• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK KEYWORD DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA SISWA TUNARUNGU DI SLB X LEMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK KEYWORD DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA SISWA TUNARUNGU DI SLB X LEMBANG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK KEYWORD DALAM

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA SISWA

TUNARUNGU DI SLB X LEMBANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

OLEH:

DENI NOFITA

NIM. 1204710

PRODI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

DR. Endang Rochyadi, M.Pd NIP. 19560818 198503 1 002

Pembimbing II

DR. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP.197004171994022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

(3)

PERNYATAAN

De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK

KEYWORD DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DI SLB X

LEMBANG ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas dasar ini saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat penyataan

(4)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF KEYWORD MNEMONIC STRATEGY IN IMPROVING HEARING-IMPAIRED STUDENTS VOCABULARY

COMPREHENSION IN SLB X LEMBANG

(DENI NOFITA, 1204710, Special Needs Education Program, Indonesia University of Education, Bandung)

The aim of this research is to find the application of keyword mnemonic strategy in improving hearing-impaired students’ vocabulary comprehension. One of the advantages of mnemonic strategies is to facilitate memorization. Keyword method is one of mnemonic strategies classified as linguistic mnemonic, which is aimed to facilitate memorization, especially new or foreign vocabulary, by means of connecting pictures to words whose pronunciations are similar to the words or concepts that should be memorized.

The research employed experimental method using Single Subject Research (SSR) with A-B-A design. The subjects were hearing-impaired students aged fifteen years old, namely A and DL, who were in the fifth and sixth grade of Special Needs School X Lembang, respectively. The results of the research showed that there was improvement in terms of vocabulary comprehension using keyword mnemonic strategy as measured by verbal/gesture test. The ability of subject A in re-expressing words’ definitions through verbal/gesture test during the phase of baseline 1 gained a mean level of 65%, during intervention phase 91.85%, and during baseline 2 phase 92.33%, respectively, which showed improvement.

Meanwhile, the ability of subject DL as measured by verbal/gesture test was as follows: during the phase of baseline 1, the mean level was 36.42%, intervention phase 76.28%, and baseline 2 as much as 92.33%. This means that DL’s ability as measured by verbal/gesture test improved.

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Konsep Ketunarunguan ... 8

1. Pengertian Tunarungu ... 8

2. Klasifikasi Tunarungu ... 10

3. Dampak Ketunarunguan ... 12

B. Strategi Pembelajaran ... 17

1. Pengertian strategi pembelajaran ... 17

2. Strategi mnemonik ... 20

(6)

1. Pengertian kosakata ... 27

2. Kosakata anak tunarungu ... 28

D. Strategi Mnemonik Keyword sebagai Strategi Pembelajaran Pemahaman Kosakata bagi Anak Tunarungu ... 32

E. Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

1. Lokasi penelitian ... 37

2. Subjek penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 38

C. Rancangan Penelitian ... 39

D. Defenisi Operasional ... 44

1. Variabel bebas ... 45

2. Variabel terikat (target behavior) ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 50

G. Skema Proses Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Subjek A ... 52

2. Subjek DL ... 55

B. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi ketunarunguan ... 11

Tabel 2.2 Efektifitas strategi mnemonik dalam pembelajaran ... 26

Tabel 3.2 Skor untuk tes verbal/isyarat ... 43

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Rancangan eksperimen A-B-A ... 39

Grafik 4.1 Kemampuan kosakata pada fase baseline 1, intervensi

dan baseline 2 ... 52

Grafik 4.2 mean level pemahaman kosakata secara verbal/isyarat ... 54

Grafik 4.5 kemampuan kosakata pada fase baseline 1, intervensi dan

Baseline 2 ... 55

Grafik 4.6 mean level pemahaman kosakata subjek DL melalui tes

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka konseptual ... 34

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 analisis data

Lampiran 2 hasil uji valiasi

Lampiran 3 identitas subjek penelitian

Lampiran 4 surat keterangan telah melakukan penelitian

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat anak memperoleh ilmu

pengetahuan dan keterampilan. Salah satu keterampilan yang hendaknya dikuasai

seorang anak adalah keterampilan berbahasa, keterampilan ini penting dalam

menunjang prestasi akademik di masa yang akan datang. Kunci dari mempelajari

bahasa terletak pada penguasaan dan pemahaman kosakata. Menurut Tabatabaei

dan Hejazi (2011: 199) kosakata merupakan aspek mendasar dari suatu bahasa

yang digunakan untuk menamakan benda, tindakan, dan gagasan sehingga

manusia dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya. Kemampuan kosakata

seseorang juga menjadi pertanda dari kemampuan mentalnya yang bersifat saling

mempengaruhi (Tarigan, 2011: 17). Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangat

penting dalam mempelajari suatu bahasa dan untuk perkembangan mental.

Bahasa juga berkaitan dengan perkembangan kognitif yang berkaitan

dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis individu dalam

mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Kemampuan kognitif berkembang

sesuai usia, mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari sesuatu yang

konkret menuju yang abstrak, dari subyektif menuju ke obyektif dan dari sesuatu

yang sudah di kenal menuju yang asing (Irene Athey, 1985 dalam Bunawan &

Yuwati, 2000: 12).

Sementara menurut Wolery & Wolery (dalam Porter, 2002: 175) proses

kognisi yang terlibat dalam mencapai suatu pemahaman mencakup kegiatan

mental seperti penalaran, menyimpan informasi dan mengingat kembali serta

menghadirkan stimuli. Sehingga menurut Styles (2005: 4) kajian psikologi

(13)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi

merupakan suatu proses yang melibatkan aktifitas mental yang mendalam untuk

membentuk suatu pemahaman dengan menggunakan persepsi, imajinasi,

penangkapan makna, penilaian dan penalaran yang diperoleh melalui interaksi

dengan lingkungan. Dan bahasa digunakan untuk memproses informasi yang

diterima dari lingkungan. Sehingga berbahasa erat kaitannya dengan kemampuan

kognisi.

