PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK KEYWORD DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA SISWA
TUNARUNGU DI SLB X LEMBANG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
OLEH:
DENI NOFITA
NIM. 1204710
PRODI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
DR. Endang Rochyadi, M.Pd NIP. 19560818 198503 1 002
Pembimbing II
DR. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP.197004171994022001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
PERNYATAAN
De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK
KEYWORD DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DI SLB X
LEMBANG ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas dasar ini saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2014 Yang membuat penyataan
ABSTRACT
THE APPLICATION OF KEYWORD MNEMONIC STRATEGY IN IMPROVING HEARING-IMPAIRED STUDENTS VOCABULARY
COMPREHENSION IN SLB X LEMBANG
(DENI NOFITA, 1204710, Special Needs Education Program, Indonesia University of Education, Bandung)
The aim of this research is to find the application of keyword mnemonic strategy in improving hearing-impaired students’ vocabulary comprehension. One of the advantages of mnemonic strategies is to facilitate memorization. Keyword method is one of mnemonic strategies classified as linguistic mnemonic, which is aimed to facilitate memorization, especially new or foreign vocabulary, by means of connecting pictures to words whose pronunciations are similar to the words or concepts that should be memorized.
The research employed experimental method using Single Subject Research (SSR) with A-B-A design. The subjects were hearing-impaired students aged fifteen years old, namely A and DL, who were in the fifth and sixth grade of Special Needs School X Lembang, respectively. The results of the research showed that there was improvement in terms of vocabulary comprehension using keyword mnemonic strategy as measured by verbal/gesture test. The ability of subject A in re-expressing words’ definitions through verbal/gesture test during the phase of baseline 1 gained a mean level of 65%, during intervention phase 91.85%, and during baseline 2 phase 92.33%, respectively, which showed improvement.
Meanwhile, the ability of subject DL as measured by verbal/gesture test was as follows: during the phase of baseline 1, the mean level was 36.42%, intervention phase 76.28%, and baseline 2 as much as 92.33%. This means that DL’s ability as measured by verbal/gesture test improved.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A. Konsep Ketunarunguan ... 8
1. Pengertian Tunarungu ... 8
2. Klasifikasi Tunarungu ... 10
3. Dampak Ketunarunguan ... 12
B. Strategi Pembelajaran ... 17
1. Pengertian strategi pembelajaran ... 17
2. Strategi mnemonik ... 20
1. Pengertian kosakata ... 27
2. Kosakata anak tunarungu ... 28
D. Strategi Mnemonik Keyword sebagai Strategi Pembelajaran Pemahaman Kosakata bagi Anak Tunarungu ... 32
E. Penelitian yang Relevan ... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 37
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37
1. Lokasi penelitian ... 37
2. Subjek penelitian ... 37
B. Metode Penelitian ... 38
C. Rancangan Penelitian ... 39
D. Defenisi Operasional ... 44
1. Variabel bebas ... 45
2. Variabel terikat (target behavior) ... 45
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 50
G. Skema Proses Penelitian ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Hasil Penelitian ... 52
1. Subjek A ... 52
2. Subjek DL ... 55
B. Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi ketunarunguan ... 11
Tabel 2.2 Efektifitas strategi mnemonik dalam pembelajaran ... 26
Tabel 3.2 Skor untuk tes verbal/isyarat ... 43
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Rancangan eksperimen A-B-A ... 39
Grafik 4.1 Kemampuan kosakata pada fase baseline 1, intervensi
dan baseline 2 ... 52
Grafik 4.2 mean level pemahaman kosakata secara verbal/isyarat ... 54
Grafik 4.5 kemampuan kosakata pada fase baseline 1, intervensi dan
Baseline 2 ... 55
Grafik 4.6 mean level pemahaman kosakata subjek DL melalui tes
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 kerangka konseptual ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 analisis data
Lampiran 2 hasil uji valiasi
Lampiran 3 identitas subjek penelitian
Lampiran 4 surat keterangan telah melakukan penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat anak memperoleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Salah satu keterampilan yang hendaknya dikuasai
seorang anak adalah keterampilan berbahasa, keterampilan ini penting dalam
menunjang prestasi akademik di masa yang akan datang. Kunci dari mempelajari
bahasa terletak pada penguasaan dan pemahaman kosakata. Menurut Tabatabaei
dan Hejazi (2011: 199) kosakata merupakan aspek mendasar dari suatu bahasa
yang digunakan untuk menamakan benda, tindakan, dan gagasan sehingga
manusia dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya. Kemampuan kosakata
seseorang juga menjadi pertanda dari kemampuan mentalnya yang bersifat saling
mempengaruhi (Tarigan, 2011: 17). Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangat
penting dalam mempelajari suatu bahasa dan untuk perkembangan mental.
Bahasa juga berkaitan dengan perkembangan kognitif yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis individu dalam
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Kemampuan kognitif berkembang
sesuai usia, mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari sesuatu yang
konkret menuju yang abstrak, dari subyektif menuju ke obyektif dan dari sesuatu
yang sudah di kenal menuju yang asing (Irene Athey, 1985 dalam Bunawan &
Yuwati, 2000: 12).
