Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi
Oleh: Taufik Jamil
1001852
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Oleh:
Taufik Jamil
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi
©Taufik Jamil 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
SIKAP SISWA KELAS BILINGUAL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN HASIL BELAJAR
(Studi Kualitatif Pada Siswa SMPN 40 Bandung)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO
NIP. 195603031983031005
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Drs. Mudjihartono, M.Pd
NIP. 196508171990011001 Drs H. Yus Solihin Y, M. Ed.
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Taufik Jamil. NIM : 1001852. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Sikap Siswa Kelas Bilingual Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Hasil Belajar. Pembimbing I : Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO, Pembimbing II : Drs. H.Yus SolihinY, M. Ed.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar yang dicapai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang ditunjang dengan observasi langsung, koesioner (angket) dan dokumentasi. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas bilingual di SMPN 40 Bandung yang berjumlah 31 siswa, seluruhnya dijadikan sebagai sampel (total sampel). Berdasarkan hasil penghitungan data angket siswa diperoleh skor tertinggi 65.52, skor terendah 53.79, dan skor rata-rata sebesar 60.91, dengan demikian sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dilihat pada skala Likert termasuk kategori cukup, dan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani yang hasil tesnya oleh guru pendidikan jasmani diperoleh skor tertinggi 76.85, skor terendah 64.39, dan skor rata-rata sebesar 79.15 dilihat pada skala Likert termasuk kategori baik, dan dari 31 responden hanya dua responden yang mencapai nilai kkm. Kesimpulan sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar termasuk kategori baik.
Kata kunci : Sikap siswa, kelas bilingual dan hasil belajar
ABSTRACT
Teachers’ capability to be creative and so their competences and understandings of teaching strategy will give an impact on student’s learning motion in course. Teacher’s ability to prepare the learning process is necessarily needed. For a teacher, it is important to construe the process of physical education’s learning. This descriptive study that is conducted to 15 sport teachers and 30 students as samples, uses teaching creativity scale and students’ learning motion creativity scale as tools to collect data. The result of data analysis using SPSS calculation shows the correlation coefficient between teacher’s creativity scale in teaching and student’s creativity scale in learning motion is up to the tune of 0.0675 and with alpha 0,05. The final result proves that there is a correlation between teacher’s creativity in teaching and student’s creativity in learning motion in all Public SMP in Kabupaten Cirebon.
Taufik Jamil, 2014
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Identifikasi Masalah 5
C.Rumusan Masalah 6
D.Tujuan Penelitian 6
E.Manfaat Penelitian 7
F. Struktur Organisasi 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS 10
A.Kajian Pustaka
1. Konsep Pendidikan Jasmani 10
a. Pengertian Pendidikan Jasmani 10
b. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani 12
c. Sasaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah 13
d. Tujuan Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh 13
e. Analisis Sikap Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Jasmani 14
2. Belajar dan Pembelajaran 17
a. Definisi Belajar 17
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Konsep Sikap 20
a. Pengertian Sikap 20
b. Struktur Sikap 21
c. Macam-macam Sikap 22
d. Tingkatan Sikap 23
1. Tingkatan Ranah Kognitif 23
2. Tingkatan Ranah Afektif 24
3. Tingkatan Ranah Konatif 26
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Siswa 26
4. Kelas Bilingual 27
a. Pengertian Kelas Bilingual 27
b. Pembelajaran Kelas Bilingual 28
5. Hasil Belajar 29
a. Definisi Hasil Belajar 29
b. Jenis-jenis Hasil Belajar 30
c. Sikap Belajar 31
6. Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran 32
B. Kerangka Berpikir Penelitian 33
C. Hipotesis 35
BAB III METODE PENELITIAN 36
A. Metode Penelitian 36
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 38
C. Desain Penelitian 39
D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 39
1. Variable Penelitian 39
2. Definisi Operasional 40
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengumpulan Data 42
G. Uji coba Instrumen Penelitian 47
1. Uji Validitas Instrumen 47
2. Uji Reabilitas Instrumen 50
H. Teknik Analisis Data 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54
A. Hasil Penelitian 54
1. Hasil Observasi 54
2. Hasil Perhitungan angket (Nilai Sikap Siswa) 57
3. Hasil Belajar Siswa 57
4. Analisis Data 59
5. Uji Analisis Data 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian ` 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 62
A. Simpulan 62
B. Saran 62
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas tidak terkecuali pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan disekolah. Sumbangan positifnya yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani
yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk
membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik dan terarah sekaligus
membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Tujuan yang ingin dicapai bersifat
menyeluruh mencakup domain afektif, kognitif, dan psikomotor. Menurut Harold M. Barrow
(dalam Bambang Abduljabar, 2009, hlm. 6) yang menyatakan bahwa :
Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai “Pendidikan tentang dan melalui gerak
insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk : olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai, individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.
