TERHADAP KINERJ A MANAJ ERIAL PADA PT. BARINDO
ANGGUN INDUSTRY, SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
TRI SETYAJ I INDRA SAPUTRA
0813010070 / FE / EA
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SURABAYA
hidayah- Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisann skripsi yang merupakan
salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Pelimpahan
Wewenang dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Manajerial”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung baik dalam bentuk dukungan, do’a maupun bimbingan yang telah
diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, MSi, selaku Wakil Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE. MSi, selaku Ketua Program Studi
6. Bapak Drs. Ec. Sjarief Hidajat MSi, selaku Dosen Wali.
7. Kedua orangtua penulis, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa
dan dukungannya kepada penulis, serta keluarga besar.
8. Kepada Widha Ayu Saputri yang selalu mendukung serta memotivasi
saya tanpa putus asa.
9. Seluruh teman-teman Zone-B dan Zone B family yang selalu
mendukung, serta teman–teman lain yang turut memberikan motivasi
kepada saya.
10. Kepada PT Barindo Anggun Industri Kota Surabaya, yang telah
membantu memberikan informasi dalam menyusun skripsi.
11. Serta pihak –pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. penulis juga berharap, skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Mei 2012
ANGGUN INDUSTRY, SURABAYA
Abstr ak
Tri Setyaji Indra Saputr a
PT. Barindo Anggun Industry merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang indutri pembuatan meteran air dan kran air, didalam menjalankan usahanya PT. Barindo Anggun Industry sangat berkaitan erat dengan permintaan pelanggan karena desain dan kualitas yang baik dari produk yang dihasilkan. Pencapaian tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus mengandalkan peran aktif dari seluruh sumber daya manusia yang dimiliki dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan, tetapi pada kenyataana produktivitas kerja karyawan pada PT. Barindo Anggun Industry kurang baik, hal ini tercermin dari besarnya realisasi hasil penjualan tidak sesuai dengan besarnya target penjualan yang dianggarkan oleh perusahaan.
Variabel dalam penelitian ini adalah Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1), Pelimpahan Wewenang (X2), Kerjasama Tim (X3) dan Kinerja Manajerial (Y). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh manajer yang terdapat pada perusahaan PT. Barindo Anggun Industry di Surabaya yang terlibat dalam kinerja manajerial sejumlah 35 orang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian menggunakan teknik regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1), Pelimpahan Wewenang (X2) dan Kerjasama Tim (X3) berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Y) pada perusahaan PT. Barindo Anggun Industry di Surabaya.
Keywords : Partisipasi Penyusunan Anggaran, Pelimpahan Wewenang, Kerjasama
HALAMAN J UDUL
HALAMAN PERSETUJ UAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAKSI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Anggaran ... 14
2.2.1.1 Pengertian Anggaran ... 14
2.2.1.2 Fungsi Anggaran ... 16
2.2.2 Pelimpahan Wewenang ... 21
2.2.2.1 Konsep Pendelegasian Wewenang ... 21
2.2.2.2 Pengertian Sistem Disentralisasi ... 23
2.2.2.3 Keuntungan-keuntungan dari Disentralisasi ... 24
2.2.3 Kerjasama Tim (team work) ... 25
2.2.3.1 Pengertian Kerjasama Tim (team work) .... 25
2.2.3.2 Faktor-faktor Penghambat Kesuksesan Kerjasama Tim ... 27
2.2.3.3 Kunci Keberhasilan Kerjasama Tim ... 28
2.2.4 Kinerja Manajerial ... 31
2.2.4.1 Pengukuran Kinerja Manajerial ... 32
2.2.4.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Manajerial ... 33
2.2.4.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Manajerial ... 36
2.2.4.4 Tugas dan Pekerjaan Manajer ... 36
2.2.5 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 40
2.2.8 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Pelimpahan Wewenang dan Kerjasama Tim
Terhadap Kinerja Manajerial ... 42
2.3 Kerangka Pikir ... 45
2.4 Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 48
3.1.1 Definisi Operasional ... 48
3.1.2 Pengukuran variabel ... 49
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 53
3.2.1 Populasi ... 53
3.2.2 Sampel ... 53
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.3.1 Jenis Data ... 54
3.3.2 Sumber data ... 54
3.3.3 Pengumpulan Data ... 55
3.4 Uji Kualitas data ... 55
3.4.1 Uji Validitas ... 55
3.6 Teknik Analisis ... 58
3.7 Uji Hipotesis ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 63
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 63
4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 64
4.1.3 Tujuan Perusahaan ... 65
4.1.4 Struktur Organisasi ... 66
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 77
4.2.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) .... 77
4.2.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pelimpahan Wewenang (X2) ... 78
4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Kerjasama Tim (X3) ... 79
4.2.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 80
4.3 Uji Kualitas Data ... 81
4.3.1 Uji Validitas ... 81
4.3.1.3 Uji Validitas pada Variabel Kerjasama
Tim (X3) ... 84
4.3.1.4 Uji Validitas pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 85
4.3.2 Uji Realibilitas ... 86
4.3.3 Uji Normalitas ... 87
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 87
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 87
4.4.2 Model Regresi Linier Berganda ... 89
4.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 90
4.4.4 Uji Kecocokan Model (Uji F) ... 91
4.4.5 Uji Hipotesis (Uji t) ... 92
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 93
4.5.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Pelimpahan Wewenang dan Kerjasama Tim Terhadap Variabel Kinerja Manajerial ... 93
4.5.2 Implikasi Praktis ... 96
4.5.3 Perbedaan Peneliti dengan penelitian Terdahulu .... 97
5.2 Saran ……….. ... 99
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Dewasa ini perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin pesat,
dampak dari semua ini adalah semakin pesatnya kondisi persaingan yang terjadi
antar perusahaan. Sejalan dengan itu, perusahaan-perusahaan berusaha melakukan
perbaikan-perbaikan atau perubahan-perubahan terhadap kualitas dan sarana
pengelolaan perusahaan baik dalam perencanaan maupun pengalokasian sumber
daya yang terbatas. Keadaan ini memaksa perusahaan mengembangkan usahanya
semaksimal mungkin serta mempertahankan kondisi perusahaan agar selalu dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Perusahaan sebagai unit kesatuan yang terintegrasi, dengan tujuan
menghasilkan laba dewasa ini dituntut untuk dapat bersaing dalam lingkungan
bisnis. Agar dapat bersaing, perusahaan harus melaksanakan fungsi-fungsi dalam
manajemen terutama fungsi perencanaan (Hafiz, 2007 : 1). Menurut Nafarin
(2004 : 4), “perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan
asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan
datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan”. Komponen penting dalam fungsi
perencanaan adalah membuat anggaran.
Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun
berdasarkan program-program yang telah disahkan atau anggaran merupakan alat
digantikan manajemen (Nafarin, 2000 : 9). Menurut Schieff dan Lewis (1970)
dalam Riyadi (2000 : 137), anggaran yang telah disusun memiliki dua peran yang
meliputi : (1) anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran
tersebut berisi tentang ringkasan rencana-rencana kegiatan organisasi di masa
yang akan datang, dan (2) anggaran berperan sebagai kriteria kinerja, yaitu
anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.
