TESIS
Diajukanuntukmemenuhisebagiandarisyarat
Untukmemperolehgelar magister pendidikan
Programstudiadministrasipendidikan
OLEH :
SAIFUL DUSKI
1204783
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
PengaruhMotivasiBerprestasidanSistemKompensasiTerhadapKinerjaManaj erialKepalaSekolah di SekolahDasarNegeri
se-Pasaman Barat
Oleh SaifulDuski
S.Pd. ISTAI-YAPTIP Pasaman Barat, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas AdministrasiPendidikan
© SaifulDuski 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Pembimbing I
Prof. H. UdinSyaefudinSa’ud, Ph.D
NIP.19530612 198103 1 003
Pembimbing II
Dr. EndangHerawan, M.Pd NIP.19600810198603 1 001
Mengetahui
Ketua Program StudiAdministrasiPendidikan
Prof. H. UdinSyaefudinSa’ud, Ph.D
1
Saiful Duski, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sistem pendidikan nasional Indonesia berupaya agar terjaminnya
pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi
pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
globalisasi. Dalam era globalisasi yang sedang terjadi saat ini pendidikan di
Indonesia dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks dan persaingan
sumber daya manusia yang semakin ketat, sehingga dibutuhkan sumber daya
manusia yang unggul dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu upaya pemerintah untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang unggul tersebut adalah melalui pendidikan yang dimulai dari pendidikan
dasar.
Secara konsepsional, yang bertanggungjawab secara mikro atas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar adalah kepala sekolah. Kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar
dalam mengembangkan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Berkembangnya
semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan serta perkembangan kualitas
profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan
Supriadi (Mulyasa, 2007:23) bahwa: “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah,
iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.
Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
pendidikan pendidikan secara micro, yang secara langsung berkaitan dengan
Saiful Duski, 2014
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 12 ayat 1 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana”.
Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya
sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002 :90)
adalah sebagai berikut:
1). Peranan hubungan antar perseorangan.
a) Figurehead, berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah
sebagai lambang sekolah.
b) Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk
menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat
melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai
tujuan.
c) Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara
kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar
sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara
antara guru, staf dan siswa.
2).Peranan informasional.
a) Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan
terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi
yang berpengaruh terhadap sekolah.
b) Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk
menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf,
dan orang tua murid.
c) Spokesman. Kepala sekolah menyebarkan informasi kepada lingkungan
di luar yang dianggap perlu.
3). Sebagai pengambil keputusan.
a) Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan
3
baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan
yang timbul di lingkungan sekolah.
b) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala
sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan
memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.
c) Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater).
Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti
siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang
disediakan dan dibagikan.
d) A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan
pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memenuhi
kebutuhan sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekaligus juga manajer di sekolahnya
harus mempunyai kinerja yang efektif agar mampu mencapai visi dan misi
sekolah. Hal tersebut sebagaimana Martin dan Millower serta Willower dan
Kmetz (Mulyasa, 2012:63) bahwa kinerja kepala sekolah yang efektif
setidaknya memiliki indikator yang berkaitan sekali dengan ilmu manajerial,
yaitu:
1) Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya dan mampu mendorong semua warga sekolahnya untuk mewujudkannya.
2) Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja seluruh warga sekolah.
3) Senantiasa memprogramkan dan menyempatkan diri untuk mengadakan pengamatan terhadap berbagai aktivitas guru dan pembelajaran di kelas serta memberikan umpan balik (feedback) yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran. 4) Mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang prosedur
untuk meminimalisir stress dan konflik negatif.
5) Mendayagunakan berbagai sumber belajar dan melibatkan seluruh warga sekolah secara kreatif, produktif dan akuntabel.
6) Memantau kemajuan peserta didik baik secara individual maupun kelompok, serta memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan pembelajaran.
Saiful Duski, 2014
Dari ciri-ciri kinerja kepala sekolah yang efektif di atas terlihat bahwa
kepala sekolah harus memiliki ilmu manajerial untuk dapat mewujudkan
hal-hal seperti berikut ini: 1) Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan,
sasaran, dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf, 2)
Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merealisasikan keseluruhan
rencana untuk menggapai visi, mengemban misi, menggapai tujuan dan
sasaran sekolah, 3) Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan
penugasan, dan memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang
telah ditetapkan, 4) Mampu membangun kerjasama tim (team work)
antar-guru, antar-staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah, 5)
Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan
profesional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, dan 6) Mampu
melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka mampu melihat
sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan sekolahnya.
Di lapangan, ilmu manajerial kepala sekolah terkesan rendah,
sebagaimana yang telah dilakukan uji terhadap ilmu manajerial kepala sekolah
oleh Departemen Pendidikan Nasional, (Suhardiman, 2011:246-247)
diperoleh dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia sebanyak 70% tidak
kompeten ilmu manajerialnya, padahal ilmu manajerial itu merupakan
kekuatan kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik.
Terry ((Burhanudin, 2005:530) mengatakan bahwa “Kegiatan manajemen adalah berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan”. Empat aspek tersebut adalah dimensi manajerial kepala sekolah, dengan demikian empat aspek manajemen tersebut berarti dapat menunjukkan
manajerial kepala sekolah.
Di Kabupaten Pasaman Barat Kepala Sekolah Dasar Negeri masih
rendah manajerialnya. Sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan
5
akreditasi sekolah di Pasaman Barat yaitu hanya 2,32% yang terakreditasi A,
36,68% yang terakreditasi B, dan 61% terakreditasi C, sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 1.1
Akreditasi Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012
No Nama Kecamatan Jumlah
Sekolah
Sumber data : Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat
Aspek yang menjadi penyebab rendahnya nilai akreditasi sekolah yang
dimaksud adalah sistem pengelolaan sekolah. Pengelolaan tersebut salah
satunya berasal dari ilmu manajerial yang dimiliki kepala sekolah. Di samping
akreditasi sekolah terdapat pula lulusan sekolah yang rendah dibandingkan
kabupaten/ kota se propinsi. Sebagaimana terlihat dalam data berikut:
Tabel 1.2
Hasil Ujian Nasional Per-Kabupatan di Propinsi Sumatera Barat Tahun 2012
No Nama Kabupaten/ Kota Hasil Ujian Nasional
Saiful Duski, 2014
7 Kab.Tanah Datar 73,5 16
8 Kab.Sijunjung 77,23 11
9 Kab.Kep.Mentawai 70,12 19
10 Kab.Pas. Barat 70,68 18
No Nama Kabupaten/ Kota Hasil Ujian Nasional
Angka Rangking
11 Kab.Solok Selatan 77,68 10
12 Kab.Dharmasraya 72,87 17
13 KotaBukittinggi 85,64 1
14 KotaPadang 82,46 2
15 KotaPd. Panjang 80,06 3
16 KotaSawahlunto 79,98 4
17 KotaSolok 78,68 6
18 KotaPayakumbuh 78,12 9
19 KotaPariaman 79,65 5
Sumber data : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Propinsi Sumatera Barat Tahun 2012 dengan pengolahan seperlunya
Tabel tersebut menunjukkan kualitas pendidikan di Kabupeten Pasaman
Barat berada pada urutan ke 18 dari 19 Kabupeten yang ada. Sedangkan urutan
ke 19 adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dinilai memang dinilai
merupakan kabupaten tertinggal di Propinsi Sumatera Barat. Hal ini tentulah
menunjukkan bahwa pengelolaan proses belajar mengajar di sekolah dianggap
belum baik dan hal tersebut sangat terkait dengan aspek actuating dan
controlling yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dalam proses
belajar mengajar.
