• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN FILM KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS SETELAH MEMBACA BERITA ONLINE (Studi Deskriptif tentang Sikap Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Film Kartun Spongebob Squarepants Setelah Membaca Berita Online tentang Film Kar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN FILM KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS SETELAH MEMBACA BERITA ONLINE (Studi Deskriptif tentang Sikap Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Film Kartun Spongebob Squarepants Setelah Membaca Berita Online tentang Film Kar"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Program Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh:

DIAJ ENG RETNO SAFITRI NPM. 0843010084

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

xii

Rumah Tangga di Sur abaya Terhadap Tayangan Film Kartun Spongebob Squarepants Setelah Membaca Berita Online Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap tayangan Film Kartun Spongebob Squarepants setelah membaca berita online.

.Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe purposive sampling.. Selanjutnya data akan diolah dengan menggunakan pengukuran 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif

Hasil yang didapat menandakan bahwa ketiga komponen sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap berita online tentang film kartun Spongebob berada dalam kategori netral. Sehingga dapat di peroleh kesimpulan jika sikap ibu rumah tangga terhadap tayangan Spongebob masih dirasa aman disaksikan untuk balita.

Kata kunci: Kartun, Spongebob, Berita Online, Dampak, Balita.

ABSTRACT

DIAJ ENG RETNO SAFITRI. Attitude Housewife To Animated Cartoon Spongebob After Reading Online News ( Descriptive Study About Attitude Housewife in Surabaya About Bad Animated Cartoon Spongebob Squarepants After Reading Online News about Spongebob not Good For the Childr en).

This research relied on how public sector housewife attitude in Surabaya hit after reading news about bad Spongebob animated cartoon chidren.

This research utilize Quantitative descriptive method.. Sampling technique in this research use technique non sampling probability with sampling purposive type.. Hereinafter data will be processed by using measurement 3 aspects that is is Kognitif, Konatif and Afektif.

From analysed data conclude that result of from third housewife attitude component in Surabaya to online news about Spongebob animated cartoon stay in neutral category

(3)

rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN FILM KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS SETELAH MEMBACA BERITA ONLINE (Studi Deskr iptif Tentang Sikap Ibu Rumah Tangga di Sur abaya Terhadap Tayangan Film Kartun Spongebob Squar epants Setelah Membaca Berita Online Tentang Film Kartun Spongebob Tidak Baik Untuk Balita ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak memberikan kritik, saran dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :

1. ALLAH dan Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup. 2. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

(4)

“Veteran” Jatim.

6. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

7. Sahabat-sahabat yang memotivasi dari sebelum berlangsungnya proses pembuatan hingga selesainya skripsi ini: Risca Puspitarini, Indriana Saprita, Resia Nori F. , Lulut Nilot Palasari, Rika Prirachmaning Ayu, dan Desy susanti. 8. Keluarga besar AK. UPN Radio semua angkatan.

9. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, November 2011

(5)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 10

1. Secara Teoritis ... 10

2. Secara Praktis ... 10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 11

2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Komunikasi Massa ... 11

(6)

2.1.6 Pemberitaan Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita ... 24

2.2. Pengertian Sikap... 25

2.3. Film Kartun ... 28

2.3.1. Kartun Spongebob Squarepants ... 29

2.3.2. Pengaruh Film Pada Anak ... 32

2.4. Ibu Rumah Tangga Sebagai Objek Penelitian ... 34

2.5. Teori Stimulus Organism Response (SOR) ... 35

2.6. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39

3.1.1. Sikap dan Pengukurannya ... 39

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.2.1. Populasi ... 44

3.2.2 Sampel ... 44

3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5. Metode Analisis Data ... 47

3.6. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

(7)

4.3.1.1 Usia Responden... 53

4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 54

4.3.2 Terpaan Pemberitaan Film Kartun Spongebob Tidak Baik Untuk Balita ... 55

4.3.2.1 Frekuensi Melihat dan Membaca Pemberitaan Tentang Film Spongebob ... 56

4.3.2.2 Durasi Melihat dan Membaca Pemberitaan Tetang Film Spongebob ... 59

4.3.3 Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner ... 65

... 4.3.3.1 Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap tayangan film Spongebob setelah membaca berita online ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan perkembangan ilmu komunikasi dan tekhnologi begitu pesatnya pada beberapa dasawarsa belakangan ini. Hal ini memungkinkan kita mengkaji dan mempraktikkan komunikasi dengan lebih efektif dibandingkan dengan usaha kita diwaktu yang lampau. Juga menyebabkan kita lebih banyak menaruh perhatian pada keleluasan jangkauan pesan yang dapat dikirimkan kepada sebanyak mungkin khalayak. Selain itu, perhatian lebih besar diarahkan pada aspek-aspek yang sifatnya teknologis, seperti realitas kecanggihan perangkat komunikasi daripada dampak realitas sosial dalam kaitan hubungan antar manusia.

(9)

Seperti yang telah kita ketahui kebutuhan kita terhadap media massa sangatlah besar. Dan media sudah menjadi bagian dari diri kita yang sangat berguna kebutuhannya. Medialah yang membuat kita berpikir maju dan lebih dinamis dengan kehidupan kita. Di Indonesia sendiri banyak media massa yang masih bertahan dan maju dengan keadaan zaman, baik media lama maupun media baru seperti internet, WAP, TV Satelit dll. Kadang dengan munculnya media-media baru semakin menyingkirkan media-media-media-media yang lama. Walaupun demikian media lama semakin lebih cerdik untuk berkembang agar tetap menjadi bagian dari kebutuhan kita.

Media massa memiliki berbagai macam bentuk, antara lain media elektronik seperti televisi dan radio. Media cetak yaitu surat kabar, majalah, tabloid dan buku. Film (film bioskop dan bukan negatif film yang dihasilkan kamera). Dan internet sebagai media online. (Nurudin, 2007:5)

(10)

dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakat. Keempat, fungsi menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikan.

Pengaruh dari pemberitaan media terhadap khalayak umumnya dapat menambah pengetahuan dan memberi informasi, diharapkan masyarakat atau khalayak mendapatkan acuan atau pedoman dalam mengambil keputusan dan dapat mempengaruhi sikap, pandangan persepsi dan perasaan. (Effendy, 1993:92)

Munculnya media massa baru yaitu internet sebagai media online dapat membuat informasi berpindah dengan sangat cepat. Media online didefinisikan sebagai jaringan luas komputer, yang dengan perizinan, dapat saling berkoneksi antara satu dengan yang lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta memperpendek jarak antar negara.

