• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KECEMASAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK KECEMASAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RENANG

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat akhir studi sarjana program studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Disusun Oleh IQLIMA CHAERUNISA

060484

PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN KESEHATAN DAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Saya e yataka bahwa skripsi ya g berjudul DAMPAK KECEMASAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG i i sepe uh ya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2013 Yang membuat pernyataan,

IQLIMA CHAERUNISA

(3)

NAMA : IQLIMA CHAERUNISA

NIM : 060484

JUDUL : DAMPAK KECEMASAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR

RENANG

Disetujui dan disahkan oleh, Pembimbing I

Drs. Eka Nugraha. M. Kes NIP. 195903041987031002

Pembimbing II

Carsiwan. S. Pd., M. Pd NIP. 197101052002121001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

ABSTRAK

DAMPAK KECEMASAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG

Iqlima Chaerunisa * 2013

Renang merupakan mata ajar yang termasuk kedalam ruang lingkup KTSP 2006, aktivitas renang pada pembelajaran Penjas memerlukan pada kondisi yang menunjang, aspek psikologis bisa menunjang proses pembelajaran, namun seperti kecemasan, ketakutan dan motivasi rendah akan menimbulkan dampak sebaliknya. Masalah penelitian untuk mengungkap sejauh mana keterkaitan antara kecemasan dengan hasil belajar renang.

Metode penelitian adalah, penelitian korelasional yang mengkaitkan tingkat kecemasan dan hasil belajar renang, sample dan populasi seluruh siswa SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat, instrumen yang dipakai menggunakan angket untuk kecemasan dan hasil 30 orang belajar dengan menggunakan tes performa.

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian, rata-rata hasil kecemasan siswa 60% dan nilai koefisien korelasi 0,977, tingkat kecemasan siswa berkorelasi erat dengan hasil belajar renang.

Simpulan hasil penelitian bahwa kecemasan berkorelasi positif terhadap hasil belajar renang, kecemasan dapat mempengaruhi hasil belajar renang.

(5)

ABSTRACT

LEARNER’S ANXIETY IMPACT ON THE OUTPUT OF SWIMMING LESSON

Iqlima Chaerunisa * 2013

Swimming is one of the lessons included into scope of KTSP 2006, swimming activity on the PE lesson requires a supportive condition, psychology aspects can be one of the most supporting aspects in learning process, hence there are issues which have to be considered serious, such as anxiety, fear and lack of motivation which will cause a contradictory output.

The research methodology used was correlative research which correlated the level of anxiety with the swimming lesson output, the sample and population were the students of SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat, the instrument used was questionnaire about the level of anxiety and 30 students used performance test.

Based on the result of research data processing, the average of anxiety resulted of 60% students and the correlation coefficient 0,977, the level of student’s anxiety correlated closely with the output of swimming lesson.

The conclusion of the research indicated that anxiety correlated positively with the result of swimming lesson, anxiety can predispose the output of swimming lesson.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………….....……... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………...………...…………... iii

ABSTRAK………...... i

DAFTAR ISI………..………..... v

DAFTAR TABEL………..………..... viii

DAFTAR GAMBAR………..………..... ix

DAFTAR LAMPIRAN………..………...... x

BAB I PENDAHULUAN..………...... 1

A. Latar Belakang..……….….…………... 1

B. Rumusan Masalah………...………... 5

C. Tujuan Penelitian………...….…………... 5

D. Manfaat Penelitian………... 5

E. Batasan Masalah……… 6

F. Batasan Istilah……….………... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS………. 7

A. Renang………….………....…….. 7

B. Teknik Dasar Renang………….……….………... 8

C. Pembelajaran Renang……..………..………….11

D. Tingkat Kecemasan (Anxiety)……….………... 16

E. Anggapan Dasar……….………….………….... 26

(7)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN….……….…… 28

A. Metode Penelitian……….……...……….. 28

B. Populasi dan Sampel………...………….……….. 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian……….……….. 30

D. Alat Pengumpul Data………. 30

E. Uji Coba Angket……… 33

F. Prosedur Pengolahan Data………...……….. 41

G. Menghitung Percentasi Gambaran Alternatif Jawaban………. 44

H. Menghitung Koefisien Korelasi………. 45

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA………....... 46

A. Hasil Pengolahan Data………..………. 46

B. Analisis Data……….……….….... 47

C. Diskusi Penemuan………..…………..…………... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……… 52

A. Kesimpulan……….….……….………. 52

B. Saran……….…………...….………. 52

DAFTAR PUSTAKA………....….………..... 53 LAMPIRAN – LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL Tabel