Kemampuan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang baik.

Pada anak-anak, saat mereka memperoleh sejumlah kata dan cara

menggunakannya, maka dia cenderung akan memilih kata yang informatif untuk

digunakan dalam situasi tertentu (Tarigan, 2011b: 19). Salah satu strategi yang

banyak digunakan untuk menguasai kosakata sulit atau bahasa asing adalah

dengan menggunakan strategi mnemonik. Menurut Best (Sternberg, 2009: 224)

mnemonik merupakan teknik yang secara spesifik membantu kita mengingat

daftar kata-kata. Strategi mnemonik juga merupakan salah satu strategi yang

dapat meningkatkan kemampuan memori dan belajar anak dengan gangguan

prilaku/emosi, tunagrahita ringan, dan Learning Disabilities dalam penguasaan

bahasa dan kosakata di berbagai jenjang pendidikan (Scruggs, Mastropieri,

Barkeley & Marshak, 2005: 10).

Strategi mnemonik mengandung banyak metode. Byrne (2008)

membandingkan metode loci, peg-word, keyword, akronim, menghubungkan

melalui cerita, pengkategorian dan pembuatan skema kepada anak. Ia

menyimpulkan metode loci, peg-word dan keyword memiliki tingkat elaborasi

dan organisasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya. Namun

menurut Scruggs dan Mastropieri dalam kegiatan pembelajaran bagi anak yang

mengalami masalah belajar dan prilaku lebih efektif dengan menggunakan

metode keyword, pegword dan letter strategies. Metode keyword paling efektif

(14)

informasi baru seperti kosakata, nama atau beberapa fakta dan konsep yang harus

dipelajari dan diingat (Reynolds & Fletchers-Janzen, 2007: 1372).

Bolich & McLaughlin (2001) mencobakan strategi mnemonik kepada anak

learning disabilities dengan menggunakan enam belas kartu bergambar yang

terdiri dari delapan kata konkrit dan delapan kata abstrak. Dari penelitian tersebut

muncul gagasan apakah strategi ini dapat diterapkan pada anak tunarungu yang

pada umumnya mengalami masalah dalam berbahasa. Karena dengan bahasa kita

bisa berkomunikasi, berfikir dan belajar (Schirmer dalam Friend, 2005: 378).

Hambatan berbahasa pada anak tunarungu terdapat dalam sintaksis, morphologi

dan kosakata (Moores 2001, dalam Moores & Martin, 2006: 47). Goetzinger dan

Rousey (1959) menemukan bahwa kemampuan pemahaman kosakata dan

paragraph pada anak tunarungu berada di bawah anak usia empat belas tahun.

Myklebust (1964) juga menyatakan bahwa kemampuan kosakata pada anak

mendengar usia sembilan tahun lebih tinggi dibandingkan anak tunarungu usia

lima belas tahun. (dalam Moores, 1982: 290). Hal yang serupa diutarakan Somad

(2009) bahwa anak tunarungu sangat miskin akan kosakata yang timbul akibat

dari kehilangan/kekurang-mampuan mereka dalam menangkap rangsangan bunyi

dari lingkungan sekitar, terutama yang mengalami ketunarunguan prabahasa, dan

mereka juga mengalami hambatan dalam berkomunikasi.

Saat mengikuti pendidikan formal, kemampuan akademik yang

ditampilkan siswa tunarungu cenderung berada di bawah anak mendengar, begitu

juga dengan hasil pengukuran intelegensinya. Hal ini disebabkan karena kegiatan

belajar dan instrumen yang digunakan cenderung membutuhkan kemampuan

berbahasa. Namun menurut Moores dan Scheetz (2001) kemampuan kognitif

anak tunarungu saat di ukur dengan menggunakan instrumen non verbal

diketahui tidak terdapat perbedaan yang mencolok dengan anak mendengar

(Friend, 2005: 378).

Kemampuan ingatan jangka pendek anak tunarungu, menurut Blair (1957),

(15)

gambar dan angka yang disajikan secara serempak dan berurutan. ternyata tidak

ada perbedaan dengan anak mendengar untuk materi yang disajikan secara

serempak, namun pada materi yang disajikan secara berurutan kemampuan anak

tunarungu lebih rendah dibandingkan anak mendengar (Bunawan & Yuwati,

2000: 19). Sementara daya ingat jangka panjang pada anak tunarungu dalam

menerapkan strategi untuk mengingat tidak jauh berbeda dengan anak mendengar

(Liben, 1985 dalam Bunawan & Yuwati, 2000: 21). Dengan demikian, anak

tunarungu memiliki kemampuan dan cara mengingat yang tidak jauh berbeda

dengan anak mendengar.

Menurut Furth (1973) dalam Alimin (2008) dengan berdasarkan teori

Piaget menjelaskan bahwa keterlambatan perkembangan kognitif pada anak

tunarungu bukan disebabkan oleh rendahnya kecerdasan atau kurangnya

keterampilan lingguistik tapi kurangnya latihan dan pengalaman. Karena struktur

kebahasaan sudah ada di otak manusia sejak lahir, sehingga jika anak diberi

pengalaman berbahasa, maka kemampuan bahasanya akan berkembang

(Chomsky, 1975 dalam Lewis, 2003: 100). Oleh karena itu, untuk meningkatkan

kemampuan bahasa, pengalaman berbahasa penting diberikan kepada anak

tunarungu melalui latihan.

