RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS
KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL) SEBAGAI UPAYA
MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
(Studi Kasus pada Lembaga Pelayanan Publik Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat)
TESIS
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh:
RONNI JUWANDI
1302481
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE
(Studi Kasus pada Lembaga Pelayanan Publik Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
(BPMPT) Provinsi Jawa Barat)
Oleh Ronni Juwandi S.Pd. UPI Bandung, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Ronni Juwandi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i ABSTRAK
RONNI JUWANDI (1302481) EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS CIVIC SKILLS SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN
GOOD GOVERNANCE
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan satu dari sekian banyak agenda besar reformasi birokrasi yang mengamanatkan kepada pemerintah bahwa salah satu tujuan besar dari adanya reformasi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang salah satunya dilakukan oleh lembaga birokrasi. Saat ini tingkat partisipasi dan kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintah khususnya lembaga pelayanan publik dapat dikatakan stagnan kalau tidak mau dikatakan mengalami dekadensi sebagai bentuk krisis kepercayaan kepada pemerintah. Padahal, dalam kenyataan sekarang ini, daya dukung dan tingkat partisipasi masyarakat sangat diperlukan sebagai indikator keberhasilan reformasi birokrasi yang menjadi tujuan utama perubahan sistem pelayanan publik saat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat efektifitas dan efisiensi pelayanan publik dalam hal reformasi birokrasi yang saat ini sedang menjadi program besar pemerintah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektifitas dan reformasi birokrasi dari David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang berjudul Reinventing Goverment, serta tinjauan mengenai Civic Skills mencakup keterampilan partisipasi warga negara, dan juga konsepsi tentang good governance. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analitis dengan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data berupa wawancara terstruktur sederhana untuk mengetahui tingkat kepuasan dari masyarakat sebagai pengguna layanan dari BPMPT, wawancara tidak terstruktur, dan juga observasi lapangan.
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii ABSTRACT
RONNI JUWANDI (1302481) THE EFFECTIVENESS OF THE BUREAUCRATIC REFORM IN THE CONTEXT OF CIVIC SKILLS IN AN EFFORT TO REALIZE GOOD GOVERNANCE
Public participation is indispensable in increasing the quality of public services is one of the many large bureaucratic reform agenda which mandates to Governments that one of the major objectives of the reform is the improvement and enhancement of the quality of public services, one of which was conducted by the agency bureaucracy. Currently, level of participation and the trust of the community to the government agencies especially public service institutions can be said to stagnate if it does not want to be said to experience the decadence as a form of confidence to the government. Whereas, in reality right now, power support and level of public participation is indispensable as an indicator of the success of the reform of the bureaucracy which becomes the main purpose of the change of the system of public service at this time.
This research aims to look at how the level of effectiveness and efficiency of public services in terms of the reform of the bureaucracy which is currently becoming a big government program. The theory used in this research is the effectiveness and reform of the bureaucracy from David Osborne and Ted Gaebler in his book entitled Reinventing Government, as well as views about civic Skills covers the skills of participation of citizens, and also the conceptions about good governance. The methods used in this study is the method of The method used in this research is a case study method with qualitative approach through data collection techniques in the form of a simple structured interviews to find out the level of satisfaction of the public service as a user of BPMPT, unstructured interviews, and also the observation field.
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
1. Manfaat Teoritis ... 11
2. Manfaat Praktis ... 11
E. Struktur Organisasi Tesis ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas ... 13
1. Pengertian Efektifitas ... 13
2. Ukuran Efektifitas ... 18
B. Reformasi Birokrasi ... 21
1. Tinjauan Umum Birokrasi ... 21
2. Birokrasi Webberian ... 31
3. Birokrasi Osborne ... 34
a. Reinventing Goverment ... 34
b. Banishing Bureaucracy ... 36
C. Civic Skills ... 38
1. Tinjauan Umum Civic Skills ... 38
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
3. Isi Civic Skills dalam PKn ... ... 44
D. Good Governance (Tata Kepemerintahan yang Baik) ... 50
1. Tinjauan Umum Good Governance ... 50
2. Komponen dan Unsur –unsur dalam Good Governance ... 53
3. Prinsip-Prinsip Good Governance ... 56
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 61
B. Instrumen Penelitian ... 66
C. Teknik Pengumpulan Data ... 66
D. Teknik Analisa Data ... 70
E. Definisi Operasional ... . 71
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat ... 73
1. Sejarah Perkembangan BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 73
2. Visi dan Misi BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 75
3. Tugas Pokok dan Fungsi Serta Prinsip Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 76
4. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 79
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 91
C. Analisis Hasil Penelitian ... 98
D. Temuan Hasil Penelitian ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 127
B. Rekomendasi ... 131
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kecakapan Warga Negara ... 44
Tabel 2.2 Indikator Civic Skills Menurut Mary Kirlin ... 46
Tabel 2.2 Cakupan Civic Skills ... 48
Tabel 4.1 Fungsi Lembaga PPT dan OPD Teknis ... 74
Tabel 4.2 Triangulasi Hasil Penelitian tentang Upaya BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 101
Tabel 4.3 Triangulasi perbandingan hasil penelitian tentang peran dan kontribusi masyarakat sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan kualitas pelayanan ... 111
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Tiga Domain dalam Good Governance ... 55
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ... 69
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik ... 69
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu ... 69
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 79
Gambar 4.2 Prosedur Umum Perizinan ... 89
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pascaperubahan sistem dan struktur pemerintahan dalam pelaksanaan
reformasi yang dilakukan dalam sistem pemerintahan Indonesia, merupakan
sebuah langkah nyata dalam upaya meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia
ke arah yang lebih baik. Upaya reformasi diwujudkan ke dalam aspek-aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan perubahan struktur mekanisme
organisasi yang diharapkan membantu mencapai tujuan bangsa ini melalui
reformasi dalam segala aspek pemerintahan.
Reformasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, yang tadinya sangat terbatas oleh pengaruh kekuasaan yang
terlalu membatasi ruang gerak masyarakat Indonesia. Selain itu, reformasi telah
mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih leluasa dalam mengembangkan
potensi dan sumber daya yang dimiliki melalui pemberdayaan pemerintah daerah
dengan legitimasi yang lebih terstruktur guna melakukan perbaikan demi
mewujudkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Reformasi juga telah mendorong adanya perubahan dalam hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah, yang tadinya bersifat sentralisasi atau terpusat
sekarang berubah. Hubungan itu menjadi desentralisasi atau kesempatan untuk
mengelola daerah dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah
dalam mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam lebih
optimal dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini diperkuat
dengan dasar hukum yakni Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU RI No. 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah.
Desentralisasi telah melahirkan adanya otonomi daerah. Dengan lahirnya
otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dan legalitas untuk
2
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berlandaskan pada karakter dan sumber daya daerah masing-masing. Peran
pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan iklim pemerintahan daerah
yang lebih maju dan mampu menghasilkan pembangunan yang merata, luas dan
bertanggung jawab.
Keadaan Bangsa Indonesia sekarang ini mengalami keterpurukan di berbagai
bidang sehingga terjadi krisis yang berkepanjangan. Krisis yang berkepanjangan
ini menuntut pemerintah dan rakyatnya untuk dapat bersama-sama mengatasinya.
Pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan penyelenggaraan negara.
Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur kehidupan rakyat sehingga
tercipta kemakmuran dan kesejahteraan.
Keberadaan daerah pada era otonomi daerah terbagi atas wilayah provinsi,
kabupaten atau kota dan desa. Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam
tercapainya pembangunan di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah sekarang ini,
daerah mempunyai kebebasan untuk menentukan arah pembangunannya sendiri.
Peningkatan kualitas aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas sangat
dibutuhkan sehingga mampu berkompetisi dengan sektor swasta melalui
peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang efektif dan efisien sebagaimana
yang diharapkan oleh masyarakat.
Otonomi daerah berorentasi pada perwujudan kemandirian daerah, efisiensi
dan efektivitas dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan termasuk fungsi
pelayanan publik. Dalam era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi
salah satu fokus perhatian dalam upaya peningkatan kinerja pemerintah daerah.
Semangat desentralisasi menghendaki pemberian pelayanan terbaik kepada publik
lebih berorentasi pada kebutuhan masyarakat, sehingga secara otomatis berbagai
fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat atau publik.
Sebagai abdi masyarakat, pemerintah berkewajiban memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat. Desentralisasi yang bergulir sejak tahun
1999 dengan dilandasi pertama kali oleh UU RI No. 22 tahun 1999 tentang
3
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan berbagai perubahan demi terciptanya perbaikan pelayanan publik,
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan efektifitas
dalam penyelenggaraan pemerintah. Di dalam pemerintahan Provinsi Jawa Barat
sendiri desentralisasi telah menumbuhkan komitmen kuat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan iklim usaha dan peningkatan
efektifitas kinerja pemerintahan dalam memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Hal ini termasuk pula dalam tataran birokrasi yang ada dalam
prosedur pelayanan publik untuk menciptakan pemerintahan yang prima, sehingga
benar-benar menciptakan suatu good governance atau tata kelola pemerintahan
yang baik dan sangat diharapkan perwujudannya oleh bangsa ini.
Begitu banyak jenis-jenis pelayanan umum yang menyangkut segala
aspek-aspek kehidupan yang diselenggarakan oleh pemerintah sehingga semua
orang mau tidak mau harus menerima bahwa intervensi birokrasi melalui
pelayanan umum itu absah adanya. Ketentuan bahwa birokrasi mempunyai tugas
yang harus diemban untuk melayani masyarakat menjadi terbalik sehingga bukan
lagi birokrasi yang melayani masyarakat akan tetapi justru masyarakat yang
melayani birokrasi. Sistem pelayanan umum kepada masyarakat cenderung terlalu
kaku dan lamban dalam prosedur pelayanannya. Para aparat birokrasi (birokrat)
tidak lagi merasa terpanggil untuk meningkatkan efisiensi dan memperbaiki
prosedur kerja tetapi justru lebih sering menolak adanya perubahan.
