• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS CIVIC SKILLS SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS CIVIC SKILLS SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS

KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL) SEBAGAI UPAYA

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

(Studi Kasus pada Lembaga Pelayanan Publik Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat)

TESIS

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:

RONNI JUWANDI

1302481

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD

GOVERNANCE

(Studi Kasus pada Lembaga Pelayanan Publik Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

(BPMPT) Provinsi Jawa Barat)

Oleh Ronni Juwandi S.Pd. UPI Bandung, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Ronni Juwandi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

(5)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

(6)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

RONNI JUWANDI (1302481) EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS CIVIC SKILLS SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan satu dari sekian banyak agenda besar reformasi birokrasi yang mengamanatkan kepada pemerintah bahwa salah satu tujuan besar dari adanya reformasi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang salah satunya dilakukan oleh lembaga birokrasi. Saat ini tingkat partisipasi dan kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintah khususnya lembaga pelayanan publik dapat dikatakan stagnan kalau tidak mau dikatakan mengalami dekadensi sebagai bentuk krisis kepercayaan kepada pemerintah. Padahal, dalam kenyataan sekarang ini, daya dukung dan tingkat partisipasi masyarakat sangat diperlukan sebagai indikator keberhasilan reformasi birokrasi yang menjadi tujuan utama perubahan sistem pelayanan publik saat ini.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat efektifitas dan efisiensi pelayanan publik dalam hal reformasi birokrasi yang saat ini sedang menjadi program besar pemerintah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektifitas dan reformasi birokrasi dari David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang berjudul Reinventing Goverment, serta tinjauan mengenai Civic Skills mencakup keterampilan partisipasi warga negara, dan juga konsepsi tentang good governance. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analitis dengan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data berupa wawancara terstruktur sederhana untuk mengetahui tingkat kepuasan dari masyarakat sebagai pengguna layanan dari BPMPT, wawancara tidak terstruktur, dan juga observasi lapangan.

(7)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii ABSTRACT

RONNI JUWANDI (1302481) THE EFFECTIVENESS OF THE BUREAUCRATIC REFORM IN THE CONTEXT OF CIVIC SKILLS IN AN EFFORT TO REALIZE GOOD GOVERNANCE

Public participation is indispensable in increasing the quality of public services is one of the many large bureaucratic reform agenda which mandates to Governments that one of the major objectives of the reform is the improvement and enhancement of the quality of public services, one of which was conducted by the agency bureaucracy. Currently, level of participation and the trust of the community to the government agencies especially public service institutions can be said to stagnate if it does not want to be said to experience the decadence as a form of confidence to the government. Whereas, in reality right now, power support and level of public participation is indispensable as an indicator of the success of the reform of the bureaucracy which becomes the main purpose of the change of the system of public service at this time.

This research aims to look at how the level of effectiveness and efficiency of public services in terms of the reform of the bureaucracy which is currently becoming a big government program. The theory used in this research is the effectiveness and reform of the bureaucracy from David Osborne and Ted Gaebler in his book entitled Reinventing Government, as well as views about civic Skills covers the skills of participation of citizens, and also the conceptions about good governance. The methods used in this study is the method of The method used in this research is a case study method with qualitative approach through data collection techniques in the form of a simple structured interviews to find out the level of satisfaction of the public service as a user of BPMPT, unstructured interviews, and also the observation field.

(8)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas ... 13

1. Pengertian Efektifitas ... 13

2. Ukuran Efektifitas ... 18

B. Reformasi Birokrasi ... 21

1. Tinjauan Umum Birokrasi ... 21

2. Birokrasi Webberian ... 31

3. Birokrasi Osborne ... 34

a. Reinventing Goverment ... 34

b. Banishing Bureaucracy ... 36

C. Civic Skills ... 38

1. Tinjauan Umum Civic Skills ... 38

(9)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

3. Isi Civic Skills dalam PKn ... ... 44

D. Good Governance (Tata Kepemerintahan yang Baik) ... 50

1. Tinjauan Umum Good Governance ... 50

2. Komponen dan Unsur –unsur dalam Good Governance ... 53

3. Prinsip-Prinsip Good Governance ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 61

B. Instrumen Penelitian ... 66

C. Teknik Pengumpulan Data ... 66

D. Teknik Analisa Data ... 70

E. Definisi Operasional ... . 71

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat ... 73

1. Sejarah Perkembangan BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 73

2. Visi dan Misi BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 75

3. Tugas Pokok dan Fungsi Serta Prinsip Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 76

4. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 79

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 91

C. Analisis Hasil Penelitian ... 98

D. Temuan Hasil Penelitian ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 127

B. Rekomendasi ... 131

(10)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(11)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kecakapan Warga Negara ... 44

Tabel 2.2 Indikator Civic Skills Menurut Mary Kirlin ... 46

Tabel 2.2 Cakupan Civic Skills ... 48

Tabel 4.1 Fungsi Lembaga PPT dan OPD Teknis ... 74

Tabel 4.2 Triangulasi Hasil Penelitian tentang Upaya BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 101

Tabel 4.3 Triangulasi perbandingan hasil penelitian tentang peran dan kontribusi masyarakat sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan kualitas pelayanan ... 111

(12)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Tiga Domain dalam Good Governance ... 55

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ... 69

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik ... 69

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu ... 69

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 79

Gambar 4.2 Prosedur Umum Perizinan ... 89

(13)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pascaperubahan sistem dan struktur pemerintahan dalam pelaksanaan

reformasi yang dilakukan dalam sistem pemerintahan Indonesia, merupakan

sebuah langkah nyata dalam upaya meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia

ke arah yang lebih baik. Upaya reformasi diwujudkan ke dalam aspek-aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara dengan perubahan struktur mekanisme

organisasi yang diharapkan membantu mencapai tujuan bangsa ini melalui

reformasi dalam segala aspek pemerintahan.

Reformasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan

masyarakat Indonesia, yang tadinya sangat terbatas oleh pengaruh kekuasaan yang

terlalu membatasi ruang gerak masyarakat Indonesia. Selain itu, reformasi telah

mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih leluasa dalam mengembangkan

potensi dan sumber daya yang dimiliki melalui pemberdayaan pemerintah daerah

dengan legitimasi yang lebih terstruktur guna melakukan perbaikan demi

mewujudkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Reformasi juga telah mendorong adanya perubahan dalam hubungan

antara pemerintah pusat dan daerah, yang tadinya bersifat sentralisasi atau terpusat

sekarang berubah. Hubungan itu menjadi desentralisasi atau kesempatan untuk

mengelola daerah dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah

dalam mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam lebih

optimal dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini diperkuat

dengan dasar hukum yakni Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU RI No. 32 Tahun 2004

tentang pemerintahan daerah.

Desentralisasi telah melahirkan adanya otonomi daerah. Dengan lahirnya

otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dan legalitas untuk

(14)

2

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berlandaskan pada karakter dan sumber daya daerah masing-masing. Peran

pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan iklim pemerintahan daerah

yang lebih maju dan mampu menghasilkan pembangunan yang merata, luas dan

bertanggung jawab.

Keadaan Bangsa Indonesia sekarang ini mengalami keterpurukan di berbagai

bidang sehingga terjadi krisis yang berkepanjangan. Krisis yang berkepanjangan

ini menuntut pemerintah dan rakyatnya untuk dapat bersama-sama mengatasinya.

Pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan penyelenggaraan negara.

Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur kehidupan rakyat sehingga

tercipta kemakmuran dan kesejahteraan.

Keberadaan daerah pada era otonomi daerah terbagi atas wilayah provinsi,

kabupaten atau kota dan desa. Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam

tercapainya pembangunan di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah sekarang ini,

daerah mempunyai kebebasan untuk menentukan arah pembangunannya sendiri.

Peningkatan kualitas aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas sangat

dibutuhkan sehingga mampu berkompetisi dengan sektor swasta melalui

peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang efektif dan efisien sebagaimana

yang diharapkan oleh masyarakat.

Otonomi daerah berorentasi pada perwujudan kemandirian daerah, efisiensi

dan efektivitas dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan termasuk fungsi

pelayanan publik. Dalam era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi

salah satu fokus perhatian dalam upaya peningkatan kinerja pemerintah daerah.

Semangat desentralisasi menghendaki pemberian pelayanan terbaik kepada publik

lebih berorentasi pada kebutuhan masyarakat, sehingga secara otomatis berbagai

fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan sehingga mudah dijangkau oleh

masyarakat atau publik.

Sebagai abdi masyarakat, pemerintah berkewajiban memberikan

pelayanan terbaik kepada masyarakat. Desentralisasi yang bergulir sejak tahun

1999 dengan dilandasi pertama kali oleh UU RI No. 22 tahun 1999 tentang

(15)

3

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan berbagai perubahan demi terciptanya perbaikan pelayanan publik,

percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan efektifitas

dalam penyelenggaraan pemerintah. Di dalam pemerintahan Provinsi Jawa Barat

sendiri desentralisasi telah menumbuhkan komitmen kuat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan iklim usaha dan peningkatan

efektifitas kinerja pemerintahan dalam memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat. Hal ini termasuk pula dalam tataran birokrasi yang ada dalam

prosedur pelayanan publik untuk menciptakan pemerintahan yang prima, sehingga

benar-benar menciptakan suatu good governance atau tata kelola pemerintahan

yang baik dan sangat diharapkan perwujudannya oleh bangsa ini.

Begitu banyak jenis-jenis pelayanan umum yang menyangkut segala

aspek-aspek kehidupan yang diselenggarakan oleh pemerintah sehingga semua

orang mau tidak mau harus menerima bahwa intervensi birokrasi melalui

pelayanan umum itu absah adanya. Ketentuan bahwa birokrasi mempunyai tugas

yang harus diemban untuk melayani masyarakat menjadi terbalik sehingga bukan

lagi birokrasi yang melayani masyarakat akan tetapi justru masyarakat yang

melayani birokrasi. Sistem pelayanan umum kepada masyarakat cenderung terlalu

kaku dan lamban dalam prosedur pelayanannya. Para aparat birokrasi (birokrat)

tidak lagi merasa terpanggil untuk meningkatkan efisiensi dan memperbaiki

prosedur kerja tetapi justru lebih sering menolak adanya perubahan.

