PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIF
TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS
(STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG
KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMKN 5
BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan
Oleh
Nur Amalia 0905612
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Nur Amalia, 2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA
MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG DI SMK NEGERI 5
BANDUNG
Oleh Nur Amalia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
© Nur Amalia 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
NUR AMALIA 0905612
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS XI TEKNIK GAMBAR
BANGUNAN SMKN 5 BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. H. Nanang Dalil Herman, ST., M.Pd. NIP. 19620202 198803 1 002
Pembimbing II,
Dedi Purwanto, S.Pd, M.PSDA. NIP. 19770429 200604 1 012
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil,
iv Nur Amalia, 2013
ABSTRAK
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Bandung
Oleh Nur Amalia
0905612
Prestasi belajar siswa kurang memuaskan terlihat dari beberapa siswa mendapat nilai dibawah KKM. Sehingga diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif, menumbuhkan semangat belajar, mudah memahami materi dan tidak membosankan agar tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta mengidentifikasi pengaruh penggunaan model pembelajaran Cooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung.
Desain penelitian menggunakan Quasi Experimental Design. Metode penelitian menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonrandom sampling tipe sampling jenuh. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi. Untuk menguji kelayakan instrumen dilakukan uji validitas menggunakan sampel uji coba sebanyak 20 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar siswa kelas eksperimen hasil pretest
mendapat interpretasi kurang dan hasil posttest mendapat interpretasi baik. Prestasi belajar siswa kelas kontrol hasil pretest mendapat interpretasi kurang dan hasil posttest mendapat interpretasi baik. Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi belajar antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol, hal tersebut terlihat dari rata-rata perbedaan peningkatan hasil belajar siswa (Gain), kelas eksperimen termasuk kategori tinggi sedangkan kelas kontrol termasuk kategori sedang. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Dalam menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) baiknya guru lebih mempersiapkan keperluan pembelajaran karena penerapan model ini lembar diskusi, soal-soal individu dan pembentukan kelompok secara heterogen. (2) Pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung, model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat digunakan. Model ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran baik sosial maupun exact karena model pembelajaran tipe ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, selain itu siswa memiliki kemampuan-kemampuan lain seperti lebih berani bertanya, memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat bekerja sama dalam tim.
v ABSTRACT
The influence of the use of the Learning Model of type Student Teams Achievement Cooperatif Divisions (STAD) Of Learning Achievement of students of Class XI on Building Science Subjects at SMK Negeri 5 Bandung
Nur Amalia 0905612
Unsatisfactory student achievement can be seen from some of the students scored below the KKM. So that the necessary existence of a learning model that can actively engage learners , foster enthusiasm for learning , easy to understand the material and not boring that learning objectives are achieved. The purpose of this research is to gain an overview of student achievement and the experimental class and the control class to identify the effect of the use of STAD cooperatif learning model on student achievement XI Architecture Engineering at SMK Negeri 5 Bandung.
Design research using Quasi Experimental Design. Research methods using the Nonequivalent Control Group Design. The population of this research is the grade XI Architecture Engineering SMK Negeri 5 Bandung school year 2013/2014. The sampling technique used nonrandom sampling technique sampling saturated type. The technique uses test data collection and observation sheets . To test the feasibility of using the instrument to test the validity of the test sample as many as 20 students.
Based on the results of the research , the experimental class student achievement results interpretation pretest gets less and posttest results got better interpretation . Student achievement results of the pretest control class gets less and interpretation of the results of the posttest got a good interpretation. There is a significant influence students' learning achievement between the experimental class and control class students , it is seen from the average difference in improving student learning outcomes ( Gain ) , the experimental class were high while the control class being categorized. The recommendations can be given in this study, namely: (1) learning model in using Student Teams Achievement Divisions (STAD) as good teachers better prepare learning needs due to the application of this model sheet discussion, questions of individual and heterogeneous group formation. (2) In subjects Sciences Building, STAD Cooperative learning model can be used. This model can also be applied to subjects as social and exact model of this type of learning can improve student achievement , other than that the student has other capabilities such as more dare ask , has the leadership skills and can work together in teams.