Anggaran menggambarkan kondisi suatu perusahaan yang diharapkan dimasa
yang akan datang selain itu anggaran juga merupakan pertimbangan untuk
meningkatkan kinerja manajemen perusahaan.
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua
pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuatan keputusan
tersebut (Mulyadi, 2001 : 513). Selain itu partisipasi sebagai suatu proses
pengambilan keputusan bersama antar dua pihak atau lebih, yang akan membawa
pengaruh pada masa yang akan datang bagi para pembuat keputusan (Sari, 2009).
Penyusunan anggaran (Nafarin, 2000) adalah proses penentuan peran
setiap manajer dalam melaksanakan program, dalam proses penyusunan anggaran
memerlukan kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan. Tujuan penyusunan
anggaran (Nafarin, 2000) untuk mengetahui terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam perusahaan, baik yang menguntungkan maupun merugikan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam (Hafiz, 2007 : 2)
“Terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran, yaitu
Top-down (pendekatan dari atas ke bawah), Bottom-up (pendekatan dari bawah ke
tersebut, yaitu pendekatan partisipasi”. Inti dari partisipasi dalam penyusunan
anggaran adalah diperlukan kerjasama antara seluruh tingkat organisasi. Manajer
puncak biasanya kurang mengetahui bagian sehari-hari, sehingga harus
mengandalkan informasi anggaran yang lebih rinci dari bawahannya, dari sisi lain,
manajer puncak mempunyai perspektif yang lebih luas atas perusahaan secara
keseluruhan yang sangat vital dalam pembuatan anggaran secara umum. “Setiap
tingkatan tanggung jawab dalam suatu organisasi harus memberikan masukan
terbaik sesuai dengan bidangnya dalam suatu sistem kerjasama penyusunan
anggaran” (Garrison dan Noreen,2000 : 409) dalam (Hafiz, 2007 : 2).
Menurut Bruns dan Weterhause (1975) dalam (Riyadi, 2000 : 139)
menunjukkan bahwa manajer atau bawahan dalam organisasi yang tingkat
desentralisasinya tinggi merasa dirinya orang yang lebih berpengaruh, lebih
berpartisipasi dalam perencanaan anggaran, dan merasa dipuaskan dengan
kegiatan yang berhubungan dengan anggaran. Sebaliknya dalam organisasi
dengan tingkat desentralisasinya rendah (sentralisasi), manajer merasa dirinya
dianggap kurang bertanggung jawab, sedikit terlibat dalam perencanaan anggaran,
dan mengalami tekanan dari atasan, mereka merasa anggaran sebagai sesuatu
yang kurang berguna dan membatasi keleluasaan mereka (Brownell, 1982a)
dalam (Riyadi, 2000 : 139). Gul et al. (1995) dalam (Riyadi, 2000 : 139)
menemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja
manajerial akan berpengaruh positif dalam organisasi yang pelimpahan
wewenangnya bersifat desentralisasi, dan akan berpengaruh negatif dalam
Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan manajer
operasional dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai
rangkaian kegiatan di masa yang akan datang yang akan ditempuh oleh manajer
operasional tersebut dalam mencapai sasaran anggaran (Mulyadi, 2001 : 513).
Sistem yang diberlakukan perusahaan juga mengatur pelimpahan wewenang,
dimana dalam pelimpahan wewenang yang ada di perusahaan akan menimbulkan
kepercayaan dan motivasi bagi pegawainya untuk melaksanakan tugasnya, dengan
demikian kinerja manajerial dapat dilihat dari bagaimana motivasi yang diberikan
terhadap pegawai untuk mencapai tujuan perusahaan dan sejauh mana partisipasi
manajer dalam menyusun serta tata cara pelimpahan wewenang yang dilakukan
(Sukardi, 2004) dalam (Nurdiana, 2008 : 5).
Paradigma kerjasama tim merupakan salah satu karakter sentral
manajemen kualitas total (TQM), hakekatnya Total Quality Management adalah
perbaikan proses dan pelibatan karyawan yang merupakan bagian vital dari
perbaikan proses (Stephen P.Robbins, Marry Coulter, 1999 : 449), jadi Total
Quality Management merupakan suatu teknik yang sering digunakan oleh
perusahaan manufaktur dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Lingkungan yang dinamik dan kompleks merupakan pembuatan keputusan
yang cepat, pendekatan fleksibel, pekerjaan berdasarkan knowledge serta proses
intensif capital (Lawler, 1993) dalam (Diana, 2003 : 754). Pada kondisi tersebut
membutuhkan keterlibatan pekerjaan yang sangat tinggi dalam organisasi melalui
pembentukan tim.Kerjasama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam
Adanya kerjasama yang kompak antara atasan dan bawahan atau dengan
mitra kerja akan memungkinkan terjadinya penambahan laba perusahaan,
pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang
diharapkan, untuk itu diperlukan usaha mengatasi yang dapat menghambat
kesuksesan kerjasama tim dan dibutuhkan pula berbagai upaya agar tim dapat
mencapai misi dan tujuan pembentukannya (Goetch dan Davis, 1997 : 218-219)
dalam (Mahanani, 2009 : 2-3).
Kinerja manajer adalah kerja manajer perusahaan dari aspek manajerial
dalam memanfaatkan aset-aset perusahaan untuk mencapai (wealth creating
institution) melalui kemampuan serta usaha beberapa orang lain yang berada
didalam daerah wewenangnya (Mulyadi, 2001 : 164). Kinerja manajerial yang
akan dicapai oleh manajer meliputi aktifitas atau kegiatan-kegiatan manajerial
yang meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,
pengawasan, pengaturan staff (staffing), negosiasi dan perwalian / represtasi
(Riyadi, 2000 : 141).
Kinerja yang efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan
mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan
anggaran serta memotivasi bawahan mengidentifikasi dan melakukan negosiasi
dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan
melaksanakannya sehingga dapat terhindar dari dampak negatif anggaran (Dunk
dalam Poerwati, 2002 :738).
PT. Barindo Anggun Industry merupakan perusahaan yang bergerak dalam
usahanya PT. Barindo Anggun Industry sangat berkaitan erat dengan permintaan
pelanggan karena desain dan kualitas yang baik dari produk yang dihasilkan.