Fakta empirik menunjukkan bahwa mayoritas anak tunarungu di kelas

tinggi sudah bisa membaca, namun kadang mereka tidak mengerti makna dari

bacaan tersebut. Terbatasnya kemampuan mereka dalam memahami bacaan juga

bisa disebabkan karena terbatasnya kosakata yang dikuasainya akibat dari

kurangnya pengalaman dan latihan berbahasa. Hal tersebut tentu saja akan

mempengaruhi kemampuan mereka dalam menguasai bidang akademik lainnya,

karena bahasa memegang peranan penting dalam proses kognitif.

Menurut keterangan dari guru kelas, pemahaman kosakata diajarkan

kepada anak tunarungu tidak dengan menggunakan strategi khusus. Kosakata

dijelaskan kepada anak dalam bentuk gambar, isyarat dan tulisan dalam setiap

(16)

disampaikan kepada anak, sehingga anak cenderung memahami konsep kata

tanpa memahami dengan jelas makna dari kata tersebut. Jadi tidak jarang anak

mengalami verbalisme, yaitu suatu kondisi dimana anak hanya menghapal

kata-kata tanpa mengetahui makna kata-kata tersebut. Kondisi ini sering dijumpai pada

siswa tunarungu, dimana ia mampu mengucapkan dan menuliskan suatu kata

namun tidak memahami makna kata yang ditulis atau diucapkannya. Hal di atas

menyebabkan anak tunarungu kurang mampu membuat atau menghubungkan

kata-kata, sehingga kemampuan berbahasa dan daya abstraksi siswa tunarungu

kurang berkembang dengan optimal.

Tujuan dari menguasai kosakata adalah untuk memahami bahasa, dan

dengan memahami bahasa kita bisa menguasai keterampilan berbahasa yang

penting dalam kehidupan. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin

besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, subjek DL dan subjek A

tergolong tunarungu sedang atau masih mempunyai sisa pendengaran. Subjek DL

masih terbatas hanya pada apa yang dilihat/visual, sedangkan subjek A termasuk

cepat menangkap pelajaran namun masih kesulitan dalam memahami kata-kata

yang bersifat abstrak. Kemampuan anak tunarungu (subjek A dan DL) dalam

membaca juga tidak lancar dan lafal yang belum jelas. Dan untuk berkomunikasi

dengan lingkungan sekitar, mereka cenderung lebih banyak menggunakan isyarat

dibandingkan ujaran dan mengabaikan kaidah kebahasaan meskipun mereka

telah bisa membaca.

Salah satu manfaat strategi mnemonik adalah memudahkan dalam

mengingat. Metode keyword merupakan salah satu strategi mnemonik yang

dikelompokkan dalam mnemonik lingguistik. Diharapkan dengan menggunakan

strategi ini keterampilan kompensatoris dan kesadaran lingguistik anak

tunarungu akan meningkat. Sehingga hambatan belajar akan berkurang dan bisa

membangkitkan motivasi anak untuk lebih giat belajar dan memperoleh hasil

(17)

B. Identifikasi Masalah

1. Ketunarunguan berdampak pada terbatasnya kemampuan bahasa, bicara dan

komunikasinya. Oleh karena itu, agar kemampuan bahasa pada siswa

tunarungu meningkat, maka dibutuhkan strategi khusus dalam menguasai

kosakata.

2. Strategi mnemonik merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan

kemampuan kosakata, baik yang bersifat abstrak maupun konkrit pada anak

berkebutuhan khusus.

3. Hambatan kemampuan bahasa anak tunarungu lebih disebabkan oleh

kurangnya pengalaman dan latihan berbahasa. Oleh karena itu metode

keyword yang dikategorikan ke dalam mnemonik lingguistik dapat

memberikan pengalaman dan latihan berbahasa siswa tunarungu.

C. Batasan Masalah

1. Tunarungu mengalami masalah dalam berbahasa, yang terdiri dari sintaksis,

morfologi dan kosakata. Penelitian ini dibatasi pada kemampuan anak

tunarungu dalam memahami makna dari suatu kosakata.

2. Kosakata memiliki penggunaan yang berbeda-beda untuk bidang tertentu,

seperti bidang teknik, sains, matematika dan sebagainya. Kosakata yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari suatu wacana melalui identifikasi

kata-kata sulit atau belum dipahami oleh anak yang terdiri dari kata konkit

dan abstrak.

3. Diantara strategi mnemonik terdapat metode loci, metode keyword, metode

kata penghubung, akronim dan akrostik. Penelitian ini menggunakan strategi

mnemonik keyword untuk mengingat pengertian dari defenisi kata sulit pada

(18)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah penerapan strategi mnemonik keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang?”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki tujuan dan manfaat berikut ini :

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan strategi mnemonik keyword dalam

meningkatkan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X

Lembang..

b. Untuk mengetahui pemahaman kosakata siswa tunarungu sebelum,

selama dan sesudah diberikan intervensi.

2. Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi guru diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk menanamkan konsep kosakata pada siswa tunarungu

dengan menggunakan strategi mnemonik keyword.

b. Strategi mnemonik keyword merupakan salah satu strategi untuk

mengingat definisi sepuluh kosakata melalui strategi mnemonik teknik

keyword yang belum pernah dicobakan pada anak tunarungu. Dengan

adanya penelitian ini diharapkan bisa untuk mengetahui dampak strategi

tersebut terhadap kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu.

c. Bagi peneliti dapat menambah wawasan , pengetahuan dan ketrampilan

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah di SLB X Lembang dengan subjek

penelitian siswa tunarungu kelas V dan VI. Lokasi penelitian ini dipilih

berdasarkan pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau, juga karena di

SLB tersebut melayani 14 orang siswa tunarungu yang tersebar di

jenjang SDLB sampai SMALB, disamping jenis kecacatan yang lain.

