• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG DI SMK NEGERI 5 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG DI SMK NEGERI 5 BANDUNG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIF

TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS

(STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG

KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMKN 5

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh

Nur Amalia 0905612

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nur Amalia, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA

MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG DI SMK NEGERI 5

BANDUNG

Oleh Nur Amalia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan

© Nur Amalia 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

NUR AMALIA 0905612

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS XI TEKNIK GAMBAR

BANGUNAN SMKN 5 BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. H. Nanang Dalil Herman, ST., M.Pd. NIP. 19620202 198803 1 002

Pembimbing II,

Dedi Purwanto, S.Pd, M.PSDA. NIP. 19770429 200604 1 012

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil,

(4)

iv Nur Amalia, 2013

ABSTRAK

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Bandung

Oleh Nur Amalia

0905612

Prestasi belajar siswa kurang memuaskan terlihat dari beberapa siswa mendapat nilai dibawah KKM. Sehingga diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif, menumbuhkan semangat belajar, mudah memahami materi dan tidak membosankan agar tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta mengidentifikasi pengaruh penggunaan model pembelajaran Cooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung.

Desain penelitian menggunakan Quasi Experimental Design. Metode penelitian menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonrandom sampling tipe sampling jenuh. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi. Untuk menguji kelayakan instrumen dilakukan uji validitas menggunakan sampel uji coba sebanyak 20 siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar siswa kelas eksperimen hasil pretest

mendapat interpretasi kurang dan hasil posttest mendapat interpretasi baik. Prestasi belajar siswa kelas kontrol hasil pretest mendapat interpretasi kurang dan hasil posttest mendapat interpretasi baik. Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi belajar antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol, hal tersebut terlihat dari rata-rata perbedaan peningkatan hasil belajar siswa (Gain), kelas eksperimen termasuk kategori tinggi sedangkan kelas kontrol termasuk kategori sedang. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Dalam menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) baiknya guru lebih mempersiapkan keperluan pembelajaran karena penerapan model ini lembar diskusi, soal-soal individu dan pembentukan kelompok secara heterogen. (2) Pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung, model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat digunakan. Model ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran baik sosial maupun exact karena model pembelajaran tipe ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, selain itu siswa memiliki kemampuan-kemampuan lain seperti lebih berani bertanya, memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat bekerja sama dalam tim.

(5)

v ABSTRACT

The influence of the use of the Learning Model of type Student Teams Achievement Cooperatif Divisions (STAD) Of Learning Achievement of students of Class XI on Building Science Subjects at SMK Negeri 5 Bandung

Nur Amalia 0905612

Unsatisfactory student achievement can be seen from some of the students scored below the KKM. So that the necessary existence of a learning model that can actively engage learners , foster enthusiasm for learning , easy to understand the material and not boring that learning objectives are achieved. The purpose of this research is to gain an overview of student achievement and the experimental class and the control class to identify the effect of the use of STAD cooperatif learning model on student achievement XI Architecture Engineering at SMK Negeri 5 Bandung.

Design research using Quasi Experimental Design. Research methods using the Nonequivalent Control Group Design. The population of this research is the grade XI Architecture Engineering SMK Negeri 5 Bandung school year 2013/2014. The sampling technique used nonrandom sampling technique sampling saturated type. The technique uses test data collection and observation sheets . To test the feasibility of using the instrument to test the validity of the test sample as many as 20 students.

Based on the results of the research , the experimental class student achievement results interpretation pretest gets less and posttest results got better interpretation . Student achievement results of the pretest control class gets less and interpretation of the results of the posttest got a good interpretation. There is a significant influence students' learning achievement between the experimental class and control class students , it is seen from the average difference in improving student learning outcomes ( Gain ) , the experimental class were high while the control class being categorized. The recommendations can be given in this study, namely: (1) learning model in using Student Teams Achievement Divisions (STAD) as good teachers better prepare learning needs due to the application of this model sheet discussion, questions of individual and heterogeneous group formation. (2) In subjects Sciences Building, STAD Cooperative learning model can be used. This model can also be applied to subjects as social and exact model of this type of learning can improve student achievement , other than that the student has other capabilities such as more dare ask , has the leadership skills and can work together in teams.

Keywords: Learning Achievement, Student Teams Achievement Divisions

(6)

v

1.1Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2Identifikasi dan Pembatasan Masalah………... 4

1.3Rumusan Masalah………... 5

2.4Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Siswa ... 31

2.5Kerangka Berpikir ... 32

2.6Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1Lokasi dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian……….... 35

3.2Desain Penelitian dan Paradigma Penelitian……….. 36

3.3Metode Penelitian……….. 38

3.4Definisi Operasional……….. 38

3.5Instrumen Penelitian……….. 39

3.6Teknik Pengumpulan Data………. 40

3.7Proses Pengembangan Instrumen………..… 41

(7)

3.9Analisis Data……….. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 55

4.1Hasil Penelitian……….. 55

1. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 55

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 60

3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 65

4.2Analisis Data……… 68

1. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 68

2. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 72

3. Pengujian Hipotesis……… 76

4. Analisis Data Hasil Observasi……… 82

4.3Pembahasan……… 86

1. Gambaran Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 86

2. Gambaran Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 87

3. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa 90 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Rekomendasi ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(8)