Secara lebih eksplisit, penulis juga melihat kinerja kepala sekolah yang
ada di Kabupaten Pasaman Barat dari Permendiknas RI Nomor 13 Tahun
2007 sebanyak 16 (enam belas) poin pekerjaan yang harus dilaksanakan
kepala sekolah hanya mampu dilaksanakan rata-rata tiga poin saja yaitu: 1)
Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat pelaksanaan. 2)
Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,
7
keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan dan efisien. Ke tiga poin tersebut adalah yang hampir dilakukan
oleh seluruh kepala sekolah, sedangkan 13 poin yang harus dikerjakan oleh
kepala sekolah cendrung diabaikan meskipun ada yang melaksanakan namun
masih belum sesuai harapan.
Begitu pula dilihat dari permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang
standar pengelolaan pendidikan yang memuat tentang a) Perencanaan
program, b) Pelaksanaan rencana kerja, c) Pengawasan dan evaluasi, d)
Kepemimpinan sekolah, e) Sistem informasi manajemen. Dari standar
pengelolaan pendidikan tersebut semua poin di atas kepala Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Pasaman Barat masih rendah.
Bertolak dari pandangan penulis tersebut maka penulis melakukan
observasi tanggal 15 Oktober 2013 ke beberapa SD Negeri di Kecamatan Koto
Balingka, Kecamatan Sungai Beremas dan Kecamatan Lembah Melintang dan
Kecamatan Sungai Aur yang masih dalam Kabupaten Pasaman Barat, dengan
mewawancarai beberapa gurunya, penulis menanyakan bagaimana kepala
sekolah dalam menyampaikan visi misi sekolah maupun dalam hal kepala
sekolah membangun hubungan baik dengan tenaga pendidik lainnya untuk
mampu bekerjasama secara harmonis dalam mewujudkan program-program
sekolah. Beberapa guru mengatakan hal yang hampir sama dengan Adirsan,
guru sekolah dasar di Kecamatan Sungai Aur mengatakan bahwa:
Saiful Duski, 2014
Hasil dari studi eksplorasi awal, terlihat banyak item kelemahan dari
kepala sekolah namun di sini yang penulis sorot adalah yang berkaitan dengan
fungsi manajerial kepala sekolah, ternyata tidak terjalin hubungan komunikasi
yang baik dari kepala sekolah terhadap guru-guru sekolahnya dalam mencapai
tujuan sekolah dan hal ini berkaitan dengan aspek manajerial dari kepala
sekolah, kepala sekolah terlihat kurang membangun hubungan kerja yang
harmonis baik antara kepala sekolah dan guru maupun antara sesama guru.
Banyak sekolah yang penulis temui ternyata kepala sekolah bekerja sendiri
dan membiarkan guru-guru sekolah yang dipimpinnya bekerja tanpa adanya
perbaikan-perbaikan pembelajaran sehingga menghasilkan mutu pendidikan
yang rendah.
Keadaan di atas sebagaimana hasil wawancara penulis dengan beberapa
orang pengawas pada tanggal 16 Desember 2013, Devirawati pengawas
sekolah dasar Kecamatan Sungai Beremas, mengatakan:
Sekolah dasar yang berada di daerah binaan saya sebanyak 8 dari 11 sekolah, dalam hasil evaluasi diri sekolah yang untuk tahun 2013 yang lalu terdapat beberapa kelemahan utama pada kepala sekolah diantaranya adalah dalam membuat perencanaan sekolah tidak atas dasar musyawarah dengan stakeholder, kemudian dalam membuat laporan dana BOS belum transfaran terhadap guru-guru di sekolahnya serta hamper tidak adanya supervisi kelas. Untuk level kabupaten supervisi dan manajerial berkisar angka 0 sampai 1 rata-rata pelaksanaannya, sedangkan rata-rata secara dimensi untuk di Sungai Beremas yang ada bukti otentiknya tentang kinerja manajerial kepala sekolah hanya berkisar 20% saja.
Tabel 1.3
Kinerja kepala sekolah Kecamatan Sungai Beremas wilayah binaan 1 Tahun 2013
No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai
1 SDN 01 Sungai Beremas Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 17
Pengawasan 15
2 SDN 02 Sungai Beremas Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
3 SDN 05 Sungai Beremas Perencanaan program 20
9
Pengawasan 10
4 SDN 06 Sungai Beremas Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
5 SDN 07 Sungai Beremas Perencanaan program 25
Pelaksanaan rencana kerja 20
Pengawasan 18
No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai
6 SDN 08 Sungai Beremas Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
7 SDN 10 Sungai Beremas Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 20
Pengawasan 15
8 SDN 11 Sungai Beremas Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
Rata-rata 16,5
Sumber: EDS dari pengawas sekolah dasar Sungai Beremas
Dari rata-rata tersebut diartikan bahwa hanya sebesar 16,5% saja setiap
aspek yang ada bukti temuannya.
Masih pada tanggal 16 Desember 2013, Fauzan, pengawas di Sekolah
Dasar Negeri Kecamatan Koto Balingka mengatakan:
Saiful Duski, 2014
Dan Fauzan, juga memberikan sebagian hasil evaluasi diri sekolah
binaannya yang bersumber dari hasil evaluasi diri sekolah dengan mengambil
hanya bagian yang terkait dengan kinerja manajerial kepala sekolah sebagai
berikut:
Tabel 1.4
Kinerja kepala sekolah Kecamatan Koto Balingka wilayah binaan 1 Tahun 2013
No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai
1 SDN 01 Koto Balingka Perencanaan program 25
Pelaksanaan rencana kerja 18
Pengawasan 10
2 SDN 03 Koto Balingka Perencanaan program 15
Pelaksanaan rencana kerja 10
Pengawasan 5
3 SDN 05 Koto Balingka Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 16
Pengawasan 10
4 SDN 07 Koto Balingka Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
5 SDN 08 Koto Balingka Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
6 SDN 09 Koto Balingka Perencanaan program 20
Pelaksanaan rencana kerja 15
Pengawasan 10
Rata-rata 14,67
Sumber: EDS dari pengawas sekolah dasar Koto Balingka
Dari rata-rata tersebut diartikan bahwa hanya sebesar 14,67% saja setiap
aspek yang ada bukti temuannya.