Etos kerja yang bertendensi mempertahankan status quo dalam sistem

kerja birokrasi, nampaknya telah menimbulkan persepsi yang masif di kalangan

masyarakat bahwa birokrasi identik dengan berbagai prosedur yang berbelit-belit,

memakan waktu yang lama, dan sikap petugas dalam pelayanan yang terkesan

“kurang ramah” terhadap masyarakat. Yang lebih parah prosedur yang tidak

berbelit -belit itu acapkali ditunggangi oleh kepentingan sebagian orang dan

pribadi dan pada akhirnya dijadikan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan

pada akhirnya jauh dari apa yang diharapkan sebagai abdi masyarakat yang

melayani dengan komitmen dan integritas yang profesional.

(16)

4

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang baiknya cara pelayanan di tingkat bawah. Ternyata masih banyak faktor

yang mempengaruhi begitu buruknya tata kerja dalam birokrasi. Sikap pandang

organisasi birokrasi pemerintah kita, misalnya, terlalu berorientasi pada kegiatan

(activity), dan pertanggungjawaban formal (formal accountability). Penekanan

kepada hasil (product) atau kualitas layanan (service quality) sangatlah kurang,

sehingga lambat laun pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi menjadi kurang

menantang dan kurang menggairahkan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh oleh Hidayat dan Sucherly dalam

Kumorotomo (2009; 159) semakin memperkuat dugaan ini. Dengan berpihak

pada teori Maslow tentang tingkatan-tingkatan kebutuhan manusia, yang diberi

skala 1 sampai 12, mereka mendapatkan bahwa di kalangan pegawai negeri

Indonesia “kebutuhan akan rasa aman” memperoleh skor tertinggi (8,31).

Kemudian berturut-turut peringkat selanjutnya adalah kebutuhan sosial (6,77),

kebutuhan dasar/ fisiologis (6,34), kebutuhan aktualisasi diri (4,92), dan terakhir

kebutuha akan harga diri (4,84). Ini menunjukkan bahwa pada umumnya pegawai

negeri mempunyai rasa cemas yang tinggi terhadap kegagalan dan “ingin merasa

aman” dalam pekerjaannya. Perasaan takut gagal yang berlebihan pada akhirnya

membuat para pegawai takut mengambil resiko, takut bertindak, dan tidak berani

melakukan perubahan-perubahan yang sesungguhnya diperlukan bagi perbaikan

organisasi atau institusi. Anggapan yang melekat dalam benak para pegawai

negeri sampai saat ini masih hinggap adalah bagus atau tidak pekerjaan/tugas

yang mereka kerjakan, tidak akan mempengaruhi pendapatan mereka.

Kecenderungan lain yang melekat di dalam birokrasi adalah kurang

diperhatikannya asas keterjangkauan dan pemerataan dalam pelayanan. Secara

normatif birokrasi seharusnya memihak kepada golongan miskin atau

kelompok-kelompok pinggiran karena merekalah yang perlu dibantu untuk ikut menikmati

hasil-hasil pembangunan. Pelayanan yang mudah dan murah merupakan hal yang

esensial bagi mereka karena ditilik dari kondisi ekonomis mereka tidak mungkin

mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial yang mahal. Sangat disayangkan

(17)

5

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cenderung menghindari kelompok miskin karena mereka tidak ingin kehilangan

klientel-klientel atau konco-konco yang telah menguntungkan atau bahkan

memperkuat posisi mereka dalam tataran birokrasi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Political and Economic Risk

Consultacy (PERC) menunjukkan Indonesia sebagai negara kedua terburuk dalam

hal birokrasi berinvestasi. Hasil survey menunjukkan, berinvestasi di Indonesia

harus melalui prosedur yang panjang sehingga membutuhkan dana dan biaya yang

besar. Indonesia hanya lebih baik dari India. India dinilai sebagai negara dengan

birokrasi terburuk dengan nilai 8,95, sedangkan Indonesia memperoleh nilai 8,20.

Sementara Singapura menjadi menjadi negara dengan birokrasi terbaik dengan

koefisiensi nilai 2,20, diikuti Hongkong dengan 3, 10 (Kompas, 2/7/2005).

Dalam buku yang berjudul Membongkar Budaya, Nugroho F. Yudho (2007

:193) dalam artikelnya yang berjudul Hentikan Tambal Sulam yang Tanpa Arah

mengambil salah satu contoh inefisiensi birokrasi di negara kita. Sebuah studi di

satu kabupaten di Sumatera Barat, ditemukan ada 385 jenis persyaratan yang

harus dipenuhi untuk mendapatkan 14 macam perizinan. Birokrasi perizinan dan

pungutan liar (pungli) yang menyebabkan pengiriman sebuah kontainer dari

Jakarta menuju Batam menghabiskan biaya Rp 10 juta. Padahal, jika kontainer itu

dikirim ke Jepan, biayanya hanya Rp 6 juta, atau ke Amerika Serikat, biayanya

hanya menelan Rp 9 juta.

Oleh sebab itu, langkah debirokratisasi merupakan suatu keniscayaan yang

harus dilaksanakan, atau tepatnya langkah yang harus diambil pemerintah adalah

melalui reformasi birokrasi. Hal ini tidak bisa ditunda lagi, dan pelaksanaannya

pada jajaran aparat pemerintahan hendaknya dijaga konsistensi, integritas, serta

komitmen untuk mendukung langkah reformasi birokrasi ini. Prosedur yang kaku

hendaknya dihapus sehingga suasana kerja akan mendukung berkembangnya

inovasi dan perubahan yang menuju peningkatan kualitas pelayanan. Perizinan

disederhanakan sampai ke tingkat yang benar-benar diperlukan.