Keywords: Learning Achievement, Student Teams Achievement Divisions
v
1.1Latar Belakang Penelitian………... 1
1.2Identifikasi dan Pembatasan Masalah………... 4
1.3Rumusan Masalah………... 5
2.4Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Siswa ... 31
2.5Kerangka Berpikir ... 32
2.6Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1Lokasi dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian……….... 35
3.2Desain Penelitian dan Paradigma Penelitian……….. 36
3.3Metode Penelitian……….. 38
3.4Definisi Operasional……….. 38
3.5Instrumen Penelitian……….. 39
3.6Teknik Pengumpulan Data………. 40
3.7Proses Pengembangan Instrumen………..… 41
3.9Analisis Data……….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 55
4.1Hasil Penelitian……….. 55
1. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 55
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 60
3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 65
4.2Analisis Data……… 68
1. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 68
2. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 72
3. Pengujian Hipotesis……… 76
4. Analisis Data Hasil Observasi……… 82
4.3Pembahasan……… 86
1. Gambaran Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 86
2. Gambaran Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 87
3. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa 90 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 93
5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Rekomendasi ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
1
Nur Amalia, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan pendidik untuk
menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Pada dasarnya,
manusia terus mengalami perkembangan, sehingga kebutuhan akan pendidikan juga
terus berkembang. Sejalan dengan hal tersebut, Trianto (2009:1) mengungkapkan
pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
dan sarat perkembangan. Oleh karena itu idealnya pendidikan diselaraskan dengan
perkembangan jaman dari segi manapun
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu contoh pendidikan
formal dalam jenjang pendidikan menengah. SMK adalah sekolah kejuruan yang
mempersiapkan lulusannya dengan bekal keahlian khusus menjadi tenaga kerja
terampil tingkat menengah. Tujuan SMK adalah menyediakan tenaga kerja yang siap
pakai dan produktif agar setelah lulus sekolah diharapkan langsung dapat bekerja di
bidang yang sesuai dengan keahliannya.
Ilmu Bangunan Gedung merupakan salah satu mata pelajaran kompetensi
kejuruan. Di SMK Negeri 5 Bandung, Ilmu Bangunan Gedung diajarkan pada
Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan dan Teknik Konstruksi Batu Beton.
Pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung terdiri dari materi teori dan gambar
konstruksi bangunan. Tujuan mempelajari Ilmu Bangunan Gedung adalah diharapkan
siswa memiliki kemampuan untuk mengerti, membaca gambar konstruksi dan
menguasai dasar-dasar konstruksi bangunan gedung.
Perubahan paradigma yang terjadi dalam pendidikan adalah dari mengajar
menjadi belajar. Maksud dari perubahan paradigma tersebut adalah pendidikan
mengajar yang baik terjadi dalam dua arah yaitu proses pembelajaran dari guru ke
siswa dan sebaliknya. Dalam proses belajar mengajar, mengetahui sebuah konsep
penting, tetapi bukan mengetahui konsep yang terpenting melainkan mencari suatu
cara agar konsep pengetahuan itu dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Tujuannya agar saat siswa masuk ke dunia kerja dan lingkungan masyarakat, siswa
dapat menerapkan pengetahuannya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
Sehingga terjadi pergeseran paradigma pendidikan yang menjadikan siswa sebagai
pusat dalam proses belajar mengajar (Student Center Learning). Maka dari itu, proses
belajar mengajar sekarang dan masa yang akan datang lebih menjadikan siswa
sebagai pusat belajar dan aktif. Hal tersebut tertulis dalam Peraturan Pemerintah No.
32 Tahun 2013, pasal 19 (1) yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Maka dari itu, pembaruan dalam pendidikan harus
terus dilakukan agar dapat mengikuti perkembangan serta membantu peserta didik
dalam mengatasi permasalahan hidupnya di masa depan. Sebagaimana diungkapkan
oleh Buchori 2001 (Khabibah, 2006:1) bahwa pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi
atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi dilapangan terdapat masalah yaitu kurang memuaskan
prestasi belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari masih ada beberapa siswa yang
mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 pada mata
pelajaran Ilmu Bangunan Gedung tahun ajaran 2012/2013. Penyebab kurang
memuaskan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung
diantaranya guru menggunakan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa
Nur Amalia, 2013
mengemukakan pendapatnya, kurang dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan
minat siswa untuk mempelajari Ilmu Bangunan Gedung masih kurang, serta kurang
aktifnya siswa mencari sumber belajar hal ini terlihat dari sumber belajar yang
digunakan siswa hanya berupa catatan yang diberikan guru tanpa ada keinginan untuk
mencari sumber belajar lain.
Melihat problematika yang terjadi, seorang pendidik dituntut untuk memilih
dan menguasai penggunaan berbagai model pembelajaran yang sesuai dan tepat
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk mengatasi problematika diperlukan
adanya suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif,
menumbuhkan semangat belajar, mudah memahami materi dan menarik agar tujuan
pembelajaran tercapai.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk
membantu mengatasi permasalahan. Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya model pembelajaran
koopertaif ini dirancang untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja sama dalam tim dan menguasai keterampilan atau pengetahuan yang
disajikan oleh guru serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan
tugas. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, yakni : Student
Teams Achievement Divisions (STAD), tim ahli (Jigsaw), investigasi kelompok
(Group Investigation), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT),
Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini menggunakan tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD). Pemilihan model pembelajaran Cooperatif tipe STAD jika dibandingkan
dengan model pembelajaran Cooperatif lainnya merupakan pilihan terbaik dan
memiliki potensi keberhasilan yang cukup besar. Selain itu, faktor kesederhanaan dan
kemudahan dalam prakteknya menjadi pertimbangan peneliti memilih model
pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa pada kompetensi dasar
menerapkan macam-macam konstruksi pintu dan jendela dan akan berpengaruh
terhadap prestasi belajarnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung Kelas
XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 5 Bandung”.