Masih pada tanggal 16 Desember 2013, M. Yusuf, pengawas sekolah
dasar Kecamatan Lembah Melintang mengatakan:
11
visi misinya seharusnya 1 kali 2 tahun direvisi, dalam membuat program sekolah pun tidak matang, terdapat juga kepala sekolah yang tidak mampu membina tata usaha dan tata usaha pun sering berganti sehingga pengarsipan sering tidak ada, disamping itu kepala sekolah yang diangkat pada umumnya honorer sehingga wajar hasil kinerja rendah,lagi pula kepala sekolah memang lebih banyak mengurus urusan rutin harusnya bisa dikelola tata usaha, ini akibat tidak adanya sertifikat diklat kepala sekolah yang diangkat.
M. Yusuf, juga memberikan sebagian dari hasil evaluasi diri sekolah
binaannya dari data evaluasi diri sekolah yang terkait kinerja manajerial
kepala sekolah sebagai berikut:
Tabel 1.5
Kinerja kepala sekolah Kecamatan Lembah Melintang wilayah binaan 1 Tahun 2013
No Nama Sekolah Aspek yang dinilai Nilai
1 SDN 02 Lembah Melintang Perencanaan program 33
Pelaksanaan rencana kerja 30
Pengawasan 28
2 SDN 04 Lembah Melintang Perencanaan program 35
Pelaksanaan rencana kerja 30
Pengawasan 27
3 SDN 05 Lembah Melintang Perencanaan program 40
Pelaksanaan rencana kerja 38
Pengawasan 35
4 SDN 07 Lembah Melintang Perencanaan program 33
Pelaksanaan rencana kerja 30
Pengawasan 25
5 SDN 19 Lembah Melintang Perencanaan program 35
Pelaksanaan rencana kerja 33
Pengawasan 30
6 SDN 11 Lembah Melintang Perencanaan program 35
Pelaksanaan rencana kerja 30
Pengawasan 25
7 SDN 12 Lembah Melintang Perencanaan program 40
Pelaksanaan rencana kerja 37
Pengawasan 35
8 SDN 15 Lembah Melintang Perencanaan program 24
Pelaksanaan rencana kerja 22
Pengawasan 20
9 SDN 21 Lembah Melintang Perencanaan program 33
Pelaksanaan rencana kerja 30
Pengawasan 29
10 SDN 23 Lembah Melintang Perencanaan program 24
Saiful Duski, 2014
Pengawasan 20
Rata-rata 30,3
Sumber: EDS dari pengawas sekolah dasar Lembah Melintang
Dari rata-rata tersebut diartikan bahwa hanya sebesar 30,3% saja setiap
aspek yang ada bukti temuannya.
Dari penjelasan yang diberikan oleh pengawas yang berasal dari tiga
kecamatan dan hasil penilaian kinerja kepala sekolah tersebut memberikan
gambaran kinerja manajerial kepala sekolah baru sebatas pengerjaan hal-hal
yang rutin saja, belum menjalankan sebagaimana manajerial kepala sekolah
yang seharusnya seperti yang terdapat dalam permendiknas Nomor 13 dan 19
Tahun 2007, sehingga berdasarkan kondisi yang digambarkan oleh tiga
pengawas tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja manajerial kepala
Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten pasaman Barat perlu diperbaiki.
Menurut Dharma (Suhardiman, 2011:247) banyaknya kepala sekolah
yang kurang memenuhi standar, kondisi ini tidak lepas dari proses
rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah yang berlaku saat ini. Di
beberapa daerah, termasuk di kabupaten Pasaman Barat posisi kepala
sekolah tergantung Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan. Proses dari guru
untuk menjadi kepala sekolah bisa saja terjadi hanya beberapa hari saja,
bahkan beberapa jam melalui seleksi biasa, seperti seleksi Calon Pegawai
Negeri Sipil.
Di samping keadaan di atas pasti ada faktor penyebab lainnya sehingga
kinerja manajerial kepala sekolah tidak efektif. Sebagaimana penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Suhardiman (2008) menyimpulkan bahwa
pengaruh rekrutmen, kompetensi dan kompensasi terhadap kinerja kepala
sekolah sangat tinggi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hartini (2010) menyimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial maupun secara bersama-sama
antara kualifikasi akademik, pengalaman kerja dan motivasi terhadap kinerja
13
positif dan signifikan antara Motivasi Berusaha terhadap Kinerja Kepala
Sekolah. Supono (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan antara motivasi, kompetensi dan kepuasan
kerja terhadap kinerja kepala sekolah. Suhardiman (2011), menemukan
pengaruh langsung yang signifikan antara kompensasi kepala sekolah terhadap
kinerja kepala sekolah.
Menurut Margaret Dale (2003:30), “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial adalah motivasi berprestasi, sikap, perilaku, kepribadian,
pengetahuan, kompetensi”. Newstron dan Davis (2002:219) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kemampuan, usaha, kesempatan, tujuan,
motivasi, perhatian, lingkungan, komitmen, kebutuhan, keinginan, kepuasan,
dan penghargaan baik dari lingkup internal maupun eksternal organisasi.
Menurut Uno (2006:71) bahwa “Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang”. Lebih lanjut Uno mengatakan bahwa “Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan”.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, kompetensi manajerial
yang harus dimiliki seorang kepala sekolah seperti uraian di atas tidaklah
sesuatu yang dapat berdiri sendiri, akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Adapun salah satu
faktor internal yang dimaksud ialah motivasi berprestasi sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah salah satunya
adalah kompensasi.
Berdasarkan latar belakang penelitain terdahulu di atas, maka penulis
tertarik meneliti pengaruh motivasi berprestasi dan bentuk kompensasi sebagai
faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar
Negeri se-Kabupaten Pasaman Barat. Sehingga sesuai dengan realita di
lapangan maka penulis mengambil judul penelitian yaitu: “Pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di
Saiful Duski, 2014
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penulis mengidentifikasi
masalah menjadi sebagai berikut:
Gambar 1.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah dari:
Newstron dan Davis (2002),Margaret Dale (2003), Uno ( 2006), Supono (2006),
Hartini (2010), Suhardiman (2008), Kumajas (2012)
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut maka penulis
membatasi hanya pada dua faktor saja dalam penelitian ini yaitu motivasi
berprestasi dan bentuk kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah
sebab merupakan penelitian yang baru dengan kajian tersebut terutama di
Kabupaten Pasaman Barat. Dengan meneliti variabel tersebut penulis ingin
KINERJA MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH
PERILAKU SIKAP
MOTIVASI BERPRESTASI
KUALIFIKASI AKADEMIK
PENGALAMAN KERJA
PENGETAHUAN KOMPETENSI
KOMPENSASI
15
mengetahui bagaimana signifikannya motivasi berprestasi dan kompensasi
mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah serta berapa besar
pengaruhnya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan
untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja
manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kabupaten Pasaman
Barat?”
Dari rumusan masalah di atas, dijabarkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten
Pasaman Barat?
2. Bagaimana motivasi berprestasi kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten
Pasaman Barat?
3. Bagaimana kompensasi kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman
Barat?
4. Berapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja manajerial
kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat?
5. Berapa besar pengaruh kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala
sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat?