Salah satu syarat utama sebuah berita adalah aktualitas, dimana berita harus mengandung unsur baru dan termassa. Karena khalayak akan lebih menaruh perhatian dan ketertarikan pada berita yang masih hangat dibicarakan oleh media massa. Bagi khalayak, kasus maupun berita yang sedang hangat diberitakan itu menarik untuk diikuti. Khalayak dapat menentukan sikap sesuai dengan ingatan mereka yang masih segar mengenai pemberitaan sebuah kasus yag terjadi dan diberitakan oleh media massa.

(11)

menyatakan jika film kartun Spongebob Squarepants tidak baik disaksikan anak usia dini.

Dalam perjalanannya serial kartun terkenal Spongebob Squarepants, ternyata menuai kontroversi bagi anak-anak. Kontroversi ini muncul ketika ilmuwan dari University of Virginia melaporkan mengenai dampak film kartun spons lucu yang tinggal di bawah laut keluaran Nickelodeon tersebut dianggap membuat anak usia prasekolah sulit memusatkan perhatian.

Beberapa film kartun di televisi berakibat buruk untuk otak anak menurut sebuah studi baru tentang menonton kartun. Dampaknya adalah anak-anak tidak bisa berkonsentrasi atau fokus dengan baik setelah menonton film kartun tertentu. Hal ini terungkap, seperti dirilis oleh CNN Health (12/09/2011), dari hasil penelitian oleh ahli dari University of Virginia mengenai dampak film kartun yang mereka sebut dengan istilah “animated kitchen sponge” atau yang kita kenal dengan kartun Spongebob terhadap kemampuan berpikir anak.

(12)

Peneliti kemudian melakukan tes kemampuan berpikir anak setelah melakukan aktivitas tersebut. Hasilnya adalah kelompok anak yang diberikan perlakuan untuk menonton film Spongebob paling buruk dibandingkan dua kelompok anak lain. Para peneliti menduga bahwa otak mendapat overtaxed atau lelah dari rangsangan-rangsangan cepat dari kartun animasi Spongebob.

Untuk jangka panjang, dampak tersebut masih merupakan pertanyaan terbuka yang harus dibuktikan lebih lanjut. Beberapa penelitian lain telah menemukan hubungan antara acara televisi dengan rentang perhatian anak-anak, terutama pada anak muda, sementara yang lain tidak. Para peneliti khawatir acara-acara televisi tersebut memberikan dampak panjang terhadap kemampuan berpikir anak di masa depan.

Hal ini disebabkan anak-anak prasekolah menonton TV minimal 90 menit sehari, dan menurut para peneliti lainnya memperkirakan anak-anak muda menonton TV antara dua sampai lima jam sehari. Jika ini dikalkulasikan maka jika orang itu hidup 70 tahun, maka 7 sampai 10 tahun masa hidupnya dihabiskan untuk menonton televisi. Hal ini ditambah lagi dari hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa 32 persen anak dari usia 2 sampai 7 tahun dan 65 persen anak dari usia 8 sampai 18 tahun memiliki televisi di kamar tidurnya.

(13)

ditanya tentang studi ini. “Dari ke-60 anak yang diteliti, itu bukan target dari film kartun Spongebob. Kartun itu dirancang untuk anak usia 6 - 11-tahun bukan untuk usia anak 4 tahun, seperti sampel anak yang digunakan dalam penelitian.

(Sumber: CNN Health, “Study: Some cartoons are bad for children’s brains”,

http://thechart.blogs.cnn.com/2011/09/12/study-some-cartoons-are-bad-for-childrens-brains/ online tanggal 19 September 2011)

Khalayak yang dimaksud dalam obyek penelitian adalah ibu-ibu rumah tangga baik yang bekerja maupun dan tidak bekerja dan berdomisili di wilayah Surabaya yang memiliki anak balita yakni yang ber -usia 0-5 tahun. Alasan pemilihan ibu rumah tangga dikarenakan ibu-ibu seharusnya bisa menemani dan memantau putra-putrinya dalam memilih tayangan yang baik. Jangan hanya karena dengan alasan sibuk memasak maupun bekerja si ibu tidak menemani buah hati menonton televisi. Karena program tayangan ini membutuhkan pendampingan orang tua jika menyaksikannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap film kartun Spongebob Squarepants setelah membaca berita online tentang film kartun Spongebob tidak baik disaksikan oleh anak usia dini.

(14)

disaksikan anak usia dini, yaitu efek kognitif yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan atau informasi, efek afektif yang berkaitan dengan emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang, serta efek konatif yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang bertindak terhadap lingkungannya.

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, berpikir, berpresepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami, bahwa manusia dilingkupi dengan masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap.

Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila indiviu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam baik, buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001:40)

(15)

Nickelodeon menyatakan bahwa Spongebob memang tidak ditujukan untuk usia

prasekolah.

Pada penelitian ini yang ingin dilihat adalah bagaimana sikap ibu rumah

tangga Surabaya terhadap informasi-informasi yang disampaikan dalam berita online

tentang Film Spongebob tidak baik untuk balita.

Dari penjelasan diatas pengetahuan disini mengacu pada apakah seseorang cukup mengerti atau mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap isu tersebut (Eriyanto,1992:238). Pada penelitian ini,peneliti mengambil lokasi di wilayah Surabaya karena salah satu mall terbesar di Surabaya pernah menyelenggarakan event bertema “SpongeBobs Treasure Adventure” yamg digelar pada tanggal 23-25 September 2011. Hal inilah yang mejadikan pertimbangan peneliti melakukan penelitian di Surabaya karena merupakan kota yang berani mengelar event besar bertajuk SpongeBobs SquarePants.

(16)

mejadikan pertimbangan peneliti melakukan penelitian di Surabaya karena merupakan kota yang berani mengelar event besar bertajuk SpongeBobs SquarePants.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa perumusan masalahnya adalah “Bagaimana sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap tayangan film kartun Spongebob Squarepants setelah membaca berita online?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakanag masalah dan perumusan masalah pada penelitian ini, maka adapun tujuan penelitian yaitu “Untuk Mengetahui sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap terhadap tayangan film kartun Spongebob Squarepants setelah membaca berita online?”

1.4. Kegunaan Penelitian

(17)
(18)

11 2.1 Landasan Teori

2.1.1. Komunikasi Massa

Komunikasi sering diartikan sebagai perpindahan (transfer) informasi (pesan) dari pengirim (komunikator) kepada penerima (komunikan) melalui saluran (media) tertentu dengan tujuan mencapai saling pengertian (mutual understanding).

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media massa didalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.

(19)

Selanjutnya, definisi komunikasi massa menurut Michael W Gamble dan Teri Kwal Gambel (1986). Bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal dibawah ini :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan tersebut disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang.

4. Komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan.

5. Komunikasi masssa dikontrol oleh gatekeeper. Pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan telah dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga sebelum sebelum disiarkan lewat media massa.