Aktivitas jasmani adalah segala bentuk kegiatan jasmani. Aktivitas jasmani sangat
mudah di kenali sebagai kata lain “gerak badan” yang pada masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1945-1955 lebih dikenal dengan nama “taiso”. Aktivitas jasmani atau gerak badan
disebut juga dengan istilah “human movement” yang artinya dalam bahasa Indonesia dapat dialih bahasakan menjadi ”gerak insani” atau “gerak manusiawi”. Tema gerak insani
nampaknya sangat akurat untuk menterjemahkan “human movement”, dan merupakan inti
dari semua bentuk istilah seperti : olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi,
olahraga tradisional, olahraga kesehatan, olahraga rehabilitatif, olahraga adaftif, termasuk
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah suatu bentuk istilah sangat luas maknanya, mencakup semua tema yang terkait dengan
menggerakan badan. Tujuan utuh pendidikan jasmani dan olahraga dalam konteks
pelaksanaan aktivitas jasmani dan olahraga telah di bakukan sejak tahun 1945 dan termuat
dalam konsep yang sangat generik (dalam Bambang Abduljabar, 2010) yaitu: (1) Kesehatan,
(2) Merupakan konsep mendasar, (3) Membina menjadi warga negara yang baik, (4)
Membina kompetensi potensial, (5) Membina warga negara yang efektif, (6) Mampu
memanfaatkan waktu luang, (7) Membina karakter.
Dalam kegiatan bermain dan berolahraga anak dituntut untuk mematuhi peraturan,
terutama yang telah ditetapkan bersama dalam salah satu cabang olahraga atau materi ajar,
dengan mematuhi aturan tersebut secara tidak langsung guru menanamkan sikap disiplin pada
diri anak terutama dalam melakukan aktivitas fisik. Dengan demikian pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel dalam program
sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi pendidikan jasmani adalah bagian yang
terpenting dalam pendidikan. Melalui pendidikan jasmani, siswa diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan dan potensi yang dimiliki diantaranya untuk mengisi waktu
senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat,
berkembang secara sosial dan menyumbang pada kesehatan fisik, mental, meskipun
pendidikan jasmani pada dasarnya menawarkan pada anak untuk bergembira. Artinya tujuan
pendidikan jasmani tidak terpisah hanya pada salah satu tujuan. Tetapi intinya memberi
kesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus
mengembangkan potensi anak baik dalam asfek fisik, mental, sosial, emosional dan moral
yaitu melalui ranah kognitif, konatif, dan afektif.
Dalam pengembangan sikap positif pada diri siswa merupakan aspek penting dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sikap negatif terhadap pembelajaran pendidikan
jasmani akan menyebabkan seseorang enggan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Fakta dilapangan saat ini, sikap siswa kelas bilingual dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani banyak anak masih ada tindakan yang indisipliner, seperti; terlambat berkumpul
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran pendidikan jasmani tidak penting karena disebabkan oleh fasilitas lapangan
yang kurang memadai. Hal ini berdampak pada sikap siswa menjadi acuh dalam mengikuti
proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Berkaitan dengan fasilitas dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak
memadai, berakibat terhadap aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani disekolah. Misalnya
dalam proses pembelajaran guru pendidikan jasmani mengeluh dengan bentroknya jadwal
pembelajaran yang bersamaan memakai fasilitas yang sama, antara voli, basket, dan futsal
dengan guru pendidikan jasmani yang lain. Hal tersebut dapat mengakibatkan siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam hal seperti itu kreativitas para guru
pendidikan jasmani sangat dituntut agar dapat mensiasati keadaan yang demikian. Karena
hakikat pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani yang tidak terlepas
dari konsep bermain, bergerak, ceria, maka lapangan/ruangan/tempat apapun mestinya dapat
digunakan untuk kegiatan pendidikan jasmani. Sikap siswa yang demikian tentu bersikap
urgen karena bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan menimbulkan masalah baru bagi
perkembangan pendidikan jasmani disekolah seperti semakin kuatnya sikap apatisme siswa
untuk mengikuti pendidikan jasmani.
Berdasarkan pengamatan dilapangan pada siswa kelas bilingual dalam peroses kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani, siswa terlihat kurang antusias. Salah satu yang
menyebabkan kurangnya antusias adalah fasilitas lapangan yang kurang memadai. Menurut
Bloonfield (dalam: Henry Guntur Tarigan, 2009, hlm. 4), bilingualisme adalah pengawasan
yang mirip asli terhadap dua bahasa. Tentu saja seseorang tidak akan dapat membatasi taraf
kesempurnaan yang merupakan wadah seorang pembicara asing yang baik menjadi seorang
dwibahasawan : perbedaan itu sangat relatif. Karaktristik kelas bilingual yaitu program
pembelajarannya dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia. Dalam proses pembelajaran kelas bilingual, sama seperti kelas reguler hanya
perbedaannya ada waktu tambahan pembelajaran di hari tertentu. Untuk masuk kelas bilingual
siswa harus melaksanakan test akademik jika hasil test tersebut nilainya mencapai skor yang
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
reguler yang mengajukan permohonan agar anaknya masuk kelas bilingual, maka
permohonan tersebut bisa di proses dengan catatan siswa akan dikembalikan ke kelas reguler
apabila siswa tersebut tidak menunjukan perkembangan yang baik atau melanggar aturan.