Pencapaian tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang maksimal,
maka perusahaan harus mengandalkan peran aktif dari seluruh sumber daya
manusia yang dimiliki dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan,
tetapi pada kenyataana produktivitas kerja karyawan pada PT. Barindo Anggun
Industry kurang baik, hal ini tercermin dari besarnya realisasi hasil penjualan
tidak sesuai dengan besarnya target penjualan yang dianggarkan oleh perusahaan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan data hasil penjualan yang
diperoleh oleh PT. Barindo Anggun Industry, Surabaya. Tahun 2009-2011, yang
disajikan pada tabel 1, sebagai berikut :
Tabel 1 : Data Realisasi Hasil Penjualan
PT. Bar indo Anggun Industr y, Surabaya
Tahun 2009-2011
Tahun Tar get Penjualan Realisasi Penjualan Selisih
2009 Rp. 15.500.000.000,- Rp. 13.700.000.000,- Rp. 1.800.000.000,- 2010 Rp. 15.250.000.000,- Rp. 12.460.000.000,- Rp. 2.790.000.000,- 2011 Rp. 18.500.000.000,- Rp. 15.000.000.000,- Rp. 3.500.000.000,- Sumber : PT. Bar indo Anggun Industr y
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa dapat diketahui bahwa
hasil penjualan yang terjadi pada PT. Barindo Anggun Industry, Surabaya selama
tiga tahun yaitu tahun 2009-2011, tidak sesuai dengan apa yang dianggarkan oleh
mengakibatkan daya beli menurun, selain ini banyaknya perusahaan pesaing yang
mengakibatkan penjualan menurun.
Adanya pengolahan kegiatan manajemen perusahaan berdasarkan
prinsip-prinsip efisiensi, dengan memperhatikan azas-azas ekonomi perusahaan untuk
mencapai hasil yang diharapkan, untuk bisa meningkatkan kinerja manajerial,
maka harus dibutuhkan partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran dan
kerjasama tim agar berjalan dengan baik dan optimal. Disamping itu pelimpahan
wewenang juga menjadi tolok ukur untuk meningkatkan kinerja manajerial.
Dengan pelimpahan wewenang yang bersifat desentralisasi, maka dapat
memberikan peningkatan kinerja dan pada akhirnya target anggaran dapat
terealisasi.
Dan dari uraian diatas maka dapatlah menjadi gambaran bagaimana
kinerja manajerial PT. Barindo Anggun Industry Surabaya pada periode 2009,
2010, dan 2011, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Penga r uh Par tisipasi Penyusunan Anggaran, Pelimpahan Wewenang dan
Ker jasama Tim Ter hadap Kiner ja Manajer ial pada PT. Bar indo Anggun
Industr y, Sur abaya “.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah partisipasi penyusunan anggaran,
pelimpahan wewenang dan kerjasama tim berpengaruh terhadap kinerja
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menguji secara empiris pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, pelimpahan
wewenang dan kerjasama tim terhadap kinerja manajerial pada PT. Barindo
Anggun Industry ?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran secara realistis
tentang permasalahan dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan yang
pernah penulis pelajari sehingga akan membuka wawasan berpikir dalam
praktek dunia usaha.
2. Bagi Per usahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dan
pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan yang akan menentukan kebijakan perusahaan yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi agar lebih produktif dan efisien.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Universitas sebagai
dharma bhakti terhadap perguruan tinggi, serta dapat digunakan sebagai
referensi penelitian lain sesuai dengan materi yang berhubungan dengan
9
2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan
penelitian ini telah dilakukan oleh :
A. Slamet Riyadi (2000)
a. Judul :
Motivasi dan pelimpahan wewenang sebagai variabel moderating dalam
hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial.
b. Permasalahan :
Apakah motivasi dan derajat pelimpahan wewenang dalam organisasi yang
berfungsi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial ?
c. Kesimpulan :
1. Interaksi antara motivasi dengan partisipasi penyusunan anggaran
2. Interaksi antara pelimpahan wewenang dengan partisipasi penyusunan
anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
B. Mar ia Rosar i P (2010)
a. Judul :
Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan pelimpahan wewenang
terhadap kinerja manajerial pada PT. Tri Anugerah Perdana Surabaya.
b. Permasalahan :
1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran dan pelimpahan wewenang
berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Tri Anugerah
Perdana Surabaya ?
2. Manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan antara partisipasi
penyusunan anggaran dan pelimpahan wewenang terhadap kinerja
manajerial pada PT. Tri Anugerah Perdana Surabaya ?
c. Kesimpulan
1. Partisipasi penyusunan anggaran dan pelimpahan wewenang tidak
berpengaruh secara bersamaan terhadap kinerja manajerial pada PT. Tri
Anugerah Perdana Surabaya.
2. Pertisipasi manajer dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh
yang lebih besar terhadap kinerja manajerial pada PT. Tri Anugerah
C. Ema Tri Catur Wulandar i (2007)
a. Judul :
Pengaruh motivasi, pelimpahan wewenang, dan partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial PT. Jara Silica di Tuban.
b. Permasalahan :
1. Apakah motivasi, pelimpahan wewenang, dan partisipasi penyusunan
anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Jara Silica
di Tuban ?
2. Variabel Mana yang dominan berpengaruh terhadap kinerja manajerial
pada PT. Jara Silica di Tuban ?
c. Kesimpulan :
1. Motivasi (X1), pelimpahan wewenang (X2) dan partisipasi penyusunan
anggaran (X3) berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Y), sehingga
hipotesis pertama teruji kebenarannya.
2. Dari hasil r2 parsial menunjukkan bahwa variabel yang lebih dominan
berpengaruh terhadap kinerja manajerial adalah penyusunan anggaran,
karena nilai r2 parsial pada variabel ini lebih tinggi dari variabel
motivasi dan pelimpahan wewenang, sehingga hipotesis kedua teruji
D. Cecilia Novi Diah Andr iani (2009)
a. Judul :
Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, motivasi, dan team work
terhadap kinerja manajerial pada PT. Putra Mandiri Intipack, Krian.
b. Permasalahan :
1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, motivasi, dan team work
berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Putra Mandiri
Intipack, Krian ?
2. Dari variabel-variabel yang di teliti yaitu partisipasi penyusunan
anggaran, motivasi, dan team work, variabel manakah yang
berpengaruh paling dominan terhadapa kinerja manajerial pada PT.
Putra Mandiri Intipack, Krian ?
c. Kesimpulan :
1. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa diduga bahwa partisipasi
penyusunan anggaran, motivasi, dan kerjasama tim (team work)
berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Putra Mandiri
Intipack, Krian, teruji kebenarannya.
2. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa diduga kerjasama tim (Team
work) yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja manajerial
Tabel 2 : Per bedaan penelitian sekar ang dan penelitian ter dahulu
No Nama Peneliti Judul Variabel
1 Slamet Riyadi (2000) Motivasi dan pelimpahan
wewenang sebagai
variabel moderating
dalam hubungan antara
partisipasi penyusunan
anggaran dan kinerja
manajerial
2 Maria Rosai P. (2010) Pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran
dan peilmpahan
wewenang terhadap
kinerja manajerial pada
PT. Tri Anugerah
kinerja manajerial pada
PT. Jara Silica di Tuban
manajerial pada PT.
Putra Mandiri Intipack,
Krian
2.2.1.1. Penger tian Anggar an
Penganggaran memainkan peranan penting dalam perencanaan dan
pengendalian. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan-tujuan dan
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapainya, untuk mengetahui pengertian
anggaran maka dikemukakan pendapat Hansen dan Mowen (2001 : 714),
anggaran adalah bentuk kuantitatif dari rencana tersebut, dinyatakan dalam istilah
fisik atau keuangan atau keduanya, ketika digunakan untuk perencanaan, sebuah
anggaran merupakan sebuah metode untuk menterjemahkan tujuan dan strategi
Anggaran menurut Munawir (2002 : 391), anggaran adalah perencanaan
keuangan (perencanaan yang dinyatakan dalam satuan uang) secara menyeluruh
untuk periode mendatang (biasanya untuk jangka waktu setahun), yang
mengidentifikasikan tujuan dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut, dengan demikian, anggaran adalah alat yang efektif
untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang mempunyai
karakteristik :
1. Merupakan estimasi laba potensial dari suatu unit usaha.
2. Dinyatakan dalam satuan moneter, walaupun sering di dukung dengan jumlah
unit yang diproduksi atau dijual.