3.1. Kisi-Kisi Kecemasan... 32

3.2. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban……...33

3.3. Data Hasil Uji Validitas Kecemasan Siswa... 36

3.4. Data Hasil Uji Realibilitas Kecemasan Siswa... 40

3.5. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi…..…..….…... 41

3.6. Kriteria Frekwensi Presentase………….……..……...44

4.1. Data Hasil Perhitungan dari Tes Kecemasan Siswa...46

4.2. Hasil Perhitungan Data Uji Normalitas Liliefors... 47

4.3. Tabel Persentase Kecemasan Siswa... 48

(9)

DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Teknik Dasar renang Gaya Bebas

(Free/Crawl Style Stroke)... ……... 9

2. Teknik Dasar Renang Gaya Punggung (Backstroke)………... 9

3. Teknik Dasar Renang Gaya Dada (Breastroke)………….... ... 10

4. Teknik Dasar renang Gaya Kupu-Kupu………... ... 11

5. Hubungan Antara Kecemasan, Motif Berprestasi dan Penampilan... ... ... 25

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi Penelitian... 56

2. Instrumen Penelitian (Angket)...63

3. Hasil Perhitungan Uji Validitas Uji Coba Instrumen... 72

4. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Uji Coba Instrumen……... 77

5. Hasil Perhitungan Normalitas Data………... 79

6. Hasil Persentase Dampak Kecemasan Siswa Terhadap Hasil Belajar…….. 80

7. Hasil Perhitungan Korelasi Dampak Kecemasan Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa………. 82

8. Tabel Persentil Untuk Distribusi t…………..……...……….…...……... 84

9. Tabel Persentil Untuk Distribusi Z……… 85

10.Tabel Nilai Kritis L Uji Normalitas Lillieford……….….…... 86

11.Photo Penelitian……….……… 87

12.Surat Keputusan Pengesahan Judul Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi……….... 90

13.Surat Izin Penelitian………….………..…... 95

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai tuntutan kebutuhan baik itu kebutuhan secara fisik-fisiologis maupun sosial-biologis, oleh sebab itu manusia dalam kesehariannya selalu bergerak. Bergeraknya manusia merupakan tuntutan yang alamiah merupakan kebutuhan manusia yang ditinjau dari aspek fisik-fisiologis. Oleh karena manusia mempunyai kebutuhan gerak yang cukup kompleks. Manusia merupakan makhluk yang diberikan potensi akal oleh Allah SWT, dengan akal manusia mampu memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya, seluruh alam semesta ini dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan baik untuk memenuhi segala kebutuhan dan kepentingan kehidupanya.

Lingkungan air merupakan unsur alam yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, seiring itu manusia sering beradaptasi dengan air, contohnya manusia harus mampu berinteraksi dengan air dalam mempertahankan keselamatan dirinya baik itu untuk menyebrang sungai, keperluan militer dan lain-lain, dengan berenang manusia dapat mengapung dan bergerak sambil bernafas untuk tujuan-tujuan tertentu.

Sebagaimana terungkap dalam sejarahnya bahwa berenang telah dikenal sejak zaman dahulu. Orang menjadikan berenang sebagai salah satu olahraga yang menarik. Pada zaman dahulu di Yunani dan Romawi, olahraga renang telah dijadikan salah satu alat dalam penyelenggaraan pendidikan. Demikian juga pada masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa atau yang lebih dikenal dengan istilah renaissance, para ahli seperti: Vittarino de Feltre, Mercurialis, John Locke, dan lain-lain menganjurkan agar berenang dijadikan salah satu alat dalam penyelenggaraan pendidikan.

(12)

2

pendidikan jasmani, salah satunya bentuk aktivitas berenang. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang paling digemari oleh sebagian besar masyarakat dunia termasuk juga oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, hal ini terlihat dengan banyak klub-klub renang di Indonesia, mulai dari kelompok umur junior sampai kelompok umur senior. Selain itu juga, renang telah ada dalam kurikulum pembelajaran di sekolah baik itu dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMP,2004). Dari pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, 2004). Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD/MI, adalah meliputi tujuh aspek antara lain:

1. Permainan dan olahraga

2. Aktivitas pengembangan

3. Aktivitas uji diri (senam)

4. Aktivitas ritmik

(13)