Sementara menurut Wolery & Wolery (dalam Porter, 2002: 175) proses
kognisi yang terlibat dalam mencapai suatu pemahaman mencakup kegiatan
mental seperti penalaran, menyimpan informasi dan mengingat kembali serta
menghadirkan stimuli. Sehingga menurut Styles (2005: 4) kajian psikologi
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi
merupakan suatu proses yang melibatkan aktifitas mental yang mendalam untuk
membentuk suatu pemahaman dengan menggunakan persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penilaian dan penalaran yang diperoleh melalui interaksi
dengan lingkungan. Dan bahasa digunakan untuk memproses informasi yang
diterima dari lingkungan. Sehingga berbahasa erat kaitannya dengan kemampuan
kognisi.
Kemampuan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang baik.
Pada anak-anak, saat mereka memperoleh sejumlah kata dan cara
menggunakannya, maka dia cenderung akan memilih kata yang informatif untuk
digunakan dalam situasi tertentu (Tarigan, 2011b: 19). Salah satu strategi yang
banyak digunakan untuk menguasai kosakata sulit atau bahasa asing adalah
dengan menggunakan strategi mnemonik. Menurut Best (Sternberg, 2009: 224)
mnemonik merupakan teknik yang secara spesifik membantu kita mengingat
daftar kata-kata. Strategi mnemonik juga merupakan salah satu strategi yang
dapat meningkatkan kemampuan memori dan belajar anak dengan gangguan
prilaku/emosi, tunagrahita ringan, dan Learning Disabilities dalam penguasaan
bahasa dan kosakata di berbagai jenjang pendidikan (Scruggs, Mastropieri,
Barkeley & Marshak, 2005: 10).
Strategi mnemonik mengandung banyak metode. Byrne (2008)
membandingkan metode loci, peg-word, keyword, akronim, menghubungkan
melalui cerita, pengkategorian dan pembuatan skema kepada anak. Ia
menyimpulkan metode loci, peg-word dan keyword memiliki tingkat elaborasi
dan organisasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya. Namun
menurut Scruggs dan Mastropieri dalam kegiatan pembelajaran bagi anak yang
mengalami masalah belajar dan prilaku lebih efektif dengan menggunakan
metode keyword, pegword dan letter strategies. Metode keyword paling efektif
informasi baru seperti kosakata, nama atau beberapa fakta dan konsep yang harus
dipelajari dan diingat (Reynolds & Fletchers-Janzen, 2007: 1372).
Bolich & McLaughlin (2001) mencobakan strategi mnemonik kepada anak
learning disabilities dengan menggunakan enam belas kartu bergambar yang
terdiri dari delapan kata konkrit dan delapan kata abstrak. Dari penelitian tersebut
muncul gagasan apakah strategi ini dapat diterapkan pada anak tunarungu yang
pada umumnya mengalami masalah dalam berbahasa. Karena dengan bahasa kita
bisa berkomunikasi, berfikir dan belajar (Schirmer dalam Friend, 2005: 378).
Hambatan berbahasa pada anak tunarungu terdapat dalam sintaksis, morphologi
dan kosakata (Moores 2001, dalam Moores & Martin, 2006: 47). Goetzinger dan
Rousey (1959) menemukan bahwa kemampuan pemahaman kosakata dan
paragraph pada anak tunarungu berada di bawah anak usia empat belas tahun.
Myklebust (1964) juga menyatakan bahwa kemampuan kosakata pada anak
mendengar usia sembilan tahun lebih tinggi dibandingkan anak tunarungu usia
lima belas tahun. (dalam Moores, 1982: 290). Hal yang serupa diutarakan Somad
(2009) bahwa anak tunarungu sangat miskin akan kosakata yang timbul akibat
dari kehilangan/kekurang-mampuan mereka dalam menangkap rangsangan bunyi
dari lingkungan sekitar, terutama yang mengalami ketunarunguan prabahasa, dan
mereka juga mengalami hambatan dalam berkomunikasi.
Saat mengikuti pendidikan formal, kemampuan akademik yang
ditampilkan siswa tunarungu cenderung berada di bawah anak mendengar, begitu
juga dengan hasil pengukuran intelegensinya. Hal ini disebabkan karena kegiatan
belajar dan instrumen yang digunakan cenderung membutuhkan kemampuan
berbahasa. Namun menurut Moores dan Scheetz (2001) kemampuan kognitif
anak tunarungu saat di ukur dengan menggunakan instrumen non verbal
diketahui tidak terdapat perbedaan yang mencolok dengan anak mendengar
(Friend, 2005: 378).
Kemampuan ingatan jangka pendek anak tunarungu, menurut Blair (1957),
gambar dan angka yang disajikan secara serempak dan berurutan. ternyata tidak
ada perbedaan dengan anak mendengar untuk materi yang disajikan secara
serempak, namun pada materi yang disajikan secara berurutan kemampuan anak
tunarungu lebih rendah dibandingkan anak mendengar (Bunawan & Yuwati,
2000: 19). Sementara daya ingat jangka panjang pada anak tunarungu dalam
menerapkan strategi untuk mengingat tidak jauh berbeda dengan anak mendengar
(Liben, 1985 dalam Bunawan & Yuwati, 2000: 21). Dengan demikian, anak
tunarungu memiliki kemampuan dan cara mengingat yang tidak jauh berbeda
dengan anak mendengar.