6. Berapa besar pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap
kinerja manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat?
C.Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala
sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kabupaten Pasaman Barat.
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
Saiful Duski, 2014
1. Memperoleh gambaran mengenai kinerja manajerial kepala sekolah di SDN
Se-Kabupaten Pasaman Barat.
2. Memperoleh gambaran motivasi berprestasi kepala sekolah di SDN
Se-Kabupaten Pasaman Barat.
3. Memperoleh gambaran kompensasi yang berlaku pada kepala sekolah di
SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat.
4. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja
manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat.
5. Mengetahui besarnya pengaruh kompensasi terhadap kinerja manajerial
kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman Barat.
6. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi berprestasi dan kompensasi
terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di SDN Se-Kabupaten Pasaman
Barat.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada ilmu
pengetahuan atau mengembangkan sikap atau perilaku dalam beberapa
kegiatan. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis maupun
manfaat praktis seperti yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kepentingan teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat
bermanfaat antara lain :
a. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodelogis,
dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan
khususnya administrasi pendidikan terutama dalam bidang pengaruh
motivasi berprestasi dan kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala
17
b. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam menigkatkan kinerja
manajerial kepala sekolah sebagai pengelola ditingkat satuan pendidikan
yang professional dalam mengkatkan efektivitas sekolah.
c. Sebagai referensi keilmuan dalam bidang ilmu pendidikan khususnya
administrasi pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
dijadikan :
a. Informasi bagi para pengelola pendidikan dalam uapaya memperbaiki,
meningkatkan, dan mengembangkan kinerja manajerial kepala sekolah
dalam meningkatkan efektivitas kepala sekolah.
b. Bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat dalam
upaya merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi kinerja manajerial
kepala sekolah sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan
efektivitas sekolah sesuai dengan tujuan program yang sudah ditetapkan.
c. Manfaat untuk peneliti selanjutnya adalah agar dapat dijadikan bahan
rujukan atau bahan kajian lebih lanjut.
E. Struktur Organisasi Tesis
Dalam tesis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub bab
yang dirinci sebagai berikut:
Bab I, berisi tentang pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar
belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis.
Bab II, berisi tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian, di dalamnya berisi tentang: kajian pustaka, kinerja manajerial kepala
sekolah dalam administrasi pendidikan, motivasi berprestasi, kompensasi
kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian
Bab III, berisi tentang metodologi penelitian, di dalamnya berisikan:
lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi, metode
Saiful Duski, 2014
instrumen (pengujian validasi, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran),
tekhnik pengumpulan data, alasan rasional, dan analisis data.
Bab IV, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, di dalamnya
berisikan: Pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan .
Bab V, berisi tentang kesimpulan dan saran, di dalamnya berisikan:
kesimpulan dan saran. Menyajikan penafsiran pemaknaan peneliti terhadap
terhadap hasil analisis temuan penelitian serta memberikan rekomendasi yang
dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian
yang bersangkutan, serta kepada kepada yang berminat melakukan penelitian
selanjutnya.
Di akhir tesis ini terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran terkait
43
Saiful Duski, 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan pada sekolah dasar negeri yang berada di
Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera Barat.
Populasi dalam penelitian ini berdasarkan variabel terikatnya yaitu
kinerja manajerial kepala sekolah maka yang dijadikan responden untuk
menjawab adalah guru-guru di sekolah selaku yang menjalankan tugas dari
kepala sekolah. Untuk menjawab pada variabel bebasnya yaitu motivasi
berprestasi dan juga bentuk kompensasi kepala sekolah maka yang dijadikan
responden untuk memberikan jawaban adalah kepala sekolah itu sendiri.
Jumlah Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Pasaman Barat
adalah 259 sekolah dengan jumlah guru 1.568 orang, dan 259 orang kepala
sekolah sehingga jumlah populasi penelitian ini adalah 1.827 orang yang
tersebar dalam 11 kecamatan.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Nama Kecamatan Jumlah SD/
Kepala Sekolah Guru
Jumlah Total
1 Pasaman 34 222 256
2 Luhak Nan Duo 26 160 186
3 Lembah Melintang 28 170 198
4 Koto Balingka 19 112 131
5 Gunung Tuleh 22 140 162
6 Sungai Aur 22 134 156
7 Talamau 26 160 186
8 Sasak Ranah Pasisia 9 50 59
9 Sungai Beremas 11 60 71
10 Ranah Batahan 20 120 140
11 Kinali 42 240 282
Jumlah 259 1568 1827
Saiful Duski, 2014
Sehubungan dengan jumlah populasi yang masih dianggap besar
sementara tenaga, waktu dan dana yang penulis miliki terbatas, maka
penelitian ini memakai sampel. Untuk memperoleh sampel penelitian
digunakan teknik pengambilan sampel yaitu area sampling.
Menurut Riduwan (2010:60) ”area sampling” ialah teknik sampling
yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis
yang ada. Dengan demikian wilayah populasi dibagi berdasarkan wilayah
geografis yang terdiri dari wilayah kota, wilayah pinggiran kota dan wilayah
luar kota. Pembagian wilayah dan sampelnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Penarikan sampel dari populasi wilayah penelitian
Wilayah Kecamatan Pilihan Sampel
Wilayah
Koto Balingka Koto Balingka
Sungai Aur
Sasak Ranah Pasisie Sungai Beremas 11
Sungai Beremas Ranah Batahan Kinali
Jumlah 114
Di samping karakteristik wilayah tersebut, tingkat akreditasi sekolah
ikut pula mempengaruhi populasi penelitian. Data seperti tabel berikut:
Tabel 3.3
Penyebaran sampel berdasarkan akreditasi
No Nama Kecamatan
45
Saiful Duski, 2014
Jumlah 2 47 65 0 114
Setelah pemilihan sampel, terdapat 5 kecamatan yang mewakili semua
area, selanjutnya diteruskan dengan penarikan sampel yaitu masing-masing
kecamatan pada wilayah sampel diambil 30%. Hal ini sesuai dengan
Surakhmad dalam Riduwan (2010:65) bahwa apabila ukuran populasi sama
dengan atau lebih dari 1000 maka diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari
ukuran populasi. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah 1.827
orang, sehingga penulis sengaja mengambil ukuran sampel yang melebihi
dari 15% yaitu sebesar 30%, dengan harapan hasil penelitian lebih kuat lagi.
Dalam pengambilan sampel 30% tersebut, agar benar-benar mewakili
dari semua karakteristik sekolah yang ada, maka penulis membagi keadaan
karakteristik sekolah terlebih dahulu berdasarkan akreditasi yang diperoleh
sekolah di wilayah sampel sebagaimana data pada tabel berikut :
Tabel 3.4
Penetapan sampel berdasarkan area dan akreditasi
No Nama Kecamatan
Sampel (30%)
adalah pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Sekolah sampel di Kabupaten Pasaman Barat
Saiful Duski, 2014
terdiri dari 34 orang kepala sekolah, 314 orang guru dengan total sampel 348
47
Saiful Duski, 2014
B. Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Sugiyono (2007:3) adalah cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Meteode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Sedangkan
pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dan bentuk
kompensasi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar
Negeri Se-Kabupaten Pasaman Barat.