Dalam proses belajar tentu diharapkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik
begitu juga dalam proses pembelajaran kelas bilingual. Proses belajar dengan dua bahasa
bertujuan untuk memudahkan hasil belajar yang ingin dicapai. Belajar diartikan sebagai
perubahan perilaku akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya seperti yang
dijelaskan Husdarta dan Yudha (2000, hlm. 2), bahwa “belajar dimaknai sebagai proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Tingkah laku tersebut mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Dengan
demikian pada intinya proses belajar diharapkan dapat memberikan dampak positif yaitu
adanya perubahan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan. Menurut Syaiful dan Aswan
(2010, hlm.10), bahwa “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau
pribadi”. Jadi hasil belajar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani baik dalam kelas
bilingual adanya terjadi perubahan ke arah positif baik menyangkut aspek sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Hasil belajar ini bisa diperoleh dalam bentuk nilai angka atau skor,
observasi, maupun pengamatan yang dilakukan oleh guru. Nantinya nilai tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan perkembangan atau perubahan siswa dalam proses
belajar.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar mereka,
menurut Abbas et al.,(2013), sikap peserta didik dapat berpengaruh pada motivasi, minat, dan
keberhasilan peserta didik itu sendiri. Namun hasil belajar banyak dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor yang pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang perlu diperhatikan dari
pribadi individu itu sendiri. Faktor-faktor itu antara lain: 1) Intelegensi setiap orang
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengadakan penyesuaian yang lebih baik terhadap situasi yang baru dari pengalaman yang
lalu. Intelegensi juga merupakan kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Berdasarkan
uraian tersebut maka pengertian intelegensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menghadapai suatu masalah yang timbul dari manusia dan berusaha
bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut. 2) Percaya Terhadap Diri Sendiri. Percaya
terhadap diri sendiri hendaknya didasari persiapan dengan matang sebelumnya. Seorang
peserta didik dan yakin akan kemampuan untuk memperoleh hasil belajar yang baik dalam
usaha belajarnya. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor eksternal,
yaitu antara lain:
a) Lingkungan adalah semua kondisi dalam lingkungan di sekeliling siswa yang dengan
cara-cara tertentu dapat mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik. Peranan lingkungan dalam diri siswa perlu adanya kontrol, bagaimana pengaruh dan
akibatnya terhadap kemajuan hasil belajar yang didapat siswa. Apabila bersifat positif bisa
ditanggapi akan tetapi apabila bersifat negatif harus dihindarkan.
b) Tingkat pendidikan orang tua. Peranan orang tua, sangatlah penting dalam pendidikan
anaknya. Peranan keluarga sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan, oleh karena itu
sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan
budi pekerti tiap-tiap manusia. Jelaslah bahwa pendidikan berperan mengarahkan hidup
manusia yang lebih baik dan kemungkinan besar dapat mempengaruhi pendidikan anaknya.
c) Pergaulan. Sebagai mahluk sosial tidak lepas dari manusia yang satu dengan manusia yang
lain. Oleh karenanya seorang siswa memiliki teman dalam bergaul yang berperan dalam diri
siswa yang berkaitan dengan belajar. Jika bergaul dengan seorang berpendidikan dapat
menunjang suatu prestasi yang baik, tetapi sebaliknya jika bergaul dengan orang yang tidak
berpendidikan mengakibatkan pengaruh yang kurang baik dalam pelajarannya.
d) Sarana Belajar. Sarana belajar merupakan peranan yang penting terhadap kemajuan belajar
seorang siswa. Adanya kelengkapan belajar tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan masalah dan teori-teori yang dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Sikap Siswa Kelas Bilingual Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Hasil Belajar (Studi kualitatif pada siswa SMPN 40 Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, berdasarkan pengamatan penulis pada siswa kelas
bilingual di SMP Negeri 40 Bandung, terdapat permasalahan yang terjadi dilapangan yaitu:
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani siswa kelas bilingual kurang
antusias (siswa tidak ada semangat untuk mengikuti pelaksanaan peroses pembelajaran)
karena disebabkan oleh guru kurang kreatif dalam memberikan pembelajaran. Dalam
kurikulum 2013, guru sebagai elemen penting juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam
proses upaya pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah justru melihat seolah-olah guru dan
siswa tersebut mempunyai kapasitas yang sama. Hal ini berpengaruh terhadap sikap siswa
yang cenderung tidak mentaati aturan terhadap arahan yang guru berikan.