Etos kerja yang bertendensi mempertahankan status quo dalam sistem
kerja birokrasi, nampaknya telah menimbulkan persepsi yang masif di kalangan
masyarakat bahwa birokrasi identik dengan berbagai prosedur yang berbelit-belit,
memakan waktu yang lama, dan sikap petugas dalam pelayanan yang terkesan
“kurang ramah” terhadap masyarakat. Yang lebih parah prosedur yang tidak
berbelit -belit itu acapkali ditunggangi oleh kepentingan sebagian orang dan
pribadi dan pada akhirnya dijadikan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan
pada akhirnya jauh dari apa yang diharapkan sebagai abdi masyarakat yang
melayani dengan komitmen dan integritas yang profesional.
4
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kurang baiknya cara pelayanan di tingkat bawah. Ternyata masih banyak faktor
yang mempengaruhi begitu buruknya tata kerja dalam birokrasi. Sikap pandang
organisasi birokrasi pemerintah kita, misalnya, terlalu berorientasi pada kegiatan
(activity), dan pertanggungjawaban formal (formal accountability). Penekanan
kepada hasil (product) atau kualitas layanan (service quality) sangatlah kurang,
sehingga lambat laun pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi menjadi kurang
menantang dan kurang menggairahkan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh oleh Hidayat dan Sucherly dalam
Kumorotomo (2009; 159) semakin memperkuat dugaan ini. Dengan berpihak
pada teori Maslow tentang tingkatan-tingkatan kebutuhan manusia, yang diberi
skala 1 sampai 12, mereka mendapatkan bahwa di kalangan pegawai negeri
Indonesia “kebutuhan akan rasa aman” memperoleh skor tertinggi (8,31).
Kemudian berturut-turut peringkat selanjutnya adalah kebutuhan sosial (6,77),
kebutuhan dasar/ fisiologis (6,34), kebutuhan aktualisasi diri (4,92), dan terakhir
kebutuha akan harga diri (4,84). Ini menunjukkan bahwa pada umumnya pegawai
negeri mempunyai rasa cemas yang tinggi terhadap kegagalan dan “ingin merasa
aman” dalam pekerjaannya. Perasaan takut gagal yang berlebihan pada akhirnya
membuat para pegawai takut mengambil resiko, takut bertindak, dan tidak berani
melakukan perubahan-perubahan yang sesungguhnya diperlukan bagi perbaikan
organisasi atau institusi. Anggapan yang melekat dalam benak para pegawai
negeri sampai saat ini masih hinggap adalah bagus atau tidak pekerjaan/tugas
yang mereka kerjakan, tidak akan mempengaruhi pendapatan mereka.
Kecenderungan lain yang melekat di dalam birokrasi adalah kurang
diperhatikannya asas keterjangkauan dan pemerataan dalam pelayanan. Secara
normatif birokrasi seharusnya memihak kepada golongan miskin atau
kelompok-kelompok pinggiran karena merekalah yang perlu dibantu untuk ikut menikmati
hasil-hasil pembangunan. Pelayanan yang mudah dan murah merupakan hal yang
esensial bagi mereka karena ditilik dari kondisi ekonomis mereka tidak mungkin
mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial yang mahal. Sangat disayangkan
5
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cenderung menghindari kelompok miskin karena mereka tidak ingin kehilangan
klientel-klientel atau konco-konco yang telah menguntungkan atau bahkan
memperkuat posisi mereka dalam tataran birokrasi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Political and Economic Risk
Consultacy (PERC) menunjukkan Indonesia sebagai negara kedua terburuk dalam
hal birokrasi berinvestasi. Hasil survey menunjukkan, berinvestasi di Indonesia
harus melalui prosedur yang panjang sehingga membutuhkan dana dan biaya yang
besar. Indonesia hanya lebih baik dari India. India dinilai sebagai negara dengan
birokrasi terburuk dengan nilai 8,95, sedangkan Indonesia memperoleh nilai 8,20.
Sementara Singapura menjadi menjadi negara dengan birokrasi terbaik dengan
koefisiensi nilai 2,20, diikuti Hongkong dengan 3, 10 (Kompas, 2/7/2005).
Dalam buku yang berjudul Membongkar Budaya, Nugroho F. Yudho (2007
:193) dalam artikelnya yang berjudul Hentikan Tambal Sulam yang Tanpa Arah
mengambil salah satu contoh inefisiensi birokrasi di negara kita. Sebuah studi di
satu kabupaten di Sumatera Barat, ditemukan ada 385 jenis persyaratan yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan 14 macam perizinan. Birokrasi perizinan dan
pungutan liar (pungli) yang menyebabkan pengiriman sebuah kontainer dari
Jakarta menuju Batam menghabiskan biaya Rp 10 juta. Padahal, jika kontainer itu
dikirim ke Jepan, biayanya hanya Rp 6 juta, atau ke Amerika Serikat, biayanya
hanya menelan Rp 9 juta.