Reformasi birokrasi meniscayakan kemampuan dan kecakapan warga

(18)

6

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistem tata kelola kepemerintahan dengan memberikan kontribusi positif yang

dapat berupa evaluasi kebijakan yang diambil pemerintah melalui saluran atau

wadah evaluasi serta aspirasi yang telah disediakan oleh pemerintah yang

merupakan syarat utama terciptanya reformasi birokrasi yang efektif dan efisien.

Seperti yang dipaparkan oleh Branson (1998 : 8) tentang kategori kecakapan

warga negara dalam National Standards of Civics and Goverment dan The Civic

Framework for 1998 National Assesment of Educational Progress (NAEP) dalam

Budimansyah dan Suryadi (2008: 58) membuat kategori mengenai kecakapan

warga negara diantaranya adalah identifying and describing; explaining and

analyzing; evaluating, taking and defending positions on public issues.

Melihat deskripsi kecakapan warga negara yang telah dijelaskan di atas,

maka posisi dan peran strategis warga negara dalam pengambilan keputusan,

khususnya dalam pembuatan kebijakan dalam program pelayanan kepada publik,

dalam hal ini merupakan kebutuhan publik secara langsung menjadi tanggung

jawab bersama antara warga negara dengan pemerintah yang mensyaratkan

terciptanya hubungan yang sinergis demi terciptanya kualitas pelayanan publik

yang diharapkan dalam reformasi birokrasi di negara kita.

Hal inilah yang tidak terdapat dalam sistem pelayanan publik di negara

kita. Masyarakat sebagai pengguna layanan publik dari beragam institusi

pemerintah hanyalah menjadi objek pasif dan menjadi subordinat dari kebijakan

dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah. Hal ini semakin diperkuat oleh

Budimansyah dan Suryadi (2008:59) mengenai kecakapan warga negara untuk

mampu memonitor (monitoring) dan juga memberikan evaluasi dan kritik

(evaluating) terhadap sistem politik dan pemerintahan, mengisyaratkan pada

kemampuan yang dibutuhkan warga negara untuk terlibat secara aktif dalam

proses politik dan pemerintahan. Monitoring juga berarti fungsi pengawasan atau

kembalinya hak public watchdog dari setiap warga negara. Akhirnya, kecakapan

partisipatoris dalam hal mempengaruhi, mengisyaratkan pada kemampuan

proses-proses politik dan pemerintahan, baik proses-proses formal maupun proses-proses informal yang

(19)

7

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaca dari masalah di atas, menurut Sedarmayanti (2009:68) pemerintah

seharusnya menggunakan political will untuk dijadikan tolok ukur meninjau

tingkat keseriusan dalam menjalankan reformasi birokrasi. Wacana lain adalah

pemberantasan korupsi, birokrasi pemerintahan yang lebih rentan dengan korupsi

yaitu inefisiensi penggunaan anggaran negara tidak tuntas dibenahi.

Pemberantasan korupsi harus menyentuh birokrat dan menyediakan instrumen

handal untuk mencegah korupsi. Pembenahan birokrasi tidak dapat

dikesampingkan dan sudah saatnya masyarakat dan pelaku ekonomi di Indonesia

turut berperan dalam mendorong reformasi birokrasi. Kebiasaan memberi agunan

berupa suap, uang rokok, dan lainnya telah mendorong kerusakan sistemik dan

memperparah kondisi patologi birokrasi yang sudah semakin kritis.

Melihat rentetan masalah yang menerpa tataran birokrasi dalam sektor

pelayanan publik, dipandang perlu untuk melakukan suatu pembaharuan dalam

bidang pelayanan umum. Salah satu pembaharuan dan inovasi yang dilakukan

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah pembentukan lembaga yang bertugas

melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan yang baik sehingga

dapat menunjang terwujudnya Provinsi Jawa Barat yang berkomitmen dan

berintegritas dalam melayani masyarakat secara optimal. Lembaga yang dimaksud adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT)

dengan dasar filosofis pembentukannya adalah penyederhanaan sistem perizinan,

perbaikan pelayanan publik, pemberantasan korupsi, serta untuk meningkatkan

iklim investasi yang baik.

Pembentukan lembaga tersebut searah dengan semangat reformasi

birokrasi di dalam tubuh institusi guna memperbaiki sistem pelayanan yang telah

berjalan berikut dengan berbagai macam kekurangan dan ketidakteraturan sistem

pelayanan yang sedemikian jauh dari harapan warga negara untuk mendapatkan

kualitas pelayanan yang tercermin dalam gagasan mengenai reformasi birokrasi

tersebut. Lembaga ini diharapkan mampu menjadi obat penawar patologi birokrasi

yang sudah akut di dalam institusi yang cenderung terkena penyakit inefisiensi

(20)

8

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pokok BPMPT ini merupakan akumulasi dari formulasi sistem pelayanan modern

yang berdasarkan pada kualitas pelayanan publik yang prima dan optimal.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat membentuk Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PPTSP) di bawah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPMPT) Provinsi Jawa Barat dengan tugasnya yaitu memberikan pelayanan

perizinan dan non-perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, yang

poros pengelolaannya dari mulai tahap permohonan sampai tahap penerbitan

dokumen, dilakukan secara terpadu dalam satu tempat.