6. Aktivitas di luar kelas (outdoor activity)

7. Pendidikan kesehatan.

Dari ketujuh pokok bahasan, lima pokok bahasan, seperti ritmik, senam,olahraga permainan, teori kesehatan dan pendidikan luar sekolah. Dapat dilaksanakan tanpa banyak hambatan, berbeda dengan renang yang tidak bisa terselenggara secara maksimal. Diantarnya adalah terkendala oleh masalah fasilitas kolam yang tidak dimiliki oleh sekolah, selain itu juga hambatan berada didalam diri siswa itu sendiri. Mengakibatkan pada kendala-kendala yang lainnya masalah waktu, biaya, siswa sehingga memerlukan pengelolaan khusus. Karena pokok bahasan renang tercantum dalam kurikulum. Sedangkan kendala-kendala cukup menyulitkan para guru pendidikan jasmani dalam mengajarkan pokok bahasan renang hanya memberikan pelajaran renang secara teori saja, sehingga praktis para siswa umumnya tidak mempunyai keterampilan renang secara praktik, hal ini mengakibatkan keberanian siswa dalam melakukan aktivitas didalam air rendah.

Pendidikan Jasmani selain dimensi fisik olahraga juga dikaji dari dimensi psikis. Dimensi psikis atau jiwa dalam aktivitas jasmani dan olahraga merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Beberapa keadaan psikologis yang terjadi pada siswa yang sedang melakukan pembelajaran pendidikan jasmani sangatlah kompleks. Kompleksitas tubuh manusia dalam menghadapi respon dan tekanan merupakan kondisi yang sering terjadi dalam aktivitas pembelajaran jasmani dan olahraga. Hal yang sering terjadi dalam lingkup aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga adalah timbulnya kegairahan, ketegangan, dan kecemasan.

(14)

4

akan mempengaruhi penampilannya atau prestasi terutama pada waktu-waktu tertentu, atau bahkan dalam proses pembelajaran.

Aspek psikologis yang menunjang sebuah proses pembelajaran diantaranya motivasi tinggi, aspirasi kuat dan kematangan kepribadian. Sedangkan aspek yang mengganggu diantaranya ketegangan dan kecemasan, motivasi rendah, obsesi, gangguan emosional, keraguan atau takut. Dari kondisi psikologis yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran siswa yang sering kita alami khususnya pada waktu pembelajaran renang dimana kegiatannya berada di dalam air atau pada saat yang dilakukan penilaian, contohnya seperti menghadapi ujian praktik renang, siswa pasti mengalami kecemasan.

Bagi yang penyesuaiannya kurang baik, maka cemas merupakan bagian terbesar dalam kehidupannya, sehingga kecemasan dapat juga menghambat suatu kegiatan. Bagi seseorang yang mengalami cemas belum tentu cemas bagi yang lain. Biasanya orang yang sedang mengalami kecemasan akan susah berkonsentrasi dan bersosialisasi sehingga menjadi kendala dalam menjalankan fungsi sosial, pekerjaan, dan perannya

Kecemasan merupakan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dipastikan penyebabnya. Gunarsa (1989 : 146) menjelaskan:

Gejala-gejala yang terjadi dari kecemasan itu ada dua, yaitu bersifat fisik dan psikis, yang bersifat fisik yaitu adanya perubahan yang dramatis pada tingkah laku, gelisah, terjadinya peregangan otot-otot terutama pada pundak, leher dan perut, terjadinya perubahan irama pernafasan, terjadi kontraksi otot setempat seperti pada dagu, sekitar mata dan rahang. Sedangkan yang bersifat psikis yaitu adanya gangguan pada perhatian dan konsentrasi, perubahan emosi, menurunnya rasa percaya diri, timbul obsesi dan tidak adanya motivasi yang kuat.

(15)

siswa. Ketika siswa mempunyai tingkat kecemasan yang cukup tinggi berpengaruh terhadap hasil belajar renang Gaya Bebas, maka guru mempunyai kesulitan juga untuk memberikan materi pembelajaran dan mengambil penilaian.

Oleh karena itu penulis meneliti tentang “Dampak Kecemasan Siswa Terhadap

Hasil Belajar Renang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti ingin merumuskan masalah yaitu :

Sampai sejauh mana Dampak Kecemasan Terhadap Hasil Belajar Renang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Sampai sejauhmana dampak tingkat kecemasan terhadap hasil pembelajaran renang.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut:

1. Secara teoritis: dapat mendukung teori-teori pembelajaran pedagogi khususnya pada pembelajaran renang

2. Secara praktis dapat memberikan informasi kepada para guru olahraga atau pembina olahraga sebagai salah satu pertimbangan dalam upaya mengurangi tingkat kecemasan terhadap siswa saat pembelajaran renang . 3. Penelitian ini bertujuan sebagai aplikasian ilmu, baik yang berupa teori

(16)

6

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka perlu adanya batas lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya membahas tentang dampak kecemasan terhadap hasil pembelajaran renang.

2. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SMP 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat .

3. Metode yang digunakan adalah metode penelitian korelasional, dengan menggunakan angket sebagai instrumen atau alat pengumpul data.

4. Tempat penelitian di Kolam Renang Fajar Panorama

F. Batasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai istilah menurut para ahli:

1. Anxiety menurut Straub, ed., (1978:142) adalah reaksi situasional terhadap berbagai rangsang stress (ketegangan). Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan takut atau cemas yang berlebihan sehingga mengganggu proses kegiatan belajar dan pembelajaran renang. Ini hubunganya dengan tujuan pembelajaran renang.

2. Renang dalam hhtp://home comcast.net/-hot tub/swimming.htm yang diterjemahkan oleh Badruzaman (2007:13) renang secara umum adalah upaya mengapung atau mengangkat tubuh ke atas permukaan air. Dan secara spesifiknya renang adalah suatu cara yang dilakukan seseorang (binatang) untuk menggerakan tubuhnya melalui air.

(17)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah langkah-langkah yang diambil untuk mempermudah penelitian. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang akan diteliti, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai. Dimana tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Dengan demikian, peneliti dituntut untuk terampil menentukan metode yang tepat dan sesuai degan permasalahan yang sedang diteliti. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1994:131) yaitu:

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mecapai suatu tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang tentunya disesuaikan dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan untuk menguji kebenaran dari hipotesis penelitian ini adalah metode penelitian korelasional.

(18)

29

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dianalisis. Kemudian diungkap sejauh mana variasi suatu faktor berkaitan dengan faktor lain. Hal ini untuk memperoleh gambaran-gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian ini tercapai seperti yang diharapkan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis beranggapan bahwa yang paling cocok untuk penelitian ini adalah metode penelitian korelasional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok subjek yang diperlukan oleh peneliti. Objek penelitian ini perlu ditetapkan secara akurat, sebab data yang terkumpul akan diolah dan dianalisa kemudian kesimpulannya digunakan untuk membuktikan kebenaran daripada hipotesis. Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah merupakan penelitian populasi. Hal ini dijelaskan oleh Arikunto (2002:108), bahwa : “Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak (randomized sampling) dengan cara diundi agar setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Kemudian untuk menentukan besar kecilnya sampel penelitian Arikunto (2002:112) menjelaskan sebagai berikut :

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitianya populasi. Selanjutnya bila subjek besar dapat diambil antara 10%-50% atau 20%-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan tenaga”.

Dalam menentukan jumlah sampel sebagai sumber data, penulis memfokuskan kepada pendapat Arikunto (1991:73):

(19)

Dari pendapat di atas maka populasi dalam penelitian ini sebanyak 300 orang siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cisarua. Kemudian diambil sample sebanyak 10% yaitu jumlah sample 30 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat untuk melakukan penelitian ini dilaksanakan di Kolam Renang Fajar Panorama Cimahi. dengan waktu pelaksanaan penelitian berlangsung antara bulan Januari – Februari 2013 pukul 14.00 WIB – selesai.

D. Alat Pengumpul Data

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai alat pengumpul datanya.

Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkan melalui sub komponen, indikator-indikator dan pertanyaan-pertanyaan. Butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu merupakan gambaran tentang Dampak Kecemasan Siswa Terhadap Hasil Belajar Renang. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.

Untuk memudahkan dalam menjawab butir-butir pertanyaan atau pertanyaan angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu yang dialaminya. Kemudian siswa melakukan pembelajaran renang dan diberi penilaian sesuai dengan rubrik penilaian dalam silabus SMP untuk dapat meraih nilai hasil belajar renang.

Langkah-langkah menyusun angket adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Spesifikasi Data.