(20)

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan komunikator dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak. Sehingga dapat diketahui apakah nantinya akan memberikan pengaruh terhadap perubahan sikap individu.

2.1.2 Media Massa

Media massa adalah channel, media/medium, saluran atau sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication). Yang termasuk media massa adalah, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film sebagai The Big Mass Media (Lima Besar Media Massa), juga internet (cybermedia, media online).

Jenis-jenis media massa dapat disebutkan sebagai berikut :

(21)

umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.

2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.

3. Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang dapat ditemukan di internet (situs web).

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat baik yang bertaraf nasional maupun yang bertaraf internasional. Media seringkali berpeeran sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (Mc. Quail, 2005:3)

(22)

elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama dimasyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, dan lain-lain, tidak lepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 2000:3)

Menurut beberapa pengertian media massa diatas, maka media massa adalah sebuah inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Inovasi tersebut berupa channel, media, saluran, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak.

2.1.3 Fungsi Media Massa Sebagai Penyaji Infor masi

(23)

dalam istilah 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, +How) atau Apa, Dimana, Siapa, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana.

Definisi berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi (Assegaff,1983 : 24).

Selain itu juga terdapat beberapa definisi berita menurut para pakar komunikasi, diantaranya :

1. Dean M Lyle Spencer : Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. 2. Williard C Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang

dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar.

Dari beberapa teori yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi media massa adalah sebagai penyaji informasi. Informasi disini dapat diartikan sebagai berita, dimana sebuah kenyataan yang benar dan menarik perhatian khalayak dimuat dalam sebuah media berkonsep informasi.

2.1.4 Definisi Berita

(24)

perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan.

Sedangkan menurut AS Haris Sumadiria, berita adalah laporan teercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.

Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang digunakan oleh para jurnalis untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Nilai berita menjadi sangat penting dalam penulisan berita bagi wartawan.

Menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R.Moen, Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980:6-17) menunjuk kepada Sembilan nilai berita. Serta penambahan dari beberapa pakar lain menyebutkan adanya ketertarikan manusiawi (humanity) dan seks (sex). Kemudian As Haris Sumadiria (2005:80-92) menggabungkan menjadi sebelas nilai berita, sebagai berikut :

a. Keluarbiasaan (Unusualness)

(25)

dan editor di Inggris abad 18, menyatakan dalam sebuah ungkapan, “if a dog bites a man it is not news, but if a man bites dog, it is news” (Mot, 1958:63 dalam Effendy, 2003:131). Prinsip seperti itu hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan para reporter dan editor dimanapun.

b. Kebaruan (Newness)

Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti. Dalam suatu hari tertentu kapanpun dan dimanapun selalu muncul perubahan baru, peristiwa baru bahkan kecenderungan baru. Hal inilah yang selalu diberitakan oleh jurnalis.

c. Akibat (Impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdamoak luas. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berate bagi kehidupan masyarakat itulah berita. Semakin besar dampak sosial, budaya, ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media online, radio, surat kabar atau televisi yang melaporkannya.

(26)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang actual ini, media massa mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan palin modern dan canggih untuk menjangkau narasumber dan melaporkannya pada masyarakat seluas dan secepat mungkin. Aktualisasi mencakup kalender, waktu dan masalah.

e. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti yakni kedekatan geografis daan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menujukkan pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek berita atau peristiwa.

f. Informasi (Information)

(27)

informasi yang memiliki nilai berita atau member banyak manfaat kepada public yang patut mendapat perhatian media.

g. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsure atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak akan pernah habis. Selama orang menyukai dan menganggap penting perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan. Konflik akan cenderung jalan terus meskipun apa pihak yang setuju (pro) dan ada pihak yang tidak setuju (kontra) sebab konflik senantiasa menyatu dengan dinamika kehidupan. Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi, atau kriminal merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.

h. Orang penting (Prominence)

Ada istilah “Names Make News”, nama menciptakan berita. Ketokohan atau keterkenalan seseorang kerap kali menjadi objek berita yang menarik untuk diketahui. Orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti dimanapun selalu membuat berita.

(28)

Human interest merupakan berita yang mengundang minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu. Kisah-kisah human interest tergolong ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news)

j. Kejutan (Surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya secara tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia yang dapat mengundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah, dan laut akan musnah.

Nilai berita kejutan, ditentukan oleh subjek pelaku, situasi, peristiwa sebelumnya, bidang perhatian pengetahuan serta pengalaman orang-orang atau masyarakat disekitarnya. Kejutan yang diterima setiap kelompok dari setiap berita yang disampaikan akan berbeda-beda pengaruhnya.

k. Seks (Seks)

(29)

Teori tersebut menimbulkan dampak dengan menjamurnya penerbitan pers yang secara khusus, mengangkat berbagai isu tentang seks, gender, kehidupan kaum perempuan dengan segala naluri, kebutuhan, keinginan, dan ambisinya terhadap lawan jenis,hal-hal psikologis, bisnis, atau bahkan politis.

2.1.5 Media Online

Media online atau internet adalah sebuah jaringan kabel dan telepon juga satelit yang menghubungkan komputer. Dengan beberapa kali mengklik tombol mouse maka kita akan masuk kedalam lautan informasi dan hiburan yang ada di seluruh dunia. (Vivian, 2008:262)

Internet bersifat interakif. Internet mempunyai kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan, namun juga bisa melakukan secara real time (Vivian, 2008:262)

Terdapat lima hal yang menjadi kekuatan situs internet, antara lain yaitu : 1. Isi, ini dari pesan media massa adalah nilai dari isi (content). Untuk

aspek ini, penggukuran tradisional atas keunggulan suatu bentuk komunikasi bisa dipakai, seperti akurasi, kejelasan, dan koherensi. 2. Daya Navigasi, situs punya link internal sehingga pengguna (user)

(30)

berpindah dari beberapa lokasi di sius itu. Di antara media massa lain, navigabilitas ini adalah ciri khas dari internet.

3. Link internal, situs berhubungan dengan situs terkait yang ada di internet. Ciri paling unik dari internet sebagai medium massa adalah interkonektivitas dengan situs lain di jaringan global. Situs yang baik harus memanfaatkan keunggulan ini.

4. Intuitif untuk dipakai, situs terbaik punya tambahan navigasi untuk berkeliling di seputar situs secara efisien dan lancar. Aspek ini mencakup peta situs, termasuk link-link.

5. Waktu loading, situs yang didesain dengan baik memanfaatkan keunggulan internet sebagai medium visual. Pada saat yang sama, halaman web harus bisa cepat dibuka sehingga pengguna tidak perlu menggu lama untuk menyaksikan halaman web terpampang di layar komputer.

