• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak dan Keluhan Saluran Pernafasan Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak dan Keluhan Saluran Pernafasan Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR MEMASAK DAN KELUHAN SALURAN PERNAFASAN PADA IBU

RUMAH TANGGA DI DESA BANTAN KEC.DOLOK MASIHUL KAB.SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

SYAFRIDA HANIM SARAGIH

NIM. 071000257

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERILAKU PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR MEMASAK DAN KELUHAN SALURAN PERNAFASAN PADA IBU

RUMAH TANGGA DI DESA BANTAN KEC.DOLOK MASIHUL KAB.SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SYAFRIDA HANIM SARAGIH NIM. 071000257

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR MEMASAK DAN KELUHAN SALURAN PERNAFASAN PADA IBU

RUMAH TANGGA DI DESA BANTAN KEC.DOLOK MASIHUL KAB.SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : SYAFRIDA HANIM SARAGIH

NIM. 071000257

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(dr. Surya Dharma, MPH) (Dr.Dra.Irnawati Marsaulina, MS) NIP.19580404 198702 1 001 NIP. 19650109 199403 2 002

Penguji II Penguji III

(dr.Devi Nuraini Santi,MKes) ( dr.Taufik Ashar, MKM)

NIP.19700219 199802 2 002 NIP.1978033 1200312 1 001

Medan, Februari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Kayu bakar merupakan bahan bakar tradisional untuk memasak yang biasanya banyak digunakan di pedesaan. Kayu bakar tidak terbakar secara sempurna dan hal ini membahayakan kesehatan sistem pernafasan terutama pada kaum perempuan. Perilaku ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak sangat diperlukan karena mereka merupakan orang yang selalu terpajan pada asapnya dan beresiko terkena penyakit pada saluran pernafasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu rumah tangga terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar

memasak dan keluhan saluran pernafasan di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai.

Metode penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak sebanyak 1272 KK, dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden diambil secara purporsive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diuraikan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 66 orang (70,1%) memiliki pengetahuan dalam kategori sedang, 60 orang (64,5%) memiliki sikap dalam kategori sedang dan 47 orang (50,5%) memiliki tindakan dalam kategori sedang. Dan 75 orang (80,7%) mengalami keluhan saluran pernafasan diantaranya bersin 47 orang

(62,7%), batuk 15 orang (20,0%), nyeri dada 11 orang (14,7%) dan sesak nafas 2 orang (2,6%).

Kesimpulan yang diperoleh adalah pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam kategori sedang. Oleh karena itu disarankan kepada ibu rumah tangga untuk membuat ventilasi udara di dapur, mengganti bahan bakar memasak dengan yang lebih baik seperti kompor minyak, listrik atau gas.

(5)

ABSTRACT

Firewood is a traditional cooking fuel that commonly used in the villages. Firewood doesn’t burnt completely and this dangerous for the respiratory system especially for women. The housewife behaviour that usually uses the firewood as the cooking fuel is crucial because they are the person who always contact with the smoke and risky having the respiratory tract disorder.

The purposes of this research is to reveal the knowledge, attitude and the action level of the housewife about the using of firewood as the cooking fuel and the respiratory tract disorder at Bantan Village Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai.

The methodology of research was descriptive survey. The population in this research is the housewife that use the firewood as cooking fuel amount 1271 housewife, with the number of sample amount 93 respondent which taken by purporsive sampling with inclusi and exclusi criteria. Data collecting was done using interview with questioner and observation then performed in the form of frequency distribution table and it is explained in narration form.

The result of the research showed that 66 of respondent (70.1%) had knowledge in average category and 60 of respondent (64.5%) had attitude in average category and 47 of respondent (50.5%) had action in average category. And 75 of respondent (80.7%) experienced with respiratory tract disorder that are: sneeze 47 of respondent (62.7%), cough 15 of respondent (20.0%), chest painful 11 of respondent (14.7%) and short-winded 2 of respondent (2.6%).

The conclusion that was achieved that knowledge, attitude and action of respondent in average category. Thus it is suggested to housewife to make the air ventilation in their kitchen, to change the cooking fuel with others better fuel like kerosene, electric or gas stove.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SYAFRIDA HANIM SARAGIH Tempat/Tanggal lahir : Desa Bantan/ 31 Mei 1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Jumlah Bersaudara : 3 Orang

Alamat Rumah : Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Alamat Kantor : Puskesmas Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai

Riwayat Pendidikan

Tahun 1991– 1997 : SD Negeri No.104314 Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Tahun 1997 – 2000 : SMP Negeri I Kec.Dolok Masihul

Tahun 2000 – 2003 : SMU Negeri I Kec.Dolok Masihul

Tahun 2003 – 2006 : Akademi Kebidanan Deli Husada Deli Tua Medan Tahun 2007 – Sekarang : FKM USU

Riwayat Pekerjaan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Perilaku Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak dan Keluhan Saluran Pernafasan Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009 ”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan isi skripsi ini.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing skripsi I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang

telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs.Tukiman, MKM selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Hj. Sonda Sari Damanik, MKes selaku kepala Puskesmas Dolok Masihul yang telah memberikan izin kuliah kepada penulis dan seluruh teman-teman Bidan Desa di Kecamatan Dolok Masihul.