Mengenai aspek sikap, para siswa terlihat kurang disiplin dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, siswa kelas bilingual dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan
jasmani kurang antusias (siswa tidak ada semangat untuk mengikuti pelaksanaan peroses
pembelajaran) bahwa proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak penting karena
disebabkan oleh fasilitas lapangan yang kurang memadai dan berdampak pada siswa menjadi
acuh dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Penulis menilai sikap siswa kelas
bilingual dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar masih rendah.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut. Sehingga pada akhirnya akan
menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar
belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah :
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana nilai hasil belajar siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan
jasmani ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan data dengan informasi yang jelas mengenai sikap siswa kelas
bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran
pendidikan jasmani.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan masukan yang berarti bagi siswa, guru, dan
sekolah. Penulis berharap hasil penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, mengenai sikap siswa kelas bilingual terhadap
pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar pada siswa SMPN 40 Bandung.
b. Secara Praktis
1) Bagi siswa hasil penelitian diharapkan sebagai sumber dasar pembelajaran sikap
siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar.
2) Bagi guru hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman praktis dan dapat
dipergunakan oleh guru pendidikan jasmani disekolah, sebagai rujukan serta menjadi
bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran maupun pelatihan mengenai
pentingnya sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
mengembangkan sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan
jasmani dan hasil belajar.
4) Bagi peneliti berikutnya, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
penelitian, khususnya berkaitan dengan sikap siswa kelas bilingual terhadap
pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi dari bab pertama
sampai bab terakhir, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A.Kajian Pustaka
1. Konsep Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani b. Ruang lingkup Pendidikan Jasmani
c. Sasaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah d. Tujuan Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh e. Analisis Sikap Belajar Siswa terhadap Pendidikan Jasmani 2. Belajar dan Pembelajaran
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Siswa 4. Kelas Bilingual
a. Pengertian Kelas Bilingual b. Pembelajaran Kelas Bilingual 5. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar b. Jenis-jenis Hasil Belajar c. Sikap Belajar
6. Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran B. Kerangka Berpikir Penelitian
C. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
B. Lokasi dan Subjek Penelitian C. Desain Penelitian
D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variable Penelitian
2. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Uji coba Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Instrumen 2. Uji Reabilitas Instrumen
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mempermudah penelitian.
Setiap penelitian disarankan untuk diawali dengan menentukan metode apa yang akan
digunakan dalam penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena metode merupakan salah satu cara
yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode penelitian merupakan
langkah yang digunakan untuk memperoleh data pengetahuan dengan menggunakan prosedur
reliabel, terpercaya dan kegunaan tertentu dengan didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu:
1. Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal,
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang
lainpun dapat mengamatinya.
3. Sistematis berarti proses yang dilakukan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu bersifat logis.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif pada
umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini,
metode penelitian deskriptif juga banyak dilakukan oleh para peneliti karena dua alasan.
Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan
dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi
permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterprestasikan sesuatu.Misalnya kondisi atau hubungan yang adapendapat yang
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kecendrungan yang tengah berlangsung. Menurut Sudjana dan Ibrahim (dalam Rahmatin
Istibar, 2013, hlm. 37) mengemukakan :
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saatsekarang. Dengan perkataan lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Dari pendapat tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian
dengan tujuan untuk menggambarkan suatu permasalahan dalam suatu situasi. Terdapat
ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif antara lain adalah :
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau
permasalahan yang bersifat aktual.
2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi
dengan interprestasi rasional yang seimbang.
3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena.Tetapi
juga menerangkan hubungan menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan
makna dan implikasi dari suatu masalah.
Hal ini ditunjukan untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian
tercapai seperti apa yang diharapkan. Sedangkan sifat penelitian ini adalah kualitatif karena
dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh
partisipan atau sumber data. Penggunakan metode penelitian didasarkan pada masalah yang
akan dipecahkan dan tujuan yang dicapai,dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif.
Banyak cara dan ragam penelitian deskriptif dalam pendidikan. Salah satu cara yang
sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah survey pendidikan. Survey pendidikan
lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah pendidikan termasuk kepentingan
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
survey tidak untuk menguji hipotesis. Tujuan utamanya adalah mengumpulan informasi
tentang variable bukan informasi tentang individu-individu.
Dengan demikian pertanyaan dalam survey disusun untuk memberikan informasi
tentang variabel-variabel bukan untuk menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya
sekalipun informasi tersebut mengandung dan menunjukan adanya hubungan antara variabel.
Pertanyaan lebih bersifat memancing informasi untuk pemecahan masalah. Data yang
dikumpulkan relatif terbatas, namun bisa diperoleh dari kasus atau subjek yang relatif besar.
Suatu survey yang mencakup seluruh populasi menjadi objek studi disebut sensus,sedangkan
survey yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survey. Pada penelitian ini
penulis menggunakan sampel survey.
Berdasarkan penjelaskan diatas, maka penelitian kualitatif deskriptif yang dimaksudkan
adalah meneliti survey tentang sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan
jasmani dan hasil belajar di SMPN 40 Bandung.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 40 Bandung, yang terletak di Jalan Wastukancana
No. 75 A, Telepon (022) 4239058 Kota Bandung. Alasan utama pemilihan lokasi penelitian di
SMPN 40 Bandung berdasarkan atas penemuaan masalah pada saat penulis melakukan
observasi lapangan, melihat Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan
jasmani dan hasil belajar siswa kurang disiplin.
