestasi, sikap, perilaku, kepribadian,

pengetahuan, kompetensi”. Newstron dan Davis (2002:219) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kemampuan, usaha, kesempatan, tujuan,

motivasi, perhatian, lingkungan, komitmen, kebutuhan, keinginan, kepuasan,

dan penghargaan baik dari lingkup internal maupun eksternal organisasi.

Menurut Uno (2006:71) bahwa “Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang”. Lebih lanjut Uno mengatakan bahwa “Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan”.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, kompetensi manajerial

yang harus dimiliki seorang kepala sekolah seperti uraian di atas tidaklah

sesuatu yang dapat berdiri sendiri, akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Adapun salah satu

faktor internal yang dimaksud ialah motivasi berprestasi sedangkan faktor

eksternal yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah salah satunya

adalah kompensasi.

Berdasarkan latar belakang penelitain terdahulu di atas, maka penulis

tertarik meneliti pengaruh motivasi berprestasi dan bentuk kompensasi sebagai

faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar

Negeri se-Kabupaten Pasaman Barat. Sehingga sesuai dengan realita di

lapangan maka penulis mengambil judul penelitian yaitu: “Pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di

(17)

Saiful Duski, 2014

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penulis mengidentifikasi

masalah menjadi sebagai berikut:

Gambar 1.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah dari:

Newstron dan Davis (2002),Margaret Dale (2003), Uno ( 2006), Supono (2006),

Hartini (2010), Suhardiman (2008), Kumajas (2012)

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut maka penulis

membatasi hanya pada dua faktor saja dalam penelitian ini yaitu motivasi

berprestasi dan bentuk kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah

sebab merupakan penelitian yang baru dengan kajian tersebut terutama di

Kabupaten Pasaman Barat. Dengan meneliti variabel tersebut penulis ingin

KINERJA MANAJERIAL

KEPALA SEKOLAH

PERILAKU SIKAP

MOTIVASI BERPRESTASI

KUALIFIKASI AKADEMIK

PENGALAMAN KERJA

PENGETAHUAN KOMPETENSI

KOMPENSASI

(18)

15

mengetahui bagaimana signifikannya motivasi berprestasi dan kompensasi

mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah serta berapa besar

pengaruhnya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan

untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti,

maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja

manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kabupaten Pasaman

Barat?”

Dari rumusan masalah di atas, dijabarkan menjadi

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten

Pasaman Barat?

2. Bagaimana motivasi berprestasi kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten

Pasaman Barat?

3. Bagaimana kompensasi kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman

Barat?

4. Berapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja manajerial

kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat?

5. Berapa besar pengaruh kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala

sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat?

6. Berapa besar pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap

kinerja manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala

sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kabupaten Pasaman Barat.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

(19)

Saiful Duski, 2014

1. Memperoleh gambaran mengenai kinerja manajerial kepala sekolah di SDN

Se-Kabupaten Pasaman Barat.

2. Memperoleh gambaran motivasi berprestasi kepala sekolah di SDN

Se-Kabupaten Pasaman Barat.

3. Memperoleh gambaran kompensasi yang berlaku pada kepala sekolah di

SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat.

4. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja

manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat.

5. Mengetahui besarnya pengaruh kompensasi terhadap kinerja manajerial

kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat.

6. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi

terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman

Barat.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada ilmu

pengetahuan atau mengembangkan sikap atau perilaku dalam beberapa

kegiatan. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis maupun

manfaat praktis seperti yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

kepentingan teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat

bermanfaat antara lain :

a. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodelogis,

dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan

khususnya administrasi pendidikan terutama dalam bidang pengaruh

motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala

(20)

17

b. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam menigkatkan kinerja

manajerial kepala sekolah sebagai pengelola ditingkat satuan pendidikan

yang professional dalam mengkatkan efektivitas sekolah.

c. Sebagai referensi keilmuan dalam bidang ilmu pendidikan khususnya

administrasi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

dijadikan :

a. Informasi bagi para pengelola pendidikan dalam uapaya memperbaiki,

meningkatkan, dan mengembangkan kinerja manajerial kepala sekolah

dalam meningkatkan efektivitas kepala sekolah.

b. Bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat dalam

upaya merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi kinerja manajerial

kepala sekolah sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan

efektivitas sekolah sesuai dengan tujuan program yang sudah ditetapkan.

c. Manfaat untuk peneliti selanjutnya adalah agar dapat dijadikan bahan

rujukan atau bahan kajian lebih lanjut.

E. Struktur Organisasi Tesis

Dalam tesis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub bab

yang dirinci sebagai berikut:

Bab I, berisi tentang pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar

belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis.

Bab II, berisi tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis

penelitian, di dalamnya berisi tentang: kajian pustaka, kinerja manajerial kepala

sekolah dalam administrasi pendidikan, motivasi berprestasi, kompensasi

kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian

Bab III, berisi tentang metodologi penelitian, di dalamnya berisikan:

lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi, metode

(21)

Saiful Duski, 2014

instrumen (pengujian validasi, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran),

tekhnik pengumpulan data, alasan rasional, dan analisis data.