Menurut Furth (1973) dalam Alimin (2008) dengan berdasarkan teori
Piaget menjelaskan bahwa keterlambatan perkembangan kognitif pada anak
tunarungu bukan disebabkan oleh rendahnya kecerdasan atau kurangnya
keterampilan lingguistik tapi kurangnya latihan dan pengalaman. Karena struktur
kebahasaan sudah ada di otak manusia sejak lahir, sehingga jika anak diberi
pengalaman berbahasa, maka kemampuan bahasanya akan berkembang
(Chomsky, 1975 dalam Lewis, 2003: 100). Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kemampuan bahasa, pengalaman berbahasa penting diberikan kepada anak
tunarungu melalui latihan.
Fakta empirik menunjukkan bahwa mayoritas anak tunarungu di kelas
tinggi sudah bisa membaca, namun kadang mereka tidak mengerti makna dari
bacaan tersebut. Terbatasnya kemampuan mereka dalam memahami bacaan juga
bisa disebabkan karena terbatasnya kosakata yang dikuasainya akibat dari
kurangnya pengalaman dan latihan berbahasa. Hal tersebut tentu saja akan
mempengaruhi kemampuan mereka dalam menguasai bidang akademik lainnya,
karena bahasa memegang peranan penting dalam proses kognitif.
Menurut keterangan dari guru kelas, pemahaman kosakata diajarkan
kepada anak tunarungu tidak dengan menggunakan strategi khusus. Kosakata
dijelaskan kepada anak dalam bentuk gambar, isyarat dan tulisan dalam setiap
disampaikan kepada anak, sehingga anak cenderung memahami konsep kata
tanpa memahami dengan jelas makna dari kata tersebut. Jadi tidak jarang anak
mengalami verbalisme, yaitu suatu kondisi dimana anak hanya menghapal
kata-kata tanpa mengetahui makna kata-kata tersebut. Kondisi ini sering dijumpai pada
siswa tunarungu, dimana ia mampu mengucapkan dan menuliskan suatu kata
namun tidak memahami makna kata yang ditulis atau diucapkannya. Hal di atas
menyebabkan anak tunarungu kurang mampu membuat atau menghubungkan
kata-kata, sehingga kemampuan berbahasa dan daya abstraksi siswa tunarungu
kurang berkembang dengan optimal.
Tujuan dari menguasai kosakata adalah untuk memahami bahasa, dan
dengan memahami bahasa kita bisa menguasai keterampilan berbahasa yang
penting dalam kehidupan. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin
besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, subjek DL dan subjek A
tergolong tunarungu sedang atau masih mempunyai sisa pendengaran. Subjek DL
masih terbatas hanya pada apa yang dilihat/visual, sedangkan subjek A termasuk
cepat menangkap pelajaran namun masih kesulitan dalam memahami kata-kata
yang bersifat abstrak. Kemampuan anak tunarungu (subjek A dan DL) dalam
membaca juga tidak lancar dan lafal yang belum jelas. Dan untuk berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar, mereka cenderung lebih banyak menggunakan isyarat
dibandingkan ujaran dan mengabaikan kaidah kebahasaan meskipun mereka
telah bisa membaca.
Salah satu manfaat strategi mnemonik adalah memudahkan dalam
mengingat. Metode keyword merupakan salah satu strategi mnemonik yang
dikelompokkan dalam mnemonik lingguistik. Diharapkan dengan menggunakan
strategi ini keterampilan kompensatoris dan kesadaran lingguistik anak
tunarungu akan meningkat. Sehingga hambatan belajar akan berkurang dan bisa
membangkitkan motivasi anak untuk lebih giat belajar dan memperoleh hasil
B. Identifikasi Masalah
1. Ketunarunguan berdampak pada terbatasnya kemampuan bahasa, bicara dan
komunikasinya. Oleh karena itu, agar kemampuan bahasa pada siswa
tunarungu meningkat, maka dibutuhkan strategi khusus dalam menguasai
kosakata.
2. Strategi mnemonik merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan
kemampuan kosakata, baik yang bersifat abstrak maupun konkrit pada anak
berkebutuhan khusus.
3. Hambatan kemampuan bahasa anak tunarungu lebih disebabkan oleh
kurangnya pengalaman dan latihan berbahasa. Oleh karena itu metode
keyword yang dikategorikan ke dalam mnemonik lingguistik dapat
memberikan pengalaman dan latihan berbahasa siswa tunarungu.
C. Batasan Masalah
1. Tunarungu mengalami masalah dalam berbahasa, yang terdiri dari sintaksis,
morfologi dan kosakata. Penelitian ini dibatasi pada kemampuan anak
tunarungu dalam memahami makna dari suatu kosakata.
2. Kosakata memiliki penggunaan yang berbeda-beda untuk bidang tertentu,
seperti bidang teknik, sains, matematika dan sebagainya. Kosakata yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari suatu wacana melalui identifikasi
kata-kata sulit atau belum dipahami oleh anak yang terdiri dari kata konkit
dan abstrak.
3. Diantara strategi mnemonik terdapat metode loci, metode keyword, metode
kata penghubung, akronim dan akrostik. Penelitian ini menggunakan strategi
mnemonik keyword untuk mengingat pengertian dari defenisi kata sulit pada
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah penerapan strategi mnemonik keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang?”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki tujuan dan manfaat berikut ini :
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan strategi mnemonik keyword dalam
meningkatkan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X
Lembang..
b. Untuk mengetahui pemahaman kosakata siswa tunarungu sebelum,
selama dan sesudah diberikan intervensi.
2. Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi guru diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk menanamkan konsep kosakata pada siswa tunarungu
dengan menggunakan strategi mnemonik keyword.
b. Strategi mnemonik keyword merupakan salah satu strategi untuk
mengingat definisi sepuluh kosakata melalui strategi mnemonik teknik
keyword yang belum pernah dicobakan pada anak tunarungu. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan bisa untuk mengetahui dampak strategi
tersebut terhadap kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu.
c. Bagi peneliti dapat menambah wawasan , pengetahuan dan ketrampilan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah di SLB X Lembang dengan subjek
penelitian siswa tunarungu kelas V dan VI. Lokasi penelitian ini dipilih
berdasarkan pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau, juga karena di
SLB tersebut melayani 14 orang siswa tunarungu yang tersebar di
jenjang SDLB sampai SMALB, disamping jenis kecacatan yang lain.
Berdasarkan keterangan dari guru kemampuan pemahaman
kosakata siswa di SLB tersebut masih sangat terbatas terutama yang
berada di kelas dasar, jadi untuk itu diperlukan strategi khusus untuk
menanamkan konsep dari suatu kosakata kepada anak. Selama ini
menurut penjelasan guru bahwa strategi mnemonik keyword belum
pernah diterapkan kepada siswa.
2. Subjek penelitian
Subjek berjumlah dua orang, satu perempuan (DL) dan satu orang
laki-laki (A) dengan gangguan pendengaran tingkat sedang. Kemampuan
bahasa kedua subjek cukup baik dengan menggunakan bahasa isyarat
alami, Subjek D belum banyak memahami kosakata, masih sebatas apa
yang dilihat, sedangkan subjek A termasuk cepat menangkap materi
pelajaran tapi masih mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata
yang bersifat abstrak. Bahasa ekspresifnya masih terbatas dan belum
menggunakan kaidah kebahasaan yang benar, hanya berupa kata-kata
dengan bahasa isyarat, verbal yang belum jelas pengucapannya serta
belum terstruktur. Kemampuan bahasa reseptif kedua siswa tersebut
hampir sama, masih ditemui kesalahan menginterpretasikan pertanyaan
penjelasan tambahan tentang aktifitas yang biasanya dilakukan di rumah
dengan contoh, baru kemudian mereka bisa memahami pertanyaan yang
diajukan tersebut.
B. Metode penelitian
Sebuah fenomena yang terjadi pada anak dengan gangguan pendengaran,
yaitu anak bisa membaca tapi tidak mengetahui makna yang di baca. Melalui
penerapan strategi mnemonik ini diharapkan anak tunarungu dapat dengan
mudah memahami apa yang mereka baca dengan cara-cara tertentu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan subjek tunggal (single subject) yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan, (intervensi) yang
diberikan. Dalam hubungan ini peneliti memanipulasi suatu perlakuan
(intervensi), kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang
diakibatkan oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis (Faisal, 1982 : 76).
Alasan peneliti menggunakan pendekatan SSR dalam penelitian ini
adalah pertama karena bervariasinya kemampuan siswa tunarungu dan yang
kedua jumlah populasi yang terbatas sehingga metode SSR penelitian ini
dipandang tepat untuk ABK.
Uji validasi konten tentang kemampuan siswa dalam mengingat definisi
kosakata melalui mnemonik keyword dilakukan di SLB B Negeri Cicendo
pada 3 orang subjek dengan mengujicobakan sepuluh kosakata
masing-masing dengan empat gambar dan keyword yang berbeda.
1. Item instrument terdiri dari sepuluh kosakata
2. Kemudian dicari empat keyword dan gambar yang berbeda untuk
mencari item yang paling mudah dikuasai oleh siswa dalam memahami
suatu kosakata
3. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut kemudian dirancang instrumen
penelitian yang akan diterapkan dalam pelaksanaan penelitian.satu
C. Rancangan penelitian
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan subjek tunggal (single subject research) dengan menggunakan
desain A – B – A seperti gambar di bawah ini:
Grafik 3.1
Rancangan eksperimen A – B – A
Keterangan:
A1 = Kondisi awal atau baseline merupakan kemampuan subjek dalam
mengungkapkan kembali pengertian dari suatu kosakata. Pada baseline
ini subjek tidak diberi intervensi. Subjek diminta memperhatikan
penjelasan defenisi sepuluh kosakata melalui verbal dan isyarat tanpa
diperkenalkan dengan strategi mnemonik keyword dalam rentang waktu
yang tidak dibatasi. Kemudian dilakukan tes secara lisan/ isyarat untuk
mengetahui kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali
defenisi kosakata tersebut. Baseline 1 terdiri dari tujuh sesi, dimana
setiap sesi dihitung per hari.
B = Subjek diberi perlakuan (intervensi) berupa cara mengingat pengertian
atau defenisi dari sepuluh kosakata dengan menggunakan kartu
bergambar yang berisikan kosakata yang dipelajari, keyword dalam
kurung dan pengertiannya. Subjek pertama-tama diminta untuk
mengamati kartu gambar dengan keyword dan definisi kosakata, pada
saat bersamaaan peneliti menjelaskan hubungan antara kosakata,
keyword, definisi dan gambar. Kegiatan tersebut dilakukan selama satu
menit pergambar. Tes yang digunakan sama dengan tahapan baseline
yaitu secara isyarat/verbal. Fase intervensi ini terdiri dari tujuh sesi,
dimana setiap sesi dilakukan per hari.