Oleh sebab itu, langkah debirokratisasi merupakan suatu keniscayaan yang
harus dilaksanakan, atau tepatnya langkah yang harus diambil pemerintah adalah
melalui reformasi birokrasi. Hal ini tidak bisa ditunda lagi, dan pelaksanaannya
pada jajaran aparat pemerintahan hendaknya dijaga konsistensi, integritas, serta
komitmen untuk mendukung langkah reformasi birokrasi ini. Prosedur yang kaku
hendaknya dihapus sehingga suasana kerja akan mendukung berkembangnya
inovasi dan perubahan yang menuju peningkatan kualitas pelayanan. Perizinan
disederhanakan sampai ke tingkat yang benar-benar diperlukan.
Reformasi birokrasi meniscayakan kemampuan dan kecakapan warga
6
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sistem tata kelola kepemerintahan dengan memberikan kontribusi positif yang
dapat berupa evaluasi kebijakan yang diambil pemerintah melalui saluran atau
wadah evaluasi serta aspirasi yang telah disediakan oleh pemerintah yang
merupakan syarat utama terciptanya reformasi birokrasi yang efektif dan efisien.
Seperti yang dipaparkan oleh Branson (1998 : 8) tentang kategori kecakapan
warga negara dalam National Standards of Civics and Goverment dan The Civic
Framework for 1998 National Assesment of Educational Progress (NAEP) dalam
Budimansyah dan Suryadi (2008: 58) membuat kategori mengenai kecakapan
warga negara diantaranya adalah identifying and describing; explaining and
analyzing; evaluating, taking and defending positions on public issues.
Melihat deskripsi kecakapan warga negara yang telah dijelaskan di atas,
maka posisi dan peran strategis warga negara dalam pengambilan keputusan,
khususnya dalam pembuatan kebijakan dalam program pelayanan kepada publik,
dalam hal ini merupakan kebutuhan publik secara langsung menjadi tanggung
jawab bersama antara warga negara dengan pemerintah yang mensyaratkan
terciptanya hubungan yang sinergis demi terciptanya kualitas pelayanan publik
yang diharapkan dalam reformasi birokrasi di negara kita.
Hal inilah yang tidak terdapat dalam sistem pelayanan publik di negara
kita. Masyarakat sebagai pengguna layanan publik dari beragam institusi
pemerintah hanyalah menjadi objek pasif dan menjadi subordinat dari kebijakan
dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah. Hal ini semakin diperkuat oleh
Budimansyah dan Suryadi (2008:59) mengenai kecakapan warga negara untuk
mampu memonitor (monitoring) dan juga memberikan evaluasi dan kritik
(evaluating) terhadap sistem politik dan pemerintahan, mengisyaratkan pada
kemampuan yang dibutuhkan warga negara untuk terlibat secara aktif dalam
proses politik dan pemerintahan. Monitoring juga berarti fungsi pengawasan atau
kembalinya hak public watchdog dari setiap warga negara. Akhirnya, kecakapan
partisipatoris dalam hal mempengaruhi, mengisyaratkan pada kemampuan
proses-proses politik dan pemerintahan, baik proses-proses formal maupun proses-proses informal yang
7
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berkaca dari masalah di atas, menurut Sedarmayanti (2009:68) pemerintah
seharusnya menggunakan political will untuk dijadikan tolok ukur meninjau
tingkat keseriusan dalam menjalankan reformasi birokrasi. Wacana lain adalah
pemberantasan korupsi, birokrasi pemerintahan yang lebih rentan dengan korupsi
yaitu inefisiensi penggunaan anggaran negara tidak tuntas dibenahi.
Pemberantasan korupsi harus menyentuh birokrat dan menyediakan instrumen
handal untuk mencegah korupsi. Pembenahan birokrasi tidak dapat
dikesampingkan dan sudah saatnya masyarakat dan pelaku ekonomi di Indonesia
turut berperan dalam mendorong reformasi birokrasi. Kebiasaan memberi agunan
berupa suap, uang rokok, dan lainnya telah mendorong kerusakan sistemik dan
memperparah kondisi patologi birokrasi yang sudah semakin kritis.
Melihat rentetan masalah yang menerpa tataran birokrasi dalam sektor
pelayanan publik, dipandang perlu untuk melakukan suatu pembaharuan dalam
bidang pelayanan umum. Salah satu pembaharuan dan inovasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah pembentukan lembaga yang bertugas
melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan yang baik sehingga
dapat menunjang terwujudnya Provinsi Jawa Barat yang berkomitmen dan
berintegritas dalam melayani masyarakat secara optimal. Lembaga yang dimaksud adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT)
dengan dasar filosofis pembentukannya adalah penyederhanaan sistem perizinan,
perbaikan pelayanan publik, pemberantasan korupsi, serta untuk meningkatkan
iklim investasi yang baik.
Pembentukan lembaga tersebut searah dengan semangat reformasi
birokrasi di dalam tubuh institusi guna memperbaiki sistem pelayanan yang telah
berjalan berikut dengan berbagai macam kekurangan dan ketidakteraturan sistem
pelayanan yang sedemikian jauh dari harapan warga negara untuk mendapatkan
kualitas pelayanan yang tercermin dalam gagasan mengenai reformasi birokrasi
tersebut. Lembaga ini diharapkan mampu menjadi obat penawar patologi birokrasi
yang sudah akut di dalam institusi yang cenderung terkena penyakit inefisiensi
8
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pokok BPMPT ini merupakan akumulasi dari formulasi sistem pelayanan modern
yang berdasarkan pada kualitas pelayanan publik yang prima dan optimal.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat membentuk Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PPTSP) di bawah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BPMPT) Provinsi Jawa Barat dengan tugasnya yaitu memberikan pelayanan
perizinan dan non-perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, yang
poros pengelolaannya dari mulai tahap permohonan sampai tahap penerbitan
dokumen, dilakukan secara terpadu dalam satu tempat.