Bab IV, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, di dalamnya

berisikan: Pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan .

Bab V, berisi tentang kesimpulan dan saran, di dalamnya berisikan:

kesimpulan dan saran. Menyajikan penafsiran pemaknaan peneliti terhadap

terhadap hasil analisis temuan penelitian serta memberikan rekomendasi yang

dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian

yang bersangkutan, serta kepada kepada yang berminat melakukan penelitian

selanjutnya.

Di akhir tesis ini terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran terkait

(22)

43

Saiful Duski, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada sekolah dasar negeri yang berada di

Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera Barat.

Populasi dalam penelitian ini berdasarkan variabel terikatnya yaitu

kinerja manajerial kepala sekolah maka yang dijadikan responden untuk

menjawab adalah guru-guru di sekolah selaku yang menjalankan tugas dari

kepala sekolah. Untuk menjawab pada variabel bebasnya yaitu motivasi

berprestasi dan juga bentuk kompensasi kepala sekolah maka yang dijadikan

responden untuk memberikan jawaban adalah kepala sekolah itu sendiri.

Jumlah Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Pasaman Barat

adalah 259 sekolah dengan jumlah guru 1.568 orang, dan 259 orang kepala

sekolah sehingga jumlah populasi penelitian ini adalah 1.827 orang yang

tersebar dalam 11 kecamatan.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama Kecamatan Jumlah SD/

Kepala Sekolah Guru

Jumlah Total

1 Pasaman 34 222 256

2 Luhak Nan Duo 26 160 186

3 Lembah Melintang 28 170 198

4 Koto Balingka 19 112 131

5 Gunung Tuleh 22 140 162

6 Sungai Aur 22 134 156

7 Talamau 26 160 186

8 Sasak Ranah Pasisia 9 50 59

9 Sungai Beremas 11 60 71

10 Ranah Batahan 20 120 140

11 Kinali 42 240 282

Jumlah 259 1568 1827

(23)

Saiful Duski, 2014

Sehubungan dengan jumlah populasi yang masih dianggap besar

sementara tenaga, waktu dan dana yang penulis miliki terbatas, maka

penelitian ini memakai sampel. Untuk memperoleh sampel penelitian

digunakan teknik pengambilan sampel yaitu area sampling.

Menurut Riduwan (2010:60) ”area sampling” ialah teknik sampling

yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis

yang ada. Dengan demikian wilayah populasi dibagi berdasarkan wilayah

geografis yang terdiri dari wilayah kota, wilayah pinggiran kota dan wilayah

luar kota. Pembagian wilayah dan sampelnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Penarikan sampel dari populasi wilayah penelitian

Wilayah Kecamatan Pilihan Sampel

Wilayah

Koto Balingka Koto Balingka

Sungai Aur

Sasak Ranah Pasisie Sungai Beremas 11

Sungai Beremas Ranah Batahan Kinali

Jumlah 114

Di samping karakteristik wilayah tersebut, tingkat akreditasi sekolah

ikut pula mempengaruhi populasi penelitian. Data seperti tabel berikut:

Tabel 3.3

Penyebaran sampel berdasarkan akreditasi

No Nama Kecamatan

(24)

45

Saiful Duski, 2014

Jumlah 2 47 65 0 114

Setelah pemilihan sampel, terdapat 5 kecamatan yang mewakili semua

area, selanjutnya diteruskan dengan penarikan sampel yaitu masing-masing

kecamatan pada wilayah sampel diambil 30%. Hal ini sesuai dengan

Surakhmad dalam Riduwan (2010:65) bahwa apabila ukuran populasi sama

dengan atau lebih dari 1000 maka diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari

ukuran populasi. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah 1.827

orang, sehingga penulis sengaja mengambil ukuran sampel yang melebihi

dari 15% yaitu sebesar 30%, dengan harapan hasil penelitian lebih kuat lagi.

Dalam pengambilan sampel 30% tersebut, agar benar-benar mewakili

dari semua karakteristik sekolah yang ada, maka penulis membagi keadaan

karakteristik sekolah terlebih dahulu berdasarkan akreditasi yang diperoleh

sekolah di wilayah sampel sebagaimana data pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Penetapan sampel berdasarkan area dan akreditasi

No Nama Kecamatan

Sampel (30%)

adalah pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Sekolah sampel di Kabupaten Pasaman Barat

(25)

Saiful Duski, 2014

terdiri dari 34 orang kepala sekolah, 314 orang guru dengan total sampel 348

(26)

47

Saiful Duski, 2014

B. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2007:3) adalah cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Meteode yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Sedangkan

pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dan bentuk

kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar

Negeri Se-Kabupaten Pasaman Barat.