8. Drs. Fajar Simbolon, selaku Camat Dolok Masihul dan Ishak Iswanto, SE selaku kepala Desa Bantan yang telah memberi izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

(9)

10.Seluruh rekan-rekan mahasiswa angkatan 2007 Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya Kamri AMKeb,SKM, dan Yuni AMK,SKM yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 11.Teristimewa buat Brig.Andy Ps yang selalu memberikan perhatian dan

dukungan kepada penulis.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan rahmatNya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup... iii

Kata Pengantar ... iv

2.1.3. Gambar Anatomi Saluran Pernafasan ... 8

2.1.4. Anatomi Saluran Pernafasan ... 8

2.1.5. Fisiologi Pernafasan ... 9

2.1.6. Keluhan pada Saluran Pernafasan ... 11

2.1.7. Patologi pada Sistem Pernafasan ... 12

2.1.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernafasan Berlangsung Normal ... 14

2.2. Kayu Bakar ... 14

2.2.1. Definisi Kayu Bakar ... 14

2.2.2. Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak 15 2.3. Karakteristik Responden ... 16

2.3.1. Umur ... 16

2.3.2. Pendidikan ... 16

2.3.3. Pekerjaan ... 16

(11)

2.3.5. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 17

2.4. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal ... 17

2.5. Pencemaran Udara pada Lingkungan Rumah... 19

2.6. Polutan Penyebab Pencemaran Udara ... 20

2.7. Konsep Perilaku ... 21

2.7.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan ... 23

2.7.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap ... 25

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1. Keadaan Geografi Desa Bantan ... 41

4.1.2. Keadaan Demografi Desa Bantan ... 41

4.2. Karakteristik Responden ... 43

4.3. Pengetahuan Responden ... 46

4.4. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 48

4.5. Sikap Responden ... 48

4.6. Kategori Responden Berdasarkan Sikap ... 50

4.7. Tindakan Responden ... 51

4.8. Kategori Responden Berdasarkan Tindakan ... 53

4.9. Penggunaan Kayu Bakar ... 54

4.10.Keluhan Saluran Pernafasan ... 55

(12)

BAB V. PEMBAHASAN ... 58

5.1. Karakteristik Responden ... 58

5.2. Pengetahuan Responden ... 60

5.3. Sikap Responden ... 62

5.4. Tindakan Responden ... 64

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 67

6.1. Kesimpulan ... 68

6.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2008………... ... 42 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan di

Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun

2008 ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Agama Di

Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun

2008 ... 43 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Kelompok

Umur di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai

Tahun 2009... 43 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan di

Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun

2009 ... 44 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Di

Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun

2009 ... 44 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Jumlah

Tanggungan Keluarga di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 45 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan di

Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun

2009 ... 45 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan di Desa

Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 46 Tabel 4.10. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang

Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak dan Keluhan Saluran Pernafasan di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul

Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 48 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Sikap di Desa Bantan

Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 49 Tabel 4.12. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Penggunaan Kayu

(14)

Pernafasan di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang

Bedagai Tahun 2009 ... 50 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Tindakan di Desa

Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 51 Tabel 4.14. Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Penggunaan

Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak Dan Keluhan

Saluran Pernafasan di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 52 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Memasak

Menggunakan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar di Desa Bantan

Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 53 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Memasak

Menggunakan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar di Desa Bantan

Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 54 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Keluhan Saluran

Pernafasan di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang

Bedagai Tahun 2009 ... 55 Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Saluran

Pernafasan di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang

Bedagai Tahun 2009 ... 56 Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Pengamatan Rumah yang

Memiliki Ventilasi Dapur di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 56

Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Pengamatan Rumah dengan Ukuran Luas Ventilasi Dapur di Desa Bantan Kec.Dolok

Masihul Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009... 56 Tabel 4.21. Distribusi Responden Berdasarkan Pengamatan Rumah Dengan

Lokasi Dapur di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang

Bedagai Tahun 2009 ... 57 Tabel 4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Pengamatan Rumah Dengan

Kondisi langit-langit Dapur di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner dan Observasi Penelitian Perilaku Penggunaan Kayu Bakar dan Keluhan Saluran Pernafasan Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai

Lampiran 4. Master Data Penelitian

(16)

ABSTRAK

Kayu bakar merupakan bahan bakar tradisional untuk memasak yang biasanya banyak digunakan di pedesaan. Kayu bakar tidak terbakar secara sempurna dan hal ini membahayakan kesehatan sistem pernafasan terutama pada kaum perempuan. Perilaku ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak sangat diperlukan karena mereka merupakan orang yang selalu terpajan pada asapnya dan beresiko terkena penyakit pada saluran pernafasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu rumah tangga terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar

memasak dan keluhan saluran pernafasan di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai.

Metode penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak sebanyak 1272 KK, dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden diambil secara purporsive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diuraikan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 66 orang (70,1%) memiliki pengetahuan dalam kategori sedang, 60 orang (64,5%) memiliki sikap dalam kategori sedang dan 47 orang (50,5%) memiliki tindakan dalam kategori sedang. Dan 75 orang (80,7%) mengalami keluhan saluran pernafasan diantaranya bersin 47 orang

(62,7%), batuk 15 orang (20,0%), nyeri dada 11 orang (14,7%) dan sesak nafas 2 orang (2,6%).

Kesimpulan yang diperoleh adalah pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam kategori sedang. Oleh karena itu disarankan kepada ibu rumah tangga untuk membuat ventilasi udara di dapur, mengganti bahan bakar memasak dengan yang lebih baik seperti kompor minyak, listrik atau gas.

(17)

ABSTRACT

Firewood is a traditional cooking fuel that commonly used in the villages. Firewood doesn’t burnt completely and this dangerous for the respiratory system especially for women. The housewife behaviour that usually uses the firewood as the cooking fuel is crucial because they are the person who always contact with the smoke and risky having the respiratory tract disorder.

The purposes of this research is to reveal the knowledge, attitude and the action level of the housewife about the using of firewood as the cooking fuel and the respiratory tract disorder at Bantan Village Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai.