1

Nur Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan pendidik untuk

menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Pada dasarnya,

manusia terus mengalami perkembangan, sehingga kebutuhan akan pendidikan juga

terus berkembang. Sejalan dengan hal tersebut, Trianto (2009:1) mengungkapkan

pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

dan sarat perkembangan. Oleh karena itu idealnya pendidikan diselaraskan dengan

perkembangan jaman dari segi manapun

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu contoh pendidikan

formal dalam jenjang pendidikan menengah. SMK adalah sekolah kejuruan yang

mempersiapkan lulusannya dengan bekal keahlian khusus menjadi tenaga kerja

terampil tingkat menengah. Tujuan SMK adalah menyediakan tenaga kerja yang siap

pakai dan produktif agar setelah lulus sekolah diharapkan langsung dapat bekerja di

bidang yang sesuai dengan keahliannya.

Ilmu Bangunan Gedung merupakan salah satu mata pelajaran kompetensi

kejuruan. Di SMK Negeri 5 Bandung, Ilmu Bangunan Gedung diajarkan pada

Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan dan Teknik Konstruksi Batu Beton.

Pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung terdiri dari materi teori dan gambar

konstruksi bangunan. Tujuan mempelajari Ilmu Bangunan Gedung adalah diharapkan

siswa memiliki kemampuan untuk mengerti, membaca gambar konstruksi dan

menguasai dasar-dasar konstruksi bangunan gedung.

Perubahan paradigma yang terjadi dalam pendidikan adalah dari mengajar

menjadi belajar. Maksud dari perubahan paradigma tersebut adalah pendidikan

(9)

mengajar yang baik terjadi dalam dua arah yaitu proses pembelajaran dari guru ke

siswa dan sebaliknya. Dalam proses belajar mengajar, mengetahui sebuah konsep

penting, tetapi bukan mengetahui konsep yang terpenting melainkan mencari suatu

cara agar konsep pengetahuan itu dipahami dengan baik oleh peserta didik.

Tujuannya agar saat siswa masuk ke dunia kerja dan lingkungan masyarakat, siswa

dapat menerapkan pengetahuannya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Sehingga terjadi pergeseran paradigma pendidikan yang menjadikan siswa sebagai

pusat dalam proses belajar mengajar (Student Center Learning). Maka dari itu, proses

belajar mengajar sekarang dan masa yang akan datang lebih menjadikan siswa

sebagai pusat belajar dan aktif. Hal tersebut tertulis dalam Peraturan Pemerintah No.

32 Tahun 2013, pasal 19 (1) yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Maka dari itu, pembaruan dalam pendidikan harus

terus dilakukan agar dapat mengikuti perkembangan serta membantu peserta didik

dalam mengatasi permasalahan hidupnya di masa depan. Sebagaimana diungkapkan

oleh Buchori 2001 (Khabibah, 2006:1) bahwa pendidikan yang baik adalah

pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi

atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan observasi dilapangan terdapat masalah yaitu kurang memuaskan

prestasi belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari masih ada beberapa siswa yang

mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 pada mata

pelajaran Ilmu Bangunan Gedung tahun ajaran 2012/2013. Penyebab kurang

memuaskan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung

diantaranya guru menggunakan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa

(10)

Nur Amalia, 2013

mengemukakan pendapatnya, kurang dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan

minat siswa untuk mempelajari Ilmu Bangunan Gedung masih kurang, serta kurang

aktifnya siswa mencari sumber belajar hal ini terlihat dari sumber belajar yang

digunakan siswa hanya berupa catatan yang diberikan guru tanpa ada keinginan untuk

mencari sumber belajar lain.

Melihat problematika yang terjadi, seorang pendidik dituntut untuk memilih

dan menguasai penggunaan berbagai model pembelajaran yang sesuai dan tepat

dengan materi yang akan disampaikan. Untuk mengatasi problematika diperlukan

adanya suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif,

menumbuhkan semangat belajar, mudah memahami materi dan menarik agar tujuan

pembelajaran tercapai.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk

membantu mengatasi permasalahan. Salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya model pembelajaran

koopertaif ini dirancang untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerja sama dalam tim dan menguasai keterampilan atau pengetahuan yang

disajikan oleh guru serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan

tugas. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, yakni : Student

Teams Achievement Divisions (STAD), tim ahli (Jigsaw), investigasi kelompok

(Group Investigation), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT),

Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini menggunakan tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD). Pemilihan model pembelajaran Cooperatif tipe STAD jika dibandingkan

dengan model pembelajaran Cooperatif lainnya merupakan pilihan terbaik dan

memiliki potensi keberhasilan yang cukup besar. Selain itu, faktor kesederhanaan dan

kemudahan dalam prakteknya menjadi pertimbangan peneliti memilih model

(11)

pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa pada kompetensi dasar

menerapkan macam-macam konstruksi pintu dan jendela dan akan berpengaruh

terhadap prestasi belajarnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung Kelas

XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 5 Bandung”.

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, terdapat

beberapa masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat

diidentifikasi adalah :

1. Kurang aktifnya peserta didik dalam proses belajar mengajar yang menimbulkan

kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung.