Awalnya, PPTSP muncul karena adanya situasi dan kondisi dimana iklim

usaha dan investasi di Indonesia secara umum tidak kondusif. Disinyalir salah

satu penyebabnya adalah karena berbelitnya proses perizinan di daerah.

Persyaratan yang banyak, tumpang tindih serta menyangkut banyak instansi teknis

menyebabkan prosedur layanan menjadi tidak efesien. Dengan demikian banyak

daerah berinisiatif untuk melekukan reformasi birokrasi perizinan usaha dengan

membentuk PPTSP.

Untuk mengintegrasikan proses pelayanan ini, dibutuhkan sistem

informasi yang handal yang dapat membantu petugas dalam usaha memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat. Sistem informasi yang akan dibangun harus

dapat memenuhi prinsip Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang antara lain,

penyelenggaraan perizinan mulai dari tahap pemohonan sampai penerbitan

dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu tempat, ada pemilihan antara Front

Office dengan Back Office, pemohon hanya bertemu dengan petugas Front Office,

pemohon ke PPTSP hanya pada saat menyerahkan dan mengambil izin dan

pembayaran dilakukan lewat kasir khusus atau loket Bank serta memperhatikan

hal-hal mengelolaan PPTSP dilakukan dengan menggunakan sistem informasi

terpadu yang dapat diakses oleh masyarakat luas dan usaha, selain itu juga sistem

informasi dapat diakses oleh seluruh unit-unit kerja pemerintah daerah.

Terbitnya Permendagri No. 24 Tahun 2006 (tanggal 6 Juli 2006) tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) semakin

(21)

9

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal yang ingin dicapai Permendagri ini pada dasarnya ada dua: pertama,

memperluas akses publik terhadap pelayanan perijinan yang berkualitas. Kedua,

mendorong peningkatan investasi, dengan menyederhanakan proses-proses

perijinan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas reformasi birokrasi dalam

konteks Civic Skill sebagai upaya mewujudkan Good Governance”.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat ditarik paradigma

penelitian sebagai berikut.

1. Lembaga pelayanan publik BPMPT Provinsi Jawa Barat sudah

melaksanakan program kerja sesuai dengan nilai-nilai kejujuran,

kedisiplinan, dan tanggung jawab dilihat dari tingkat partisipasi warga

negara dalam melakukan perizinan di lembaga tersebut.

2. Partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan merupakan faktor

penting sebagai indikator keberhasilan reformasi birokrasi dalam lembaga

pelayanan publik.

3. Efektifitas reformasi birokrasi didukung oleh peningkatan kualitas

kecakapan partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan dapat

dijadikan sebagai muatan materi PKn di SMA khususnya yang berkaitan

dengan keterampilan berpartisipasi warga negara, serta dapat dijadikan

pembahasan dalam mata kuliah Analisis kebijakan publik di LPTK,

khususnya pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang terdapat dalam latar belakang di atas, penulis

mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan fokus penelitian yaitu prosedur

pelayanan dari sisi kemudahan dan kesederhanaan alur pelayanan perizinan,

kemudian persepsi masyarakat sebagai pengguna layanan perizinan di BPMPT

Provinsi Jawa Barat, serta evaluasi dan pengawasan kinerja BPMPT dalam

(22)

10

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fokus penelitian dalam hal prosedur pelayanan yang diselenggarakan oleh

BPMPT Provinsi Jawa Barat menggunakan standar acuan program reformasi

birokrasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun oleh lembaga yang

bersangkutan. Masyarakat sebagai pengguna layanan BPMPT perlu melihat dan

memahami proses pelayanan yang dilakukan, sehingga masyarakat bukan hanya

menjadi objek pengguna layanan, akan tetapi bertransformasi menjadi subjek

pengguna layanan yang dapat menggunakan haknya sebagai warga negara yang

dapat berkontribusi melalui evaluasi dan saran yang konstruktif terhadap

perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dari identifikasi masalah di atas maka

penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat

seiring reformasi birokrasi untuk menciptakan hubungan sinergis dengan

masyarakat sebagai pengguna layanan dalam mengembangkan kecakapan

warga negara (Civic Skill) ?

2. Bagaimana peran dan kontribusi masyarakat dalam kaitannya

menggunakan hak dan tanggung jawab dari kecakapan warga negara

(Civic Skill) sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan

kualitas pelayanan sebagai upaya mewujudkan Good Governance?

3. Bagaimana evaluasi dan inovasi yang diterapkan oleh BPMPT Provinsi

Jawa Barat dalam memberikan berbagai pelayanan perizinan dengan

memperkuat peran strategis dalam mengembangkan kecakapan warga

negara (Civic Skill) sehingga mampu menciptakan pelayanan prima untuk

mencapai derajat good governance ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan BPMPT Provinsi Jawa Barat

seiring reformasi birokrasi dalam mencipakan hubungan sinergis

dengan masyarakat pengguna layanan untuk menyelenggarakan

(23)

11

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui peran dan kontribusi masyarakat dalam

menggunakan hak dan tanggung jawab dari kecakapan warga negara

(Civic Skill) sebagai pengguna layanan BPMPT dalam

mengembangkan kualitas pelayanan sebagai upaya mewujudkan Good

Governance.