Penulis mengambil metode survei karena penelitian yang penulis

lakukan adalah dengan mengambil populasi dan sampel untuk penulis pelajari

sehingga ditemukan hubungan antar variabel. Terdapat tiga variabel yang

menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu dua variabel bebas (independent)

pengaruh motivasi berprestasi dan bentuk kompensasi serta kinerja manajerial

kepala sekolah sebagai variabel terikat (dependent). Untuk melihat hubungan

antar variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1

Hubungan variabel bebas dan terikat

Informasi-informasi untuk keperluan tersebut dihimpun/ dijaring melalui

instrumen angket (kuisioner) digunakan untuk menggali kenyataan motivasi

berprestasi kepala sekolah, bentuk kompensasi kepala sekolah dan kinerja

manajerial kepala sekolah. Data yang diperoleh melalui angket tersebut

digunakan sebagai data faktual untuk mendukung/ menguatkan teori bahwa

Motivasi berprestasi Kepala Sekolah

Bentuk

Kompensasi Kepala Sekolah

(27)

Saiful Duski, 2014

motivasi berprestasi dan kompensasi mempengaruhi terhadap kinerja

manajerial kepala sekolah.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan kesamaan

persepsi agar terdapat kesamaan persepsi sehingga pemahamaan terhadap

istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak terjadi

perbedaan. Pentingnya definisi operasional ini dibahas karena banyaknya

istilah- istilah berbeda yang digunakan untuk menyebutkan isi atau

maksud yang sama, atau sebaliknya istilah – istilah yang sama

dipergunakan untuk menyebutkan isi atau maksud yang berbeda.

Nazir (2003:152) definisi operasional adalah:

Definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasionalisasi yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tertentu.

Sesuai dengan pendapat di atas maka definisi operasional tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah

Kinerja manajerial kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu kepala sekolah sebagai manajer dalam satuan pendidikan harus

menunjukkan kinerja (performance) terbaiknya yang mencakup kegiatan:

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan

(actuating), dan pengawasan (Controlling) untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.

2. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu motivasi

(28)

49

Saiful Duski, 2014

Keinginan berprestasi unggul, 2) Berorintasi kemandirian dan bukan

untung-untungan (gamebling), 3) Pola pikir berorientasi ke depan, 4)

Bersemangat bekerja keras dan pantang menyerah, 5) Menyukai

pekerjaan yang menantang, 6) Keinginan mengetahui umpan balik segera

7) Susah jika gagal dalam pekerjaan, dan 8) Praktis, optimis dan berani,

9) Kesukaan terhadap situasi yang pekerjaan menuntut tanggung jawab.

3. Bentuk Kompensasi

Bentuk kompensasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaji,

tunjangan, dan pengakuan. Contoh gaji adalah yang terdapat dalam

amprah gaji pegawai negeri sipil yang diterima setiap bulan sesuai pangkat

golongan masing-masing pegawai, contoh tunjangan adalah asuransi

kesehatan, tunjangan keluarga (istri/ suami, anak), tunjangan pangan, yang

terdapat dalam amprah gaji, contoh pengakuan bisa berupa penghargaan

tertulis seperti piagam, pengumuman dalam forum resmi, bisa berupa

promosi kejenjang yang lebih tinggi atau yang lebih menguntungkan.

Tiga dimensi tersebut merupakan dimensi bentuk kompensasi

yang ada bagi kepala sekolah dasar negeri.

D. Proses Perumusan Instrumen penelitian

Dalam merumuskan instrument penelitian diperlukan langkah-langkah

berikut:

1. Mempedomani teori motivasi berprestasi, bentuk kompensasi dan kinerja

manajerial kepala sekolah yang dijadikan dasar perumusan item angket.

2. Membuat kisi-kisi motivasi berprestasi, bentuk kompensasi dan kinerja

manajerial kepala sekolah.

3. Kisi-kisi terdiri dari nama variable dan sumber teori, dimensi, Indikator

dan sub indikator

4. Dari sub indikator, diambil jadi pernyataan dalam angket.

5. Pernyataan dalam angket disesuaikan dengan maksud setiap variabel

(29)

Saiful Duski, 2014

E. Proses Pengembangan Instrumen

Langkah-langkah pengembangan instrumen adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama adalah menganalisis kembali pernyataan instrumen

penelitian agar butir-butir yang dikembangkan sesuai dengan definisi

operasional yang telah dirumuskan.

2. Langkah kedua adalah menetapkan instrumen penelitian yang akan

dipakai.

3. Langkah ketiga adalah mengujicoba instrumen penelitian. Pada tahap ini

instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel diujicobakan terlebih

dahulu sesuai dengan karakteristik populasi yang diteliti.