(31)

2.1.6 Pemberitaan Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita

Pemberitaan yang dimaksud adalah berita tentang film kartun Spongebob tidak baik umtuk balita dan dipublikasikan melalui media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun internet. Terpaan pemberitaan tersebut dilihat, dibaca dan juga didengar oleh ibu rumah tangga.

Pemberitaan ini berawal dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Virginia yang melaporkan mengenai dampak film kartun spons lucu yang tinggal di bawah laut keluaran Nickelodeon tersebut dianggap membuat anak usia prasekolah sulit memusatkan perhatian.

Setelah melakukan pengujian pada beberapa sampel, peneliti menemukan bahwa anak usia dini yang menonton film kartun Spongebob bisa mengalami overtaxed atau lelah dari rangsangan-rangsangan cepat dari kartun animasi Spongebob. Hal inilah yang bisa menyeabkan anak usia dini menjadi susah berkosentrasi. Para peneliti khawatir acara-acara televisi tersebut memberikan dampak panjang terhadap kemampuan berpikir anak di masa depan.

(32)

11-tahun bukan untuk usia anak 4 tahun, seperti sampel anak yang digunakan dalam penelitian.

2.2 Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relative menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan (Rakhmat, 2001:39)

Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap biasanya berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok (Sobur, 2003:361)

Pada hakikatnya, sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen itu ada tiga, yaitu (Gito Sudarmo, 2000:24-25) :

(33)

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecnderungan seseorang bertindak terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik dan sebagainya.

(34)

1. Dampak Kognitif

Dampak Kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan tersebut.

2. Dampak Afektif

Dampak afektif disini lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya, misalnya perasaan takut, marah dan lain sebagainya.

3. Dampak Behavioral

Dampak behavioral merupakan dampak yang kadarnya paling tinggi, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan dan kegiatan (Rahmat, 2005:219).

(35)

2.3 Film Kartun

Film adalah media komunikasi massa berisi gambar bergerak yang terbuat dari celluloid transparan dalam jumlah yang banyak, yang apabila digerakka melalui cahayanya yang kuat akan tampak seperti gambar yang hidup.

Menikmati cerita dalam film berbeda dengan buku, cerita disajikan melalui huruf-huruf secara mati dan hanya akan mempunyai arti dalam alam sadar, sedangkan film mempertunjukkan dengan jelas tingkah laku pelaku dan dapat mendengarkan suara, sehingga apa yang dilihat dalam film seolah-olah kejadiannya yang nyata dan terjadi di depan mata.(Effendy, 2000 : 207)

Sehubungan dengan itu, terdapat idenifikasi psikologi yakni dengan melihat dan menghayati sebuah film. Sering kali penonton mengidentifikasi seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan dalam film itu. Bahkan karena penonton tenggelam dalam upayanya untuk memahami dan merasakan apa yang dipikirkan atau dialami si tokoh, ia mengira bahwa ia sendiri yang berada pada posisi si tokoh tersebut (Effendi, 2000 : 207-208).

(36)

2.3.1 Kartun Spongebob Squarepants

SpongeBob SquarePants adalah sebuah serial film animasi yang paling populer di Nickelodeon. Pada awalnya serial kartun ini ditayangkan pada tahun 1999 di Amerika Serikat dan dicipta oleh Stephen Hillenburg, seorang animator dan ahli biologi laut, dan diterbitkan oleh perusahaan beliau, United Plankton Pictures Inc.

Di Indonesia serial ini kemudian hak tayang acara-acara yang diproduksi oleh Nickelodeon dibeli oleh Global TV. Kartun ini diciptakan oleh seorang ahli biologi laut dan animator Stephen Hillenburg dan lalu dirilis melalui perusahaannya United Plankton Pictures Inc. Serial ini settingnya berada di Samudra Pasifik di kota Bikini Bottom.

SpongeBob SquarePants merupakan satu-satunya kartun untuk memasuki senarai 10 Teratas secara konsisten dalam pemeringkatan Nielsen, dan menurut pihak Nickelodeon, Nickelodeon cartoon "berbujet rendah" pertama yang menjadi amat popular.

(37)

terletak di antara rumah Spongebob dan rumah Patrick, dan inilah yang meresahkan Squidward.

SpongeBob dan kawan-kawannya tinggal di kota Bikini Bottom dalam lautan Pasifik. Bikini Bottom dilihatkan sebagai sebuah kota biasa dengan pusat kota, pinggir kota, kawasan pantai, lapangan terbang, rangkaian bunga laut dan taman hiburan sendiri. Stephen Hillenburg pernah berkata bahawa Bikini Bottom direka lebih kurang berdasarkan kota Seattle, Washington.

Hewan peliharaan SpongeBob ialah seekor siput laut bernama Gary, yang "mengeong" seperti kucing. Meskipun tidak banyak berbicara (kecuali dalam beberapa episode), watak-watak lain kelihatan mampu memahaminya. Tambahan pula, cacing laut menyalak seperti anjing dan dirantai. Ubur-ubur disamakan dengan lebah; bunyi desas-desus, sengatan bisa (tetapi kelihatan seperti kejutan elektrik), dan menghasilkan "jeli" yang lezat, memperolok-olok nama "jellyfish" sambil membandingkan jeli dengan madu lebah. Ikan berperan sebagai warga kota tetapi tidak dijadikan tokoh penting.

(38)

bernama Chum Bucket yang terletak berhadapan Krusty Krab. Chum Bucket seolah-olah tidak pernah dikunjungi pelanggan, dan Plankton meluangkan kebanyakan waktunya untuk merancang peralatan untuk mencuri resep burger Krabby Patty milik Mr. Krabs. Plankton hanya berhasil mencuri resep itu dalam The SpongeBob SquarePants Movie formulanya tidak pernah diperlihatkan kepada penonton. Istri komputer Plankton, Karen, kadang-kala membantunya dalam rancangan jahatnya atau bertengkar dengannya.

Satu lagi kawan SpongeBob ialah Sandy Cheeks, seekor tupai yang berasal dari Texas dan tinggal di dalam kubah anti-air di Bikini Bottom. Dia diantar ke dalam lautan oleh majikan-majikannya yang berupa simpanse. Ketika di luar kubahnya, dia memakai baju seperti Astronot. Spongebob sendiri selalu meraih penghargaan dari Kids Choice Awards sebagai kartun terbaik ditahun 2003 hingga 2009

(Sumber: Wikipedia online tanggal 5 Oktober 2011)

(39)

Hal yang sama tidak terjadi jika anak-anak tersebut menyaksikan kartun lain, yang lebih realistis. "Zaman sekarang, anak-anak mulai menonton televisi sejak usia empat bulan. Mereka akhirnya jadi terlalu banyak nonton televisi," tulis Dr. Dimitri Christakis, yang mencatat hasil studi tersebut.