3. Untuk mengetahui evaluasi dan inovasi yang diterapkan oleh BPMPT

Provinsi Jawa Barat dalam memberikan berbagai pelayanan perizinan

dengan memperkuat peran strategis warga negara sehingga mampu

menciptakan pelayanan prima untuk mencapai derajat good

governance.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritisnya adalah :

1. Untuk mengembangkan teori-teori tentang tata kepemerintahan yang baik

(good governance) khususnya bagi perkembangan khazanah keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan dengan fokus kebijakan publik dan

pengambilan keputusan politik serta strategis dalam menganalisis

hubungan antara warga negara dengan lembaga pemerintahan mengenai

efektivitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh BPMPT Provinsi

Jawa Barat dengan semangat reformasi birokrasi.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti : Diharapkan untuk dapat mengembangkan wawasan dan

keilmuan PKn khususnya dalam konteks kebijakan publik yang

menganalisis hubungan warga negara dengan lembaga pemerintahan

2. Bagi pendidik dan praktisi Pendidikan Kewarganegaraan : Diharapkan

dapat menjadi referensi aktual dalam displin keilmuan PKn, khususnya

pembahasan tentang tata kelola pemerintahan yang baik dengan

(24)

12

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan kompetensi dan kecakapan intelektual dan partisipatoris

secara aktif dan kontributif serta mempertanggungjawabkannya dengan

baik.

3. Bagi institusi pemerintahan : Diharapkan dapat menjadi referensi terkait

dalam proses evaluasi pengambilan kebijakan khususnya yang terkait

dengan sistem pelayanan publik bagi masyarakat, dengan demikian dapat

mempercepat terwujudnya good gevernance.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari

latar belakang penelitian, Identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi dari tesis. Latar belakang

membahas mengenai alasan mengapa masalah dalam tesis ini perlu diteliti,

pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan pendekatan mengatasi masalah

tersebut baik secara teoritis maupun secara empiris. Identifikasi dan perumusan

masalah berisi rumusan dan analisis masalah berdasarkan pemaparan pada latar

belakang penelitian. Sedangkan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin

dicapai setelah penelitian dilakukan dan berhubungan dengan perumusan masalah

yang telah dipaparkan.

Manfaat penelitian merupakan manfaat yang ingin diperoleh setelah

penelitian dilakukan. Struktur organisasi tesis menjelaskan tentang urutan

penulisan dari setiap bab dan bagian dalam bab. Bab II terdiri dari kajian pustaka

dan penelitian terdahulu. Kajian pustaka dalam tesis ini secara garis besar terdiri

dari teori tentang efektifitas kinerja, ukuran dan kriteria dari efektifitas dan

relevansinya dengan peningkatan mutu dan kualitas yang dihasilkan, teori tentang

reformasi birokrasi serta aplikasinya di dalam pengembangan organisasi

khususnya organisasi pemerintah, teori tentang kecakapan warga negara (Civic

(25)

13

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekaligus perbaikan sistem pengelolaan administrasi pelayanan publik yang

dilakukan oleh lembaga pemerintah. Penelitian terdahulu merupakan kesimpulan

dari hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kajian yang relevan dengan

permasalahan yang diangkat dalam tesis. Bab III yaitu metode penelitian, pada

bab ini terdiri dari kajian tentang sumber data, instrumen penelitian, tahapan

penelitian dan teknik analisis data.. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket

yang digunakan untuk mengumulkan data serta peneliti itu sendiri. Tahapan

penelitian menjelaskan mengenai prosedur yang ditempuh oleh peneliti dalam

proses penelitian dari mulai mengumpulkan data sampai dengan penarikan

kesimpulan. Teknis analisis data berisi hal-hal yang dilakukan oleh peneliti untuk

menganalisis data yang terkumpul sebelum data ini disajikan.

Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan

pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan

masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Pengolahan data

dalam penelitian ini dilakukan melalui metode kombinasi (mix methods) yang

memberikan penjelasan dan pemamparan secara lebih komprhensif dan holistik

dengan pendekatan secara kuantitatif dilanjutkan dengan pengolahan data secara

kualitatif. Bagian pembahasan berisi diskusi tentang temuan tersebut yang

dikaitkan dengan teori-teori pada bab dua. Pembahasan ini merupakan refleksi

terhadap teori yang dikembangkan oleh peneliti atau penelitian sebelumnya.

Bab V adalah kesimpulan dan saran/rekomendasi. Pada bab ini disajikan

kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan berhubungan

dengan rumusan masalah pada bab satu, dimana kesimpulan ini berisi jawaban

dari rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi dari peneliti yang ditujukkan

kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan

(26)

61

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Suatu penelitian ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila

menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode penelitian

merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan pada data

yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Metode penelitian sangat dibutuhkan karena akan memperjelas langkah atau

cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai dengan arahan

tujuan dari penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif karena

untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan

sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih

mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif menurut Burhan Bungin adalah :

“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Penelitian deskriftif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkanyang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian.” ( Bungin, 2001:124)

Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti beranggapan bahwa penelitian

yang dilakukan merupakan penelitian yang ditunjukan untuk memecahkan masalah

pada waktu penelitian atau pada masa sekarang yang aktual, sehingga penelitian

deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu

(27)

62

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penyusunan penelitian ini, Pendekatan yang dugunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Definisi dari penelitian kualitatif adalah

sebagai berikut :

“Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif”.((Nasution, 1996: 5)

Melihat penjelasan diatas, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif,

karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut

Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah :

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.(Sugiyono, 2005:1).