4. Langkah berikutnya adalah analisis hasil ujicoba untuk mengetahui

validitas, maupun realibilitasnya. Kemudian item yang dianggap valid dan

realibel dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sedangkan item yang

dianggap tidak valid, dibuang atau diperbaiki menyesuaikan dengan

tingkat validitasnya.

a. Kisi-kisi Instrumen

Butir pernyataan yang diajukan dalam kuesioner dikembangkan atas

dasar definisi operasional dari masing-masing variabel mengacu pada

indikator yang telah dituangkan dalam kisi-kisi instrument (Riduwan,

2005:32) yang ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Kisi-kisi instrumen kinerja manajerial kepala sekolah :

Sub

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

Kinerja

Planning 1. Merencanakan

rencana tahunan sekolah yang berlaku pada tahun ajaran berikutnya,

1. Membuat rencana

tahunan sekolah untuk rencana tahun berikut

2. Menjabarkan program tahunan ke dalam program

1. Menjabarkan program

tahunan ke dalam

(30)

51

semester I dan II 2. Menjabarkan program

tahunan ke dalam

program semester II

Organizing 1. Mengadakan

pembagian kerja

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

2. Memberikan

yang tepat kepada guru

2.Memberikan

pelimpahan wewenang

dan tanggungjawab

yang tepat kepada staf.

3. Mengkomunikasika

n visi, misi, tujuan dan program strategis sekolah kepada seluruh guru dan staf

1. Mengkomunikasi

kan visi sekolah kepada guru dan staf

2.Mengkomunikasi

kan misi sekolah

kepada guru dan staf

3.Mengkomunikasi

kan tujuan sekolah

kepada guru dan staf.

4.Mengkomunikasi

kan program strategis sekolah kepada guru

sama tim antar guru, antar staf, antar guru dan staf dalam memajukan sekolah

1. Membangun kerja

sama tim antar guru,

dalam memajukan

sekolah

2. Membangun kerja

sama tim antar staf,

dalam memajukan

(31)

Saiful Duski, 2014

3. Membangun kerja

sama tim antar guru

dan staf dalam

memajukan sekolah

Sub

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

6. Memimpin rapat

dengan guru, staf, orang tua siswa, dan komite sekolah

dengan orang tua siswa

4. Memimpin rapat

1. Mengambil keputusan

dengan menggunakan strategi yang tepat

Actuating 1. Kepala Sekolah

selalu memberi

maupun tidak langsung kepada guru

2. Kepala Sekolah selalu

memberi bimbingan

baik secara langsung maupun tidak langsung kepada staf

2. Pembagian

wewenang dan tanggung jawab jelas

1. Pembagian wewenang

dan tanggungjawab

yang jelas kepada guru

2. Pembagian wewenang

dan tanggungjawab

yang jelas kepada staf

3. Kompromi

merupakan penyelesaian permasalahan

1. Kompromi merupakan

penyelesaian

permasalahan yang

muncul

Controlling 1. Menentukan apa

yang telah dicapai

1. Menentukan apa yang

telah dicapai

2. Menentukan program

(32)

53

atas yang sudah dicapai

2. Mengadakan evaluasi

1. Mengambil ti ndakan

korektif bila diperlukan agar menjamin hasil sesuai dengan rencana

Tabel 3.7

Kisi-kisi instrumen penelitian motivasi berprestasi

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

Motivasi

kerja lebih unggul dari orang lain

3. Menerima revisi yang

diajukan demi rencana

potensi diri dan tim mencapai kesuksesan

1. Masalah yang muncul

tidak dibesar-besarkan

2. Perbaikan kesalahan

dilaksanakan sesegeramungkin

3. Masalah yang bersifat

(33)

Saiful Duski, 2014

1.Selalu hadir setiap jadwal kerja diawal waktu

2.Bekerja dengan fikiran

fokus

3.Tidak berhenti kerja

sebelum tuntas dengan baik

Sub Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

Menyukai

1.Selalu menerima jika

ada tugas tambahan

1. Segera mencari akar

permasalahan atas kegagalan.

2. Penyebab kegagalan

dipelajari secermat mungkin

3. Solusi perbaikan ke

(34)

55

Saiful Duski, 2014

kesuksesan (siap menerima resiko)

pekerjaan meskipun sesuatu yang baru Kesukaan

terhadap situasi yang pekerjaan menuntut tanggung jawab

Selalu memberikan laporan apa adanya setiap situasi apapun yang dihadapi dalam pekerjaan dan dipertanggungjawab kan

1. Membuat laporan

setiap pekerjaan

2. Laporan dibuat

dengan realita yang sebenarnya

3. Mengatasi masalah

(35)

Saiful Duski, 2014

Tabel 3.8

Kisi-kisi instrumen penelitian bentuk kompensasi

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

Bentuk

Kompensasi

Hariandja, ( 2007) dan

Luthans (2007)