Walaupun Akademi Dokter Anak AS menganjutkan supaya anak di bawah usia dua tahun tidak menyaksikan televisi, masih banyak yang berpendapat bahwa menonton televisi diperbolehkan asalkan hanya di saluran pendidikan. Christakis, yang juga seorang dokter anak di Rumah Sakit Anak Seattle, mengungkapkan bahwa kualitas tontonan anak sama pentingnya dengan kuantitasnya.

"Kebanyakan orang tua sekarang terlalu mengkhawatirkan jam yang dihabiskan anak-anak mereka di depan televisi daripada apa mereka tonton. "Hal ini bukan tentang mematikan televisi, melainkan mengubah saluran," kata Christakis.

Terlepas dari ada atau tidaknya dampak yang ditimbulkan oleh tayangan spongebob untuk anak usia dini, betapa penelitian ini menunjukkan jika kartun memeliki dampak bagi anak. ( Sumber : (Sumber: CNN Health, “Study: Some cartoons are bad for children’s brains”,

(40)

2.3.2 Pengaruh Film Pada Anak

Menurut harlock (1978:340) melaporkan beberapa fakta mengenai pengaruh film bagi anak-anak :

a. Film menyenangkan anak dengan membawa mereka ke dunia manusia dan hewan yamg baru yang melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya.

b. Dalam film anak menemukan kegembiraan yang tidak diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, suatu kegembiraan yang lebih hidup ketimbang yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, suatu kegembiraan yang lebih hidup ketimbang yang diperolehnya dari membaca bahkan dari komik.

c. Film menyediakan informasi tentang bagaimana bersikap dalam situasi sosial, dan anak mengunakan ini untuk meningkatkan penerimaan sosialnya.

d. Informasi lebih lama diingat dilayar yang disertai dengan suara ketimbang bila dicetak dengan sedikit ilustrasi seperti dalam buku, surat kabar, dan majalah.

(41)

akan mempertinggi toleransi, prasangka atau rasa suka sebagaian besar akan bergantung pada cara penggambaran orang di layar.

f. Gambar bergerak menimbulkan pengaruh emosional yang nyata pada anak.

2.4 Ibu Rumah Tangga Sebagai Responden Penelitian

Pengertian dari ibu rumah tangga itu sendiri adaah wanita yang sudah menikah dan memiliki suami yang mengatur penyelenggaraan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga yang dimaksud misalnya adalah memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuk anak dan suami, menyetrika baju dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa ibu rumah tangga merupakan salah satu pemirsa yang dianggap setia menyaksikan tayangan televisi daripada laki-laki (Mulyana, 1997:115)

(42)

2.5 Teor i Stimulus Organism Response (SOR)

Menurut Effendy, 2000, teori Stimulus Organism Response (S-O-R) ini menjelaskan tentang adanya reaksi khusus yang merupakan efek dari adanya stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikannya. Adapun unsur-unsur dalam teori S-O-R adalah sebagai berikut:

1. Stimulus, dalam hal ini adalah Pesan (Message) 2. Organism, yaitu Komunikan

3. Response, adalah Efek (Effect)

Mengutip pendapat Hovlan, Janis dan Kelley; Effendy, 2000, menelaah sikap dari organism (O) yang baru ada tiga variabel, antara lain:

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerima

Gambar 2.1.:

(43)

Sumber: Soemanagara, Rd, 2008. Strategic Marketing Communication: Konsep Strategis

dan Terapan. Bandung: CV Alfabetha.

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:56)

(44)

Demikian pula dengan informasi dalam berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita. Setelah menerima stimulus atau pesan yang berupa informasi atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian, dan penerimaan dari berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan efek yang terakhir dari informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan dalam memahami informasi dalam berita online film Spongebob tidak baik untuk balita akan dapat membawa perubahan kepada diri komunikan.

2.6 Kerangka Berpikir

(45)

Dalam berita online yang bersumber dari CNN news menyebutkan bahwa film kartun Spongebob Squarepants tidak baik disaksikan oleh anak usia dini. Tempo film yang cepat akan membuat anak kelelahan otak sehingga bisa menyebabkan menurunnya kinerja anak yang menyebabkan anak menjadi susah untuk memusatkan perhatian pada sesuatu. Pihak Nickelodeon selaku pihak yang memproduksi serial ini menyatakan jika film ini memang tidak cocok disaksikan oleh anak usia dini. Film kartun yang cocok untuk anak usia dini adalah Dora the Explorer.

Untuk lebih jelasnya berdasarkan uraian diatas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Bagan ker angka ber pikir Penelitian Sikap ibu r umah tangga di Sur abaya Ter hadap Tayangan Film Spongebob Squar epants Setelah Membaca Ber ita Online.

Stimulus :

Berita online tentang film kartun Spongebob tidak baik untuk balita:

- Tidak disarankan

ditonton anak usia dini

- Dampak yang

ditimbulkan anak akan mengalami kelelahan otak sehingga susah berkosentrasi

- Segmentasi film

Spongebob untuk anak usia 6 tahun keatas.

Organisme :

Ibu rumah tangga di Surabaya :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Respon :

Sikap ibu rumah tangga

di Surabaya tentang berita online film kartun Spongebob tidak baik untuk balita.

(46)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

Pada penelitian tingkat sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap

berita online tentang film kartun Spongebob Squarepants tidak baik untuk

balita ini menggunakan metode penelitian diskriptif yang bertujuan

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian

itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu cirri atau gambaran

tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu (Bungin, 2001:48). Untuk

dapat lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai

berikut :

3.1.1. Sikap dan Pengukurannya

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi dan

merasa dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilai. Sikap ini

dapat dibedakan dalam tiga hal yakni aspek kognitif, aspek afektif dan

aspek konatif.

Variasi sikap diukur berdasarkan komponen kognitif, afektif,

(47)

a. Aspek Kognitif yaitu pengetahuan atau pemahaman masyarakat

mengenai isi berita online film kartun Spongebob tidak baik untuk

balita.

b. Aspek Afektif, yaitu perasaan masyarakat mengenai isi berita

online film kartun Spongebob tidak baik untuk balita.

c. Aspek konatif, meliputi kecenderungan untuk bertindak atau

bereaksi terhadap pemberitaan film kartun Spongebob tidak baik

untuk balita.