3. Biasanya meliputi periode satu tahun.
4. Merupakan komitmen manajemen untuk menerima tanggung jawab dalam
pencapaian tujuan yang dianggarkan.
5. Merupakan perencanaan yang memungkinkan untuk di kaji ulang dan
disetujui oleh penyusun budged.
6. Sekali ditetapkan, budget hanya dapat dirubah dalam kondisi khusus.
7. Secara periodik, kinerja yang sesungguhnya dicapai dibandingkan dengan
2.2.1.2. Fungsi Anggaran
Anggaran digunakan sebagai pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja
dan sebagai alat pengawasan kerja, dengan demikian anggaran merupakan alat
bagi manajemen untuk membantu menjalankan fungsi-fungsinya (Munandar,
2001 : 12)
Menurut Mulyadi (2001 : 502), fungsi anggaran adalah sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan
di masa yang akan datang.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan
berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan menghubungkan manajer
bawah dengan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil
operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendali yang memungkinkan manajemen
untuk menunjukkan yang kuat dan yang lemah bagi perusahaan.
6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan motivasi manajer
dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien dengan
2.2.1.3. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Anggar an
Anggaran merupakan salah satu faktor terpenting yang menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajemen
perusahaan.
Menurut Nafarin (2004 : 15) ada beberapa tujuan disusunnya suatu
anggaran perusahaan, yaitu antara lain :
1. Dapat digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan
investasi dana.
2. Dapat memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3. Dapat merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana
sehingga dapat memudahkan pengawasan.
4. Dapat merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil
yang maksimal.
5. Dapat menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran
lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan
Sedangkan manfaat anggaran menurut Bustami dan Nurlela (2006 : 2), yaitu
sebagai berikut :
1. Pedoman kerja
Anggaran sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus
memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan
perusahaan diwaktu yang akan datang.
2. Pengkoordinasian kerja
Anggaran sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja semua lini yang terdapat
dalam perusahaan, dengan tujuan agar dapat saling mendukung dan
menunjang, serta saling kerja sama dengan baik, sehingga dapat menuju
kesasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
3. Memberi harapan
Anggaran memberikan arah pasti, yang merupakan kerangka kerja terbaik
untuk bisa menilai prestasi kerja.
4. Pengawasan kerja
Anggaran sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai realisasi
kegiatan perusahaan, dengan membandingkan antara apa yang tertuang pada
anggaran dengan apa yang telah terealisasi, dapat dilakukan penilaian apakah
2.2.1.4. Anggar an dan Fungsi Manajemen
Secara umum fungsi manajemen menurut Schermerhorn (2003 : 12) ada 4,
yaitu :
1. Perencanaan (planning)
Proses untuk menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah
yang harus diambil untuk mencapainya.
2. Pengorganisasian (organising)
Proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan
secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan
rencana.
3. Pengarahan (leading)
Proses untuk menumbuhkan semangat pada karyawan supaya bekerja giat
serta membimbing mereka melaksanakan rencana dalam mencapai tujuan.
4. Pengendalian (controlling)
Proses mengukur prestasi kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya
dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan.
Keempat fungsi manajemen tersebut, yang terkait dengan anggaran adalah
planning (perencanaan) dan controlling (pengendalian), dalam kaitannya dengan
fungsi perencanaan, anggaran merupakan tujuan atau target yang ditetapkan untuk
anggaran dapat dijadikan alat pengendalian kegiatan-kegiatan yang ada di
perusahaan seperti digunakan untuk menentukan sumber daya yang dilibatkan
untuk memulai kegiatan serta dapat digunakan untuk membandingkan realisasi
dangan anggarannya yang hasilnya untuk menyusun dan mengendalikan kegiatan
yang akan datang.
Anggaran juga sering digunakan sebagai dasar untuk menentukan kinerja
manajemen sehingga pemberian bonus, kenaikan gaji dan promosi dipengaruhi
oleh kemampuan para manajer untuk mencapai tujuan yang dianggarkan
(Munawir, 2002 : 413).
2.2.1.5. Par tisipasi Penyusunan Anggar an
Tercapainya tujuan anggaran tidak hanya ditentukan oleh seorang manajer
saja, tetapi didukung pula oleh pihak-pihak yang ada di bawah koordinasinya,
dengan ikut serta berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, para manajer akan
lebih memahami masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan
anggaran.
Menurut Anthony (2005 : 87) partisipasi penyusunan anggaran adalah
proses di mana pembuatan anggaran terlibat dan mempunyai pengaruh dalam
penentuan besar anggaran.
Menurut Mardiasmo (2000 : 24) mengartikan partisipasi anggaran adalah
keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
Selanjutnya Supriyono (2000 : 40) mendefinisikan penyusunan anggaran
merupakan suatu proses penentuan peran setiap manajer dalam melaksanakan
program atau bagian program.
Beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
penyusunan anggaran merupakan keterlibatan manajer didalam menentukan atau
menyusun anggaran yang ada dalam departemen atau bagiannya, baik secara
periodik maupun tahunan.
2.2.2. Pelimpahan Wewenang
Menurut Gul et al dalam Riyadi (2000 : 141) pelimpahan wewenang
berkaitan dengan wewenang yang diberikan pimpinan pada bawahan (manajer)
apakah bersifat sentralisasi atau desentralisasi. Menurut Lawler (1986) dalam
Riyadi (2000 : 139) mengemukakan bahwa keberadaan atau ketidakberadaan
kekuasaan pada tingkat manajemen yang lebih rendah dalam organisasi adalah
penting untuk menentukan keefektifan program manajemen partisipatif.
2.2.2.1. Konsep Pendelegasian Wewenang
Menurut Mulyadi (2007 : 272) pendelegasian wewenang adalah pemberian
wewenang oleh manajer yang lebih atas kepada manajer yang lebih rendah untk
melaksanakan suatu pekerjaan dengan otorisasi secara eksplisit dari manajer
pemberi wewenang pada waktu wewenang tersebut dilaksanakan. Pendelegasian
1. Pendelegasian wewenang dilakukan dari manajer yang lebih tinggi posisinya
ke manajer yang lebih rendah (buka kepada karyawan)
2. Manajer yang lebih rendah posisinya memerlukan otorisasi secara eksplisit
dari manajer pendelegasian wewenang pada waktu akan melaksanakan
wewenang yang telah didelegasikan kepadanya.