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu

data yang mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak

menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode suatu penelitian

memiliki tujuan tersendiri diantaranya untuk memperoleh segala macam fenomena

atau temuan yang selanjutnya ditelaah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dari

penelitian yang dilakukan. Keberhasilan suatu penelitian salah satunya oleh metode

penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian sebelumnya.

Hal ini diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

(28)

63

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunakan metode deskriftif penulis dapat mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat secara stuasi tertentu, termasuk hubungan

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang berlangsung

dan pengaruhnya dari suatu fenomena.

Sementara itu, penelitian kualitatif oleh Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa: “Prosedur penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang dapa diamati”. (dalam Lexy J. Moleong, 2008:4)

Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Moleong yakni:

“Penelitian kualitatif berakar pada penelitian alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,rancangan penelitianya bersifat sementara dan hasil penelitianya disepakati dan dirundingkan bersama oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian”.( Lexy J. Moleong, 2008:5)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang bersifat terbuka dan mendalam untuk

memperoleh data-data yang diperlukan baik secara lisan maupun tulisan dari perilaku

manusia untuk dideskripsikan, diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan data yang

diperoleh sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti,

karena peneliti terjun langsung kelapangan untuk mencari informasi melalui

observasi ataupun wawancara. Hal ini seperti dikemukakan oleh Moleong bahwa: “Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama”. (Lexy J. Moleong, 2008:9)

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

(29)

64

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi”. (Sugiyono, 2009:15)

Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulannya, yaitu penulis

mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur sehingga dapat

menyelami dan memahami makna interaksi antar manusia secara mendalam dengan

dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

mengandalkan analisis data, secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada

usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif lebih mementingkan proses

daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk

memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil

penelitiannya disepekati oleh kedua belah pihak antar peneliti dan subjek penelitian.

(Moleong, 1996:27)

Adapun tujuan dari penelitian kualitatif ini untuk memahami

fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Dimana partisipan adalah

orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data,

pendapat, pemikiran dan persepsinya.

Penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila

dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Sugiyono menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif dilakukan ketika:

1. Bila masalah penelitian masih belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.

2. Untuk memahami makna di balik data yang tampak. 3. Untuk memahami interaksi sosial.

4. Untuk memahami perasaan orang. 5. Untuk mengembangkan teori 6. Untuk memastikan kebenaran data.

7. Meneliti sejarah perkembangan. (Sugiyono, 2008:35)

Mengacu pada pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa

penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis

(30)

65

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam dalam rangka mewujudkan

beberapa kepentingan penulis dalam melakukan penelitian.

Selain itu, penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif

memiliki banyak kelebihan, seperti halnya yang diungkapkan oleh bahwa penelitian

kualitatif memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.

2. Mampu menciptakan raport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial

yang akan diteliti. Menciptakan raport berarti mampu menciptakan hubungan

yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.

3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek

(penelitian situasi sosial).

4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara

mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain.

5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai

dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya.

6. Mampu menguji kredibilitas, dependabiltas, konfirmabilitas, dantranferabilitas

hasil penelitian.

7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkontruksi

fenomena,hipotesis atau ilmu baru.

8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci,

9. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untukdimuat

kedalam jurnal ilmiah, dan

10.Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

(Sugiyono, 2008: 41)

Sesuai dengan pendapat diatas bahwa kompetensi yang dihasilkan melalui

penelitian kualitatif dapat menciptakan suatu hal yang baru dalam berbagai hal

terutama wawasan yang luas yang akan didapat oleh peneliti di lapangan. Dengan

penelitian kualitatif maka apa yang dicari untuk melengkapi dan menyelesaikan

(31)

66

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atau temuannya. Supaya data yang diperoleh akurat dan valid,

maka penulis bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun

langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah

(natural setting).

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber

kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan

menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi tentang

teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan

duplikasi.

2 Studi Lapangan (Field Research)

Peninjauan yang dilakukan langsung pada BPMPT Provinsi Jawa Barat yang

menjadi objek penelitian dengan tujuan yakni, mencari bahan-bahan sebenarnya,

bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu penulis

juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:

a) Observasi (Observation)

Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan instansi atau

lembaga dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.

Observasi dilakukan penulis terhadap prosedur penyelenggaraan sistem pelayanan

perizinan dalam menciptakan, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik di

BPMPT Provinsi Jawa Barat.

(32)

67

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses ingatan dan pengamatan‟.

(Sugiyono, 2008:203)

Merujuk pada pendapat di atas, melalui observasi, penulis mempunyai

kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat

sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan

pada konteks data dalam keseluruhan situasi.

b) Wawancara (Interview)

Yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan

pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Penulis

melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada

pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dalam menciptakan efektivitas

pelayanan publik di BPMPT Provinsi Jawa Barat.

Nasution menjelaskan bahwa „tujuan dari wawancara adalah untuk

mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana

pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melaui observasi‟. (Nasution, 2002: 73)

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapatnya Susan Stainback yang mengemukakan bahwa dengan „wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengekspresikan situasi dan fenomena

yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat dikemukakan/ditemukan melalui observasi‟.

(Sugiyono, 2008: 318)

Pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan

pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Penulis

melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada

pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dalam menciptakan efektivitas

pelayanan publik di Provinsi Jawa Barat.

Untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh dengan menggunakan

(33)

68

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kredibilitas atau memeriksa derajat

kepercayaan, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjangan

keikutsertaan peneliti di lapangan akan mengurangi kemencengan (bias) suatu data

karena dengan waktu yang lebih lama di lapangan peneliti akan mengetahui keadaan

secara lebih mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data baik yang disebabkan

oleh diri peneliti itu sendiri atau pun oleh sebab subjek penelitian.

b. Pengamatan Secara Seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk

memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan

membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat

yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber

lainnya dengan pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data

yang dikumpulkan.

Sementara itu, ada juga pendapat lain yang mendefinisikan triangulasi sebagai berikut: “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu” ( Sugiyono,

2007:125)

Adapun untuk menguji kredibilitas data, maka dalam pengolahan data penulis

menggunakan metode triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi Sumber, Patton mengungkapkan bahwa: “Triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

(34)

69

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

Pegawai BPMPT

Masyarakat pemohon Perusahaan pemohon

Perizinan perizinan

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015

2. Triangulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam

melakukan triangulasi teknik ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek

dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik

Wawancara

Dokumentasi Observasi

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015

3. Triangulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dengan

melakukan triangulasi waktu ini maka kita akan mengetahui hasil-hasil

wawancara yang dilakukan terhadap narasumber pada waktu yang berbeda-beda,

sehingga akan memperoleh perbandingan data yang diperoleh dari berbagai

waktu yang kita lakukan selama penelitian.

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu

Bulan ke-I

Bulan ke-II Bulan ke-III

(35)

70

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mendiskusikan dengan Orang Lain (peer debriering)

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi dengan

orang lain untuk bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut dilakukan guna

mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah yang sedang diteliti. Selain itu,

dengan melakukan diskusi peneliti dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan

data.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi

yangdibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang cukup. Selain

itu, peneliti pun menggunakan alat perekam untuk wawancara agar dapat

mempertahankan keaslian data. Mengupayakan referensi yang cukup adalah

menyediakan semaksimal mungkin sumber data seperti: buku, jurnal, majalah, surat

kabar, media elektronik serta realitas lapangan seperti catatan lapangan.

6. Melakukan Member Check

Member chek dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data yang dilakukan

setiap akhir kegiatan wawancara. Pada akhir wawancara peneliti mengulangi garis

besar data berdasarkan catatan peneliti dengan maksud agar sumber data atau subjek

penelitian memperbaikinya apabila ada kekeliruan atau menambahnya kembali

apabila masih kurang. Melalui member check ini diharapkan informasi yang diperoleh

dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksudkan sumber

data.

D. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisa data deskriptif kualitatif untuk mendukung dan memperkuat analisa data

statistika deskriptif yang telah dijelaskan. Penelitian kualitatif menurut Bagong

Suyanto dalam bukunya “Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan”

dapat diartikan sebagai berikut:

(36)

71

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data”.( Suyanto, 2005:183)

Penelitian kualitatif ini merupakan penyelidikan dalam mendekati suatu

suasana tanpa menggunakan hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya,

karena muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar dalam data. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dengan bukunya “Memahami Penelitian Kualitatif”, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisia dengan

bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat

disimpulkan.

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan

dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi.

3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang

diverifikasi dengan melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau

kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman

yang lebih cepat. (Sugiyono, 2007:92-99)

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak

karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti

berada di lapangan.

E. Definisi Operasional

Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat diambil definisi operasional

sebagai berikut :

1. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar

(37)

72

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

efektif organisasi, program atau kegiatan. (Mahmudi, 2005:92)

2. Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja

melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.

(Sedarmayanti, 2009 : 71)

3. Civic Skill adalah kecakapan kewarganegaraan yang diperlukan untuk menjadi

warga negara yang seutuhnya dengan memiliki kecakapan intelektual dan

kecakapan partisipatoris ( Budimansyah dan Suryadi, 2008:58)

4. Good Governance (tata kepemerintahan yang baik) adalah sistem yang

memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan negara

yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang produktif dan

kosntruktif di antara pemerintah sebaai pembuat kebijakan, sektor swasta, dan

Gambar

Gambar 2.1    Hubungan Tiga Domain dalam Good Governance ...................... 55
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan cara pembelajaran sepakbola disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Dalam olahraga atlet tidak hanya belajar untuk mengetahui aspek-aspek

Pengkajian ini bertujuan untuk merancang metode formulasi ransum menggunakan fungsi SOLVER agar PPL dan peternak mampu secara mandiri memformulasikan ransum sapi

Dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap

Ketentuan untuk memperoleh ijin lahan dan membuka lahan perkebunan serta pembebasan lahan negara adalah Adanya perjanjian utang piutang yang dibuat dengan

Dari hasil analisa minat wirausaha terdapat empat variabel dengan nilai rata-rata tertinggi yang terkait dengan faktor pribadi, yaitu Ingin suatu hari nanti membuka usaha

LABORATORIUM TOKSIKOLOGI LAB FOR PORLI /BPOM Data Analisis (Interpretasi) Kasus Orang Mati. Surat Keterangan

Lahan merupakan salah satu sumber daya alam penting yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup baik hewan, tumbuhan dan manusia untuk berpijak, sebagai tempat hidup

Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar kajian dalam menentukan luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada lokasi penelitian dengan membandingkan