Penulis mengambil metode survei karena penelitian yang penulis
lakukan adalah dengan mengambil populasi dan sampel untuk penulis pelajari
sehingga ditemukan hubungan antar variabel. Terdapat tiga variabel yang
menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu dua variabel bebas (independent)
pengaruh motivasi berprestasi dan bentuk kompensasi serta kinerja manajerial
kepala sekolah sebagai variabel terikat (dependent). Untuk melihat hubungan
antar variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.1
Hubungan variabel bebas dan terikat
Informasi-informasi untuk keperluan tersebut dihimpun/ dijaring melalui
instrumen angket (kuisioner) digunakan untuk menggali kenyataan motivasi
berprestasi kepala sekolah, bentuk kompensasi kepala sekolah dan kinerja
manajerial kepala sekolah. Data yang diperoleh melalui angket tersebut
digunakan sebagai data faktual untuk mendukung/ menguatkan teori bahwa
Motivasi berprestasi Kepala Sekolah
Bentuk
Kompensasi Kepala Sekolah
Saiful Duski, 2014
motivasi berprestasi dan kompensasi mempengaruhi terhadap kinerja
manajerial kepala sekolah.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan kesamaan
persepsi agar terdapat kesamaan persepsi sehingga pemahamaan terhadap
istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
perbedaan. Pentingnya definisi operasional ini dibahas karena banyaknya
istilah- istilah berbeda yang digunakan untuk menyebutkan isi atau
maksud yang sama, atau sebaliknya istilah – istilah yang sama
dipergunakan untuk menyebutkan isi atau maksud yang berbeda.
Nazir (2003:152) definisi operasional adalah:
Definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasionalisasi yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tertentu.
Sesuai dengan pendapat di atas maka definisi operasional tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
Kinerja manajerial kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu kepala sekolah sebagai manajer dalam satuan pendidikan harus
menunjukkan kinerja (performance) terbaiknya yang mencakup kegiatan:
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating), dan pengawasan (Controlling) untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan.
2. Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu motivasi
49
Saiful Duski, 2014
Keinginan berprestasi unggul, 2) Berorintasi kemandirian dan bukan
untung-untungan (gamebling), 3) Pola pikir berorientasi ke depan, 4)
Bersemangat bekerja keras dan pantang menyerah, 5) Menyukai
pekerjaan yang menantang, 6) Keinginan mengetahui umpan balik segera
7) Susah jika gagal dalam pekerjaan, dan 8) Praktis, optimis dan berani,
9) Kesukaan terhadap situasi yang pekerjaan menuntut tanggung jawab.
3. Bentuk Kompensasi
Bentuk kompensasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaji,
tunjangan, dan pengakuan. Contoh gaji adalah yang terdapat dalam
amprah gaji pegawai negeri sipil yang diterima setiap bulan sesuai pangkat
golongan masing-masing pegawai, contoh tunjangan adalah asuransi
kesehatan, tunjangan keluarga (istri/ suami, anak), tunjangan pangan, yang
terdapat dalam amprah gaji, contoh pengakuan bisa berupa penghargaan
tertulis seperti piagam, pengumuman dalam forum resmi, bisa berupa
promosi kejenjang yang lebih tinggi atau yang lebih menguntungkan.
Tiga dimensi tersebut merupakan dimensi bentuk kompensasi
yang ada bagi kepala sekolah dasar negeri.
D. Proses Perumusan Instrumen penelitian
Dalam merumuskan instrument penelitian diperlukan langkah-langkah
berikut:
1. Mempedomani teori motivasi berprestasi, bentuk kompensasi dan kinerja
manajerial kepala sekolah yang dijadikan dasar perumusan item angket.
2. Membuat kisi-kisi motivasi berprestasi, bentuk kompensasi dan kinerja
manajerial kepala sekolah.
3. Kisi-kisi terdiri dari nama variable dan sumber teori, dimensi, Indikator
dan sub indikator
4. Dari sub indikator, diambil jadi pernyataan dalam angket.
5. Pernyataan dalam angket disesuaikan dengan maksud setiap variabel
Saiful Duski, 2014
E. Proses Pengembangan Instrumen
Langkah-langkah pengembangan instrumen adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menganalisis kembali pernyataan instrumen
penelitian agar butir-butir yang dikembangkan sesuai dengan definisi
operasional yang telah dirumuskan.
2. Langkah kedua adalah menetapkan instrumen penelitian yang akan
dipakai.
3. Langkah ketiga adalah mengujicoba instrumen penelitian. Pada tahap ini
instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel diujicobakan terlebih
dahulu sesuai dengan karakteristik populasi yang diteliti.
4. Langkah berikutnya adalah analisis hasil ujicoba untuk mengetahui
validitas, maupun realibilitasnya. Kemudian item yang dianggap valid dan
realibel dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sedangkan item yang
dianggap tidak valid, dibuang atau diperbaiki menyesuaikan dengan
tingkat validitasnya.
a. Kisi-kisi Instrumen
Butir pernyataan yang diajukan dalam kuesioner dikembangkan atas
dasar definisi operasional dari masing-masing variabel mengacu pada
indikator yang telah dituangkan dalam kisi-kisi instrument (Riduwan,
2005:32) yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Kisi-kisi instrumen kinerja manajerial kepala sekolah :
Sub
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator
Kinerja
Planning 1. Merencanakan
rencana tahunan sekolah yang berlaku pada tahun ajaran berikutnya,
1. Membuat rencana
tahunan sekolah untuk rencana tahun berikut
2. Menjabarkan program tahunan ke dalam program
1. Menjabarkan program
tahunan ke dalam
51
semester I dan II 2. Menjabarkan program
tahunan ke dalam
program semester II
Organizing 1. Mengadakan
pembagian kerja
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator
2. Memberikan
yang tepat kepada guru
2.Memberikan
pelimpahan wewenang
dan tanggungjawab
yang tepat kepada staf.
3. Mengkomunikasika
n visi, misi, tujuan dan program strategis sekolah kepada seluruh guru dan staf
1. Mengkomunikasi
kan visi sekolah kepada guru dan staf
2.Mengkomunikasi
kan misi sekolah
kepada guru dan staf
3.Mengkomunikasi
kan tujuan sekolah
kepada guru dan staf.