Berdasarkan keterangan dari guru kemampuan pemahaman

kosakata siswa di SLB tersebut masih sangat terbatas terutama yang

berada di kelas dasar, jadi untuk itu diperlukan strategi khusus untuk

menanamkan konsep dari suatu kosakata kepada anak. Selama ini

menurut penjelasan guru bahwa strategi mnemonik keyword belum

pernah diterapkan kepada siswa.

2. Subjek penelitian

Subjek berjumlah dua orang, satu perempuan (DL) dan satu orang

laki-laki (A) dengan gangguan pendengaran tingkat sedang. Kemampuan

bahasa kedua subjek cukup baik dengan menggunakan bahasa isyarat

alami, Subjek D belum banyak memahami kosakata, masih sebatas apa

yang dilihat, sedangkan subjek A termasuk cepat menangkap materi

pelajaran tapi masih mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata

yang bersifat abstrak. Bahasa ekspresifnya masih terbatas dan belum

menggunakan kaidah kebahasaan yang benar, hanya berupa kata-kata

dengan bahasa isyarat, verbal yang belum jelas pengucapannya serta

belum terstruktur. Kemampuan bahasa reseptif kedua siswa tersebut

hampir sama, masih ditemui kesalahan menginterpretasikan pertanyaan

(20)

penjelasan tambahan tentang aktifitas yang biasanya dilakukan di rumah

dengan contoh, baru kemudian mereka bisa memahami pertanyaan yang

diajukan tersebut.

B. Metode penelitian

Sebuah fenomena yang terjadi pada anak dengan gangguan pendengaran,

yaitu anak bisa membaca tapi tidak mengetahui makna yang di baca. Melalui

penerapan strategi mnemonik ini diharapkan anak tunarungu dapat dengan

mudah memahami apa yang mereka baca dengan cara-cara tertentu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan subjek tunggal (single subject) yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan, (intervensi) yang

diberikan. Dalam hubungan ini peneliti memanipulasi suatu perlakuan

(intervensi), kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang

diakibatkan oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis (Faisal, 1982 : 76).

Alasan peneliti menggunakan pendekatan SSR dalam penelitian ini

adalah pertama karena bervariasinya kemampuan siswa tunarungu dan yang

kedua jumlah populasi yang terbatas sehingga metode SSR penelitian ini

dipandang tepat untuk ABK.

Uji validasi konten tentang kemampuan siswa dalam mengingat definisi

kosakata melalui mnemonik keyword dilakukan di SLB B Negeri Cicendo

pada 3 orang subjek dengan mengujicobakan sepuluh kosakata

masing-masing dengan empat gambar dan keyword yang berbeda.

1. Item instrument terdiri dari sepuluh kosakata

2. Kemudian dicari empat keyword dan gambar yang berbeda untuk

mencari item yang paling mudah dikuasai oleh siswa dalam memahami

suatu kosakata

3. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut kemudian dirancang instrumen

penelitian yang akan diterapkan dalam pelaksanaan penelitian.satu

(21)

C. Rancangan penelitian

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan subjek tunggal (single subject research) dengan menggunakan

desain A – B – A seperti gambar di bawah ini:

Grafik 3.1

Rancangan eksperimen A – B – A

Keterangan:

A1 = Kondisi awal atau baseline merupakan kemampuan subjek dalam

mengungkapkan kembali pengertian dari suatu kosakata. Pada baseline

ini subjek tidak diberi intervensi. Subjek diminta memperhatikan

penjelasan defenisi sepuluh kosakata melalui verbal dan isyarat tanpa

diperkenalkan dengan strategi mnemonik keyword dalam rentang waktu

yang tidak dibatasi. Kemudian dilakukan tes secara lisan/ isyarat untuk

mengetahui kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali

defenisi kosakata tersebut. Baseline 1 terdiri dari tujuh sesi, dimana

setiap sesi dihitung per hari.

B = Subjek diberi perlakuan (intervensi) berupa cara mengingat pengertian

atau defenisi dari sepuluh kosakata dengan menggunakan kartu

(22)

bergambar yang berisikan kosakata yang dipelajari, keyword dalam

kurung dan pengertiannya. Subjek pertama-tama diminta untuk

mengamati kartu gambar dengan keyword dan definisi kosakata, pada

saat bersamaaan peneliti menjelaskan hubungan antara kosakata,

keyword, definisi dan gambar. Kegiatan tersebut dilakukan selama satu

menit pergambar. Tes yang digunakan sama dengan tahapan baseline

yaitu secara isyarat/verbal. Fase intervensi ini terdiri dari tujuh sesi,

dimana setiap sesi dilakukan per hari.

A2= merupakan pengulangan kondisi awal atau kemampuan dasar subjek

dalam pemahaman kosakata, tahap ini dilakukan pengetesan

sebagaimana pada baseline pertama untuk mengetahui sejauh mana

intervensi dengan strategi mnemonik keyword dapat berpengaruh

terhadap pemahaman kosakata anak tunarungu. Baseline 2 ini terdiri

dari tiga sesi yang merujuk per hari.