The methodology of research was descriptive survey. The population in this research is the housewife that use the firewood as cooking fuel amount 1271 housewife, with the number of sample amount 93 respondent which taken by purporsive sampling with inclusi and exclusi criteria. Data collecting was done using interview with questioner and observation then performed in the form of frequency distribution table and it is explained in narration form.

The result of the research showed that 66 of respondent (70.1%) had knowledge in average category and 60 of respondent (64.5%) had attitude in average category and 47 of respondent (50.5%) had action in average category. And 75 of respondent (80.7%) experienced with respiratory tract disorder that are: sneeze 47 of respondent (62.7%), cough 15 of respondent (20.0%), chest painful 11 of respondent (14.7%) and short-winded 2 of respondent (2.6%).

The conclusion that was achieved that knowledge, attitude and action of respondent in average category. Thus it is suggested to housewife to make the air ventilation in their kitchen, to change the cooking fuel with others better fuel like kerosene, electric or gas stove.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010 dan diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mampu menyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Depkes RI, 2003).

Adapun usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan meliputi penyehatan air, tanah, udara, pengamanan limbah padat, cair, gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2005).

(19)

faktor kegemukan, kebiasaan merokok, konsumsi pangan tertentu. Beberapa faktor lingkungan seperti halnya pencemaran udara juga berperan seperti NOx, karbonmonoksida, sulfurdioksida, dan lain-lain.

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat (Achmadi, 2008).

Secara global WHO (2006), menyebutkan bahwa polusi udara di dalam rumah bertanggung jawab terhadap 1,6 juta kematian manusia setiap tahunnya dan dalam 59% dari semua kematian akibat polusi udara di dalam ruangan dialami perempuan dan anak-anak sebagai efek pemakaian bahan bakar tradisional (Sukar ; Tugaswati Tri, 2003).

Perempuan yang terpajan pada asap dari pembakaran bahan bakar arang dan kayu bakar (biomasa tradisional) tiga kali lebih tinggi mempunyai resiko untuk terkena penyakit paru obstruksi kronik (chronic obstructive pulmonary

disease/COPD) bronkhitis kronis, dibandingkan perempuan yang memasak

menggunakan kompor dan pemanas berbahan bakar listrik dan gas.

(20)

di dalam rumah (62,6%) ibu rumah tangga memasak dengan kayu bakar (93,5%) dan (68,5%) dapur tidak memiliki cerobong asap (Depkes, 2005).

Menurut Survai Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 1995, menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi di Indonesia akibat penyakit sistem pernafasan mencapai 32,1% dan pada balita 38,8%.

Hasil penelitian International Energy Agency (2002), menyatakan bahwa ada 155 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2000 masih menggunakan bahan bakar arang dan kayu bakar untuk memasak dan menghangatkan. Tak heran jika saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan akut mencatat jumlah tertinggi di puskesmas kota maupun desa di Indonesia (Kasnodihardjo, 2007).

Hal ini terlihat dari kondisi dapur yang sederhana yang materialnya terbuat dari anyaman bambu, tanah dan hanya sebagian tembok tidak dapat dipungkiri masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup dalam wilayah tradisional dan menggunakan bahan bakar tradisional seperti kayu bakar (Kartika ; Sofi, 2002).

Penelitian dampak pencemaran dalam ruang terhadap kesehatan telah dilakukan di Jawa Barat pada tahun 1997, yang menyimpulkan bahwa ventilasi di dapur aktivitas memasak dan merokok membuktikan adanya toksisitas di dapur terhadap ibu dan balitanya saat memasak di dapur (Agustina, 1997).

(21)

Berdasarkan survai awal penulis pada bulan April tahun 2009, di Kecamatan Dolok Masihul menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak, menghangatkan dan keluhan pernafasan seperti batuk. Hal ini tampak didukung dari data puskesmas kecamatan Dolok Masihul dimana angka kesakitan infeksi saluran pernafasan akut masih tinggi yaitu 3688 kasus (Profil Puskesmas Dolok Masihul, 2008).

Atas pertimbangan inilah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul perilaku penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan pada ibu rumah tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai.

1.2. Perumusan Masalah

Masih banyaknya penduduk desa Bantan yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan angka kesakitan gangguan pernafasan ISPA di Kec.Dolok Masihul tinggi yaitu 3688 kasus (Profil Puskesmas Dolok Masihul, 2008).

(22)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu rumah tangga terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu rumah tangga berdasarkan umur,

pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya keluhan saluran pernafasan pada ibu rumah tangga akibat penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak.

3. Untuk mengetahui frekuensi memasak ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak.

4. Untuk mengetahui lamanya waktu memasak ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak.

5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan.

6. Untuk mengetahui sikap ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan.

(23)

1.4.Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakarsebagai bahan bakar untuk memasak di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul. 2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi ibu rumah tangga tentang bahaya

yang ditimbulkan akibat penggunaan kayu bakar bagi kesehatan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pernafasan

2.1.1. Definisi Pernafasan

Pernafasan (respirasi) adalah gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel (Soemantri, 2008).

2.1.2. Fungsi Pernafasan

Fungsi pernafasan adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel secara terus menerus (Soemantri, 2008).

Pada dasarnya saluran pernafasan terjadi alveoli dan kapilar-kapilarnya yang membentuk unit pertukaran gas paru-paru. Pergerakan udara secara besar-besaran berakhir dan satu-satu molekul (komponen dasar yang amat kecil) udara bergerak lewat pipa bronchioli dan alveoli yang amat halus dengan cara difusi.