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, terdapat
beberapa masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat
diidentifikasi adalah :
1. Kurang aktifnya peserta didik dalam proses belajar mengajar yang menimbulkan
kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung.
2. Minat siswa masih rendah dalam mempelajari dan mencari referensi atau sumber
belajar mengenai Ilmu Bangunan Gedung
3. Siswa kurang menggunakan kesempatan bertanya tentang kesulitan dalam
memahami materi Ilmu Bangunan Gedung sehingga prestasi belajar kurang
memuaskan
Agar penelitian tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti. Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model
pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada
Nur Amalia, 2013
3. Prestasi belajar yang dilihat adalah hasil dari pretest dan posttest pada kompetensi
dasar menerapkan macam-macam konstruksi pintu dan jendela.
4. Penelitian dilakukan pada siswa Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan
kelas XI Teknik Gambar Bangunan 1 dan XI Teknik Gambar Bangunan 2 SMKN
5 Bandung, semester ganjil Pada Tahun Ajaran 2013/2014.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pemabatasan masalah tersebut, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran Ilmu
Bangunan Gedung semester ganjil Pada Tahun Ajaran 2013/2014 ?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas kontrol pada mata pelajaran Ilmu
Bangunan Gedung semester ganjil Pada Tahun Ajaran 2013/2014 ?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Cooperatif tipe STAD terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung semester ganjil
Pada Tahun Ajaran 2013/2014 ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian
adalah :
1. Memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa kelas eksperimen pada mata
pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada kompetensi dasar menerapkan
macam-macam konstruksi pintu dan jendela di semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa kelas kontrol pada mata
pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada kompetensi dasar menerapkan
3. Mengidentifikasi pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi
belajar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan di SMKN 5 Bandung pada
semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan hasil
penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritik
Dengan mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap prestasi siswa diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran tentang
menerapkan macam-macam konstruksi pintu dan jendela sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi guru, memberikan informasi agar dapat menerapkan model yang lebih
bervariasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa, dapat mempermudah dalam memahami materi pelajaran, dapat
menyelesaikan masalah saat belajar bersama teman, belajar mengembangkan
sikap bekerja sama dan bertanggung jawab serta dapat membuat proses
belajar mengajar lebih menyenangkan agar tidak selalu monoton.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan
pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan
meneliti serta kesadaran akan pentingnya penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa kelak jika ingin menjadi
Nur Amalia, 2013
1.6 SistematikaPenulisan
Secara berurutan dalam struktur organisasi skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Dalam bab kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis ini dikemukakan
kajian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD): pengertian model pembelajaran, pengertian model
pembelajaran kooperatif, pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
pengertian prestasi belajar siswa dan Ilmu Bangunan Gedung.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini dikemukakan tentang lokasi dan subjek
populasi/sampel penelitian, desain penelitian dan pemilihan desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrument serta teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini dikemukakan tentang
pengolahan atau analisis data yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan
penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.
Dalam bab kesimpulan dan saran ini akan disajikan tentang kesimpulan
sebagai hasil akhir penelitian serta saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan
refrensi bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
35 Nur Amalia, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Lokasi adalah tempat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan di
SMK Negeri 5 Bandung yang terletak di Jalan Bojong Koneng No. 37 A
Bandung. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena salah satu SMK
yang memiliki kompetensi keahlian Teknik Gambar Bangunan,
menyelenggarakan mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung. Sekolah ini juga
tempat peneliti melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Populasi adalah keseluruhan subyek untuk diteliti oleh peneliti. Menurut
Arikunto (2002: 108) bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.”
Menurut Syaodih,S. (2005: 250) bahwa “Kelompok besar dan wilayah yang
menjadi lingkup penelitian disebut populasi.”. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013: 117). Berdasarkan pengertian dari para ahli, disimpulkan pengertian populasi adalah keseluruhan subyek dalam lingkup
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kompetensi keahlian teknik
gambar bangunan SMK Negeri 5 Bandung.
Tabel 3.1 Populasi penelitian
Kelas Jumlah Siswa
XI TGB 1 31 Orang
XI TGB 2 28 Orang
Jumlah 59 Orang
Sampel adalah sebagian subyek penelitian yang dianggap dapat mewakili
mengemukakan bahwa: “Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan
diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Menurut Arikunto (2002: 109)
“sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”
(Sugiyono, 2013: 118). Jadi, sample adalah sebagian subyek dari keseluruhan
subyek penelitian yang diangap dapat mewakili keseluruhan dari populasi
penelitian.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka teknik pengambilan sample pada
penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling tipe sampling jenuh
karena sampel yang digunakan adalah semua anggota populasi. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan di
SMK Negeri 5 Bandung. Subyek penelitian adalah sejumlah orang atau obyek
yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI Teknik Gambar Bangunan 1 dan kelas XI Teknik Gambar Bangunan 2.