(20)

31

tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada penjelasan sebagai berikut:

a. Weinberg dan Goul (1988) dalam Satiadarma (2000:95) menyatakan, ”Kecemasan adalah keadaan emosi negatif yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai dengan peningkatan gugahan sistem kebutuhan”.

b. Gunarsa (1989 : 146) menjelaskan bahwa atlet yang mengalami anxiety menampilkan gejala-gejala berikut :

1. Gejala Fisik

 Adanya perubahan yang dramatis pada tingkah laku, gelisah atau tidak tenang dan susah tidur

 Terjadinya peregangan otot-otot pundak, leher, perut terlebih lagi pada otot-otot ekstremitas

 Terjadinya perubahan irama pernafasan

 Terjadinya kontraksi otot setempat, pada dagu, sekitar mata dan rahang 2. Gejala Psikis

 Gangguan pada perhatian dan konsentrasi  Perubahan emosi

 Menurunnya rasa percaya diri  Timbul obsesi

 Tiada motivasi

c. Setyobroto (1993 : 108) menjelaskan tentang ganguan emosi atau stress yang mengakibatkan kecemasan dengan gejala-gejalanya sebagai berikut : 1. Sering merasa khawatir, merasa tidak mampu menghadapi persoalan 2. kurang dapat konsentrasi

3. kurang percaya diri, sering menunjukan kebimbangan karena adanya internal konflik

(21)

Dari penjelasan tersebut, penulis tuangkan dalam bentuk pertanyaan pada sampel penelitian dan hasil dari jawaban pertanyaan tersebut digambarkan dalam kisi-kisi seperti pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Kecemasan Siswa

Variabel Sub

2. Penyusunan Angket

(22)

pernyataan-33

pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakni skala likert.

Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban

Perlu penulis jelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut, maka pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad ( 1990:184 ) sebagai berikut:

1. Rumuskan setiap pertanyaan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. 2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. 3. Sifat pernyataan harus netral dan objektif.

4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.

5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.

(23)

E. Uji Coba Angket

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpulan data dalam penelitan ini.

Uji coba angket ini dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cisarua. Angket tersebut diberikan pada sampel penelitian sebanyak 30 orang. Sebelum para sampel mengisi angket tersebut, penulis memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.

1. Pengujian Validitas Instrumen

Untuk memperoleh kesahihan dan keterandalan dari tiap butir soal, uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas internal butir dengan mengkorelasikan antara skor tiap butir soal yang didapat dengan skor total responden, sedangkan untuk uji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan teknik belah dua dengan rumus korelasi Product Moment dan SpearmanBrown. 1. Pengujian validitas instrumen

Berikut langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas angket adalah:

a. Memberikan skor pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan jawaban responden.

b. Merangking skor yang diperoleh masing-masing responden.

c. Menentukan 27% persen responden yang memperoleh skor tinggi, kelompok ini disebut kelompok atas.

d. Menentukan 27% persen responden yang memperoleh skor rendah, kelompok ini disebut kelompok bawah.

(24)

35

f. Mencari simpangan baku tiap butir soal kelompok atas dan kelompok bawah. Menggunakan rumus sebagai berikut:

(25)

S12 = Simpangan baku kelompok atas dikuadratkan

S22 = Simpangan baku kelompok bawah dikuadratkan

h. Mencari nilai “t hitung” untuk tiap butir soal dari kedua kelompok dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

t =

Keterangan :

t = Nilai t hitung yang dicari X1 = Skor rata-rata kelompok atas

X2 = Skor rata-rata kelompok bawah

S = Simpangan baku gabungan kedua kelompok N1 = Jumlah responden/sampel kelompok atas

N2 = Jumlah responden/sampel kelompok bawah

Selanjutnya membandingkan nilai t hitung yang telah di cari dengan t tabel pada taraf signifikansi α 0.05 atau tingkat kecemasan 95% dengan derajat kesahihan (dk = n1+n2-2) yaitu 8+8-2 = 14, maka nilai t tabel yang diperoleh

1,76.

Setelah melakukan perhitungan dari data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh angket valid yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

2 1 X

X

2 1 1/

/

1 n n

(26)

37

Tabel.3.3

Data hasil uji validitas Angket Kecemasan Siswa

No Soal t – hitung t – tabel Keterangan

1 23 1,76 Valid

2 13 1,76 Valid

3 17 1,76 Valid

4 24 1,76 Valid

5 20 1,76 Valid

6 24 1,76 Valid

7 16 1,76 Valid

8 18 1,76 Valid

9 7 1,76 Valid

10 43 1,76 Valid

11 8 1,76 Valid

12 7 1,76 Valid

13 17 1,76 Valid

14 7 1,76 Valid

15 3 1,76 Valid

16 25 1,76 Valid

17 35 1,76 Tidak Valid

18 27 1,76 Valid

(27)