(25)

2.1.3. Gambar Anatomi Saluran Pernafasan

(Sumber : Soemantri, 2008)

2.1.4. Anatomi Saluran Pernafasan

a. Anatomi Saluran Pernafasan Bagian Atas Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari:

(26)

b. Sinus Parasinalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala yang berfungsi untuk :

1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi.

2. Meringankan berat tulang tengkorak.

3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

c. Faring berfungsi saat menelan seperti saat kita bernafas.

d. Laring memiliki fungsi untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.

2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah

Saluran pernafasan bagian bawah terbagi atas :

1. Saluran pernafasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri dari Saluran udara konduktif yaitu trakhea, bronkhus dan bronkhiolus. 2. Saluran respiratorius terminal terdiri dari alveoli, paru-paru, dada,

diafragma, pleura dan sirkulasi pulmoner. 2.1.5. Fisiologi Pernafasan

(27)

Pernafasan manusia dibedakan atas pernafasan dada dan pernafasan perut. Pernafasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian juga untuk pernafasan perut.

Mekanisme pernafasan dada yaitu :

1. Fase Inspirasi Pernafasan Dada

Mekanisme inspirasi pernafasan dada sebagai berikut :

Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi  tulang rusuk terangkat (posisi datar)  Paru-paru mengembang  tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar  udara luar masuk keparu-paru.

2. Fase Ekspirasi Pernafasan Dada

Mekanisme ekspirasi pernafasan dada adalah sebagai berikut: Otot antar tulang rusuk relaksasi  tulang rusuk menurun  paru-paru menyusut

 tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar  udara keluar dari paru-paru.

Mekanisme Pernafasan Perut 1. Fase Inspirasi Pernafasan Perut

(28)

mendatar  paru-paru mengembang tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar  udara masuk dari paru-paru.

2. Fase Ekspirasi pernafasan perut

Mekanisme ekspirasi pernafasan perut sebagai berikut :

Otot diafraghma relaksasi  posisi dari mendatar kembali melengkung  paru-paru mengempis  tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar  udara keluar dari paru-paru.

2.1.6. Keluhan Pada Saluran Pernafasan

Gangguan pada fungsi paru biasanya ditandai dengan manifestasi klinik berupa keluhan atau gejala-gejala pada sistem pernafasan sebagaimana diuraikan berikut ini :

1. Bersin

Refleks bersin bermanfaat untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke rongga hidung atau saluran pernafasan bagian bawah.

2. Batuk

Batuk adalah suatu bentuk refleks perlindungan yang mengeluarkan sekret, lendir atau bahan iritan lainnya dari saluran nafas bagian bawah.

3. Nyeri Dada

(29)

4. Sesak Nafas

Sesak merupakan bertambahnya frekuensi pernafasan serta meningkatnya upaya seseorang untuk bisa bernafas (Tamher, Heryati, 2008).

2.1.7. Patologi Pada Sistem Pernafasan

1. Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin dan tenggorokan terasa gatal.

2. Asma merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.

3. ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring/laring yang dibedakan atas infeksi pada saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawah. Gejalanya pegal-pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala dan sakit pada tenggorokan

4. Infeksi kronis pada paru

Infeksi kronis pada paru dikenal dengan istilah PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) atau COPD (Chronic Obsructive Pulmonary Disease).

(30)

5. ARDS (Acute Respiratori Distress Syndrome) atau Gawat Nafas

Pada keadaan ini, membran alveolus / kapiler mengalami trauma secara difusi yang mengakibatkan permeabilitasnya meningkat, sehingga berakibat oedem paru-paru dan atelektasis. Atelektasis adalah menciutnya alveolus (kolaps) akibat penekanan. Sedangkan oedema paru menandai menumpuknya cairan pada jaringan paru akibat meningkatnya tekanan hidrostatik seperti pada kegagalan jantung kiri.

6. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri

mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya

bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas maka sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya nafas penderita terengah-engah.

(31)

2.1.8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pernafasan Berlangsung Normal

1. Suplai oksigen yang adekuat, apabila suplai oksigen terganggu disebabkan tercampurnya udara yang dihirup dengan gas-gas inert, asap, keracunan CO2 menyebabkan nyeri kepala, sesak nafas, lemah, mual, berkeringat, penglihatan kabur, pendengaran berkurang dan mengantuk.

2. Saluran udara yang utuh dimana tidak ada hambatan saluran udara yang mengalirkan O2 melalui trakheobronkhial menuju membran alveolus kapiler. 3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal. Jika fungsi dinding

dada lemah akan mempengaruhi pernafasan. Penyebabnya trauma pada dinding dada yang mengakibatkan fraktur iga.

4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama berfungsi membentuk unit pernafasan terminal dalam jumlah yang cukup.

5. Jumlah haemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel-sel tubuh. 6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif.

7. Berfungsinya pusat pernafasan (Soemantri, 2008).

2.2. Kayu Bakar

2.2.1. Definisi Kayu Bakar

(32)

penyebaran polusi ke udara yang sangat membahayakan kesehatan sistem pernafasan terutama pada kaum perempuan (Mansyur, 2006).

2.2.2. Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak

2.2.2.1. Frekuensi Memasak

Frekuensi memasak adalah jumlah berapa kali ibu rumah tangga memasak dengan menggunakan kayu bakar dalam sehari yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu frekuensi memasak 1 kali dan 2 kali dalam sehari. Untuk frekuensi memasak 1 kali lebih baik dimana hal ini dapat mengurangi resiko terhadap keterpaparan dengan asap dapur yang menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan.