4.Mengkomunikasi
kan program strategis sekolah kepada guru
sama tim antar guru, antar staf, antar guru dan staf dalam memajukan sekolah
1. Membangun kerja
sama tim antar guru,
dalam memajukan
sekolah
2. Membangun kerja
sama tim antar staf,
dalam memajukan
Saiful Duski, 2014
3. Membangun kerja
sama tim antar guru
dan staf dalam
memajukan sekolah
Sub
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator
6. Memimpin rapat
dengan guru, staf, orang tua siswa, dan komite sekolah
dengan orang tua siswa
4. Memimpin rapat
1. Mengambil keputusan
dengan menggunakan strategi yang tepat
Actuating 1. Kepala Sekolah
selalu memberi
maupun tidak langsung kepada guru
2. Kepala Sekolah selalu
memberi bimbingan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada staf
2. Pembagian
wewenang dan tanggung jawab jelas
1. Pembagian wewenang
dan tanggungjawab
yang jelas kepada guru
2. Pembagian wewenang
dan tanggungjawab
yang jelas kepada staf
3. Kompromi
merupakan penyelesaian permasalahan
1. Kompromi merupakan
penyelesaian
permasalahan yang
muncul
Controlling 1. Menentukan apa
yang telah dicapai
1. Menentukan apa yang
telah dicapai
2. Menentukan program
53
atas yang sudah dicapai
2. Mengadakan evaluasi
1. Mengambil ti ndakan
korektif bila diperlukan agar menjamin hasil sesuai dengan rencana
Tabel 3.7
Kisi-kisi instrumen penelitian motivasi berprestasi
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator
Motivasi
kerja lebih unggul dari orang lain
3. Menerima revisi yang
diajukan demi rencana
potensi diri dan tim mencapai kesuksesan
1. Masalah yang muncul
tidak dibesar-besarkan
2. Perbaikan kesalahan
dilaksanakan sesegeramungkin
3. Masalah yang bersifat
Saiful Duski, 2014
1.Selalu hadir setiap jadwal kerja diawal waktu
2.Bekerja dengan fikiran
fokus
3.Tidak berhenti kerja
sebelum tuntas dengan baik
Sub Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator
Menyukai
1.Selalu menerima jika
ada tugas tambahan
1. Segera mencari akar
permasalahan atas kegagalan.
2. Penyebab kegagalan
dipelajari secermat mungkin
3. Solusi perbaikan ke
55
Saiful Duski, 2014
kesuksesan (siap menerima resiko)
pekerjaan meskipun sesuatu yang baru Kesukaan
terhadap situasi yang pekerjaan menuntut tanggung jawab
Selalu memberikan laporan apa adanya setiap situasi apapun yang dihadapi dalam pekerjaan dan dipertanggungjawab kan
1. Membuat laporan
setiap pekerjaan
2. Laporan dibuat
dengan realita yang sebenarnya
3. Mengatasi masalah
Saiful Duski, 2014
Tabel 3.8
Kisi-kisi instrumen penelitian bentuk kompensasi
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator
Bentuk
Kompensasi
Hariandja, ( 2007) dan
Luthans (2007)
Gaji 1. Kesuasuaian
gaji
1. Gaji yang diterima
sesuai dengan kebutuhan bulanan
2. Gaji diterima selalu
tepat waktu
3. Gaji yang diterima
sudah sesuai dengan beban kerja
Tunjangan 1. Kesesuaian
Tunjangan
1. Tunjangan beras beras
layak
2. Tunjangan istri/ suami
layak
3. Tunjangan anak layak
4. Insentif diluar gaji memadai
5. Anggaran kesehatan
layak
6. Fasilitas ruang kantor
sesuai kebutuhan
Pengakuan 1. Mendapatkan
pengakuan
2. Diberikan insentif atas
prestasi yang dibuat
Terdapat berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian
sebagai acuan dalam pengukuran. Berdasarkan variabel yang diteliti,
57
Saiful Duski, 2014
Adapun kategori penskoran untuk setiap alternatif jawaban item
instrumen menurut Sugiyono (2009:135) dengan menggunakan skala
likert dengan alternatif jawabannya adalah selalu (SL), sering (SR),
kadang-kadang (KD), Jarang (JR) atau tidak pernah (TP). sebagai berikut :
Tabel 3.9
Model dan bobot alternatif jawaban
Alternatif Jawaban B o b o t
S L 5
S R 4
K D 3
J R 2
T P 1
Adapun cara untuk mengisi instrumen dalam penelitian ini adalah
dengan cara checklist(√), dimana responden memberikan tanda checklist
(√) pada alternatif jawaban yang dipilih pada setiap item-item pernyataan. Instrumen ini digunakan menjadi alat pengumpulan data penelitian dengan
teknik angket, karena angket digunakan untuk mencari informasi yang
lengkap mengenai suatu masalah dari responden yang jumlahnya cukup
banyak.
b. Uji validitas
Suatu instrumen disusun untuk mengumpulkan data yang diperlukan,
sebab data merupakan alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, suatu
data harus memiliki tingkat kebenaran yang tinggi sebab akan menentukan
kualitas penelitian. Uji validitas merupakan salah satu usaha penting yang
harus dilakukan peneliti guna mengukur kevalidan dari instrumen. Sururi
dan Suharto (2007:51) berpendapat bahwa :
Saiful Duski, 2014
Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengorelasikan antar skor butir instrumen dalam suatu faktor, dan
mengorelasikan skor faktor dengan skor total. Hasil perhitungan korelasi
(rhitung) dilihat dari butir instrumen total correlation kemudian
diinterpretasikan dengan cara membandingkan (rtabel) yaitu untuk
menentukan valid tidaknya instrument.
Hasil yang telah diperoleh dari uji instrumen kemudian di dihitung
dengan korelasi product moment. Adapun rumus yang dipergunakan
dalam pengujian validitas instrument ini adalah rumus yang ditetapkan
oleh Person yang dikenal dengan korelasi Product Moment.
Validitas butir menggunakan rumus Product Moment Sugiyono
(Riduwan, 2010:110) yaitu :
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
2
Hasil uji validitas angket terhadap 30 responden, didapatkan sebagai
berikut:
1. Uji coba validitas variabel motivasi berprestasi kepala sekolah.
Jumlah item angket untuk variabel kinerja manajerial kepala
sekolah adalah 40 item, setelah dilakukan uji coba angket terhadap 30
responden dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 -
2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 40
item tersebut dinyatakan valid keseluruhan.
59
Saiful Duski, 2014
Jumlah item angket untuk variabel bentuk kompensasi kepala
sekolah adalah 40 item, setelah dilakukan uji coba angket terhadap 30
responden dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 -
2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 40
item tersebut dinyatakan valid keseluruhan.
3. Uji coba validitas variabel kinerja manajerial kepala sekolah.
Jumlah item angket untuk variabel kinerja manajerial kepala
sekolah adalah 40 item, setelah dilakukan uji coba angket terhadap 30
responden dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 -
2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 40
item tersebut dinyatakan valid keseluruhan. (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 1,2,3,4,5 dan 6)
c. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
kuesioner dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,
karena kuesioner tersebut sudah dianggap baik. Kuesioner yang baik tidak
akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan.
Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama (konsisten).
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/ testretest,
equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal (analisis
konsistensi butir-butir yang ada pada kuesioner). (Sururi & Suharto,
2007:52)
Sedangkan untuk menentukan reabilitas menggunakan rumus
Spearman Brown dalam (Riduwan, 2010:116), sebagai berikut:
b b l
r r r
Saiful Duski, 2014
Hasil uji reliabelitas angket terhadap 30 responden, didapatkan
sebagai berikut:
1. Uji coba reliabelitas variabel motivasi berprestasi kepala sekolah.
Sebanyak 40 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel
dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r =
0,374 sehingga ke 40 item tersebut dinyatakan reliabel.