Peneliti memilih dua kelas tersebut sebagai sampel karena dua kelas tersebut kelas
yang diajar oleh peneliti saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL).
3.2 Desain Penelitian dan Paradigma Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Quasi Experimental Design. Penelitian eksperimen menurut Best (Taniredja, T
dan Mustafidah, H, 2011: 52) adalah: Suatu metode yang sistematis dan logis
untuk menjawab pertanyaan, “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang terjadi?”.
Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif
yang sangat kuat mengukur hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen yang
dilakukan oleh ilmu pasti biasanya dilakukan dilaboratorium. Sedangkan pada
penelitian eksperimen pada ilmu-ilmu sosial peneliti dapat menciptakan suatu
laboratorium dengan lingkungan alami sehingga subjek tidak terasa sedang
Nur Amalia, 2013
52). Jadi, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengukur
sebab akibat dari dua faktor. Penelitian eksperimen dilakukan untuk melihat
perubahan dari suatu perlakuan.
Perbedaan
Pemahaman dan prestasi belajar belum maksimal
Gagasan
Pengolahan dan analisis data Pengolahan dan analisis data Pretest
Gambar 3.1 Paradigma penelitian
3.3 Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
Nonequivalent Control Group Design. Metode ini memberikan suatu treatment
kemudian diobservasi perubahan yang terjadi setelah diberikan suatu treatment
tersebut. Seperti pendapat Taniredja, T dan Mustafidah, H (2011: 56) bahwa
“jenis rancangan ini biasanya dipakai pada eksperimen yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau
kondisinya”. Metode ini dipilih karena sesuai dengan pengertian dan kebutuhan dalam penelitian.
Gambar 3.2 Metode penelitian
Keterangan:
O1 = Hasil pretest kelompok eksperimen
O3 = Hasil pretest kelompok kontrol
O2 = Hasil posttest kelompok eksperimen
O4 = Hasil posttest kelompok kontrol
X1 = Treatmen dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
X2 = Treatmen dengan model pembelajaran konvensional
(Taniredja, T dan Mustafidah, H, 2011: 56)
Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Cooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagai variabel bebas (X)
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung siswa
kelas XI Teknik Gambar Bangunan sebagai variabel terikat (Y).
3.4 Definisi Operasional
Untuk penelitian ini, secara operasional variabel perlu didefinisikan
dengan tujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Dalam penelitian ini
terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
O1 X1 O2
Nur Amalia, 2013
1. Pengaruh menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang.
2. Model Pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara bekerja secara
kelompok mengerjakan tugas dan mencari penyelesaian terhadap suatu
masalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dikembangkan oleh
Robert Salvin (1995). Memiliki komponen : penyajian materi, kerja
kelompok, tes individual, peningkatan nilai individu dan penghargaan
kelompok.
3. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti seluruh
kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang ditinjau dari nilai pretest
dan posttest yang dilakukan peneliti pada kompetensi dasar menerapkan
macam-macam konstruksi pintu dan jendela.
4. Ilmu Bangunan Gedung adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang cara merencanakan, melaksanakan serta memperbaiki suatu
bangunan.
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam sebuah penelitian dibutuhkan instrumen
dan teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan kebutuhan. Instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2002: 136).
Tes merupakan salah satu instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mengumpulkan data dan mengukur prestasi belajar siswa.
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes yang akan diberikan kepada siswa, sebelumnya di uji dahulu
validitas,relialibitas, uji tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Dalam sebuah
instrumen penelitian, apabila terdapat data yang belum memenuhi syarat, maka
instrumen tersebut diulangi, direvisi, dan diuji cobakan kembali sehingga tercapai
instrumen yang memenuhi syarat. Sejalan dengan hal tersebut, Arikunto (2002:
144) mengungkapkan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Maka dari itu, dengan menggunakan
instrumen yang valid dan reliabel diharapkan hasil penelitian menjadi valid dan
reliabel. Oleh karena itu, setelah menyusun instrumen penelitian, peneliti harus
memeriksa kembali apakah instrumen penelitian sudah valid dan reliabel sehingga
dapat digunakan untuk mengukur sebuah penelitian.
Instrumen yang digunakan selain instrumen tes juga menggunakan
instrumen observasi. Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis yaitu
observasi yang dilakukan oleh pengamat dibantu guru mata pelajaran
menggunakan lembar observasi yang berisi jenis kegiatan yang akan diamati.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Ada dua hal yang dapat mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu
kualitas instrumen penelitian (valid dan reliabilitas) dan kualitas pengumpulan
data (kesesuaian cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Tes
Tes merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa. Menurut Sudjana (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011: 50),
tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan ajar sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam batas tertentu tes dapat pula
Nur Amalia, 2013
psikomotoris. Bentuk tes yang digunakan peneliti adalah tes pilihan ganda. Dalam
penelitian ini, tes yang akan dilakukan berupa pretest (tes awal) untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari dan posttest (tes
akhir) untuk melihat pemahaman siswa terhadap materi dan hasil belajar siswa
setelah dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil tes, diperoleh data hasil
belajar siswa. Hasil tes itulah yang dijadikan prestasi belajar siswa.