2. Subjek Penelitian
a. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam sebuah penelitian merupakan kumpulan individu yang akan diteliti atau
sebagian variabel-variabel yang akan diamati dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono
(2013, hlm.117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas bilingual SMPN 40 Bandung. Setelah
mengetahui populasi, langkah selanjutnya adalah menentukan sampel yang akan diteliti.
Menurut Sugiyono (2013, hlm.118) menjelaskan :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, sehingga sampel yang diambil harus betul-betul mewakili populasi itu.
Cara yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan keseluruhan sampel Siswa kelas bilingual karena jumlah populasi yang ada
hanya sedikit. Sehingga dari jumlah populasi yang ada penulis mengambil sampel sebanyak
31 siswa untuk penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam proses penelitian
dengan adanya desain penelitian maka penelitian akan terarah dan terencana sehingga dapat
memberikan efisiensi dan keakuratan terhadap tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hidayat (2013) bahwa:tiap penelitian harus direncanakan
untuk itu diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana
tentang suatu pengumpulan dan menganalisa data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis
serta serasi dengan tujuan penelitian.(Sumber [online].
http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2013/01 /Desain-Penelitian.doc. diakses tanggal 7Desember 2013).
Adapun desain penelitian yang dibuat untuk lebih memudahkan proses penelitian dalam
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Desain Penelitian (Sugiyono, 2013, hlm. 70)
Keterangan :
X = Sikap siswa kelas bilingual
Y1 = Pembelajaran pendidikan jasmani
Y2 = Hasil belajar
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Menurut Sugiono (2013, hlm.61) variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah sikap siswa kelas bilingual (X).
b. Variabel Terikat (dependent variabel)
Menurut Sugiono (2013, hlm.61) variabel terkait merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini
sebagai variabel terikat adalah hasil belajar pada pembelajaran pendidikan jasmani (bola
basket dan futsal) (Y).
2. Definisi Operasional
1. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang progresif sebagai akibat dari
interaksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Husdarta dan Yudha
(2000, hlm. 2) bahwa “belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap”.
2. Menurut Syaiful, (2007, hlm. 61) pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Oleh karena itu, guru sebagai
pemegang kendali harus memahami betul tentang pembelajaran tersebut agar hasil
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Menurut Gerungan (2001, hlm. 160) “membedakan sikap dalam dua bagian yaitu
sosial attitude dan individual attitude”. Sosial attitude menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial dan
biasanya sosial attitude dinyatakan tidak hanya oleh seseorang melainkan oleh
sekelompok orang atau masyarakat.Sedangkan individual attitude merupakan reaksi
yang berbeda-beda yang diberikan setiap individual terhadap suatu obyek atau
stimulus.
4. Definisi pembelajaran bilingual menurut Hamers and Blanc (dalam Istianti, 2009,
hlm. 33) “Pendidikan Bilingual adalah suatu sistem pembelajaran atau pendidikan
sekolah yang dalam perencanaan dan penyajian pembelajaran dilaksanakan dengan
sedikitnya dalam dua bahasa”.
5. Menurut Jesse feiring Williams (dalam Bambang Abduljabar, 2009, hlm. 3),
pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih
sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
6. Menurut Jenkins dan Unwin (dalam Uno, 2011, hlm. 17) yang mengatakan bahwa
hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin
dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan
pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk
kemampuan-kemampuan tertentu.
E. Instrumen Penelitian
Data satu hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian adalah kualitas data yang
dikumpulkan. Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh, pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, jenis sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
1. Data Primer merupakan data yang langsung diambil dari sumbernya, data ini harus dicari
melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden,yaitu orang yang kita jadikan
objek penelitian atauorang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Wawancara (interview)
2) Observasi
3) Dokumentasi
2. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan. Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang diperoleh
baik dari dokumentasi, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Menurut Umar
(dalam Rahmatin Istibar, 2013, hlm. 41). Data sekunder dari penelitian ini berupa antara
lain :
1) Buku tentang kelas bilingual
2) Buku pendidikan Jasmani
3) Data-data pembelajaran pendidikan jasmani
4) Media pembelajaran pendidikan jasmani
5) Fasilitas olahraga di SMPN 40 Bandung
Berdasarkan penjelasan diatas data yang diperlukan dalam penelitian ini di antaranya :
1. Pemanfaatan sikap siswa kelas bilingual di SMPN 40 bandung
2. Pemanfaatan hasil belajar siswa di SMPN 40 bandung
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian yaitu deskriptif yang menggunakan sampel survey. Pada penelitian ini
telah dijelaskan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau konsioner lisan, merupakan
sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviwer) untuk memperoleh informasi dari
wawancara. Menurut Arikunto,(2002, hlm. 201) interview adalah “dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi.”Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab oleh orang yang diwawancarai. Adapun langkah-langkah dalam wawancara sesuai
dengan petunjuk/pedoman wawancara. Pedoman/petunjuk wawancara secara garis besar,
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Persiapan
a. menentukan tujuan
b. menetapkan untuk pertanyaan (pertanyaan bebas atau terpimpin).
c. menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi
d. menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai
e. menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara
f. mengadakan hubungan dengan responden.