Gaji 1. Kesuasuaian

gaji

1. Gaji yang diterima

sesuai dengan kebutuhan bulanan

2. Gaji diterima selalu

tepat waktu

3. Gaji yang diterima

sudah sesuai dengan beban kerja

Tunjangan 1. Kesesuaian

Tunjangan

1. Tunjangan beras beras

layak

2. Tunjangan istri/ suami

layak

3. Tunjangan anak layak

4. Insentif diluar gaji memadai

5. Anggaran kesehatan

layak

6. Fasilitas ruang kantor

sesuai kebutuhan

Pengakuan 1. Mendapatkan

pengakuan

2. Diberikan insentif atas

prestasi yang dibuat

Terdapat berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian

sebagai acuan dalam pengukuran. Berdasarkan variabel yang diteliti,

(36)

57

Saiful Duski, 2014

Adapun kategori penskoran untuk setiap alternatif jawaban item

instrumen menurut Sugiyono (2009:135) dengan menggunakan skala

likert dengan alternatif jawabannya adalah selalu (SL), sering (SR),

kadang-kadang (KD), Jarang (JR) atau tidak pernah (TP). sebagai berikut :

Tabel 3.9

Model dan bobot alternatif jawaban

Alternatif Jawaban B o b o t

S L 5

S R 4

K D 3

J R 2

T P 1

Adapun cara untuk mengisi instrumen dalam penelitian ini adalah

dengan cara checklist(√), dimana responden memberikan tanda checklist

(√) pada alternatif jawaban yang dipilih pada setiap item-item pernyataan. Instrumen ini digunakan menjadi alat pengumpulan data penelitian dengan

teknik angket, karena angket digunakan untuk mencari informasi yang

lengkap mengenai suatu masalah dari responden yang jumlahnya cukup

banyak.

b. Uji validitas

Suatu instrumen disusun untuk mengumpulkan data yang diperlukan,

sebab data merupakan alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, suatu

data harus memiliki tingkat kebenaran yang tinggi sebab akan menentukan

kualitas penelitian. Uji validitas merupakan salah satu usaha penting yang

harus dilakukan peneliti guna mengukur kevalidan dari instrumen. Sururi

dan Suharto (2007:51) berpendapat bahwa :

(37)

Saiful Duski, 2014

Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan

mengorelasikan antar skor butir instrumen dalam suatu faktor, dan

mengorelasikan skor faktor dengan skor total. Hasil perhitungan korelasi

(rhitung) dilihat dari butir instrumen total correlation kemudian

diinterpretasikan dengan cara membandingkan (rtabel) yaitu untuk

menentukan valid tidaknya instrument.

Hasil yang telah diperoleh dari uji instrumen kemudian di dihitung

dengan korelasi product moment. Adapun rumus yang dipergunakan

dalam pengujian validitas instrument ini adalah rumus yang ditetapkan

oleh Person yang dikenal dengan korelasi Product Moment.

Validitas butir menggunakan rumus Product Moment Sugiyono

(Riduwan, 2010:110) yaitu :

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2

Hasil uji validitas angket terhadap 30 responden, didapatkan sebagai

berikut:

1. Uji coba validitas variabel motivasi berprestasi kepala sekolah.

Jumlah item angket untuk variabel kinerja manajerial kepala

sekolah adalah 40 item, setelah dilakukan uji coba angket terhadap 30

responden dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 -

2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 40

item tersebut dinyatakan valid keseluruhan.

(38)

59

Saiful Duski, 2014

Jumlah item angket untuk variabel bentuk kompensasi kepala

sekolah adalah 40 item, setelah dilakukan uji coba angket terhadap 30

responden dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 -

2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 40

item tersebut dinyatakan valid keseluruhan.

3. Uji coba validitas variabel kinerja manajerial kepala sekolah.

Jumlah item angket untuk variabel kinerja manajerial kepala

sekolah adalah 40 item, setelah dilakukan uji coba angket terhadap 30

responden dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 -

2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 40

item tersebut dinyatakan valid keseluruhan. (Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 1,2,3,4,5 dan 6)

c. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu

kuesioner dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,

karena kuesioner tersebut sudah dianggap baik. Kuesioner yang baik tidak

akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan.

Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama (konsisten).

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/ testretest,

equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal (analisis

konsistensi butir-butir yang ada pada kuesioner). (Sururi & Suharto,

2007:52)

Sedangkan untuk menentukan reabilitas menggunakan rumus

Spearman Brown dalam (Riduwan, 2010:116), sebagai berikut:

b b l

r r r

 

(39)

Saiful Duski, 2014

Hasil uji reliabelitas angket terhadap 30 responden, didapatkan

sebagai berikut:

1. Uji coba reliabelitas variabel motivasi berprestasi kepala sekolah.

Sebanyak 40 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel

dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r =

0,374 sehingga ke 40 item tersebut dinyatakan reliabel.

2. Uji coba reliabelitas variabel bentuk kompensasi kepala sekolah.

Sebanyak 40 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel

dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r =

0,374 sehingga ke 40 item tersebut dinyatakan reliabel.