2. Uji coba reliabelitas variabel bentuk kompensasi kepala sekolah.
Sebanyak 40 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel
dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r =
0,374 sehingga ke 40 item tersebut dinyatakan reliabel.
3. Uji coba reliabelitas variabel kinerja manajerial kepala sekolah.
Sebanyak 40 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel
dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r =
0,374 sehingga ke 40 item tersebut dinyatakan reliabel. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1,2,3,4,5 dan 6)
Sebelum hipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (Riduwan, 2010:182) yaitu :
Koefisien korelasi diuji dengan menggunakan rumus korelasi
ganda (Riduwan, 2010:139) yaitu :
2
Setelah instrumen dinyatakan valid, reliabel, dan normal, maka
instrumen telah layak dipakai sebagai alat pengumpul data. Angket
61
Saiful Duski, 2014
Data yang telah diskor diinterpretasikan sesuai dengan tabel kategori
penilaian persentase skor tanggapan responden (Sugiyono, 2005)
Tabel 3.10
Kategori penilaian persentase skor tanggapan responden
No Rata-rata
Skor
Kategori Motivasi
berprestasi
Bentuk kompensasi Kinerja
manajerial
1 1,00 – 1,80 Rendah sekali Sangat kurang layak Rendah sekali
2 1,81 – 2,60 Rendah Kurang layak Rendah
3 2,61 – 3,40 Cukup tinggi Cukup layak Cukup tinggi
4 3,41 – 4,20 Tinggi layak Tinggi
5 4,21 – 5,00 Sangat tinggi Sangat layak Sangat tinggi
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003:328). Data yang dikumpulkan
dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam
fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka peneliti melakukan
beberapa langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melapor terlebih dahulu dengan membawa surat izin penelitian ke
kantor Dinas Pendidikan Pasaman Barat.
2. Peneliti bekerja sama dengan kepala UPTD menentukan sekolah-sekolah
yang dijadikan sampel dan UPTD memberitahu kepala sekolah
bersangkutan bahwa sekolahnya dijadikan sampel penelitian.
3. Peneliti berkunjung ke sekolah sampel dan menyebarkan instrument
penelitian sesuai jadwal yang disepakati dengan kepala sekolah yang
bersangkutan.
4. Sebelum responden mengisi jawaban instrument, peneliti menjelaskan
pentingnya keakuratan data yang mereka berikan harus sesuai dengan apa
adanya sehingga hasil yang diperoleh benar-benar faktual.
Saiful Duski, 2014
Sebelum pengolahan data, dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dan
penyeleksian data. Adapun rekapitulasi jumlah angket yang terkumpul
sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 3.11
Rekapitulasi pengumpulan angket keseluruhan variable
Variabel Jumlah
Responden
Jumlah Angket
Disebar Terkumpul Dapat diolah
X1 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%)
X2 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%) 34 (100%)
Y 314 (100%) 314 (100%) 314 (100%) 314 (100%)
Adapun variabel motivasi berprestasi kepala sekolah (X1)
respondennya adalah kepala sekolah, variabel bentuk kompensasi kepala
sekolah (X2) respondennya adalah kepala sekolah dan variabel motivasi
berprestasi (Y) respondennya adalah guru sebanyak 314 responden di
rata-ratakan per sekolah menjadi 34 sekolah.
Dengan demikian maka semua angket dapat diolah, hal yang
mendukung peneliti memperoleh data sebanyak 100% adalah waktu
kunjungan ke sekolah ketika guru dan kepala sekolah sedang persiapan
mengisi rapor hasil ujian semester 1 (satu) sehingga semua guru hadir di
ruangan majelis guru bersama kepala sekolah, bagi guru yang tidak bisa
mengisi secara langsung, diambil kembali hari berikutnya atau beberapa hari
setelahnya.
G. Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Angket yang sudah dikumpulkan dikelompokkan sesuai kelompoknya dan
diteliti sesuai jumlah serta fisiknya bisa dibaca dan jelas, sedangkan yang
bermasalah ditindak lanjut segera baik dengan langsung perbaikan dengan
63
Saiful Duski, 2014
2. Memberikan nilai untuk setiap responden sesuai dengan kategori
penilaiannya.
3. Mentabulasikan data agar setiap item dapat dihitung dan dimasukkan ke
dalam bentuk interval.
4. Menyajikan data dalam bentuk tabel maupun deskripsi data sehingga
tergambar permasalahan penelitian.
5. Dilakukan uji hipotesis agar memperoleh kesimpulan.
6. Untuk penghitungan hipotesis digunakan rumus berikut:
a) Untuk mencari hubungan atau pengaruh antar variabel tunggal
digunakan penghitungan dengan SPSS statistics 20
b) Memberi arti untuk tingkat hubungan antar dua variabel dengan
interpretasi koefisien korelasi dalam Riduwan (2010:136) sebagai
berikut :
Tabel. 3.12
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199
Sangat kuat Kuat Cukup kuat
Rendah Sangat rendah
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan
variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien
diterminan sebagai berikut. KPr2x100%, dimana KP adalah nilai
koefisien diterminasi dan r adalah nilai koefisien korelasi.
c) Untuk menentukan kebermaknaan hubungan variabel X dan variabel Y
dilakukan uji signifikansi, penghitungan dengan SPSS statistics 20.
d) Untuk menghitung nilai korelasi (antara X1 dan X2 terhadap Y)
digunakan rumus korelasi ganda dengan penghitungan dengan SPSS
Saiful Duski, 2014
2 2 1 1x b x
b
a
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda, maka
perlu dicari F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel digunakan
penghitungan dengan SPSS statistics 20.
e) Untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas digunakan rumus
Regresi Ganda (Riduwan. (2010:154) yaitu: dengan
110
Saiful Duski, 2014
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Kesimpulan yang diperolehdarihasil penelitian
sebagaimanadalambabsebelumnya, adalah sebagai berikut:
1. Kinerjamanajerial kepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Pasaman
Barat diukur denganempatdimensi; planning, organizing, actuating,
controllingdiperolehhasil penelitian yang menunjukkan bahwa
kinerjamanajerialkepala Sekolah DasarNegeridi Kabupaten Pasaman Barat
kategorinya tinggi.
2. Motivasi berprestasi kepala Sekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman
Barat yang diukur dengansembilandimensi; keinginanberprestasiunggul,
berorientasikemandirian, polapikirberorientasikedepan, bersemangat,
bekerjakerasdanpantangmenyerah, menyukaipekerjaan yang menantang,
keinginanmengetahuiumpanbaliksegera, susahjikagagaldalampekerjaan,
praktis, optimisdanberani, kesukaanterhadapsituasipekerjaan yang
menuntuttanggungjawab, diperolehhasil penelitian yang menunjukkan
bahwa motivasi berprestasi kepala Sekolah DasarNegeridi Kabupaten
Pasaman Barat kategorinya tinggi.
3. KompensasikepalaSekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman Barat yang
diukur dengantigadimensi; gaji, tunjangandanpengakuandiperolehhasil
penelitian yang menunjukkan bahwa kompensasikepalaSekolah Dasar
Negeridi Kabupaten Pasaman Barat kategorinyalayak.
4. Pengaruhmotivasi berprestasi kepala sekolah
terhadapkinerjamanajerialkepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten
Pasaman
Saiful Duski, 2014
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Pasaman Barat
sesuaidenganhasilpengujianhipotesisadalahkategoricukupkuat.
6. Pengaruhmotivasi berprestasi kepala sekolahdankompensasikepala sekolah
terhadapkinerjamanajerial kepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten
Pasaman Barat sesuaidenganhasilpengujianhipotesisadalahkategorikuat.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis memberikan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Kinerjamanajerial kepala Sekolah DasarNegeri di Kabupaten Pasaman
Barat yang perludapatperhatiankhususadalahdimensicontrolling,
sebabmerupakanpenguncidimensilainnya agar tidaklepascontrol.
Untukitukepalasekolahharusmelakukancontrollingdalamartianluas,
sepertimemeriksadenganbenardaftarhadir guru dansiswa, RPP guru
untukmengajar, laporanprestasisiswa, laporansiswabermasalahdan
lain-lainnya. Contohlaindalammenilaikinerja guru tidaksekedarmemberikan
DP3,
tetapimelakukancontrollingterhadapaspekpenilaiannya.Perbaikansecaraleb
ihterarahdenganmelakukanpelatihan-pelatihan minimal dalamwadah
KKKS Kecamatanterkaitcontrolling tersebut.
2. Motivasi berprestasi kepala Sekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman
Barat yang
perluperhatiansegeraolehkepalasekolahyaitudimensikeinginanmengetahuiu
mpanbaliksegera, dimensimenyukaipekerjaan yang
menantang,sertabersemangat, bekerjakerasdanpantangmenyerah.
Rendahnyatigadimensitersebutmenyebabkanpekerjaankepalasekolahhanyal
ahbersifatrutinitasbiasasepertimengelola BOS,menandatanganisurat,
danmembuatlaporan-laporan yang wajibsaja.Salah
112
Saiful Duski, 2014
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
jauhlebihtinggi, bersediaberbagipengalamandengansekolah lain
dalampeningkatanmutusekolahbaikmelaluiwadah KKKS ataupunwadah
professional lainnya,
danbersediadiberikantugasbelajarkejenjanglebihtinggimaupunmeningkatka
nsendiripendidikan yang sudahdiperolehkejenjang yang
lebihtinggiterutama yang
terkaitdenganjurusankekepalasekolahansepertijurusanAdministrasi/
ManajemenPendidikan.
3. KompensasikepalaSekolah Dasar Negeridi Kabupaten Pasaman Barat yang
perluditindaklanjutisegeraadalahdimensipengakuan.
Pengakuanberupapenghargaan, ucapanterimakasih,
memperolehtugasbelajardansebagainyamerupakankompensasi yang
dibutuhkanolehkepalasekolahsebabakanmampumenaikkanataupunmenuru
nkansemangatkerjakepalasekolah.
Untukitudimensipengakuanharusnyajadiperhatiandaridirikepalasekolahitus
endiri agar kinerjakepalasekolahnaiksehinggaterjadinyakompetisi yang
positifdemi menaikkankualitassekolah.
Terlebihpentingdariituadalahpengakuanjabatankepalasekolahsebagaijabata
n professional dantidaklagisebagaitugastambahan,
olehkarenanyapemerintahperlumemperhatikanjabatandimaksudmenjadijab
atan yang professional
seutuhnyasebabdengandemikianakanmeningkatkanmotivasikepalasekolahd
alambekerja.
4. Penelitianinidapatdipergunakandandilanjutkanbagipenelitilain yang
tertarikdengankinerjamanajerialkepalasekolah,
dimensicontrollingdalamkinerjamanajerialmerupakandimensiterendahsehi
nggaperluditelitilebihlanjut,
dimensikeinginanmengetahuiumpanbaliksegeraolehkepalasekolahmerupak
andimensimotivasiberprestasikepalasekolah
Saiful Duski, 2014
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
113
Saiful Duski, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar. (2006). Manajemen Pendidikan (Peluang dan Tantangan).
Makasar: State University of Makasa Press.
Asnawi. (2007). Teori Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Badaruddin. (2005). Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga
Burhanuddin. (2005). Manajemen danKepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Castetter, William, B. (2004). The Human Resource Function in Educational
Administration. Pearson/ Merrill (Prentice Hall).
Collin, Seremet. (2009). School improvement in Mayland, School Library Media.
Tersedia:http://mdk12.org/process/leading/p_indicators.html.
Dale, M. (2003). The Art of HRD. Developing Management Skills (Tehniques for
Improving Learning & Performance). Jakarta: PT Bhuana Populer.
Danim, Sudarwan dan Suparno, (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformational kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era
Teknologi, Situasi Krisis dan Internasionalisasi Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Daryanto, M.. (2006). Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Debra, L. Nelson and Quick, J.C. (2006). Organization Behavior: Foundations,
Realities & Challenges, 5/E. Mason, OH: Thomson South-Western.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat
Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dewi, R. (2012). “Kinerja Kepala Sekolah: Pengaruh kepemimpinan Transformasional, konflik dan efikasi diri”. Jurnal Ilmu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan; Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia.18, (1)
Djaali, (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Saiful Duski, 2014
Frederick C. Lunenburg, B. J. (2004). The Principalship: Vision to Action: Vision
To Action.USA: Belmont.
Griffin, R. (2006). Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall
Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen#cite_note-griffin-4
Handoko. (2005). Insentif Untuk Pegawai. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Hariandja, Marihot T.E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
_____________, Marihot Tua E. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, pengkompensasian, dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai. Jakarta: Grasindo.
Hartini, (2010). “Pengaruh Kinerja dan Iklim Organisasi terhadap Produktivitas kerja”.Jurnal penelitian UPI. 10, (2)
Hasibuan, Malayu. (2002). Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
_____________. (2003). Organisasi dan Motivasi, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hellriegel, D., Jacson, S. E. and Slocum, J. W. (2007). Competency Based
Management. USA: Thomson South-Western.
Hoy, W. K. and Miskel, C. G. (2008). Education Administration, Teory,
Research, and Practice. New York: McGraw Hill Education.
Ishak, Tanjung, H. (2003). Manajemen Motivasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jamal. (2009). Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional. Jogjakarta: Diva Press.
Jones, James, J. (2008). Human Resource Managament in Education (Manajemen
Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan. Jakarta: Q-Media.
Kamars, Dachnel H., (2005). Administrasi Pendidikan. Teori dan Praktik. Edisi Kedua. Padang: Universitas Putra Indonesia Press.