3. Pemberian wewenang yang dilaksanakan dalam pendelegasian wewenang,
meskipun telah diberi wewenang dalam pelaksanaan wewenang dalam
pelaksanaan wewenang yang didelegasikan kepadanya jika kepada manajer
bawah saja manajer tingkat atas mendelegasikan wewenang secara
setengah-setengah, dapat dibayangkan seberapa rendah tingkat kepercayaan manajemen
tingkat atas kepada karyawan untuk mengambil keputusan.
4. Pendelegasian wewenang lebih menekankan pada aspek pengendalian dan
kepatuhan daripada pemberi kebebasan dalam pelaksanaan wewenang yang
telah didelegasikan tersebut. Pengendalian untuk menciptakan kepatuhan
bawahan dilakukan oleh manajer jenjang lebih atas melalui tigas instrumen
pengendalian :
a. Melalui otorisasi secara eksplisit sebelum wewenang dilaksanakan oleh
manajer yang lebih rendah.
b. Melalui laporan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang yang dibuat
c. Melalui audit kerja (performance audit) yang dilaksanakan oleh auditor
intern.
2.2.2.2. Penger tian Sistem Desentr alisasi
Delegasi adalah praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
kepada jenjang yang lebih rendah (Hansen-Mowen, 2001 : 819), sedangkan
menurut Heckert (1986 : 26) disentralisasi merupakan kecenderungan untuk
mendelegasikan kewenangan yang semakin besar kepada para pejabat rendahan
bidang operasi yang terletak pada lokasi-lokasi yang jauh.
Dapat disimpulkan, bahwa desentralisasi terkait dengan pendelegasian
wewenang manajer dan sebaliknya semakin besar wewenang itu didelegasikan
keseluruh organisasi yang bersangkutan semakin terdesentralisasi organisasi
tersebut.
Organisasi yang didesentralisasikan terdapat empat kegiatan yang terjadi
ketika delegasi dilakukan (Hani, 1992 : 224).
1. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada
bawahannya.
2. Pendelegasian pelimpahan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan tugas.
3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, yang menimbulkan
4. Pendelegasian menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang
dicapai.
Dengan adanya desentralisasi memungkinkan keputusan yang diambil
akan lebih baik karena para bawahan yang paling dekat dengan lingkungan yang
ada disekitar. Maka akan memiliki suatu pandangan yang lebih jelas tentang
fakta-fakta, disamping itu juga mempercepat pengambilan keputusan.
2.2.2.3. Keuntungan-Keuntungan dar i Desentr alisasi
Menurut Heckert (1986 : 28) keuntungan-keuntungan dari desentralisasi
dapatditunjukkan sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi psikologis, desentralisasi cenderung manaikan inisiatif
pimpinan setempat.
2. Pengorganisasian data secara lokal mencegah untuk bersifat pasif atau bekerja
kurang baik dengan menggunakan alasan-alasan “laporan datang terlambat”
atau “laporannya salah”. Faktor ini sebagai bersifat psikologis dalam
hubungan dengan manfaat-manfaatnya.
3. Duplikasi pekerjaan dapat dihindarkan, terutama apabila cabang atau pabrik
menyelenggarakan catatan-catatan agar dapat memiliki informasi yang
mutakhir atau dapat mengecek laporan dari kantor pusat.
4. Dalam keadaan biasa, dapat dicapai hasil-hasil yang lebih cepat. Apabila
akan dilakukan untuk memperoleh data yang tepat waktunya. Ini akan berguna
bagi pengendalian biaya yang lebih ketat.
5. Tanggung jawab akuntansi yang lebih luas pada lapangan setempat
merupakan suatu cara melatih tenaga kerja setempat mencapai promosi dan
biasanya menghasilkan suatu organisasi yang lebih baik.
6. Personalia yang cakap dapat segera menyiapkan data dari kantor pusat seperti
halnya pada organisasi yang terpusat. Desentralisasi bukanlah merupakan alat
untuk tidak menghiraukan data bagi pengendalian manajemen.
7. Desentralisasi bukanlah berarti menolak adanya kesatuan dan keseragaman. Ia
memberikan fleksibilitas dan tetap memungkinkan diterapkannya praktek dan
kebijakan akuntansi melalui pengguna formulir standart dan pedoman praktis
yang standart.
2.2.3. Ker ja sama Tim (Team Work)
2.2.3.1. Penger tian Ker jasama Tim (Team Work)
Perusahaan akan dapat mencapai tujuannya, bila perusahaan tersebut
mempunyai tenaga manajemen yang handal dan profesional, seta dapat
bekerjasama dalam suatu tim dengan baik.
Menurut Tjiptono (2003 : 165), kerjasama tim adalah merupakan unsur
paling penting dalam pelaksanaan kegiatan di perusahaan. Dan untuk dapat
dianggap sebagai tim maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki
1. Adanya kesepakatan terhadap misi tim
Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja
dengan efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya.
2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku
Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat
membentuk kerangka usaha pencapaian misi. Suatu kelompok atau group
dapat menjadi tim manakala ada kesepakatan terhadap misi dan ketaatan
terhadap peraturan yang berlaku.
3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil
Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan
dengan baik apabila tanggungjawab dan wewenang dibagi dan berjalan
dengan baik apabila tanggungjawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota
diperlukan secara adil.
4. Orang beradaptasi terhadap perubahan
Untuk dapat terus berkembang dan menghasilkan suatu output yang lebih
baik, maka dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan suatu perubahan ke
arah perbaikan. Sayangnya, orang umumnya menolak adanya perubahan
Menurut Tjiptono (2003 : 165) Faktor-faktor yang mendasari perlunya
dibentuk tim-tim tertentu dalam suatu perusahaan adalah :
1. Pemikiran 2 orang atau lebih cenderung akan lebih baik daripada pemikiran
satu orang saja.
2. Konsep sinergi (1+1=2), yaitu bahwa hasil keseluruhan tim jauh lebih baik
daripada jumlah bagiannya (anggota individu).
3. Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka
dapat saling membantu.
4. Kerjasama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik.
2.2.3.2. Faktor -faktor Penghambat Kesuksesan Ker jasama Tim
Seperti dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim.
Orang-orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerjasama.
Seringkali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penyebab
utamanya adalah faktor manusia.
Menurut Tjiptono (2003 : 167-168) ada beberapa aspek yang menjadi
penghambat dalam kesuksesan kerjasama tim, yaitu :
1. Identitas pribadi anggota tim
Sudah merupakan hal yang alamiah, bila seseorang ingin tahu apakah mereka
cocok di suatu organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang
dengan anggota tim lainnya, faktor pengaruh dan saling percaya antar anggota
tim. Suatu tim tidak dapat berjalan efektif bila anggotanya belum merasa
cocok dengan tim tersebut.
2. Hubungan antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bekerjasama, mereka harus saling mengenal dan
berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi anggota yang berasal dari
berbagai latar belakang tersebut dapat saling membantu dan bekerja sama.
3. Identitas tim dalam organisasi
Faktor ini terdiri dari dua aspek, yaitu pertama, kesesuaian atau kecocokan tim
di dalam organisasi, dan yang aspek kedua adalah pengaruh keanggotaan
dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota diluar tim.