2. Pelaksanaan
a. Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam
rangka mengumpulkan informasi
b. Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara
c. Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
wawancara itu.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
terstruktur karena peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini selain untuk
mengumpulkan data juga sebagai pelengkap pengumpul data.
Adapun pelaksanaan wawancara dilakukan pada siswa kelas bilingual terhadap
pembelajaran pendidikan jasmani di SMPN 40 Bandung. Penulis dalam wawancara (angket)
menggunakan pertanyaan-pertanyaan dengan pilihannya sebagai bahan dalam penelitian
sehingga dapat membantu penulis untuk menuangkan hasil wawancara (angket) sesuai dengan
fakta dan bisa memperoleh data yang diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini. Penulis
menggunakan wawancara berstruktur dengan jawaban pilihan yang ditentukan, tujuannya
agar responden dapat mudah menjawab pertanyaan penulis yang mengacu kepada tujuan
pedoman wawancara (angket). Untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam proses penelitian, maka diperlukan suatu instrumen. Instrumen yang digunakan dalam
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Angket digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, karena penelitian ini
terdiri dari dua variabel maka dalam penelitian ini terdapat dua jenis angket yaitu : (1) angket
yang mengukur Sikap siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, dan (2) angket yang
digunakan untuk mengukur Hasil belajar. Namun karena peneliti memiliki batas penelitian
yaitu sampel yang diteliti ialah siswa kelas bilingual di SMPN 40 Bandung, maka angket yang
digunakan pun hanya satu.Yakni angket Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran
pendidikan jasmani. “Agar instrumen dapat meghasilkan data kualitatif, maka setiap
instrumen harus memiliki skala”. (Sugiyono, 2009, hlm. 133).
Skala yang digunakan dalam koesioner (angket) ini adalah skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert ini, maka variabel-variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi beberapa indikator, kemudian dijadikan titik tolak untuk menyusun kisi-kisi angket kemudian dikembangkan menjadi butir pertanyaan atau pernyataan dalam angket tersebut.
Untuk penyusunan butir-butir pertanyaan atau pernyataan angket serta alternatif
jawaban yang tersedia maka dibuatlah kisi-kisi angket.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani (Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2003 )
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi tersebut di atas
selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket.
Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan
kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket penulis
menggunakan skala sikap yakni skala Likert. Mengenai skala Likert dijelaskan oleh Sudjana
dan Ibrahim (2001, hlm. 107) sebagai berikut:
Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negative dinilai subyek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Megenai pemberian nilai altenatif jawaban yang digunakan dalam angket skala Likert
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Tabel pemberian nilai altenatif jawaban angket skala Likert
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perlu penulis jelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden
dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut, maka pernyataan-pernyataan itu
disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1998, hlm. 184) sebagai berikut:
1. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden,
pernyataan mana dan tidak menimbulkan kesan negatif.
3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif.
4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber
lain.
5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan
jawaban untuk masalah-masalah yang kita hadapi.
Dari uraian tersebut, maka dalam penyusunan pernyataan dalam angket ini harus
bersipat jelas, ringkas dan tegas. Pernyataan-pernyataan angket penelitian ini dapat dilihat
pada lampiran.
G. Uji Coba Instrumen (Angket)
Setelah butir-butir pertanyaan atau pernyataan disusun, maka akan dilakukan terlebih
dahulu uji coba angket, sebelum dilakukan penyebaran angket yang sebenarnya. Tujuan dari
uji coba angket ini adalah untuk menghasilkan instrument penelitian yang valid dan reliabel.
Untuk menghasilkan instrument penelitian yang valid danreliabel, maka diperlukan uji
validitas dan reliabilitas.Adapun tujuan uji coba angket menurut Arikunto (2010, hlm. 210)
adalahsebagaiberikut:
(1) Untuk mengetahui tingkat pemahaman instrumen, apakah responden tidak menemukan kesulitan dalam menangkap maksud penelitian;
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3) Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi angket;
(4) Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera dalam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan
Uji coba angket ini dilakukan pada Siswa kelas bilingual di SMPN 40 Bandung.
Dengan jumlah siswa yang mengikutinya sebanyak 31 siswa. Sebelum para responden
mengerjakan angket terlebih dahulu peneliti menjelaskan tata cara pengisian angket tersebut.
1. Uji Validitas Instrumen
Untuk menggunakan instrument dalam penelitian sangat diperlukan instrument yang
mempunyai validitas yang tinggi agar instrument tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur)itu valid,dalam hal ini alat ukur tersebut adalah angket.“Valid berarti instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono, 2009,
hlm. 173).
Langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen yang
ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut:
(1) Memberi skor pada masing-masing pernyataan sesuai dengan jawaban.
(2) Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap responden.