Awalnya, PPTSP muncul karena adanya situasi dan kondisi dimana iklim
usaha dan investasi di Indonesia secara umum tidak kondusif. Disinyalir salah
satu penyebabnya adalah karena berbelitnya proses perizinan di daerah.
Persyaratan yang banyak, tumpang tindih serta menyangkut banyak instansi teknis
menyebabkan prosedur layanan menjadi tidak efesien. Dengan demikian banyak
daerah berinisiatif untuk melekukan reformasi birokrasi perizinan usaha dengan
membentuk PPTSP.
Untuk mengintegrasikan proses pelayanan ini, dibutuhkan sistem
informasi yang handal yang dapat membantu petugas dalam usaha memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Sistem informasi yang akan dibangun harus
dapat memenuhi prinsip Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang antara lain,
penyelenggaraan perizinan mulai dari tahap pemohonan sampai penerbitan
dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu tempat, ada pemilihan antara Front
Office dengan Back Office, pemohon hanya bertemu dengan petugas Front Office,
pemohon ke PPTSP hanya pada saat menyerahkan dan mengambil izin dan
pembayaran dilakukan lewat kasir khusus atau loket Bank serta memperhatikan
hal-hal mengelolaan PPTSP dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
terpadu yang dapat diakses oleh masyarakat luas dan usaha, selain itu juga sistem
informasi dapat diakses oleh seluruh unit-unit kerja pemerintah daerah.
Terbitnya Permendagri No. 24 Tahun 2006 (tanggal 6 Juli 2006) tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) semakin
9
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal yang ingin dicapai Permendagri ini pada dasarnya ada dua: pertama,
memperluas akses publik terhadap pelayanan perijinan yang berkualitas. Kedua,
mendorong peningkatan investasi, dengan menyederhanakan proses-proses
perijinan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas reformasi birokrasi dalam
konteks Civic Skill sebagai upaya mewujudkan Good Governance”.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat ditarik paradigma
penelitian sebagai berikut.
1. Lembaga pelayanan publik BPMPT Provinsi Jawa Barat sudah
melaksanakan program kerja sesuai dengan nilai-nilai kejujuran,
kedisiplinan, dan tanggung jawab dilihat dari tingkat partisipasi warga
negara dalam melakukan perizinan di lembaga tersebut.
2. Partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan merupakan faktor
penting sebagai indikator keberhasilan reformasi birokrasi dalam lembaga
pelayanan publik.
3. Efektifitas reformasi birokrasi didukung oleh peningkatan kualitas
kecakapan partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan dapat
dijadikan sebagai muatan materi PKn di SMA khususnya yang berkaitan
dengan keterampilan berpartisipasi warga negara, serta dapat dijadikan
pembahasan dalam mata kuliah Analisis kebijakan publik di LPTK,
khususnya pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang terdapat dalam latar belakang di atas, penulis
mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan fokus penelitian yaitu prosedur
pelayanan dari sisi kemudahan dan kesederhanaan alur pelayanan perizinan,
kemudian persepsi masyarakat sebagai pengguna layanan perizinan di BPMPT
Provinsi Jawa Barat, serta evaluasi dan pengawasan kinerja BPMPT dalam
10
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fokus penelitian dalam hal prosedur pelayanan yang diselenggarakan oleh
BPMPT Provinsi Jawa Barat menggunakan standar acuan program reformasi
birokrasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun oleh lembaga yang
bersangkutan. Masyarakat sebagai pengguna layanan BPMPT perlu melihat dan
memahami proses pelayanan yang dilakukan, sehingga masyarakat bukan hanya
menjadi objek pengguna layanan, akan tetapi bertransformasi menjadi subjek
pengguna layanan yang dapat menggunakan haknya sebagai warga negara yang
dapat berkontribusi melalui evaluasi dan saran yang konstruktif terhadap
perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dari identifikasi masalah di atas maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat
seiring reformasi birokrasi untuk menciptakan hubungan sinergis dengan
masyarakat sebagai pengguna layanan dalam mengembangkan kecakapan
warga negara (Civic Skill) ?
2. Bagaimana peran dan kontribusi masyarakat dalam kaitannya
menggunakan hak dan tanggung jawab dari kecakapan warga negara
(Civic Skill) sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan
kualitas pelayanan sebagai upaya mewujudkan Good Governance?