2.2.3.3. Kunci Keber hasilan Ker jasama Tim
Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu diperlukan suatu usaha mengatasi
faktor-faktor yang dapat menghambat kesuksesan kerjasama tim dan dibutuhkan pula
berbagai upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan pembentukannya.
Menurut Dennis King, manajer personalia Procter dan Gamble (dalam
Goetsch dan Davis 1997: 237-238) merekomendasikan sepuluh strategi yang ia
sebut sepuluh perintah tim (The Ten Team Comamandments) untuk meningkatkan
kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, yaitu sebagai berikut
1. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan diperlukan diantara para anggota tim dalam hal
informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas dan dukungan. Adanya saling
ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan tim.
2. Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap
tantangan tersebut akan membentuk semangat persatuan (esprit de corp),
kebanggan dan kesatuan tim.
3. Penjajaran (alignment)
Anggota tim harus bersedia menyisihkan sikap individualismenya dalam
rangka mencapai misi bersama.
4. Bahasa yang umum
Pimpinan tim harus mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena
biasanya anggota tim berasal dari departemen yang berbeda (pemasaran,
akuntansi, produksi dan lain-lain) yang memiliki istilah teknis sendiri-sendiri.
5. Kepercayaan / respek
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membentuk kepercayaan dan respek agar
6. Kepemimpinan / keanakbuahan yang dibagi rata
Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu
pemimpin yang baik harus dapat memperhatikan bakat tertentu setiap anggota
tim sehingga kepemimpinan dan keanak-buahan dapat dibagi bersama.
7. Keterampilan pemecahan masalah
Tim harus banyak menggunakan waktunya untuk membina kemampuan
anggotanya dalam memecahkan masalah, karena masalah merupakan hal yang
selalu dihadapi setiap organisasi.
8. Keterampilan menangani konfrontasi / konflik
Dalam lingkungan kerja yang high pressure dan kompetitif, konflik
merupakan hal yang tidak dapat terelakkan. Perbedaan pendapat adalah hal
yang wajar. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan dalam menerima
perbedaan pendapat (ide, masalah dan saran pemecahan) dan menyampaikan
ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa harus menyakiti hati orang
bersangkutan.
9. Penilaian / tindakan
Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah
dilakukan dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana
tindakan berisi tujuan, sasaran, jangka waktu, dan penugasan, serta tanggung
10. Perayaan
Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan jalan
merayakannya. Penghargaan dan pengakuan akan tugas yang terlaksana
dengan baik akan memotivasi anggota tim untuk bekerja lebih giat dan
tangkas dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.
2.2.4. Kiner ja Manajer ial
Rendahnya mutu tenaga kerja tidak hanya mengakibatkan rendahnya
prestasi kerja dan penghasilan, tetapi juga menyulitkan usaha-usaha pemantapan
sumber daya alam yang melimpah. Manajemen sumber daya manusia atau dalam
praktek sering disebut manajemen personalia merupakan ilmu manajemen yang
menyangkut bidang ilmu jiwa (psikologi), sosiologi, ekonomi dan administrasi.
Manajemen personalia dituntut untuk bersifat dinamis seiring dengan
perkembangan ilmu yang mendasarinya. Perubahan atau perkembangan pada
bidang ilmu jiwa misalnya, akan menuntut manajemen personalia untuk selalu
dapat mengikutinya agar tetap relevan dengan permasalahan yang ada.
Manajer dalam posisinya sebagai pemimpin yang mengarahkan
bawahannya dalam upaya mencapai tujuan-tujuan usaha yang telah ditetapkan
oleh perusahaan, harus melakukan koordinasi yang baik dengan departemen
manapun didalam perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Riyadi (2000 : 141), kinerja manajerial adalah kinerja manajer
pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan
perwakilan atau representasi.
Menurut Mangkunegara (2000 : 67) bahwa kinerja karyawan adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Seluruh pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai
persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.2.4.1. Penguk uran Kiner ja Manajer ial
Sistem pengukuran kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan
terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan
dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran.
Menurut Mulyadi (2001 : 434) terdapat tiga macam ukuran kinerja
manajer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajerial yaitu sebagai
berikut :
1. Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criteria)
Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan
cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat
diabaikannya kriteria yang lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam
2. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criteria)
Kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal
dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran
kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan beragam
kriteria. Tujuan penggunaan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang
diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
3. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criteria)
Karena disadari bahwa beberapa tujuan lebih penting bagi perusahaan secara
keseluruhan dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan
memberikan bobot angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk
mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot
beragam kriteria kinerja masing-masing.
2.2.4.2. Manfaat Pengukuran Kiner ja Manajer ial
Pengukuran kinerja akan dapat memberikan umpan balik dalam bentuk
pengendalian strategis, yang mendorong para manajer untuk mengevaluasi dari
kinerja yang dihasilkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Mulyadi (2001 : 416) pengukuran dimanfaatkan oleh perusahaan
untuk :
1. Pengelolaan organisasi atau perusahaan secara efektif dan efisien melalui
Maksimalisasi motivasi karyawan berarti membangkitkan dorongan dalam diri
setiap karyawan untuk mengerahkan usahanya dalam mencapai sasaran yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Setiap karyawan memahami sasaran yang
ditetapkan oleh perusahaan dan setiap karyawan melaksanakan internalisasi
sasaran perusahaan sebagai sasaran pribadinya, maka kesesuaian tujuan
individu karyawan dengan sasaran perusahaan secara keseluruhan terjadi.
Kesesuaian antara sasaran individu dengan sasaran perusahaan secara
keseluruhan, inilah yang akan memotivasi karyawan untuk mencapai sasaran
organisasi atau perusahaan.
2. Membantu pengembalian keputusan yang berkaitan dengan penghargaan
karyawan.
Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan yang dinilai
kinerjanya. Agar dapat membantu personel, penghargaan diberikan harus
didasarkan atas hasil penilaian kinerja.
3. Menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel.
Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan karyawannya agar
mereka selalu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis
yang senantiasa berubah dan berkembang. Hasil penilaian kinerja dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan karyawan dan untuk
mengantisipasi keahlian dan ketrampilan yang dituntut oleh pekerjaan, agar
bisnis dimasa yang akan datang. Hasil penilaian kinerja juga dapat
menyediakan kriteria untuk memilih program pelatihan karyawan yang
memenuhi kebutuhan karyawan dan untuk mengevaluasi kesesuaian program
pelatihan karyawan tersebut dengan kebutuhan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan.
Organisasi perusahaan, manajemen puncak mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada para manajemen dibawah mereka. Pendelegasian
wewenang ini disertai dengan alokasi sumber daya yang diperlukan dalam
pelaksanaan wewenang tersebut. Manajer bawah melaksanakan wewenang
dengan mengkonsumsi sumber daya yang dialokasikan kepada mereka.
Penggunaan wewenang dan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan
wewenang ini dipertanggungjawabkan dalam bentuk pengukuran kinerja.