3. Uji coba reliabelitas variabel kinerja manajerial kepala sekolah.

Sebanyak 40 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel

dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r =

0,374 sehingga ke 40 item tersebut dinyatakan reliabel. (Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1,2,3,4,5 dan 6)

Sebelum hipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data

dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (Riduwan, 2010:182) yaitu :

Koefisien korelasi diuji dengan menggunakan rumus korelasi

ganda (Riduwan, 2010:139) yaitu :

2

Setelah instrumen dinyatakan valid, reliabel, dan normal, maka

instrumen telah layak dipakai sebagai alat pengumpul data. Angket

(40)

61

Saiful Duski, 2014

Data yang telah diskor diinterpretasikan sesuai dengan tabel kategori

penilaian persentase skor tanggapan responden (Sugiyono, 2005)

Tabel 3.10

Kategori penilaian persentase skor tanggapan responden

No Rata-rata

Skor

Kategori Motivasi

berprestasi

Bentuk kompensasi Kinerja

manajerial

1 1,00 – 1,80 Rendah sekali Sangat kurang layak Rendah sekali

2 1,81 – 2,60 Rendah Kurang layak Rendah

3 2,61 – 3,40 Cukup tinggi Cukup layak Cukup tinggi

4 3,41 – 4,20 Tinggi layak Tinggi

5 4,21 – 5,00 Sangat tinggi Sangat layak Sangat tinggi

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam

melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003:328). Data yang dikumpulkan

dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam

fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka peneliti melakukan

beberapa langkah sebagai berikut:

1. Peneliti melapor terlebih dahulu dengan membawa surat izin penelitian ke

kantor Dinas Pendidikan Pasaman Barat.

2. Peneliti bekerja sama dengan kepala UPTD menentukan sekolah-sekolah

yang dijadikan sampel dan UPTD memberitahu kepala sekolah

bersangkutan bahwa sekolahnya dijadikan sampel penelitian.

3. Peneliti berkunjung ke sekolah sampel dan menyebarkan instrument

penelitian sesuai jadwal yang disepakati dengan kepala sekolah yang

bersangkutan.

4. Sebelum responden mengisi jawaban instrument, peneliti menjelaskan

pentingnya keakuratan data yang mereka berikan harus sesuai dengan apa

adanya sehingga hasil yang diperoleh benar-benar faktual.

(41)

Saiful Duski, 2014

Sebelum pengolahan data, dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dan

penyeleksian data. Adapun rekapitulasi jumlah angket yang terkumpul

sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 3.11

Rekapitulasi pengumpulan angket keseluruhan variable

Variabel Jumlah

Responden

Jumlah Angket

Disebar Terkumpul Dapat diolah

X1 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%)

X2 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%)

Y 314 (100%) 314 (100%) 314 (100%) 314 (100%)

Adapun variabel motivasi berprestasi kepala sekolah (X1)

respondennya adalah kepala sekolah, variabel bentuk kompensasi kepala

sekolah (X2) respondennya adalah kepala sekolah dan variabel motivasi

berprestasi (Y) respondennya adalah guru sebanyak 314 responden di

rata-ratakan per sekolah menjadi 34 sekolah.

Dengan demikian maka semua angket dapat diolah, hal yang

mendukung peneliti memperoleh data sebanyak 100% adalah waktu

kunjungan ke sekolah ketika guru dan kepala sekolah sedang persiapan

mengisi rapor hasil ujian semester 1 (satu) sehingga semua guru hadir di

ruangan majelis guru bersama kepala sekolah, bagi guru yang tidak bisa

mengisi secara langsung, diambil kembali hari berikutnya atau beberapa hari

setelahnya.

G. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Angket yang sudah dikumpulkan dikelompokkan sesuai kelompoknya dan

diteliti sesuai jumlah serta fisiknya bisa dibaca dan jelas, sedangkan yang

bermasalah ditindak lanjut segera baik dengan langsung perbaikan dengan

(42)

63

Saiful Duski, 2014

2. Memberikan nilai untuk setiap responden sesuai dengan kategori

penilaiannya.

3. Mentabulasikan data agar setiap item dapat dihitung dan dimasukkan ke

dalam bentuk interval.

4. Menyajikan data dalam bentuk tabel maupun deskripsi data sehingga

tergambar permasalahan penelitian.

5. Dilakukan uji hipotesis agar memperoleh kesimpulan.

6. Untuk penghitungan hipotesis digunakan rumus berikut:

a) Untuk mencari hubungan atau pengaruh antar variabel tunggal

digunakan penghitungan dengan SPSS statistics 20

b) Memberi arti untuk tingkat hubungan antar dua variabel dengan

interpretasi koefisien korelasi dalam Riduwan (2010:136) sebagai

berikut :

Tabel. 3.12

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat kuat Kuat Cukup kuat

Rendah Sangat rendah

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan

variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien

diterminan sebagai berikut. KPr2x100%, dimana KP adalah nilai

koefisien diterminasi dan r adalah nilai koefisien korelasi.

c) Untuk menentukan kebermaknaan hubungan variabel X dan variabel Y

dilakukan uji signifikansi, penghitungan dengan SPSS statistics 20.