2. Minat siswa masih rendah dalam mempelajari dan mencari referensi atau sumber

belajar mengenai Ilmu Bangunan Gedung

3. Siswa kurang menggunakan kesempatan bertanya tentang kesulitan dalam

memahami materi Ilmu Bangunan Gedung sehingga prestasi belajar kurang

memuaskan

Agar penelitian tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah yang akan

diteliti. Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model

pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

2. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada

(12)

Nur Amalia, 2013

3. Prestasi belajar yang dilihat adalah hasil dari pretest dan posttest pada kompetensi

dasar menerapkan macam-macam konstruksi pintu dan jendela.

4. Penelitian dilakukan pada siswa Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan

kelas XI Teknik Gambar Bangunan 1 dan XI Teknik Gambar Bangunan 2 SMKN

5 Bandung, semester ganjil Pada Tahun Ajaran 2013/2014.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pemabatasan masalah tersebut, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran Ilmu

Bangunan Gedung semester ganjil Pada Tahun Ajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas kontrol pada mata pelajaran Ilmu

Bangunan Gedung semester ganjil Pada Tahun Ajaran 2013/2014 ?

3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Cooperatif tipe STAD terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung semester ganjil

Pada Tahun Ajaran 2013/2014 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian

adalah :

1. Memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa kelas eksperimen pada mata

pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada kompetensi dasar menerapkan

macam-macam konstruksi pintu dan jendela di semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa kelas kontrol pada mata

pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada kompetensi dasar menerapkan

(13)

3. Mengidentifikasi pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi

belajar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan di SMKN 5 Bandung pada

semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan hasil

penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritik

Dengan mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap prestasi siswa diharapkan penelitian ini dapat

bermanfaat untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran tentang

menerapkan macam-macam konstruksi pintu dan jendela sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi guru, memberikan informasi agar dapat menerapkan model yang lebih

bervariasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi siswa, dapat mempermudah dalam memahami materi pelajaran, dapat

menyelesaikan masalah saat belajar bersama teman, belajar mengembangkan

sikap bekerja sama dan bertanggung jawab serta dapat membuat proses

belajar mengajar lebih menyenangkan agar tidak selalu monoton.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan

pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan

meneliti serta kesadaran akan pentingnya penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa kelak jika ingin menjadi

(14)

Nur Amalia, 2013

1.6 SistematikaPenulisan

Secara berurutan dalam struktur organisasi skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta

struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Dalam bab kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis ini dikemukakan

kajian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD): pengertian model pembelajaran, pengertian model

pembelajaran kooperatif, pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

pengertian prestasi belajar siswa dan Ilmu Bangunan Gedung.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab metode penelitian ini dikemukakan tentang lokasi dan subjek

populasi/sampel penelitian, desain penelitian dan pemilihan desain penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

instrument serta teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini dikemukakan tentang

pengolahan atau analisis data yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan

penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

(15)

Dalam bab kesimpulan dan saran ini akan disajikan tentang kesimpulan

sebagai hasil akhir penelitian serta saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan

refrensi bagi peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

35 Nur Amalia, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Lokasi adalah tempat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan di

SMK Negeri 5 Bandung yang terletak di Jalan Bojong Koneng No. 37 A

Bandung. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena salah satu SMK

yang memiliki kompetensi keahlian Teknik Gambar Bangunan,

menyelenggarakan mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung. Sekolah ini juga

tempat peneliti melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Populasi adalah keseluruhan subyek untuk diteliti oleh peneliti. Menurut

Arikunto (2002: 108) bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.”

Menurut Syaodih,S. (2005: 250) bahwa “Kelompok besar dan wilayah yang

menjadi lingkup penelitian disebut populasi.”. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013: 117). Berdasarkan pengertian dari para ahli, disimpulkan pengertian populasi adalah keseluruhan subyek dalam lingkup

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kompetensi keahlian teknik

gambar bangunan SMK Negeri 5 Bandung.

Tabel 3.1 Populasi penelitian

Kelas Jumlah Siswa

XI TGB 1 31 Orang

XI TGB 2 28 Orang

Jumlah 59 Orang

Sampel adalah sebagian subyek penelitian yang dianggap dapat mewakili

(17)

mengemukakan bahwa: “Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan

diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Menurut Arikunto (2002: 109)

“sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”

(Sugiyono, 2013: 118). Jadi, sample adalah sebagian subyek dari keseluruhan

subyek penelitian yang diangap dapat mewakili keseluruhan dari populasi

penelitian.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka teknik pengambilan sample pada

penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling tipe sampling jenuh

karena sampel yang digunakan adalah semua anggota populasi. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan di

SMK Negeri 5 Bandung. Subyek penelitian adalah sejumlah orang atau obyek

yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas XI Teknik Gambar Bangunan 1 dan kelas XI Teknik Gambar Bangunan 2.

Peneliti memilih dua kelas tersebut sebagai sampel karena dua kelas tersebut kelas

yang diajar oleh peneliti saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan

(PPL).

3.2 Desain Penelitian dan Paradigma Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Quasi Experimental Design. Penelitian eksperimen menurut Best (Taniredja, T

dan Mustafidah, H, 2011: 52) adalah: Suatu metode yang sistematis dan logis

untuk menjawab pertanyaan, “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang terjadi?”.

Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif

yang sangat kuat mengukur hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen yang

dilakukan oleh ilmu pasti biasanya dilakukan dilaboratorium. Sedangkan pada

penelitian eksperimen pada ilmu-ilmu sosial peneliti dapat menciptakan suatu

laboratorium dengan lingkungan alami sehingga subjek tidak terasa sedang

(18)

Nur Amalia, 2013

52). Jadi, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengukur

sebab akibat dari dua faktor. Penelitian eksperimen dilakukan untuk melihat

perubahan dari suatu perlakuan.

Perbedaan

Pemahaman dan prestasi belajar belum maksimal

Gagasan

Pengolahan dan analisis data Pengolahan dan analisis data Pretest

(19)

Gambar 3.1 Paradigma penelitian

3.3 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

Nonequivalent Control Group Design. Metode ini memberikan suatu treatment

kemudian diobservasi perubahan yang terjadi setelah diberikan suatu treatment

tersebut. Seperti pendapat Taniredja, T dan Mustafidah, H (2011: 56) bahwa

“jenis rancangan ini biasanya dipakai pada eksperimen yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau

kondisinya”. Metode ini dipilih karena sesuai dengan pengertian dan kebutuhan dalam penelitian.

Gambar 3.2 Metode penelitian

Keterangan:

O1 = Hasil pretest kelompok eksperimen

O3 = Hasil pretest kelompok kontrol

O2 = Hasil posttest kelompok eksperimen

O4 = Hasil posttest kelompok kontrol

X1 = Treatmen dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

X2 = Treatmen dengan model pembelajaran konvensional

(Taniredja, T dan Mustafidah, H, 2011: 56)

Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Cooperatif tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagai variabel bebas (X)

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung siswa

kelas XI Teknik Gambar Bangunan sebagai variabel terikat (Y).

3.4 Definisi Operasional

Untuk penelitian ini, secara operasional variabel perlu didefinisikan

dengan tujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Dalam penelitian ini

terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:

O1 X1 O2

(20)

Nur Amalia, 2013

1. Pengaruh menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada

atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan atau perbuatan seseorang.

2. Model Pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara

aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara bekerja secara

kelompok mengerjakan tugas dan mencari penyelesaian terhadap suatu

masalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dikembangkan oleh

Robert Salvin (1995). Memiliki komponen : penyajian materi, kerja

kelompok, tes individual, peningkatan nilai individu dan penghargaan

kelompok.

3. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti seluruh

kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan

prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang ditinjau dari nilai pretest

dan posttest yang dilakukan peneliti pada kompetensi dasar menerapkan

macam-macam konstruksi pintu dan jendela.

4. Ilmu Bangunan Gedung adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang cara merencanakan, melaksanakan serta memperbaiki suatu

bangunan.

3.5 Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam sebuah penelitian dibutuhkan instrumen

dan teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan kebutuhan. Instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2002: 136).

Tes merupakan salah satu instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini untuk mengumpulkan data dan mengukur prestasi belajar siswa.

(21)

atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok. Tes yang akan diberikan kepada siswa, sebelumnya di uji dahulu

validitas,relialibitas, uji tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Dalam sebuah

instrumen penelitian, apabila terdapat data yang belum memenuhi syarat, maka

instrumen tersebut diulangi, direvisi, dan diuji cobakan kembali sehingga tercapai

instrumen yang memenuhi syarat. Sejalan dengan hal tersebut, Arikunto (2002:

144) mengungkapkan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua

persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Maka dari itu, dengan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel diharapkan hasil penelitian menjadi valid dan

reliabel. Oleh karena itu, setelah menyusun instrumen penelitian, peneliti harus

memeriksa kembali apakah instrumen penelitian sudah valid dan reliabel sehingga

dapat digunakan untuk mengukur sebuah penelitian.

Instrumen yang digunakan selain instrumen tes juga menggunakan

instrumen observasi. Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis yaitu

observasi yang dilakukan oleh pengamat dibantu guru mata pelajaran

menggunakan lembar observasi yang berisi jenis kegiatan yang akan diamati.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Ada dua hal yang dapat mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu

kualitas instrumen penelitian (valid dan reliabilitas) dan kualitas pengumpulan

data (kesesuaian cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tes

Tes merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa. Menurut Sudjana (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011: 50),

tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan ajar sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam batas tertentu tes dapat pula

(22)

Nur Amalia, 2013

psikomotoris. Bentuk tes yang digunakan peneliti adalah tes pilihan ganda. Dalam

penelitian ini, tes yang akan dilakukan berupa pretest (tes awal) untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari dan posttest (tes

akhir) untuk melihat pemahaman siswa terhadap materi dan hasil belajar siswa

setelah dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil tes, diperoleh data hasil

belajar siswa. Hasil tes itulah yang dijadikan prestasi belajar siswa.

Instrumen tes uji coba terdiri dari 45 soal. Selanjutnya tes diuji coba

kemudian diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Soal

yang disebarkan kepada siswa hanya 40 soal dan diuji cobakan kepada 20

responden. Responden dalam uji coba instrumen ini adalah siswa kelas XII

kompetensi keahlian teknik gambar bangunan SMK Negeri 5 Bandung tahun

ajaran 2013/2014.