2.2.2.2. Waktu Memasak

Lamanya waktu yang diperlukan ibu rumah tangga untuk memasak menggunakan bahan bakar seperti kayu bakar dalam sehari. Lama waktu memasak di dapur dapat digunakan sebagai indikator lama pajanan di dalam ruangan. Waktu memasak yang lebih lama berakibat buruk terhadap saluran pernafasan.

(33)

2.3. Karakteristik Responden 2.3.1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan – penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

2.3.2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.3.3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yaitu adanya faktor-faktor lingkungan yang dapat langsung menimbulkan kesakitan seperti bahan kimia, situasi pekerjaan yang penuh dengan stress, ada tidaknya gerak badan dalam pekerjaan, karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.

2.3.4. Pendapatan

(34)

Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dan sebagainya.

2.3.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Di dalam keluarga besar dan miskin anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang (Notoatmodjo, 2002). 2.4. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal

Persyaratan kesehatan rumah tinggal sesuai PerMenKes No.829/1999 adalah sebagai berikut :

a. Bahan bangunan

1. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan antara lain :

1. Debu total tidak lebih dari 150 µg /m3.

2. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam. 3. Timah Hitam ( Pb ) tidak melebihi 300 mg/kg.

2. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

b. Komponen dan Penataan Ruang Rumah

Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :

(35)

2. Dinding : di ruang tidur keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dan dibersihkan.

3. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

4. Bumbungan rumah yang memilki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir.

5. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, keluarga, makan, tidur, dapur, kamar mandi dan ruang bermain anak.

6. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. c. Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan. d. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : 1. Suhu udara berkisar antara 18 – 300C.

2 . Kelembapan udara berkisar antara 40 – 70 %.

(36)

e. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10 % dari luas lantai.

f. Binatang Penular Penyakit

Tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah. g. Penyediaan Air

1. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ hari. 2. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum

menurut PerMenKes No.416 Tahun 1990 dan KepMenKes No.907 Tahun 2002.

3. Sarana Penyimpanan Makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman. i. Pembuangan Limbah

1. Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

2. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

j. Kepadatan hunian

(37)

2.5. Pencemaran Udara Pada Lingkungan Rumah

Udara yang bersih merupakan komponen utama dalam rumah dan sangat diperlukan oleh manusia untuk hidup sehat. Sirkulasi udara yang bersih berkaitan dengan masalah ventilasi. Rumah yang tidak memiliki ventilasi seperti jendela dan lubang angin menyebabkan udara yang tercemar tidak dapat keluar.

Pencemaran udara yang banyak timbul adalah SO2 selain itu juga terdapat bahan pencemar lain seperti NH3. Semua gas-gas dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan iritasi pada saluran nafas (Achmadi, 1998).

Turunnya kualitas udara di dalam rumah antara lain disebabkan oleh berbagai sumber polutan udara. Sumber polutan yang berasal dari alamiah berasal dari dalam tanah, hutan/ pegunungan adalah radon, methane, uap air / kelembapan. Dan yang berasal dari aktivitas manusia seperti kegiatan memasak di dapur baik menggunakan bahan bakar gas, minyak dan kayu bakar. Dapur yang sehat akan mudah membuang asap dengan saluran pembuangan ataupun ventilasi yang cukup. Dimana fungsi dapur sebagai tempat menyimpan dan mengolah makanan, menuntut kondisi yang bersih dan higienis. Polutan/pencemar dari asap dapur yang merupakan hasil pembakaran tak sempurna yaitu partikel arang, gas-gas COx, SOx dan NOx (Kartika ; Sofi, 2002).

2.6. Polutan Penyebab Pencemaran Udara a. Sulfur Dioksida (SO2)

(38)

dalam air, sebagian besar SO2 akan diserap di dalam rongga hidung atau saluran pernafasan bagian atas. Hal ini berakibat akan timbulnya penyakit radang batang tenggorokan kronis atau asma.

b. Gas Oksida Nitrogen (NOx)

Di dalam proses pembakaran minyak tanah atau batu bara, Nitrogen yang terkandung di dalam udara akan ikut terbakar menjadi gas Oksida Nitrogen. Karena sukar larut di dalam air, gas Oksida Nitrogen akan masuk ke hidung sehingga mencapai gelembung paru-paru. Berdasar hasil penelitian ilmu epidemiologi, kadar gas Oksida Nitrogen di udara disebutkan mempunyai kaitan dengan jumlah kasus penyakit Bronkitis kronis.

c. Gas Karbon Monoksida (CO)

Gas Karbon Monoksida dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari minyak tanah atau batu bara. Karena sukar larut di dalam air, gas Karbon monoksida akan masuk, sehingga mencapai gelembung paru-paru.

Dibanding dengan Karbon dioksida, Karbon monoksida lebih mudah berikatan dengan haemoglobin yang ada di dalam darah, sehingga menganggu transportasi oksigen oleh darah (Fardiaz, 1992).

2.7. Konsep Perilaku

(39)

maupun eksternal. Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang berperilaku, maka terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam dari mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption yakni subjek tidak berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulasi.

Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif atau tanpa tindakan (Notoatmodjo, 2003).

(40)

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang dihadapi di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budidaya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.7.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

(41)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan. Contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

(42)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.7.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sifat tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Newcomb, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

(43)

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Misalnya seorang ibu yang mengajak tetangganya untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

(44)

KB meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orangtuanya sendiri (Notoatmodjo, 2003).