Tahapan dalam eksperimen dengan subjek tunggal ini adalah sebagai berikut:

1. Prosedur baseline 1

Fase ini bertujuan untuk menentukan kemampuan subjek dalam

mengingat pengertian atau defenisi sepuluh kosakata dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti memjelaskan dengan verbal/isyarat dan memperlihatkan

suatu gambar dengan kosakata dan pengertiannya, subjek diminta

untuk mengingat defenisi kata.

b. Subjek memperhatikan konsep kata, defenisinya dan gambar dalam

rentang waktu satu menit yang diukur dengan stopwatch yang di bantu

oleh guru.

c. Setiap sesi dilaksanakan dengan memperkenalkan sepuluh kosakata

dan defenisinya yang akan diingat subjek.

d. Sesi diakhiri dengan mengukur kemampuan subjek mengungkapkan

kembali defenisi sepuluh kosakata tersebut secara verbal maupun

(23)

e. Selama subjek mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata

dilakukan perekaman audio visual (video).

f. Setiap kata dari defenisi kosakata yang bisa diungkapkan subjek

secara verbal maupun isyarat diberi skor satu yang kemudian

dipresentasekan.

g. Defenisi kata yang diperkenalkan kepada subjek bersumber dari

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2. Prosedur Intervensi

Tahapan dalam intervensi ini tidak jauh berbeda dengan tahap di baseline,

yang membedakannya hanya dalam penggunaan keyword untuk

mengingat defenisi kata, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan pendahuluan.

a) Peneliti mempersiapkan ruang kelas dan mengatur posisi tempat

duduk untuk siswa agar mudah mengikuti prosedur penelitian.

b) Peneliti menyediakan sepuluh gambar yang memuat kosakata,

keyword dalam tanda kurung dan defenisi kata yang akan diingat

subjek

b. Kegiatan inti

a) Peneliti memberikan penjelasan tentang kata dan defenisinya,

kemudian menjelaskan keyword dan hubungannya dengan

gambar, dan terakhir subjek diminta untuk mengingat keyword

dan defenisi kata. Semua prosedur tersebut disampaikan secara

(24)

Gambar 3.1

Kartu mnemonik keyword

Pertama-tama defenisi dari kata enak dijelaskan kepada subjek,

yaitu rasa yang sedap dan lezat. Kemudian dilanjutkan dengan

menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, bahwa anak kecil

senang pada makanan dengan rasa yang sedap dan lezat seperti

permen, ice cream, kembang gula. Terakhir subjek diminta untuk

mengingat seorang anak dan defenisi kata enak

b) Setiap sesi dilaksanakan dengan memperkenalkan sepuluh

kosakata, defenisinya, dan hubungannya dengan keyword

c. Kegiatan akhir

a) Setiap sesi diakhiri dengan mengukur kemampuan subjek dalam

mengungkapkan kembali defenisi dari sepuluh kosakata tesebut

secara verbal maupun isyarat.

b) Selama subjek mengungkapkan kembali defenisi kata, dilakukan

perekaman audio visual pada subjek.

c) Durasi waktu dalam mengungkapkan kembali defenisi kata oleh

subjek tidak dibatasi.

d) Setiap kata yang terkandung dalam defenisi kata yang bisa

(25)

pada kata “enak” terkandung lima kata yaitu “rasa yang sedap dan lezat”. Satu skor diberikan untuk setiap kata tersebut yang

kemudian diakumulasikan untuk mendapatkan hasil presentase.

NO KOSAKATA DEFINISI SKOR

3 Bersatu Berkumpul atau bergabung

menjadi satu

8 Rangkul Melingkarkan lengan pada

pundak, memeluk

e) Defenisi kata yang diperkenalkan kepada subjek bersumber dari

(26)

D. Defenisi Operasional

1. Variabel bebas

Variabel bebas dapat juga diartikan sebagai penyebab munculnya

variabel lain, variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan

strategi mnemonik keyword. Strategi mnemonik keyword merupakan cara

untuk pengkodean agar dapat dengan mudah membantu proses

penyimpanan dan mengingat kembali, baik dalam ingatan jangka panjang

maupun jangka pendek. Karena sistem tersebut memungkinkan kita

menyimpan informasi di dalam memori, sehingga akan mampu

memperolehnya kembali sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Metode

keyword merupakan salah satu metode yang ada dalam mnemonik melalui

menghubungkan kata, ide, dan khayalan untuk membentuk imajinasi

interaktif yang mengaitkan bunyi dan makna kata dengan bunyi dan

makna kata yang mudah dikenal dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Mengaitkan secara verbal dengan visual kata yang berlafal mirip

dengan kosakata yang harus diingat. Misalnya kata “enak” dengan

keyword “anak” dan bahwa anak kecil senang pada makanan dengan

rasa yang sedap dan lezat seperti permen, ice cream, kembang gula.

Terakhir subjek diminta untuk mengingat seorang anak dan defenisi

kata enak. Pemilihan kata untuk keyword lebih ditekankan pada

kesamaan bunyi, baik pada awal, tengah maupun akhir kata.

b. Kata keyword merupakan kata yang bersifat konkrit.

c. Kata yang digunakan untuk keyword sudah dikenal anak (familiar).

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu gambar

yang memuat kosakata, keyword dalam kurung dan defenisi kata dan

gambar yang bisa menunjukkan keadaan dari defenisi kata dan gambar

yang bisa menunjukkan keadaan dari defenisi kata di atas kertas ukuran

A4. Pemilihan keyword dilakukan dengan cara mencari kata yang

memiliki kemiripan bunyi dengan kosakata. Yang diperkenalkan pada

(27)

subjek dalam mengingat defenisi kata dan mampu

mengungkapkannya kembali. Dalam penelitian ini yang diamati adalah

prilaku subjek dalam memahami dan mengingat sepuluh defenisi kata.

Setiap kosakata diperlihatkan kepada subjek selama satu menit sambil

memperhatikan penjelasan peneliti untuk setiap gambar.