Untuk mengukur tiga aspek sikap dalam penelitian ini, berikut ini

akan dipaparkan indicator dari masing-masing aspek tersebut :

1. Aspek kognitif dijabarkan sebagai berikut :

a. Ibu rumah tangga mengetahui tidak semua film kartun baik untuk

balita.

b. Ibu rumah tangga mengerti jika anak usia dini tidak disarankan

menonton film kartun Spongebob

c. Ibu rumah tangga mengerti dampak yang ditimbulkan jika anak

usia dini menonton film kartun Spongebob

2. Aspek afektif dijabarkan sebagai berikut :

a. Perasaan ibu rumah tangga tentang tidak semua film kartun baik

untuk balita.

(48)

menonton Spongebob.

c. Perasaan ibu rumah tangga tentang dampak yang ditimbulkan jika anak

usia dini menonton film kartun Spongebob

3. Aspek konatif dijabarkan sebagai berikut :

a. Ibu rumah tangga lebih selektif lagi memilihkan film kartun untuk anak.

b. Ibu rumah tangga merubah tayangan untuk anak menjadi lebih baik lagi.

c. Ibu rumah tangga melarang anak menonton film kartun Spongebob.

Untuk mengukur variabel sikap masyarakat terhadap berita online

tentang film kartun Spongebob tidak baik untuk balita dalam model ini

digunakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang, tentang

sesuatu objek sikap. Objek sikap ini telah ditentukan secara sistematis dan

spesifik oleh peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu

objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan

yang harus diisi responden. Setiap pernyataan atau pertanyaan tersebut

dihubungkan dengan jawaban yang berupa dukungan atau pertanyaan

sikap yang diungkapkan dengan kata-kata : Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Sangat Tidak Setuju, dan Tidak Setuju (TS) (Kriyantono, 2007:134)

Dalam penelitian ini meniadakan jawaban ragu-ragu (undecided)

karena memiliki arti ganda yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan

jawaban, netral, dan ragu-ragu. Disediakannya jawaban ditengah-tengah

juga akan mengakibatkan responden akan memilih jawaban di

(49)

yang mana. Selain itu responden memilih jawaban untuk memilih

amannya. Yang terakhir, disediakannya jawaban ditengah-tengah akan

menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang

diperlukan banyak yang hilang (Kriyantono, 2007:134-135).

Pada tahap selanjutnya, 4 kategori jawaban diatas akan diberikan

skor sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan

pemberian bobot skor sebagai berikut :

1. Sangat Setuju : skor 4

2. Setuju : skor 3

3. Tidak Setuju (TS) : skor 2

4. Sangat Tidak Setuju : skor 1

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item

dari setiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pertanyaan

tersebut untuk masing-masing responden. Selanjutnya, tiap-tiap indikator

untuk pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kemudian

jawaban yang telah dipilih dari skor dan ditotal. Total skor dari setiap

kategori, dikategorikan kedalam 3 interval yaitu positif, netral dan negatif

yang ditentukan berdasarkan jumlah skor untuk lebar interval tingkat

rendah, sedang dan tinggi menggunakan rumus :

(50)

Keterangan :

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan

Jenjang yang diinginkan : Ada tiga yaitu positif, negatif dan netral

Jadi interval sikap untuk aspek kognitif, afektif, konatif :

Interval = (4x3)-(1x3) = 12 – 3 = 9 = 3

3 3 3

Jadi :

interval negatif : 3 - 6

interval netral : 7 - 9

interval positif : 10 - 12

Jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 9

item. Sehingga penghitungannya :

Interval= (9x4) – (9x1) = 36 – 9 = 9

3 3

Jadi :

interval negatif : 9 - 18

interval netral : 19 - 27

(51)

Dari pengukuran sikap diatas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :

Sikap Positif : Responden mengetahui dan mengerti isi berita online

sehingga terjadi perubahan sikap dari responden setelah

membaca berita online, perubahan sikap responden berbentuk

pelarangan anak untuk menyaksikan tayangan Spongebob.

Sikap Netral : Responden mengetahui dan menyetujui isi dari berita online,

dan masih memperbolehkan anak menyaksikan tayangan

Spongebob tapi dengan mengurangi durasi menontonnya.

Sikap Negatif : Responden mengetahui dan menyetujui isi dari berita online,

namun tidak terjadi perubahan sikap, sehingga responden

masih memperbolehkan anak menonton tayangan Spongebob.

3.2. Populasi, Sampel dan Penar ikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-Ibu rumah tangga sektor

publik yang memiliki balita di Surabaya. Maka populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jumlah ibu-ibu rumah tangga di Surabaya,

yaitu 1.131.618 jiwa. Sumber : BPS kota Surabaya (Surabaya in figure

(52)

3.2.2. Sampel

Untuk jumlah sampel sebanyak 100, mengacu pada penjelasan

Burhan Bungin (2001), yang mengatakan bahwa agar sampel penelitian

bisa mewakili populasi atau dinilai representatif maka besarnya sampel

harus dapat dipertanggungjawabkan. Jumlah populasi yang besar membuat

peneliti menggunakan pendekatan populasi untuk menentukan sampel

dengan rumus Yamane. Pendekatan data jumlah ibu-Ibu rumah tangga

sektor publik yang memiliki balita di Surabaya. Maka populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah ibu-ibu rumah tangga di

Surabaya, yaitu 1.131.618 jiwa. Sumber : BPS kota Surabaya (Surabaya in

figure 2010). Jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian dihitung

dengan menggunakan rumus Yamane, yaitu ;

………..…..(1)

Di mana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi 10 % ; tingkat kepercayaan 90 %

Tingkat kesalahan sampel yang digunakan adalah 10%, karena menurut

(53)

ditoleransi dalam penelitian.

Jadi : n = 1.131.618

1.131.618 . (0,1)2+ 1

= 1.131.618

11317,18

= 99,9 dibulatkan menjadi 100

Didapatkan 100 responden, ini berarti 100 sampel yang digunakan dari

keseluruhan jumlah populasi ibu-ibu rumah tangga di Surabaya yaitu sebanyak

100 orang. Ibu-ibu rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah di Surabaya

berpotensi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Karakteristik pengendali pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu rumah tangga yang berdomisili di Surabaya dan memiliki balita, yang

pernah membaca berita online tentang film kartun Spongebob tidak baik

untuk balita.

2. Berusia 17 tahun ke atas.

Pemilihan usia diatas karena usia tersebut dapat dikatakan usia

produktif dan juga karena pada usia 17 tahun hingga 50 tahun individu telah

dianggap dewasa sehingga dapat mempertanggungjawabkan pernyataannya

(Hurlock, 1997:259).