2.7.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tindakan terdiri dari 4 tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

2. Respon terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator tindakan tingkat dua.

Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari cara mencuci dan memotongnya, lama memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

3. Mekanisme (Mecanism)

(45)

4. Adaptasi (Adaptation) yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.8. Kerangka Konsep

aa

Aspek perilaku kesling perumahan 1. Pengetahuan

5. Jumlah tanggungan keluarga

Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif sederhana yaitu untuk mengetahui perilaku dan karakteristik ibu rumah tangga terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai. Adapun alasan pemilihan lokasi dalam penelitian adalah :

1. Masih tingginya kasus gangguan pernafasan (ISPA) di Kec.Dolok Masihul

2. Masih banyak ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul.

3. Belum pernah diadakan penelitian mengenai penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul.

3.2.2. Waktu Penelitian

(47)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai dengan jumlah 1272 KK.

3.3.2. Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini, menggunakan rumus Taroyamane yang dikutip Notoatmodjo (2003), sebagai berikut :

Rumus :

N n =

1 + N (d2)

Keterangan :

N = besar populasi n = besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (10%) N = 1272 KK

maka :

1272 n =

(48)

1272 n =

1 + 12,72 1272 n =

13,72

n = 92,71  93 responden

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh maka jumlah sampel adalah 93 responden dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik purporsive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Kriteria inklusi - Ibu rumah tangga

- Menggunakan kayu bakar untuk memasak - Bersedia menjadi responden

- Berada di desa Bantan Kec.Dolok Masihul 3. Kriteria eksklusi

- Bukan ibu rumah tangga

- Tidak menggunakan kayu bakar untuk memasak - Tidak bersedia menjadi responden

(49)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dan observasi dengan menggunakan kuesioner yang telah berisi daftar pertanyaan serta jawaban yang telah dipersiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor kepala desa, Puskesmas Dolok masihul Kab.Serdang Bedagai dan instansi terkait lainnya.

3.5. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

1. Perilaku terdiri

dari :

Wawancara Kuesioner − Baik >75% dari

jumlah skor

− Sedang 45-75% dari jumlah skor

(50)

3. Tindakan Suatu bentuk

Wawancara Kuesioner − 21-30 tahun

− 31-40 tahun

− 41-50 tahun

− > 50 tahun

5. Pendidikan Tingkat pendidikan

formal yang telah

diselesaikan atau

ditamatkan

responden

Wawancara Kuesioner − Tidak sekolah

− SD

− SMP

− SMA

6. Pekerjaan Suatu kegiatan yang

dilakukan responden

untuk mendapatkan

uang

Wawancara Kuesioner − Ibu rumah tangga

− Wiraswasta

− PNS

7. Pendapatan Hasil rata-rata (mata

uang) yang diperoleh

responden melalui

pekerjaan dalam satu

bulan.

Wawancara Kuesioner − Rp.< 822.205,-

− Rp.> 822.205,-

(51)

8. Jumlah

terdiri dari ayah, ibu,

dan anak yang

tinggal dalam satu

rumah.

Wawancara Kuesioner − 1-2 orang

− 3-5 orang

Wawancara Kuesioner − Bersin

− Batuk

− Nyeri dada

− Sesak nafas

(52)

3.6. Aspek Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert (Sugiyono, 2002). 1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 dan total skor sebesar 20 dengan kriteria sebagai berikut :

Untuk pertanyaan yang mempunyai 2 (dua) pilihan: 1. Jawaban a : 2

2. Jawaban b : 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:

1. Baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki nilai (skor) >15 dari seluruh pertanyaan yang ada.

2. Sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki nilai (skor) 9-15 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3. Buruk apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki (skor) < 9 dari seluruh pertanyaan yang ada.

2. Sikap

Diukur dengan pemberian skor terhadap kuesioner yang telah diberikan bobot. Jumlah pertanyaan 10, total skor 20 dengan kriteria sebagai berikut :

(53)

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu : 1. Baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki nilai (skor) > 15

dari seluruh pertanyaan yang ada.

2. Sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki nilai (skor) 9-15 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3. Buruk apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki nilai (skor) < 9 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3. Tindakan

Diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Guttman. Jumlah pertanyaan 10 dan total skor 20, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban a (ya) : 2 2. Jawaban b (tidak) : 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu : 1. Baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki nilai (skor) > 15

dari seluruh pertanyaan yang ada.

2. Sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki nilai (skor) 9-15 dari seluruh pertanyaan yang ada.

(54)

4. Karakteristik Responden

Cara pengukurannya dengan menanyakan langsung kepada responden dalam penelitian ini. Pengukuran karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga.

a. Umur

Pengukuran umur menggunakan Skala Ordinal (Riyanto,2009). Dan menurut WHO pembagian umur menurut interval 10 tahun (Notoatmodjo, 2002) yaitu :

1. 21-30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun 4. > 50 tahun b. Pendidikan

Pengukuran pendidikan menggunakan Skala Ordinal yaitu mengurutkan dari jenjang paling rendah sampai jenjang tertinggi dan sebaliknya. Yaitu :

1. Tidak Sekolah 2. SD

(55)

Pengukuran pekerjaan menggunakan Skala Nominal yaitu skala paling sederhana atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya, yaitu :

1. Ibu rumah tangga 2. Wiraswasta 3. PNS d. Pendapatan

Pengukuran pendapatan menggunakan Skala Nominal yaitu skala paling sederhana atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya, Yaitu : 1. Rp. < 822.205,-

2. Rp. > 822.205,-

e. Jumlah tanggungan keluarga

Pengukuran jumlah tanggungan keluarga menggunakan Skala Ordinal yaitu mengurutkan dari jenjang paling rendah sampai jenjang tertinggi dan sebaliknya. Yaitu :

1. 1-2 orang 2. 3-5 orang

(56)