Dengan pengukuran kinerja ini, manajemen puncak memperoleh umpan balik
mengenai pelaksanaan wewenang dan penggunaan sumber daya dalam
pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen bawah. Di lain pihak,
penilaian kinerja ini memberikan umpan balik bagi manajemen bawah dan
menengah tentang bagaimana manajemen puncak menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Distribusi penghargaan ekstrinsik, baik yang langsung, tidak langsung,
maupun nonkeuangan memerlukan data hasil penilaian kinerja karyawan, agar
penghargaan tersebut dirasakan adil oleh karyawan yang menerima
menurut persepsi karyawan yang menerimanya maupun yang bukan
menerimanya akan berakibat timbulnya perilaku yang tidak semestinya.
2.2.4.3. Tujuan Pengukuran Kiner ja Manajer ial
Sistem pengukuran kinerja dapat dipakai sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan, dengan adanya pengukuran kinerja, manajemen puncak memperoleh
umpan balik tentang pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen di
bawahnya.
Menurut Mulyadi (2001 : 416) tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut :
1. Untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standart perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
2. Untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang
serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik
hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsic
maupun ekstrinsik.
2.2.4.4. Tugas dan Peker jaan Manajer
Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu
menghasilkan suatu kinerja manajerial yang berbeda dengan kinerja karyawan
Menurut T.Hani Handoko (2003 : 29), tugas dan pekerjaan manajer yaitu
antara lain :
1. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain.
Istilah “orang” mencakup tidak hanya para bawahan dan atasa, tetapi juga
manajer-manajer lainnya dalam organisasi. Disamping itu, “orang” juga
termasuk individu-individu dari luar organisasi-layanan, penyedia (supplier),
konsumen atau langganan, pengurus serikat karyawan, pejabat dan karyawan
kantor-kantor pemerintah, dan sebagainya.
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling
bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas.
Setiap manajer akan menghadapi sejumlah tujuan, masalah dan kebutuhan
organisasional yang semuanya ini bersaing untuk memperebutkan
sumberdaya-sumberdaya organisasi (manusia, material, atau bahkan waktu
manajer). Karena berbagai sumber daya tersebut selalu terbatas, manajer harus
menjaga keseimbangan di antara berbagai tujuan dan kebutuhan
organisasional.
3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan.
Para manajer ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu secara
sukses. Mereka biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur
jawab atas kegiatan-kegiatan para bawahannya. Sukses atau kegagalan
bawahan adalah cerminan langsung sukses atau kegagalan manajer.
4. Manajer harus berpikir secara analisis dan konseptual.
Untuk menjadi pemikiran yang analitis, manajer harus merinci dan
memisah-misahkan suatu masalah menjadi komponen-komponen masalah, menganalisa
komponen-komponen tersebut, dan kemudian mencari penyelesaian yang
layak (feasible) dengan akurat. Dan lebih penting bagi manajer adalah menjadi
pemikir kenseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan
mengkaitkan suatu tugas dengan tugas-tugas lain.
5. Manajer adalah seorang mediator.
Organisasi terdiri dari orang-orang, dan kadang-kadang mereka saling tidak
bersetuju atau saling bertentangan. Bila hal itu terjadi dalam suatu unit kerja
atau organisasi, maka bias menurunkan semangat kerja dan produktivitas, atau
bisa merusak suasana kerja, atau bahkan para karyawan yang cakap bias
meninggalkan organisasi. Kejadian-kejadian seperti ini menuntun peranan
manajer sebagai mediator (penengah).
6. Manajer adalah seorang politisi.
Seperti apa yang dilakukan politisi dalam mengkampanyekan
progam-progamnya, manajer harus mengembangkan hubungan-hubungan baik untuk
mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan usulan-usulan atau
mengembangkan jaringan kerjasama timbale balik dengan para manajer lain
dalam organisasi.
7. Manajer adalah seorang diplomat.
Manajer mungkin harus nerperan sebagai wakil (repesentatif) resmi kelompok
kerjanya pada pertemuan-pertemuan organisasional. Manajer juga mungkin
mewakili organisasi dalam berurusan dengan kontraktor, langganan, pejabat
pemerintahan, atau personalia organisasi lain.
8. Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit.
Organisasi selalu menghadapi banyak masalah (misal : kesulitan financial,
masalah personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan
dapat menemukan pemecahan berbagai masalah sulit dan mengambil berbagai
keputusan yang akurat.
Para manajer memiliki waktu yang terbatas untuk mengelola tanggung
jawab mereka. Oleh karena itu, mereka harus bisa memanfaatkan manajemen
waktu, dan mengalokasikan waktu pada saat mengelola tugas-tugas mereka.
Menurut Jeff Madura (2001 : 235) para manajer perlu mengikuti pedoman supaya
mereka dapat memanajemen waktu dengan baik, yaitu :
1. Menetapkan prioritas yang tepat.
2. Jadwalkan waktu jeda yang panjang untuk tugas-tugas besar.
4. Menetapkan sasaran jangka pendek.
5. Mendelegasikan beberapa tugas pada karyawan.
2.2.5. Pengar uh Par tisipasi Penyusunan Anggar an Ter hadap Kiner ja
Manajer ial
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan
kecenderungan individu untuk lebih merasa terlibat secara pribadi dalam setiap
keputusan dimana mereka turut menyumbangkan idenya. Semakin besar
kesempatan bawahan untuk mempengaruhi tujuan dan turut serta dalam
pengendalian, maka semakin tinggi valensi intristik yang dirasakan olehnya dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan kerja (Ronen dan Livingstone dalam Bachtiar
dan Susilowati, 1998 : 27).
Keterlibatan semua tingkatan manajer sangat diperlukan didalam
menentukan atau menyusun anggaran secara partisipatif dan dengan begitu
diharapkan kinerja para manajer akan meningkat, hal ini disebabkan karena ketika
suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka
karyawan akan menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan dan
karyawan juga memiliki tanggung jawab pribadi untuk mencapainya, karena
mereka ikut serta terlibat dalam penyusunan, hal ini tentunya akan meningkatkan
moral dan akan menimbulkan inisiatif yang besar diseluruh level manajer.
Teori yang mendukung akan hal ini adalah teori Jalan Kecil – Tujuan
(Path – Goal Theory) yang salah satu tipe kepemimpinan adalah kepemimpinan
mempergunakan saran – saran dari para bawahannya, namun pengambilan
keputusan masih tetap berada padanya, dengan mempergunakan tipe
kepemimpinan tersebut, maka pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi
bawahannya dan memotivasikannya, dengan cara mengarahkan mereka pada
kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja, dan pelaksanaan
kerja yang efektif, maka dapat disimpulkan, semakin tinggi partisipasi semua lini
manajer semakin tinggi pula kinerja manajerial perusahaan.