A2= merupakan pengulangan kondisi awal atau kemampuan dasar subjek
dalam pemahaman kosakata, tahap ini dilakukan pengetesan
sebagaimana pada baseline pertama untuk mengetahui sejauh mana
intervensi dengan strategi mnemonik keyword dapat berpengaruh
terhadap pemahaman kosakata anak tunarungu. Baseline 2 ini terdiri
dari tiga sesi yang merujuk per hari.
Tahapan dalam eksperimen dengan subjek tunggal ini adalah sebagai berikut:
1. Prosedur baseline 1
Fase ini bertujuan untuk menentukan kemampuan subjek dalam
mengingat pengertian atau defenisi sepuluh kosakata dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peneliti memjelaskan dengan verbal/isyarat dan memperlihatkan
suatu gambar dengan kosakata dan pengertiannya, subjek diminta
untuk mengingat defenisi kata.
b. Subjek memperhatikan konsep kata, defenisinya dan gambar dalam
rentang waktu satu menit yang diukur dengan stopwatch yang di bantu
oleh guru.
c. Setiap sesi dilaksanakan dengan memperkenalkan sepuluh kosakata
dan defenisinya yang akan diingat subjek.
d. Sesi diakhiri dengan mengukur kemampuan subjek mengungkapkan
kembali defenisi sepuluh kosakata tersebut secara verbal maupun
e. Selama subjek mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata
dilakukan perekaman audio visual (video).
f. Setiap kata dari defenisi kosakata yang bisa diungkapkan subjek
secara verbal maupun isyarat diberi skor satu yang kemudian
dipresentasekan.
g. Defenisi kata yang diperkenalkan kepada subjek bersumber dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2. Prosedur Intervensi
Tahapan dalam intervensi ini tidak jauh berbeda dengan tahap di baseline,
yang membedakannya hanya dalam penggunaan keyword untuk
mengingat defenisi kata, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kegiatan pendahuluan.
a) Peneliti mempersiapkan ruang kelas dan mengatur posisi tempat
duduk untuk siswa agar mudah mengikuti prosedur penelitian.
b) Peneliti menyediakan sepuluh gambar yang memuat kosakata,
keyword dalam tanda kurung dan defenisi kata yang akan diingat
subjek
b. Kegiatan inti
a) Peneliti memberikan penjelasan tentang kata dan defenisinya,
kemudian menjelaskan keyword dan hubungannya dengan
gambar, dan terakhir subjek diminta untuk mengingat keyword
dan defenisi kata. Semua prosedur tersebut disampaikan secara
Gambar 3.1
Kartu mnemonik keyword
Pertama-tama defenisi dari kata enak dijelaskan kepada subjek,
yaitu rasa yang sedap dan lezat. Kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, bahwa anak kecil
senang pada makanan dengan rasa yang sedap dan lezat seperti
permen, ice cream, kembang gula. Terakhir subjek diminta untuk
mengingat seorang anak dan defenisi kata enak
b) Setiap sesi dilaksanakan dengan memperkenalkan sepuluh
kosakata, defenisinya, dan hubungannya dengan keyword
c. Kegiatan akhir
a) Setiap sesi diakhiri dengan mengukur kemampuan subjek dalam
mengungkapkan kembali defenisi dari sepuluh kosakata tesebut
secara verbal maupun isyarat.
b) Selama subjek mengungkapkan kembali defenisi kata, dilakukan
perekaman audio visual pada subjek.
c) Durasi waktu dalam mengungkapkan kembali defenisi kata oleh
subjek tidak dibatasi.
d) Setiap kata yang terkandung dalam defenisi kata yang bisa
pada kata “enak” terkandung lima kata yaitu “rasa yang sedap dan lezat”. Satu skor diberikan untuk setiap kata tersebut yang
kemudian diakumulasikan untuk mendapatkan hasil presentase.
NO KOSAKATA DEFINISI SKOR
3 Bersatu Berkumpul atau bergabung
menjadi satu
8 Rangkul Melingkarkan lengan pada
pundak, memeluk
e) Defenisi kata yang diperkenalkan kepada subjek bersumber dari
D. Defenisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas dapat juga diartikan sebagai penyebab munculnya
variabel lain, variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan
strategi mnemonik keyword. Strategi mnemonik keyword merupakan cara
untuk pengkodean agar dapat dengan mudah membantu proses
penyimpanan dan mengingat kembali, baik dalam ingatan jangka panjang
maupun jangka pendek. Karena sistem tersebut memungkinkan kita
menyimpan informasi di dalam memori, sehingga akan mampu
memperolehnya kembali sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Metode
keyword merupakan salah satu metode yang ada dalam mnemonik melalui
menghubungkan kata, ide, dan khayalan untuk membentuk imajinasi
interaktif yang mengaitkan bunyi dan makna kata dengan bunyi dan
makna kata yang mudah dikenal dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mengaitkan secara verbal dengan visual kata yang berlafal mirip
dengan kosakata yang harus diingat. Misalnya kata “enak” dengan
keyword “anak” dan bahwa anak kecil senang pada makanan dengan
rasa yang sedap dan lezat seperti permen, ice cream, kembang gula.
Terakhir subjek diminta untuk mengingat seorang anak dan defenisi
kata enak. Pemilihan kata untuk keyword lebih ditekankan pada
kesamaan bunyi, baik pada awal, tengah maupun akhir kata.
b. Kata keyword merupakan kata yang bersifat konkrit.
c. Kata yang digunakan untuk keyword sudah dikenal anak (familiar).