2. Variabel terikat (target behavior)

Variabel terikat atau target behavior dalam penelitian ini adalah

kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang.

Pemahaman kosakata dalam penelitian ini adalah kemampuan

mengungkapkan kembali defenisi dari kosakata secara lisan/ isyarat.

Kosakata yang diujicobakan di ambil melalui identifikasi bacaan

dari buku bahasa indonesia kelas V yang sebelumnya dilakukan oleh

subjek dengan mencari kata-kata yang belum mereka pahami. Tujuannya

untuk menentukan kemampuan subjek dalam mengingat definisi dari

sepuluh kosa kata dengan cara subjek diminta untuk mengungkapkan

kembali definisi dari kasakata tersebut secara verbal/isyarat.

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengujicobakan pada 3

siswa SLB Cicendo. Tujuannya adalah untuk mencari sepuluh keyword

dan gambar yang mudah dipahami oleh anak dan mudah dijelaskan oleh

peneliti. Peneliti menyadiakan 4 keyword dan gambar yang berbeda

untuk satu kosakata dan hasilnya, sepuluh keyword dan gambar yang

mudah dipahami siswa diterapkan dalam penelitian (terlampir).

Pengukuran dilakukan dengan persentase, dengan cara setiap kata

yang bisa diungkapkan anak diberi skor 1 selanjutnya diakumulasikan

dan dipersentasekan dalam bentuk tampilan grafik.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar soal-soal

(28)

untuk mengamati kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali

defenisi kosakata yang di teliti. Pertimbangan penggunaan alat ini adalah agar

dapat mengamati sedetail mungkin kemampuan subjek dalam mengingat

kembali kosakata. Pertimbangan lainnya karena adanya keterbatasan subjek

dalam mengutarakan secara verbal untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan. Oleh karena itu, dengan pertimbangan subjek akan mampu

mengungkapkan kembali defenisi kosakata dengan bahasa isyarat maka

rekaman video digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Hasil

rekaman tersebut akan dicermati dan dinilai dengan memberikan skor

terhadap kata yang bisa diungkapkan subjek. Skor satu untuk setiap kata yang

terdapat dalam defenisi kata yang bisa diungkapkan subjek melalui verbal

maupun isyarat.

Selanjutnya skor yang terkumpul diakumulasikan dan kemudian diubah

ke dalam bentuk presentase dengan rumus:

P = F X 100% N

Keterangan:

P = Presentase

N = Jumlah skor tertinggi

F = Jumlah skor yang di dapat

kosakata selanjutnya diakumulasikan dan dipresentasekan. Sepuluh

defenisi kosakata yang diteliti memiliki skor total 57 dengan rumus:

(29)

Kisi-kisi instrumen

NO GAMBAR KOSAKATA DAN

DEFINISI KEYWORD CARA MENJELASKAN

SKOR ukurannya diantara jenisnya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, ada dua beduk, yang satu lebih besar ukurannya dari yang lain. Yang ukurannya besar lebih berat dari yang kecil.

5

2. Bersatu (ks)

Berkumpul atau bergabung menjadi satu

Bantu Definisi kata bersatu dijelaskan kepada subjek. Bersatu yaitu berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, orang yang sedang mengangkat rumah bersama. Dengan bersatu maka kita menjadi

Ikat Pertama-tama defenisi dari kata dekat dijelaskan kepada subjek, yaitu tidak jauh jarak atau antaranya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, bahwa mengikat sepatu harus dari dekat

(30)

4. Derita (ks)

Sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di hati

Jelita Definisi kata derita dijelaskan kepada subjek, yaitu sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di dalam hati. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, orang yang jelita juga pernah mengalami derita

7

5. Enak (ks)

Rasa yang sedap dan lezat

Anak Definisi kata enak dijelaskan kepada subjek, yaitu rasa yang sedap dan lezat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, anak-anak menyukai permen, ice cream, kembang gula yang rasanya manis.

5

6. Kekar (ks)

Tubuh yang tegap dan kuat

Jangkar Definisi kata kekar dijelaskan kepada subjek, yaitu tubuh yang tegap dan kuat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, jangkar kapal hanya bisa ditarik oleh orang kuat.

5

7. Mimpi (kk)

Sesuatu yang dilihat, dialami dan dirasakan dalam tidur

Api Definisi kata mimpi dijelaskan kepada subjek, mimpi adalah sesuatu yang dilihat, dialami dan dirasakan dalam tidur. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar seseorang yang sedang tidur

(31)

8. Rangkul (kk)

Melingkarkan lengan pada pundak, memeluk

Pikul Definisi kata rangkul dijelaskan kepada subjek, rangkul adalah melingkarkan lengan pada pundak, memeluk. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, tukang pikul sebelum pergi bekerja memeluk anaknya.

5

9. Sebar (kk)

Berserak, bertabur

Lembar Definisi kata sebar dijelaskan kepada subjek, sebar adalah berserak atau bertabur, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar.

Kumbang Definisi kata dijelaskan kepada subjek, terbang adalah bergerak atau melayang diudara dengan tenaga sayap atau mesin. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, kumbang yang sedang terbang di atas bunga.

10

(32)

F. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data digunakan sebagai tahap terakhir dalam penelitian sebelum di tarik

suatu kesimpulan. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto, 2006:65). Pengaruh

intervensi terhadap prilaku yang diamati juga dilakukan guna melihat sejauh mana

intervensi berhasil merubah target behaviour. Terkait penelitian ini adalah untuk melihat

bagaimana pengaruh penerapan strategi mnemonik terhadap pemahaman defenisi suatu

kosakata anak tunarungu. Data ditampilkan dalam bentuk grafik garis agar lebih

memperjelas prilaku subjek. Terdapat beberapa komponen dalam pembuatan grafik

(Sunanto, 2006:36) sebagai berikut:

1. Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan

variabel bebas (sesi, hari, tanggal). Dalam penelitian ini absis yang digunakan adalah

untuk menunjukkan banyaknya sesi yang dilakukan pada subjek.