20 29 1,76 Valid

21 29 1,76 Valid

22 29 1,76 Valid

23 11 1,76 Valid

24 19 1,76 Valid

25 23 1,76 Valid

26 16 1,76 Valid

27 15 1,76 Valid

28 -26 1,76 Tidak Valid

29 32 1,76 Valid

30 23 1,76 Valid

31 -23 1,76 Tidak Valid

32 14 1,76 Valid

33 20 1,76 Valid

34 39 1,76 Valid

35 23 1,76 Valid

36 25 1,76 Valid

37 23 1,76 Valid

38 29 1,76 Valid

39 30 1,76 Valid

40 24 1,76 Valid

41 33 1,76 Valid

(28)

39

43 -25 1,76 Tidak Valid

44 21 1,76 Valid

45 4 1,76 Valid

46 12 1,76 Valid

47 -4 1,76 Tidak Valid

48 38 1,76 Valid

49 49 1,76 Valid

50 -35 1,76 Tidak Valid

51 -29 1,76 Tidak Valid

52 -11 1,76 Tidak Valid

53 28 1,76 Valid

54 -37 1,76 Tidak Valid

55 -28 1,76 Tidak Valid

56 -20 1,76 Tidak Valid

57 -27 1,76 Tidak Valid

58 -20 1,76 Tidak Valid

59 18 1,76 Valid

60 26 1,76 Valid

(29)

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Berikut langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan reliabilitas angket tersebut adalah:

a. Membagi butir pernyataan valid menjadi dua bagian pernyataan yang bernomor ganjil dan bernomor genap.

b. Skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dikelompokkan menjadi variabel x dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor genap menjadi variabel y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan valid yang bernomor ganjil dengan butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:

r xy = n

XY

  

X

Y

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi yang dicari

XY = Jumlah perkalian skor x dan y X = Jumlah skor x

Y = Jumlah skor y

n = Jumlah banyaknya pasangan X dan Y

Setelah melakukan perhitungan dari data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh reliablitas angket yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.3.4

Data hasil uji realibilitas Kecemasan Siswa

Variabel Reliabilitas Koefisien (Rii)

Kecemasan 0.852 0.92

 

2 2

2

 

2

(30)

41

Arikunto (2003) mengemukakan tentang interprestasi besarnya koefisien korelasi: - Antara 0,80 s. d. 1,00  sangat tinggi

- Antara 0,60 s. d. 0,80  tinggi - Antara 0,40 s. d. 0,60  cukup - Antara 0,20 s. d. 0,40  rendah

- Antara 0,00 s. d. 0,20  sangat rendah

d. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus:

r ii =

2.rxy = Dua kali koefisien korelasi

1 + rxy = Satu tambah koefisien korelasi

e. Setelah didapat nilai koefisien yang dicari lalu dilakukan pengujian signifikansi koefisien korelasi yang disesuaikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi didapat dari Barry L. Johnson (2007:109) seperti berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan

(31)

F. Prosedur Pengolahan Data

Sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasional. Dalam proses pengolahan data tersebut penulis menggunakan langkah-langkah di bawah ini:

1. Menghitung rata-rata, simpangan baku, dan t-hitung

a. Mencari nilai rata-rata

 

X dari setiap kelompok data dengan rumus:

X= n

X

Arti tanda-tanda rumus diatas adalah: X = nilai rata – rata yang dicari

X = skor mentah

n = jumlah sampel

= jumlah dari

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah: S = simpangan baku yang dicari

= jumlah dari

X = nilai data mentah

X = nilai rata – rata yang dicari

(32)

43

2. Uji normalitas data

Rumus yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara parametrik yang dikenal dengan uji Liliefors. Untuk pengujian hipotesis nol, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

a. pengamatan X1,X2,….,…,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,….,…, Zn dengan

(X dan Z merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes). b. Untuk tiap bilangan baku ini , menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P (Z< Zi).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2, Z3,…,Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka

n

d. Hitung selisih F(Zi-SZi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantrara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan kritis L yang diambil dari daftar nilai krites L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata 0,05

Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari pengamatan melebihi L dari daftar kritis uji Liliefors. Dalam hal ini hipotesis nol diterima. (Sudjana,1989:466-467).

3. Setelah uji normalitas, selanjutnya penulis mengolah data dengan prosedur dan analisis data dengan skala persentase sebagai berikut: a. Pengelompokan data. Dalam pengelompokan data ini penulis melakukan

(33)

b. Menjumlahkan skor-skor seluruh pertanyaan tiap sub komponen.