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu gambar
yang memuat kosakata, keyword dalam kurung dan defenisi kata dan
gambar yang bisa menunjukkan keadaan dari defenisi kata dan gambar
yang bisa menunjukkan keadaan dari defenisi kata di atas kertas ukuran
A4. Pemilihan keyword dilakukan dengan cara mencari kata yang
memiliki kemiripan bunyi dengan kosakata. Yang diperkenalkan pada
subjek dalam mengingat defenisi kata dan mampu
mengungkapkannya kembali. Dalam penelitian ini yang diamati adalah
prilaku subjek dalam memahami dan mengingat sepuluh defenisi kata.
Setiap kosakata diperlihatkan kepada subjek selama satu menit sambil
memperhatikan penjelasan peneliti untuk setiap gambar.
2. Variabel terikat (target behavior)
Variabel terikat atau target behavior dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang.
Pemahaman kosakata dalam penelitian ini adalah kemampuan
mengungkapkan kembali defenisi dari kosakata secara lisan/ isyarat.
Kosakata yang diujicobakan di ambil melalui identifikasi bacaan
dari buku bahasa indonesia kelas V yang sebelumnya dilakukan oleh
subjek dengan mencari kata-kata yang belum mereka pahami. Tujuannya
untuk menentukan kemampuan subjek dalam mengingat definisi dari
sepuluh kosa kata dengan cara subjek diminta untuk mengungkapkan
kembali definisi dari kasakata tersebut secara verbal/isyarat.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengujicobakan pada 3
siswa SLB Cicendo. Tujuannya adalah untuk mencari sepuluh keyword
dan gambar yang mudah dipahami oleh anak dan mudah dijelaskan oleh
peneliti. Peneliti menyadiakan 4 keyword dan gambar yang berbeda
untuk satu kosakata dan hasilnya, sepuluh keyword dan gambar yang
mudah dipahami siswa diterapkan dalam penelitian (terlampir).
Pengukuran dilakukan dengan persentase, dengan cara setiap kata
yang bisa diungkapkan anak diberi skor 1 selanjutnya diakumulasikan
dan dipersentasekan dalam bentuk tampilan grafik.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar soal-soal
untuk mengamati kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali
defenisi kosakata yang di teliti. Pertimbangan penggunaan alat ini adalah agar
dapat mengamati sedetail mungkin kemampuan subjek dalam mengingat
kembali kosakata. Pertimbangan lainnya karena adanya keterbatasan subjek
dalam mengutarakan secara verbal untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan. Oleh karena itu, dengan pertimbangan subjek akan mampu
mengungkapkan kembali defenisi kosakata dengan bahasa isyarat maka
rekaman video digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Hasil
rekaman tersebut akan dicermati dan dinilai dengan memberikan skor
terhadap kata yang bisa diungkapkan subjek. Skor satu untuk setiap kata yang
terdapat dalam defenisi kata yang bisa diungkapkan subjek melalui verbal
maupun isyarat.
Selanjutnya skor yang terkumpul diakumulasikan dan kemudian diubah
ke dalam bentuk presentase dengan rumus:
P = F X 100% N
Keterangan:
P = Presentase
N = Jumlah skor tertinggi
F = Jumlah skor yang di dapat
kosakata selanjutnya diakumulasikan dan dipresentasekan. Sepuluh
defenisi kosakata yang diteliti memiliki skor total 57 dengan rumus:
Kisi-kisi instrumen
NO GAMBAR KOSAKATA DAN
DEFINISI KEYWORD CARA MENJELASKAN
SKOR ukurannya diantara jenisnya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, ada dua beduk, yang satu lebih besar ukurannya dari yang lain. Yang ukurannya besar lebih berat dari yang kecil.
5
2. Bersatu (ks)
Berkumpul atau bergabung menjadi satu
Bantu Definisi kata bersatu dijelaskan kepada subjek. Bersatu yaitu berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, orang yang sedang mengangkat rumah bersama. Dengan bersatu maka kita menjadi
Ikat Pertama-tama defenisi dari kata dekat dijelaskan kepada subjek, yaitu tidak jauh jarak atau antaranya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, bahwa mengikat sepatu harus dari dekat
4. Derita (ks)
Sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di hati
Jelita Definisi kata derita dijelaskan kepada subjek, yaitu sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di dalam hati. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, orang yang jelita juga pernah mengalami derita
7
5. Enak (ks)
Rasa yang sedap dan lezat
Anak Definisi kata enak dijelaskan kepada subjek, yaitu rasa yang sedap dan lezat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, anak-anak menyukai permen, ice cream, kembang gula yang rasanya manis.
5
6. Kekar (ks)
Tubuh yang tegap dan kuat
Jangkar Definisi kata kekar dijelaskan kepada subjek, yaitu tubuh yang tegap dan kuat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, jangkar kapal hanya bisa ditarik oleh orang kuat.
5
7. Mimpi (kk)
Sesuatu yang dilihat, dialami dan dirasakan dalam tidur
Api Definisi kata mimpi dijelaskan kepada subjek, mimpi adalah sesuatu yang dilihat, dialami dan dirasakan dalam tidur. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar seseorang yang sedang tidur
8. Rangkul (kk)
Melingkarkan lengan pada pundak, memeluk
Pikul Definisi kata rangkul dijelaskan kepada subjek, rangkul adalah melingkarkan lengan pada pundak, memeluk. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, tukang pikul sebelum pergi bekerja memeluk anaknya.