3. Bagaimana evaluasi dan inovasi yang diterapkan oleh BPMPT Provinsi
Jawa Barat dalam memberikan berbagai pelayanan perizinan dengan
memperkuat peran strategis dalam mengembangkan kecakapan warga
negara (Civic Skill) sehingga mampu menciptakan pelayanan prima untuk
mencapai derajat good governance ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan BPMPT Provinsi Jawa Barat
seiring reformasi birokrasi dalam mencipakan hubungan sinergis
dengan masyarakat pengguna layanan untuk menyelenggarakan
11
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk mengetahui peran dan kontribusi masyarakat dalam
menggunakan hak dan tanggung jawab dari kecakapan warga negara
(Civic Skill) sebagai pengguna layanan BPMPT dalam
mengembangkan kualitas pelayanan sebagai upaya mewujudkan Good
Governance.
3. Untuk mengetahui evaluasi dan inovasi yang diterapkan oleh BPMPT
Provinsi Jawa Barat dalam memberikan berbagai pelayanan perizinan
dengan memperkuat peran strategis warga negara sehingga mampu
menciptakan pelayanan prima untuk mencapai derajat good
governance.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritisnya adalah :
1. Untuk mengembangkan teori-teori tentang tata kepemerintahan yang baik
(good governance) khususnya bagi perkembangan khazanah keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan dengan fokus kebijakan publik dan
pengambilan keputusan politik serta strategis dalam menganalisis
hubungan antara warga negara dengan lembaga pemerintahan mengenai
efektivitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh BPMPT Provinsi
Jawa Barat dengan semangat reformasi birokrasi.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti : Diharapkan untuk dapat mengembangkan wawasan dan
keilmuan PKn khususnya dalam konteks kebijakan publik yang
menganalisis hubungan warga negara dengan lembaga pemerintahan
2. Bagi pendidik dan praktisi Pendidikan Kewarganegaraan : Diharapkan
dapat menjadi referensi aktual dalam displin keilmuan PKn, khususnya
pembahasan tentang tata kelola pemerintahan yang baik dengan
12
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan kompetensi dan kecakapan intelektual dan partisipatoris
secara aktif dan kontributif serta mempertanggungjawabkannya dengan
baik.
3. Bagi institusi pemerintahan : Diharapkan dapat menjadi referensi terkait
dalam proses evaluasi pengambilan kebijakan khususnya yang terkait
dengan sistem pelayanan publik bagi masyarakat, dengan demikian dapat
mempercepat terwujudnya good gevernance.
E. Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang penelitian, Identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi dari tesis. Latar belakang
membahas mengenai alasan mengapa masalah dalam tesis ini perlu diteliti,
pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan pendekatan mengatasi masalah
tersebut baik secara teoritis maupun secara empiris. Identifikasi dan perumusan
masalah berisi rumusan dan analisis masalah berdasarkan pemaparan pada latar
belakang penelitian. Sedangkan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin
dicapai setelah penelitian dilakukan dan berhubungan dengan perumusan masalah
yang telah dipaparkan.
Manfaat penelitian merupakan manfaat yang ingin diperoleh setelah
penelitian dilakukan. Struktur organisasi tesis menjelaskan tentang urutan
penulisan dari setiap bab dan bagian dalam bab. Bab II terdiri dari kajian pustaka
dan penelitian terdahulu. Kajian pustaka dalam tesis ini secara garis besar terdiri
dari teori tentang efektifitas kinerja, ukuran dan kriteria dari efektifitas dan
relevansinya dengan peningkatan mutu dan kualitas yang dihasilkan, teori tentang
reformasi birokrasi serta aplikasinya di dalam pengembangan organisasi
khususnya organisasi pemerintah, teori tentang kecakapan warga negara (Civic
13
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekaligus perbaikan sistem pengelolaan administrasi pelayanan publik yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah. Penelitian terdahulu merupakan kesimpulan
dari hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kajian yang relevan dengan
permasalahan yang diangkat dalam tesis. Bab III yaitu metode penelitian, pada
bab ini terdiri dari kajian tentang sumber data, instrumen penelitian, tahapan
penelitian dan teknik analisis data.. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket
yang digunakan untuk mengumulkan data serta peneliti itu sendiri. Tahapan
penelitian menjelaskan mengenai prosedur yang ditempuh oleh peneliti dalam
proses penelitian dari mulai mengumpulkan data sampai dengan penarikan
kesimpulan. Teknis analisis data berisi hal-hal yang dilakukan oleh peneliti untuk
menganalisis data yang terkumpul sebelum data ini disajikan.
Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan
masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Pengolahan data
dalam penelitian ini dilakukan melalui metode kombinasi (mix methods) yang
memberikan penjelasan dan pemamparan secara lebih komprhensif dan holistik
dengan pendekatan secara kuantitatif dilanjutkan dengan pengolahan data secara
kualitatif. Bagian pembahasan berisi diskusi tentang temuan tersebut yang
dikaitkan dengan teori-teori pada bab dua. Pembahasan ini merupakan refleksi
terhadap teori yang dikembangkan oleh peneliti atau penelitian sebelumnya.