Seperti halnya skor aktual dengan menghitung jumlah skor dari tiap kelompok pertanyaan dan skor ideal dihitung dengan cara jumlah skor dikali skor maksimal dikali jumlah sampel.

Sedangkan persentase menggunakan rumus:

%

c. Membuat kriteria tingkat kecemasan

d. Membuat grafik dari skor-skor yang didapat. e. Buat Kesimpulan.

G. Menghitung Prosentase Gambaran Alternatif Jawaban

Menghitung prosentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:

Xn : jumlah skor ideal atau pengharapan

100 % : Bilangan tetap

(34)

45

Tabel 3.6

Kriteria Frekwensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 – 100% Tinggi

56 – 75% Sedang

40 – 55% Rendah

<40% Sangat Rendah

H. Menghitung Koefisien Korelasi

Besar kecilnya derajat hubungan antar dua variable digambarkan melalui besar kecilnya koefisien korelasi. Korelasi antar dua variable dikatakan sempurna apabila koefisien korelasinya mendekati = 1,00. Teknik penghitungan koefisien korelasi pada penelitian ini adalah menggunakan teknik penghitungan koefisien korelasi dengan skor berpasangan (skor kasar). Koefisien korelasi menggunakan rumus :

  

2

1 2 1

1 1

y x

y x rxy

xy

r = Korelasi antar variabel x dan variabel y

1

x = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (x)

1

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan bahwa simpulan hasil penelitian diperoleh korelasi positif antara tingkat kecemasan dengan hasil belajar renang.

Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang penulis lakukan, selanjutnya penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi para guru, pelatih atau Pembina renang, khususnya dalam menghadapi siswa yang sedang melaksanaan proses pembelajaran renang dengan tingkat kecemasan sedang maka senantiasa mempunyai metode dan cara yang inovatif dalam memberikan materi pembelajaran renang, sehingga tingkat kecemasan akan menjadi lebih rendah dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

2. Bagi para guru, dalam pembelajaran renang, hendaknya memperhatikan aspek psikologis khususnya dalam hal kecemasan, karena kecemasan akan mempengaruhi hasil belajar.

3. Setelah tingkat kecemasan rendah dan hasil pembelajaran renang menunjukan hasil yang baik dan sesuai harapan tujuan pembelajaran maka guru, pelatih dan pembina renang bisa mengembangkan aspek yang lainnya kepada siswa tentang bahan ajar renang.

(36)

LAMPIRAN II

(37)

LAMPIRAN II Instrumen Penelitian

A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Tempat/Tgl Lahir : 3. Pendidikan : B. Petunjuk pengisian

Kami mengharapkan bantuan dan kerjasama anda untuk dapat mengisi angket ini dengan sejujur-jujurnya, karena angket ini tidak dimaksudkan untuk menilai kemampuan anda serta kami akan menjaga kerahasiaannya. Angket ini dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu gambaran yang jelas mengenai Dampak Pembelajarn Renang Terhadap Kecemasan Siswa.

Atas segala perhatian, kesediaan dan bantuan anda dalam mengisi angket ini, kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Contoh Pengisian Jawaban

Berilah tanda Check list (√) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan dan pengalaman anda

Keterangan alternatif jawaban

SL : Selalu JR : Jarang SR : Sering TP : Tidak pernah KD : Kadang-kadang

No. Pernyataan Alternatif Jawaban

SL SR KD JR TP

(38)

LAMPIRAN II (Lanjutan) C. Angket Kecemasan Siswa

No. Pernyataan Alternatif Jawaban

SL SR KD JR TP melaksanakan praktek renang saya yakin dapat melaksanakanya dengan baik dan berani.

5. Karena tegang, saya berteriak saat akan melaksanakan praktek renang.

6. Karena tegang pada saat menghadapi pembelajaran renang, saya sering terburu-buru masuk ke dalam kolam

7. Saya merasa dalam keadaan terancam saat akan melaksanakan pembelajaran praktek renang. 8. Wajah saya pucat saat akan melaksanakan

pembelajaran praktek renang.

9. Saya merasa ingin buang air kecil saat akan melaksanakan pembelajaran praktek renang. 10. Saya tidak merasa ada ketegangan pada saat

melaksanakan pembelajaran praktek renang 11. Saya merasa tidak ada perubahan negatif pada

sistem pencernaan saat melaksanakan pembelajaran praktek renang.