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk

variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi). Dalam penelitian ini ordinat

menunjukkan kemampuan pemahaman defenisi suatu kosakata dalam bentuk persen.

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal

satuan bebas dan terikat.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran

(misalnya 0%, 25%, 50%, 70%).

5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya

baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan

(33)
(34)
(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh

kesimpulan bahwa strategi mnemonik keyword dalam penelitian ini

berpengaruh terhadap pemahaman kosakata siswa tunarungu A dan DL yang

berusia 15 tahun. Kemampuan pemahaman kosakata kedua subjek meningkat

setelah diberikan intervensi dengan strategi mnemonik keyword. Kemampuan

kedua subjek tersebut diukur melalui tes secara verbal / isyarat. Kedua subjek

dituntut untuk mampu mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata

yang berdasarkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan benar, baik

secara verbal/isyarat. Hasil keseluruhan penelitian ini dalam setiap fase adalah

sebagai berikut:

1. Kemampuan awal kedua subjek bervariasi dalam mengingat defenisi

kosakata selama fase baseline 1, namun cenderung meningkat.

Peningkatan selama fase baseline 1 ini disebabkan subjek telah

menyesuaikan dengan tes yang diberikan. Pada tes secara lisan/isyarat

kedua subjek juga mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena selama

baseline peneliti menjelaskan defenisi sepuluh kosakata secara

verbal/isyarat namun tidak menghubungkannya dengan keyword dan

gambar. Pertimbangan ini peneliti ambil berdasarkan penjelasan dari guru

kelas bahwa kedua subjek banyak menggunakan bahasa isyarat yang tidak

baku (bukan sistem isyarat bahasa indonesia/SIBI). Sehingga untuk

memudahkan peneliti mengumpulkan data, terutama dalam tes secara

verbal/isyarat maka penting diberikan penjelasan melalui isyarat baku

(36)

2. Kemampuan kedua subjek selama diberikan intervensi cenderung

meningkat dari fase sebelumnya yang dapat dilihat pada mean level yang

diperoleh kedua subjek. Intervensi diberikan berupa sepuluh kosakata

beserta defenisinya, keyword dan gambar yang diukur melalui tes

verbal/isyarat. Perbedaan yang terlihat sebelum dan sesudah diberikan

intervensi pada kedua subjek adalah kemampuan subjek dalam

mengungkapkan kembali secara verbal/isyarat defenisi suatu kosakata

lebih teratur, berurutan dan banyaknya jumlah kata yang bisa diungkapkan

kembali oleh mereka yang bisa dilihat pada mean level kedua subjek.

3. Pada kedua subjek terjadi perubahan antara sebelum diberikan intervensi

dengan setelah intervensi, hal ini membuktikan bahwa strategi mnemonik

keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata mereka.

B. Saran

Strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam proses

pembelajaran yang hendaknya dikuasai oleh guru. Namun jauh lebih penting

untuk mengajarkan bagaimana cara balajar yang tepat agar setiap siswa

memiliki strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Strategi

mnemonik merupakan salah satu strategi belajar yang memegang peranan

penting dalam perkembangan peradaban manusia sejak zaman Yunani kuno

dan masih tetap digunakan dalam kehidupan manusia modern. Teknik

keyword merupakan salah satu bagian dari strategi menemonik yang

digunakan untuk memudahkan mengingat suatu informasi dan ternyata bisa

diterapkan pada dua orang subjek yang mengalami ketunarunguan untuk

meningkatkan pemahaman kosakata mereka. Oleh karena itu, saran yang

dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah

(37)

1. Bagi guru

Strategi mnemonik keyword dapat digunakan sebagai salah satu strategi

dalam pembelajaran oleh guru, terutama dalam pembelajaran kosakata

pada siswa tunarungu. Dengan menghadirkan mnemonik keyword di

dalam kelas diharapkan siswa tunarungu mampu mengembangkan strategi

belajar yang sesuai bagi dirinya sendiri. Dengan demikan guru telah

mengajarkan bagaimana cara belajar kepada siswa, bukan hanya

menyampaikan materi pelajaran semata. Oleh karena itu, dibutuhkan

kreatifitas guru untuk mempelajari strategi mnemonik, khususnya teknik

keyword yang selama ini belum digunakan dalam pembelajaran kosakata

pada siswa tunarungu.

2. Peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan

kekurangan yang ada pada penerapan strategi mnemonik keyword dengan

menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan subjek dalam

mengungkapkan kembali defenisi suatu kosakata. Disamping itu

dibutuhkan pengujian dengan mempertimbangkan kondisi subjek, usia dan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, D., & Sugiarto, M. (1999/2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tunarungu Untuk SLB B. Jakarta: Depdikbud.

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar. [online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [12 desember 2012].

Bambang S. (2003). Pendidikan Tunarungu. Jakarta :Yayasan Pangudi Luhur. Lustrum.

Bolich, Barbara dan McLaughlin, T. F. (2001). “The Use of Mnemonic Strategies as

Instructional Tools for Children with Learning Disabilities”. International Journal of Education. 16, (2), 39 – 47.

Bunawan, L. & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa pada Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama

Bunawan, L. (2004). “Hekekat Ketunarunguan dan Implikasi dalam Pendidikan”. Makalah Pelatihan Dosen Pendidikan Luar Biasa, tidak diterbitkan..