Bab V adalah kesimpulan dan saran/rekomendasi. Pada bab ini disajikan
kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan berhubungan
dengan rumusan masalah pada bab satu, dimana kesimpulan ini berisi jawaban
dari rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi dari peneliti yang ditujukkan
kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan
61
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Suatu penelitian ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila
menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode penelitian
merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan pada data
yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Metode penelitian sangat dibutuhkan karena akan memperjelas langkah atau
cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai dengan arahan
tujuan dari penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif karena
untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan
sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih
mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif menurut Burhan Bungin adalah :
“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Penelitian deskriftif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkanyang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian.” ( Bungin, 2001:124)
Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti beranggapan bahwa penelitian
yang dilakukan merupakan penelitian yang ditunjukan untuk memecahkan masalah
pada waktu penelitian atau pada masa sekarang yang aktual, sehingga penelitian
deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu
62
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penyusunan penelitian ini, Pendekatan yang dugunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Definisi dari penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut :
“Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif”.((Nasution, 1996: 5)
Melihat penjelasan diatas, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif,
karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut
Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah :
“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.(Sugiyono, 2005:1).
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
data yang mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak
menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode suatu penelitian
memiliki tujuan tersendiri diantaranya untuk memperoleh segala macam fenomena
atau temuan yang selanjutnya ditelaah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan. Keberhasilan suatu penelitian salah satunya oleh metode
penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian sebelumnya.
Hal ini diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa:
63
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan menggunakan metode deskriftif penulis dapat mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat secara stuasi tertentu, termasuk hubungan
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang berlangsung
dan pengaruhnya dari suatu fenomena.
Sementara itu, penelitian kualitatif oleh Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa: “Prosedur penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang dapa diamati”. (dalam Lexy J. Moleong, 2008:4)
Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Moleong yakni:
“Penelitian kualitatif berakar pada penelitian alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,rancangan penelitianya bersifat sementara dan hasil penelitianya disepakati dan dirundingkan bersama oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian”.( Lexy J. Moleong, 2008:5)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bersifat terbuka dan mendalam untuk
memperoleh data-data yang diperlukan baik secara lisan maupun tulisan dari perilaku
manusia untuk dideskripsikan, diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan data yang
diperoleh sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.
Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti,
karena peneliti terjun langsung kelapangan untuk mencari informasi melalui
observasi ataupun wawancara. Hal ini seperti dikemukakan oleh Moleong bahwa: “Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama”. (Lexy J. Moleong, 2008:9)
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa:
64
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi”. (Sugiyono, 2009:15)
Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulannya, yaitu penulis
mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur sehingga dapat
menyelami dan memahami makna interaksi antar manusia secara mendalam dengan
dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.
Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,
mengandalkan analisis data, secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada
usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif lebih mementingkan proses
daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil
penelitiannya disepekati oleh kedua belah pihak antar peneliti dan subjek penelitian.
(Moleong, 1996:27)
Adapun tujuan dari penelitian kualitatif ini untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Dimana partisipan adalah
orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data,
pendapat, pemikiran dan persepsinya.
Penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila
dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Sugiyono menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif dilakukan ketika:
1. Bila masalah penelitian masih belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.
2. Untuk memahami makna di balik data yang tampak. 3. Untuk memahami interaksi sosial.
4. Untuk memahami perasaan orang. 5. Untuk mengembangkan teori 6. Untuk memastikan kebenaran data.
7. Meneliti sejarah perkembangan. (Sugiyono, 2008:35)
Mengacu pada pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa
penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis
65
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam dalam rangka mewujudkan
beberapa kepentingan penulis dalam melakukan penelitian.
Selain itu, penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif
memiliki banyak kelebihan, seperti halnya yang diungkapkan oleh bahwa penelitian
kualitatif memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.
2. Mampu menciptakan raport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial
yang akan diteliti. Menciptakan raport berarti mampu menciptakan hubungan
yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.
3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek
(penelitian situasi sosial).
4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara
mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain.
5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai
dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya.
6. Mampu menguji kredibilitas, dependabiltas, konfirmabilitas, dantranferabilitas
hasil penelitian.
7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkontruksi
fenomena,hipotesis atau ilmu baru.
8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci,
9. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untukdimuat
kedalam jurnal ilmiah, dan
10.Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
(Sugiyono, 2008: 41)
Sesuai dengan pendapat diatas bahwa kompetensi yang dihasilkan melalui
penelitian kualitatif dapat menciptakan suatu hal yang baru dalam berbagai hal
terutama wawasan yang luas yang akan didapat oleh peneliti di lapangan. Dengan
penelitian kualitatif maka apa yang dicari untuk melengkapi dan menyelesaikan
66
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atau temuannya. Supaya data yang diperoleh akurat dan valid,
maka penulis bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun
langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah
(natural setting).
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka (Library Research)
Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber
kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan
menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi tentang
teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan
duplikasi.
2 Studi Lapangan (Field Research)
Peninjauan yang dilakukan langsung pada BPMPT Provinsi Jawa Barat yang
menjadi objek penelitian dengan tujuan yakni, mencari bahan-bahan sebenarnya,
bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu penulis
juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:
a) Observasi (Observation)
Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan instansi atau
lembaga dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.
Observasi dilakukan penulis terhadap prosedur penyelenggaraan sistem pelayanan
perizinan dalam menciptakan, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik di
BPMPT Provinsi Jawa Barat.