(3) Setiap skor butir pernyataan dikorelasikan dengan skor total dengan menggunakan
rumus korelasi Product Moment (Arikunto, 2010, hlm. 213) sebagai berikut:
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(4) Perhitungan dilakukan dengan bantuan micrscoft excel.
Setelah dihasilkan nilai korelasi (rhitung), maka untuk mengetahui masing-masing butir
soal valid atau tidak valid akan dilakukan perbandingan antara rhitung dengan rtabel,
dimana rtabel yang diperoleh berdasarkan “Tabel Harga dari r Product-Moment”
(Arikunto, 2010, hlm. 402) dengan jumlah responden (n) sebanyak 31 responden adalah
0,36 Apabila rtabel lebih besar atau sama dengan rhitung maka dapat dinyatakan butir soal
tersebut valid, sebaliknya apabila rtabel lebih kecil atau tidak sama dengan rhitung maka
dapat dinyatakan butir soal tersebut tidak valid. Berikut hasil perhitungan validitas
instrumen penelitian.
a. Uji Validitas Instrumen Sikap Siswa Kelas Bilingual terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan formula pearson product-moment dalam
microsoft excel diperoleh data sebagai berikut yang akan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.3
Uji Validitas Instrumen Sikap Siswa Kelas Bilingual Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani
no
soal R hitung Keterangan
no
soal Rhitung keterangan
1 Tidak Valid 19 0,27 valid
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan data dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah butir soal yang
valid adalah 29 butir soal, sedangkan butir soal yang tidak valid berjumlah 6 butir soal.
2. Uji Reabilitas Instrumen
3 0,3 Valid 21 0,27 valid
4 0,3 Valid 22 0,3 valid
5 0,2 Valid 23 0,19 valid
6 0,57 Tidak Valid 24 0,4 Tidak Valid
7 0,3 Valid 25 0,3 valid
8 0,2 Valid 26 0,14 valid
9 0,3 Valid 27 0,3 valid
10 0,5 Tidak Valid 28 0,2 valid
11 0,2 Valid 29 0,3 valid
12 0,4 Tidak Valid 30 0,3 valid
13 0,13 Valid 31 0,3 valid
14 0,19 Valid 32 0,22 valid
15 0,4 Tidak Valid 33 0,24 valid
16 0,3 Valid 34 0,3 valid
17 0,15 Valid 35 0,3 valid
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reliabilitas atau keterandalan menggambarkan derajat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukuran atau tes dikatakan reliabel jika alat ukur
menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan
untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya. Pengujian instrumen ini dilakukan
dengan metode belah dua (split half metod).
Berikut langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan reliabilitas angket
tersebut.
(1) Membagi butir soal menjadi dua bagian soal bernomor ganjil dan genap.
(2) Skor dari butir-butir pernyataan bernomor ganjil dikelompokkan menjadi variabel X dan
skor dari butir-butir soal yang bernomor genap menjadi variabel Y.
(3) Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal valid yang bernomor ganjil dengan genap,
dengan menggunakan formula correlation pearson product moment dalam microsoft
excel.
(4) Setelah koefisien korelasi diperoleh, kemudian di sesuaikan dengan tabel interpretasi
nilai.
Tabel 3.4
Interpretasi Nilai (arikunto, 2010, hlm. 319)
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi
Cukup Tinggi
Agak Rendah
Rendah
Sangat Rendah (Tidak Berkorelasi)
a. Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran
pendidikan Jasmani
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Sikap Siswa Kelas Bilingual Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Instrumen tersebut memiliki koefisien sebesar 0,171. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
instrumen tingkat sikap siswa sangat rendah.
b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan konsioner. Wawancara dan
konsioner selalu berkomunikasi dengan orang akan tetapi observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.Menurut Nasution,(dalam Rahmatin Istibar, 2013,
hlm. 44) menyatakan bahwa :
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa ) dapat diobservasikan dengan jelas.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dapat dibedakan menjadi
observasi berperan serta dan observasi non partisipan. Sedangkan dari segi instrumentasi yang
digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
terstruktur.
Ganjil Genap
Ganjil 1
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan yaitu peneliti tidak
terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Sehingga peneliti hanya mencatat,
menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang apa yang diobservasi.
Kemudian dari segi instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi terstruktur karena selain melakukan pengamatan peneliti juga telah tahu tentang
variabel yang akan ditanyakan dan diamati secara sistematis dan terstruktur. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan.
c. Dokumentasi
Selain wawancara dan observasi peneliti juga membutuhkan dokumentasi untuk
mengumpulkan data dan pelengkap dalam mengumpulkan data penelitian berupa foto atau
gambar pada saat pelaksanaan penelitian. Menurut Arikunto ( dalam Rahmatin Istibar, 2013,
hlm. 44) metode dokumentasi yaitu, “ mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prsasti, notulen, rapat, lengger, agenda
dan sebagainya”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif maka dari itu
metode ini harus banyak memperoleh data sebanyak-banyaknya secara lisan maupun tertulis.