(54)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non

probability sampling dengan tipe purposive sampling. Purposive sampling

adalah pemilihan sampel berdasarkan pada karakeristik tertentu yang

dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang

sudah diketahui sebelumnya ( Ruslan, 2003:156 ). Pada saat membagikan

kuesioner, peneliti terlebih dahulu akan bertanya pada calon responden

apakah sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Jika sesuai

maka calon responden tersebut bisa mengisi kuesioner dan jika tidak

maka calon responden tersebut tidak bisamengisi kuesioner.

3.4. Tek nik Pengumpulan Data

Metode yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan metode

kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan, kemudian

pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan,

kemudian dikirim kepada responden untuk diisi ( Burhan, 2004:130 ).

Selain itu peneliti akan melakukan metode wawancara dan observasi untuk

mendukung data-data yang diperoleh melalui metode kuesioner. Adapun

instrument penelitian yang dibutuhkan yaitu :

1. Kuesioner

Berupa daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden guna

mendapatkan data yang akurat berkaitan dengan informasi yang

(55)

2. Pedoman Wawancara

Metode pengumpulan data dengan cara memberikan

pertanyaan-pertanyaan secara lisan dan langsung kepada pihak-pihak terkait dengan

tujuan untuk memperoleh informasi penting yang diinginkan serta data

pendukung lainnya.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam membahas penelitian dengan judul Sikap ibu rumah tangga

di Surabaya terhadap tayangan film kartun Spongebob setelah membaca

berita online tentang film kartun Spongebob tidak baik untuk balita maka

peneliti menggunakan beberapa tahapan pengolahan data dan analisisnya

yaitu:

a. Editing atau seleksi angket yaitu data yang digunakan untuk mencapai

hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak

digunakan sehingga data yang diperoleh data valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan

jawaban.

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada

agar dapat dihubungkan dengan pengukuran terhadap variable-variabel

(56)

3.6 Teknik Analisa Data

Metode analisa data dalam penelitian ini untuk tingkat pengetahuan

menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data

yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden. Data yang

diperoleh akan dilakukan analisa secara kuantitatif dengan menggunakan

rumus:

P = F x 100%

N

Keterangan:

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah responden

Dengan menggunakan rumusan tersebut maka diperoleh hasil yang

diinginkan oleh peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan di atas

selanjutnya akan disajikan dalam tabel, kemudian dideskripsikan dan

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Film Kartun Spongebob Squar epants

Film adalah media komunikasi massa berisi gambar bergerak yang terbuat dari celluloid transparan dalam jumlah yang banyak, yang apabila digerakka melalui cahayanya yang kuat akan tampak seperti gambar yang hidup.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti objek yakni film kartun Spongebob Squarepants yang merupakan sebuah serial film animasi yang paling populer di Nickelodeon. Pada awalnya serial kartun ini ditayangkan pada tahun 1999 di Amerika Serikat dan dicipta oleh Stephen Hillenburg, seorang animator dan ahli biologi laut, dan diterbitkan oleh perusahaan beliau, United Plankton Pictures Inc.

(58)

SpongeBob SquarePants merupakan satu-satunya kartun untuk memasuki senarai 10 Teratas secara konsisten dalam pemeringkatan Nielsen, dan menurut pihak Nickelodeon, Nickelodeon cartoon "berbujet rendah" pertama yang menjadi amat popular.

4.2 Kota Sur abaya

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan kota pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan di kawasan indonesia timur.

(59)

Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya , dan memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal blak-blakan dan tidak mengenal ragam tingkatan bahasa seperti bahasa standart pada umumnya. Masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Tetapi semakin majunya peradaban dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya telah mencampuradukkan Boso Suroboyo,jawa ngoko dan madura sehingga bahasa asli suroboyo menjadi luntur.

Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan, berikut adalah daftar kecamatan dibagi mnjadi lima wilayah :

1. Surabaya Pusat : wilayah Tegalsari, Simokerto, Genteng, Bubutan. 2. Surabaya Utara : wilayah Bulak, Kenjeran, Semampir, Pabean,

Cantikan, Krembangan.

3. Surabaya Timur : wilayah Gubeng, Gununganyar, Sukolilo, Tambaksari, Mulyorejo, Rungkut, Tenggilis Mejoyo.

4. Surabaya Selatan :wilayah Wonokromo, Wonocolo, Wiyung, Karangpilang, Jambangan, Gayungan, Dukuh Pakis, Sawahan.

(60)

4.3 Penyajian Data 4.3.1 Identitas Responden 4.3.1.1 Usia Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Surabaya. Usia ibu-ibu rumah tangga di Surabaya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Usia Responden

No. Keterangan Fr ekuensi %

1 20-25 3 3

2 26-30 55 55

3 31-35 22 22

4 36-40 20 20

Total 100 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)

(61)

yang aktivitasnya banyak menggunakan internet. Selanjutnya dengan usia terbanyak ketiga yaitu 36 – 40 tahun yaitu sebanyak 20 %. Dan yang terakhir adalah berusia 20 – 25 tahun sebanyak 3 %.

Sehingga dari data tersebut dapat dikategorikan bahwa ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita di Surabaya terbanyak dalam penelitian ini adalah dengan kisaran usia 26 - 30 tahun.

4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita di Surabaya. Tingkat pendidikan ibu-ibu rumah tangga di Surabaya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan Responden

No. Keterangan Fr ekuensi %

1 SD - -

2 SMP - -

3 SMA 48 48

4 Akademi/Diploma 21 21

5 S1 31 31

Total 100 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti)

(62)

hingga Sarjana. Responden terbanyak yaitu responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 48 %. Selanjutnya responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 31 %. Dan yang terakhir adalah jumlah responden yang paling kecil dengan tingkat Akademik atau diploma sebanyak 21 %.

Sehingga dari data tersebut dapat dikategorikan bahwa ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita di Surabaya yang menjadi responden terbanyak dalam penelitian ini adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 48 % dari jumlah total 100 responden. Sehingga dapat ditarik kesimpulan ibu-ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan SMA yang cenderung lebih sering melihat dan membaca berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita.

4.3.2 Terpaan Pemberitaan Film Kartun Spongebob Tidak Baik Untuk Balita Terpaan disini yang dimaksud adalah kegiatan melihat dan membaca pemberitaan tentang film spongebob tidak baik untuk balita di media internet atau online.

(63)

balita. Serta durasi yaitu lama waktu melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita

Terpaan pemberitaan berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita di media internet atau online telah ada dalam dua pertanyaan di kuisioner. Yang terdiri dari pertanyaan berapa kali melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita . Serta berapa menit waktu yang dibutuhkan dalam melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita.