5. Frekuensi Memasak

Cara pengukurannya dengan menanyakan langsung kepada responden yang menggunakan kayu bakar berapa kali memasak dalam sehari. Skala pengukuran adalah Skala Ordinal dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Baik (frekuensi 1 kali) = 2 2. Tidak baik (frekuensi 2 kali) = 1 6. Waktu Memasak

Cara pengukurannya dengan menanyakan langsung kepada responden yang menggunakan kayu bakar berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memasak dalam sehari. Skala pengukuran adalah Skala Ordinal dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Baik ( < 2 jam ) = 2 2. Tidak baik ( > 2 jam ) = 1 7. Keluhan saluran pernafasan

Cara pengukurannya berdasarkan keterangan dari responden. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Ordinal yang dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Ada keluhan (bila ada jawaban ya) = 2

(57)

3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a. Editing (Memeriksa data)

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan dan konsisten.

b. Coding (Memberi kode)

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk huruf menjadi data atau bilangan. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga entry data.

c. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan,

disusun, ditata dan dianalisis (Sugiyono, 2002).

3.7.2. Analisa Data

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi Desa Bantan

Desa Bantan merupakan salah satu desa yang ada di wilayah Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai, terdiri dari 9 dusun dengan luas area 864 ha, dan beriklim tropis. Secara Geografi Desa Bantan berbatasan dengan :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pertambatan b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cemara

c) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bambangan, dan d) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Silau Bandar.

Jumlah penduduk wilayah Desa Bantan sebanyak 1272 KK atau 6010 jiwa. Penghasilan utama masyarakat Desa Bantan sebagian besar petani dan sebagian lainnya penduduk bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai negeri sipil.

Desa Bantan memiliki sarana pendidikan yaitu SD 2 unit, sarana peribadatan yaitu mesjid 7 unit, sarana kesehatan seperti Puskesmas Pembantu 1 unit, Poliklinik 1 unit dan jumlah Posyandu 9 unit yang masing-masing berada di setiap dusun di Desa Bantan.

4.1.2. Keadaan Demografi Desa Bantan

(59)

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2008

Tabel 4.1. dapat diketahui distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul paling tinggi berada pada kelompok umur 35-39 tahun sebanyak 1668 jiwa (27,7%), dan paling sedikit pada kelompok umur yaitu > 59 tahun sebanyak 21 jiwa (0,3%).

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai 2008

No Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan

Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Petani 1082 85,1

2 Wiraswasta 188 14,8

3 Pegawai Negeri Sipil 2 0,1

Total 1272 100

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

(60)

Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa pada umumnya penduduk bekerja sebagai petani yaitu 1082 KK (85,1%), dan sebagian lainnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yaitu 2 KK (0,1%).

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Agama Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai 2008

No Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Agama

Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Islam 1266 99,5

2 Kristen 6 0,5

Total 1272 100

Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pada umumnya penduduk di Desa Bantan menganut agama Islam sebanyak 1266 KK (99,5%) dan sebagian lainnya menganut agama Kristen sebanyak 6 KK (0,5%).

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Kelompok Umur Di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

(61)

Tabel 4.4. diketahui bahwa usia responden paling banyak berada pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu 35 orang (37,7%). Dan kelompok umur yang paling sedikit adalah umur > 50 tahun ada 5 orang (5,4%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 16 17,2

2 SD 50 53,8

3 SMP 16 17,2

4 SMA 11 11,8

Total 93 100

Tabel 4.5. diketahui bahwa mayoritas responden di Desa Bantan memiliki pendidikan SD sebanyak 50 orang (53,8%), hal ini dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah SMA sebanyak 11 orang (11,8%).

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai 2009

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Ibu rumah tangga 91 97,8

2 Wiraswasta 2 2,2

Total 93 100

(62)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul

Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Persentase (%)

1 1-2 orang 19 20,4

2 3-5 orang 30 32,2

3 > 5 orang 44 47,4

Total 93 100

Tabel 4.7. diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga responden dalam satu rumah sebagian besar terdiri dari >5 orang sebanyak 44 orang (47,4%) dan termasuk dalam kategori keluarga besar. Dan yang paling sedikit 19 orang (20,4%) merupakan keluarga kecil yang terdiri dari 1-2 orang dengan jumlah tanggungan keluarga.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

No Pendapatan Jumlah Persentase (%)

1 Rp.< 822.205,- 73 78,4 2 Rp.> 822.205,- 20 21,6

Total 93 100

(63)

4.3. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden tentang penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

No Pengetahuan Responden Jawaban Responden Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Udara yang dihirup harus bebas pencemaran.

42 45,1 51 54,9 93 100 2 Memasak di dalam rumah bisa

membuat udara tercemar.

53 56,9 40 43,1 93 100 3 Memasak dengan

mengguna-kan kayu bakar lebih mengotori udara di dalam rumah dari pada bahan bakar lainnya.

54 58,6 39 41,4 93 100

4 Menggunakan kompor,listrik atau gas lebih baik untuk terhindar dari udara yang tercemar di dalam rumah.

55 59,1 38 40,9 93 100

5 Memasak di luar rumah bisa mengurangi udara kotor di dalam rumah.

49 52,7 44 47,3 93 100

6 Dengan adanya ventilasi seperti jendela atau cerobong asap dapat mengurangi pencemaran udara di dalam rumah.

47 50,6 46 49,4 93 100

7 Balita paling sensitif terhadap udara yang tercemar(kotor) di

(64)

No Pengetahuan Responden Jawaban Responden

9 Udara yang tercemar dapat menyebabkan keluhan pada saluran pernafasan.

44 47,3 49 52,7 93 100

10 Informasi tentang penyakit pada saluran pernafasan diperoleh dari TV dan radio.

63 67,7 30 32,3 93 100

(65)

responden yang paling sedikit mengetahui udara yang dihirup harus bebas pencemaran ada 42 orang (45,1%).