Byrne, John., H. (eds). (2008). Learning and Memory; A Comprehensive Reference. San Diego USA: Elsevier.

Depdikbud. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk AnakTunarungu untuk SLB B. Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud.

Depdiknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Djamarah, S. B., dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Rieneka Cipta.

Donovan, M. S., & Cross, C. T. (ed). (2002). Minority Students in Special and Gifted Education Washington, DC : National Academy Press.

Edwards, Lindsey & Crocker, Susan. (2008). Psychological Processes in Deaf Children with Complex Needs : An Evidence-Based Practical Guide. London: Jessica Kingsley Publishers.

(39)

Faisal. (1982). Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Friend, Marilyn. (2005). Special Education; Contemporary Perspectives for School Proffesionals. Boston: Pearson Education.

Gregory, Susan. Et.al. (ed). (1998) Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.

Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. (eds). (2006). Exceptional Learners; Introduction to Special Education (Tenth Edition). Boston: Pearson Education.

Hernawati, Tati.(2007). “Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Bicara Anak Tunarunggu”. JASSI_anakku. 7. (1). 101 - 110.

Irving, M. M., Nti. M., & Johson, W. (2007). “Meeting The Needs of Special Learners in

Science”. International Journals of Special Education. 22. (3). 109-118.

Kemis dan Heryati, Iis Sri. (2011). Media Pembelajaran untuk Anak dengan Gangguan Pendengaran. Bandung; Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Lewis, Vicky. (2003). Developmental and Disabilitiy; Second Edition. United Kingdom: Blackwell Publishing.

Marschark, Marc and Hauser, Peter C. (ed.). (2008). Deaf Cognition : Foundations and Outcomes. New York: Oxford University Press, Inc.

Marschark, Marc. (2007). Raising and Educating A Deaf Child: A Comprehensive Guide to Choices, Controversies, and Decisions Faced by Parents and Educators (2nd Ed). New York: Oxford University Press, Inc.

Moores, D. F. (1982). Educating The Deaf; Psychology, Principles, and Practices (Second Edition). Massachusetts: Houghton Mifflin Company.

Moores, D. F., & Martin, D. S. (eds.). (2006). Deaf Learners; Developments Curriculum and Instruction. USA: Gallaudet University Press

Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana.

Porter, Louise. (2002). Educating Young Children with additional Need. Australia: Allen & Unwin.

Reid, Gavin. (2005). Learning Styles and Inclusion. London: Paul Chapman Publishing.

(40)

Sacks, Arlene.(2009). Special Education: A Reference Handbook [2nd Ed.]. New York: Grey House Publishing, Inc.

Scruggs, T. E., Mastropieri, M. A., Barkeley, S. L., & Marshak, L. (2010). “Mnemonic Strategies; Evidence-Based Practice and Practice-Based Evidence”. Intervention in School and Clinic. 46. (2). 79 - 86.

Slavin. R., E. (2006). Educational Psychology; Theory and Practice (8th Edition). Boston; Pearson Edcation Inc.

Somad, P. dan Herawati, T. (1996). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad, Permanarian. (2009). Dampak Ketunarunguan. [online]. Tersedia: http://permanariansomad.blogspot.com.2009/11/dampakketunarunguan.html. [3 januari 2013].

Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Special Diversity. (2008). My Experience with My Children.

Sternberg, Robert. J. (2009). Cognitive Psychology (Fifth Edition). Belmont USA: Wadsworth Cengage Learning.

Styles, Elizabeth. A. (2005). Attention,Perception, and Memory; An Intergarted Introduction. New York: Psychology Press, Taylor & Francis Group.

Sunanto, Juang., Takeuchi, Koji., dan Nakata, Hideo. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Tabatabaei, O,. & Hejazi, N. H. (2011). “Gender Diferences in Vocabulary Instruction

Using Keyword Method (Lingusitic Mnemonics)”. Canadian Social Science. 7. (5). 198 - 204.

Tarigan, Hendry Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata (edisi revisi). Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendry Guntur. (2011b). Pengajaran Pemerolehan Bahasa (edisi revisi). Bandung: Angkasa.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif; Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

(41)

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi ketunarunguan ........................................................
Grafik 3.1 Rancangan eksperimen A-B-A .................................................
Gambar 2.1  kerangka konseptual .................................................................
Rancangan eksperimen A Grafik 3.1 – B – A
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas jumlah perusahaan, pertumbuhan PDRB, produktivitas tenaga kerja,

(3) Setiap nelayan atau pengusaha perikanan atau Badan Hukum lainnya yang berkaitan dengan usaha kelautan dan perikanan yang berada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung

Awal mula, saya sempat bingung untuk memilih perguruan tinggi negeri yang ingin saya ambil.. Awalnya saya sempat berfikir ingin menjadi dokter tetapi terbesit di fikiran saya

Peserta merupakan Tim / kelompok yang terdiri dari 3 (tiga) mahasiswa aktif yang berasal dari perguruan tinggi di Indonesia yang terdaftar pada Kementrian Pendidikan Nasional

Saya pikir menggunakan situs jejaring sosial untuk menyampaikan informasi keluhan ke perusahaan adalah.. ide

4.Penyetoran penyertaan modal yang telah disetor sebelum dikeluarkan Surat Keputusan ini dan telah mencapai nilai nominal satu saham atau lebih, sahamny diserahkan paling

Jika kita klik pada kata atau frase untuk mengikuti link ini maka web browser akan memindahkan tampilan pada bagian lain dari naskah atau dokumen yang kita

Material pekerjaan pemasangan bata yang akan disimpan di lokasi harus memenuhi persyaratan/standar mutu yang ditetapkan dalam gambar kerja dan RKS. Meskipun jenis material