Instrumen tes uji coba terdiri dari 45 soal. Selanjutnya tes diuji coba
kemudian diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Soal
yang disebarkan kepada siswa hanya 40 soal dan diuji cobakan kepada 20
responden. Responden dalam uji coba instrumen ini adalah siswa kelas XII
kompetensi keahlian teknik gambar bangunan SMK Negeri 5 Bandung tahun
ajaran 2013/2014.
b. Observasi
Observasi adalah suatu cara yang dilakukan peneliti untuk menilai kejadian-kejadian melalui pengamatan secara langsung. Sebagaimana diungkapkan oleh
Nurkancana dan Sumartana (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011: 137),
observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang
diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan
pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian daripada kegiatan pengamatan.
3.7 Proses Pengembangan Instrumen
Didalam sebuah penelitian, data dan instrumen memiliki keterkaitan erat
yang tidak dapat dipisahkan. Sebuah instrumen yang baik akan menghasilkan data
yang benar, begitupun sebaliknya apabila sebuah instrumen tidak baik akan
menghasilkan data yang tidak benar. Arikunto (Taniredja, T dan Mustafidah, H,
2011: 41) mengungkapkan bahwa data mempunyai kedudukan yang paling tinggi
dalam penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan
sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data,
tergantung baik tidaknya instrumen pengumpul data.
Alat pengumpul data/instrumen penelitian berupa tes dan observasi. Tes
yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang
diajarkan setelah menggunakan sebuah model pembelajaran Cooperatif tipe
STAD dan model pembelajaran konvensional. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menilai proses dan hasil belajar siswa, mengukur keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti.
Menurut Arikunto (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011: 138) dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Maka dari itu, peneliti menyediakan lembar observasi yang dilengkapi dengan format sehingga observer hanya perlu memilih jawaban dari lembar observasi yang sudah disediakan. Menurut Sudjana, N (2010: 132), skala yang digunakan untuk lembar observasi adalah skala nilai. Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung pada pengamat bukan pada pedoman observasi. Oleh karena itu, pengamat pada penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung 2.
Adapun kisi-kisi pengembangan instrumen dapat dilihat pada Table 3.2
sebagai berikut.
Nur Amalia, 2013
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
3.8.1 Uji Validitas Instrumen
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur data yang ingin diukur.Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen
(Arikunto, 2002: 144). Menurut Ali (Taniredja, T dan Mustafidah, H., 2011 :
135), hasil perhitungan berupa koefisien korelasi dapat menggambarkan derajat
”ketepatan” atau derajat validitas suatu alat test, yang menurut ketentuan berkisar antara 0,00 s.d. 1,00(0,00 ≤K≥+1,00 dimana K adalah koefisien korelasi.
Untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan korelasi product
moment teknik dari Karl Pearson:
r xy =
ΣY = sigma atau jumlah Y (skor faktor)
ΣY2
= sigma Y kuadrat
= sigma tangkar (perkalian) perkalian X dengan Y
a. Hasil Uji Validitas
Setelah didapat harga rxy, langkah selanjutnya adalah mengkoreksi korelasi
momen tangkar r xy menjadi korelasi bagian total r pq. Korelasi ini diperlukan
karena korelasi momen tangkar antara skor butir sebagai skor bagian dengan skor
faktor sebagai skor total dari semua skor butir akan menghasilkan korelasi yang
harus dikoreksi menjadi korelasi bagian total. Rumus untuk mengkoreksi korelasi
momen tangkar menjadi korelasi bagian total adalah:
SB =
JK adalah jumlah kuadrat yang diperoleh dari rumus:
JK = ΣX2–
r pq =
(Hadi, S, 1991: 23)
Kriteria pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05 dan n =
20, uji satu pihak) dan derajat kebebasan (dk) = n – 2 = n – 2 = 20 – 2 = 18
sehingga diperoleh rtabel = 0,296. Apabila thitung > ttabel , item pertanyaan dikatakan
valid dan signifikan.
Hasil dari uji validitas instrumen yang diujicobakan kepada 20 responden
diluar sampel penelitian, dari 45 item soal terdapat lima item soal yang tidak valid
yaitu item soal nomor 15, 20, 21, 25, 42. Selanjutnya, untuk pengujian instrumen
penelitian ke lima item soal yang tidak valid, tidak diikutsertakan pada instrumen
penelitian berikutnya. Sehingga jumlah soal untuk mengukur prestasi belajar
siswa yang akan digunakan pada penelitian berikutnya sebanyak 40 item soal dan
diberikan kepada sampel sebanyak 31 responden untuk kelas experimen dan 28
orang untuk kelas kontrol total seluruhnya 59 responden. Untuk mengetahui hasil
perhitungan uji validitas instrumen penelitian uji coba secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran 3.