5
9. Sebar (kk)
Berserak, bertabur
Lembar Definisi kata sebar dijelaskan kepada subjek, sebar adalah berserak atau bertabur, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar.
Kumbang Definisi kata dijelaskan kepada subjek, terbang adalah bergerak atau melayang diudara dengan tenaga sayap atau mesin. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, kumbang yang sedang terbang di atas bunga.
10
F. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data digunakan sebagai tahap terakhir dalam penelitian sebelum di tarik
suatu kesimpulan. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto, 2006:65). Pengaruh
intervensi terhadap prilaku yang diamati juga dilakukan guna melihat sejauh mana
intervensi berhasil merubah target behaviour. Terkait penelitian ini adalah untuk melihat
bagaimana pengaruh penerapan strategi mnemonik terhadap pemahaman defenisi suatu
kosakata anak tunarungu. Data ditampilkan dalam bentuk grafik garis agar lebih
memperjelas prilaku subjek. Terdapat beberapa komponen dalam pembuatan grafik
(Sunanto, 2006:36) sebagai berikut:
1. Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan
variabel bebas (sesi, hari, tanggal). Dalam penelitian ini absis yang digunakan adalah
untuk menunjukkan banyaknya sesi yang dilakukan pada subjek.
2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk
variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi). Dalam penelitian ini ordinat
menunjukkan kemampuan pemahaman defenisi suatu kosakata dalam bentuk persen.
3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal
satuan bebas dan terikat.
4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran
(misalnya 0%, 25%, 50%, 70%).
5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya
baseline atau intervensi.
6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh
kesimpulan bahwa strategi mnemonik keyword dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap pemahaman kosakata siswa tunarungu A dan DL yang
berusia 15 tahun. Kemampuan pemahaman kosakata kedua subjek meningkat
setelah diberikan intervensi dengan strategi mnemonik keyword. Kemampuan
kedua subjek tersebut diukur melalui tes secara verbal / isyarat. Kedua subjek
dituntut untuk mampu mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata
yang berdasarkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan benar, baik
secara verbal/isyarat. Hasil keseluruhan penelitian ini dalam setiap fase adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan awal kedua subjek bervariasi dalam mengingat defenisi
kosakata selama fase baseline 1, namun cenderung meningkat.
Peningkatan selama fase baseline 1 ini disebabkan subjek telah
menyesuaikan dengan tes yang diberikan. Pada tes secara lisan/isyarat
kedua subjek juga mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena selama
baseline peneliti menjelaskan defenisi sepuluh kosakata secara
verbal/isyarat namun tidak menghubungkannya dengan keyword dan
gambar. Pertimbangan ini peneliti ambil berdasarkan penjelasan dari guru
kelas bahwa kedua subjek banyak menggunakan bahasa isyarat yang tidak
baku (bukan sistem isyarat bahasa indonesia/SIBI). Sehingga untuk
memudahkan peneliti mengumpulkan data, terutama dalam tes secara
verbal/isyarat maka penting diberikan penjelasan melalui isyarat baku
2. Kemampuan kedua subjek selama diberikan intervensi cenderung
meningkat dari fase sebelumnya yang dapat dilihat pada mean level yang
diperoleh kedua subjek. Intervensi diberikan berupa sepuluh kosakata
beserta defenisinya, keyword dan gambar yang diukur melalui tes
verbal/isyarat. Perbedaan yang terlihat sebelum dan sesudah diberikan
intervensi pada kedua subjek adalah kemampuan subjek dalam
mengungkapkan kembali secara verbal/isyarat defenisi suatu kosakata
lebih teratur, berurutan dan banyaknya jumlah kata yang bisa diungkapkan
kembali oleh mereka yang bisa dilihat pada mean level kedua subjek.
3. Pada kedua subjek terjadi perubahan antara sebelum diberikan intervensi
dengan setelah intervensi, hal ini membuktikan bahwa strategi mnemonik
keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata mereka.
B. Saran
Strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam proses
pembelajaran yang hendaknya dikuasai oleh guru. Namun jauh lebih penting
untuk mengajarkan bagaimana cara balajar yang tepat agar setiap siswa
memiliki strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Strategi
mnemonik merupakan salah satu strategi belajar yang memegang peranan
penting dalam perkembangan peradaban manusia sejak zaman Yunani kuno
dan masih tetap digunakan dalam kehidupan manusia modern. Teknik
keyword merupakan salah satu bagian dari strategi menemonik yang
digunakan untuk memudahkan mengingat suatu informasi dan ternyata bisa
diterapkan pada dua orang subjek yang mengalami ketunarunguan untuk
meningkatkan pemahaman kosakata mereka. Oleh karena itu, saran yang
dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah
1. Bagi guru
Strategi mnemonik keyword dapat digunakan sebagai salah satu strategi
dalam pembelajaran oleh guru, terutama dalam pembelajaran kosakata
pada siswa tunarungu. Dengan menghadirkan mnemonik keyword di
dalam kelas diharapkan siswa tunarungu mampu mengembangkan strategi
belajar yang sesuai bagi dirinya sendiri. Dengan demikan guru telah
mengajarkan bagaimana cara belajar kepada siswa, bukan hanya
menyampaikan materi pelajaran semata. Oleh karena itu, dibutuhkan
kreatifitas guru untuk mempelajari strategi mnemonik, khususnya teknik
keyword yang selama ini belum digunakan dalam pembelajaran kosakata
pada siswa tunarungu.
2. Peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan
kekurangan yang ada pada penerapan strategi mnemonik keyword dengan
menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan subjek dalam
mengungkapkan kembali defenisi suatu kosakata. Disamping itu
dibutuhkan pengujian dengan mempertimbangkan kondisi subjek, usia dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, D., & Sugiarto, M. (1999/2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tunarungu Untuk SLB B. Jakarta: Depdikbud.
Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar. [online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [12 desember 2012].
Bambang S. (2003). Pendidikan Tunarungu. Jakarta :Yayasan Pangudi Luhur. Lustrum.
Bolich, Barbara dan McLaughlin, T. F. (2001). “The Use of Mnemonic Strategies as
Instructional Tools for Children with Learning Disabilities”. International Journal of Education. 16, (2), 39 – 47.
Bunawan, L. & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa pada Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama
Bunawan, L. (2004). “Hekekat Ketunarunguan dan Implikasi dalam Pendidikan”. Makalah Pelatihan Dosen Pendidikan Luar Biasa, tidak diterbitkan..
Byrne, John., H. (eds). (2008). Learning and Memory; A Comprehensive Reference. San Diego USA: Elsevier.
Depdikbud. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk AnakTunarungu untuk SLB B. Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud.
Depdiknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Djamarah, S. B., dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Rieneka Cipta.
Donovan, M. S., & Cross, C. T. (ed). (2002). Minority Students in Special and Gifted Education Washington, DC : National Academy Press.
Edwards, Lindsey & Crocker, Susan. (2008). Psychological Processes in Deaf Children with Complex Needs : An Evidence-Based Practical Guide. London: Jessica Kingsley Publishers.
Faisal. (1982). Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.
Friend, Marilyn. (2005). Special Education; Contemporary Perspectives for School Proffesionals. Boston: Pearson Education.
Gregory, Susan. Et.al. (ed). (1998) Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.
Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. (eds). (2006). Exceptional Learners; Introduction to Special Education (Tenth Edition). Boston: Pearson Education.
Hernawati, Tati.(2007). “Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Bicara Anak Tunarunggu”. JASSI_anakku. 7. (1). 101 - 110.
Irving, M. M., Nti. M., & Johson, W. (2007). “Meeting The Needs of Special Learners in
Science”. International Journals of Special Education. 22. (3). 109-118.
Kemis dan Heryati, Iis Sri. (2011). Media Pembelajaran untuk Anak dengan Gangguan Pendengaran. Bandung; Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Lewis, Vicky. (2003). Developmental and Disabilitiy; Second Edition. United Kingdom: Blackwell Publishing.
Marschark, Marc and Hauser, Peter C. (ed.). (2008). Deaf Cognition : Foundations and Outcomes. New York: Oxford University Press, Inc.
Marschark, Marc. (2007). Raising and Educating A Deaf Child: A Comprehensive Guide to Choices, Controversies, and Decisions Faced by Parents and Educators (2nd Ed). New York: Oxford University Press, Inc.
Moores, D. F. (1982). Educating The Deaf; Psychology, Principles, and Practices (Second Edition). Massachusetts: Houghton Mifflin Company.
Moores, D. F., & Martin, D. S. (eds.). (2006). Deaf Learners; Developments Curriculum and Instruction. USA: Gallaudet University Press
Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana.
Porter, Louise. (2002). Educating Young Children with additional Need. Australia: Allen & Unwin.
Reid, Gavin. (2005). Learning Styles and Inclusion. London: Paul Chapman Publishing.
Sacks, Arlene.(2009). Special Education: A Reference Handbook [2nd Ed.]. New York: Grey House Publishing, Inc.
Scruggs, T. E., Mastropieri, M. A., Barkeley, S. L., & Marshak, L. (2010). “Mnemonic Strategies; Evidence-Based Practice and Practice-Based Evidence”. Intervention in School and Clinic. 46. (2). 79 - 86.
Slavin. R., E. (2006). Educational Psychology; Theory and Practice (8th Edition). Boston; Pearson Edcation Inc.
Somad, P. dan Herawati, T. (1996). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.
Somad, Permanarian. (2009). Dampak Ketunarunguan. [online]. Tersedia: http://permanariansomad.blogspot.com.2009/11/dampakketunarunguan.html. [3 januari 2013].
Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Special Diversity. (2008). My Experience with My Children.
Sternberg, Robert. J. (2009). Cognitive Psychology (Fifth Edition). Belmont USA: Wadsworth Cengage Learning.
Styles, Elizabeth. A. (2005). Attention,Perception, and Memory; An Intergarted Introduction. New York: Psychology Press, Taylor & Francis Group.
Sunanto, Juang., Takeuchi, Koji., dan Nakata, Hideo. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.
Tabatabaei, O,. & Hejazi, N. H. (2011). “Gender Diferences in Vocabulary Instruction
Using Keyword Method (Lingusitic Mnemonics)”. Canadian Social Science. 7. (5). 198 - 204.
Tarigan, Hendry Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata (edisi revisi). Bandung: Angkasa.
Tarigan, Hendry Guntur. (2011b). Pengajaran Pemerolehan Bahasa (edisi revisi). Bandung: Angkasa.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif; Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.