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara yang dilakukan peneliti untuk menilai kejadian-kejadian melalui pengamatan secara langsung. Sebagaimana diungkapkan oleh

Nurkancana dan Sumartana (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011: 137),

observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan

mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang

diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan

pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian daripada kegiatan pengamatan.

3.7 Proses Pengembangan Instrumen

Didalam sebuah penelitian, data dan instrumen memiliki keterkaitan erat

yang tidak dapat dipisahkan. Sebuah instrumen yang baik akan menghasilkan data

yang benar, begitupun sebaliknya apabila sebuah instrumen tidak baik akan

menghasilkan data yang tidak benar. Arikunto (Taniredja, T dan Mustafidah, H,

2011: 41) mengungkapkan bahwa data mempunyai kedudukan yang paling tinggi

dalam penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan

(23)

sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data,

tergantung baik tidaknya instrumen pengumpul data.

Alat pengumpul data/instrumen penelitian berupa tes dan observasi. Tes

yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang

diajarkan setelah menggunakan sebuah model pembelajaran Cooperatif tipe

STAD dan model pembelajaran konvensional. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menilai proses dan hasil belajar siswa, mengukur keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti.

Menurut Arikunto (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011: 138) dalam

menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya

dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Maka dari itu, peneliti menyediakan lembar observasi yang dilengkapi dengan format sehingga observer hanya perlu memilih jawaban dari lembar observasi yang sudah disediakan. Menurut Sudjana, N (2010: 132), skala yang digunakan untuk lembar observasi adalah skala nilai. Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung pada pengamat bukan pada pedoman observasi. Oleh karena itu, pengamat pada penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung 2.

Adapun kisi-kisi pengembangan instrumen dapat dilihat pada Table 3.2

sebagai berikut.

(24)

Nur Amalia, 2013

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

3.8.1 Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur data yang ingin diukur.Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen

(Arikunto, 2002: 144). Menurut Ali (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011 :

135), hasil perhitungan berupa koefisien korelasi dapat menggambarkan derajat

”ketepatan” atau derajat validitas suatu alat test, yang menurut ketentuan berkisar antara 0,00 s.d. 1,00(0,00 ≤K≥+1,00 dimana K adalah koefisien korelasi.

Untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan korelasi product

moment teknik dari Karl Pearson:

r xy =

ΣY = sigma atau jumlah Y (skor faktor)

ΣY2

= sigma Y kuadrat

= sigma tangkar (perkalian) perkalian X dengan Y

a. Hasil Uji Validitas

Setelah didapat harga rxy, langkah selanjutnya adalah mengkoreksi korelasi

momen tangkar r xy menjadi korelasi bagian total r pq. Korelasi ini diperlukan

karena korelasi momen tangkar antara skor butir sebagai skor bagian dengan skor

faktor sebagai skor total dari semua skor butir akan menghasilkan korelasi yang

(25)

harus dikoreksi menjadi korelasi bagian total. Rumus untuk mengkoreksi korelasi

momen tangkar menjadi korelasi bagian total adalah:

SB =

JK adalah jumlah kuadrat yang diperoleh dari rumus:

JK = ΣX2

r pq =

(Hadi, S, 1991: 23)

Kriteria pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05 dan n =

20, uji satu pihak) dan derajat kebebasan (dk) = n – 2 = n – 2 = 20 – 2 = 18

sehingga diperoleh rtabel = 0,296. Apabila thitung > ttabel , item pertanyaan dikatakan

valid dan signifikan.

Hasil dari uji validitas instrumen yang diujicobakan kepada 20 responden

diluar sampel penelitian, dari 45 item soal terdapat lima item soal yang tidak valid

yaitu item soal nomor 15, 20, 21, 25, 42. Selanjutnya, untuk pengujian instrumen

penelitian ke lima item soal yang tidak valid, tidak diikutsertakan pada instrumen

penelitian berikutnya. Sehingga jumlah soal untuk mengukur prestasi belajar

siswa yang akan digunakan pada penelitian berikutnya sebanyak 40 item soal dan

diberikan kepada sampel sebanyak 31 responden untuk kelas experimen dan 28

orang untuk kelas kontrol total seluruhnya 59 responden. Untuk mengetahui hasil

perhitungan uji validitas instrumen penelitian uji coba secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran 3.

Setelah instrumen diujicobakan pada 20 responden siswa SMK Negeri 5

Bandung kelas XII dan diuji validitasnya, kisi-kisi instrumen yang terdiri dari 40

item soal seperti di bawah ini.

(26)

Nur Amalia, 2013

3.8.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas dalam sebuah instrumen penelitian diperlukan agar dapat

menghasilkan data penelitian sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Arikunto (2002: 154) tentang pengertian

reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel

akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya, dapat

dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Berdasarkan pengertian diatas, maka reliabilitas instrumen adalah sebuah

alat penilaian atau instrumen penelitian yang dapat dipercaya dan diandalkan.

Instrumen dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif sama

bila digunakan beberapa kali untuk menilai obyek yang sama.