Dokumentasi ini sangat penting karena untuk pengamatan dan untuk membuktikan kebenaran
pada suatu penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengetesan, merupakan data yang masih mentah. Agar
data tersebut mempunyai arti, maka diperlukan pengolahan dan analisis data secara statistik.
Prosedur pengolahan data yang dipergunakan pada umumnya bersumber pada buku statistik
dari Nurhasan 2007. Adapun data-data yang ditempuh untuk pengolahan data tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Menghitung rata-rata skor dari setiap variable (Sugiyono,2013, hlm. 251)
̅ =
Keterangan :
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Σ Xi = Jumlah Skor n = Jumlah sampel
2) Menghitung simpangan baku dari setiap variable (Sugiyono,2013, hlm. 251)
S = √ ̅
3) Uji Normalitas variable X dan variable Y dengan menggunakan uji Normalitas Distribusi
Liliefors (Sugiyono,2013, hlm. 253).
Langkah-langkah yang di tempuh penulis untuk menguji normalitas menggunakan uji
Liliefors adalah sebagai berikut :
a) Mengurutkan skor dari terkecil hingga terbesar
b) Mencari nilai Z skor dengan rumus :
Z =
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e) Menentukan S (z1) dengan membagi angka satu dengan rangking skor mulai dari atas
dengan rangking paling besar
f) Menentukan nilai L dengan rumus L =
F
zi
S
zi
g) Menentukan nilai Lo = L terbesar
h) Kriteria pengujian :
Apabila L0 > Ltabel maka data berdistribusi tidak normal
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sikap siswa kelas bilingual termasuk kategori cukup terhadap pembelajaran
pendidikan jasmani.
2. Nilai hasil belajar siswa kelas bilingual dalam pembelajaran pendidikan jasmani
termasuk kategori baik, akan tetapi dari 31 responden hanya dua siswa yang
mencapai kkm yang telah ditetapkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap siswa kelas bilingual terhadap
pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar di SMPN 40 Bandung, penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada para siswa, untuk lebih meningkatkan sikap yang positip agar nilai hasil
belajarnya tercapai.
2. Kepada pihak sekolah, untuk lebih menekankan proses pembelajaran dari segi
penilaian sikap agar sikap para siswa disekolah lebih baik.
3. Bagi para guru, untuk sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani
diharapkan untuk meningkatkan perantara penegakan aturan disekolah. Proses
belajar mengajar pendidikan jasmani sangat tepat digunakan untuk membentuk
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2009). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Prodi PJKR FPOK UPI
_ _ _ _ _ _ _. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Prodi PJKR FPOK UPI
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineke Cipta
. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Azwar, Saefuddin, (2005). Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran. Yogyakarta : Pustaka belajar.
_ _ _ _ _ _ _. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Berliana. Dkk. (2008). Belajar Pembelajaran dalam Pelatihan Olahraga. FPOK UPI. Bandung.
Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2002
Gatot . Bambang. (2004. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Cimahi STKIP Pasundan
Gerungan,W. 2001. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Hidayat, Syarif. (2013). Desain Penelitian. [online].
Tersedia http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/DESAIN-PENELITIAN.doc. [7 Desember 2013].
Husdarta dan Yuda S. (2000) Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta.
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
.Istibar, Rahmatin (2013). Sikap siswa SMP Budi bakti utama terhadap pelaksanaan pendidikan luar sekolah, Objek Wisata Ciburuy. Skripsi FPOK UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Kartadinata, S. (2013), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI
Lutan, Rusli. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta.
Mahendra, Agus. (2002). Falsafah Pendidikan Jasmani. DEPDIKNAS.
Nabisi, L. Dkk . (2008). Belajar dan Pembelajaran SD. Depdiknas. Jakarta.
Nurhasan, dkk (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung. FPOK-UPI,
Sagala, Syaiful. H. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sumarno, Alim. 2011. Pengertian HAsil Belajar. (On Line) (
http://elearning.unesa.ac.id/tag/teori-hasil-belajar-gagne-dan-discroll.Diakses 21/03/2014 pukul 21:07 WIB).
Sarwono, (2000) Teori – teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Sudjana, Djudju. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran. Bandung : Falah
Prodiuction
Sudjana, Nana , Dr dan Ibrahim. Dr, MA, Penelitian dan penilaian pendidikan, Sinar Baru Algensindo, Bandung, (2004).
Sumiati, dkk. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Taufik Jamil, 2014
Sikap siswa kelas bilingual terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan hasil belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Kedwibahasaan (bilingualism), Bandung: Penerbit Angkasa
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS
Uno, Hamzah, B. (2011).Model Pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta : Bumi Aksara
Sumber Lain :
http://mediafunia.blogspot.com/2013/07/hubungan-sikap-siswa-terhadap-sains.html
- See more at: http://aroxx-kaluwatu.blogspot.com/2013/08/definisi-sikap-menurut-para-ahli.html#sthash.7FnnArlF.dpuf
http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/komponen-pembentukan-sikap-belajar-siswa/