4.3.2.1 Frekuensi Melihat dan Membaca Pemberitaan tentang Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita

Pertanyaan untuk menentukan frekuensi dengan memberikan pilihan jawaban kepada responden. Responden diberi kebebasan untuk menentukan seberapa sering dia melihat dan membaca pemberitaan tentang film spongebob tidak baik untuk balita di media internet atau online dalam satu bulan. Yaitu terhitung dari tanggal 13 September – 13 Oktober 2011.

(64)

I = Jarak Pengukuran (R) Jarak Interval kelas (K)

Dengan R = Frekuensi membaca tertinggi – Frekuensi membaca terendah Dari jawaban responden diketahui frekuensi membaca tertinggi dalam satu bulan adalah 8 kali, sementara frekuensi membaca terendah dalam satu bulan adalah 1 kali. Sehingga dari data tersebut maka peritungan frekuensi dapat ditentukan sebagai berikut :

I = 8 – 1 3 I = 7 3

= 2,1 dibulatkan menjadi 2

Jadi interval untuk mengukur jawaban responden terdiri dari : 1 – 2 kali = Rendah

3 – 5 kali = Sedang 6 – 8 kali = Tinggi

(65)

Selanjutnya frekuensi jawaban responden dalam melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita di media internet atau online dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3

Fr ekuensi Melihat dan Membaca Berita Online Tentang Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita.

No Keterangan Frekuensi %

1 1-2 kali 90 90

2 3-5 kali 9 9

3 6-8 kali 1 1

Total 100 100

Sumber : Pertanyaan Kuisioner No 3.1

Dari tabel di atas maka dapat dilihat dalam satu minggu sebanyak 90% dari 100 ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya menjadi responden melakukan kegiatan melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita sebanyak 1 – 2 kali.

(66)

Dan yang terakhir hanya 1 % dari 100 responden ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita 6 – 8 kali.

Sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita dalam satu bulan pada ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya tergolong rendah. Sebagaimana yang ditetapkan interval 1 – 2 kali tergolong frekuensi melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita yang rendah.

4.3.2.2 Durasi Melihat dan Membaca Pemberitaan tentang Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita

Pertanyaan berkenaan dengan durasi melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita disajikan dalam bentuk pilihan ganda. Yaitu responden memilih berapa menit kira-kira waktu yang diperlukan untuk melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita.

(67)

melihat jawaban dari responden. Penetapan interval ini ditentukan dengan menggunakan rumus :

I = Jarak pengukuran (R) Jarak Interval kelas (K)

Dengan R = Durasi Membaca Tertinggi – Durasi Membaca Terendah

Dari jawaban responden diketahui bahwa waktu tertinggi yang dibutuhkan oleh responden 30 menit. Sementara durasi terendah yaitu 1 menit. Durasi tertinggi dan terendah ini dapat dlihat dari beberapa jawaban yang diberikan oleh responden pada item pertanyaan terbuka berkenaan dengan indikator durasi. Sehingga berdasarkan rumus tersebut :

I = 30 – 1 3

I = 9,6 dibulatkan menjadi 10

Interval untuk menentukan tinggi rendahnya durasi yaitu : 1 – 10 menit = Rendah

(68)

Kategori durasi mulai dari durasi tertinggi hingga terendah kemudian di beri skor. Yaitu untuk durasi tinggi diberi skor 3, skor durasi sedang diberi skor 2, kemudian durasi rendah diberi skor 1.

Selanjutnya durasi jawaban responden dalam melihat dan membaca berita online tentang film spongebob tidak baik untuk balita dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.4

Durasi Melihat dan Membaca Berita Online Tentang Film Spongebob Tidak Baik Untuk Balita

No Keterangan Frekuensi %

1 1-10 79 79

2 11-20 18 18

3 21-30 3 3

Total 100 100

Sumber : Pertanyaan Kuisioner No. 3.2

Dari tabel di atas maka dapat dilihat rata-rata ibu-ibu rumah tangga yang menjadi responden tertinggi dalam melihat dan membaca berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita sebanyak 79 % dengan durasi 1 – 10 menit dari total 100 responden.

(69)

responden membutuhkan waktu sebanyak 21 – 30 menit untuk melihat dan membaca berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita.

Sehingga dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan oleh ibu-ibu rumah tangga sektor publik untuk melihat dan membaca berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita tergolong rendah. Sebagaimana mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh responden untuk melihat dan membaca pemberitaan tersebut.

Kemudian dari hasil penghitungan rekuensi dan durasi melihat dan membaca berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita, maka dapat diketahui bahwa terpaan pemberitaan film kartun Spongebob tidak baik untuk balita adalah variabel X (Jumlah nilai X dapat dilihat di lampiran 1).

Terpaan pemberitaan berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita dapat digolongkan dalam tiga kategori yaitu, tinggi, sedang dan rendah yang ditetapkan berdasarkan jumlah skor dari masing – masing responden. Rumus yang digunakan yaitu :

R (Range) = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan

(70)

a. Skor tertinggi diperlukan melalui hasil perkalian dari pemberian skor tertinggi dengan jumla keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai terendah dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam kuisioner

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk Tinggi, Sedang, dan Rendah

Dari hasil penghitungan frekuensi dan durasi maka ditetapkan bahwa skor tertinggi adalah 3 dan skor jawaban terendah 1. Total item pertanyaan untuk mengukur terpaan berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita adalah 2 item. Sehingga hasil dari penghitungan degan menggunakan rumus diatas adalah :

Skor Tertinggi = 3 x 2 = 6 Skor Terendah = 1 x 2 = 2 R = 6 – 2

3

= 1,3 dibulatkan menjadi 1

Jadi batasan skor untuk variabel X yaitu terpaan berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita adalah :

(71)

Jumlah skor 4 – 5 = Sedang Jumlah skor 6 – 7 = Tinggi

Selanjutnya terpaan berita online tentang film Spongebob tidak baik untuk balita (variabel X) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Ter paan Berita Online Tentang Film Spongebob

Gambar

Gambar 2.1.:
Gambar 2.2 : Bagan kerangka berpikir Penelitian Sikap ibu rumah tangga di Surabaya Terhadap Tayangan Film Spongebob Squarepants Setelah Membaca Berita Online
Tabel 4.1 Usia Responden
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa ketika terlanjur memiliki wadah terbuat dari plastik yang tidak sesuai dengan standar

dapat diketahui bahwa sikap responden mayoritas adalah dalam kategori sedang sebanyak 60 orang (64,5%), yang didukung oleh jawaban responden setuju terhadap dengan adanya

Contoh hubungan yang sesuai antara aktivitas domestik dengan sikap yakni jawaban responden yang sebagian besar menyatakan setuju untuk fungsi rusun sebagai tempat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan pada kategori kurang baik yaitu sebanyak 22 responden (51,2 %), sedangkan responden dengan