Rumus KR-20 untuk menguji reliabilitas instrumen adalah:

dimana :

M = cacah butir

= jumlah tangkar proporsi yang menjawab benar dengan yang menjawab salah

Vx = variansi skor total

Adapun statistik Σpq dan Vx diperoleh melalui rumus:

(27)

a. Hasil Uji Reliabilitas

Koefisien reliabilitas dari hasil perhitungan menggunakan rumus KR-20

diperoleh r tt = 0,887 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai

pedoman penafsiran untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut

Sugiyono (2013: 257). Setelah dikonsultasikan, diketahui bahwa r tt = 0,887

berada pada indeks korelasi antara 0,800 sampai dengan 1,00 masuk pada

kategori tingkat keterandalan tinggi (dapat dilihat dari Tabel 3.4). Tingkat

reliabilitas yang tinggi menandakan bahwa instrumen prestasi belajar dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mendapatkan hasil perhitungan

koefisien reliabilitas r tt = 0,887 sebagai contoh perhitungan reliabilitas

menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dapat dilihat pada lampiran 3 uji

reliabilitas instrumen penelitian.

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Interpretasi

Tingkat kesukaran dalam instrumen tes digunakan untuk menunjukkan

kesulitan soal yang dapat dikerjakan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Sudjana (2009: 135) tingkat kesukaran soal adalah kesanggupan atau kemampuan

siswa dalam menjawab soal. Tujuan digunakan tingkat kesukaran tes ini agar

diketahui pantas tidaknya instrumen dapat digunakan. Untuk mengetahui tingkat

kesukaran tes adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = dimana :

(28)

Nur Amalia, 2013

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2009: 208)

Kriteria yang digunakan apabila indeks yang diperoleh semakin kecil

menunjukkan bahwa soal makin sulit. Sebaliknya, jika indeks yang diperoleh

semakin besar, maka soal tersebut semakin mudah. Kriteria indeks

diklasifikasikan sebagai berikut:

Perhitungan Indeks kesukaran dilakukan dengan bantuan program

Microsoft office excel. Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran 40 item soal dapat

disimpulkan 11 soal kriteria mudah dan 29 soal kriteria sedang. Gambaran hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

3.8.4 Uji Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai dengan siswa yang kurang prestasinya. Daya pembeda digunakan

untuk mengetahui perbedaan kemampuan setiap siswa yang sebenarnya. Seperti

yang diungkap oleh Sudjana (2009: 141) “Analisis daya pembeda mengkaji butir

-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan

siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong

kurang atau lemah prestasinya”. Apabila butir soal tersebut tidak memiliki daya pembeda diperkirakan terlalu mudah atau terlalu sulit, maka perlu diperbaiki atau

diganti dengan soal lain.

Menurut Arikunto (2009: 212), terdapat dua cara untuk menentukan daya

(29)

dari 100) adalah seluruh responden dibagi dua kelompok sama besar, 50%

kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Cara kelompok besar (lebih dari 100)

adalah dari kelompok atas diambil 27% dan kelompok bawah 27%. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan kelompok kecil. Seluruh responden disusun

berdasarkan nilai rapot semester sebelumnya. Untuk mengetahui daya pembeda

dapat digunakan rumus sebagai berikut :

D =

dimana :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P

sebagai indeks kesukaran)

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2009: 213)

soal dapat dijadikan sebagai instrumen tes. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 3.

(30)

Nur Amalia, 2013

Data yang diperoleh dari lapangan adalah data tes awal (pretest) dan data

tes akhir (posttest). Setelah memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian data

tersebut diolah dan dianalisis berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa identitas siswa dan

kelengkapan jawaban. Disamping itu, untuk memeriksa kelengkapan jumlah

instrumen tes yang diberikan kepada responden pada kelas masing-masing

sebelum (pretest) dan setelah pelaksanaan penelitian (posttest). Verifikasi data

dapat langsung dimasukan ke dalam tabulasi untuk mempermudah langkah

selanjutnya. Apabila data telah lengkap, dilanjutkan menganalisis data langkah

selanjutnya.

2. Menghitung Skor Tes

Pemberian skor pada soal berbentuk pilihan ganda untuk jawaban benar

masing-masing soal memiliki poin yang sama. Poin yang benar diberikan 1 poin

dan yang salah 0 poin. Untuk memperoleh gambaran hasil akhir nilai dengan

rentang nilai 1 sampai dengan 100, menggunakan rumus:

AHM =

x

Na

(Saputra, 2007: 61)

Keterangan:

AHM = Angka mentah yang dihaluskan AHU = Angka hasil ujian (angka mentah)

AM = Angka mentah tertinggi yang dapat dicapai apabila semua soal dalam ujian dijawab dengan tepat

Na = Nilai tertinggi dalam rentangan nilai akhir yang dimaksudkan

3. Uji Kecenderungan

Perhitungan dilakukan untuk mengetahui kecenderungan suatu data

berdasarkan kriteria. Uji kecenderungan prestasi belajar siswa dilakukan

(31)

diolah menjadi nilai huruf untuk mengkategorikan nilai melalui skala penilaian

yang telah ditetapkan sebelumnya. Kategori sangat tinggi (A), tinggi (B), cukup

(C), kurang (D), dan rendah (E). Setelah dilakukan uji kecenderungan berdasarkan

kelompok masing-masing, selanjutnya dilakukan uji kecenderungan berdasarkan

standar ideal nilai. Langkah-langkah perhitungan uji kecenderungan berdasarkan

kelompok adalah sebagai berikut:

1. Mencari nilai tertinggi dan terendah 2. Mencari mean ideal (M) dengan rumus:

½ x (Nilai tertinggi + Nilai terendah) 3. Mencari standar deviasi (SD) dengan rumus:

1/6 x (Nilai tertinggi – Nilai terendah) 4. Menentukan skala skor mentah dengan rumus:

M + 1,5 SD ke atas = Sangat Tinggi M + 0,5 SD sd < M + 1,5 SD = Tinggi M – 0,5 SD sd < M + 0,5 SD = Cukup M – 1,5 SD sd < M – 0,5 SD = Kurang M – 1,5 SD ke bawah = Rendah

Untuk memperoleh persentase perolehan skor digunakan rumus : P = x 100%

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel

terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data menggunakan uji

chi kuadrat. Menurut Riduwan (2012: 121), langkah-langkah uji normalitas data

(32)

Nur Amalia, 2013

1. Mencari skor terbesar dan terkecil 2. Mencari nilai Rentangan (R)

R = skor terbesar – skor terkecil 3. Mencari banyaknya kelas (BK)

BK = 1 + 3,3 log n (Rumus Sturgess) 4. Mencari nilai panjang kelas (i)

i =

5. Membuat tablulasi dengan tabel penolong 6. Mencari rata-rata (mean)

=

7. Mencari simpangan baku (standard deviasi) : S =

8. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara :

1.

Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama

4. Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua dan seterusnya kecuali untuk angka yang berbeda ditambahkan pada baris paling tengah

5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumpah responden

Oi = Nilai dari hasil pengamatan (frekuensi observasi) Ei = Nilai yang diharapkan (frekuensi ekspektasi) K = Banyak kelas interval

10. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel

Dengan membandingkan hitung dengan tabel untuk dan derajat

kebebasan (dk) = n-1 dengan pengujian kriteria pengujian sebagai berikut: Jika hitung tabel berarti Distribusi Data Tidak Normal (H0)

(33)

5. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varians dari data

yang diperoleh melalui pretest dan posttest. Tujuan pengujian adalah untuk

mengetahui data kedua kelompok memiliki varians yang sama atau tidak.

Dikatakan homogen jika kedua kelompok tersebut memiliki varians yang sama.

Rumus yang digunakan untuk menguji kesamaan varians adalah sebagai berikut:

s2 = s =

(Sugiyono, 2012: 57)

F =

(Sugiyono, 2012: 140)

Berdasarkan hasil dari uji F tersebut kemudian mencari Ftabel dengan taraf

signifikansi 0,05 dan dk = n-1. Selanjutnya diklasifikasikan dengan kriteria sebagai

berikut :

Jika Fhitung < Ftabel : Data Homogen

Jika Fhitung ≥ Ftabel : Data Tidak Homogen

Maka hipotesis statistik :

H0 : varians populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen

H1 : varians populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

homogen

6. Uji Hipotesis Penelitian (Uji T)

Tujuan uji hipotesis adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Sebelumnya dilakukan uji kesamaan, yaitu keadaan nilai

rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol,

keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol

dan uji kesamaan rata-rata untuk N-Gain. Selain itu, uji hipotesis dilakukan untuk

mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau

(34)

Nur Amalia, 2013

Bila hasil dua sampel terpisah (independent sample) varians yang

diperoleh homogen dan, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:

t =

dimana :

1 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen

2 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol

n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol

s1 = standar deviasi pada kelas eksperimen

s2 = standar deviasi siswa pada kelas kontrol

(Sugiyono, 2012: 138)

Setelah mendapat perhitungan uji t selanjutnya melihat harga ttabel

dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = n1 + n2 -2. Keputusan pengujian hipotesis

adalah sebagai berikut:

 Hipotesis diterima (H0) jika T hitung T tabel

 Hipotesis ditolak (H1) jika T hitung < T tabel

Apabila hasil dua sampel terpisah (independent sample) varians yang

diperoleh heterogen dan, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:

t =

dimana :

t = koefisien t

1 = mean sampel kesatu

2 = Nilai mean sampel kedua

S12 = varian sampel kesatu

S22 = varian sampel kedua

n1 = jumlah kasus sampel kesatu

n2 = jumlah kasus sampel kedua

(35)

Setelah mendapat perhitungan uji t selanjutnya melihat harga ttabel

dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = n1-1 dan n2-1. Keputusan pengujian

hipotesis adalah sebagai berikut:

 Hipotesis diterima (H0) jika T hitung T tabel

 Hipotesis ditolak (H1) jika T hitung < T tabel

7. Perhitungan skor gain yang dinormalisasi

Perhitungan skor gain adalah untuk mengetahui perbedaan skor kelas

experimen dan skor kelas kontrol. Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal

dan tes akhir. Rumus untuk menghitung nilai gain sebagai berikut:

G = Sf - Si

dimana: G = gain

Sf = skor tes awal (pretest)

Si= skor tes akhir (posttest)

Perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol dapat dilihat dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi. Untuk

perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan klasifikasinya menggunakan

persamaan dari Hake (1998: 65) sebagai berikut:

dimana:

< g > = rata-rata gain yang dinormalisasi < G > = rata-rata gain aktual

< G >maks = gain maksimum yang mungkin terjadi

< Sf > = rata-rata skor tes akhir (posttest)

< Si > = rata-rata skor tes awal (pretest)

Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel dibawah:

Tabel 3.8 Klasifikasi Nilai Gain

Nilai <g> Klasifikasi

(36)

Nur Amalia, 2013

0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah

(37)

93 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada seluruh tahapan

penelitian yang dilakukan peneliti di SMK Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran

2013/2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa kelas eksperimen, berdasarkan nilai rata-rata hasil

pretest siswa cenderung mendapatkan interpretasi kurang. Sedangkan nilai

rata-rata hasil posttest siswa lebih dominan mendapatkan interpretasi baik.

2. Prestasi belajar siswa kelas kontrol, berdasarkan nilai rata-rata hasil pretest

siswa cenderung mendapat interpretasi kurang. Sedangkan nilai rata-rata hasil

posttest siswa mendapatkan interpretasi baik.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi belajar antara siswa kelas

eksperimen dan siswa kelas kontrol pada mata pelajaran Ilmu Bangunan

Gedung tahun ajaran 2013/2014 SMKN 5 Bandung.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang diperoleh, maka

rekomendasi yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Dalam menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement

Divisions (STAD) baiknya guru lebih mempersiapkan keperluan pembelajaran

karena penerapan model ini selain membutuhkan Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga membutuhkan lembar diskusi, soal

individu dan pembentukan kelompok secara heterogen.

2. Pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung, model pembelajaran Kooperatif

tipe STAD dapat digunakan. Model ini juga dapat diterapkan pada mata

pelajaran baik sosial maupun exact karena model pembelajaran tipe ini dapat

(38)

Nur Amalia, 2013

lain seperti lebih berani bertanya, memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat

(39)

94

DAFTAR PUSTAKA

Adi, S.A. (2011). Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-konvensional.html [9 April 2013]

Andika, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Temas Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X AdP1 SMK Muhamadiyah 2 PEKANBARU. Skripsi Program

Studi Pendidikan Matematika. Riau : Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Arvio, Idham. (2012). Pengertian Prestasi Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://education-vionet.blogspot.com/2012/08/pengertian-prestasi-belajar-siswa.html [27 Januari 2013]

Asdy, Saeful. (2012). Pengertian Ilmu Bangunan Gedung. [Online]. Tersedia: http://saefulasdy.blogspot.com/2012/06/ilmu-bangunan-gedung.html [30 April 2013]

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2007). Panduan Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Departemen Pendidikan Nasional

Dwi, D.S. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Pencapaian Kompetensi Membuat Pola Blazer DI SMK N I SEWON BANTUL. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. Yogyakarta : Tidak Diterbitkan

(40)

95

Nur Amalia, 2013

Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kartiansyah, A. (2013). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Beton Bertulang Di SMK N 2 Garut. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Sipil UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Nurkencana. (2005). Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Octaviani, Astrid. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran Utilitas Di Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMKN 1 Cilaku - Cianjur. Skripsi Jurusan Pendidikan

Teknik Arsitektur UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Putra Akbar, Arizna. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode

Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Komunikasi (Studi pada Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember).

Skripsi Jurusan Manajemen Malang: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ridwan 202. (2008). Ketercapaian Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia: http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/ [27 Januari 2013]

Sadbudhy, R.E. dan Made, N. I. (2010). Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

(41)

96

Slavin, E.R. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Suardipa, P. (2012). Pembelajaran Model Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://putusuardipa.blogspot.com/2012/06/pembelajaran-model-konvensional.html?zx=fa236771c48aefd6 [9 April 2013]

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sulaeman, Mandaputera. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran TTW (Think-Talk-Write) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Statika Pada Siswa SMK N 1 Cianjur. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Sipil UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Taniredja, T dan Mustafidah, H. (2012). Penelitian kuantitatif (Sebuah Pengantar).

Bandung: Alfabeta.

Trianto, M.Pd. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

gambar bangunan SMK Negeri 5 Bandung.
Gambar 3.2 Metode penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen prestasi belajar (uji coba)
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen prestasi belajar (setelah uji coba)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel diatas, maka nilai kemampuan siswa dalam pembelajaran cerpen pada tes siklus III dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari 36 siswa adalah 7,38

Untuk mengisi materi kuliah dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan pada saat melakukan editing Course Outline yaitu menggunakan Icon pada materi yang akan

[r]

Dengan kata lain, pembicaraan mengenai hubungan darah dalam konteks wacana kebangkitan adat Ambon sebetulnya mencerminkan hasrat orang Ambon sendiri untuk mau ikut berkuasa dari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Giri Prahasta Putra 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, gambaran pola peresepan pasien, jumlah dan kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan

Fenomena yang terjadi di PUSLITBANG Sumber Daya Air yaitu adanya sumber daya manusia yang masih rendah, ini ditandai dengan beberapa pernyataan yang didukung oleh beberapa data

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dalam Menumbuhkan Kedisiplinan Anak Usia Dini di Lingkungan Keluarga. Implikasi dan Rekomendasi