12. Saya merasa ada perubahan negatif pada sistem pencernaan saat melaksanakan pembelajaran praktek renang.

13. Saya merasakan keringat dingin berlebih jika melaksanakan pembelajaran praktek renang 14. Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek

(39)

LAMPIRAN II (Lanjutan) 15. Saya selalu fokus jika melaksanakan

pembelajaran praktek renang

16. Pada Saat melaksanakan pembelajaran praktek renang saya menjadi pendiam.

17. Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek renang tidak ada perasaan takut tenggelam. 18. Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek

renang Saya takut tidak dapat melakukanya dengan baik.

19 Saya tidak merasakan lutut gemetar saat melaksanakan pembelajaran praktek renang 20 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek

renang saya merasa takut tenggelam jika melihat luasnya kolam renang .

21 Saya merasa was-was jika melaksanakan pembelajaran praktek renang.

22 Saya tidak merasakan keringat dingin berlebih keluar saat melaksanakan pembelajaran praktek renang

23 Wajah saya tidak pucat saat melaksanakan pembelajaran praktek renang.

24 Saya tidak mempunyai perasaan was-was jika melaksanakan pembelajaran praktek renang 25 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek

renang saya meloncat sejauh mungkin ke dalam kolam.

26 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek renang saya takut gelombang air di kolam besar 27 Saya kurang percaya diri jika melaksanakan

pembelajaran praktek renang.

28 Saya tidak yakin dapat melaksanakan pembelajaran praktek renang.

29 Saya merasa dalam keadaan terancam melaksanakan pembelajaran praktek renang. 30 Jantung saya berdetak kencang jika melaksanakan

pembelajaran praktek renang.

(40)

LAMPIRAN II (Lanjutan) 32 Konsentrasi saya terganggu jika kolam renangnya sangat luas dan dalam untuk melaksanakan

35 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek renang, irama pernafasan saya tidak teratur. 36 Saya merasa irama pernafasan saya teratur saat

melaksanakan pembelajaran praktek renang.

37 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek renang dan melihat guru, saya merasa terbebani 38 Irama pernafasan saya teratur saat melaksanakan

pembelajaran praktek renang.

39 Saya merasa detak jantung saya berdetak normal saat melaksanakan pembelajaran praktek renang. 40 Saya merasa keringat dingin berlebih keluar saat

melaksanakan pembelajaran praktek renang. 41 Saya tidak melihat orang lain jika melaksanakan

pembelajaran praktek renang.

42 Konsentrasi saya terganggu mendengar teriakkan orang lain saat melaksanakan pembelajaran praktek renang.

43 Saya yakin dapat melaksanakan pembelajaran praktek renang

44 Saya lebih tenang melaksanakan pembelajaran praktek renang.

45 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek renang saya merasa pernafasan saya terkendali. 46 Karena tegang saat akan melaksanakan

pembelajaran praktek renang saya berteriak. 47 Pada saat melaksanakan pembelajaran praktek

renang dan melihat siswa lain saya merasa tegang.

Gambar

Tabel
Gambar
Kisi-Kisi Kecemasan Siswa Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan Desa Wisata Di Kabupaten Bantul Berbasis Android Menggunakan Metode (Topsis) mampu memberikan data dan informasi desa wisata, wisata alam, wisata sejarah dan

laku tersebut terbentuk dalam diri klien. 2) Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari.. tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat

4 Dalam penciptaan karya ini perancang karya menggunakan pendekatan naratif sebagai inti dari jalannya cerita, pada bagian awal akan dijelaskan mengenai sejarah dari

merupakan tempat pencarian informasi. Peruntukan lokasi untuk bangunan merupakan area yang strategis yang memungkinkan dipergunakan sebagai tempat pembangunan bangunan

Pada penentuan pengaruh decocta buah pare dengan dosis 2,5 ml/200grBB pada hewan coba kelompok II terhadap penurunan kadar rata-rata glukosa darah menunjukkan bahwa tidak ada

Selain itu terdapat suatu sifat yang mendasar dan penting, bahwa suatu fungsi png kontinu pada suatu interval tertutup terbatas mempunyai nilai maksimum dan

Sedangkan sosiologi Soerjono Soekanto (1992: 30), menjelaskan bahwa asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf lanjut, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha

Melalui penugasan, siswa dapat melaporkan hasil pengamatan sederhana tentang lingkungan sehat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tepat dan penuh tanggung jawab yang