d) Untuk menghitung nilai korelasi (antara X1 dan X2 terhadap Y)

digunakan rumus korelasi ganda dengan penghitungan dengan SPSS

(43)

Saiful Duski, 2014

2 2 1 1x b x

b

a 

 

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda, maka

perlu dicari F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel digunakan

penghitungan dengan SPSS statistics 20.

e) Untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas digunakan rumus

Regresi Ganda (Riduwan. (2010:154) yaitu: dengan

(44)

110

Saiful Duski, 2014

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang diperolehdarihasil penelitian

sebagaimanadalambabsebelumnya, adalah sebagai berikut:

1. Kinerjamanajerial kepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Pasaman

Barat diukur denganempatdimensi; planning, organizing, actuating,

controllingdiperolehhasil penelitian yang menunjukkan bahwa

kinerjamanajerialkepala Sekolah DasarNegeridi Kabupaten Pasaman Barat

kategorinya tinggi.

2. Motivasi berprestasi kepala Sekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman

Barat yang diukur dengansembilandimensi; keinginanberprestasiunggul,

berorientasikemandirian, polapikirberorientasikedepan, bersemangat,

bekerjakerasdanpantangmenyerah, menyukaipekerjaan yang menantang,

keinginanmengetahuiumpanbaliksegera, susahjikagagaldalampekerjaan,

praktis, optimisdanberani, kesukaanterhadapsituasipekerjaan yang

menuntuttanggungjawab, diperolehhasil penelitian yang menunjukkan

bahwa motivasi berprestasi kepala Sekolah DasarNegeridi Kabupaten

Pasaman Barat kategorinya tinggi.

3. KompensasikepalaSekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman Barat yang

diukur dengantigadimensi; gaji, tunjangandanpengakuandiperolehhasil

penelitian yang menunjukkan bahwa kompensasikepalaSekolah Dasar

Negeridi Kabupaten Pasaman Barat kategorinyalayak.

4. Pengaruhmotivasi berprestasi kepala sekolah

terhadapkinerjamanajerialkepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten

Pasaman

(45)

Saiful Duski, 2014

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Pasaman Barat

sesuaidenganhasilpengujianhipotesisadalahkategoricukupkuat.

6. Pengaruhmotivasi berprestasi kepala sekolahdankompensasikepala sekolah

terhadapkinerjamanajerial kepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten

Pasaman Barat sesuaidenganhasilpengujianhipotesisadalahkategorikuat.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis memberikan

rekomendasi sebagai berikut :

1. Kinerjamanajerial kepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Pasaman

Barat yang perludapatperhatiankhususadalahdimensicontrolling,

sebabmerupakanpenguncidimensilainnya agar tidaklepascontrol.

Untukitukepalasekolahharusmelakukancontrollingdalamartianluas,

sepertimemeriksadenganbenardaftarhadir guru dansiswa, RPP guru

untukmengajar, laporanprestasisiswa, laporansiswabermasalahdan

lain-lainnya. Contohlaindalammenilaikinerja guru tidaksekedarmemberikan

DP3,

tetapimelakukancontrollingterhadapaspekpenilaiannya.Perbaikansecaraleb

ihterarahdenganmelakukanpelatihan-pelatihan minimal dalamwadah

KKKS Kecamatanterkaitcontrolling tersebut.

2. Motivasi berprestasi kepala Sekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman

Barat yang

perluperhatiansegeraolehkepalasekolahyaitudimensikeinginanmengetahuiu

mpanbaliksegera, dimensimenyukaipekerjaan yang

menantang,sertabersemangat, bekerjakerasdanpantangmenyerah.

Rendahnyatigadimensitersebutmenyebabkanpekerjaankepalasekolahhanyal

ahbersifatrutinitasbiasasepertimengelola BOS,menandatanganisurat,

danmembuatlaporan-laporan yang wajibsaja.Salah

(46)

112

Saiful Duski, 2014

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

jauhlebihtinggi, bersediaberbagipengalamandengansekolah lain

dalampeningkatanmutusekolahbaikmelaluiwadah KKKS ataupunwadah

professional lainnya,

danbersediadiberikantugasbelajarkejenjanglebihtinggimaupunmeningkatka

nsendiripendidikan yang sudahdiperolehkejenjang yang

lebihtinggiterutama yang

terkaitdenganjurusankekepalasekolahansepertijurusanAdministrasi/

ManajemenPendidikan.

3. KompensasikepalaSekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman Barat yang

perluditindaklanjutisegeraadalahdimensipengakuan.

Pengakuanberupapenghargaan, ucapanterimakasih,

memperolehtugasbelajardansebagainyamerupakankompensasi yang

dibutuhkanolehkepalasekolahsebabakanmampumenaikkanataupunmenuru

nkansemangatkerjakepalasekolah.

Untukitudimensipengakuanharusnyajadiperhatiandaridirikepalasekolahitus

endiri agar kinerjakepalasekolahnaiksehinggaterjadinyakompetisi yang

positifdemi menaikkankualitassekolah.