2.2.6. Pengar uh Pelimpahan Wewenang Ter hadap Kiner ja Manajer ial
Pelimpahan wewenang dalam organisasi berkaitan erat dengan struktur
organisasi. Struktur organisasi memberi gambaran mengenai kekuasaan dalam
suatu organisasi. Bruns dan Waterhouse dalam (Riyadi, 2000 : 139) menunjukkan
bahwa manajer atau bawahan dalam organisasi yang tingkat desentralisasinya
tinggi merasa dirinya orang yang lebih berpengaruh, lebih berpartisipasi dalam
perencanaan anggaran, dan merasa dipuaskan dengan kegiatan yang berhubungan
dengan anggaran. Sebaliknya dalam organisasi dengan tingkat desentralisasi
rendah (sentralisasi), manajer merasa dirinya dianggap kurang bertanggug jawab,
sedikit terlibat dalam perncanaan anggaran dan mengalami tekanan dari atasan,
mereka merasa anggaran sebagai sesuatu yang kurang berguna dan membatasi
keleluasaan mereka (Brownell, 1982a) dalam (Riyadi, 2000 : 139). Maka dapat
disimpulkan, pelimpahan wewenang tinggi dalam suatu organisasi yang tingkat
desentralisasi tinggi dapat mempengaruhi kinerja manajerial suatu organisasi
2.2.7. Pengar uh Ker jasama Tim (Team Work) Terhadap Kiner ja
Manajer ial
Kinerja manajerial bersifat abstrak artinya bahwa kinerja manajer
menghasilkan kerja yang mengarahkan bakat dan kemampuan, serta usaha
beberapa orang lain yang berbeda di dalam daerah wewenangnya (Mulyadi dan
Setiawan, 2001 : 790).
Inisiatif dari perusahaan yang memperjelas fungsi dan tanggungjawab
setiap pegawai dalam perusahaan, maka pegawai dapat lebih mudah dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga akan menciptakan hubungan timbal balik
yang baik antara atasan dengan bawahan dalam hal tanggung jawab akan
meningkatkan kinerja manajerial.
Untuk dapat terus berkembang dan menghasilkan suatu output yang lebih
baik, maka dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan suatu perubahan ke arah
perbaikan. Hal ini sesuai dengan teori coqnitive dissonance yang dikemukakan
oleh Festinger (1997) menyatakan bahwa “karyawan yang memiliki motivasi
lebih baik (tinggi) akan memperbaiki kesalahan atau merasa kuatir jika kinerja
mereka dibawah tingkat pengharapan (rendah) (Riyadi, 2000 : 138).
2.2.8. Pengar uh Par tisipasi Penyusunan Anggar an, Pelimpahan
Wewenang dan Ker jasama Tim Terhadap Kiner ja Manajer ial
Kinerja manajerial merupakan tingkat kemampuan, kecakapan seorang
manajer dalam melaksanakan aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan,
dan evaluasi. Definisi kinerja manajerial menurut Mahoney dkk, (1993) dalam
Riyadi (2000) kinerja manajerial adalah para individu anggota organisasi dalam
kegiatan manajerial seperti, perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf,
negosiasi dan repestasi.
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan
kecenderungan individu untuk lebih merasa terlibat secara pribadi dalam setiap
keputusan dimana mereka turut menyumbangkan idenya. Semakin besar
kesempatan bawahan untuk mempengaruhi tujuan dan turut serta dalam
pengendalian, maka semakin tinggi valensi intristik yang dirasakan olehnya dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan kerja (Ronen dan Livingstone dalam Bachtiar
dan Susilowati, 1998 : 27).
Pelimpahan wewenang dalam organisasi berkaitan erat dengan struktur
organisasi. Struktur organisasi memberi gambaran mengenai kekuasaan dalam
suatu organisasi. Bruns dan Waterhouse dalam (Riyadi, 2000 : 139) menunjukkan
bahwa manajer atau bawahan dalam organisasi yang tingkat desentralisasinya
tinggi merasa dirinya orang yang lebih berpengaruh, lebih berpartisipasi dalam
perencanaan anggaran, dan merasa dipuaskan dengan kegiatan yang berhubungan
dengan anggaran. Sebaliknya dalam organisasi dengan tingkat desentralisasi
rendah (sentralisasi), manajer merasa dirinya dianggap kurang bertanggug jawab,
sedikit terlibat dalam perncanaan anggaran dan mengalami tekanan dari atasan,
mereka merasa anggaran sebagai sesuatu yang kurang berguna dan membatasi
Lingkungan yang dinamik dan kompleks merupakan pembuatan keputusan
yang cepet, pendekatan fleksibel, pekerjaan berdasarkan knowledge serta proses
intensif capital (Lawler, 1993) dalam (Diana, 2003 : 754). Pada kondisi tersebut
membutuhkan keterlibatan pekerjaan yang sangat tinggi dalam organisasi melalui
pembentukan tim.Kerjasama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam
perusahaan. Tim merupakan sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama.
Kinerja manajerial bersifat abstrak artinya bahwa kinerja manajer
menghasilkan kerja yang mengarahkan bakat dan kemampuan, serta usaha
beberapa orang lain yang berbeda di dalam daerah wewenangnya (Mulyadi dan
Setiawan, 2001 : 790).
Untuk dapat terus berkembang dan menghasilkan suatu output yang lebih
baik, maka dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan suatu perubahan ke arah
perbaikan. Hal ini sesuai dengan teori coqnitive dissonance yang dikemukakan
oleh Festinger (1997) menyatakan bahwa “karyawan yang memiliki motivasi
lebih baik (tinggi) akan memperbaiki kesalahan atau merasa kuatir jika kinerja
mereka dibawah tingkat pengharapan (rendah) (Riyadi, 2000 : 138).
Menurut Riyadi (2000) partisipasi anggaran akan menjadi semu dan
kurang efektif apabila pelimpahan wewenang organisasi dilakukan secara
sentralisasi, oleh karena itu interaksi antara kinerja manajer dan partisipasi
penyusunan anggaran dapat diperkuat dengan pelimpahan wewenang yang
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
partisipasi penyusunan anggaran antara bawahan dan atasan akan meningkatkan
kinerja perusahaan, selain itu juga anggaran menjadi semu apabila kurang adanya
partisipasi dari bawahan yang mengakibatkan pelimpahan wewenang akan
menjadi sentralisasi karena kurang dapat kepercayaan dari atasan. Adanya
kerjasama yang kompak antara atasan dan bawahan atau dengan mitra kerja akan
memungkinkan terjadinya penambahan laba perusahaan, pembentukan suatu tim
tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang diharapkan, untuk itu di
perlukan usaha mengatasi yang dapat menghambat kesuksesan kerjasama tim dan
dibutuhkan pula berbagai upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan
pembentukannya.
2.3. Ker angka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka
Ker angka pik ir
Uji Regresi Linier Berganda
Gambar 2.1
Keterangan :
Variabel Bebas : Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1), Pelimpahan
Wewenang (X2), Kerjasama Tim (X3).
Variabel Terikat : Kinerja Manajerial (Y).
: Mempengaruhi variabel bebas terhadap variabel terikat.
: Diuji dengan menggunakan uji Statistik Regresi Linier
Berganda. Partisipasi Penyusunan
Anggaran
(X1)
Pelimpahan Wewenang
(X2)
Kerjasama Tim
(X3)
Kinerja Manajerial
2.4. Hipotesis
Berdasarkan dengan latar belakang masalah, perumusan masalah dan
landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang
diduga bahwa partisipasi penyusunan anggaran, pelimpahan wewenang dan