67
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses ingatan dan pengamatan‟.
(Sugiyono, 2008:203)
Merujuk pada pendapat di atas, melalui observasi, penulis mempunyai
kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat
sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan
pada konteks data dalam keseluruhan situasi.
b) Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan
pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Penulis
melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada
pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dalam menciptakan efektivitas
pelayanan publik di BPMPT Provinsi Jawa Barat.
Nasution menjelaskan bahwa „tujuan dari wawancara adalah untuk
mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana
pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melaui observasi‟. (Nasution, 2002: 73)
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapatnya Susan Stainback yang mengemukakan bahwa dengan „wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengekspresikan situasi dan fenomena
yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat dikemukakan/ditemukan melalui observasi‟.
(Sugiyono, 2008: 318)
Pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan
pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Penulis
melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada
pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dalam menciptakan efektivitas
pelayanan publik di Provinsi Jawa Barat.
Untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh dengan menggunakan
68
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kredibilitas atau memeriksa derajat
kepercayaan, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Memperpanjang Masa Observasi
Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjangan
keikutsertaan peneliti di lapangan akan mengurangi kemencengan (bias) suatu data
karena dengan waktu yang lebih lama di lapangan peneliti akan mengetahui keadaan
secara lebih mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data baik yang disebabkan
oleh diri peneliti itu sendiri atau pun oleh sebab subjek penelitian.
b. Pengamatan Secara Seksama
Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk
memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti.
c. Triangulasi
Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat
yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber
lainnya dengan pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data
yang dikumpulkan.
Sementara itu, ada juga pendapat lain yang mendefinisikan triangulasi sebagai berikut: “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu” ( Sugiyono,
2007:125)
Adapun untuk menguji kredibilitas data, maka dalam pengolahan data penulis
menggunakan metode triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi Sumber, Patton mengungkapkan bahwa: “Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
69
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber
Pegawai BPMPT
Masyarakat pemohon Perusahaan pemohon
Perizinan perizinan
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015
2. Triangulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam
melakukan triangulasi teknik ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek
dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik
Wawancara
Dokumentasi Observasi
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015
3. Triangulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dengan
melakukan triangulasi waktu ini maka kita akan mengetahui hasil-hasil
wawancara yang dilakukan terhadap narasumber pada waktu yang berbeda-beda,
sehingga akan memperoleh perbandingan data yang diperoleh dari berbagai
waktu yang kita lakukan selama penelitian.
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu
Bulan ke-I
Bulan ke-II Bulan ke-III
70
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Mendiskusikan dengan Orang Lain (peer debriering)
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi dengan
orang lain untuk bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut dilakukan guna
mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah yang sedang diteliti. Selain itu,
dengan melakukan diskusi peneliti dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan
data.
5. Menggunakan Bahan Referensi
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi
yangdibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang cukup. Selain
itu, peneliti pun menggunakan alat perekam untuk wawancara agar dapat
mempertahankan keaslian data. Mengupayakan referensi yang cukup adalah
menyediakan semaksimal mungkin sumber data seperti: buku, jurnal, majalah, surat
kabar, media elektronik serta realitas lapangan seperti catatan lapangan.
6. Melakukan Member Check
Member chek dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data yang dilakukan
setiap akhir kegiatan wawancara. Pada akhir wawancara peneliti mengulangi garis
besar data berdasarkan catatan peneliti dengan maksud agar sumber data atau subjek
penelitian memperbaikinya apabila ada kekeliruan atau menambahnya kembali
apabila masih kurang. Melalui member check ini diharapkan informasi yang diperoleh
dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksudkan sumber
data.
D. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisa data deskriptif kualitatif untuk mendukung dan memperkuat analisa data
statistika deskriptif yang telah dijelaskan. Penelitian kualitatif menurut Bagong
Suyanto dalam bukunya “Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan”
dapat diartikan sebagai berikut:
71
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data”.( Suyanto, 2005:183)
Penelitian kualitatif ini merupakan penyelidikan dalam mendekati suatu
suasana tanpa menggunakan hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya,
karena muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar dalam data. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dengan bukunya “Memahami Penelitian Kualitatif”, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:
1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisia dengan
bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat
disimpulkan.
2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan
dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi.
3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang
diverifikasi dengan melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau
kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman
yang lebih cepat. (Sugiyono, 2007:92-99)
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak
karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
berada di lapangan.
E. Definisi Operasional
Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat diambil definisi operasional
sebagai berikut :
1. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar
72
RONNI JUWANDI, 2015
EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
efektif organisasi, program atau kegiatan. (Mahmudi, 2005:92)
2. Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja
melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
(Sedarmayanti, 2009 : 71)
3. Civic Skill adalah kecakapan kewarganegaraan yang diperlukan untuk menjadi
warga negara yang seutuhnya dengan memiliki kecakapan intelektual dan
kecakapan partisipatoris ( Budimansyah dan Suryadi, 2008:58)
4. Good Governance (tata kepemerintahan yang baik) adalah sistem yang
memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan negara
yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang produktif dan
kosntruktif di antara pemerintah sebaai pembuat kebijakan, sektor swasta, dan