Setelah instrumen diujicobakan pada 20 responden siswa SMK Negeri 5
Bandung kelas XII dan diuji validitasnya, kisi-kisi instrumen yang terdiri dari 40
item soal seperti di bawah ini.
Nur Amalia, 2013
3.8.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas dalam sebuah instrumen penelitian diperlukan agar dapat
menghasilkan data penelitian sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Arikunto (2002: 154) tentang pengertian
reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya, dapat
dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka reliabilitas instrumen adalah sebuah
alat penilaian atau instrumen penelitian yang dapat dipercaya dan diandalkan.
Instrumen dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif sama
bila digunakan beberapa kali untuk menilai obyek yang sama.
Rumus KR-20 untuk menguji reliabilitas instrumen adalah:
dimana :
M = cacah butir
= jumlah tangkar proporsi yang menjawab benar dengan yang menjawab salah
Vx = variansi skor total
Adapun statistik Σpq dan Vx diperoleh melalui rumus:
a. Hasil Uji Reliabilitas
Koefisien reliabilitas dari hasil perhitungan menggunakan rumus KR-20
diperoleh r tt = 0,887 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai
pedoman penafsiran untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut
Sugiyono (2013: 257). Setelah dikonsultasikan, diketahui bahwa r tt = 0,887
berada pada indeks korelasi antara 0,800 sampai dengan 1,00 masuk pada
kategori tingkat keterandalan tinggi (dapat dilihat dari Tabel 3.4). Tingkat
reliabilitas yang tinggi menandakan bahwa instrumen prestasi belajar dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mendapatkan hasil perhitungan
koefisien reliabilitas r tt = 0,887 sebagai contoh perhitungan reliabilitas
menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dapat dilihat pada lampiran 3 uji
reliabilitas instrumen penelitian.
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Interpretasi
Tingkat kesukaran dalam instrumen tes digunakan untuk menunjukkan
kesulitan soal yang dapat dikerjakan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sudjana (2009: 135) tingkat kesukaran soal adalah kesanggupan atau kemampuan
siswa dalam menjawab soal. Tujuan digunakan tingkat kesukaran tes ini agar
diketahui pantas tidaknya instrumen dapat digunakan. Untuk mengetahui tingkat
kesukaran tes adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = dimana :
Nur Amalia, 2013
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2009: 208)
Kriteria yang digunakan apabila indeks yang diperoleh semakin kecil
menunjukkan bahwa soal makin sulit. Sebaliknya, jika indeks yang diperoleh
semakin besar, maka soal tersebut semakin mudah. Kriteria indeks
diklasifikasikan sebagai berikut:
Perhitungan Indeks kesukaran dilakukan dengan bantuan program
Microsoft office excel. Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran 40 item soal dapat
disimpulkan 11 soal kriteria mudah dan 29 soal kriteria sedang. Gambaran hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
3.8.4 Uji Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang prestasinya. Daya pembeda digunakan
untuk mengetahui perbedaan kemampuan setiap siswa yang sebenarnya. Seperti
yang diungkap oleh Sudjana (2009: 141) “Analisis daya pembeda mengkaji butir
-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan
siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong
kurang atau lemah prestasinya”. Apabila butir soal tersebut tidak memiliki daya pembeda diperkirakan terlalu mudah atau terlalu sulit, maka perlu diperbaiki atau
diganti dengan soal lain.
Menurut Arikunto (2009: 212), terdapat dua cara untuk menentukan daya
dari 100) adalah seluruh responden dibagi dua kelompok sama besar, 50%
kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Cara kelompok besar (lebih dari 100)
adalah dari kelompok atas diambil 27% dan kelompok bawah 27%. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan kelompok kecil. Seluruh responden disusun
berdasarkan nilai rapot semester sebelumnya. Untuk mengetahui daya pembeda
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
D =
dimana :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P
sebagai indeks kesukaran)
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2009: 213)
soal dapat dijadikan sebagai instrumen tes. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 3.
Nur Amalia, 2013
Data yang diperoleh dari lapangan adalah data tes awal (pretest) dan data
tes akhir (posttest). Setelah memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian data
tersebut diolah dan dianalisis berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa identitas siswa dan
kelengkapan jawaban. Disamping itu, untuk memeriksa kelengkapan jumlah
instrumen tes yang diberikan kepada responden pada kelas masing-masing
sebelum (pretest) dan setelah pelaksanaan penelitian (posttest). Verifikasi data
dapat langsung dimasukan ke dalam tabulasi untuk mempermudah langkah
selanjutnya. Apabila data telah lengkap, dilanjutkan menganalisis data langkah
selanjutnya.