4.4 Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan responden meliputi penyebab udara tercemar di dalam rumah, dampak pencemaran udara di dalam rumah, cara menghindari udara yang tercemar dan sumber informasi tentang penyakit pada saluran pernafasan.

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka pengetahuan dikategorikan ke dalam 3 kategori yaitu pengetahuan baik, sedang dan buruk. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak Dan Keluhan Saluran Pernafasan Di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 5 5,3

2 Sedang 66 70,1

3 Buruk 22 23,6

Total 93 100

(66)

4.5. Sikap Responden

Sikap responden terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Sikap di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

No Pertanyaan

1 Udara yang dihirup harus bebas pencemaran.

30 32,2 63 67,8 93 100 2 Memasak di dalam rumah bisa

membuat udara tercemar.

55 59,1 38 40,9 93 100 3 Memasak dengan menggunakan

kayu bakar lebih mengotori udara di dalam rumah dari pada bahan bakar lainnya.

55 59,1 38 40,9 93 100

4 Menggunakan kompor,listrik atau gas lebih baik untuk terhindar dari udara yang tercemar di dalam rumah

29 31,2 64 68,8 93 100

5 Memasak di luar rumah bisa mengurangi udara kotor di dalam rumah.

54 58,6 39 41,4 93 100

6 Dengan adanya ventilasi seperti jendela atau cerobong asap dapat mengurangi pencemaran udara di dalam rumah.

56 60,2 37 39,8 93 100

7 Balita paling sensitif terhadap udara yang tercemar (kotor) di dalam rumah

50 53,8 43 46,2 93 100

8 Salah satu cara untuk menghindari udara yang tercemar adalah menggunakan masker (penutup mulut).

35 37,7 58 62,3 93 100

9 Mengganti bahan bakar kayu dengan kompor minyak, listrik atau gas.

(67)

No Pertanyaan

Jawaban Responden Setuju Tidak

Setuju

Total

n % n % N %

10 Informasi tentang penyakit pada saluran pernafasan diperoleh dari TV dan radio.

55 59,1 38 40,9 93 100

Tabel 4.11. dapat diketahui bahwa sikap responden mayoritas adalah dalam kategori sedang sebanyak 60 orang (64,5%), yang didukung oleh jawaban responden setuju terhadap dengan adanya ventilasi seperti jendela atau cerobong asap dapat mengurangi pencemaran udara dalam rumah sebanyak 56 orang (60,2%), setuju terhadap memasak didalam rumah bisa membuat udara tercemar, setuju terhadap memasak dengan menggunakan kayu bakar lebih mengotori udara didalam rumah dari pada bahan bakar lainnya dan setuju terhadap informasi tentang penyakit pada saluran pernafasan diperoleh dari TV dan radio masing-masing sebanyak 55 responden (59,1%), setuju terhadap memasak di luar rumah bisa mengurangi udara kotor didalam rumah sebanyak 54 orang (58,6%) dan responden yang paling sedikit setuju terhadap mengganti bahan bakar kayu dengan kompor minyak, listrik atau gas yaitu 23 orang (24,8%).

4.6. Kategori Responden Berdasarkan Sikap

(68)

rumah, dampak pencemaran udara di dalam rumah, cara menghindari udara yang tercemar dan sumber informasi tentang penyakit pada saluran pernafasan.

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka sikap responden dikategorikan dalam 3 kategori yaitu sikap dengan kategori baik, sedang dan buruk.

Tabel 4.12. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Bahan Bakar Memasak Dan Keluhan Saluran Pernafasan Di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009

No Kategori Sikap Jumlah Persentase (%)

1 Baik 1 1,1

2 Sedang 60 64,5

3 Buruk 32 34,4

Total 93 100

Tabel 4.12. diketahui bahwa responden yang mempunyai sikap terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran

pernafasan dalam kategori sedang adalah yang paling dominan sebanyak 60 orang (64,5%) dan yang paling sedikit adalah sikap dalam kategori baik yaitu 1 orang (1,1%).

4.7. Tindakan Responden

Gambar

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan                  Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Kepala Keluarga Menurut Agama Di Desa       Bantan Kec.Dolok Masihul Kab
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Di  Desa        Bantan Kec
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan                      Di Desa Bantan Kec.Dolok Masihul Kab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang mempunyai kekhasannya masing-masing, salah satunya adalah suku atau etnis Betawi yang berada di Kampung

LAMPIRAN : Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 208/KEP-DJPB/2014 Tentang Pendampingan Teknologi Oleh Unit Pelaksana Teknis Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Di

Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan, yang dimana pada siklus I tindakan I anak tidak bermain dalam melaksanakan drama, anak dapat

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpulkan permasalahan yang dihadapi lembaga pemerintah (dhi. pembayaran, pelayanan, kontrak dan pengelolaan proyek) adalah bahwa ketika

perilaku manusia modern dalam memberdayakan informasi yang diterima. Bagaimana kemampuan masyarakat dalam memahami, menganalisis, menilai dan mengkritisi informasi yang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu bantuan berupa informasi yang dibutuhkan bagi perusahaan dalam menciptakan atau meningkatkan loyalitas pelanggan

Perilaku konsumen di perbankan syari‘ah dikaji dalam perspektif Hukum Islam, Ilmu Ekonomi, Sosiologi, Psikologi dan Antropologi merupakan bentuk kolaborasi

Hal ini tentu harus dibarengi dengan bukti-bukti sah kepemilikan tersebut yang berasal dari bagian pertanahan negara berupa akta tanah dan surat-surat resmi