Terlebihpentingdariituadalahpengakuanjabatankepalasekolahsebagaijabata

n professional dantidaklagisebagaitugastambahan,

olehkarenanyapemerintahperlumemperhatikanjabatandimaksudmenjadijab

atan yang professional

seutuhnyasebabdengandemikianakanmeningkatkanmotivasikepalasekolahd

alambekerja.

4. Penelitianinidapatdipergunakandandilanjutkanbagipenelitilain yang

tertarikdengankinerjamanajerialkepalasekolah,

dimensicontrollingdalamkinerjamanajerialmerupakandimensiterendahsehi

nggaperluditelitilebihlanjut,

dimensikeinginanmengetahuiumpanbaliksegeraolehkepalasekolahmerupak

andimensimotivasiberprestasikepalasekolah

(47)

Saiful Duski, 2014

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

(48)

113

Saiful Duski, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar. (2006). Manajemen Pendidikan (Peluang dan Tantangan).

Makasar: State University of Makasa Press.

Asnawi. (2007). Teori Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Badaruddin. (2005). Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga

Burhanuddin. (2005). Manajemen danKepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Castetter, William, B. (2004). The Human Resource Function in Educational

Administration. Pearson/ Merrill (Prentice Hall).

Collin, Seremet. (2009). School improvement in Mayland, School Library Media.

Tersedia:http://mdk12.org/process/leading/p_indicators.html.

Dale, M. (2003). The Art of HRD. Developing Management Skills (Tehniques for

Improving Learning & Performance). Jakarta: PT Bhuana Populer.

Danim, Sudarwan dan Suparno, (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformational kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era

Teknologi, Situasi Krisis dan Internasionalisasi Pendidikan, Jakarta:

Rineka Cipta.

Daryanto, M.. (2006). Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Debra, L. Nelson and Quick, J.C. (2006). Organization Behavior: Foundations,

Realities & Challenges, 5/E. Mason, OH: Thomson South-Western.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat

Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dewi, R. (2012). “Kinerja Kepala Sekolah: Pengaruh kepemimpinan Transformasional, konflik dan efikasi diri”. Jurnal Ilmu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan; Ikatan Sarjana Pendidikan

Indonesia.18, (1)

Djaali, (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(49)

Saiful Duski, 2014

Frederick C. Lunenburg, B. J. (2004). The Principalship: Vision to Action: Vision

To Action.USA: Belmont.

Griffin, R. (2006). Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall

Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen#cite_note-griffin-4

Handoko. (2005). Insentif Untuk Pegawai. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Hariandja, Marihot T.E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.

_____________, Marihot Tua E. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, pengkompensasian, dan Peningkatan

Produktivitas Pegawai. Jakarta: Grasindo.

Hartini, (2010). “Pengaruh Kinerja dan Iklim Organisasi terhadap Produktivitas kerja”.Jurnal penelitian UPI. 10, (2)

Hasibuan, Malayu. (2002). Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.

_____________. (2003). Organisasi dan Motivasi, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hellriegel, D., Jacson, S. E. and Slocum, J. W. (2007). Competency Based

Management. USA: Thomson South-Western.

Hoy, W. K. and Miskel, C. G. (2008). Education Administration, Teory,

Research, and Practice. New York: McGraw Hill Education.

Ishak, Tanjung, H. (2003). Manajemen Motivasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Jamal. (2009). Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan

Profesional. Jogjakarta: Diva Press.

Jones, James, J. (2008). Human Resource Managament in Education (Manajemen

Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan. Jakarta: Q-Media.

Kamars, Dachnel H., (2005). Administrasi Pendidikan. Teori dan Praktik. Edisi Kedua. Padang: Universitas Putra Indonesia Press.

Gambar

Tabel 1.2
Tabel tersebut menunjukkan kualitas pendidikan di Kabupeten Pasaman
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu,

Meski Susno mengaku tidak mengetahui alasan penangkapan dirinya/ namun sebaliknya/ Polri justru menyatakan bahwa penahanan Susno/ telah memenuhi alat bukti yang

Analisis Persebaran Lokasi Minimarket terhadap Perubahan Pendapatan Pedagang Kelontong di Pasar Tradisional.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

[r]

Faktor Colburn digunakan untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas sisi udara, sedangkan faktor gesekan berpengaruh terhadap nilai pressure drop udara.. Selain itu

keras yang berada pada sistem tersebut terdiri dari rangkaian sistem minimum. mikrokontroler ATMega32 sebagai pengendali sistem, rangkaian driver

Implikasi  dari  adanya  kesadaran  sifat  dan perkembangan  kodrat  seperti  ini  secara normatif,  manusia  Hindu  mengakui  gerak dinamika hukum 

Pada mulanya masyarakat  sipil  (civil society)  adalah  diskursus  pemikiran  krisis radikal sebagai media untuk menjelaskan dan dipahami  dalam  konotasi  sebagai