2. Menghitung Skor Tes
Pemberian skor pada soal berbentuk pilihan ganda untuk jawaban benar
masing-masing soal memiliki poin yang sama. Poin yang benar diberikan 1 poin
dan yang salah 0 poin. Untuk memperoleh gambaran hasil akhir nilai dengan
rentang nilai 1 sampai dengan 100, menggunakan rumus:
AHM =
x
Na(Saputra, 2007: 61)
Keterangan:
AHM = Angka mentah yang dihaluskan AHU = Angka hasil ujian (angka mentah)
AM = Angka mentah tertinggi yang dapat dicapai apabila semua soal dalam ujian dijawab dengan tepat
Na = Nilai tertinggi dalam rentangan nilai akhir yang dimaksudkan
3. Uji Kecenderungan
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui kecenderungan suatu data
berdasarkan kriteria. Uji kecenderungan prestasi belajar siswa dilakukan
diolah menjadi nilai huruf untuk mengkategorikan nilai melalui skala penilaian
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kategori sangat tinggi (A), tinggi (B), cukup
(C), kurang (D), dan rendah (E). Setelah dilakukan uji kecenderungan berdasarkan
kelompok masing-masing, selanjutnya dilakukan uji kecenderungan berdasarkan
standar ideal nilai. Langkah-langkah perhitungan uji kecenderungan berdasarkan
kelompok adalah sebagai berikut:
1. Mencari nilai tertinggi dan terendah 2. Mencari mean ideal (M) dengan rumus:
½ x (Nilai tertinggi + Nilai terendah) 3. Mencari standar deviasi (SD) dengan rumus:
1/6 x (Nilai tertinggi – Nilai terendah) 4. Menentukan skala skor mentah dengan rumus:
M + 1,5 SD ke atas = Sangat Tinggi M + 0,5 SD sd < M + 1,5 SD = Tinggi M – 0,5 SD sd < M + 0,5 SD = Cukup M – 1,5 SD sd < M – 0,5 SD = Kurang M – 1,5 SD ke bawah = Rendah
Untuk memperoleh persentase perolehan skor digunakan rumus : P = x 100%
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel
terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data menggunakan uji
chi kuadrat. Menurut Riduwan (2012: 121), langkah-langkah uji normalitas data
Nur Amalia, 2013
1. Mencari skor terbesar dan terkecil 2. Mencari nilai Rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil 3. Mencari banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n (Rumus Sturgess) 4. Mencari nilai panjang kelas (i)
i =
5. Membuat tablulasi dengan tabel penolong 6. Mencari rata-rata (mean)
=
7. Mencari simpangan baku (standard deviasi) : S =
8. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara :
1.
Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama4. Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua dan seterusnya kecuali untuk angka yang berbeda ditambahkan pada baris paling tengah
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumpah responden
Oi = Nilai dari hasil pengamatan (frekuensi observasi) Ei = Nilai yang diharapkan (frekuensi ekspektasi) K = Banyak kelas interval
10. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel
Dengan membandingkan hitung dengan tabel untuk dan derajat
kebebasan (dk) = n-1 dengan pengujian kriteria pengujian sebagai berikut: Jika hitung ≥ tabel berarti Distribusi Data Tidak Normal (H0)
5. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varians dari data
yang diperoleh melalui pretest dan posttest. Tujuan pengujian adalah untuk
mengetahui data kedua kelompok memiliki varians yang sama atau tidak.
Dikatakan homogen jika kedua kelompok tersebut memiliki varians yang sama.
Rumus yang digunakan untuk menguji kesamaan varians adalah sebagai berikut:
s2 = s =
(Sugiyono, 2012: 57)
F =
(Sugiyono, 2012: 140)
Berdasarkan hasil dari uji F tersebut kemudian mencari Ftabel dengan taraf
signifikansi 0,05 dan dk = n-1. Selanjutnya diklasifikasikan dengan kriteria sebagai
berikut :
Jika Fhitung < Ftabel : Data Homogen
Jika Fhitung ≥ Ftabel : Data Tidak Homogen
Maka hipotesis statistik :
H0 : varians populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen
H1 : varians populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
homogen
6. Uji Hipotesis Penelitian (Uji T)
Tujuan uji hipotesis adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Sebelumnya dilakukan uji kesamaan, yaitu keadaan nilai
rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol,
keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol
dan uji kesamaan rata-rata untuk N-Gain. Selain itu, uji hipotesis dilakukan untuk
mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau
Nur Amalia, 2013
Bila hasil dua sampel terpisah (independent sample) varians yang
diperoleh homogen dan, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:
t =
dimana :
1 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
2 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol
n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol
s1 = standar deviasi pada kelas eksperimen
s2 = standar deviasi siswa pada kelas kontrol
(Sugiyono, 2012: 138)
Setelah mendapat perhitungan uji t selanjutnya melihat harga ttabel
dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = n1 + n2 -2. Keputusan pengujian hipotesis
adalah sebagai berikut:
Hipotesis diterima (H0) jika T hitung T tabel
Hipotesis ditolak (H1) jika T hitung < T tabel
Apabila hasil dua sampel terpisah (independent sample) varians yang
diperoleh heterogen dan, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:
t =
dimana :
t = koefisien t
1 = mean sampel kesatu
2 = Nilai mean sampel kedua
S12 = varian sampel kesatu
S22 = varian sampel kedua
n1 = jumlah kasus sampel kesatu
n2 = jumlah kasus sampel kedua
Setelah mendapat perhitungan uji t selanjutnya melihat harga ttabel
dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = n1-1 dan n2-1. Keputusan pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut:
Hipotesis diterima (H0) jika T hitung T tabel
Hipotesis ditolak (H1) jika T hitung < T tabel
7. Perhitungan skor gain yang dinormalisasi
Perhitungan skor gain adalah untuk mengetahui perbedaan skor kelas
experimen dan skor kelas kontrol. Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal
dan tes akhir. Rumus untuk menghitung nilai gain sebagai berikut:
G = Sf - Si
dimana: G = gain
Sf = skor tes awal (pretest)
Si= skor tes akhir (posttest)
Perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol dapat dilihat dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi. Untuk
perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan klasifikasinya menggunakan
persamaan dari Hake (1998: 65) sebagai berikut:
dimana:
< g > = rata-rata gain yang dinormalisasi < G > = rata-rata gain aktual
< G >maks = gain maksimum yang mungkin terjadi
< Sf > = rata-rata skor tes akhir (posttest)
< Si > = rata-rata skor tes awal (pretest)
Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel dibawah:
Tabel 3.8 Klasifikasi Nilai Gain
Nilai <g> Klasifikasi
Nur Amalia, 2013
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah
93 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada seluruh tahapan
penelitian yang dilakukan peneliti di SMK Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa kelas eksperimen, berdasarkan nilai rata-rata hasil
pretest siswa cenderung mendapatkan interpretasi kurang. Sedangkan nilai
rata-rata hasil posttest siswa lebih dominan mendapatkan interpretasi baik.
2. Prestasi belajar siswa kelas kontrol, berdasarkan nilai rata-rata hasil pretest
siswa cenderung mendapat interpretasi kurang. Sedangkan nilai rata-rata hasil
posttest siswa mendapatkan interpretasi baik.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi belajar antara siswa kelas
eksperimen dan siswa kelas kontrol pada mata pelajaran Ilmu Bangunan
Gedung tahun ajaran 2013/2014 SMKN 5 Bandung.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang diperoleh, maka
rekomendasi yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Dalam menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions (STAD) baiknya guru lebih mempersiapkan keperluan pembelajaran
karena penerapan model ini selain membutuhkan Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga membutuhkan lembar diskusi, soal
individu dan pembentukan kelompok secara heterogen.
2. Pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung, model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD dapat digunakan. Model ini juga dapat diterapkan pada mata
pelajaran baik sosial maupun exact karena model pembelajaran tipe ini dapat
Nur Amalia, 2013
lain seperti lebih berani bertanya, memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat
94
DAFTAR PUSTAKA
Adi, S.A. (2011). Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:
http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-konvensional.html [9 April 2013]
Andika, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Temas Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X AdP1 SMK Muhamadiyah 2 PEKANBARU. Skripsi Program
Studi Pendidikan Matematika. Riau : Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Arvio, Idham. (2012). Pengertian Prestasi Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://education-vionet.blogspot.com/2012/08/pengertian-prestasi-belajar-siswa.html [27 Januari 2013]
Asdy, Saeful. (2012). Pengertian Ilmu Bangunan Gedung. [Online]. Tersedia: http://saefulasdy.blogspot.com/2012/06/ilmu-bangunan-gedung.html [30 April 2013]
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2007). Panduan Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Departemen Pendidikan Nasional
Dwi, D.S. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Pencapaian Kompetensi Membuat Pola Blazer DI SMK N I SEWON BANTUL. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. Yogyakarta : Tidak Diterbitkan
95
Nur Amalia, 2013
Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Kartiansyah, A. (2013). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Beton Bertulang Di SMK N 2 Garut. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Sipil UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Nurkencana. (2005). Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Octaviani, Astrid. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran Utilitas Di Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMKN 1 Cilaku - Cianjur. Skripsi Jurusan Pendidikan
Teknik Arsitektur UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Putra Akbar, Arizna. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode
Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Komunikasi (Studi pada Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember).
Skripsi Jurusan Manajemen Malang: tidak diterbitkan.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Ridwan 202. (2008). Ketercapaian Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia: http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/ [27 Januari 2013]
Sadbudhy, R.E. dan Made, N. I. (2010). Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
96
Slavin, E.R. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Suardipa, P. (2012). Pembelajaran Model Konvensional. [Online]. Tersedia:
http://putusuardipa.blogspot.com/2012/06/pembelajaran-model-konvensional.html?zx=fa236771c48aefd6 [9 April 2013]
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sulaeman, Mandaputera. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran TTW (Think-Talk-Write) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Statika Pada Siswa SMK N 1 Cianjur. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Sipil UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning. Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Taniredja, T dan Mustafidah, H. (2012). Penelitian kuantitatif (Sebuah Pengantar).
Bandung: Alfabeta.
Trianto, M.Pd. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.